You are on page 1of 25

SEPINTAS SEJARAH KATEKESE UMAT DARI PKKI KE PKKI

Katekese Umat di cetuskan dalam Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se Indonesia (PKKI). PKKI berlangsung 4 tahun sekali dan senantiasa mengangkat tema KU. 1. Katekese Umat dalam PKKI I (Wisma Syalom Sindanglaya-Jawa Barat; 10 - 17 Juli 1977) Utusan hadir dari hampir seluruh Keuskupan di Indonesia (30 dari 33 keuskupan). A. Aksen atau kesan yang disimpulkan dari hasil sharing bersama seluruh utusan keuskupan, tentang pelaksanaan katekese adalah: Peranan yang menonjol dari hierarki dan petugas-petugas pastoral lainnya dalam menangani masalah katekese. Hampir tidak terdengar peranan umat, kesannya umat hanya menjadi obyek katekese. Katekese sekolah mendapat porsi yang lumayan besar sehingga bentuk-bentuk katekese lain, praktis disebut saja Katekese luar sekolah.

B. Tema Pertemuan Dari aksen yang didapatkan ini, maka tema yang menjadi bahan pertemuan PKKI I adalah Mencari Arah Katekese dalam Gereja yang Berkembang di Indonesia. Tokoh yang berperan penting dalam PKKI I: Rm. Setyakarjana (Sekretaris Komkat KWI) dan Rm. Hardawiryana. C. Hasil pertemuan PKKI I Berdasarkan tema pertemuan yang telah dibahas bersama, maka disimpulkan dalam PKKI ini bahwa katekese yang tepat diterapkan dalam Gereja Indonesia adalah katekese dari umat, oleh umat dan untuk umat atau disebut juga Katekese Umat.

Topik Katekese Umat - 1

2. Katekese Umat dalam PKKI II (Wisma Samadi Klender-Jakarta Timur; 29 Juni 5 Juli 1980) A. Pengalaman Berkatekese Umat di Lapangan Kesan atau aksen yang didapatkan dari hasil sharing masing-masing utusan adalah: 1. Katekese umat mulai dijalankan, tetapi mengalami banyak kesulitan, antara lain karena kekaburan Katekese Umat itu sendiri, dan kesulitan-kesulitan teknis lainnya seperti : kekurangan tenaga, dana, sarana, organissi dsbnya. 2. Katekese umat dirasakan mengganggu stabilitas Gereja institusional. B. Merumuskan Arti dan Makna Katekese Umat Pertemuan PKKI II menghasilkan rumusan arti dan makna Katekese Umat (KU), yaitu: 1. Katekese Umat yaitu : Komunikasi iman atau tukar menukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat/kelompok. Melalui kesaksian, para peserta saling membantu sedemikian rupa sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara makin sempurna. Dalam katekese umat, tekanan terutama diletakkan pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan. Katekese Umat mengandaikan ada perencanaan. 2. Dalam katekese umat, kita bersaksi tentang iman kita akan Yesus Kristus, Pengantara Allah yang bersabda kepada kita dan Pengantara kita menanggapi sabda Allah. Yesus Kristus tampil sebagai pola hidup kita dalam Kitab Suci, khususnya dalam Perjanjian Baru yang mendasari penghayatan iman Gereja sepanjang tradisinya. 3. Yang berkatekese ialah umat, artinya semua orang beriman yang secara pribadi memlikh Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami Kristus. Kristus menjadi pola hidup pribadi maupun kehidupan kelompok. 4. Pemimpin katekese bertindak terutama sebagai pengarah dan pemudah (fasilitator). Tugas seorang pemimpin KU yaitu menciptakan suasana yang komunikatif, membangkitkan gairah supaya para pesrta berani berbicara secara terbuka. 5. Katekese Umat merupakan komunikasi iman dari peserta sebagai sesama dalam iman yang sederajat, yang saling bersaksi tentang iman mereka. Peserta

Topik Katekese Umat - 2

berdialog dalam suasana terbuka, ditandai sikap saling menghargai dan saling mendengarkan. 6. Tujuan Komunkasi iman adalah : Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari. Dan kita bertobat (matanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiranNya dalam kenyataan hidup sehari-hari. Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih, dan makin dikukuhkan dalam hidup kristiani kita. Sebagai catatan, ketiga tujuan ini mengarah kepada iman yang personal atau iman yang mempribadi. Kita makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta (iman yang eklesial atau menggereja). Sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat (iman yang memasyarakat) Kunci keberhasilan Katekese Umat adalah Pembina Katekese Umat yang disebut sebagai Pemudah atau Fasilitator. 3. Katekese Umat dalam PKKI III (Pacet, Mojokerto Jawa Timur; 29 Jan 5 Feb 1984) Kesan atau aksen yang didapatkan dari hasil sharing adalah perlunya pembinaan secara khusus kepada para Pendamping/Pembina/Fasilitator Katekese Umat. Tema Pertemuan PKKI III : Pembinaan Pembina Katekese Umat. Pertemuan PKKI III menghasilkan rumusan-rumusan, yaitu menyangkut: A. Arti dan Makna Pembina Katekese Umat Pembina Katekese Umat ialah seorang yang mampu dan rela untuk menjalankan Katekese Umat dalam kelompok dasar. Seorang Pembia Katekese Umat sebagai saksi iman diharapkan antara lain : 1. Seorang pribadi yang beriman katolik yang sadar akan panggilan roh untuk melayani sesama umat dalam kelompok dasar.

Topik Katekese Umat - 3

2. Seorang pribadi yang rela mengumpulkan, menyatukan, dan membimbing kelompok umat dasar untuk melaksanakan Katekese Umat sebagai suatu proses komunkasi iman yang semakin berkembang. 3. Seorang pribadi yang menghargai setiap peserta kelompok Katekese Umat dengan segala latar belakang dan situasinya. 4. Seorang pribadi yang berperan sebagai pengarah dan pemudah untuk menciptakan suasann komunikatif dalam kelompok umat dasar yang dilayani. B. Pembinaan Ketrampilan Pembina Katekese Umat Keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh seorang Pembina KU adalah: 1. Kemampuan/keterampilan Berkomunikasi Komunikasi yang terjadi dalam Katekese Umat adalah komunikasi antara orang-orang dengan pengalaman tertentu pada situasi tertentu yang dilatarbelakangi kebudayaan tertentu. Kemampuan/keterampialn berkomunikasi yang ditekankan antara lain : Kemampuan/keterampilan berkomunikasi dan berelasi sehingga mampu mengumpulkan, menyatukan dan mengarahkan kelompok sampai kepada suatu tindakan nyata. Kemampuan/keterampilan mendengarkan. Kemampuan/keterampilan menciptakan suasana yang memudahkan peserta untuk mengungkapkan diri dan mendengarkan pengalaman orang lain. 2. Kemampuan/keterampilan Bereflksi Pembina Katekese Umat dilatih untuk : Mampu/terampil menemukan nilai-nilai manusiawi dalam pengalaman hidup sehari-hari. Mampu/terampil menemukan nilai-nilai Kristiani dalam Kitab Suci, ajaran Gereja dan tradisi Kristiani lainnya. Mampu/terampil memadukan nilai-nilai Kristiani dengan nilai-nilai manusiawi dalam pengalaman hidup sehari-hari. mengungkapkan diri, berbicara dan

Topik Katekese Umat - 4

C. Unsur-unsur Pokok dalam Pembinaan Pembina Katekese Umat Pembinaan Pembina Katekese Umat pada dasarnya sesuai dengan unsur-unsur pokok KU itu sendiri yaitu : 1. Unsur dan proses menyadari pengalaman/praktik hidup KU sebagai komunikasi iman merupakan proses kesaksian yang berpangkal pada apa yang sungguh dialami. Pembina KU hendaknya dilatih untuk melihat dan mendalami pengalaman hidupnya sendiri. 2. Unsur dan proses menyadari komunikasi pengalaman iman dalam terang Kitab Suci Seorang Pembina KU dilatih untuk dapat melihat campur tangan Allah dalam pengalaman manusiawi. 3. Unsur dan proses menyadari komunikasi dalam tradisi Kristiani. Seorang Pembina KU harus dibekali dengan pemahaman yang memadai tentang Kitab Suci, Ajaran Gereja, Liturgi dan sebagainya. 4. Unsur dan proses menyadari keterlibatan baru Seorang Pembina KU harus dapat memahami, menghayati dan mendampingi umatnya untuk mengikuti panggilan dan perutusan untuk terlibat dalam masyarakatnya secara terarah dan terencana. 4. Katekese Umat dalam PKKI IV (Denpasar-NTB; 24 28 Oktober1988) Kesan yang diperoleh: bahwa KU berhasil mempereat persaudaraan dalam Gereja, seidak-tidaknya dalamlingkup yang kecil-kecil. Namun persaudaraan ini masih bersifat kr dalam, masih diperlukan penyadaran lebih lanjut. Tema Pertemuan PKKI IV: Membina Iman Umat yang Terlibat dalam Masyarakat. PKKI IV menghasilkan rumusan-rumusan yaitu menyangkut : A. Evaluasi Katekese Umat yang Sudah Berlangsung Peserta PKKI menyadari bahwa Katekese Umat sudah membawa dampak, antara lain: 1. Semakin banyak umat terlibat dalam kehidupan menggereja 2. Adanya suasana persaudaraan dan keakraban sehingga Gereja ke dalam semakin kuat 3. Semakin banyak muncul kelompok-kelompk basis
Topik Katekese Umat - 5

4. Ketergantungan pada hierarki semakin berkurang 5. Umat dan pemimpin semakin sadar akan hak dan kewajibannya. 6. Umat menghargai nilai-nilai budaya setempat. Namun, peserta PKKI rupanya juga melihat bahwa Katekese Umat yang dirumuskan dalam PKKI II belum seluruhnya dipahami dan dilaksanakan. Katekese Umat masih mengambil alih pola pelajaran, bukan pola komuniasi. Faktor-faktor penghambat, antara lain : 1. Pembina yang kurang mengetahui dan memahami Katekese Umat dan kurang terampil menjalankan Katekese Umat. 2. Masih ada petugas hierarki yang kurang memahami dan bersimpati pada Katekese Umat. 3. Masih ada sementara umat yang klerikalisme-centris. 4. Adanya hambatan struktural, sehingga umat pasif. B. Iman yang Terlibat dalam Masyarakat Arti iman yang terlibat dalam masyarakat, yaitu : 1. Iman yang ditandai sikap sederhana, lewat hal-hal yang kecil mau memperhatikan lingkungan sekitar daripada berkanjang dalam kompleks minoritas dengan segala manifestasinya. 2. Iman yang bercorak missioner, yang berarti lebih memberi perhatian pada mereka yang lemah dan terdesak serta mendampngi mereka untuk mengatasi ksulitan-kesulitan dalam masa perubahan radikal yang berjalan pesat sekarang. 3. Iman yang memperjuangkan kelestarian lingkungan dan kekayaan alam. 4. Iman yang tidak membiarkan pertimbangan-pertimbangan institusional membelenggu kebebasan Injili untuk turut melayani terwujudnya Kerajaan Allah di sekitar kita, melintasi batas-batas agama, ras, dsbnya. C. Katekese Umat yang Dicita-citakan Peserta PKKI merumuskan Katekese Umat yang dicita-citakan, yaitu : 1. Katekese Umat adalah katekese yang melibatkan seluruh umat. Pelaku KU adalah umat secara keseluruhan. Katekis hanyalah fasilitator. 2. Katekese Umat merupakan komunikasi iman antara umat baik secara formal maupun informal.
Topik Katekese Umat - 6

3. Melalui Katekese Umat, diharapkan iman umat akan Yesus Kristus semakin mendalam, mantap dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, terhadap umat, maupun terhadap masyarakat. 4. Katekese Umat sebagai komunikasi iman dilaksanakan dalam berbagai bentuk dan metode. 5. Supaya KU menunjang terwujudnya iman umat yang memasyarakat, maka Pembina Katekese Umat hendaknya peka dan kritis terhadap masalah-masalah sosial, ekonomi, polotik, budaya, pendidikan, kelestarian alam, dan modernisasi. Oleh sebab itu diperlukan analisa sosial. Analisa hidup umat serta pemilihan tema-tema KU yang mengena, sungguh menentukan tercipta/tidaknya komunikasi iman dalam proses KU. Katekese Umat harus manaruh keprihatinannya terhadap kebutuhan-kebutuhan dan persoalan : orang-orang kecil yang tinggal di diaspora. 6. Bahan Katekese Umat sedapat mungkin diangkat dari persoalan hidup umat dan masyarakat. D. Analisa Sosial dan Katekese Umat Pengahayatan iman Kristiani atau kesaksian iman terjadi dalam kenyataan sosial konkret. dan dalam kenyataan sosial itu, munculah masalah-masalah sosial. Dalam kaitan dengan tujuan Katekese Umat: membina iman yang sungguh terlibat dan bertanggung jawab dalam kenyataan sosial, analisis sosial mutlak perlu diusahakan sebagai titik tolak dan mewarnai proses KU. 5. Katekese Umat dalam PKKI V (Wisma Kinasih Caringin-Bogor; 22-30 September 1992) Tema Pertemuan PKKI V: Membina Iman yang Terlibat dalam Masyarakat. Katekese mempunyai tugas untuk membina dan membantu agar umat memiliki dan mengahayati iman yang terlibat dalam masyarakat. Untuk itu, kita memerlukan analisa sosial yang membantu kita untuk melihat suatu masalah secara mendalam dan meluas. Dua hal yang perlu ditingkatkan, yaitu: Melihat dan memahami masalah ketidakadailan ini secara lebih mendalam dan meluas lewat analisa sosial.
Topik Katekese Umat - 7

Melihat dan mendalami persoalan ketidakadilan serta penanganannya dalam terang Kitab Suci. Maka dalam PKKI V ini, para peserta bergumul dengan analisa sosial dan Kitab Suci dalam menggambarkan Katekese Umat dan lebih menjawab persoalan zaman. Hasil pertemuan PKKI V yaitu : A. Analisa Sosial 1. Laporan dan Refleksi Dari hasil sering dari tiap keuskupan ditemukan kesan bahwa: banyak keuskupan telah berusaha menggunakan ANSOS dalam KU. Namun, makna dan pelaksanaan ANSOS belumlah memadai. Maka dibutuhkan pelatihan untuk membuat ANSOS dengan baik. Kemudian diberi catatan-cacatan refleksi dari para pakar pendamping, yaitu: a. Makna ANSOS Analisa sosial hanya merupakan alat bantu. ANSOS biasanya diawali dengan observasi. Melalui ANSOS, kita berjumpa dengan dimensi raksasa/global. oleh karena itu perlu penyederhanaan, perlu dilakukan langkah-langkah kecil yang berpengaruh dalam mengambil keputusan. Melalui ANSOS, akan ditemukan nilai-nilai tertentu dalam masyarakat dan kemungkinan dapat terbebaskan dari belenggu masalah. Katekese mempertemukan kisah historis manusia/umat dengan Injil. Katekese berciri sosial merupakan suatu proses penegakan keadilan. Hasil Katekese Sosial : Ada tidaknya perubahan kesadaran Terjadi atau tidaknya prubahan yang lebih luas. Apakah Katekese sosial dapat atau harus menemukan/menunjkkan jalan keluar? Untuk katekese berciri sosial, peserta perlu memperhatikan 2 hal : Tidak boleh berhenti pada keadilan personal tetapi harus sampai kepada keadilan sosial Perlu menyadari faktor-faktor apa saja yang penting untuk mewujudkan keadilan.

Topik Katekese Umat - 8

b. Kitab Suci masuk dalam Katekese Dalam Katekese Pembina harus menyodorkan teks KS, atau peserta menyodorkan teks KS. Yang dibutuh visi biblis tentang Allah yang hidup dalam kehidupan konkrit, sehingga tidak muncul masalah bagaimana membedakan ANSOS dari kegiatan katekese. Visi Teologis tentang penegakkan keadilan belum menjadi milik Gereja atau belum memasyarakat, maka aka nada kesulitan dalam membuat katekese yang bersifat sosial. 2. Latihan ANSOS Peserta PKKI diajak untuk memperdalam ANSOS lewat latihan-latihan menganalisis. Kemudian diperkenalkan model-model analisa sosial. Model berarti kerangka dalam melihat suatu realitas sosial. Ada 2 model ANSOS yang diperkenalkan dalam PKKI V, yaitu : a. Model Konsensus Yaitu melihat ketidakberesan masyarakat sebagai sesuatu yang harus diperbaiki tanpa merombak struktur masyarakat itu sendiri, karena struktur itu sudah harmonis, hasil konsensus. Ketidakberesan lebih disebabkan karena individu-individunya. Dibedakan lagi atas model consensus kosevatif dan model consensus konflik. b. Model Konflik Yaitu melihat ketidaberesan masyarakat sebagai sesuatu yang menyangkut struktur dan sistem masyarakat, di mana selalu ada perbedaan dan adu kepentingan antara kelompok masyarakat. Model konflik lebih mampu membuka ketidakadlan. dengan menggunakan ANSOS model konflik bertujuan untuk membangun persaudaraan sejati. B. Kitab Suci dalam Katekese Umat 1. Keterkaitan ANSOS dan Kitab Suci ANSOS membantu untuk mengerti bagaimana Kerajaan Allah berjuang di tengah dunia melawan kekuatan-kekuatan yang menentangnya, strukturstruktur sosial yang ada, mengungkit wujud konkrit Kerajaan Allah yang harus. KS membantu untuk mengenal Kerajaan Allah seperti yang diwartakan oleh Yesus Kristus.
Topik Katekese Umat - 9

Jadi ANSOS membantu kita melihat KS dalam perspektif Kerajaan Allah. 2. Pertemuan dengan Kitab Suci dalam KU Dalam KU kita tidak dipertemukan dengan teks KS, tetapi dengan pengalaman KS. Pengalaman kita bertemu dengan pengalaman KS. 3. Menafsirkan teks Kitab Suci Untuk bisa masuk dalam pengalaman alkitabiah, harus mampu menafsirkan teks Kitab Suci. Dalam menafsirkan teks KS dalam ber-KU, maka harus setia pada teks KS dan tetap memperhatikan pendengar. Para katekis, harus disentuh disentuh, digoyahkan, ditegur oleh KS sebelum ia membawa peserta ke sabda Tuhan. KS sebagai sarana, artinya membiarkan Tuhan sendiri berkarya dalam kelompok. 4. Makna Kitab Suci dalam KU a. Mengartikulasikan pengalaman sosial peserta KU secara lebih tajam. b. Mengkritik sikap kita, para peserta. c. Menegur, meneguhkan memberi banyak kemungkinan, membuka wawasan, memberi inspirasi. 6. Katekese Umat dalam PKKI VI (Wisma Samadi Klender-Jakarta Timur; 1-10 Agustus 1996) Tema Pertemuan PKKI VI : Menggalakkan Karya Katekese di Indonesia. Peserta PKKI VI didampingi para pakar untuk : Mengenal situasi, Mengamati aliran dan tendensi teologi, Menggalakkan karya katekese di Indonesia. Sub-sub Tema yang paling ditekankan dan yang ada hubungannya dengan Katekese Umat, yaitu : A. Katekese Umat yang Membangun Jemaat dengan Orientasi Kerajaan Allah. Jemaat yang Dicita-citakan Ciri-ciri Jemaat yang dicita-citakan : a. Jemaat yang dicita-citakan adalah jemaat yang mengikuti semangat Kristus. Hal ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut : Jemaat tersebut akrab dengan Bapa, dalam arti beriman dan mengandalkan Allah dalam arti seluas-luasnya.

Topik Katekese Umat - 10

Jemaat tersebut merupakan jemaat yang terbuka, yang merangkul semua suku, budaya dan strata sosial sehingga sungguh merupakan persekutuan yang mengatasi sekat-sekat pengkotak-kotakan. b. Jemaat yang sungguh menjadi jemaat setempat. Jemaat merupakan jemaat yang kontekstual, jemaat yang terinkulturasi pada kebudayaan setempat. Ciri-ciri jemaat yang berorientasi pada Kerajaan Allah, yaitu: a. Jemaat beriman pada Allah, Bapa semua umat manusia. Allah sungguh Bapa dan semua manusia adalah anak-anak-Nya, seperti yang diwartakan oleh Yesus Kristus yang adalah tanda nyata dari kepenuhan Kerajaan Allah itu. b. Setiap orang harus menghormati otonomi sesamanya karena semua adalah anak-anak Allah. Semua orang berhak untuk diperlakukan sebagai saudara/partner yang sederajat. Kita hendaknya meghormati ototnomi dunia dan sifatnya yang sekuler. c. Dalam sikap saling menghormati, jemaat dipanggil untuk mengabdi dalam dan bagi dunia. Jemaat dipanggil untuk menumbuhkan nilainilai Kerajaan Allah seperti cinta kasih, kesetikawanan, keadilan dsb. d. Untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai Kerajaan Allah, jemaat dipanggil untuk berdialog, berkomunikasih, bekerja sama dengan semua orang yangberkehendak baik, apapun keyakinan, suku dan budayanya. e. Tugas membangun Kerajaan Allah di dunia ini tidak gampang. Dibutuhkan sikap tabah dan pertobatan yang terus menerus. B. Kitab Suci dalam KU ANSOS Ada beberapa pendekatan dalam memahami dan menggunakan KS, misalnya : pendekatan ilmiah dan pendekatan rohani. Mgr. Suharyo menggarisbawahi apa yang telah dikatakan oleh PKKI V sambil memajukan saran berikut ini: 1. Mengangkat dan mempelajari tema-tema penting dalam KS yang menentang struktur-struktur sosial yang tidak adil. 2. Mempelajari tokoh-tokoh iman dalam Kitab Suci. 3. Memperhatikan jenis sastra dalam Kitab Suci. 4. Kitab Suci adalah Sakramen Allah yang berfirman.
Topik Katekese Umat - 11

Hal-hal praktis yang perlu diperhatikan dalam hubungan dengan KUANSOS: KU-ANSOS adalah salah satu Katekese Umat yang dimulai dengan analisis masalah-masalah sosial (PKKIV) Kitab Suci adalah mutlak perlu dalam KU-ANSOSuntuk menempatkan hasil analisis sosial dalam perspektif iman. Kitab Suci adalah kunci untuk menafsirkan. Tidak semua pertemuan sudah langsung harus menggunakan Kitab Suci. Kitab Suci dapat saja baru diperankan sesudah beberapapertemuan ketika langkah analisis sudah selesai. Pemilihan teks Kitab Suci untuk keperluan KU-ANSOS akan amat dipermudah kalau perbendaharaan semakin kaya : a. Dengan mengumpulkan bahan-bahan KU-ANSOS yang sudah dibuat atau dihimpun oleh lembaga/komkat yang lain. b. Dengan sungguh-sungguh menekuni Kitab Suci sendiri, misalnya mengingat teks-teks Perjanjian Lama yang paling penting. C. Tugas dan Spiritualitas Para Fasilitator KU Tugas dan Spiritualitas fasilitator KU adalah tugas dan spiritualitas yang bersumber pada tugas dan spiritualitas Kristus sendiri,yang kemudian diwariskan kepada Gereja-Nya. Tugas dan spiritualitas Kristus adalah tugas dan spiritualitas keterlibatan pada Kerajaan Allah.

7. Katekese Umat dalam PKKI VII (Sawiran-Jawa Timur; 24-30 Juni 2000) Tema pokok PKKI VII : Katekese Umat dan Kelompok Basis Gerejani. PKKI VII merupakan persiapan untuk menunjang Pertemuan Gereja Katolik Indonesia dengan tema Memberdayakan Komunitas Basis Gerejani Menuju Indonesia Baru yang berlangsung pada bulan November 2005 dengan focus pergumulan pada Kelompok Basis Gerejani pula.

Topik Katekese Umat - 12

A. Situasi KU dan KBG di Lapangan 1. Katekese Umat Hampir pada semua keuskupan telah dilaksanakan Katekese Umat, tetapi polanya masih beragam. Bahkan masih ada yang menggunakan pola pelajaran agama, pendalaman iman dll. Ada juga keuskupsn-keuskupan yang Katekese Umatnya sudah membudaya dan telah menggunakan analisa sosial dengan baik. Di banyak tempat KU dilaksanakan pada masa APP, Adven, Bulan Mei dan Oktober, bankan adayang melaksanakannya secara tetap, mingguan atau bulanan. 2. Komunitas Basis Gerejani Dari laporan-laporan yang muncul, tenyata masih ada kecenderungan bahwa kelompok teritorial dan kategorial disebut Kelompok Basis Gerejani. B. Ciri-ciri Komunitas Basis Gereja KBG adalah sebuah persekutuan yang senantiasa bertumbuh, berkembang, berada di tengah perjalanan. Dari Masukan pakar (P. Jhon Prior, SVD) dan refleksi para peserta akhirnya dirumuskan beberapa ciri KBG, yaitu : 1. KBG adalah Komunitas yang Relatif Kecil, di mana dimungkinkan relasi dan komunikasi yang intensif. 2. KBG adalah Komunitas yang Mendasari Hidupnya pada Firman Allah (Kitab Suci). KS menjadi pegangan hidup komunitas, terutama dalam menggumuli kebutuhan dan persoalan hidup. 3. KBG selalu Berorientasi pada Kaum Kecil. Komunits terdiri dari orang-orang kecil dan memiliki keprihatinan dan keberpihakan pada orang kecil. Mereka menghayati keprihatinan dan keberpihakan Kristus sendiri. 4. Komunitas Basis ini adalah Komuitas yang Terbuka. Menerima siapa saja, ayahibu, anak-anak, kaya-miskin, dan strata sosial dan kebudayaan mana saja. 5. Komunitas Basis ini adalah Komunitas yang Menghayati Pola Hidup Alternatif. Menghayati budaya tandingan, tidak terbawa arus, misalnya: semangat konsumerisme, ketidakadilan, korupsi, kesewenang-wenangan dan kekerasan, diskriminasi, dsbnya. 6. KBG Diharapkan Menjadi Basis Pemberdayaan Umat Awam.
Topik Katekese Umat - 13

C. Katekese Umat yang Menunjang Komunitas Basis Gerejani Didampingi pakar (Dra Afra S), peserta PKKI dapat melihat beberapa peran KU terhadap KBG, antara lain : 1. KU menghantar umat membangun komunitas, saling mengenal secara lebih mendalam serta menyadari mengapa perlu berkomunitas. 2. KU menghantar semua anggota komunitas memiliki visi, misi dan spiritualitas yang sama. 3. KU mengamalkan kesederajatan. KU membantu semua anggota komunitas memahami dan mempraktekkan kepemimpinan partisipatif yang menjadi sentral dalam membangun komunitas. 8. Katekese Umat dalam PKKI VIII (Wisma Misericordia; 22-28 Februari 2004) Tema Pertemuan PKKI VIII : Katekese Umat dan Komunitas Basis Gerejani. PKKI VIII mengajak peserta mencari jalan bagaimana KU bisa membangun KBG yang lebih berdimensi sosial, politik, ekonomi, budaya, sehingga masyarakat kita dapat dibantu untuk bisa hidup lebih adil, damai dan sejahtera. A. Keadaan di Lapangan KU belum dapat membangun KBG yang berdimensi kemasyarakatan yang dapat merubah masyarakat kea rah yang lebih baik. B. Menuju Gereja Berdimensi Kemasyarakatan Didampingi para pakar, peserta PKKI VIII bergumul untuk menemukan legitimasi teologis dalam membangun KBG yang berdimensi sosial, politik, ekonomi, budaya dsbnya. C. Gereja, KBG yang Berdimensi Sosial Politik Dari kalangan katolik ada dua bentuk keterlibatan dalam bidang sosial-politik : 1. Keterlibatan Kaum Klerus Keterlibatan kaum klerus dan biarawan/ti adalah satu keterlibatan kritis-solider. Mereka melihat persoalan, menjadikannya tema permenungan dan pembahasan, namun mereka sendiri tidak bermaksud mengambil posisi yang sedang digunjingkan.
Topik Katekese Umat - 14

2. Keterlibatan Kaum Awam Keterlibatan kaum awam adalah keterlibatan partisipatif. Dan mempunyai dampak pergantian personalia oleh awam itu sendiri. Seorang awam Katolik yang melotarkan kritik terhadap keadaan sosial-politik tertentu harus bersedia mangambil tanggung jawab memperbaiki keadaan itu secara langsung. D. KBG dan Keterlibatannya di Bidang Sosial Ekonomi Para peserta PKKI menyadari bahwa mayoritas bangsa Indonesia masih bergumul dengan masalah kemiskinan. Yaitu kemiskinan structural yang berarti bahwa akar dari kemiskinan terletak pada sistem dan struktur sosial ekonomi yang tidak adil. Hubungan Kemiskinan dengan KBG 1. Komunitas Basis Gerejani menempatkan kaum miskin sebagai pusat dari usaha penanggulangan kemiskinan. Bersama kaum miskin, suatu komunitas basis bersama-sama mencari solusi untuk mengentaskan diri dari kemiskinan. 2. Apabila KBG terdiri dari orang-orang yang sudah mampu, mereka harus tetap memiliki opsi dan cara pandang orang miskin serta bisa mengajak kaum miskin yang akan diberdayakan sebagai mitra kerja. 3. Pemberdayaan kaum kecil berlangsung secara berkelanjutan. Hasilnya akan maksimal apabila pemberdayaan itu berkelanjutan sampai membawa mereka benar-benar keluar dari kemiskinan dan menemukan hidup yang bermartabat. E. KBG dalam Tinjauan Teologis Empat variable bingkai teologis KBG, yaitu : 1. Model Inkarnatif-Paskah Kelompok basis bisa mengidentifikasikan dirinya sebagai yang diutus untuk menjadi manusia sesungguhnya dengan membenamkan diri sebagai manusia yang paling tragis dengan segala penderitan, penganiayaan dan kematian. Inkarnasi muaranya selalu pada paskah, karena inkarnasi tanpa paskah tidak ada artinya. 2. Model Penyeberangan Dalam Kitab Suci, bangsa Israel ragu-ragu/takut menyeberangi Laut Merah untuk menuju kebebasan. Penyeberangan menuju kebebasan memang penuh resiko. KBG harus senatiasa siap dan berani menyeberang.

Topik Katekese Umat - 15

3. Model Dialogal-Pengutusan profetis Allah mengutus, memanggil seperti seorang nabi yang menyatakan Inilah aku, utuslah aku. KBG bisa mengidentifikasikan dirinya sebagai utusan dan harus mau bertanggung jawab, bersusah payah dan tahu bahwa pengutusan bukan hanya dari kemampuan dan prestasi dirinya sendiri. 4. Model Jalan Kemuridan Menjadi murid Yesus berarti harus menjalani hidup seperti Yesus dan mempraktekkan hidup Yesus. Maka, KBG sebagai murid Yesusharus mengenal Yesus dan mempraktekkan hidup Yesus. F. KU yang Menunjang KBG yang Berdimensi Kemasyarakatan. KU merupakan ujung tombak bagi proses pemahaman dan pembentukanKBG. KU dalam KBG, mau tidak mau akan menyentuh tema-tema sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan masyarakat. KU membuat pendekatan dari problem kehidupan umat di bidang sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan. Pendekatan terhadap masalah kaum miskin dalam KU adalah pendekatan persoalan atau masalah kehidupan. KU tampil sebagai pemerhati atau orang-orang yang bersolider dengan korban atau kaum miskin.

Topik Katekese Umat - 16

9. Katekese Umat dalam PKKI IX (Tomohon-Manado; 17-23 Juni 2008) Lokasi Waktu Tema : Tomohon- Manado : 17-23 Juni 2008 : Katekese Dalam Masyarakat Yang Tertekan

ISI PERTEMUAN Ini Sbb: Pengantar Pertemuan Kateketik Antarkeuskupan Se-Indonesia IX sudah terlaksana dengan baik dan lancar. Pertemuan yang diikuti oleh para utusan dari keuskupan-keuskupan di seluruh Indonesia ini mengambil tema: Katekese dalam Masyarakat yang Tertekan. Masyarakat Indonesia yang mengalami ketertekanan dalam banyak bidang kehidupan menjadi alasan bagi Gereja Katolik untuk melakukan katekese yang memberi peneguhan, pencerahan, serta keberanian untuk bertindak mengatasi ketertekanan itu. Tema besar tersebut secara khusus diolah dengan mendalami tiga bidang kehidupan, yaitu bidang kemanusiaan, politik, dan hukum. Dari hasil pendalaman dan pengolahan tiga bidang tersebut akan disusun modul-modul katekese bagi empat kelompok umur, yaitu kelompok anak, remaja, orang muda, dan dewasa. Penerusan iman Kotbah perayaan Ekaristi pembuka menggarisbawahi peran katekese sebagai upaya untuk meneruskan warisan iman dari generasi ke generasi. Santo Paulus memberikan pendasaran tentang hal tersebut melalui himbauannya kepada Timotius (2 Tim 3:1017). Nasihat kepada sang penerus itu masih sangat relevan untuk kita perhatikan sampai saat ini. Sambil mengingat amanat agung Yesus Kristus kepada para muridNya (Mat 28:18-20) hendaknya panggilan penerusan iman itu tetap dikerjakan oleh umat Katolik sampai kapanpun Tema yang memiliki keberpihakan jelas Dengan mengambil fokus pendalaman tentang masyarakat yang tertekan sebagai tujuan kegiatan katekese di masa-masa mendatang, maka PKKI - IX ini lebih tegas menyatakan keberpihakannya. PKKI periode-periode sebelumnya masih secara stereotype merumuskan tema seputar katekese yang relevan atau kontekstual tanpa menyebut kondisi konkret masyarakat yang akan disapa. Keberpihakan yang jelas itu akan dikonkretkan pula oleh Bimas Katolik Depag RI
Topik Katekese Umat - 17

dengan mengambil langkah nyata menyalurkan dana sekitar 75% hingga 80% untuk pemberdayaan langsung di daerah-daerah. Kebijakan ini diambil untuk mendukung upaya pemerataan dan efisiensi pemanfaatan dana serta melakukan penggandaan pelaksana (multiplikasi pelaksana/ pelaku) peningkatan hidup beriman masyarakat Katolik di Indonesia. Mencipta harmoni sosial Merupakan tugas para katekis untuk membantu masyarakat beragama menciptakan harmoni sosial. Jangan sampai keberadaan agama justru melemahkan upaya untuk mewujudkan harmoni sosial di tengah masyarakat. Kehidupan antarumat beragama yang harmonis merupakan dukungan nyata bagi pelaksanaan pembangunan daerah secara lebih optimal. Kerukunan antarumat beragama merupakan modal sosial yang sangat penting untuk mendukung terwujudnya pembangunan yang lebih berdaya guna bagi seluruh masyarakat. Mengungkap fakta, memanfaatkan data Melalui pertemuan di kelompok regio yang terbagi dalam enam kelompok, peserta diajak untuk mengungkapkan fakta ketertekanan yang dialami masyarakat di wilayah asal para peserta. Regio yang dimaksud adalah regio Sumatera, Kalimantan, Manado Aamboina Makassar, Papua, Nusra, dan Jawa. Dengan bantuan tiga pertanyaan, para peserta menjalankan refleksinya. Pertanyaan-pertanyaan panduan diskusi meliputi: 1. Pengalaman-pengalaman apa yang terjadi di Keuskupan Anda yang berkaitan dengan masalah-masalah kemanusiaan, hukum, politik?; 2. Tindakan-tindakan kateketis apa yang dilakukan oleh Keuskupan Anda menanggapi masalah-masalah tersebut?; 3. Adakah indikasi keberhasilan dari tindakan-tindakan kateketis yang telah dilakukan? Dari hasil diskusi regio tersebut didapatkan data persoalan bidang kemanusiaan, hukum dan politik sebagai berikut a. Masalah Kemanusiaan Bidang kemanusiaan memiliki persoalan pokok: rendahnya tingkat kesehatan
Topik Katekese Umat - 18

masyarakat, rendahnya tingkat pendidikan, meningkatnya kekerasan dalam hidup masyarakat (perampokan, penodongan, pembunuhan yang banyak disebabkan oleh tekanan ekonomi), kekerasan dalam rumah tangga (kekerasan fisik, mental, seksual), perdagangan manusia (human trafficking, khususnya terhadap anak dan perempuan), kemiskinan yang terus meningkat jumlahnya, perusakan lingkungan hidup (penebangan hutan, pertambangan, pencemaran, sampah), penertiban wilayah perkotaan dengan mengesampingkan hak rakyat kecil (penggusuran PKL, anak jalanan), diskriminasi perlakuan antara penduduk asli dan pendatang, penghilangan hak hidup (aborsi, pembunuhan), poligami terselubung, keretakan relasi sosial dan persaudaraan karena tekanan ekonomi, pengangguran, kekerasan akibat pragmatisme politik, korupsi yang kian merata, dan kemerosotan tata nilai yang dianut masyarakat. b. Masalah Hukum Dalam bidang hukum ditemukan persoalan-persoalan: otonomi khusus yang tidak mengakomodasi hak-hak rakyat/penduduk asli dan minimnya pelibatan masyarakat asli dalam pengambilan kebijakan pembangunan, hak atas tanah tidak diperhatikan oleh negara (status tanah pasca kerusuhan, penggusuran tanah untuk pembangunan), kasus-kasus suap yang merajalela mengesampingkan rasa keadilan, penerapan hukum yang diskriminatif, pelaksanaan UU No. 12/2006 tentang kependudukan dan kewarganegaraan yang tidak konsisten, SKB 2 Menteri No. 8 dan 9/2007 tentang kerukunan hidup umat beragama yang penerapannya diskriminatif, rendahnya kesadaran hukum masyarakat, fenomena berkuasanya uang dalam penyelesaian permasalahan hukum, pemaksaan hukum oleh kelompok mayoritas, dan pelarangan pembangunan rumah ibadah. c. Masalah Politik Permasalahan di bidang politik meliputi: pemekaran wilayah yang diikuti oleh proses penempatan militer secara tidak proporsional, promosi jabatan lebih diutamakan untuk para pendatang, diskriminasi penerimaan guru agama Katolik sebagai PNS dan pengangkatan PNS di bidang non pendidikan yang mengutamakan kelompok agama tertentu, kemunculan agama baru yang menciptakan kemungkinan konflik horizontal, pilkada yang kerap berakhir dengan kekerasan dan kerusuhan, politik uang dalam pelaksanaan pilkada,
Topik Katekese Umat - 19

pemaksaan kehendak politik oleh kelompok mayoritas, kesadaran berpolitik yang masih rendah, keterlibatan dalam politik praktis dari tokoh agama yang memecahbelah umat, pelaksanaan otonomi daerah yang kebablasan dan sempit, minimnya tokoh awam katolik yang terjun dalam dunia politik praktis, dan banyaknya pejabat publik yang tidak bisa memilah antara kepentingan publik dengan kepentingan pribadi. Upaya Kateketis dan Indikasi keberhasilan tindakan kateketis Untuk menanggapi masalah-masalah sosial kemanusiaan, hukum dan politik tersebut, masing-masing keuskupan telah menempuh beberapa tindakan kateketis berikut ini: Pendalaman iman lingkungan, sosialisasi gerakan tani organik, sosialisasi penanganan sampah, sosialisasi kredit union, seminar kebersamaan umat beragama, sosialisasi pendidikan politik, penyusunan bahan-bahan pendalaman iman, keterlibatan dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), pemutaran film global warming di sekolah-sekolah, kerasulan buku untuk pejabat pemerintah atau para tokoh agama, dan penggalakan penggunaan multi media. Upaya katekese tersebut secara perlahan mulai menumbuhkan kesadaran dalam diri umat akan perlunya pembenahan paradigma dan perilaku dalam berbagai bidang kehidupan yang selama ini keliru. Realistiskah katekese politik? Perubahan dramatik di bidang politik memerlukan suatu tindakan penyikapan tersendiri.. Praktek politik machiavellistis yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan telah mengkhianati semangat dasar politik yang pada hakekatnya merupakan suatu seni mengatur kehidupan bersama guna mewujudkan kesejahteraan umum (bonum commune). Terhadap praktek politik yang jauh dari ideal itu, setiap orang Katolik dipanggil untuk ambil bagian dalam mencari jalan atau cara untuk terlaksananya pelaksanaan kehidupan politik yang manusiawi. Keterlibatan dalam dunia politik merupakan panggilan yang mendesak untuk diperhatikan oleh umat Katolik. Katekese politik memiliki peran yang sangat sentral untuk membarui paradigma berpolitik yang ada sekarang ini. Katekese politik di kalangan orang muda misalnya, dimaksudkan untuk mengolah mental, spiritual, dan moral orang muda agar dapat menghadapi godaan politik dan ekonomi uang. Katekese bagi para aktivis politik atau para politisi dimaksudkan untuk menguatkan mereka dalam
Topik Katekese Umat - 20

mempertahankan integritas, kejujuran, dan idealisme melawan pragmatisme dan politik uang. Pembaruan paradigma seperti itu tidak bisa dilakukan sepihak hanya di dalam kelompok umat Katolik melainkan harus ada pembaruan melalui afiliasi lintas kelompok (cross cutting affiliation). Pendidikan atau katekese politik harus diberikan sejak usia dini supaya terbentuk mentalitas politik yang sehat. Peran warga negara dalam negara yang berdasarkan atas hukum di Indonesia Ada permasalahan mendesak dalam bidang hukum yaitu perlunya dilaksanakan pendidikan hukum bagi masyarakat. Masyarakat harus mendapatkan pengetahuan tentang hukum agar mampu mengawal proses perumusan hukum (undang-undang), siap mematuhi hukum dengan didasari oleh kesadaran, kebebasan, dan rasa tanggungjawab. Dalam proses penyusunan atau pembentukan hukum, kepada masyarakat, khususnya yang akan terkena dampak pemberlakuan hukum tersebut, harus dilakukan sosialisasi sehingga mereka mengetahui akibat atau implikasi dan juga mendapat kesempatan untuk memberi usulan atau masukan yang sesuai dengan harapan mereka. Kemendesakan katekese di bidang hukum juga dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa banyak masyarakat telah menjadi korban hukum, proses perumusan yang manipulatif pada tahapan-tahapan yang dilalui, dan masyarakat kerap di-fait a compli oleh lahirnya suatu hukum baru. Pelibatan masyarakat dalam proses penyusunan dan juga fungsi pengawasan dalam pelaksanaan dimaksudkan agar penegakkan supremasi hukum dapat menjadi nyata. Dimana dan kemana kemanusiaan kita? Sebuah pertanyaan yang mengisyaratkan bahwa sehubungan dengan kemanusiaan ada masalah besar yang harus dipecahkan. Pijakan dan arah pengembangan kemanusiaan seringkali dikaburkan oleh tindakan-tindakan yang melawan dan menghancurkan kemanusiaan itu. Visi kemanusiaan yang benar dan baik harus sungguh-sungguh dikuatkan. Kemanusiaan pertama-tama harus dilihat sebagai visi, sudut pandang, dan sekaligus nilai luhur yang mengajarkan kita untuk memperlakukan setiap orang pertama-tama dan terutama sebagai manusia, sama seperti kita; bukan pertama-tama dan terutama sebagai orang lain (the other) dalam jerat kesukuan, ras, kebangsaan, kelas sosial, agama, keyakinan, ideologi, partai atau kategori-kategori lain yang mereduksi keluhuran kemanusiaannya. Maka segala bentuk kekerasan yang terus dialami oleh sebagian anak manusia di muka bumi ini
Topik Katekese Umat - 21

merupakan bentuk penindasan yang harus dihapuskan. Banyaknya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kekerasan dalam masyarakat yang marak dalam bentuk perdagangan manusia serta kekerasan kriminalitas. Pengembangan visi kemanusiaan dalam konteks keindonesiaan harus kita tempatkan dalam bingkai sila kedua Pancasila Kemanusiaan yang adil dan beradab. Prioritas masalah masing-masing bidang Prioritas masalah di bidang kemanusiaan ialah rendahnya penghargaan terhadap martabat pribadi manusia, kerusakan lingkungan hidup serta kemiskinan. Dalam bidang hukum yang merupakan prioritas masalah adalah diskriminasi hukum, pengabaian hak-hak rakyat serta rendahnya kesadaran hukum pada masyarakat. Sementara itu di bidang politik yang merupakan prioritas masalah adalah rendahnya pengetahuan dan kesadaran politik di antara umat Katolik, penerapan sistem politik yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat, serta kurangnya figur politik yang dapat diteladani. Mencita-citakan perubahan Berhadapan dengan masalah-masalah itu, dirumuskan target perubahan dalam diri umat Katolik dalam jangka empat tahun mendatang. Dalam bidang kemanusiaan dicita-citakan tumbuhnya pengenalan, penyadaran dan penghargaan martabat pribadi manusia terutama berkaitan dengan kesederajatan laki-laki dan perempuan, pembelaan terhadap kehidupan dan hidupnya kembali nilai-nilai persaudaraan dalam masyarakat; tumbuhnya kesadaran dan penghargaan akan kelestarian lingkungan yang diikuti dengan upaya penanaman kembali hutan serta pengelolaan sampah secara berdaya guna; meningkatnya solidaritas warga masyarakat dengan mereka yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir. Dalam bidang hukum dicita-citakan berkembangnya masyarakat sadar hukum yang berani menyuarakan dan membela hak-haknya. Dalam bidang politik dicita-citakan tumbuhnya kesadaran akan panggilan umat beriman dalam bidang politik yang dinyatakan dengan meningkatnya rasa tanggung jawab dan kecintaan umat beriman terhadap bangsa dan negara, keterlibatan semakin banyak umat katolik sehingga dapat mempengaruhi sistem politik dan pengambilan kebijakan publik, serta munculnya kader-kader politik yang berkualitas di antara umat.

Topik Katekese Umat - 22

Target empat tahun ke depan Berpangkal dari target perubahan dalam diri umat beriman empat tahun ke depan, dirumuskan profil (gambaran) umat beriman yang dicita-citakan, sesuai dengan kelompok umur dalam bidang kemanusiaan, hukum maupun politik. 1) Anak (0-10 th) a. Dalam bidang kemanusian dicita-citakan anak yang sadar bahwa dirinya dan semua manusia diciptakan dan dicintai oleh Tuhan, mampu menghargai dan merawat kehidupan, mampu terlibat dalam kehidupan Gereja, mampu menawarkan nilai-nilai kehidupan pada teman-temannya, bersikap jujur dan mempunyai penghargaan terhadap makanan-makanan lokal. b. Dalam bidang hukum dicita-citakan anak yang mengenal diri, serta hak dan kewajibannya, mengenal dan melaksanakan tata hidup bersama dalam keluarga dan masyarakat, serta terlibat dalam menentukan tata hidup bersama dalam masyarakat, dan berani menyuarakan yang benar. c. Dalam bidang politik dicita-citakan anak yang mampu berpikir dan mengambil keputusan secara mandiri dan bertanggungjawab, menyadari keunikan dirinya, bebas dan berani mengungkapkan pendapat serta mampu belajar nilai-nilai kehidupan dari masyakarat. 2) Remaja (11-15 th) a. Dalam bidang kemanusiaan dicita-citakan seorang remaja yang mampu menghargai diri dan sesama, mampu bekerjasama, cinta kehidupan dan menghargai kelestarian lingkungan, bersemangat aktif tanpa kekerasan (active non violence), serta mempunyai kesetia-kawanan dengan mereka yang berkekurangan. b. Dalam bidang hukum dicita-citakan remaja yang mengetahui dan memahami hak dan kewajibannya serta menghayatinya sebagai orang beriman dalam hidup sehari-hari. c. Dalam bidang politik dicita-citakan hadirnya seorang remaja yang bercirikan pribadi yang cinta bangsa, negara dan Gereja, terlibat dan mampu berorganisasi, berpikir kritis, berpikir global dan bertindak lokal (think globaly, act localy), dan mempunyai jiwa kepemimpinan serta mampu
Topik Katekese Umat - 23

bersikap sportif. 3) Orang muda (16-23 th) a. Dalam bidang kemanusiaan dicita-citakan orang muda yang memiliki kesadaran akan jatidirinya sebagai citra Allah, memiliki kesadaran bahwa alam dan lingkungan adalah bagian dari dirinya, serta memiliki kecerdasan, kreativitas, kemandirian, solidaritas dan pola hidup sederhana. b. Dalam bidang hukum dicita-citakan orang muda yang sadar hukum dan mampu meneladan Kristus yang memiliki keberanian dalam menyuarakan haknya dan hak sesamanya secara bertanggungjawab. c. Dalam bidang politik dicita-citakan orang muda yang memiliki kerangka berpikir politik yang didasari prinsip solidaritas, subsidiaritas serta bonum commune (kesejahteraan umum), serta terlibat aktif dalam hidup masyarakat. 4) Orang dewasa (24th ke atas) a. Dalam bidang kemanusiaan dicita-citakan orang dewasa yang menghargai martabat pribadi manusia, cinta lingkungan, peduli sesama, menjunjung tinggi kearifan lokal serta terbuka dan mampu bekerjasama dengan berbagai pihak yang memiliki kehendak baik. b. Dalam bidang hukum dicita-citakan orang dewasa yang sadar hukum, tahu tentang hak dan kewajibannya, berani menyuarakan kebenaran dan keadilan serta berani membela kebenaran dan keadilan. c. Dalam bidang politik dicita-citakan orang dewasa yang ambil bagian secara aktif dan bertanggungjawab dalam kehidupan masyarakat, menggunakan hati nuraninya untuk menentukan pilihan politiknya, berani menyampaikan suaranya melalui jalur-jalur yang benar, dan dengan demikian memunculkan kader-kader Katolik yang menghayati, memperjuangkan dan mengamalkan nilai-nilai Kristiani di manapun tempat mereka menyalurkan aspirasi politiknya, sehingga tata dunia sungguh dikelola berdasarkan nilai-nilai injili. Tindak lanjut Profil umat beriman Kristiani menurut kategori umur dan bidang seperti terangkum di atas merupakan dasar untuk menyusun tujuan, tema-tema serta gagasan dasar katekese yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan peranserta umat dalam
Topik Katekese Umat - 24

mewujudkan habitus baru hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui keterlibatan dalam soal-soal kemanusiaan, hukum dan politik. Harapannya, masingmasing keuskupan ataupun regio menjabarkannya sesuai dengan konteks masingmasing dengan bantuan Komkat KWI.

Topik Katekese Umat - 25

You might also like