You are on page 1of 3

Spermatozoa

a. Morfologi Spermatozoa Spermatozoa merupakan suatu sel yang cukup panjang (sekitar 65 m) yang terdiri atas tiga komponen utama, yaitu kepala, leher, dan ekor. Ekornya terbagi lagi menjadi tiga segmen, yaitu bagian tengah, bagian utama, dan bagian akhir. Kepala spermatozoa memiliki struktur yang bervariasi diantara spesies mamalia yang berbeda. Pada manusia, kepala spermatozoa memiliki panjang sekitar 7 m dan memiliki bentuk yang lonjong (seperti buah pear). Nukleus yang menempati sebagian besar kepala terdiri atas kromatin yang terkondensasi, pada manusia, kepala spermatozoa mengandung sejumlah area dimana kromatin terdispersi yang disebut vakuola nukleus. Struktur yang menutupi dua per tiga anterior nukleus adalah acrosomal cap, yang mengandung hialuronidase, suatu enzim yang memisahkan sel pada korona radiata dan membuka zona pelusida selama masa fertilisasi (Young, B., et al, 2007) Kepala sperma, yang berbentuk ovoid pada pandangan frontal dan piriformis bila terlihat dari tepi, menebal dekat basal dan meruncing pada bagian ujungnya, dikelilingi oleh plasmalemma. Kepala ini mengandung 23 kromosom, dan akrosom yang terdapat pada bagain anterior nukleus. Akrosom ini mengandung berbagai enzim, termasuk nueraminidase, hialuronidase, asam fosfatase, aril sulfatase, dan protease seperti tripsin yang disebut acrosin. Ikatan antara spermatozoa dan molekul pada zona pellusida dipicu oleh adanya reaksi akrosomal (Gartner and Hiatt, 2007). Leher adalah bagian yang sangat pendek yang menghubungkan kepala dengan ekornya dan memiliki panjang sekitar 5 m. Leher ini terdiri atas susunan silinder dari sembilan kolom bagian penghubung yang mengelilingi dua sentriol dimana salah satunya biasanya terfragmentasi. Aspek posterior ini dilanjutkan oleh sembilan serat padat pada bagian luar (Young, B., et al, 2007). Leher ini mengandung sisa sentriol, yang mengangkat aksonema dari flagellum. Akonem memiliki susunan standar sembilan plus dua mikrotubulus. Aksonema dar leher ini dikelilingi oleh beberapa cincin fibrosa terkondensasi. Pada spermatozoa manusia, sejumlah sitoplasma sering terlihat pada area leher (Gartner and Hiatt, 2007). Bagian tengah, memiliki panjang yang sama dengan leher dan terdiri atas aksonema flagelar yang dikelilingi oleh serat kasar yang tersususn longitudinal. Lebih luar lagi dari inti ini, terdapat mitokondria yang memanjang dan tersusun dalam heliks padat yang

menyediakan energi untuk pergerakan flagela. Penebalan fibrosa dibawah membran plasma, yang disebut annulus, mencegah mitokondria masuk ke bagian utama (Young, B., et al, 2007). Bagian tengah ekor terletak diantara leher dan bagian utama dan memiliki panjang sekitar 5 m, yang ditandai dengan adanya selubuh mitokondria, yang mengelilingi serat padat dan aksonema. Bagian tengah ini memiliki batas hingga annulus, struktur padat serupa cincin dimana plasmalemma melekat, sehingga mencegah mitokondria bergerak ke arah kauda. Selain itu juga, dua dari sembilan serat padat berakhir di annulus, sementara tujuh serat padat lainnya akan terus masuk ke dalam bagian utama (Gartner and Hiatt, 2007). Bagian utama merupakan segmen ekor terpanjang yang memiliki panjang sekitar 45 m dan memanjang dari annulus hingga bagian akhir. Aksonema pada bagian utama merupakan kelanjutan dari bagian tengah. Struktur yang mengelilingi aksonema adalah serat padat yang merupakan kelanjutan dari bagian tengah dan dikelilingi selubung fibrosa. Bagian utama ekor berakhir di dekat daerah kaudanya, dimana serat padat dan selubung fbrosa berakhir, dan dilanjutkan oleh bagian akhir (Gartner and Hiatt, 2007). Bagian utama ini terdiri atas inti yang berisi aksonema dan serat padat lanjutan dari bagian tengah. Inti ini dikelilingi oelh sejumlah kerangka fibrosa yang tersusun dalam bentuk sirkular. Dua dari fibril longitudinal inti bersatu dengan kerangka ini sehingga membentuk kolom dorsal dan ventral yang memanjang di sepanjang bagian utama. Susunan ini membagi bagian utma secara longitudinal menjadi dua unit kompartemen fungsional, satu mengandung tiga serat fibril kasar dan sisanya mengandung empat serat fibril kasar. Bentuk yang tidak asimetri ini diduga menghasilkan pergerakan kuat pada ekor ke salah satu arah yang mudah terlihat pada sperma segar, dan hidup pada mikroskop. (Young, B., et al, 2007). Bagian akhir, yang memiliki panjang sekitar 5 m, terdiri atas aksonema sentral yang dikelilingi oleh plasmalemma. Aksonema tersusun tak beraturan pada ujung 0,5 1,0 m akhir (Gartner and Hiatt, 2007). Ujung distal potongan utama ditandai dengan terminasi lapisan fibrosa yang mendadak. Bagian ekor diluar titik ini adalah potongan akhir. Panjang bagian ini dari 5-7 m dan terdiri dari aksonema yang ditutupi hanya oleh membran flagelar. Oleh karena itu menyerupai silium. Terdapat beberapa variasi interspesifik pada jalan akhir aksonema. Pada beberapa spesies, sepasang mikrotubul berakhir pada level yang berbada pada ujung

flagelum yang meruncing, tetapi pada primata, 9 pasang berdisosiasi menjadi 18 mikrotubul tunggal selain pasangan tengah. Sehingga potongan melintang terminal m ekor mungkin mengandung potongan 20 mikrotubul (Bloom & Fawcett, 2002).

b. Motilitas Spermatozoa Gerakan maju-mundur ekor (gerakan flagella) memberikan motilitas pada sperma. Gerakan ini disebabkan oleh gerakan meluncur longitudinal secara ritmis di antara tubulus posterior dan anteror yang membentuk aksonema. Energi untuk proses ini disuplai dalam bentuk adenosin trifosfat yang disintesis oleh mitokondria di badan ekor. Sperma yang normal bergerak dalam medium cair dengan kecepatan 1 sampai 4 mm/menit. Kecepatan ini akan memungkinkan sperma untuk bergerak melalui traktus genitalia wanita untuk mencapai ovum (Guyton & Hall, 2008). Young, B., et al. 2007. Male Reproductive System dalam Wheaters Functional Histology : A text and Colour Atlas, 5th edition. USA : Elsevier Gartner, L.P., dan Hiatt, J.L. 2007. Male Reproductive System dalam Color Textbook of Histology, 3rd edition. USA : Elsevier Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Fungsi Reproduksi dan Hormonal Pria dalam Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 11. Jakarta: EGC

You might also like