You are on page 1of 13

KOLITIS A.

PENGERTIAN Kolitis ulseratif merupakan penyakit radang kolon nonspesifik yang umumnya berlangsung lama disertai masa remisi dan eksasorbasi yang berganti-ganti. Sakit abdomen, diare dan perdarahan rektum merupakan tanda dan gejala yang penting. Lesi utamanya berupa reaksi peradangan daerah sub epitel yang timbul pada basis Kripttus Liberkhum, yang akhirnya dapat menimbulkan pertukakan pada mukosa. Frekuensi penyakit ini paling banyak antara usia 20 - 40 tahun, dan menyerang kedua jenis kelamin sama banyak. Insiden kolitis ulseratif adalah sekitar 1 per 10.000 orang dewasa kulit putih per tahun. Kolitis adalah penyakit yang merupakan peradangan usus besar. Gejala pada kolitis termasuk rasa nyeri, demam, bengkak pada jaringan usus besar, berdarah, eritema permukaan usus besar, pendarahan rektal dan ulserasi usus besar. Kolitis adalah suatu peradangan akut atau kronik pada kolon, yang berdasarkan penyebab dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Kolitis infeksi, misalnya : shigelosis, kolitis tuberkulosa, kolitis amebic, kolitis

pseudomembran, kolitis karena virus/bakteri/parasit.


2. Kolitis non-infeksi, misalnya : kolitis ulseratif, penyakit Crohns kolitis radiasi, kolitis

iskemik, kolitis mikroskopik, kolitis non-spesifik (simple colitis).

B. PATOFISIOLOGI 1. Etiologi Etiologi kolitis ulseratif tidak diketahui. Faktor genetik tampaknya berperan dalam etiologi, karena terdapat hubungan familial. Juga terdapat bukti yang menduga bahwa autoimunnita berperan dalam patogenesis kolitis ulseratif. Antibodi antikolon telah ditemukan dalam serum penderita penyakit ini. Dalam biakan jaringan limfosit dari penderita kolitis ulseratif merusak sel epitel pada kolon. Selain itu ada juga beberapa fakor yang dicurigai menjadi penyebab terjadinya kolitis ulseratif diantaranya adalah : hipersensitifitas terhadap faktor lingkungan dan makanan,
1

interaksi imun tubuh dan bakteri yang tidak berhasil (awal dari terbentuknya ulkus), pernah mengalami perbaikan pembuluh darah, dan stress. 1) Faktor ekstrinsik a) Diet : asupan makanan cepat saji dan gula telah dihubungkan pada banyak penelitian dengan kemungkinan menderita kolitis ulseratif. b) Infeksi : beberapa peneliti menyatakan bahwa kolitis ulseratif dapat berhubungan dengan beberapa infeksi saluran cerna yang disebabkan oleh mikroorganisme E. Coli. Satu teori menjelaskan bahwa virus measles yang belum dibersihkan dari tubuh dengan tuntas dapat menyebabkan inflamasi kronik ringan dan mukosa usus.
c) Obat-obatan : penelitian juga menunjukkan hubungan antara asupan

oral pil kontrasepsi dan kolitis ulseratif dapat menyebabkan pasien menderita serangan apalagi jika mengkonsumsi antibiotik dan NSAIDs. Hal yang terpenting adalah meskipun banyak dari orang yang cenderung ke arah diet buruk atau mempunyai infeksi E. Coli belum pasti akan menderita kolitis ulseratif sehingga dapat disimpulkan bahwa masih ada sesuatu yang membuat seseorang menjadi lebih rentan. 2) Faktor Intrinsik a) Gangguan sistem imun : beberapa ahli percaya bahwa adanya defek pada sistem imun seseorang berperan dalam terjadinya inflamasi dinding usus. Gangguan ini ada 2 jenis :
1) Alergi : beberapa penelitian menunjukkan bahwa kolitis

ulseratif adalah bentuk respon alergi terhadap makanan atau adanya mikroorganisme di usus.
2) Autoimun : penelitian terbaru menunjukkan bahwa kolitis

ulseratif dapat merupakan sutu bentuk penyakit autoimun dimana sistem pertahanan tubuh menyerang organ dan jaringan tubuh itu sendiri. Diantaranya adalah usus besar.
b) Genetik : penelitian terbaru menunjukkan bahwa faktor genetik dapat 2

meningkatkan kecenderungan untuk menderita kolitis ulseratif. Faktor genetik berpengaruh pada saluran pencernaan terjadi reaksi inflamasi di lapisan dan di dinding usus sehingga terjadi pembengkakan dan ulserasi sehingga menimbulkan kuman untuk berkembang biak dan mengeluarkan toksin sehingga motilitas usus dan permeabilitas meningkat menyebabkan absorbsi kurang dan terjadi diare. c) Faktor herediter : adanya anggota keluarga yang menderita kolitis ulseratif akan meningkatkan resiko anggota keluarga lain untuk menderita penyakit serupa.
d) Psikosomatik : pikiran berperan penting dalam menjaga kondisi sehat

atau sakit dari tubuh. Setiap stress emosional mempunyai efek yang merugikan sistem imun sehingga dapat menyebabkan penyakit kronik seperti kolitis ulseratif. Terdapat fakta bahwa banyak pasien kolitis ulseratif mengalami situasi stress berat di kehidupannya.
2. Proses Terjadinya

Lesi patologis awal adalah terbatas pada lapisan mukosa dan terdiri atas pembentukan abses dalam kriptus. Pada permukaan penyakit, terjadi oedema dan kongesti mukosa. Oedema dapat mengakibatkan kerapuhan yang hebat sehingga terjadi perdarahan dari trauma yang ringan, seperti gesekan ringan pada permukaan. Pada stadium penyakit yang lebih lanjut, abses kriptus pecah melewati dinding kriptus dan menyebar dalam lapisan mukosa, menimbulkan terowongan dalam mukosa. Mukosa kemudian terkelupas dalam lumen usus, meninggalkan daerah yang tidak diliputi mukosa (tukak). Pertukakan mula-mula tersebar dan dangkal, tetapi pada stadium lebih lanjut pemukaan mukosa yang hilang luas sekali mengakibatkan banyak kehilangan jaringan, protein dan darah. Pada kondisi yang fisiologis sistem imun pada kolon melindungi mukosa kolon dari gesekan dengan feses saat akan defekasi, tetapi karena aktifitas imun yang berlebihan pada kolitis maka sistem imunnya malah menyerang sel-sel di kolon sehingga menyebabkan terjadinya ulkus. Ulkus terjadi disepanjang permukaan dalam (mukosa) kolon atau rektum yang menyebabkan darah keluar bersama feses. Darah
3

yang keluar biasanya berwarna merah, karena darah ini tidak masuk dalam proses pencernaan tetapi darah yang berasal dari pembuluh darah di daerah kolon yang rusak akibat ulkus. Selain itu ulkus yang lama ini kemudian akan menyebabkan peradangan menahun sehingga terbentuk pula nanah (pus). 3. Manifestasi Klinis Tanda utama ialah perdarahan dari rektum dan diare bercampur darah, nanah, lendir. Biasanya disertai tenesmus dan kadang inkontinensia alvi. Biasanya penderita mengalami mual, muntah, dan penurunan berat badan. Terdapat tiga jenis kolitis ulseratif yang sering terjadi, yang dikaitkan dengan seringnya gejala :
1) Kolitis ulseratif akut fulminan ditandai oleh awitan mendadak disertai diare

berdarah, nausea, muntah-muntah yang hebat, demam, prognosis jelek dan sering terjadi komplikasi megakolon toksik.
2) Kolitis ulseratif kronik intermitten (rekuren). Timbulnya cenderung pelan-

pelan selama berbulan-bulan sampai bertahun- tahun. Bentuk ringan penyakit ditandai oleh serangan singkat yang terjadi dengan interval berbulan-bulan sampai bertahun-tahun dan berlangsung 1 3 bulan. Mungkin hanya terdapat sedikit atau tidak ada demam, diare mungkin ringan, perdarahan ringan dan intermiten biasanya hanya kolon bagian distal yang terserang. 3) Kolitis ulseratif kronik kontinyu Demam dan gejala-gejala sistemik dapat timbul pada bentuk yang lebih berat dan serangan berlangsung 3 atau 4 bulan. Kolon yang terkena cenderung lebih luas dan lebih sering terjadi komplikasi terus menerus diare setelah serangan permulaan. Pada kolitis ulseratif yang ringan, diare mungkin ringan dengan perdarahan ringan dan intermitten. Pada penyakit yang berat defekasi dapat lebih dari 6 kali sehari disertai banyak darah dan mukus. Kehilangan banyak darah dan mukus yang kronik dapat mengakibatkan anemia dan hipoproteinemia. Nyeri kolik hebat ditemukan pada abdomen bagian bawah dan sedikit mereda setelah defekasi. Sangat sedikit kematian yang disebakan penyakit ini tetapi dapat menimbulkan cacat ringan atau berat.

4. Komplikasi Komplikasi kolitis ulseratif dapat bersifat lokal atau sistemik seperti :
1)

Perdarahan, merupakan komplikasi yang sering menyebabkan anemia karena kekurangan zat besi. Pada 10% penderita, serangan pertama sering menjadi berat, dengan perdarahan yang hebat, perforasi atau penyebab infeksi.

2)

Kolitis Toksik, terjadi kerusakan pada seluruh ketebalan dinding usus. Kerusakan ini menyebabkan terjadinya ileus, dimana pergerakan dinding usus terhenti, sehingga isi usus tidak terdorong di dalam salurannya. Perut tampak menggelembung. Usus besar kehilangan ketegangan ototnya dan akhirnya mengalami pelebaran. Rontgen perut akan menunjukkan adanya gas di bagian usus yang lumpuh. Jika usus besar sangat melebar, keadaanya disebut megakolon toksik. Penderita tampak sakit berat dengan demam yang sangat tinggi. Perut terasa nyeri dalam jumlah sel darah putih meningkat. Dengan pengobatan efektif dan segera, kurang dari 4% penderita yang meninggal. Jika perlukaan ini menyebabkan timbulnya lubang di usus (perforasi), maka resiko kematian akan meningkat.

3)

Kanker Kolon (Kanker Usus Besar). Resiko kanker usus besar meningkat pada orang yang menderita kolitis ulseratif yang lama dan berat. Resiko tertinggi adalah bila seluruh usus besar terkena dan penderita telah mengidap penyakit ini selama lebih dari 10 tahun, tanpa menghiraukan seberapa aktif penyakitnya. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kolonoskopi (pemeriksaan usus besar) secara teratur, terutama pada penderita resiko tinggi terkena kanker, selama periode bebas gejala. Selama kolonoskopi, diambil sampel jaringan untuk diperiksa dibawah mikroskop. Setiap tahunnya, 1 % kasus akan menjadi kanker. Bila diagnosis kanker ditemukan pada stadium awal, kebanyakan penderita akan bertahan hidup.

4)

Komplikasi sistemik sangat beragam, dan sukar dihubungkan secara kausal dengan penyakit kolon. Gangguan fungsi hati sering terjadi pada kolitis ulseratif, dan sirosis hati merupakan komplikasi yang sudah diterima. Adanya komplikasi sistemik berat dalam menjadi indikasi untuk pembedahan pada kolitis, bahkan bila gejala-gejala ringan sekalipun.

5. Pemeriksaan Penunjang
1)

Pemeriksaan laboratorium hematologi dan biokimia Terdapat peningkatan hitung jenis leukosit dan LED pada serangan berat. Pemeriksaan fungsi hepar diperlukan untuk mendeteksi adanya komplikasi.

2)

Analisis dan kultur feses Mungkin ditemukan eritrosit walau tanpa perdarahan rektum, dan adanya leukosit membuktikan terjadinya inflamasi atau infeksi. Tidak ditemukannya mikroorganisme tidak dapat menyingkirkan infeksi secara otomatis. Pada infeksi oleh Clostridium difficile, selain kultur, harus dilakukan pemeriksaan toksin.

3)

Foto polos abdomen Menunjukkan dilatasi kolon atau gambaran perforasi pada kasus kolitis yang fulminan. Sebaiknya dilakukan sigmoidoskopi dan biopsi bila terdapat kecurigaan kolitis. Akan terlihat kerusakan kripti akibat perubahan kronis pada penyakit usus inflamatorik. Bila tidak ada kerusakan kripti, kemungkinan terjadi kolitis akibat infeksi.

4)

Kolonoskopi Untuk melihat luasnya kerusakan, serta untuk menentukan diagnosis banding kolitis. Pada ileum terminal dilakukan intubasi untuk menentukan adanya inflamasi atau ulserasi. Pada kolitis aktif berat yang luas, lebih baik ditentukan secara klinis daripada kolonoskopi karena resiko perforasi. 6. Penatalaksanaan
1)

Suportif a. Diet atau nutrisi yang bergizi secara oral atau parenteral. b. Edukasi bagi pasien dari keluarga mengenai penyakit.

2)

Farmakologi a. Simtomatis 1.
2.

Rehidrasi : oralit, cairan infuse (ringer laktat, dektrosa 5% dalam Antispasmodik, antikolinergik : papaverin 3x/hari, mebevirin 3-4
6

NaCl 0,09%, dll)

tablet/hari, propantelin bromide 3x5 mg/hari, hiosin N-butilbromida (buscopan) 3x1 tablet/hari. Hati-hati dalam memberikan obat-obat diatas, jangan berlebihan. 3. Obat anti diare : loperamid atau difenokilat . golongan obat ini dapat mengurangi pengeluaran tinja berlebihan dan melegakan urgensi rektal, namun dapat mengurangi dosis pemakaian steroid. Pada kolitis berat, antidiare merupakan kontradiksi karena dapat mencetuskan megakolon toksin. b. Obat-obatan spesifik
1.

Sulfalazin/saiisilazolsul-fapiridin

Diberikan berdasarkan umur, derajat penyakit dan toleransi obat. Dosis biasa 4 x 500 mg/hari, dinaikkan 2 x 500 mg pada hari kedua dan seterusnya sampai tercapai respons klinis. Dosis dewasa diberikan 4-8 x2-3 tablet (@500 mg)/hari. Umumnya jarang diberikan melebihi 4 g/hari, selama 2-4 minggu dan bila remisi tercapai, dosis dapat diturunkan 2-3 gr/hari lalu diteruskan lebih lama. Pada kasus refrakter atau berat, terapi diberikan lebih lama dengan dosis 16-20 tablet/hari. Jika timbul efek sampai setengahnya. Pemberian sebaiknya setelah makan. 2. 5-ASA (asam 5-aminosalisilat/Salofak) Diberikan peroral 4 x 1-2 tablet (@250 mg)/hari, atau dapat diberikan supositoria per rektal atau per enema (4 g). 3. Kortikosteroid (misalnya prednison atau pednisolon) Diberikan pada penyakit berat, kronik dan progresif yang tidak membaik dengan sulfasalazin atau obat lainnya. Kortikosteroid meningkatkan absorbs natrium, menstimulasi aktivitas Na-K ATPase di kolon dan ileum, memiliki efek anti inflamasi, yang dapat memperbaiki inflamasi dan menyebabkan diare. Obat dapat diberikan peroral, injeksi atau rektal. Dosis awal prednisone 40-60 mg/hari, dalam dosis terbagi dalam 3-6 minggu. Jika klinis membaik, yaitu diare berkurang, tak lagi terdapat darah dan lendir pada feses, serta terdapat gambaran sigmoidokolonoskopi mulai membaik, maka dosis diturunkan menjadi 30 mg/hari, selama 3-4 minggu. Jika
7

gambaran sigmoidokolonoskopi telah normal kembali, diusahakan mulai menghentikan kortikosteroid selama 2-3 bulan, dengan menurunkan dosis perlahan. c. Operatif Indikasi dilakukan pembedahan pada kolitis ulseratif adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kegagalan terapi medikamentosa Megakolon toksik Perforasi Pendarahan masif Gejala kronik Karsinoma atau resiko tinggi terkena karsinoma

Tak seperti penyakit Crohn, maka pembedahan pada kolitis ulseratif bersifat kuratif dan hanya 20% yang memerlukan pembedahan.

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN dengan KOLITIS ULSERATIF I. PENGKAJIAN Analisa Data Data Subjektif Pasien mengeluh mual Pasien mengatakan tidak mampu mengontrol keinginan untuk BAB Pasien mengatakan sering BAB > 6x/hari Data objektif Hematemesis , melena Turgor kulit tidak elastis Mukosa kering Produksi urine kurang dari 1200 ml/hari dan konsetrasi urine pekat. Pasien mengeluh nyeri di perut bagian bawah dan terasa panas Pasien mengatakan nyeri saat BAB Skala 6 dari 10 skala nyeri yang diberikan Pasien tampak lemas Pasien tampak meringis Pasien yang sakit TTV : N = > 100x/menit S = 36 C R = > 20x/menit TD = < 100/70 mmHg Hasil timbang berat badan menurun (awalnya 50 kg menjadi 45 kg). Porsi makan pasien dihabiskan setengah porsi
9

Kesimpulan Kekurangan volume cairan

bibir

tampak

Nyeri akut

tampak

memegang bagian perut

Pasien mengeluh mual dan muntah Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang.

Perubahan kurang kebutuhan

nutrisi dari

dari 1 porsi makanan yang diberikan. Pasien tampak lemas dan Pasien mengeluh perih di daerah anus saat dan setelah BAB Pasien mengeluh tidurnya terganggu karena diare Pasien mengatakan tidak dapat aktifitasnya normal Pasien mengeluh lemah Pasien mengatakan cemas terhadap penyakitnya Pasien mengatakan kurang mengerti tentang proses dan pengobatan penyakitnya
II.

kurus. Anus kemerahan

Kerusakan integritas kulit

Pasien

tampak

Gangguan pola tidur

mengantuk, lelah, lingkar hitam di bawah mata Pasien tampak lemas Pasien diantar perawat ke kamar mandi Aktifitas pasien dibantu perawat dan keluarga Pasien tampak takut dan gelisah Pasien bertanya-tanya Kurang pengetahuan Ansietas Intoleransi akitivitas

melakukan secara

Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan gangguan metabolisme cairan

dan elektrolit di usus ditandai dengan mual, tidak dapat mengontrol keinginan BAB, BAB > 6x/hari, hematesis, melena, turgor kulit tidak elastis, mukosa bibir kering, produksi urine kurang dari 1200 ml/hari dan konsetrasi urine pekat serta pasien tampak lemas.
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan peristaltik usus ditandai dengan

nyeri di perut bagian bawah dan terasa panas, nyeri saat BAB, skala 6 dari 10 skala nyeri yang diberikan, tampak meringis, dan tampak memegang bagian perut yang sakit, N = > 100x/menit, S = 36 C, R = >18x/menit, TD = < 100/70
10

mmHg.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan intake

makanan secara oral ditandai dengan mual muntah, nafsu makan yang berkurang, lemas, penurunan berat badan, porsi makan habis setengah porsi dari 1 porsi makanan yang diberikan, pasien tampak lemas dan kurus.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan frekuensi BAB yang meningkat

ditandai dengan rasa perih saat dan sesudah BAB serta anus yang kemerahan.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan diare ditandai dengan mengantuk,

lelah, adanya lingkar hitam di bawah mata.


6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara fisik ditandai dengan

pasien lemah dan lemas, tidak dapat melakukan aktifitasnya secara normal, pasien diantar perawat ke kamar mandi, dan aktifitas pasien dibantu perawat dan keluarga.
7. Ansietas berhubungan dengan prognosis dan perubahan status kesehatannya

ditandai dengan cemas, takut dan gelisah.


8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan

pasien bertanya-tanya tentang penyakitnya serta pasien mengatakan kurang mengerti tentang proses dan pengobatan penyakitnya
III.

PERENCANAAN/INTERVENSI Terlampir

IV.

IMPLEMENTASI Implementasi merupakan proses keempat dari seluruh proses keperawatan, dimana implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana keperawatan yang telah disusun.

V.

EVALUASI
1.

Volume cairan dan elektrolit kembali normal.

2.Rasa nyeri di bagian perut bagian bawah menghilang.


11

3.Pemenuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan. 4.Integritas kulit kembali normal.


5.

Pola tidur pasien kembali normal ( 8 jam / hari ).


6. Pasien dapat melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri dan normal

7.

Pasien tidak cemas , pasien mengerti tentang keadaannya.


8. Pengetahuan pasien bertambah mengenai penyakitnya.

12

DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer (2000), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jakarta : Media Aesculapius FKUI Sylvia A. Price Lorraine M, Wilson ( 2006 ), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Vol. 1. Edisi 6, Jakarta : EGC Andrianto P, Rakel, Terapi Mutakhir Conn 1984 1985, Jakarta : EGC Diagnosa Keperawatan NANDA http://keperawatankomunitas.blogspot.com/2009/08/kolitis-ulseratif.html file://localhost/C:/Users/Gex%20Tha/Desktop/NURSE/Materi%20Kuliah%20Smstr %204/Keperawatan%20dewasa/tugas/kolitis%20ulseratif/DHI%20DARMAWAND %20%20Askep%20Colitis%20Ulseratif.htm

13

You might also like