You are on page 1of 20

STATUS OBSTETRI IDENTITAS Nama Pasien Umur Jenis Kelamin Alamat Pekerjaan Nama Suami Umur Jenis Kelamin

Alamat Pekerjaan Masuk Rumah Sakit Keluar Rumah Sakit : Ny. A : 26 th :Perempuan : Perum mantang : Ibu Rumah Tangga : Tn. M : 29 th : Laki-laki : Perum mantang : Wiraswasta : 15 06 2012 : 16 06 2012 Pukul : 19.30 WIB

ANAMNESA (Autoanamnesa) Keluhan Utama : Keluar darah dari jalan lahir

Riwayat Penyakit Sekarang :


Ny. A usia 26 tahun datang ke RSUD Embung Fatimah dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak kemarin malam. Darah yang keluar berupa flek-flek dan bewarna merah kehitaman dan tidak mengalir. Pasien mengaku bahwa ia tidak memakai pembalut, karena darah yang keluar tidaklah banyak. Pasien mengaku saat keluarnya darah tersebut tidak terasa sakit ataupun mulas-mulas pada perutnya.. Pasien mengatakan sering mual dan muntah sampai 10x/hari. pasien juga mengaku dia sedang hamil 3 bulan dan sudah pernah melakukan tes kehamilan pada bulan Mei dan hasilnya positif. Pasien periksa ke poliklinik Kebidanan RSUD Embung Fatimah pada tanggal 16 juni 2012, dan hasil pemeriksaan dikatakan bahwa pasien mengalami hamil anggur dalam rahimnya. Pasien mengaku hari pertama menstruasi terakhir dia tanggal 27 maret. pasien mengatakan biasanya menstruasinya berlangsung 7 hari, teratur dan tidak pernah ada

gangguan saat menstruasi. Pasien tidak mengeluh adanya kesulitan dalam buang air besar dan buang air kecil. Pasien tidak memiliki penyakit seperti asma, hipertensi, penyakit jantung, penyakit hati, kencing manis, penyakit ginjal, riwayat keputihan dan infeksi saluran kemih. Di keluarga tidak ada yang menderita hipertensi, kencing manis, penyakit paru atau penyakit ginjal. pasien tidak memiliki alergi terhadap obat dan makanan.

Riwayat Penyakit Dahulu Os menyangkal memiliki penyakit jantung, asma, darah tinggi, dan kencing manis

Riwayat Penyakit Keluarga Os menyangkal di keluarga tidak ada yang menderita penyakit jantung, asma, darah tinggi, dan kencing manis.

Riwayat Alergi Os menyangkal memiliki riwayat alergi obat maupun makanan

Riwayat Haid Menarche Lama Haid Siklus Haid Disertai Rasa Sakit HPHT Usia kehamilan : 14 tahun : 7 hari : 28 hari : tidak disertai nyer perut : 27 Maret 2012 : 11 minggu 2 hari

Riwayat Perkawinan
Pasien menikah tahun 2007 saat usianya 21 tahun. Os menikah dengan suaminya sudah 5 tahun

Riwayat Obstetrik 5 tahun menikah dan dikaruniai anak satu perempuan lahir dengan operasi
Tahun 2012 hamil sekarang

Riwayat Operasi Os mengatakan pernah mengalami operasi sesar 4 tahun yang lalu.

Riwayat Kontrasepsi Pasien mengatakan tidak pernah memakai alat kontrasepsi

PEMERIKSAAN FISIK STATUS PRAESENS Keadaan Umum Kesadaran Tekanan darah Nadi Pernafasan Suhu Berat Badan Tinggi Badan Gizi Kulit : Tampak Sakit Sedang : Compos mentis : 110/80 mmhg : 80 x/menit, reguler, kuat : 20 x/menit : 36,6 C : 75 kg : 178 cm : Cukup : Turgor kulit cukup

Kepala Mata : conjunctiva dextra dan sinistra pucat, sclera dextra dan sinistra tidak
kuning, Direct dan mata tidak strabismus, mata tidak exoftalmus, reflek cahaya Indirect dextra dan sinistra positif dan isokor.

Hidung

: septum tidak berdeviasi, terdapat bulu hidung, secret atau darah tidak ada,
mukosa tidak hiperemis, concha tidak hypertrofi.

Telinga

: Aurikula dalam bentuk dan ukuran normal, tidak ada nyeri tragus pada
telinga dextra dan sinistra, meatus acusticus externus dextra dan sinistra tidak hyperemis dan tidak terdapat secret/pus/darah, membrane tympani dextra dan sinistra intakcloasma gravidarum (-)

Mulut

: bibir tidak sianosis, gusi tidak berdarah, caries gigi (-), lidah

tidak kotor, faring tidak hiperemis, tonsil 1/1 Leher JVP Toraks Mammae : tidak ada benjolan, dan tidak ditemukan pembesaran KGB : 5+1 cmH2O : diameter latero lateral antero posterior 2:1 : areola mammae tidak hyperpigmentasi, tidak ada retraksi papila
mammae, tidak ada peau de orange, tidak teraba benjolan (massa) di seluruh kuadran mammae.

Jantung

I : iktus kordis tak terlihat P : iktus kordis teraba P : Batas Jantung Kanan Batas Jantung Kiri Batas Jantung Atas Pinggang Jantung : ICS IV Linea sternalis dextra : ICS V Linea Midclavicila sinistra : ICS II Linea sterna sinistra : ICS III Linea parasternal sinistra

A : BJ 1 & 2 terdengar, gallop (-), murmur (-) Paru depan :

I : simetris, jejas (-), normochest, tidak ada retraksi otot pernafasan P : taktil fremitus simetris, ekpansi paru simetris P : sonor pada paru kiri dan kanan A : Vesikuler pada kedua lapang paru Paru Belakang: I : simetris, jejas (-), tidak ada retraksi otot pernafasan P : taktil fremitus simetris

P : sonor pada paru kanan dan kiri A : vesikuler paru kiri dan kanan Abdomen :
Inspeksi Auskultasi Perkusi : supe, tidak terdapat striae, ada sikatrik bekas luka operasi saesar : bising usus normal ( 4x/menit) : tympani, pekak pada regio suprapubik, nyeri ketuk tidak ada, sifting dulnes negative Palpasi Hepar Lien Renal : tidak teraba massa (kandung kemih dikosongkan). : tidak teraba : tidak teraba : tidak teraba

Genitalia Inspeksi Ekstremitas : tampak darah keluar dari jalan lahir berwarna merah kehitaman : Tidak tampak Edema, akral hangat pada keempat ekstrimitas

STATUS OBSTETRI PEMERIKSAAN LUAR Inspeksi : Abdomen cembung, Fundus uteri pertengahan sympisis dengan pusat (18 cm), lunak. Inspekulo : Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin Hb Leukosit Eritrosit Trombosit Hematokrit Bleeding Times (BT) Clothing Times (CT) Gol. Darah/ Rh GDS : : 10,6 gr/dl : 8.200 sel/mm3 : 4,1 x 106 sel/mm3 : 274.000 sel/mm3 : 34% : 3,30 menit : 8,00 menit :O : 76 mg/dl

ULTRASOUNOGRAFI

Tampak Honey comb apperance gambaran janin (-) DIAGNOSA BANDING 1. Molahidatidosa komplit 2. Molahidatidosa parsial

USULAN PEMERIKSAAN LANJUTAN Laboratorium Urinalisa Histopatologi anatomi Rongen Thorax Imunologi dan Serologi : titer -HCG, T3 dan T4 : Darah rutin, Kimiawi darah : Urin rutin

Perbaiki keadaan umum 1. Pasang infuse RL 20 gtt/menit 2. Pasang Kateter 3. Persiapan darah 4. Kuretase Dilakukan pada 16 juni 2012 pkl. 12.30 WIB 5. Observasi perdarahan 6. Jika terus terjadi penurunan Hb transfusi whole blood

LAPORAN OPERASI Diagnosa Pre-Operatif Diagnosa Post-Operatif Jenis operasi Tanggal Operasi : 16 juni 2012 Langkah operasi Dilakukan sepsis dan antisepsis Pasang dock steril Masukkan sims Jepit porsio dengan cunam Sondase uterus 17 cm Evakuasi jaringan dengan Aspirasi Vakum Manual Dilanjutkan dengan kuret tajam sampai kesan bersih Didapatkanan jaringan mola 250 cc seperti mata ikan Dilakukan pemeriksaan PA dari jaringan tersebut : Suspek Mola hidatidosa : Suspek Mola hidatidosa : Kuretase Jam Operasi Dimulai : pkl : 12.30 Jam Operasi Ssebutelesai : 13.00

Terapi post operasi Amoksisilin 3x1 tab

Asam mefenamat 1x1 tab Methergin 3x1 tab Sulfat ferosus 1x1 tab

FOLLOW UP Follow up pre-Operatif (15 Juni di ruang observasi kebidanan (pkl. 20.00) Keluhan : ada flek-flek merah kehitaman sejak kemarin malam, Tidak disertai dengan nyeri perut ataupun mulas-mulas. Status present : Keadaan umum : baik Kesadaran TD Nadi RR Temp : komposmentis : 110/80 mmHg : 84x/menit : 20x/menit : 36,6C

Follow up (16 Juni 2012 post kuretase pkl. 13.00 WIB) Keluhan : perdarahan (+) tetapi tidak aktif, pusing (+) Status present : Keadaan umum : baik Kesadaran TD Nadi RR Temperatur : komposmentis : 110/80 mmHg : 84x/menit : 21x/menit : 36,6C

Pasien pulang tanggal 16 Juni 2012 pukul 14.45 atas permintaan sendiri

Tanggal

18

juni

2012

pkl.09.00

keluar

hasil

pemeriksaan

Histopatologi Anatomi Makroskopis : Diterima sebuah jaringan diantaranya ada bagian dengan gelembung-gelembung kecil berwarna coklat kehitaman, kenyal, sebagian rapuh, ukuran 3,5 cm x 3,5 cm x 1,5 cm. pada lamelasi ada bagian yang padat hitam kecoklatan dan bagian yang rapuh. Mikroskopis : Sediaan kuretase sebagian terdiri dari jaringan yang nekrotik, bekuan darah, jaringan deciduas, keeping-keping placenta dan villi khorealis yang mengalami degenerasi hidropik avaskuler. Pada sebagian villi tampak lapisan sito dan sinsitiotrofoblas dalam batas normal. Diantara villi khorealis juga ditemukan proliferasi sito dan sinsitio trofoblast yang berkelompok Kesimpulan : Molahidatidosa Komplit dengan Proliferasi berlebih sel-sel trofoblast. DIAGNOSA KLINIS Mola Hidatidosa Komplit PROGNOSIS Quo ad vitam Qou ad functionam : dubia ad bonam : dubia ad bonam

PERMASALAHAN

1. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah benar? 2. Apakah etiologi molahidatidosa pada pasien ini? 3. Termasuk mola jenis apa pada psien ini? 4. Bagaimana tatalaksana pada pasien ini?

ANALISIS KASUS Anamnesa : Pasien G2P1A0 11 minggu mengeluh keluar darah dari jalan lahir sejak kemarin malam, Darah yang keluar berupa flek-flek dan bewarna merah kehitaman dan
tidak mengalir. Pasien mengaku bahwa ia tidak memakai pembalut, karena darah yang keluar tidaklah banyak. pasien mengaku sedang hamil 3 bulan dan sudah pernah

mengecek tes kehamilan pada bulan mei dan hasilnya positif. Pasien mengatakan sering mual dan muntah sampai 10x/hari, perutnya lebih cepat membesar daripada kehamilan sebelumnya . DISKUSI DAN PEMBAHASAN Penegakkan pemeriksaan fisik, diagnosis pada pasien ini dan berdasarkan pemeriksaan anamnesis, penunjang.

pemeriksaan

obstetric

Berdasarkan hasil anamnesis didapatkan adanya amenorrhea, perdarahan pervaginam dan tidak ditemukan tanda kehamilan pasti yang disertai dengan perut yang membesar lebih dari usia kehamilannya. Hal ini sesuai dengan teori dimana dikatakan bahwa tanda dan gejala mola hidatidosa ialah amenorrhea, perdarahan pervaginam,dan tidak ditemukan tanda kehamilan pasti. Perdarahan pervaginam sering terjadi sebagai komplikasi dari mola hidatidosa yang didiagnosis terlambat, dimana telah terjadi ekspulasi jaringan menyerupai buah anggur secara spontan. Keluarnya gelembung mola merupakan diagnosis yang paling tepat. Namun jika kita menunggu sampai gelembung mola keluar biasanya sudah terlambat karena pengeluaran gelembung umumnya disertai perdarahan yang banyak dan keadaaan umum pasien menurun. Perdarahan dapat terjadi selama beberapa minggu atau bulan secara intermiten. Akibat perdarahan, maka anemia seringkali terjadi pada beberapa kasus mola yang besar. Jaringan mola dapat terpisah dari desidua dan mengganggu pembulu darah maternal, yang akan mendistensi cavum

endometrium dikarenakan kumpulan darah.

Pada pemeriksaan fisik diperoleh tingginya fundus uteri pertengahan antara sympisis pubis dengan pusat atau 18 cm (16 minggu) yang tidak sesuai dengan perhitungan usia kehamilan pasien ini berdasarkan HPHT yaitu tanggal 27 maret 2012 (11 minggu). Darah lengkap, tes fungsi tiroid, serum didapatkan juga abdomen cembung dan lunak. Pemeriksaan penunjang yang seharusnya dilakukan sebelum evakuasi mola ialah pemeriksaan laboratorium darah lengkap, tes fungsi tiroid, serum HCG, tipe golongan darah, foto polos thorak dan USG. Pada kasus ini, hanya dilakukan pemeriksaan darah dan USG. Dari hasil pemeriksaan darah diperoleh kadar haemoglobin pasien adalah 10,6 g/dl. Hasil USG pada kasus ini adalah gambaran m ola yang khas berupa badai salju (snow flake pattern) atau gambaran seperti sarang lebah (Honey Comb). Pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan adalah rontgen thorak. Pemeriksaan foto polos thorak bermanfaat untuk mengetahui adanya metastase ke paru-pru. Pemeriksaan penunjang lain yang khas dalam membantu diagnosis mola hidatidosa adalah ditemukannya peningkatan kadar HCG serum. Namun pada kasus ini sama sekali tidak dilakukan pemeriksaan kadar HCG serum. Kadar HCG serum dapat digunakan untuk mengetahui apakah mola beresiko tinggi atau rendah, hal ini sangat menentukan penatalaksanaan maupun prognosis pasien, dimana kadar yang lebih dari 100.00 mIU/ml biasanya diakibatkan oleh mola, sedangkan kehamilan normal kadarnya < 60.000 mIU/ml. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan setelah dilakukan kuretase ialah pemeriksaan histology dari hasil jaringan kuret, yaitu hasil histopatologi tampak dibeberapa tempat villi yang edema dengan sel trofoblast yang berproliferasi hebat, sedangkan ditempat lain masih tampak villi yang normal. Namun perlu diingat bahwa hasil pemeriksaan PA tidak mampu memperkirakan terjadinya koriokarsinoma yang timbul setelah molahidatidosa. 2. Apakah etiologi molahidatidosa pada pasien ini? ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO`1,2,6 Mola hidatidosa mempunyai faktor risiko

1. Umur Insidensi kehamilan mola meningkat 2x lipat pada wanita berumur lebih dari 35 tahun. Pada wanita di atas 40 tahun kejadiannya meningkat 57,5 kali lipat. 5Beberapa penelitian menunjukan peningkatan insiden mola pada wanita hamil usia belasan tahun. La Vecchia dkk melaporkan peningkatan kejadian sebanyak 4 kali lipat bila usia ayah lebih dari 45 tahun. Pada mola parsial tidak ada hubungan antara umur ibu dengan angka kejadian.6 2. Etnis Penelitian di Hawaii oleh Matsuura dkk menunjukan kejadian yang lebih tinggi pada wanita Filipina dan Jepang dibandingkan dengan kejadian tersebut pada wanita kulit putih dan penduduk asli Hawaii. Di Singapura juga didapatkan wanita keturunan Eurasian mempunyai kemungkinan dua kali lipat dibandingkan wanita keturunan Cina, India dan Malaysia. Di Cina, etnis yang terbesar yaitu Han mempunyai tingkat kejadian yang paling rendah dibandingkan etnis Zhuang dan Mongolia. 3. Riwayat mola Wanita dengan kehamilan mola sebelumnya mempunyai risiko 10 kali lipat dibandingkan populasi pada umumnya. 4. Faktor reproduktif dan kontrasepsi Kejadian mola hidatidosa mengalami peningkatan 2 kali lipat pada wanita yang sebelumnya mengalami abortus spontan.6 Peningkatan paritas tidak secara signifikan mempengaruhi kejadian mola. Tahun 1976 Stone dkk menemukan hubungan antara pemakaian kontrasepsi oral dengan kejadian Mola, tetapi peneliti lain tidak menemukan hubungan tersebut. 5. Faktor Nutrisi Studi perbandingan kasus di Amerika dan Itali memperlihatkan penurunan insidensi mola dengan intake lemak hewani dan beta karoten yang tinggi. 6. Paparan herbisida Penelitian di Vietnam menunjukan pengaruh buruk agen orange dan kontaminannya, yaitu TCDD (2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-dioxin) terhadap kejadian mola.

3. Termasuk mola jenis apa pada pasien ini? KLASIFIKASI Berdasarkan gambaran histopatologi mola hidatidosa diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu:2 1. Mola hidatidosa komplit (klasik) Struktur dan gambaran histologinya ditandai oleh: Degenerasi hidropik dan pembengkakan stroma villi Tidak adanya pembuluh darah dalam vili Proliferasi epitel trofoblas sehingga mencapai derajat yang beragam Tidak ditemukan janin dan amnion

Kehamilan mola komplit sepenuhnya diturunkan dari pihak laki-laki dan memiliki karakteristik predominan kariotipe 46 xx ( > 90%), dengan kromosom sepenuhnya berasal dari ayah. Ovum dibuahi oleh sebuah sperma haploid yang kemudian mengadakan duplikasi kromosomnya sendiri setelah miosis dan nukleus ovum tersebut dapat hilang atau tidak-teraktivasi. Kromosom ovum biasanya tidak terlihat atau tampak tidak aktif. Walaupun sebagian besar mola komplit memiliki pola kromosom 46xx, sekitar 10% memiliki kariotipe 46xy. Kromosom pada mola komplit 46xy juga tampaknya berasal dari paternal seluruhnya, tetapi pada keadaan ini, telur yang kosong difertilisasi oleh dua sperma. Kariotipe ini mungkin berhubungan dengan kejadian keganasan di kemudian hari. Variasi lain juga pernah dikemukakan yaitu 45x. Risiko neoplasia trofoblastik yang terjadi pada mola komplit kurang lebih sebesar 20%. 2. Mola hidatidosa parsial Jika perubahan hidatidosa bersifat fokal serta belum begitu jauh dan masih terdapat janin atau sedikitnya kantong amnion, keadaan ini digolongkan sebagai mola hidatidosa parsial. Pada sebagian villi yang biasanya avaskuler terjadi pembengkakan hidatidosa yang berjalan lambat, sementara villi lainnya yang vaskuler dengan sirkulasi darah fetus plasenta yang masih berfungsi tidak mengalami perubahan. Hiperplasia trofoblastik yang terjadi, lebih bersifat fokal daripada generalisata, kariotipe secara khas lebih tripoid, yang bisa 69, XXY atau 69, XYY, dengan satu komplemen maternal tapi biasanya dengan dua komplemen haploid paternal. Janin secara khas menunjukkan stigmata triploid yang mencakup malformasi kongenital multipel dan retardasi pertumbuhan. Risiko terjadinya koriokarsinoma yang berasal dari mola hidatidosa parsial sangat kecil.

Tabel 1- Karakteristik Mola Hidatidosa Komplit dan Parsial Kariotipe Patologi - Fetus Gelembung villi Proliferasi trofoblastik Mola Hidatidosa / Komplit Diploid (46, XX, 46, XY) Mola Hidatidosa Parsial Triploid (69,XXX atau 69,XXY) Ada Fokal ringan Fokal, Bervariasi, ringan sampai sedang

Tidak ada Difus Difus, Bervariasi, sampai berat

Gambaran klinis - Diagnosis - Ukuran uterus - Kista tekalutein - Komplikasi - Penyakit post mola - -hCG

Kehamilan mola 50% > usia kehamilan 25-30% Sering terjadi 20% Meningkat > 50.000

Missed Abortion Kecil untuk kehamilan Jarang Jarang <5-10% Meningkat 50.000 sedikit

usa

<

3. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat ? Penatalaksanaan pada kasus ini ialah dengan memperbaiki keadaan umum dan melakukan evakuasi mola dengan kuretase sebanyak satu kali. Dalam melakukan kuratase untuk melakukan evakuasi jaringan mola, kuret harus dilakukan sampai bersih, karena residu sel trofoblas sering tumbuh dan berkembang. Bila kuret dinyakini tidak bersih maka kuret ulangan dilakukan 1-2 minggu kemudian. PENATALAKSANAAN 1,2,3,6 Penatalaksanaan mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap yaitu : 1. Perbaikan keadaan umum Yang termasuk dalam usaha ini misalnya transfusi darah pada anemia berat atau tatalaksana syok, dan menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti preeklampsia dan tirotoksikosis. Preeklampsia diobati seperti pada

kehamilan biasa, sedangkan untuk tirotoksikosis diobati sesuai protokol dari Bagian Ilmu Penyakit Dalam. 2. Pengeluaran jaringan mola Bila diagnosis telah ditegakkan dan kondisi yang berkaitan dengan kehamilan mola seperti anemia berat, hipertensi, hipertiroidisme telah ditegakkan, kehamilan mola harus segera diakhiri. Ada dua cara evakuasi, yaitu : a. Kuret hisap Merupakan tindakan pilihan untuk mengevaluasi jaringan mola, dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan pencapaian efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara cepat). Sondase tidak boleh dilakukan untuk mencegah terjadinya perforasi uterus Kuret hisap sebaiknya diikuti dengan kuret tajam, dan jaringan yang diambil dengan kuret tajam, dikirimkan secara terpisah ke Bagian Patologi Anatomi untuk membedakan dengan khoriokarsinoma. Bila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan minimal 3 set agar dapat dipergunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai. Jika terdapat mola hidatidosa yang besar (ukuran uterus >12 minggu, dan dievakuasi dengan kuret hisap, laparotomi harus dipersiapkan, atau mungkin diperlukan ligasi arteri hipogastrika bilateral bila terjadi perdarahan atau perforasi). b. Histerektomi Sebelum adanya kuret hisap, histerektomi dahulu sering dilakukan pada pasien dengan ukuran uterus di atas 12-14 minggu. Namun histerektomi saat ini tetap merupakan pilihan pada wanita yang telah cukup umur dan cukup mempunyai anak. Alasan untuk melakukan histerektomi adalah karena umur tua merupakan faktor predisposisi timbulnya keganasan. Batasan yang dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga. Tidak jarang bahwa pada sediaan histerektomi bila dilakukan pemeriksaan histopatologi sudah tampak adanya tanda-tanda mola invasif. 3. Terapi profilaksis dengan sitostatika Pemberian kemoterapi profilaksis belum secara pasti ditetapkan, namun biasanya diberikan pada kasus mola dengan risiko tinggi keganasan, biasanya diberikan metotreksat atau aktinomisin D.4 Tidak semua ahli setuju dengan cara ini, dengan alasan jumlah kasus mola menjadi ganas tidak banyak dan sitostatika merupakan obat yang berbahaya. Goldstein

berpendapat bahwa pemberian sitostatika profilaksis dapat menghindarkan keganasan dengan metastase, serta mengurangi koriokarsinoma di uterus sebanyak 3 kali.4 Kadar hCG di atas 100.000 IU/L praevakuasi dianggap sebagai risiko tinggi untuk perubahan ke arah ganas. Pada kasus ini dapat dipertimbangkan untuk memberikan metotreksat (MTX) 3x5 mg sehari selama 5 hari dengan interval 2 minggu sebanyak 3 kali pemberian. Dapat juga diberikan aktinomisisn D 12 g/kgBB/hari selama 5 hari. 4. Pemeriksaan tindak lanjut Setelah evakuasi mola atau histerektomi dengan mola in situ, pasien haruslah menjalani pemeriksaan kadar subunit-beta hCG setiap minggu sampai hasilnya normal untuk tiga minggu berturut-turut, dan setiap bulan sampai kadarnya normal pada 6 bulan berturut-turut.

Lama pengawasan masih belum pasti, namun berkisar antara satu atau dua tahun, mengingat kemungkinan terjadi keganasan setelah mola hidatidosa ( 20%).4 Untuk tidak mengacaukan pemeriksaan selama periode ini pasien dianjurkan untuk tidak hamil dulu, dengan pemakaian alat kontrasepsi. Selama pengawasan, secara berkala dilakukan pemeriksaan ginekologik, kadar -hCG dan radiologi. Pemeriksaan kadar -hCG dilakukan setiap minggu sampai kadar menjadi negatif selama 4 6 minggu dan selanjutnya tiap bulan selama 1 tahun dan setelah itu pemeriksaan dilakukan dengan interval 3 bulan. Pemeriksaan Roentgen paru-paru dilakukan untuk mengetahui adanya metastasis. Pemeriksaan -hCG serial setelah keguguran pada trimester

pertama juga merupakan cara efektif untuk mendeteksi adanya kehamilan mola ataupun ektopik karena setelah terjadi keguguran masih ada kemungkinan terdapat kehamilan mola atau ektopik.7 5. Kontrasepsi Pasien dimotivasi untuk menggunakan kontrasepsi yang efektif selama tindak-lanjut pemantauan kadar gonadotropin. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) sebaiknya tidak dipasang sampai pasien mencapai kadar hCG normal, oleh karena adanya risiko potensial perforasi uterus. Jika pasien tidak menginginkan sterilisasi bedah, pilihan kontrasepsi adalah hormonal atau metoda barrier. Penggunaan kontrasepsi oral kombinasi maupun AKDR terbukti aman dan efektif serta tidak meningkatkan resiko terjadinya postmolar trophoblastic disease.11 Penggunaan kontrasepsi oral terbukti tidak menyebabkan penyakit trofoblas persisten

Pengamatan lanjutan Setelah evakuasi mola maka seharusnya dilakukan pemeriksaan lanjutan mengenai monitoring kadar HCG. Namun pada kasus karena tidak dilakukan pemeriksaan kadar HCG. Maka monitoring dilakukan berdasarkan keluhan pasien. Hal ini telah dilakukan dengan melaksanaakan rencana pengamatanlanjut yaitu dengan memberikan jadwal terhadap pasien berupa: control poli kandungan dan kebidanan seminggu post kuratase. Cek kadar HCG serum tiap minggu sampai HCG negative selama 3 minggu berturut-turut, tiap bulan sampai 6 bulan, sampai kadar HCG menjadi negative. Selama dilakukan pemeriksaan kadar hCG, pasien diberitahukan supaya tidak hamil. Apabila dalam pemeriksaan lanjutan diperoleh bahwa kadar hCG preevakuasi <100.000 mlU/ml, besar uterus < 20 minggu dan tidak ditemukan kista lutein dengan diameter > 6 cm maka prognosis pasien baik. Namun apabila tingkat kadar hCG tidak turun dalam 3 minggu berturut-turut atau malah naik, dapat diberi kemoterapi, kecuali jika penderita tidak menghendaki bahwa uterus dipertahankan; dalam hal ini dilakukan histerektomi. Untuk kemoterapi dapat dilakukan dengan pemberian Methotrexate atau Dactinomycine atau kadang-kadang dengan kombinasi dengan 2 obat tersebut.

PROGNOSIS Pemantauan yang dilihat pada pasien mola hidatidosa yang telah menjalani evakuasi mengindikasikan bahwa tindakan ini bersifat kuratif pada lebih dari 80% pasien. Mola hidatidosa yang berulang terjadi pada 0,5 sampai 2,6% dengan risiko yang lebih besar untuk menjadi mola invasif atau koriokarsinoma. Kurang lebih 20% mola hidatidosa komplit menjadi metastatik koriokarsinoma yang potensial invasif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Gant NF , Leveno KJ, etall. Williams Obstetrics : Gestational Trophoblastic Disease. 21st edition. Connecticut, Appleton & Lange. 2001 .835-849. 2. Pongcharoen S. Hydatidiform Mole Pregnancy : Immunology. Siriraj Hosp Gaz 2004;56(7):382-7 Genetics and

3. Hacker N.F, M.J George. Terjemahan Esensial Obstetri dan Ginekologi, edisi 2, Hipokrates, 2001, 679-687 4. Winkjosastro H. Mola Hidatidosa; Ilmu Kebidanan. Edisi ke-1. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 1997; 342 348. 5. Wiknjosastro H. Mola Hidatidosa; Ilmu Kandungan. Edisi ke-2. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2007; 262 266. 6. H Alan, De Cherney, Nathan L. Gestational Trophoblastic Disease in Current Obstetric an Gynecologic Diagnose and Treatment. 9th ed. Lange. Baltimore NY. Mc Graw Hill. 2003. 947 958. 7. http://www.emedicine.com Hydatiform Mole by Lisa E Moore, MD 8. http://www.emedicine.com Gestational Trophoblatic Disease by William M. Rich, MD 9. Mochtar R, Lutan D. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri patologi. Jilid 1 Edisi 2. Jakarta:EGC.h.238-41

You might also like