Professional Documents
Culture Documents
PENANGANANNYA
Karena proses erosi alami dan interaksi variabel dan gaya-gaya penyebab erosi bersifat komplek, maka mekanisme erosi pada tebing sungai pada dasarnya sangat sulit dipahami kecuali dilakukan melalui evualuasi detail dengan data yang cukup. Erosi tebing dapat disebabkan karena ulah manusia atau pun karena proses alam. Diperlukan suatu identifiksi dan perkiraan tentang mekanisme keruntuhan tebing yang terjadi untuk mengetahui faktor-faktor penyebab erosi tebing, sehingga dapat digunakan untuk memilih jenis perlindungan tebing yang sesuai dan proporsional.
1.1
Mekanisme keruntuhan adalah proses fisik erosi yang dapat dipandang sebagai masalah yang dapat dilihat di lokasi. Mekasime keruntuhan dapat diakibatkan oleh pengaruh lokal (site based) dan/atau pengaruh bentangan (reach based) atau kedua-duanya.
Mekanisme keruntuhan tebing yang umum dijumpai di lapangan adalah: 1. Keruntuhan akibat erosi pada ujung bawah tebing (toe erosion) 2. Penggerusan (scour) yang terdiri dari gerusan local, gerusan akibat penyempitan, terjunan dan jet. 3. Keruntuhan massa (mass failure) 4. Keruntuhan entrainment) 5. Keruntuhan akibat potensi avulsi dan sudetan (avultion and chute-cutoff potential) akibat erosi aliran bawah permukaan (subsurface
1.1.1
Memperkirakan mekanisme keruntuhan tebing harus dengan observasi dan evaluasi kondisi di tempat (site), seperti kondisi geologi dan topografi, tipe tanah, pola aliran dan derajat gaya erosi, pertumbuhan tanaman termasuk dalamnya akar dan kekuatannya, geomeri tebing sungai dan beban sedimen.
Mengidentifikasi penyebab pengaruh bentangan (reach based) umumnya memerlukan beberapa kali investigasi lapangan (site invetigasi) yang lebih luas sepanjang daerah sungai. Umumya, perlindungan tebing difokuskan pada penyebab lokal yang menyebabkan ketidakstabilan tebing, dan mengabaikan stabilitas bentangan sungai atau stabilitas daerah pengaliran (watershed) secara luas.
Dengan mengabaikan penyebab bentangan, bangunan perlindung tebing yang direncanakan dapat menimbulkan lebih banyak kerusakan daripada kebaikannya (keuntungannya). Mereka dapat menyebabkan kegagalan tambahan seperti chanell flanking, penggerowongan (underminning) struktur, atau pengendapan sedimen dan tertimbunnya bangunan pelindung.
Identifikasi mekanisme keruntuhan dan penyebab-penyebabnya umumnya dilakukan bersama-sama, baik akibat lokal maupun akibat bentangan. Perlu dicatat, bahwa menentukan mekanisme keruntuhan di lokasi langsung (onsite) tanpa mengidentifikasikan penyebab yang tersembunyi adalah seperti
memberikan aspirin (obat penghilang rasa sakit) tanpa mengobati kaki yang sakit, mungkin hanya mengobati gejalanya saja, tetapi tidak memecahkan masalahnya .
Tabel 6.1 menjelaskan katagori mekanisme keruntuhan akibat pengaruh lokal dan pengaruh bentangan sekitar.
Tabel 6.1. Mekanisme keruntuhan akibat pengaruh lokal (site-based) dan pengaruh bentangan (reach-based)
Mekanisme Keruntuhan Pengaruh local (site based) Pengaruh bentangan (reach-based) Erosi kaki (toe) berkurangnya srutuktur tebing sungai dihaluskan sepanjang tikungan tanaman pada migrasi meander agradasi degradasi
Gerusan local
tidak ada
Gerusan penyempitan
akibat
tidak ada
bendung
tidak ada
gosong lateral sungai samping atau anak sungai tikungan mendadak yang berfungsi sebagai sink)) alur-alur pada sungai berjalin. peredam energi (energy
Keruntuhan massa
tanah jenuh pertambahan (surcharge) kurangnya struktur akar hilangnya struktur penopang lateral beban permukaan
Tidak ada
Erosi oleh aliran bawah permukaan entrainment) Potensi terjadinya avulsi atau sungai sudetan (Subsurface
seepage air tanah penurunan muka air dengan cepat (rapid draw down) aktifitas di bantaran banjir kondisi alami
Tidak ada
(chute-cutoff)
1.2
1.2.1
Erosi pada kaki terjadi ketika aliran air memindahkan partikel dari tebing atau dasar sungai sehingga terjadi penggerowong (undermines) pada bagian kaki (toe) tebing dan kemudian massa tebing runtuh atau tergelincir (sliding). 1.2.1.2 Penyebab keruntuhan:
Erosi toe terjadi di sepanjang meander ataupun pada ruas sungai yang lurus. Ada sejumlah penyebab lokal erosi toe, diantaranya: 1) Berkurangya pepohonan pada tebing. Gangguan pada pepohonan di sepanjang tebing sungai dan pada daerah bantaran (riparian)
berpengaruh pada stabilitas tebing, terutama dalam hal daya tahannya terhadap erosi (lihat Gambar 6.1). Akar pepohonan diatas lereng tebing sungai mengikat tanah dan menyatu (monolit) secara vetikal dan horizontal. Gangguan pada erosi tebing sungai dan pepohonan merupakan penyebab umum sering dihubungkan langsung dengan
pembangunan daerah atau manajemen pertanian. Ini juga terjadi ketika ada sungai yang terdegradasi. Sungai yang terdegradasi menurunkan muka air tanah dibawah daerah zona perakaran (root zone) yang pada gilirannya menurunkan daya hidup tanaman.
Gambar 6.1 Erosi pada kaki (Toe Erosion) 2) Sungai dihaluskan. Sungai yang dihaluskan menyebabkan hambatan terhadap aliran berkurang. Sungai yang halus dapat terjadi karena reruntuhan kayu telah dipindahkan, sungai telah dikeruk, atau tebing telah diperkeras. Suatu sungai yang diperhalus akan memiliki kelebihan energi yang kemudian didesipasikan ke tebing sungai. Sungai akan
menyesuaikan diri melalui desipasi energi dengan cara memperpanjang sungai dan mengurangi kemiringannya atau dengan mendegradasi dasar sungai, dan penyesuaian ini memicu erosi tebing sungai. 3) Sepanjang tikungan. Ketika aliran bergerak sepanjang tikungan, thalweg (bagian terdalam dasar sungai) bergeser ke sudut luar sungai (lihat Gambar 6.2) dan menimbulkan gerusan pada lokasi tikungan (lihatseperti dijelaskan pada bagian 4
1.2.2 -
Gerusan adalah erosi pada lokasi tertentu yang tingkatnya lebih besar dibandingkan daerah sekitarnya.
Gerusan diakibatkan dari aksi erosif air yang mengalir, yang menggali dan membawa material dari dasar dan tebing sungai.
Tanah berbutir lepas dengan cepat tererosi oleh aliran air, sedangkan tanah kohesif lebih tahan terhadap gerusan.
Bagian tengah tebing kebawah adalah bagian yang selalu basah oleh aliran yang akan langsung mengalami gerusan, dan jika material tebing tidak tahan terhadap gaya gerus maka terjadi penggerowongan
1.2.2.1.2 Penyebab gerusan Penghalang dapat di buat oleh manusia atau alam. Penghalang buatan manusia termasuk diantaranya adalah jembatan atau abutment. Gangguan alam termasuk antaranya adalah bongkahan batu, kumpulan reruntuhan kayu atau gosonggosong di tengah sungai.
Lebarnya gerusan lokal tergatung pada ukuran relatif dan lokasi penghalang yang menyebabkan gerusan. Sebagai contoh, gerusan yang terbentuk disekitar pohon besar yang jatuh ke sungai tidak akan meleber terlalu jauh dari pohon.
1.2.2.2 Gerusan akibat penyempitan 1.2.2.2.1 Mekanisme gerusan Rata-rata kecepatan yang melalui penampang sungai yang menyempit meningkat, mengakibatkan erosi sepanjang dasar sunai di dekat penyempitan. Dasar sungai pada bagian menyempit lebih dalam dibandingkan dasar sungai di hilir dan udik. 1.2.2.2.2 Penyebab gerusan: - Gerusan akibat penyempitan terjadi jika bentuk tebing sepanjang sungai lebih sempit dibandingkan bentuk normal. Bagian yang menyempit biasanya memliliki struktur yang lebih keras dibandingkan tebing diudik maupun di hilir dan umunya lebih tahan terhadap gaya gerus yang lebih tinggi yang dihasilkan penyempitan itu sendiri. Bedrock yang berada pada permukaan sering membentuk penyempitan alami. Selain bedrock, sampah rerutuhan pohon besar atau jembatan juga merupakan contoh umum yang dapat menyebabkan penyempitan. Tembok tebing yang terlalu sempit, penyempitan sungai akibat dibangunnya groin, atau keberadaan akar pohon yang kuat pada sungai kecil dapat menyebabkan penggerusan akibat penyempitan.
Gerusan akibat bangunan terjun atau dam adalah hasil dari tumpahan air dari bagunan yang lebih tinggi (mercu) atau banguan terjun, menciptakan pola aliran sekunder yang dikenal sebagai pusaran (roller). Pusaran menggerus dasar dibawah terjunan (gambar 6.5). penggerusan akibat terjunan. Kolam disipator energi dapat terbentuk dari
1.2.2.4 Gerusan akibat aksi jet 1.2.2.4.1 Mekanisme gerusan Gerusan jet terjadi ketika aliran yang masuk sungai berperilaku seperti aliran yang menyemprot dari lubang kecil (misal slang air). Gaya tumbuk yang dihasilkan dari aliran jet menggerus dasar dan tebing sungai.
1.2.2.4.2 Lokasi dan penyebab gerusan. Gosong lateral, alur-alur pada sungai berjalin, anak-anak sungai, tikungan tajam yang berfungsi sebagai peredam energi (energy sink), dapat menimbulkan gerusan jet. a. Gosong lateral adalah gosong di tengah sungai yang umumnya terjadi di hilir tikungan sempit dan terletak secara diagonal pada sungai. Gerusan jet terbentuk ketika aliran diarahkan oleh gosong dan difokuskan langsung ketebing sungai didekatnya (lihat Gambar 6.6). Gosong lateral terbentuk selama aliran penuh dan gerusan terjadi selama surut dan juga saat aliran sedang. Gosong-gosong ini adalah hasil proses sungai alami akibat bertambahnya suplai sedimen. Penyebab fomasi gosong lateral harus diketahui selama kajian mengenai sebab-sebab bentangan (reach
assessment). b. Alur-alur pada sungai berjalin adalah penyebab lain gerusan jet. Aliran air yang melalui alur-alur ini pada saat aliran rendah sampai dengan aliran sedang dapat mengarahkan aliran lansung ke garis tebing dan menyebabkan gerusan jet (lihat Gambar 6.6).
Gambar 6.6. gerusan Jet akibat gosong kerikil lateral dan alur-alur pada sungai berjalin (tampak dari atas)
c. Anak-anak sungai. Ketika energi tinggi dari sungai samping atau anak sungai (tributary) mengalir ke dalam sungai utama, aliran dapat di fokuskan
d. Tikungan tajam yang berfungsi sebagai peredam energi (energy sink) adalah salah satu penyebeb lain gerusan jet. Ketika aliran melewati tikungan dengan radius tajam, kolam gerusan terbentuk (Gambar 6.8). Kolam gerusan adalah peredam energi (energy sink) yang mendesipasikan energi aliran.
1.2.3.2 Penyebab erosi dan keruntuhan. Seepage (perembesan) air tanah dan penurunan muka air di sungai dengan cepat (rapid drawdown) adalah penyebab umum erosi akibat aliran bawah permukaan (subsurface entrainment)
1.2.4
Keruntuhan masa adalah pergerakan kebawah sejumlah besar dan utuh masa tanah. Ini terjadi karena tegangan geser lereng (akibat berat) melebihi kuat geser material tanah. Lima puluh persen keruntuhan masa dipicu oleh penjenuhan
Keruntuhan masa disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: Penurunan muka air disungai dengan cepat (rapid draw down) Pengaruh pasang surut Rembesan (seepage) Pengaruh topografi, geologi dan tanaman Kombinasi dengan mekanisme keruntuhan lain seperti erosi kaki atau piping (subsuface entrainment). 1.2.4.3 Jenis keruntuhan.
Keruntuhan masa dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok utama, yaitu: 1. jatuh (fall), 2. roboh (topples), 3. tergelincir (slides) berupa rotasi atau translasi, 4. menyebar (spreads), 5. mengalir (flow),
Gelincir rotasi memiliki kelengkungan dan bidang keruntuhan cekung (Gambar 6.10) dan umumnya cukup dalam. Umumnya terjadi pada tebing dengan sudut antara 200 sampai 400 dan pada material yang homogen. Gelincir translasi lebih dangkal dibanding gelincir rotasi dan runtuh sepanjang tebing berbutir halus dan hampir datar permukaannya (Gambar 6.11).
1.2.5
1.2.5.1 Mekanisme avulsi dan chute cutoff. Avulsi adalah perubahan yang terjadi secara signifikan dan tiba-tiba pada alinyemen sungai yang menghasilkan sungai baru pada bantaran banjir (floodplain) (Gambar 6.12). Avulsi disebabkan oleh kosentrasi aliran diatas permuaan tanah, headcutting dan/atau penggerusan sungai baru melintasi bantaran banjir (floodplain) yang akhirnya berubah menjadi sungai besar. Avulsi berasal dari lubang gerusan, headcut dan rills/gullis yang nampak pada bantaran banjir (floodplain). Avulsi terjadi selama badai besar dimana ada aliran permukaan yang besar yang mengerosi dataran banjir (floodplain). Sudetan (cutoff) mengubah alinyemen sungai pada skala lebih kecil dibandingkan dengan avulsi (gambar 6.12). Sungai sudetan terjadi ketika radius kelengkungan meander menjadi kecil sehingga aliran mengunakan jalan pintas memotong gosong atau bantaran banjir (floodplain) terdekat, mengalihkan perkembangan ke
1.2.5.2 Penyebab avulsi dan chute cutoff. Meskipun avulsi dan sungai sudetan merupakan proses alami, aktivitas manusia bertanggungjawab atas peningkatan frekuensi kejadiannya. Avulsi umumnya diakibatkan oleh aktivitas pada bentangan (reach-based) seperti: a. Agradasi (peningkatan suplai sedimen), b. Penyempitan hulu, c. Kejadian banjir besar, d. Sungai berjalin, dan/atau e. Relokasi sungai. f. Aktifitas dataran banjir.
g. Penghilangan tanaman diatas bantaran banjir dan/atau pada bantaran sungai (riparian). h. Penambangan kerikil pada bantaran banjir.
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI 1.3 Mekanisme Keruntuhan Akibat Pengaruh Bentangan (reachbased)
Ada dua kategori dasar pengaruh bentangan (reach-based) yang menyebabkan erosi: 1. sungai dalam kondisi seimbang (stabil) 2. sungai dalam kondisi tidak seimbang (tidak stabil)
1.3.1
Salah satu perhatian terbesar yang timbul ketika erosi terjadi dalam sungai yang seimbang adalah jika sungai akan bermeander secara alami kedalam koridor migrasi dimana terdapat kontruksi jalan.
Pada daerah tikungan arus dipaksa membelok dengan adanya tebing sungai dimana arus dari arah lurus menabrak langsug sisi luar tikungan dan kembali memantul ke arah tikungan dalam dengan kecepatan yang lebih rendah. Tebing sungai pada tikungan luar yang tertabrak langsung oleh arus akan menerima gaya gerus yang sangat besar oleh arus spiral sehingga akan merubah garis tebing menggeser keluar tikungan, sedangkan pada tikungan dalam arus yang memantul dengan kecepatan rendah akan meninggalkan sedimen yang dibawanya membentuk gosong setempat. Secara keseluruhan tikungan akan bergeser kearah tikungan luar. Jika arus yang terjadi cukup besar dan kondisi tanahnya mudah tererosi maka akan terjadi tikungan yang tajam dan pada akhirnya dapat menimbulkan sudetan, dan perpindahan tikungan ini akan membahayakan bangunan diatasnya. Gambar 4.13 Mengilustrasikan migrasi meander yang mengancam keamanan jalan. Gambar 4.14 memperlihatkan gerusan yang terjadi pada tikungan yang mengancam keamanan jalan beserta pencegahannya.
Gambar 6.15 Gerusan pada tikungan luar dan pengamanan tebing dengan bronjong
Sudetan meander dapat berupa sudetan sungai (chute cutoff) atau sudetan leher (neck cutoff). Sudetan leher terjadi ketika lengan tikungan bertemu karena erosi tebing bertahap dan tekanan meander. Sudetan sungai terjadi ketika tikungan sungai menjadi sempit karena pengendapan sedimen dan reruntuhan yang menimbulkan aliran backwater pada hulu tikungan. Kondisi backwater ini meningkatkan aliran diatas tebing yang akan membentuk jalan pintas aliran dengan menggerus tebing hingga memotongnya dan membentuk sungai baru hingga bertemu dengan sungai hilir tikungan.
1.3.2
Kecenderungan sungai menjadi tidak seimbang tergantung atas besarnya gangguan yang disebabkan oleh manusia atau secara alami yang relatif terhadap fleksibilitas sungai. Jika kondisi sungai berada dalam daerah (range)
keseimbangannya, maka sungai tersebut akan lebih fleksibel terhadap perubahan, dan lebih dapat mengakomodasi perubahan tiba-tiba tanpa mengakibatkan perubahan dramatis pada dimensi dan bentuk sungai. 1.3.2.1 Ketidaksetimbangan jangka panjang
Jika sungai mengalami perubahan dalam hirologi dan/atau sedimen yang masuk, maka sungai akan menyesuaikan diri. Proses penyesuaian sungai terhadap perubahan-perubahan ini berupa proses agradasi dan degradasi seperti yang telah dijelaskan pada bagian 4.4.24.
Dampak jangka pendek bencana besar seperti banjir, keruntuhan massa dan kebakaran menimbulkan perubahan sungai dengan cepat dan merupakan komponen fundamental dinamika sungai. Sungai yang dipengaruhi oleh sejumlah kejadian bencana akan membutuhkan periode waktu untuk pulih dan kembali ke
1.4
Bermacam-macam bangunan telah dibangun untuk mengontrol aliran sungai dan untuk menstabilkan tebing yang berpotensi menimbulkan kerusakan desain jalan. Pemilihan bangunan yang sesuai untuk stabilitas tebing sungai dapat didasarkan pada beberapa faktor antara lain : 1. bagaimana bangunan itu bekerja, 2. material yang digunakan, 3. ukuran dan lokasi pemasangan, 4. karakter sistem sungai dimana bangunan tersebut dipasang, dan 5. ketersediaan dana.
Berdasarkan prinsip kerjanya, bangunan untuk stabilisasi tebing sungai secara garis besar dapat dibagi manjadi katagori besar, yaitu: 1. Cara langsung, yaitu dengan membangun struktur untuk mencegah erosi dengan melindungi (armoring) tebing yang tererosi, 2. Cara tidak langsung meliputi : Struktur yang melindungi erosi dengan memantulkan/mengalihkan arus menjauh dari tebing, 1.4.1 Metode dengan mengurangi kemampuan erosi pada saluran, dan Metode memodifikasi saluran. Cara Langsung
Teknik armoring adalah meletakan penutup pelindung langsung pada daerah yang akan dilindungi, umumya terdiri dari batu, beton atau kayu, yang melindungi pada sebagian atau seluruh permukaan tebing dan/atau dasar sungai. Teknik
penurunan dasar.
Yang termasuk kelompok ini diantaranya antara lain: riprap batu, beronjong (gabion), balok beton pracetak, parit berisi batu (rock fill trenches), windrow revetment, ban bekas dan tanaman. Riprap batu dapat mengatur distorsi dan perpindahan lokal material di bawahnya, tanpa mengalami penurunan pada saat pemasangan revetment. Walaupun demikian flexible rock-wire mattres dan gabion kadangkala memperlebar displacement material dibawahnya, tetapi umumnya juga dapat mengatur hampir semua distorsi lokal. Menggunakan bantalan ban, balok beton pracetak umumnya lebih kaku dibandingkan dengan riprap batu dan gabion, maka dari itu riprap batu dan gabion tidak dapat mengatur displacement material di bawahnya dengan baik.
Rigid Revetments termasuk diataranya pelapisan semen portland, concrete filled mats, kantong berisi semen dan pasir, riprap yang di grouthing (grouted riprap) dan campuran semen-tanah (soil-cement). Rigid Revetments umumnya lebih licin dibandingkan dengan Flexible Revetments sehingga meningkatkan efesiensi hidrolik dan umumnya memiliki daya tahan tinggi terhadap erosi dan kerusakan terhadap benturan. Mereka mudah mengalami kerusakan akibat pergerakan pondasi penyangga akibat penurunan, pengalian (underminning), tekanan hidrostatik, tergelincir (slides), dan erosi pada tepi. Dan umumnya mereka merupakan jenis tindakan yang paling mahal untuk penanggulang dalam melindungan tebing. 1.4.1.2 Tanggul Longitudinal
Tanggul longitudinal adalah bangunan lurus yang kedap (impermeable) yang perlu dibangun secara paralel dengan tebing saluran atau sepanjang tempat aliran yang diperlukan. Mereka melindungi tebing sungai pada tikungan dengan memindahkan arus aliran menjauh dari tebing. Tanggul logitudinal dapat diklasifikasikan seperti tanggul tanah atau batu, tanggul krib atau rock toe-dikes. 1.4.2 Cara Tidak Langsung
1.4.2.1 Teknik pemantulan/pengalihan aliran Teknik pemantulan aliran berdasarkan atas prinsip pengarahan arus untuk menjauh dari tebing, sehingga erosi dapat dikurangi atau dihilangkan di daerah antara bangunan. Teknik ini umumnya digunakan karena biaya pembangunan yang lebih murah dibandingkan dengan pelapisan (armoring) pada seluruh permukaan tebing. Bangunan pemantul dibangun kurang lebih tegak lurus dengan aliran, oleh karena itu akan mengurangi lebar efektif saluran. Kantong gerusan (gerusan lokal) terbentuk pada ujung bangunan dan menerus ke hilir dengan pola seperti air mata. Umumnya ada peningkatan kecepatan didekat bangunan tersebut. Rata-rata kecepatan melintang saluran dapat bertambah,
Metode penurunan energi berfungsi untuk mengurangi kemampuan sungai untuk mengerosi material tebing dan dasar saluran. Baling-baling dan revetment berbentuk pagar, bekerja dengan mengurangi batas geser dan arus sekunder yang berputar. Baling-baling dan pagar memiliki pengaruh yang kecil pada morfologi sungai. Transportasi berkurang drastis secara tiba-tiba disekitar bangunan. Bangunan tersebut cenderung mempunyai pengaruh yang kecil pada geomertri saluran.
Banguanan pelambat adalah bangunan lurus yang permeabel atau impermeabel pada saluran, dipasang paralel dan umunya terletak pada bagian ujung bawah (toe) tebing. Tujuan bangunan pelambat adalah untuk mengurangi kecepatan aliran, menyebabkan pengendapan, atau mempertahankan alinyemen aliran asli. Mereka dapat dibangun dari tanah, batu, tiang kayu, Sheet pile atau tiang baja. Jack atau tetrahedron dari baja jusa sering digunakan. Hampir semua bangunan pelambat bersifat permeable dengan kemapuan kerja (performance) yang baik. Mereka telah terbukti berguna dalam beberapa situasi berikut:
Digunakan untuk mengubah geometri dan/atau bentuk datar saluran dengan tujuan untuk membentuk kondisi saluran yang lebih alami dan stabil. Modifikasi saluran dapat direncanakan dengan menghitung perubahan kondisi daerah pengaliran, seperti sedimen dan aliran. Modifikasi saluran memerlukan pemahaman tentang kondisi lokasi dan kondisi jangkauan sekitar dan pendekatan desain yang seksama. Pembentukan kemiringan (grading). Solusi struktural terbaik untuk hampir semua kegagalan geoteknik adalah memiringkan tebing dengan sudut yang lebih rendah dan melindungi ujung bawah tebing dari erosi lebih lanjut yang dapat mempercuram tebing. Jika kegagalan utama karena faktor geoteknik seperti penurunan (drawdown), perlindungan untuk mencegah erosi merupakan solusi yang kurang tepat, dilain pihak kegagalan geoteknik dapat menerus jika terjadi penggerusan yang menerus pada toe tebing. Jika hanya masalah geoteknik yang menjadi penyebab keruntuhan, umumnya akan
menghasilkan keruntuhan masa pada material tebing. Beberapa tipe keruntuhan geotenik yang sering terjadi diantaranya: slip/sliding sepanjang permukaan runtuh dalam (deep failure surface), slip dangkal (shallow slip) dan lock slip. Faktor-faktor yang mengakibatkan keruntuhan masa antara lain tipe tanah, geometri kemiringan tebing, rezim aliran tahan dan aliran permukaan, infiltrasi, besar pembebanan, tegangan retak, dan vegetasi. Setiap faktor yang berperan pada keruntuhan tebing harus diperhatikan terlebih dahulu sebelum
menentukan solusi yang tepat. Teknik penstabilan kemiringan biasanya berhubungan dengan memodifikasi tebing dalam skala besar. Hal ini
Bioenginering
Revetment : Fleksibel revetment: - Riprap - Gabion - Ban bekas Rigid revetment: - Campuan semen-tanah - Kantong - Dinding penahan beton - Dinding penahan kayu. - Buklhead (turap) Tanggul longitudinal - Kaki dari riprap. - A-jack
Menurunkan Modifikasi kemampuan saluran erosi - Spurs - Pembentuka - Jack dan n tebing Tetrahed ron - Ceck Dam
ranting
- Pagar
tanaman - Tembok krib - Bantalan semak - Stek batang - Lapisan semak - Groin dan tanaman
BANGUNAN PELINDUNG
RIPRAP BATU
Gambar 6.16 Riprap sebagi Revetment Tipe : Cara langsung, fleksibel revetment
Gambaran umum Melindungi bagian tebing dengan lapisan batu dengan membentuk kemiringan alami tebing Tujuan: Melindungi tebing sungai dari gaya erosi air
Penggunaan Pada sungai kecil hingga sedang dan pada semua tipe karakter sungai Umumnya digunakan pada sungai dengan kecepatan alir melebihi 2 m/s atau pada tebing dimana perlindungan dengan tanaman saja tidak cukup.
Kekurangan : Batu yang digunakan harus tahan terhadap gaya erosi air yang tinggi. Tidak disarankan pada sungai dengan kemiringan lebih dari 2V:1H. Memerlukan pekerjaan tukang yang intensif dalam pemasangan batu. Banjir dapat dengan mudah menghanyutkan batu riprap.
Material : Batu dengan sifat keras, kaku dan tahan terhadap cuaca serta memiliki berat jenis minimal 2,5. Jika ada gunakan batu-batu lokal. Batu lokal umumnya dapat di peroleh dengan harga yang lebih murah dan dapat tercampur baik dengan lingkungan tebing. Bentuk batu harus bersudut (angle slope). 50% batu (terhadap berat) harus lebih besar dari D50 yang disyaratkan dan batu dengan ukuran kurang dari 7,5 cm tidak boleh melebihi 15%. Geotextile atau lapisan pasir/kerikil harus digunakan untuk menstabilkan riprap terutama pada pemasangan yang besifat permanen. Pemasangan Pindahkan semak-belukar, pohon, ongkol tanaman, sampah dan
reruntuhan lain. Gali tebing secukupnya utuk penempatan geotextile dan batu riprap. Padatkan tebing.
Letakan geotextile. Jika menggunakan pasir atau kerikil, agregat dengan gradasi butiran yang baik dan sebarkan dengan ketebalan merata minimal 15 cm; jika diperlukan lebih dari satu lapisan, maka letakan lapisan dengan butiran kecil terlebih dahulu dan hindarkan pencampuran antara lapisan.
Bentuk permukaan riprap agar rata dengan permukaan sekitar untuk menghindari tonjolan yang dapat meruntuhkan batu.
Pertimbangan khusus Gunakan periode debit banjir periode 10 tahunan untuk menentukan kecepatan minimun rencana. Pondasi harus cukup kuat untuk mencegah pengerowongan. Kemiringan lebih dari 2V:1H harus di perlandai sehingga material batu tidak akan berpindah. Riprap harus bergradasi cukup untuk mencegah pergerakan batu dan erosi pada pondasi. Padatkan lereng sebelum meletakkan batu, untuk mengurangi settlement yang dapat menyebabkan terjadinya pergerakan (displacement).
Pemeliharaan : Inspeksi secara berkala terhadap perpindahan (displacement) material batu, penurunan dan erosi pada tepi (khususnya pada tepi bawah tebing). Umumnya jika riprap di rencanakan dengan baik akan memerlukan perawatan yang sangat sedikit.
Gambar 6.18c. Gabion jenis bantalan digunakan sebagai revetment Tipe : Cara langsung, Armoring fleksibel revetment
Gambaran umum Keranjang kawat atau plastik yang diisi dengan batu. Keranjang diikatkan bersama untuk membentuk dinding atau bantalan untuk mengontrol erosi sepanjang tebing sungai. Tujuan: Melindungi lereng tebing sungai dimana terdapat permasalahan
penggerusan dan penggerowongan. Penggunaan : Melapisi dinding tebing sungai. Pada sungai dari ukuran sedang hingga besar dan pada semua jenis karakter sungai. Keuntungan : Relatif murah jika batu pengisi tersedia. Bersifat fleksibel, khususnya ketika dikombinasikan dengan tanaman hidup. Sangat efektif untuk melindungi tebing yang tidak stabil dengan segera.
Kekurangan : Memerlukan pekerjaan tukang yang intensif. Diperlukan keahlian untuk pemasangan yang tepat. Diperlukan biaya yang mahal untuk membetulkannya jika pemasangannya tidak tepat. Tidak baik bagi ekologi sungai dan keindahan. Dapat memperburuk erosi pada hilir jika pemasanganya tidak tepat. Membutuhkan ruang yang lebih lebar dibanding dinding penahan (retaining wall) Material: Keranjang gabion. 10-20 cm diameter batu pengisi keranjang gabion, dan 6,5-10 cm untuk mengisi bantalan gabion. Filter pada daerah yang mudah tererosi.
Pemasangan Gabion dan bantalan gabion harus diikatkan ke dalam dasar sungai untuk mencegah penggerowongan dan penurunan. Untuk memperkuat daya dukung tanah maka dasar (terutama pada kaki) keranjan dipasang cerucuk tiang pancang dengan ukuran diameter 15 cm dan panjang 4 m.
Keranjang kosong diikatkan satu sama lain dan dikaitkan ke dasar sungai. Menyatukan gabion dengan mengikat bagian tepi keranjang vertikal gabion kosong, dipasang diatas gabion yang terisi, diikatkan ke gabion yang berisi pada bagian depan dan belakangnya.
Keranjang diletakan secara berhimpitan sehingga terkekang ketika terisi. Gabion dapat dibangun dengan bagian bawah lebar dan bagian atas sempit.
Pada lapisan bawah keranjang diperpanjang/diperlebar sebesar 2 kali kedalaman gerusan (lihat gambar 6.19)
Pertimbangan khusus: Pemancangan dari tanaman hidup dapat di letakan diantara keranjang dan di tanam kedalam tanah ketika digunakan pada lereng.
Gambaran umum : Melindungi bagian tebing dengan lapisan ban bekas dengan membentuk kemiringan alami tebing. Tujuan : Melindungi tebing sungai dari gaya erosi air
Penggunaan Pada sungai kecil hingga sedang dan pada semua tipe karakter sungai. Umumnya digunakan pada sungai dengan kecepatan aliran melebihi 2 m/det atau pada tebing dimana perlindungan dengan tanaman saja tidak cukup. Pada sungai dengan muka air yang berfluktuasi. Pada sungai yang tererosi secara aktif, umumnya pada sungai yang tidak lurus atau pada tempat yang diperlukan penurunan energi aliran. Keuntungan Relatif murah Bersifat fleksibel dan tahan terhadap erosi. Mengijinkan terjadinya perkolasi.
Kekurangan : Tidak cukup baik digunakan untuk mencegah penggerusan yang akan mengali pada ujung bawah tebing (toe). Tidak enak dilihat (pemandangan yang tidak baik) dan mengakibatkan permasalahan yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis revetment lain dalam melindungi tebing. Pembangunan yang intensif akan memerlukan biaya yang lebih mahal.
Material Ban bekas : Pilih ukuran ban berdasarkan besarnya untuk mempermudah dalam pengikatan menjadi satu. Kawat pengikat. Pasak.
Pemasangan Potong, lubangi atau dibakar untuk membuat lubang ban pada sisi yang menghadap dinding untuk mencegah ban mengapung. Ban-ban tersebut harus terikat manjadi satu; alternatifnya, kawat dapat di anyamkan ke ban-ban hingga membentuk mattres (bantalan)
Kencangkan bantalan ban pada tebing pada jarak tertentu dengan menggunakan kait (anchor)
Isi ban dengan batu atau pemberat lain Tanami jenis tanaman, terutama tanaman cepat tumbuh, masukan semaksemak kedalam ban. Ketika sudah tumbuh sistem perakaran akan memperkuat tebing dan tanaman akan menutupi pemandangan tidak sedap dari ban.
Pertimbangan khusus
Gambar 6.21 Campuran semen-tanah sebagai revetment Tipe : Armoring, rigid revetment
Gambaran umum : Melindungi bagian tebing dengan lapisan campuran antara semen dan tahah asli tebing. Tujuan : Melindungi tebing sungai secara permanen dari gaya erosi air
Penggunaan : Pada daerah yang jarang terdapat bahan riprap, menggunakan tanah dilokasi yang dicampur dengan semen dapat menjadi alternatif yang praktis Pada daerah dengan material tanah mudah dihaluskan dengan komposisi lanau (silt) dan lempung (clay) (material dengan kelulusan saringan no.200) tidak kurang dari15%, tetapi tidak lebih dari 35%. Tanah dengan tekstur lebih baik umumnya lebih sukar untuk dihaluskan dan memerlukan lebih banyak semen seperti pada 100% butiran tanah yang tidak lolos pada saringan no.200.
Kekurangan: Tidak permeable Kekuatan rendah. Rentan terhadap perubahan suhu. Jika tebing sebelah selimut menjadi lembab dan tidak dapat dikeringkan, keruntuhan dapat terjadi Karena selimut tanah-semen relatif kaku, akibat pengaruh lalulintas kendaraan kecil, pejalan kaki atau lalulintas barang, selimut tanah-semen tidak dapat bertahan tanpa mengalami keretakan. Material : Semen. Tanah asli. Selimut semen-tanah dengan campuaran 8 sampai 15 persen semen adalah metode perlindungan tebing yang ekonomis dan efektif untuk daerah dimana tanaman sulit tumbuh dengan baik dan material tebing sebagian besar berupa pasir Pemasangan : Pencampuran tanah pasir dengan semen dapat dilakukan dengan tangan atau secara mekanik Membentuk susunan tangga-berundak dari lapisan semen-tanah. Meletakan sejumlah campuran semen-tanah dengan ketebalan 100mm150 mm, dan dipertebal secara bertahap dengan cepat keatas. Perhatikan agar susunan antara lapisan tetap menerus.
Padatkan tiap lapisan dengan A Sheepfoot roller (mesin pemadat kaki kambing) untuk menghasilkan ikatan (interlocking) antara lapisan.
Pertimbangan khusus : Lapisan tanah-semen harus dilindungi selama 7 hari periode hidrasi untuk pengeringan. Tanah-semen dapat diletakkan pada daerah dengan kemiringan curam seperti 1 vetikal banding 2 horisontal, idealnya 1V:3H atau lebih landai. Namun demikian pada daerah gersang dapat menggunakan kemiringan 1H:1V untuk semen-tanah dengan sistim tangga berundak. Jika kecepatan melebihi 1,8 m/det sampai 2,4 m/det dan aliran membawa material kasar (bed load), agregat harus berisi minimal 30 % partikel kerikil yang tertahan pada saringan no.4 (4,75 mm) Penanggulangan pada ujung bawah tebing dapat dilakukan dengan memperpanjang pemasangan di bawah perkiraan kedalaman gerusan, dengan riprap launching apron atau dengan sheet pile beton yang diperpanjang sampai ke lapiasan keras (bedrock) atau sampai cukup kebawah untuk mengantisipasi penggerusan lapisan. Untuk situasi tertentu diperlukan lubang cucuran (drainse) untuk
Gambar 6.23 Kantong diisi semen-pasir digunakan sebagai revetment Tipe : Armoring, rigid revetment
Gambaran umum: Kantong (goni, kertas, plastik dll) dapat digunakan untuk melindungi daerah tebing sungai bila ukuran dan kualitas batuan untuk riprap susah didapat serta karena alasan biaya. Tujuan : Membangun pelindungan sementara atau permanen untuk mencegah erosi dan penggerusan. Penggunaan : Pekerjaan darurat sepanjang tanggul dan tebing sungai selama banjir. Pada sungai dari ukuran sedang hingga besar dan pada semua jenis karakter sungai. Keuntungan : Mudah dikerjakan
Material : Kantong dapat terbuat dari goni, kertas, plastik atau kontong khusus buatan pabrik. Bahan pengisi dapat berupa tanah, pasir atau campuran semen-pasir.
Pemasangan : Jika revetment permanen harus dibangun, maka kantong harus diisi dengan 15% (minimum) campuran semen dan 85% pasir kering (% berat)
Kantong yang terisi harus diletakan dalam bentuk barisan horizontal seperti umumnya pemasangan batu bata rumah, dimulai dari elevasi bawah pada ujung bawah tebing yang tergerus (alternatif lain, riprap dapat diletakan pada ujung bawah tebing untuk mencegah penggerusan (underminning) tebing. Baris berikutnya harus ditumpuk kebelakang secara berundak kurang lebih sekitar setengah lebar kantong pada tebing diatasnya hingga sampai tebing dimana perlindung tidak diperlukan lagi
mengakibatkan drainase air tanah dari belakang revetment sehingga membantu mencegah terjadinya tekanan yang dapat menyebabkan keruntuhan. Diperlukan perlindungan pada ujung bawah tebing (toe) untuk mencegah penggerowongan. Pemeliharaan : Tidak ada
1.5.6 Tipe : -
Tujuan : Membangun dinding permanen yang menahan tanah, umumnya sepanjang tebing sungai dengan erosi tinggi dan curam. Penggunaan : Pada semua ukuran dan tipe sungai. Pada sungai dengan tinggi muka air yang berfluktuatif dengan kecepatan alir yang tinggi. Tinggi dinding lebih dari 1,5 m.
Keuntungan Dapat diadaptasikan untuk menyusun konfigurasi tebing sungai. Membutuhkan perawatan yang sedikit. Mencegah erosi dan penggerusan.
Kekurangan: Mahal Area terbatas untuk pemasangan. Dapat juga mengakibatkan masalah erosi pada hilir jika dipasang dengan tidak tepat.
Material: Kayu yang telah diawetkan. Pasak baja Pengisi tebing dengan butiran yang bergradasi.
Pemasangan. Pondasi dasar setebal 15 cm dari kerikil. Letakkan rangkaian kayu secara berurut dengan ujung yang tegak lurus. Setiap 4 rangkaian, belokan kayu tegak lurus dengan panjang setinggi tembok dan ditanam kedalam tanah dibelakang tembok dan dipasak dengan pasak baja. Isi bagian belakang tembok dengan agregat yang dikeringkan (open graded agregat) dan padatkan setiap rangkaian horizontal. Pertimbangan khusus Ruangan dibelakang tebing harus memiliki drainase yang bebas sehingga perbedaan tekanan air akibat fluktuasi air sungai dapat diminimalkan. Dinding dengan tinggi melebihi 1 m harus ditinjau oleh ahli struktur sebelum dilakukan pemasangan. Pemeliharaan Periksa jika terjadi pelapukan dan ganti secukupnya. Settlement dinding dapat membahayakan seluruh kesatuan dinding. Potensi settlement dapat dikurangi dengan mambangun melebihi perkiraan settlement yang akan terjadi. Perhatikan erosi pada dasar tembok yang dapat menggerowong dinding yang dapat mengakibatkan keruntuhan.
1.5.7 Tipe : -
sepanjang saluran dengan tingkat erosi tinggi dan curam. Penerapan : Semua jenis dan ukuran sungai. Sungai dengan fluktuasi muka air tinggi, dan dengan kecepatan alir tinggi.
Keuntungan : Perawatan yang rendah Memberikan stabilitas permanen. Mencegah erosi dan penggerusan dengan segera.
Kekurangan: Mahal dibandingkan tipe dinding lain. Memerlukan peralatan berat. Tidak baik bagi ekologi sungai. Dapat mengakibatkan masalah erosi pada hilir jika dipasang dengan tidak tepat. Area terbatas untuk pemasangan.
Material: Beton Struktur pendukung. Baja mutu tinggi (pada beberapa tipe) Bekesting.
bangunan. Untuk itu diperlukan perhitungan oleh ahli struktur dan juga geoteknik. Pertimbangan khusus Ada 5 tipe dinding penahan beton: 1. Dinding gravitasi: tidak ada tegangan tarik. Bangunan berat memberikan kekuatan yang besar, tetapi tidak ekonomis untuk dinding yang tinggi.
2. Dinding semi-gravitasi : Baja mutu tinggi diperlukan untuk mengurangi berat beton.
Gambar 6.27 Dinding penahan beton tipe kantilever 4. Dinding counterfort : Seperti dinding kantilever tetapi dengan siku-siku vertikal yang disebut counterfort pada sisi tebing dinding.
5. Dinding buttress : Seperti diding counterfort tetapi siku-siku pada sisi sungai dinding.
1.5.8 Tipe : -
Gambaran umum : Turap dari baja, beton, kayu atau plastik yang terkunci satu sama lain dengan bentuk yang menerus membentuk dinding sepanjang sungai. Umumnya didukung dengan akur yang tertanam dalam tanah.
Gambar 6.30b. Turap batu kali sebagai pelindung tebing sungai Ogan
Gambar 6.30c. Turap batu kali sebagai pelindung tebing sungai di NTT
Gambar 6.30d. Turap batu beton dengan lapisan riprap sebagai pelindung tebing sungai Komering
Tujuan : Membangun dinding sementara atau permanen untuk menahan tanah, umumnya sepanjang saluran dengan tingkat erosi tinggi dan curam.
Penerapan : Semua jenis dan ukuran sungai. Sungai dengan fluktuasi muka air tinggi, dan dengan kecepatan alir tinggi. Pada sungai dengan halangan yang permanen seperti pada abutment jembatan yang dapat menyebabkan erosi tinggi. Pada daerah dengan tebing sungai yang tidak dimungkinkan memiliki kemiringan atau tidak dimungkinkan untuk digunakanya tipe armor jenis lain.
Material: Gulungan baja, tiang beton pracetak, tiang kayu atau tiang plastik. Baja : Mengunci satu sama lain, turap gulungan baja dengan beragam berat dipancang ke tanah, Baja merupakan yang paling umum digunakan sebagai material turap. Kayu : independent atau batang kayu yang diikat dengan papan dipancang dari pinggi ke pinggir. Dapat bersifat permanen jika terendam secara pemanen, dapat digunakan sebagai struktur sementara dengan ketinggian rendah hingga menengah.
Dinding kantilever umunya digunakan sebagai dinding banjir atau dinding penahan tanah dengan tinggi < 3 m - 4,5 m. Dinding kantilever mendapat dukungan dari pondasi tanah sehingga dapat dipasang relatif dekat (>1,5 kali panjang tiang) terhadap struktur yang ada.
Investigasi geoteknik harus dilakukan untuk mengidentifikasikan kondisi pondasi, dan untuk membantu perencanaan dan pemilihan material tiang.
Evaluasi sistem pembebanan yang diterapkan pada turap harus dilakukan sebelum merencanakan dinding. Beban rencana meningkat oleh adanya air dan tanah sekitar dinding, dan pengaruh lain seperti beban permukaan, beban luar yang dipikul langsung oleh dinding.
Perawatan : Rendah Tidak terlindungi, turap yang terbuka terkorosi pada tingkat yang bervariasi 2-10 mil per tahun, tergantung pada kondisi lingkungan atmosfer sekitar. Settlement dinding dapat membahayakan seluruh kesatuan dinding. Potensi settlement dapat dikurangi dengan membangun melebihi perkiraan settlement yang akan terjadi.
1.5.9
Gambaran umum : Bangunan rendah dari riprap batu yang diletakan sepanjang ujung kaki tebing saluran. Tujuan : Melindungi kaki tebing dari erosi
Penggunaan Pada sungai kecil hingga sedang dan pada semua tipe karakter sungai Umumnya digunakan pada sungai dengan kecepatan alir melebihi 2 m/det atau pada tebing dimana perlindungan dengan tanaman saja tidak cukup. Pada sungai yang tererosi secara aktif pada kaki tebing. Pada tikungan luar sungai.
Gambar 6.33 Keadaan tebing satu tahun kemudian pada lokasi yang sama (gambar 6.32 )
Keuntungan Relatif murah. Bersifat Fleksibel dan tahan terhadap erosi. Mengijinkan terjadinya perkolasi.
Kekurangan : Batu yang digunakan harus tahan terhadap gaya erosi air yang tinggi. Memerlukan pekerjaan tukang yang intensif dalam pemasangan batu. Banjir dapat dengan mudah menghanyutkan batu riprap.
Material : Batu dengan sifat keras, kaku dan tahan terhadap cuaca serta memiliki berat jenis minimal 2,5. Batu harus bersudut (angle shape) Jika ada gunakan batu-batu lokal. Batu lokal umunya dapat di peroleh dangan harga yang lebih murah dan dapat tercampur baik dengan lingkungan tebing.
mencegah pengapitan (outflanking). Seperti yang ditunjukan pada gambar 6.20. pengikat (tieback) harus digunakan jika toe-dikes tidak dibangun persis pada tepi ujung bawah (toe) tebing.
Gambar 6.35 Tanggul dari riprap pada kaki tebing dengan pengikat
Pertimbangan khusus Rock toe-dikes sangat berguna pada saluran dimana lebar saluran perlu dipertahankan. Jika pemasangan rock-toe dikes tidak begitu penting, menggunakan (spurs) dapat lebih ekonomis karena penggerusan hanya bermasalah pada ujung yang direncanakan sampai kedalam saluran. Namun demikian spurs mungkin bukan alternatif yang ekonomis untuk sungai yang terdegradasi secara aktif. Pemeliharaan : Penataan kembali posisi batu yang berpindah jangan sampai terjadi pengapitan.
Tujuan : Melindungi tebing dari gaya erosi oleh aliran air. Menstabilkan tanah sepanjang tebing sungai.
Penggunaan : Sepanjang kaki tebing yang tererosi Pada sungai dengan kecepatan aliran rendah hingga tinggi. Lubang gerusan.
Keuntungan : Melindungi tebing dari penggerusan. Perlindungan segera pada kaki tebing. Meningkatkan habitat air.
Kekurangan : Memerlukan pekerjaan tukang yang intensif. Arus digunakan bersama-sama dengan tanaman.
Material : A-jack berukuran 60 cm. Tanaman. Fiberdam-material geo-textile. Tanaman penstabil Pengisi tebing yang tepat.
Pemasangan : Gali parit dengan kedalaman 30 cm pada kaki tebing. Letakan baris A-jack dalam posisi saling mengunci pada parit. Letakan stek tanaman berdasarkan metode penempatan stek tanaman (lihat bio-enginering), dan fiberdam didalam ruang kosong antara A-jack. Timbun tebing dengan material hingga A-jack tertimbun. Jika dimungkinkan kemiringan tebing + 1V:3H dan padatkan.
Pertimbangan khusus : A-jack harus disusun berdasarkan tinggi elevasi tinggi diatas 5 tahunan. Gabungkan gulungan karet dengan A-jack jika digunakan untuk menahan aksi gelombang. Dapat dikombinasikan.
1.5.11 KRIB (SPURS) Tipe : Pengalih arus, peredam energi, fleksibel, rigid.
Gambaran umum : Spurs adalah bangunan yang lolos air (permeable) atau tidak lolos air (impermeable) yang dibangun dari tebing ke dalam saluran. Groin adalah spurs jenis tanggul.
Tujuan : Untuk mengubah arah aliran. Menyebabkan pengendapan. Mengurangi kecepatan aliran. Mempertahankan lebar dan kedalaman air pada alur sungai. Mengkonsentrasikan arus sungai. Pada tikungan luar sungai.
Penggunaan : Pada tebing sungai yang aktif. Pada sungai yang tidak terlalu sempit. Pada tikungan tajam.
Keuntungan : Spurs dapat lebih murah untuk melidungi tebing sungai dibandingkan dengan revetment dari riprap karena hanya dipasang pada lokasi-lokasi tertentu. Dengan mengalihkan aliran menjauhi tebing menyebabkan terjadinya pengendapan, sehinga akan lebih efektif dalam mencegah erosi
dibandingkan revetment. Selain digunakan untuk perlindungan tebing spur juga digunakan untuk menyempitkan saluran sepanjang daerah tertentu, menstabilkan saluran
Material : Umumnya spurs dibangun menggunakan bahan riprap batu, beton, gabion, atau tiang kayu yang sudah diawetkan. Material yang digunakan untuk membangun bangunan tergantung pada ketersediaan material dan lebar saluran. Pemasangan : Metode pemasangan tergantung dari penggunan krib dan jenis material. 1. Riprap batu, gabion dan beton pracetak : disusun membentuk tanggul (groin) dari tebing ke sungai. 2. Krib tiang. Tiang kayu, tiang beton atau tiang baja berdiameter 15-30 cm dipancang ke tanah dengan jarak antara 1-2 m dengan pola pemasangan tertentu.
Gambar 6.38 Beberapa macam pola pemancangan tiang kirb sebagai bangunan pelambat Pancang tiang sampai melebihi kedalaman gerusan yang diperkirakan. Ketinggian tiang bagian ujung lebih rendah dibanding pangkalnya dengan kemiringan antar 1/0 -1/200.
3. Krib rangka
Gambar 6.42 Krib rangka piramid Pertimbangan khusus : Jika digunakan untuk mempersempit sungai yang berjalin pada saluran yang sempit, bangunan akan lebih tepat menggunakan bentuk tanggul (groin) atau banguanan penghambat yang diletakan pada beberapa tempat. Beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan kerja (performance) spurs adalah permeabilitas, arah (orentasi), jarak (spasing), bentuk, panjang, material penyusun, dan lingkungan saluran dimana spurs diletakkan Perawatan :
Gambaran umum : Tebing jembatan yang digunakan untuk mengarahkan arus melewati bukaan jembatan. Tebing pengarah berbeda dengan spurs seperti yang dijelaskan di atas dimana spur jenis tanggul (groin) dimaksudkan untuk menahan aliran, sedangkan tebing pengarah hanya mengalihkan alinyemen aliran ke bawah bukaan jembatan (opening bridge). Tujuan : Mencegah erosi akibat aksi turbulen (eddy action) pada pilar atau abutment jembatan dimana aliran dialirkan masuk ke daerah bukaan bawah jembatan.
Penggunaan : Pada hulu dan hilir jembatan. Pada sungai berjalin untuk mempersempit saluran sehingga hanya terbentuk satu saluran. Keuntungan : Mencegah erosi dan penggerusan.
Material : Hampir semua tebing pengarah dibangun dari tanah dengan revetment untuk mencegah erosi pada tanggul. Tebing pengarah dapat dibuat dari revetment dari riprap (umum dipakai), revetment dari beton, rock-and-wire mattress, gabion, hamparan rumput dapat dikombinasikan dengan hasil yang memuaskan. Pemasangan : Tebing pengarah dipasang dengan memperhatikan gerusan pada ujung tebing. Riprap dapat digunakan sebagi pelindung kaki tebing.
Pertimbangan khusus : Jika penggerusan pada ujung bawah terlalu besar maka perlu dipasang perlindungan pada toe. Kemampuan kerja tebing pengarah dipengaruhi oleh kontruksi material, bentuk, orentasi (arah), dan panjangnya. Perawatan :
Gambaran umum : Jack umumnya terdiri dari tiga bagian lurus yang disatukan pada tengahnya, setiap bagian tegak lurus terhadap dua lainya. Kawat diuntaikan pada bagian-bagian tersebut untuk menahan penyimpangan dan untuk megumpulkan reruntuhan. Kabel digunakan untuk mengikat tiap jack dan untuk mengkaikan unit pada deadman.
Gambar 6.44 Tipikal Jack Tetrahedron terdiri dari enam bagian lurus yang sama panjang disatukan sehingga membentuk muka segitiga, dimana tiap sisinya membentuk segitiga sama sisi seperti tetrahedron. Unit tetrahedron mungkin bercabang seperti ditunjukan pada gambar 6.32. Jaring-jaring kawat ditambahkan untuk mempertinggi perlambatan aliran. Tetrahedron tidak selebar seperti jack.
Tujuan : Menurunkan kecepatan alir sungai sehinga mengurangi daya erosi aliran. Membersihkan sungai dari sampah dan reruntuhan.
Penggunaan : Pada sungai dengan tebing yang tererosi secara aktif. Pada sungai dengan arus tidak terlalu besar karena akan dengan mudah menghanyutkan bangunan.
Kekurangan : Memerlukan pekerjan tukang yang intensif. Kawat dapat mudah mengalami korosi.
Pemasangan :
Gambar 6.46 Skema pemasangan bangunan pelambat (jack atau tetrahedron) Hamparan jack harus diperpanjang keatas daerah tebing untuk
memperlambat kecepatan aliran dan menyediakan tambahan jangkauan pengkaitan. Pertimbangan khusus Jack dan tetrahedron tidak disarankan pada lingkungan yang bersifat korosif atau pada tempat dimana sungai digunakan sebagai tempat rekreasi. Jack dan tetrahedron efektif melindungi tebing dari masalah erosi hanya jika reruntuhan ringan mengumpul pada bangunan tersebut, dengan demikian meningkatkan kemampuan kerja (performance) dalam
memperlambat aliran. Jack dan tetrahedron sebaiknya jangan digunakan pada sungai yang membawa reruntuhan berat karena akan merusak struktur.
Gambaran umum: Bangunan melintang sungai dan menghadang arus sungai secara langsung. Tujuan : Mengurangi energi air sehinga mengurangi daya erosinya. Menaikan dasar saluran untuk mengembalikan dasar saluran agar mencapi profil dan elevasi yang lebih stabil. Penggunaan: Pada sungai yang terlalu curam dengan kemiringan lebih dari tiga persen.
Kekurangan : Menaikan muka air di hulu. Menimbulkan efek backwater pada hulu bangunan. Check dam dapat menyebabkan erosi pada tebing dan dasar saluran di daerah hilir bangunan sebagai akibat dari desipasi energi dan turbulensi pada daerah terjun (the droop). Penggerusan lokal ini dapat merusak (dengan cara mengeruk) check dam dan dapat menyebabkan keruntuhan. Erosi lateral pada tebing menyebabkan timbulnya alur-alur aliran (flow channel) disekitar bagian ujung check dam dan ini dapat menimbulkan erosi pada hilir check dam, dan dapat memulai timbulnya erosi pada tanggul (embankment) dan dasar pondasi jembatan. Material : Umumnya check dam dibangun menggunakan bahan riprap batu, beton, turap (sheet pile), gabion, atau tiang kayu yang sudah diawetkan. Material yang digunakan untuk membangun bangunan tergantung pada ketersediaan material, tinggi jatuh yang diperlukan dan lebar saluran. Konstruksi dari pasangan batu dan tiang kayu paling cocok digunakan pada saluran yang memiliki tinggi jatuh kecil dan lebar kurang dari 30 m. Konstruksi dengan turap, gabion dan beton umumnya digunakan untuk tinggi jatuh yang besar pada saluran dengan lebar sekitar 100 m. Pemasangan :
1.5.15 Geo-Textile Gambaran umum : Lembaran polimer yang digunakan untuk melapisi tanah sebagai pelindung
Tujuan : Filtrasi: Permukaan geotextile diletakkan tegak lurus terhadap aliran. Material yang berukuran lebih besar dibanding celah pada geotextile akan tertahan saat melewati geotextile. Drainase : Geotextile berfungsi sebagai saluran bagi pergerakan bahan cair atau gas pada permukan geotextile. Pengontrol erosi : Melindungi permukaan tanah dari gaya seret dari pergerakan air atau angin. Pengontrol sedimen : Partikel yang tertahan pada geotextile lama-lama akan terkumpul dan terendapkan. Penguatan (reinforcement) : Geotextile berinteraksi dengan tanah melalui gaya geser atau gaya lekat untuk menahan gaya tarik atau gaya geser. Pemisah : Mencegah dua material yang berbeda untuk menyatu. Menahan kelembaban : ketika digunakan sebagai penutup geotextile juga berfungsi mengurangi jumlah air yang masuk. Keuntungan : Bekerja sangat efektif jika dipasang dengan tepat. Tahan lama (tergantung bahan).
Kekurangan : Mahal
Material : Geotextile terbuat dari polypropylene, polyester, polyethylene, Plyamide (nilon), Polyvinylidene cholide, dan fiberglass. Polypropylene dan polyester adalah bahan yang paling banyak digunakan. Penggunaan : Pada semua jenis karakteristik sungai.
Pemasangan : Bersihkan permukaan dari tanaman, batu besar, bongkol tanaman, sampah, pohon, akar dan reruntuhan lain. Ratakan (haluskan) permukaan tanah. Hamparkan geotextile pada permukaan rata tanah, geotextile harus diletakan tanpa tekanan, lipatan dan kerutan (kusut). Jika digunakan untuk perlindungan tebing, jika arus penyebab utama gaya erosi paralel (sejajar) dengan tebing, maka geotextile harus diletakkan dengan ukuran yang lebih lebar dari ukuran pabrik untuk mengantisipasi aliran air, strip aas geotextile harus dioverlapkan dengan strip bawah (lihat gambar 6.46) Jika digunakan untuk perlindungan dari serangan gelombang atau galian dan timbunan tebing, maka geotextile harus diletakan vertikal kebawah lereng (gambar 6.47) dan strip atas harus overlap diatas (menutupi) strip bawah, jarak selang-seling antara overlap minimum 1,5 m.
Gambar 6.48 Penenpatan geotextile untuk arus yang bekerja sejajar tebing atau untuk serangan gelombang pada tebing
Geotextile harus diangkut pada ujungnya untuk mencegah uplift atau penggerowongan dengan membuat parit pengunci dan apron pada puncak dan kaki tebing.
Panjang overlap minimum adalah 30 cm. Jika diletakan dibawah air maka overlap minimum adalah 1m. Penjahitan, staples, sambungan panas (heat welding), atau pengeleman hanya digunakan pada bagian sambungan (overlap) saja. Penjahitan merupakan metode yang paling baik.
Benang yang digunakan harus terbuat dari polyester, polypropropylene, kevlar atau nylon.
Gunakan pin sebagai pengikat sebelum lapisan penutup (misal riprap) diletakan, pin bercincin (paku payung) harus di tancapkan pada tengah sabungan (overlap).
Jarak antara pin tergantung dari kemiringan tebing, berdasarkan ketentuan tabel 6.3
Tabel 6.3 Jarak antara pin yang dibutuhkan untuk pengunaan pada pengontrol erosi
Pin dengan diameter 3/16 inch (30/64 cm) dan panjang 18 inchi ( 45 cm) cukup baik digunakan pada tanah keras untuk tanah lepas digunakan pin yang lebih panjang.
Penempatan penutup (riprap) dimulai dari dasar tebing dan kemudian ke atas dan lebih baik dimulai dari tengah dan kemudian ketepi untuk menghindari perpindahan parsial tanah karena tergelincir (sliding).
Pertimbangan khusus: Geotextile jangan sampai dibiarkan terbuka pada cuaca buruk lebih dari satu minggu untuk kasus geotextile pada permukaan tidak lebih dari 30 hari untuk kasus geotextile yang terlindung dari cuaca dan terkena ultra vilolet rendah. Kekuatan sambungan tidak boleh lebih kecil dari gaya seret dari yang ditentukan. Pemeliharaan : tidak ada
1.6
Beberapa tahun belakang penggunaan teknik bioengineering telah terkenal sebagai bangunan pelindung dengan pengaruh lingkungan yang rendah. Secara umum teknik telah di gunakan pada saluran /sungai dengan ukuran kecil hingga sedang dengan gaya erosi tidak terlalu besar. Kriteria bioengineering umumnya dipasang bersama dengan memasang bangunan hidraulik transversal dengan bentuk profil morfologi yang bermacam-macam disesuaikan dengan kreasi yang cocok pada habitat riparian (kondisi lereng) bagi kehidupan spesies flora dan fauna. Kayu dan batu adalah yang umum digunakan untuk jenis teknik ini.
Tanaman secara umum dibagi menjadi dua katergori besar: Rumput-rumputan dan tanaman keras (kayu). Faktor utama agar efektif dalam pemilihan vegetasi adalah lamanya waktu yang diperlukan agar tanam tumbuh dengan baik (mapan) pada kemiringan tebing. Rumput lebih murah dalam penanggulangan erosi tebing dan memerlukan waktu yang lebih pendek untuk tumbuh baik. Tanaman keras memberikan perlindungan yang lebih besar untuk melawan erosi karena memiliki sistim akar yang lebih rapat (intensif). Walupun demikian dalam kondisi tertentu berat tanaman akan mengurangi manfaat dari sistem akar. Pada tebing yang tinggi, sistem akar pohon mungkin tidak akan masuk sampai ujung bawah tebing. Jika ujung bawah tebing tererosi, berat tumbuhan dan masa akar akan menyebabkan keruntuhan tebing.
Pattatails (Thipha), bulushe (Scripus), reeds (Phragmintes), knotweed dan smartweed (Phylogonum), rushes (Juncus), dan mannagrs (Gleseria) sangat membantu dalam melakukan pengendapan dan mengurangi kecepatan alir pada air dangkal atau pada daerah basah pada ujung bawah tebing (toe) serta dalam melindungi tebing pada sebagian daerah. Willow (Salix) adalah tanaman keras yang paling efektif untuk melindungi tebing rendah karena kelenturannya dan memiliki kepadatan cukup untuk mendorong pengendapkan sedimen, serta dapat bertahan dalam genangan, dan dengan mudah tumbuh baik.
1.6.1
1) Zona Kaki Zona ini terletak diantara dasar saluran dengan kedalaman permukaan air normal. Zona ini adalah zona dengan tegangan yang tinggi akibat arus dan terkadang terjadi lubang akibat arus. Lubang yang terjadi seperti keruntuhan pada bantaran kecuali ada pencegahan. Zona ini biasanya terkena banjir lebih dari enam bulan dalam setahun. Penanganan zona ini dengan material yang keras seperti batu, riprap, kayu, krib atau material yang tahan lama seperti geotextile.
2) Zona Ombak Zona ini terletak diantara kedalaman permukaan air maksimum dengan kedalaman permukaan air rata-rata. Zona ini dan zona kaki merupakan zona dengan terjadinya tegangan yang tinggi akibat arus. Zona ombak ini biasanya terkena gelombang yang menyapu, arus air yang erosi, pergerakan kayu maupun
Tanaman yang cocok untuk zona ini adalah rumput-rumputan yang tahan dalam air seperti ganggang. Tanaman ini terkadang digabungkan dengan bahan geotextile. Harus diperhatikan bila air di saluran mengandung tanah lempung yang banyak dan dapat mengakibatkan tanaman rusak. Tanaman ini dapat tumbuh di kedalaman antara +45 sampai 152 cm. Terkadang sulit untuk menemukan bentuk aliran yang cocok dengan kondisi tersebut. Sekali lagi, jenis tanaman yang baik untuk digunakan dapat dilihat sistem alami yang ada dan diamati jenis tanaman yang tumbuh disana. 3) Zona Bantaran Zona ini biasanya terletak diatas ketinggian air normal, meskipun zona ini terkena gelombang yang menyapu, erosi arus sungai, pergerakan kayu dan perjalanan manusia dan binatang. Ketinggian muka air di zona ini terkadang dekat dengan permukaan tanah yang dekat dengan ketinggian normal sungai.
Pada zona ini, tanaman yang digunakan adalah rumput-rumputan dan tanaman kayu. Tanaman ini dapat tahan terhadap banjir dan tahan meskipun sebagian sampai seluruh tanaman terendam untuk beberapa minggu.
4) Zona Teras Zona ini terletak pada daratan pada batas-batas zona bantaran. Zona ini biasanya tidak terkena erosi kecuali musim banjir. Zona ini termasuk daerah dengan ketinggian dekat bantaran atau daerah dengan kemiringan pada dataran yang berada pada batas saluran.
1.6.2
Skema bio-engineering disusun dari beberapa elemen sedemikian hingga diperoleh suatu bentuk sistem yang baik.
Berikut ini dalah elemen-eleman dasar yang digunakan dalam beberapa contoh bentuk skema bio-engineering.
1.6.2.1 Batu dasar (base stone) Gambaran umum : Batu yang diletakan pada ujung bawah tebing
Tujuan: Mengambat penggerowongan (underminning) dan penggerusan pada kaki tebing. Menyediakan eleman struktural (tempat tinggal ikan)
Penggunaan : Zona kaki Pada sungai kecil hingga sedang dan pada semua tipe karakter sungai Umumnya digunakan pada sungai dengan kecepatan alir melebihi 2 m/s atau pada tebing dimana perlindungan dengan tanaman saja tidak cukup. Pada sungai dengan muka air yang berfluktuasi.
Pemasangan : Batu diletakan pada ujung bawah tebing sungai sepanjang garis tebing.
Pertimbangan khusus : Ukuran batu harus cukup besar sehingga tidak hanyut terbawa arus sungai. Perawatan : Menata batu kembali jika terjadi perpindahan
1.6.2.2 Pasak tepi dari stek batang tanaman (anterior stake) Gambaran umum : Tanaman stek batang yang dipasang pada bagian tebing sungai paling tepi. Tujuan : Mengamankan kaki tebing.
Penggunaan: Zona kaki, zona ombak. Pada sungai dengan kecepatan relatif kecil.
1.6.2.3 Gulungan ranting kayu (sunken fascine roll ) Gambaran umum : Gulungan seperti sosis dari ranting yang diikat menjadi satu, dan diletakkan pada dalam parit pada tebing paralel dengan sungai.
Keuntungan : Pelindung tebing secara cepat Menangkap sedimen. Memperlambat aliran permukaan dan meningkatkan infiltrasi. Meningkatkan habitat riparian.
Kekurangan : Pekerjaan tukang yang intensif Stabisasi diperlukan datara fascine. Tidak disarankan pada daerah dengan aliran permukaan yang tinggi.
Material : Ranting harus lebih panjang dari 120 cm dan berdiameter lebih kecil dari 2,5 cm dari berbagai macam jenis yang mudah berakar serta lurus. Tali dari goni. Pasak sepanjang 1 m. Tanaman penstabil.
Pemasangan : Buat bundelan dengan diameter 20 m - 25 m, ranting dianyam, ujungnya diruncingkan dan diikat dengan tali hingga membentuk bundelan.
b. Untuk perlidungan tebing Pancang pasak sebaris melintang terhadap lereng dimulai dari dasar tebing pada rata-rata tinggi air tengah.
Gali parit dangkal sedalam diameter fascine. jarak antara pengalian parit dan peletakan fascine tidak boleh melebihi satu jam untuk meminimalkan pengeringan tanah.
Letakkan bundelan kedalam parit dan dioverlapkan pada bagian ujung yang diruncingkan.
Pancang pasak dari stek batang tanaman atau pasak biasa pada tengah bundelan dan pada ujung bundelan.
Pertimbangan khusus Pastikan fascine menyentuh tanah dengan baik. Tambahan bagi perlindungan toe diperlukan pada daerah dengan kecepatan alir tinggi. Rendam semak yang akan digunakan rantingnya kedalam air dingin (pada sungai, danau) selam 3 hari sebelum pemasangan. Pemeliharaan : Rendah. Perhatikan jangan sampai hanyut oleh aliran permukaan. Diikuti dengan penanaman tanaman sebagai stabilisasi.
Tujuan : Melindungi tebing dari pergerakan vertikal dengan cepat dan efektif.
Penggunaan : Zona bantaran, zona teras Pada aliran air dengan penggerusan dasar yang rendah (50-100N/m2) dan saluran yang relatif lurus. Pemasangan : Pasak sepanjang 10-15 cm pancang kedalam tanah batang dalam bentuk berisan. Tanaman semak (willow) yang kuat dan mudah dibengkokan (tidak mudah patah) dianyam vertikal ke depan dan kebelakang pasak sehingga terbentuk pagar. Ujung batang yang tebal selalu diletakan di dalam (menghadap tebing) sehingga tersedia kelembaban yang cukup dan tidak ada batang yang mencuat menghalangi aliran air. Ranting harus diletakkan sangat dekat satu sama lain, sehingga dapat mencegah erosi tanah oleh air. Jika aliran air memiliki periode aliran yang sangat rendah, batang tanaman semak (willow) dapat dianyam secara transversal sehingga ujung bawahnya dapat mencapai langsung kedalam air. Ketinggian pagar wettle tidak boleh lebih dari 50 cm.
Perawatan : Dalam kasus erosi tanah, material yang sudah tererosi harus di ganti untuk menjamin kecukupan tanah untuk pertumbuhan dan perkembangan akar yang menghasilkan stabilitas tebing.
Penerapan : Zona kaki, zona ombak, Terutama pada tikungan luar sungai utama dan pada sungai dimana erosi dapat membentuk sungai bercabang. Keuntungan : Perlindungan erosi dengan segera. Terlihat alami dan merupakan bangunan permanen. Meningkatkan habitat liar dan kehidupan air.
Kekurangan : diperlukan kayu gelondong dan batu. Pekerjaan tukang yang intensif. Lebih komplek dibanding fascine ataupun stek. Diperlukan riprap pada bagian ujung. Tidak disarankan pada sungai yang terjadi penggerowongan. Tidak cocok pada sungai berbatu, sungai sempit dan tebing tinggi pada kedua sisi.
Material : kayu gelondongan dengan diameter minimal 15 cm. Tanaman stek batang.
Pemasangan : Gali dasar dinding krib 1 m dibawah dasar sungai asli. Gelondongan pertama diletakan paralel dengan tepi air dan pada tepi dasar galian.
bukan gulungan ranting (fascine) pada toe tebing Gelondong lapisan kedua diletakkan diatas gelondongan pertama tegak lurus dengan jarak 1,2 m antara gelondongan. Kuatkan tiap gelondongan dengan paku.
Pasang tanaman diantara kayu gelondongan. Jarak diantaranya diisi dengan wiillow, facines atau batu pada bagian atas sisi air (waterside) sedangkan dibelakangnya diisi dengan tanah, dan sehinga terbentuk dinding tiang. Fascine harus tertutup oleh tanah, sehingga tanaman dapat tumbuh di atas permukaan air dan mengambil alih fungsi stabilitas setelah
Evaluasi ekologi : ruang antara gelondongan kayu memberikan bermacam bentuk struktural yang bagus. Menggunakan tumbuhan mati sebagai fascines pada daerah dibawah permukaan air akan menambah jumlah kayu mati (dead wood) dan memberikan perluasan permukaan untuk hidup zoobenthos.
1.6.2.6 Bantalan semak-semak (live brush mattresses) Gambaran umum : Bantalan dari semak-semak yamg diikatkan diatas tebing yang tererosi.
Tujuan : Perlindungan dari erosi; membentuk kembali tebing dengan menangkap sedimen Penerapan : Zona ombak, zona bantaran. Pada tebing dengan kemiringan 1V:2H atau lebih landai. Pada sungai dengan kecepatan alir rendah.
Kekurangan ; Memerlukan pekerjaan tukang yang intensif. Aliran kecil dapat terjadi dibawah bantalan sebelum tanaman berakar. dIperlukan perlindungan pada kaki tebing.
Material : Tanaman semak dengan panjang 2 m. Pasak kayu ( 5 cm x 5 cm) dengan panjang 1 m. Fascine atau riprap. Humus. Klem dari seng
Letakkan batang semak pada lereng dengan pangkal batang diselipkan dibawah fascine dengan batang melintang tebing.
Lanjutkan meletakkan batang semak satu arah hingga ketebalan 30 cm. Pancang pasak tegak lurus dengan lereng membentuk barisan dengan ujung sedikit kelihatan diatas semak.
Kencangkan semak-semak pada pasak hingga membentuk jaring-jaring. Timbun semak dengan humus setebal 5 cm. Tebarkan benih rumput hijau diatasnya.
Pertimbangan khusus : Semak-semak yang digunakan sebaiknya dipersiapkan terlebih dahulu seperti pada persiapan stek batang. Tali rami di anyamkan ke pasak dengan pola wajik (diamond) dan diklem pada pasak sebelum sampai pada pasak terakhir. Pastikan batang semak menyentuh tanah sehingga dapat berakar dengan baik seluruh pada batangnya. Pemeliharaan : Hati-hati terhadap aliran dibawah bantalan sebelum akar tumbuh. Jika sudah tumbuh dengan baik, pemotongan diperlukan berdasarkan pertumbuhannya untuk menjaga ketinggian dan elastisitasnya, yang diperlukan pada saat banjir. Konsentrasi ketebalan akan mengakibatkan
1.6.2.7 Stek batang tanaman (cutting) Gambaran umum : Stek tanaman semak belukar atau tanaman kayu yang dipancang kedalam tebing. Tujuan : Melindungi tebing dari gaya erosi akibat aliran air dengan menguatkan tanah oleh pertumbuhan akar, (dapat ditanam diantara batu) dan merupakan perlindungan yang baik dalam jangka yang lama. Penggunaan : Sepanjang tebing dengan kemiringan sedang 1V:4H atau lebih landai. Digunakan pada tanah asli tebing. Sangat berguna juga tingkat erosi rendah dan tidak terjadi penghanyutan. Sering dikombinasikan dengan metode stabilisasi lain.
Keuntungan : Murah, khususnya jika tanaman tersedia disekitar lokasi. Dapat dilakukan dengan cepat dengan pekerja yang sedikit. Menghasilkan perlindungan alami yang permanen. Meningkatkan habitat riparian.
menancapkannya kedalam tanah dan pada ujung atas ditumpulkan. Stek setidaknya memiliki 2 cabang pada bagian atas untuk pertumbuhan batang. Stek harus dalam keadaan segar dan tetap lembab. Jangan disimpan melebihi satu hari, sebaiknya stek ditamam pada hari yang sama persis. Pemasangan : Zona bantaran, zona teras Dimulai dari lereng yang rendah, tancapkan stek pada tebing tegak lurus dengan lereng.
4/5 panjang stek harus tertanam kedalam tanah dan tanah sekitarnya dipadatkan.
Jangan mematahkan stek pada saat penancapan. Gunakan tongkat untuk melubangi tanah. Kerapatan penanaman tergantung dari kondisi lokal, kurang lebih 2-6 batang per meter persegi. Dengan jarak 60 cm atau lebih besar lebih baik.
Pertimbangan khusus : Penanaman dilakukan selama awal musim hujan. Rendam stek selama 3 hari sebelum pemasangan. Diperlukan pengamanan pada toe. Pengaturan kemiringan dapat diperlukan untuk medapatkan kemiringan yang cukup sebelum pemasangan. Pemeliharaan : Tanaman mudah rusak terutama setelah pemasangan. Periksa ketika terjadi arus besar, perbaiki jika terjadi kerusakan. Jerami dapat digunakan untuk mengamankan sementara. Menjaga pertumbuhannya agar tidak membahayakan.
1.6.2.8 Lapisan semak-semak berbentuk sikat dan sisir ("living brushes dan combs") Fungsi : Meningkatkan pembentukan silt (siltation) Melidungi tebing dari efek erosi lateral. Pertumbuhannya akan membuat bantalan akar terbentuk untuk melindungi erosi tanah. Penggunaan Zona ombak, zona bantaran, zona teras.
Tipe ini tidak tahan terhadap tegangan geser dasar yang tinggi, oleh karena itu sering digunakan pada ruang antara bangunan penghasil silt (siltation construction) dengan tekanan dan daya tahan hidup yang lebih tinggi.
Penerapan : Sikat hidup : sejumlah besar batang willow (tidak diikat satu sama lain) ditanam dengan sangat tebal kedalam tanah dengan sudut kearah aliran. Bundelan fascines dapat juga digunakan pada tempat batang willow tersebut dipasang. Sisir hidup : satu stek batang, dengan panjang 1 m ditanam dalam barisan dengan sudut ke arah aliran dan pada kedalam 70 cm kedalam tanah. Jarak antara stek harus kurang lebih dua kali atau tiga kali panjang stek. Hasilnya adalah berupa sisir yang pendek, memberikan ketahanan yang lebih kecil dibandingkan dengan sikat (semak-semak) hidup. Tipe kontruksi ini sangat mudah untuk memeliharanya. Pemeliharaan : Dalam kasus kelebihan pembentukan silt (siltation) yang cepat, tipe konstruksi ini harus diperbaharui karena willow hanya menyerap unsur hara dan tumbuh dengan jarang ketika tertutupi. Evaluasi ekologi : Jarak kosong antara sikat atau sisir hidup ada tempat cukup untuk hidup tumbuhan rumput lain yang terbawa oleh angin dari daerah sekitarnya. Ini berarti pada waktu selimut vegetasi tebing tumbuh maka akan cocok untuk kondisi lokal (asal).
1.6.2.9 Groin dan stek batang tumbuhan (krib groynes with cutting (living groynes)) Gambaran umum : Groin yang dikombinasikan dengan tanaman.
Tujuan : Groin adalah struktur yang dibangun dekat tebing dan melintang (transversal) terhadap arah arus. Penggunaan : Zona kaki, zona ombak. Pada arus yang memiliki variasi level air tinggi, konstruksi groin dipasang pada level aliran rata-rata, terbukti sangat berharga dari sudut lingkungan. Lebih jauh lagi groin dapat digunakan untuk melindungi dan memperbaiki tebing dari erosi. Tipe groin yang dipih tergantung dari level permukaan air dan tegangan geser pada lokasi yang akan dipasang.
Implementasi : berdasarkan perluasan penggunaan dan ketersediaan bahan dasar (raw material) didaerah sekitar, tipe groin yang berbeda dapat dibangun dari bahan yang berbeda : groin krib dari gelondongan kayu yang digabung dengan stek batang tanaman (willow). groin gabion yang dikombinasikan dengan stek. groin dari ranting-cabang tanaman yang ditata (paking). groin spurs dari pohon. groin dari facine. groin dari tiang kayu dikombinasikan dengan bongkol tanaman. groin tembok krib dari kayu gelondongan (log cribwall groin) groin kerikil dengan bantalan semak-semak.
1.6.3
Skema A (untuk tebing agak curam) Elemen penyusun 1 2 3 4 7 Batu dasar (base stone). Stek batang tumbuhan pada tepi (anterior stakes). Gulung ranting ata serabut kelapa (sunken fascine roll). Pagar tanaman yang dianyam (wattle work). Stek batang tanaman (cutting).
Skema B (untuk tebin agak curam) Elemen penyusun 1 2 3 5 Batu dasar (base stone) Stek batang tumbuhan pada tepi (anterior stakes) Gulung ranting ata serabut kelapa (sunken fascine roll) Tembok krib dari kayu gelondongan dengan lapisan ranting (log
Skema C (untuk tebing relatif datar) Elemen penyusun 6 Bantalan semak-semak (live brush mattresses)
Skema D (untuk tebing relatif datar) Elemen penyusun 4 Pagar tanaman yang dianyam (wattle work)
100 PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA By : Salmani, MS, MT.
Skema F Elemen penyusun tambahan 9 Goin dan stek tanaman (groin with cutting)
101 PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA By : Salmani, MS, MT.
1.7
1.7.1
Umum
Menentukan alternatif perlindungan tebing yang sesuai dimulai dari memahami mekanisme spesifik keruntuhan pada lokasi kejadian baik akibat pengaruh lokal (site-based) ataupun pengaruh bentangan (reach based). Umumnya kedua pengaruh saling berkaitan satu sama lain, dan hanya dengan cara mengetahui mekanisme keruntuhan kita dapat menentukan solusi yang tepat untuk dibangun. 1.7.2 Identifikasi Keruntuhan pada Tebing Sungai
102 PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA By : Salmani, MS, MT.
diidentifikasikan dengan tergerusnya pada ujung bawah tebing yang akhirnya dapat membentuk kantilever pada tebing. 2) Apakah terlihat reruntuhan pohon dan masa tebing atau terjadi penurunan tebing? Gerusan pada toe dapat mengakibatkan runtuhnya masa diatas tebing. 3) Adakah kehilangan tanaman disekitar tebing dan bantaran (riparian)? hilangnya tanaman akan melemahkan ikatan tanah oleh akar tumbuhan yang akan memicu terjadinya erosi toe.
1) Adakah bentuk-bentuk cekungan pada dasar saluran yang terlihat lebih gelap dibandingkan sekitarnya? Gerusan lokal ditujukan adanya cekungancekungan terpisah (discrete) pada dasar saluran. 2) Adakah ditemui penghalang pada saluran seperti bedrock, reruntuhan kayu atau buatan manusia (misal jembatan)? Pengahalang-pengahalang tersebut akan memicu terjadinya gerusan lokal disekitar penghalang tersebut. 3) Adakah penyempitan pada saluran misalnya keadaan tebing yang terlalu sempit, adanya penghalang batu atau pepohonan atau penghalang buatan manusia (misalnya jembatan)? Penyempitan tersebut akan membentuk gerusan terhadap dasar saluran.
Apakah saluran memiliki sejarah yang menujukan adanya pergeseran alinyemen saluran? Migrasi tikungan ditunjukan adanya perpindahan alinyemen pada tikungan.
103 PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA By : Salmani, MS, MT.
Daerah yang teragradasi dapat diidentifikasikan dengan menjawab pertannyaanpertanyaan berikut: 1) Apakah rata-rata elevasi dasar sungai semakin naik sepanjang waktu? Agradasi diidentifikasikan dengan kenaikan elevasi pada profil saluran. 2) Apakah kapasitas saluran dan debit penuh telah berkurang? Apakah frekuensi aliran diatas tebing bertambah? Banjir lebih sering terjadi pada sungai yang teragradasi dibanding sungai yang normal. 3) Apakah frekuensi terjadinya sudetan meander (meander cutoff) semakin bertambah? Agradasi meningkatkan frekuesi aliran diatas tebing dan ini meningkatkan kemungkinan terjadinya sudetan meander (meander cutoff). 4) Apakah saluran telah berubah dari pola saluran meander tunggal menjadi pola berjalin saluran berjalin (multichannel). 5) Apakah saluran teravulsi (berubah aliran) karena pengendapan di dalam saluran utama? Apakah avulsi umumnya terjadi didalam bentangan (reach)? Avulsi umum terjadi pada sungai berjalin, dan juga terjadi pada saluran meander karena agradasi.
Daerah yang terdegradasi dapat diidentifikasikan dengan menjawab pertanyaanpertanyaan berikut: 1) Adakah terjadi penurunan profil saluran? Penurunan menerus profil saluran adalah indikasi jelas tentang degradasi. 2) Apakah headcut atau nickpoints terlihat di dasar saluran? Headcut atau nickpoints pendek, pada saluran curam dikenali seperti terjunan kecil atau air terjun atau segmen saluran terlalu curam yang tidak normal. 3) Apakah tebing menerus terlihat terlalu curam dan runtuh? Saluran terdegradasi cenderung menghasilkan tebing yang curam yang kemudian runtuh. Hasil erosi seluruh saluran melebar, dibanding terhadap erosi lokal diluar tikungan.
104 PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA By : Salmani, MS, MT.
1.7.3
Dalam rangka memilih teknik perlindung tebing yang cocok perlu disusun sejumlah seri kriteria desain yang ditentukan berdasarkan tujuan umum perlindungan. Kriteria ini harus memperhitungakn resiko dan biaya dan disusun berdasarkan prioritas relatif yang dimaksudkan untuk menggambarkan (outline) tujuan pembangunan dan memberikan dasar dalam mengambil keputusan tentang ukuran spesifik dan komponen teknik perlindungan tebing. 1.7.4 Proses Pemilihan Apakah keruntuhan diakibatkan oleh pengaruh lokal (site-based) ataupun oleh pengaruh bentangan (reach-based) sangat spesifik tiap lokasi, dan harus dievaluasi sebelum memilih perlindungan yang sesuai. Tidak tertutup kemungkinan ditemukan kombinasi dua atau lebih teknik untuk menghasilkan hasil yang lebih sukses, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Memberikan kesempatan untuk mengkombinasikan
beberapa kemungkinn akan memacu kreatifitas dalam mendesain tipe perlindungan yang baik, sejauh kriteria desain terpenuhi.
105 PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA By : Salmani, MS, MT.
1.7.5.1 Tanpa tindakan Ketika mengidentifikasikan teknik perlindungan tebing yang sesuai, harus tetap memikirkan solusi tindakan terbaik dan mungkin adalah tanpa tindakan sama sekali. Setelah mempertimbangkan gaya penyebab erosi pada tebing sungai, mungkin akan nampak bahwa terlalu susah dan mahal untuk menahan atau merubah, atau ketidak seimbangan sistem sungai terlalu luas untuk ditanggulangi secara lokal. Mungkin akan jauh lebih murah jika mengurangi atau
menghilangkan kebutuhan akan perlindungan tebing. Sebagai contoh jika migrasi saluran sungai mengancam jalan, mungkin akan lebih murah dan mudah untuk memindahkan jalan tersebut ketempat yang lebih aman dibandingkan dengan mamasang bangunan pengaman.
Keruntuhan akibat erosi toe umumya akibat berkurangnya tanaman. Untuk itu solusi yang terbaik adalah dengan mengembalikan tanaman dengan
1) Penyeimbangan diperlukan untuk melindungi lubang gerusan dan juga mencegah erosi lebih lanjut dengan menggunakan titik kait (achor point). Anchor point dapat secara alami (pohon, tonjolan batu) atau struktur buatan manusia (groin terpendam) pada hulu dan hilir peredam energi. 2) Teknik perlindungan kaki (toe) juga dapat digunakan untuk mengatasi gerusan.
106 PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA By : Salmani, MS, MT.
Gambar 6. 61. Pemasangan anchore point untuk mencegah gerusan lokal dan menahan pelebaran volume peredam energi (energy sink) 1.7.5.4 Penanggulangan migrasi tikungan dan meander
1) Perlindungan terbaik terhadap perpindahan meander adalah dengan memindahkan bangunan yang terancam pada daerah sungai yang relatif lurus di antara tikungan. Di banyak lokasi seperti itu, perlindungan mungkin tidak diperlukan selama beberapa tahun sebab tikungan memerlukan waktu untuk bergerak ke suatu lokasi yang dapat mengancam fasilitas bangunan. Walau demikian, tingkat perpindahan tikungan pada sungai-sungai lainnya mungkin berada pada tingkat yang tinggi sehingga perlindungan akan diperlukan setelah beberapa tahun atau setelah terjadi banjir oleh karenanya harus dipasang pada awal konstruksi.
2) Bangunan pelindung untuk perpindahan meander meliputi bangunanbangunan yang: melindungi garis tebing yang ada, menetapkan garis alir atau alinyemen baru, dan mengendalikan dan mengarahkan aliran dalam saluran.
107 PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA By : Salmani, MS, MT.
3) Jenis-jenis bangunan pelindung yang digunakan untuk stabilisasi tebing dan pengendalian tikungan adalah dinding penahan tebing (revetment), spur, struktur penghambat (retardance structure), tanggul longitudinal, dinding pemisah (bulkhead), dan relokasi saluran. Juga, sudetan yang direncanakan dengan cermat dapat menjadi cara efektif untuk
menanggulangi masalah-masalah yang ditimbulkan oleh perpindahan meander. Bangunan-bangunan ini dapat digunakan secara individual atau bersamaan untuk mencegah perpindahan meander di lokasi. Beberapa bangunan pelindung ini juga dapat digunakan untuk erosi tebing akibat sebab-sebab selain dari perpindahan meander.
Bangunan pelindung yang digunakan pada sungai berjalin dan bercabang umumnya dimaksukan untuk mencegah banyak saluran pada satu saluran. Kecenderungannya untuk meningkatkan kapasitas transportasi sedimen pada saluran utama dan mencegah pengendapan pada saluran sekunder.
Penanggulangan ini umumnya berupa tanggul yang dibangun mulai dari tempat batas banyak saluran ke saluran dimana jembatan di bangun. Tebing pengarah digunakan pada ujung jembatan dikombinasikan dengan revetment pada lereng jalan, riprap pada lereng jalan, dan spurs, disusun pada saluran sungai untuk menanggulangi aliran ke satu saluran. 1.7.5.6 Penanggulangn agradasi
1) Penanggulangan yang dapat digunakan dalam usaha untuk mengurangi masalah agradasi adalah dengan jalan : pembentukan saluran
(chanelization), kolam runtuhan (debris basin), modifikasi jembatan, dan/atau pemeliharaan secara menerus, atau kombinasi dari itu semua. Pembentukan saluran (channalization) diantaranya dengan menggali dan membersihkan saluran, membangun dam kecil untuk membuat kolam runtuhan, melakukan pemotongan/sudetan (cutoff) untuk meningkatkan kemiringan lokal,
108 PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA By : Salmani, MS, MT.
transportasi
sedimen
sehingga
mengurangi
menghilangkan masalah agradasi. Sudetan harus direncanakan dengan mempertimbangkan apakah mereka dapat menyebabkan erosi pada hulu dan pengendapan pada hilir. Modifikasi jembatan yang paling umum adalah dengan menambah panjang jembatan atau dengan memperpanjang bentang dan meningkatkan area aliran efektif dibawah jembatan dengan menaikan dek jembatan.
2) Program perawatan secara menerus dapat juga berhasil digunakan untuk mengontrol masalah pada jembatan pada saluran yang teragradasi. Disejumlah program, sistem pemantau dipasang untuk mensurvey pengaruh jembatan pada interval yang beraturan. Ketika kedalaman endapan yang terkumpul belum mencapai kedalaman tertentu, alur alir dibawah jembatan dikeruk atau dibersihkan dari material yang mengendap. Dalam beberapa kasus diperlukan pembersihan alur alir dibawah jembatan setelah terjadi banjir besar. Solusi ini membutuhkan pengawasan dan dedikasi untuk keberlangsungan perawatan agar mempertahankan kecukupan jalan air dibawah jembatan. Jika tidak maka itu hanya sebagai solusi sementara saja. Kolam runtuhan atau saluran yang lebih dalam pada hulu jembatan akan lebih mudah untuk memeliharanya. Pemeliharaan yang menerus tidak disarankan jika analisis menunjukan bahwa bangunan penanggulangan lain dapat lebih praktis.
3) Alternatif mirip program pemeliharaan yang dapat digunakan pada saluran yang mengalami masalah agradasi secara terus-menerus, adalah dengan penggalian pasir dan kerikil yang terkontrol dari kolam runtuhan yang dibangun di hulu lokasi jembatan. Penggunaan alternatif ini akan memerlukan analisis yang hati-hati untuk menjamin bahwa penggalian kerikil tidak merusak keseimbangan sedimen dan debit air pada hilir kolam runtuhan (debris pool). Penggalian yang berlebihan dapat menghasilkan profil hilir yang terdegradasi, dan berpotensi mempengaruhi jembatan ataupun bangunan lain.
109 PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA By : Salmani, MS, MT.
4) Berikut ini adalah daftar petunjuk mengenai bangunan penanggulangan terhadap agradasi : a. Pembentukan saluran (channelization). Untuk meningkatkan kapasitas angkut sedimen. Pembentukan saluran harus dipertimbangkan hanya jika analisis menunjukan bahwa hasil yang diharapkan dapat dicapai. b. Merubah atau menempatkan kembali jembatan sering diperlukan untuk mengakomodasikan kedalaman maksimum agradasi. c. Program pemeliharaan telah terbukti tidak dapat dipercaya, tetapi mereka memberikan solusi paling irit jika agradasi berasal dari sumber yang temporal (sewaktu-waktu) atau pada saluran yang kecil dimana permasalahannya pada besar agradasi yang terbatas. d. Untuk agradasi pada saluran lebar dan dangkal, spur atau revetment yang bersifat lentur (flexibel revetment) dapat digunakan dalam mempertahankan aliran pada bagian yang lebih sempit atau lebih dalam. e. Penambangan kerikil dan pasir yang terkontrol dapat menjadi solusi yang terbaik pada kipas alluvial (aluvial fans) dan jembatan lain dengan masalah yang berat.
1. Bangunan
penanggulangan
digunakan
untuk
mengontrol
degradasi
diantaranya adalah check dams dan pelapisan saluran (channel linning). Check dams dan bangunan lain yang berfungsi mirip dengan check dams termasuk diantaranya bangunan terjun (drop structure), dinding yang dipotong (cutoff wall), dan saluran terjun buatan (drop flume).
2. Pelapisan (linning) saluran dengan beton dan riprap telah terbukti berhasil untuk menghentikan degradasi. Untuk melindungi lapisan pelapis check dam dapat diletakan pada akhir hilir untuk menguncinya ke dasar saluran.
3. Erosi tebing adalah jenis bahaya yang umum terjadi pada saluran yang terdegradasi. Karena dasar terdegradasi, tebing menjadi lebih curam dan tebing berguna (tergerowong) dan keruntuhan terjadi. Telah diketahui bahwa
110 PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA By : Salmani, MS, MT.
4. Berikut ini adalah daftar rangkuman yang direkomendasikan serta petunjuk untuk aplikasi bagi bangunan penangulangan pada jembatan penyeberang pada saluran yang mengalami degradasi yang telah terjadi: a. check dams ataupun bangunan terjun adalah teknik yang paling efektif untuk mencegah degradasi pada sungai kecil atau sedang. b. Dengan hanya melakukan pelapisan saluran, kemungkinan besar tidak akan berhasil dalam menanggulangi masalah degradasi. c. Kombinasi bulkhead dan riprap revetment telah terbukti berhasil digunakan unuk melindungi abutment dimana kecuraman tebing sungai mengancam tanah pada lereng. d. Riprap diatas tebing saluran dan mercu lereng akan gagal jika tidak diantisipasi pada saat terjadi degradasi. e. Bantalan batu berkawat (rock and wire mattresses) disarankan untuk saluran kecil (<30m) sering terjadi (experiencing) instabilitas lateral dan sedikit atau tdak ada instabilitas vertikal. f. Tanggul batu longitudinal diletakkan pada ujung bawah (toe) tebing saluran merupakan penanggulangan yang efektif untuk tebing yang tergerowong/tergali (caving) pada saluran yang terdegradasi.
Pencegahan untuk mencegah outflanking, seperti bangunan pengikat (tieback) ke tebing, dapat diperlukan jika pemasangannya terbatas sampai sekitar jembatan.
1.7.5.8 Memilih
metode
perlindungan
tebing
menggunakan
matrik
Salah satu yang paling susah tetapi sangat penting dalam proses perencanaan adalah bagaimana menentukan mekanisme keruntuhan hingga memilih solusi terbaik. Untuk mempermudah melakukannya bagi beberapa orang dengan
111 PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA By : Salmani, MS, MT.
Matrik berikut (tabel 6.5, 6.6) digunakan untuk membantu mengidentifikasikan dan memilih teknik perlindungan tebing dan berikut ini adalah bagaimana cara menggunakan matrik
Matrik 1 Menyaring Bentuk tindakan berdasarkan pada kondisi Lokasi 1. Identifikasikan semua mekanisme yang terjadi pada lokasi anda berdasarkan pengaruh lokasi (site-based) dan beri tanda cek pada kolom berlabel "ini terjadi pada lokasi saya" sesuai dengan mekanisme yang terjadi. 2. Identifikasikan sejumlah teknik perlindungan yang harus dipertimbangkan dalam memecahkan masalah berdasarkan mekanisme keruntuhan yang terjadi pada lokasi, jangan lupa mempertimbangkan pilihan "tanpa tindakan" sebagai solusi. 3. Lihat kekolom tiap mekanisme keruntuhan yang sesuai, dan lingkari semua teknik dengan tingkat "baik" (jika tidak ada pilihan dengan tingkat "seimbang"). Teknik Ini mungkin pilihan yang baik bagi lokasi anda. 4. Pada bawah matrik tulis tingkat kesesuaian teknik yang telah anda lingkari, hal ini menggambarkan teknik yang terbaik yang anda temukan bagi lokasi anda. 5. Jika ada lebih dari satu mekansime keruntuhan pilih mekanisme yang dominan dan lakukan langkah 2 dan 3. Berikan pertimbangan yang lebih besar pada mekanisme dominan dalam memilih teknik penggulangannya. 6. Untuk mengindikasikan metode mana yang cocok dan tidak pada kolom terakhir beri tanda "C" untuk yang cocok dan "T" untuk yang tidak cocok. Diperlukan kunjungan kembali ke lapangan untuk menentukan kecocokan terhadap teknik yang digunakan jika pada pemilhan pertama tidak menghasilkan teknik yang cocok.
112 PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA By : Salmani, MS, MT.
Matrik 2: Menyaring bentuk tindakan berdasarkan pada kondisi bentangan sekitar. 1. Identifikasikan semua mekanisme yang terjadi pada lokasi anda berdasarkan pengaruh bentangan sekitar (reach-based) dan beri tanda cek pada kolom berlabel "ini terjadi pada lokasi saya" sesuai dengan mekanisme yang terjadi. 2. Dimulai dengan memindahkan baris terakhir matrik 1 yang bertanda C (pada baris yang berlabel kecocokan tiap teknik) ke baris pertama matrik 2 (pada baris yang berlabel kecocokan tiap teknik dari matrik 1). Pastikan bahwa pemindahan sesuai dengan tiap teknik yang ada dengan mengecek ulang. 3. Lakukan langkah 1 sampai langkah 6 seperti pada matrik 1. 4. Pemilihan kecocokan harus mempertimbangkan kedua kondisi, dimana kecocokan terhadap konsisi pertama (berdasarkan pengaruh lokal) dapat dilihat pada baris pertama yang dibandingkan baris terakhir pada matrik 3 dan tanda "C" untuk yang cocok dan "T" untuk yang tidak cocok. Seperti halnya pada matrik 1, diperlukan kunjungan kembali ke lapangan untuk menentukan kecocokan terhadap teknik yang digunakan jika pada pemilhan pertama tidak menghasilkan teknik yang cocok.
1.8
1.8.1
Keberadaan jembatan yang melintasi saluran dapat mempengaruhi kondisi saluran dan sebaliknya saluran yang dilintasi juga dapat membahayakan keberadaan jembatan itu sendiri.
113 PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA By : Salmani, MS, MT.
akibat penyempitan oleh keberadaan pilar dan/atau embakment jembatan akan menambah gaya erosi aliran sehingga pilar atau abutment jembatan akan menerima gaya erosi yang cukup besar. Jika pilar atau abutment tidak cukup tahan terhadap erosi maka aliran akan menggerus ujung bawah abutment yang akan mengurangi daya dukung pilar atau abutment dalam menopang jembatan. Jenis-jenis erosi yang terjadi beserta cara-cara perhitungannya dijelaskan secara rinci pada subbab 5.6.
2. Degradasi dasar saluran. Kecepatan tinggi aliran juga akan menggerus dasar saluran, jika gerusan maksimum yang terjadi terlalu besar maka akan sangat membahayakan jembatan itu sendiri karena elevasi tanah di sekitar pondasi akan menurun sehingga daya dukung tanah terhadap pondasi juga akan menurun.
3. Migrasi saluran. Hal ini umunya terjadi pada lokasi jembatan yang dekat dengan tikungan. Aksi migrasi tikungan seperti yang telah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya, migrasi saluran akan menggeser garis tebing, yang akan menyebabkan saluran tidak pada posisinya lagi; saluran bisa saja akan memotong jalan sebelah jembatan. 4. Piping pada abutment. Jika Abutment jembatan tidak kedap (impermeabel) maka air akan meresap melalu tebing pendekat yang akan menimbulkan buluh-buluh saluran kecil pada embankment. Aliran buluh ini akan membawa material tanah di bawah abutment dan hal ini akan membuat abutment kehilangan kestabilannya.
114 PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA By : Salmani, MS, MT.
1.8.2.1 Pengaman gerusan lokal pada pilar jembatan 1.8.2.1.1 Pondasi telapak dengan apron
Pondasi telapak ditempatkan dibawah level terendah gerusan lokal yang telah diperkirakan berdasarkan perhitungan. Dengan metoda ini gerusan akan tertahan sampai batas kedalam telapak. Apron dapat dipasang diatas tapak pondasi dengan tujuan bila gerusan terlalu dalam akan ditahan oleh keberadaan apron. Apron dapat di buat dari riprap baru ataupun bahan lain yang lebih tahan erosi.
(a)
115 PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA By : Salmani, MS, MT.
116 PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA By : Salmani, MS, MT.
1.8.2.1.2 Pondasi telapak dengan turap (bulkhead) Pondasi telapak dilindungi oleh turap (sheetpile pile keriting) yang dipasang menyatu dengan pondasi. Dalam pemasangan turap harus mempertimbangkan kedalaman gerusan lokal yang terjadi dan stabilitas lateral. 1.8.2.1.3 Pondasi tiang dalam Pilar jembatan dipasang di atas pondasi dalam dari jenis tiang pancang atau caisson. Dalamnya pemancangan harus mempertimbangkan level terendah gerusan lokal, dengan demikian kestabilan pilar tetap terjamin. 1.8.2.2 Metode pengamanan gerusan menyeluruh
Cara penanganan gerusan menyeluruh sama dengan cara-cara untuk mengatasi gerusan pada tebing sungai, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
117 PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA By : Salmani, MS, MT.