You are on page 1of 13

1. Patofisiologi Penularan TB Paru terjadi karena kuman mycobacterium tuberculosis.

dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat hidup dalam udara bebas selama kurang lebih 1-2 jam, tergantung pada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari hari sampai berbulanbulan. Bila partikel ini terhisap oleh orang sehat maka ia akan menempel pada jalan nafas atau paruparu. Partikel dapat masuk ke dalam alveolar, bila ukuran vartikel kurang dari 5 mikrometer. Kuman akan dihadapi terlebih dulu oleh neutropil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakea bronkhial bersama gerakan sillia dengan sekretnya. Bila kuman menetap di jaringan paru maka ia akan tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang ke jaringan paru akan berbentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau efek primer atau sarang ghon (fokus). Sarang primer ini dapat terjadi pada semua jaringan paru, bila menjalar sampai ke pleura maka terjadi efusi pleura. Kuman dapat juga masuk ke dalam saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulit. Kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar keseluruh organ, seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila masuk ke dalam arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran keseluruh bagian paru dan menjadi TB milier. Sarang primer akan timbul peradangan getah bening menuju hilus (limfangitis lokal), dan diikuti pembesaran getah bening hilus (limfangitis regional). Sarang primer limfangitis lokal serta regional menghasilkan komplek primer (range). Proses sarang paru ini memakan waktu 38 minggu. Berikut ini menjelaskan skema tentang perjalanan penyakit TB Paru hingga terbentuknya tuberkel ghon.

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru (Smeltzer, 2002).Tuberkulosis disebabkan oleh kuman yaitu mycobacterium tuberculosis. Kuman ini berbentuk batang dan tahan asam, serta banyak mengandung lemak yang tinggi pada membran selnya sehingga menyebabkan kuman ini tahan asam dan pertumbuhannya sangat lambat, kuman ini tidak tahan terhadap sinar ultraviolet karena itu penularannya terutama terjadi pada malam hari. Ukuran dari kuman tuberkulosiss ini kurang lebih 0,3 x 2 sampai 4 mm, ukuran ini lebih kecil dari pada ukuran sel darah merah (Sumantri, 2008).

Laporan Pendahuluan

A. Pengertian Tuberculosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru. Dapat juga ditularkan kebagian tubuh lain. Termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe, agen infeksius terutama adalah batang aerobic tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar ultraviolet. (Brunnner & Suddarth, 2002).

Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi ( Mansjoer , 1999).

B. Etiologi Penyebab tuberculosis adalah Myobakterium tuberkulosa, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dengan tebal 0,3-0,6/Um dan tahan asam . Spesies lain kuman ini yang dapat memberikan infeksi pada manusia adalah M.bovis, M.kansasii, M. intracellulare, sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak(lipid) lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dam lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin. Di dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intrasellular, yakni dalam sito plasma magrofak. Sifat lain kuman ini adalah aerop. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya ( Mansjoer , 2000).

C. Patofisiologi

D. Tanda dan Gejala 1. Gejala Umum Batuk terus menerus dan berdahak 3 (tiga) minggu atau lebih. Merupakan proses infeksi yang dilakukan Mycobacterium Tuberkulosis yang menyebabkan lesi pada jaringan parenkim paru.

2. Gejala lain yang sering dijumpai a. Dahak bercampur darah Darah berasal dari perdarahan dari saluran napas bawah, sedangkan dahak adalah hasil dari membran submukosa yang terus memproduksi sputum untuk berusaha mengeluarkan benda saing. b. Batuk darah Terjadi akibat perdarahan dari saluran napas bawah, akibat iritasi karena proses batuk dan infeksi Mycobacterium Tuberkulosis. c. Sesak napas dan nyeri dada Sesak napas diakibatkan karena berkurangnya luas lapang paru akibat terinfeksi Mycobacterium Tuberkulosis, serta akibat terakumulasinya sekret pada saluran pernapasan. Nyeri dada timbul akibat lesi yang diakibatkan oleh infeksi bakteri, serta nyeri dada juga dapat mengakibatkan sesak napas. d. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walau tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan. Merupakan gejala yang berurutan terjadi, akibat batuk yang terus menerus mengakibatkan kelemahan, serta nafsu makan berkurang, sehingga berat badan juga menurun, karena kelelahan serta infeksi mengakibatkan kurang enak badan dan demam meriang, karena metabolisme tinggi akibat pasien berusaha bernapas cepat mengakibatkan berkeringat pada malam hari (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006)

E. Penatalaksanaan Panduan OAT dan peruntukannya 1. Kategori -1(2 HRZE / 4H3R3) Diberikan untuk pasien baru - pasien barui TB paru BTA positif - Pasien TB paru BTA negatif thorak positif - Pasien TB ekstra paru 2. Kategori 2 (2HRZES / HRZE / 5H3R3E3) Diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnyaq - Pasien kambuh

- Pasien gagal - Pasien dengan pengobatan 3 tahun terputus ( Default)

3. OAT sisipan (HRZE) Paket sisipan KDT adalah sama seperti panduan paket untuk taha kategori -1 yang diberikan selama sebulan ( 28 hari) Jenis dan dosis obat OAT 1. Isoniasid (H) Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolic aktif. Dosis harian yang dianjurkan 5 mg / kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 X semingggu diberikan dengan dosis 10 mg / kg BB. 2. Rifamisin (R) Dapat m,embnunuh kuman semi dormanf yang tidak dapat dibunuh isoniasid. Dosis 10 mg / kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun intermiten 3 X seminggu. 3. Pirasinamid (Z) Dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian dianjurkan 25 mg / kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 X seminggu 4. Streptomisin (S) Dosis harian dianjurkan 15 mg / kg BB, sedeangkan untuk pengobatan intermiten 3 X seminggu diberikan dengaqn dosis yang sama. Penderita berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75 gr/ hari. Sedangkan untuk berumur 60 th atau lebih diberikan 0,50 gr/ hari. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006)

F. Kemungkinan data fokus Batuk berdahak selama 4 minggu, Hasil foto thorak TB Paru duplet, AL 3,52 ribu/mmk, BTA( -) , Kandida (+).

G. Wawancara Klien mengeluh batuk-batuk berdahak selama 4 minggu sulit tidur dan beraktifitas selama sakit, terasa sesak, klien juga hanya bisa berbaring di tempat tidur segala aktifitas dibantu keluarga dan

perawat, klien terpasang O2 sebanyak 5 liter/menit. TTV: TB=90/60, DN=75, N=28 kali/menit saat di alkulstasi didada kiri dan kanan terdengar suara ronchi, SaO2= 93%. BB=50 kg,

H. Pemeriksaan Fisik a. Aktivitas / Istirahat Gejala : kelelahan umum dan kelemahan Napas pendek karena kerja Kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari, menggigil dan /atau berkeringat Mimpi buruk Tanda : Takikardia, Takipnea / dispnea pada kerja Kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut)

b. Integritas Ego Gejala : adanya / faktor stres lama Masalah keuangan, rumah Perasaan tak berdaya / tak ada harapan Populasi budaya / etnik : Amerika asli atau imigran dari Amerika Tengah, Asia Tanda : Menyangkal Ansietas, ketakutan, mudah terangsang

c.

Makanan / Cairan Gejala : kehilangan nafsu makan Tak dapat mencerna Penurunan berat badan Tanda : Turgor kulit buruk, keringat / kulit bersisik Kehilangan otot / hilang lemak subkutan

d. Nyeri / Kenyamanan Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit Perilaku distraksi, gelisah.

e.

Pernapasan Gejala : Batuk produktif atau tidak produktif Napas pendek Riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu terinfeksi Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleura)

f.

Keamanan Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh; AIDS, Kanker Tes HIV Positif Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut

g. Interaksi Sosial Gejala : Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab / perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran

h. Penyuluhan / Pembelajaran Gejala : Riwayat keluarga TB Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk Gagal untuk membaik / kambuhnya TB Tidak berpatisipasi dalam terapi

( Marilynn E. Doenges, 2000)

I.

Pemeriksaan Diagnostik

1. Kultur sputum Positif untuk mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit 2. Ziehl Nelsons

Pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk asupan cairan dalaqm darah, positif untuk basil asam. 3. Test kulit ( PPD, Mantoux, potongan volmel) Reaksi positif ( area indurasi 10 mm / lebih besar terjadi 48 72 jam setelah injeksi intra dermal antigen) 4. Elisa (Western) Dapat menyatakan adanya HIV. 5. Foto thorak Dapat menunjukkkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer. Perubahan menunjukkkan lebih luas TB dapat termasuk ronggga, area fibrosa. 6. Histologi / kultur jaringan Termasuk pembersihan gaster, urine, cairan serebrospinal, biopsi kulit. Positip untuk mycobacterium tuberkulosis 7. Biopsi jarum pada jaringan paru Positip untuk granuloma TB, adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis 8. Elektrosit Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi. 9. GDA Dapat norma tergantung pada lokasi dan beratnya kerusakan ruang mati. 10. Pemeriksaaan fugsi paru Penurunan kapasitas vital, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleura ( TB paru kronis paru luas ) ( Marilynn E. Doenges, 2000)

J. Analisa Data No. Data Masalah Bersihan jalan napas tidak efektif Penyebab Akumulasi sekret pada bronkus

Ds : 1 klien mengatakan sulit bernapas bila dahak tidak bisa dikeluarkan DO : Terdengar suara ronchi pada

lapang paru kanan dan kiri 2 RR 28 X/ mnt Pasien batuk berdahak DS : Klien mengatakan sesak bertambah jika beraktifitas DO : Klien dimandikan oleh keluarga dan perawat RR 28 X / mnt Terpasang O2 5 lt / mnt SaO2 93% 3 DS : DO : Batuk berdahak Hasil foto thorak TB Paru duplet AL 3,52 ribu/mmk BTA - , Kandida + Resiko infeksi pada bronkus Menetapnya secret pada bronkus Intoleransi aktifitas Insufisiensi O2

K. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumul;asi secret pada bronkus 2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengasn insufisiensi O2 3. Resiko infeksi pada bronkus berhubungan dengan menetapnya secret pada bronkus

. Rancangan Asuhan Keperawatan No Diagnosa Keperawatan Bersihan 1 efektif jalan napas Rencana keperawatan Tujuan dan kriteria hasil tidak Setelah dilakukan tindakan dengan keperawatan selama 3 X 24 Intervensi 1. Kaji frekwensi, kedalaman pernaasan dan1. Takipnea, pernapasan dangkal, gerakan gerakan dada. 2. Atur posisi semi fowler 3. Melatih untuk batuk efektif 4. Berikan obat sesuai indikasi OBH 3 X 2 cth dada tidak simetris karena jalan napas terganggu 2. Meningkatkan ekspansi parui dengan bantuan gaya grtavitasi bumi 3. Mengeluarkan dahak yang meningkatkan bersihan jalan napas 4. Ekspektoran gangguan batuk disertai dahak yang berlebih Rasional

berhubungan

akumulasi secret pada bronkus jam, bersihan jalan napas ditandai dengan DS : klien mengatakan sulit bernapas bila dahak tidak bisa dikeluarkan DO : efektif dengan kriteria Tidak sesak napas Dapat batuk efektif RR = 16 24 X / mnt Suara vesikuer pada lapang paru

Terdengar suara ronchi pada Tidak terdapat sekret lapang paru kanan dan kiri

- RR 28 X/ mnt - Pasien batuk berdahak

Intoleransi aktifitas berhubungan Setelah dilakukan tindakan dengasn insufisiensi O2 keperawatan selama 3 X 24 jam klien mampu Mengidentifikasi factor mengatakan Nadi : 60 100 X / mnt

1. Observasi tingkat toleransi dalam beraktivitas 2. Anjurkan relaksasi

1. Menentukan intervensi selanjutnya

ditandsai dengan DS : Klien

2. Mengurangi ketidaktoleransian klien 3. Mencegah kekurangan O2

sesak menurunnya toleransi aktifitas 3. Anjurkan beristirahat bila ada keluhan seseg

bertambah jika beraktifitas

DO : Klien dimandikan oleh keluarga dan perawat RR 28 X / mnt Terasang O2 5 lt / mnt SaO2 93 %

Respirasi : 16 24 X / mnt

nafas 4. Bantu klien beraktivitas 4. Memenuhi kebutuhaqn klien 5. Anjurkan keluarga untuk membantu aktivitas klien 5. Meningkatkan peranserta keluarga

Resiko infeksi pada bronkus Setelah dilakukan tindakan berhubungan

1. Pertahankan tanda vital 1.

Peningkatan suhu meruakan salah satu

dengan keerawatan selama 3 X 24 jam 2. Pantau tanda - tanda tanda terjadi infeksi infeksi tidak terjadi dengan criteria Suhu 36,5C 37,5C Tidak terdapat tanda tanda infeksi observasi warna, 2. karakteristik, bau sputum 3. Latih psien batuk efektif 4. kolaborasi pemeriksaan Mengeluarkan dahak yang meningkatkan 3. laboratorium bersihan jalan napas 4. Mengetahui lebih dini jika terjadi infeksi Sekret berbau, warna kuning / kehijauan menunjukkkan adanya infeksi

menetapnya secret pada bronkus DS : DO : - Batuk berdahak

- Hasil foto thorak TB Paru duplet infeksi AL 3,52 ribu/mmk BTA - , Kandida Pemeriksaan kultur negatif

Daftar Pustaka

Arif Mansjoer, (2000). Kapita Selekta Kedokteran ,edisi 2 , FK UI: Jakarta. , (1999). Kapita Selekta Kedokteran ,edisi 3 , FK UI: Jakarta. Brunner dan Sudarth, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah ( Vol-2), EGC: Jakarta Doenges, M.E, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan ; Jakarta : EGC Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2006). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis: Jakarta

You might also like