You are on page 1of 43

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sekitar 60% lansia akan mengalami hipertensi setelah berusia 75 tahun.

Kontrol tekanan darah yang ketat pada pasien diabetes berhubungan dengan pencegahan terjadinya hipertensi yang tak terkendali. Hipertensi merupakan gejala yang paling sering ditemui pada orang lanjut usia dan menjadi faktor risiko utama insiden penyakit

kardiovaskular. Karenanya, kontrol tekanan darah menjadi perawatan utama orang-orang lanjut usia. Jose Roesma, dari divisi nefrologi ilmu penyakit dalam FKUI-RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta mengungkapkan bahwa pada orang tua umumnya terjadi hipertensi dengan sistolik terisolasi yang berhubungan dengan hilangnya elastisitas arteri atau bagian dari penuaan. Jenis yang demikian lebih sulit untuk diobati dibanding hipertensi esensial atau pada pasien yang lebih muda. Obat-obat antihipertensi terbaru yang bekerja pada sistem renin-angiotensinaldosteron, misalnya Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) inhibitor dan angiotensin-receptor blocker memiliki potensi perbaikan kardiovaskular pada orang tua akibat penurunan tekanan darah efektif.

Isolated systolic blood pressure.

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 1

2. Tujuan Penulisan 2.1 Tujuan Intruksional Umum (TIU) Setelah menyelesaikan blok ini di harapkan mahasiswa/i mampu untuk memeberikan asuhan keperawatan pada pasien lansia dengan gangguan system kardiovaskuler 2.2 Tujuan Unstruksional Khusus (TUK) 1. Mahasiswa/i mampu menjelaskan definisi kelainan system kardiovaskuler 2. Mahasiswa/i mampu menjelaskan klasifikasi kelainan system kardiovaskuler 3. Mahasiswa/i mampu menjelaskan patofisiologi kelainan system kardiovaskuler 4. Mahasiswa/i mampu menjelaskan terapi farmakologi kelainan system kardiovaskuler 5. Mahasiswa/i mampu melakukan pengkajian kelainan system kardiovaskuler 6. Mahasiswa/i mampu merumuskan diagnosa dan intervensi system kardiovaskuler

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler a. Jantung Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular. Hubungan jantung adalah: 1) Atas : pembuluh darah besar 2) Bawah : diafragma 3) Setiap sisi : paru 4) Belakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis b. Arteri Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ). Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut darah dari jantung ke jaringan. Aorta diameternya sekitar 25mm(1 inci) memiliki banyak sekali cabang yang pada gilirannya tebagi lagi menjadi pembuluh yang lebih kecil yaitu arteri dan arteriol, yang berukuran 4mm (0,16 inci) saat mereka mencapai jaringan. Arteriol mempunyai diameter yang lebih kecil kira-kira 30 m.

Fungsi arteri menditribusikan darah teroksigenasi dari sisi kiri jantung ke jaringan. Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic yang terdiri dari 3 lapisan yaitu :

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 3

1) Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan dengan darah dan terdiri dari jaringan endotel. 2) Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang sifatnya elastic dan termasuk otot polos 3) Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali terdiri dari jaringan ikat gembur yang berguna menguatkan dinding arteri. (Syaifuddin, 2006) c. Arteriol Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan meningkat. d. Pembuluh darah utama dan kapiler Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah utama. Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Dindingnya terdiri dari suatu lapisan endotel. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Fungsinya mengambil hasil-hasil dari kelenjar, menyaring darah yang terdapat di ginjal, menyerap zat makanan yang terdapat di usus, alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena. e. Sinusoid Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan. Saluran Limfe mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan kembali cairan limfe ke dalam darah yang ke luar melalui dinding kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Pembuluh limfe sebagai

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 4

jaringan halus yang terdapat di dalam berbagai organ, terutama dalam vili usus. f. Vena dan venul Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain.

(Gibson, John. Edisi 2 tahun 2002, hal 110) Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atau alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung. Vena yang ukurannya besar seperti vena kava dan vena pulmonalis. Vena ini juga mempunyai cabang yang lebih kecil disebut venolus yang selanjutnya menjadi kapiler. Fungsi vena membawa darah kotor kecuali vena pulmonalis, mempunyai dinding tipis, mempunyai katup-katup

sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.

2. Pengaruh Proses Penuaan Terhadap Sistem Kardiovaskuler 2.1 Penuaan normal Dengan meningkatnya usia, jantung dan pembuluh darah mengalami perubhan bik struktur maupun fungsional. Secara umum perubahan yang disebabkan oleh penuaan berlangsung lambat dan dengan awitan yang tidak disadari. Penurunan yang terjadi berangsur angsur ini sering terjadi ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas, yang mengakibatkan penurunan kebutuhn darah teroksidasi. Namun perubahan yang menyertai penurunan kebutuhan darah yang

teroksidasi. Namun, perubahan yang menyertai penuaan ini menjadi lebih jelas ketika sistem ditekan untuk meningkatkan keluarnya dalam memenuhi peningkatan kebutuhan tubuh. Perubahan normal akibat penuaan pada sistem kardiovaskuler dirangkum pada tabel 14-1

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 5

Tabel 14-1 Perubahan Normal Pada Sitem Kardiovaskuler Akibat Penuaan Perubahan normal yang Berhubungan dengan Penuaan Ventrikel kiri menebal Katup jantung menebal dan membentuk penonjolan Jumlah sel pacamaker menurun Artikel menjadi kaku dan tidak lurus pada kondisi dilatasi Implikasi Klinis Penurunan kekuatan kontraksi Gangguan aliran darah melalui katup Umum terjadi disritmi Penumpulan respons baroreseptor

Penurunan respon terhadap panas dan dingin Vena mengalami dilatasi, katup katup Edema pada ekstremitas bwah dengan menjadi tidak kompeten penumpukan darah 2.2 Perubahan Struktur Biasanya, ukuran jantung seseorang tetap proposional dengan berat badan. Adanya suatu hipertropi atau atrofi yang terlihat jelas berarti tidak normal, tetapi hal tersebut lebih merupakan tanda dari penyakit jantung. Ukuran ruang ruang jantung tidak berubah dengan penuaan. Ketebalan dinding ventrikel kiri cenderung sedikit meningkat dengan penuaan karena adanya peningkatan densitas kolagen danm hilangnya fungsi serat serat elastis. Oleh karena itu, penuaan pada jantung menjadi kurang mampu untuk distensi, dengan kekuataan kontraksi yang kurang efektif. Area permukaan didalam jantung yang telah mengalami aliran darah dengan tekanan tinggi, seperti pada katup aorta dan katup mitral, mengalami penebalan dan terbentuknya penonjolan sepanjang garis katup. Kekakuaan pada bagian dasar pangkal aorta mengalami pembukaan katup secara lengkap sehingga menyebabkan obstruksi parsial terhadap aliran darah selama denyut sistol. Tidk sempurnanya pengosongan ventrikel dapat terjadi selama waktu peningkatan denyut jantung (misal demam, stres, dan olahraga) dan gangguan arteri koronel dan sirkulasi sistemik.

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 6

Perubahan struktur memengaruhi konduksi sistem jantung melalui peningkatan jumlah jaringan jumlah jaringan fibrosa dan jaringan ikat. Jumlah total sel sel pacemaker mengalami penurunan seiring bertambahnya usia; oleh karena itu, hanya sekitar 10% jumlah yang ditemukaan pada usia dewasa muda yang masih terdapat pada usia 75 tahun. Berkas his kehilangan serta konduksi yang membawa implus ke ventrikel. Selain itu, penebalan pada jaringan slstis dan retikuler dengan infiltrsi lemak terjadi pad daerah nodus sinotrial. Dengan bertambahnya usia, sistem aorta dan arteri perifer menjadi kaku dan tidak lurus. Perubahan ini terjadi akibat peningkatan serat kolgen dan hilangnya serat elastis dalam lapisan medial arteri. Lapisan intima arteri menebal dengan peningkatan deposit kalsium. Proses perubahan yang berhubungan dengan penuaan ini

meningkatkan kekakuaan dan ketebalaan yang disebut dengan arteriosklerosis. Sebagai suatu mekanisme kompensasi, aorta dan arteri besr lain secara progresif mengalami dilatasi untuk menerima lebih banyak volume darah. Vena menjadi meregang dan mengalami dilatasi dalam cara yang hampir sama. Katup katup vena menjadi tidak kompeten atau gagal untuk menutup secara sempurna.

2.3 Perubahan Fungsi Curah jantung pada saat beristirahat tetap stabil atau sedikit menurun seiring bertambahnya usia, dan denyut jantung istirahat juga menurun. Karena miokardium mengalami penebalan dan kurang dapat direnggakan, dengan katup-katup yang lebih kaku, peningkatan waktu pengisian diastolik dan peningkatan tekanan pengisian diastolik diperlukan untuk mempertahankan preload yang adekuat. Jantung yang mengalami penuaan juga lebih bergantung pada kontraksi atrium, atau volume darah yang diberikan pada ventrikel sebagai hasil dari kontraksi atrial yang terkoordinasi. Dua kondisi yang menempatkan lansia pada resiko untuk mengalami tidak adekuatnya curah jantung

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 7

adalah takikardia, yang disebabkan oleh pemendekan waktu pengisian ventrikel, dan vibrilasi atrial yang disebabakan oleh hilangnya kontraksi atrial. Jantung yang masih muda memenuhi peningkatan kebutuhan terhadap darah yang teroksiginasi dengan cara meningkatkan denyut jantung sebagai respon terhadap meningkatkan kadar katekolamin. Walaupun penelitian menunjukan bahwa lansia tidak mengalami pengurangan kadar katekolamin, respon mereka terhadap mediator kimia ini mengalami penumpulan. Pada lansia fenomena ini terungkap melalui hilangnya respon denyut jantung terhadap latihan atau stress. Prinsip mekanisme yang digunakan oleh jantung yang mengalami penuaan untuk meningkatkan curah jantung adalah dengan

meningkatkan volume akhir diastolik, yang meningkatan volume sekuncup (dikenal sebagai hukum starling). Jika waktu pengisian diastolik tidak memadai (seperti pada takikardia) atau ventrikel menjadi terlalu distensi (seperti pada keadaan gagal jantung) mekanisme in dapat gagal. Gejala-gejala sesak nafas (dispnea) dan kelientikan terjadi ketika jantung tidak dapat memberikan suplai darah yang mengadnung oksigen secara adekuat pada tubuh untuk memenuhi kebutuhan atau ketika jantung tidk dapat secara efektif mengeluarkan produk sampah metabolik. Irama jantung yang tidak sesuai dan koordiansi aktivitas fisik yang mengendalikan siklus kardial menjadi distrismik dan tidak terkoordiasni dengan bertambahnya usia. Kehilangnya sel pacemaker dan infiltrasi lemak kedalam jaringan konduktif menghasilkan distritmia atrial dan ventrikular. Sinus distritmia, seperti sick sinus sindrome dan sinus badikardia, adalah hal yang sering terjadi dan dapat menimbulkan rasa pusing, jatuh, palpitasi atau perubahan staus mental. Prinsip perubahan fungsional terkait usia yang dihubungkan dengan pembuluh darah secara progesif meningkatan tekanan sistolik. American Heart Association merekomendasikan bahwa nilai sistolik

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 8

160mmHg dianggap sebagai normal teringgi untuk lansia. Tidak ada perubahan dalam tekanan diastolik adalah normal. Kemungkinan diakibatkan oleh kekauan pembuluh darah atau karena selama bertahun-tahun menerima aliran darah bertekanan tinggi, baroreseptor yang terletak di arkus aorta dan sisnus karotis menjadi tumpul atau kurang sensitif. Penumpulan ini menjyebabkan masalah yang berhubungan hipotensi ortostatik karena hal tersebut membuat pembuluh darah tidak mampu untuk melakukan vasokontriksi sebgai respon terhadp perubahan posisi yang cepat.

3. Konsep keseimbangan pada lansia 3.1 Prevalensi Jatuh Berdasarkan survey di masyarakat AS, Tinetti (1992) mendapatkan sekitar 30% lansia umur lebih dari 65 tahun jatuh setiap tahunnya, separuh dari angka tersebut mengalami jatuh berulang. Reuben dkk (1996) mendapatkan insiden jatuh di masyarakat AS pada umum lebih dari 65 tahun berkisar populasi lansia setiap tahun, dengan rata-rata jatuh 0,6/orang. Insiden di rumahrumah perawatan(nursing home) 3 kali lebih banyak (Tinetti, 1992). Lima persen dari penderita jatuh ini mengalami patah tulang atau memerlukan perawatan di rumah sakit. Kane dkk (1994) mendapatkan dari survai masyarakat di AS lansia umur lebih dari 65 tahun menderita jatuh setiap tahunnya dan sekitar 1/40 memerlukan perawatan rumah sakit. Sedangkan di rumah-rumah perawatan sekitar 50% penghuninya mengalami jatuh dengan akibat antara 10-25%nya memerlukan perawatan di rumah sakit.

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 9

3.2 Faktor jatuh a. Faktor-faktor intrinsik Faktor-faktor fisiologik berikut meningkatkan resiko jatuh : Usia, dengan peningkatan insiden yang jelas pada usia 75 tahun; lansia yang berusia 80 sampai 89 berada pada resiko tertinggi Jenis kelamin wanita mempunyai risiko yang lebih tinggi dibandingkan pria Defisit sensorik masalah penglihatan dan pendengaran Kondisi-kondisi medis penyakit neurologik,

serebrovaskuler, kardiovaskuler, atau muskular; kanker atau penyakit progresif dan melemahkan lainnya Perubahan gaya berjalan dan keseimbangan Takut jatuh

b. Faktor-faktor ekstrinsik Faktor-faktor eskternal berikut meningkatkan resiko jatuh: Perangkap penghalang lingkungan, di sekitar seperti lansia, benda-benda permukaan atau basah,

pencahayaan yang buruk, pakaian Pembatas lingkungan, seperti sisi pengaman tempat tidur Alat bantu, seperti tongkat dan walker yang digunakan atau dipasang dengan tidak tepat Alas kaki tidak tepat Penyalahgunaan alkohol

c. Faktor-faktor iatrogenik Faktor-faktor iatrogenik berikut meningkatkan resiko jatuh : Obat-obataan Alat medis, seperti kateter urine menetap, siang dan tiang I.V serta slang pemberian makanan Restrein Delirium

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 10

3.3 Penyebab jatuh pada lansia Penyebab jatuh pada lansia biasanya merupakan gabungan beberapa faktor, antara lain: (Kane, 1994; Reuben , 1996; Tinetti, 1992; campbell, 1987; Brocklehurs, 1987). 1. Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh yang utama (30-50% kasus jatuh lansia) Murni kecelakaan misalnya terpeleset, tersandung Gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainankelainan akibat proses menua misalnya karena mata kurang awas, benda-benda yang ada di rumah tertabrak, lalu jatuh 2. Nyeri kepala dan atau vertigo 3. Hipotensi orthostatic Hipovilemia / curah jantung rendah Disfungsi otonom Penurunan kembalinya darah vena ke jantung Terlalu lama berbaring Pengaruh obat-obat hipotensi Hipotensi sesudah makan 4. Obat-obatan Diuretik/antihipertensi Antidepresen trisiklik Sedativa Antipsikotik Obat-obat hipoglikemia Alkohol 5. Proses penyakit yang spesifik Penyakit-penyakit akut seperti: Kardiovaskuler : - aritmia

- stenosis aorta - sinkope sinus carotis

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 11

Neurologi - stroke

: - TIA

- serangan kejang - Parkinson - Kompresi saraf spinal karena spondilosis - Penyakit serebelum 6. 7. Idiopatik ( tak jelas sebabnya) Sinkope : kehilangan kesadaransecara tiba-tiba - Drop attack (serangan roboh) - Penurunan darah ke otak secara tiba-tiba - Terbakar matahari 3.4 Komplikasi Restrein memiliki potensi menimbulkan efek yang sangat merugikan dan bahaya serius. Restrein fisik dapat menyebabkan kerusakan kulit, penurunan sirkulasi perifer, gangguan status pernapasan, tercekik, kerusakan neurologi, dan kematian. Restrein kimia dapat menyebabkan peningkatan rasa kantuk, gawat napas, ketidakstabilan hemodinamik, penurunan

kompentensi dan penilaian, serta konfusi.

4. Hipertensi pada lansia 4.1 Definisi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001) Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 12

4.2 Etiologi Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun 2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku Kemampuan jantung

memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun

menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.


3. Kehilangan

elastisitas

pembuluh

darah

Hal

ini

terjadi

karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut : a. Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah: Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih ) Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah : Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ) Kegemukan atau makan berlebihan Stress

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 13

Merokok Minum alcohol Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )


4. Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah

Ginjal Glomerulonefritis Pielonefritis Nekrosis tubular akut Tumor Vascular Aterosklerosis Hiperplasia Trombosis Aneurisma Emboli kolestrol Vaskulitis Kelainan endokrin DM Hipertiroidisme Hipotiroidisme Saraf Stroke Ensepalitis SGB Obat obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid 4.3 Patofisiologi Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi

pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 14

dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan

vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang

pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer

bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 15

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya hipertensi palsu disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).

4.4 Tanda dan Gejala a. Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. b. Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.

4.5 Pemeriksaan Penunjang a. Hemoglobin / hematokrit Untuk mengkaji hubungan dari sel sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal b. Glukosa Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi )

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 16

dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi ) c. Kalium serum d. Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik. e. Kalsium serum Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi f. Kolesterol dan trigliserid serum

Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler ) g. Pemeriksaan tiroid Hipertiroidisme hipertensi h. Kadar aldosteron urin/serum Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab ) i. Urinalisa Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes. j. Asam urat Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi k. Steroid urin Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme l. IVP m. Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter n. Foto dada Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung o. CT scan Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati dapat menimbulkan vasokonstriksi dan

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 17

p. EKG Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

4.6 Penatalaksanaan Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi : Diet Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah : Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh Penurunan berat badan Penurunan asupan etanol Menghentikan merokok Latihan Fisik Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu : Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
b. Edukasi Psikologis

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 18

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :


c. Tehnik Biofeedback

Biofeedback

adalah

suatu

tehnik

yang

dipakai

untuk

menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
d. Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
e. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )

Tujuan

pendidikan pasien

kesehatan tentang

yaitu

untuk

meningkatkan dan

pengetahuan pengelolaannya

penyakit dapat

hipertensi

sehingga

pasien

mempertahankan

hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.


f.

Terapi dengan Obat Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.

Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. 4.7 Asuhan Keperawatan 1. Diagnosa 1 : Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
Tujuan :

afterload,

vasokonstriksi,

iskemia

miokard,

hipertropi ventricular

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 19

Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :

a. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD b. TD dalam rentang yang dapat diterima c. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
Intervensi :

1. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat 2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer 3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas 4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler 5. Catat edema umum 6. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah pengunjung. 7. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat

ditempat tidur/kursi 8. Melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan 9. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur. 10. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan 11. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah 12. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi 13. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 20

2. Diagnosa 2 : Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tujuan

Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam Kriteria hasil : a. Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala b. Pasien tampak nyaman TTV dalam batas normal
Intervensi :

1. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan 2. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan 3. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan 4. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin 5. Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi dan distraksi 6. Hilangkan / minimalkan vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgesik, antiansietas (lorazepam, ativan, diazepam, valium ) 3. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral berhubungan dengan adanya tahanan pembuluh darah
Tujuan :

Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :

Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal. Haluaran urin 30 ml/ menit Tanda-tanda vital stabil

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 21

Intervensi :

1. Pertahankan tirah baring 2. Tinggikan kepala tempat tidur 3. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia 4. Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan 5. Amati adanya hipotensi mendadak 6. Ukur masukan dan pengeluaran 7. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai program 8. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program 4. Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output
Tujuan :

Tidak terjadi intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam Kriteria hasil : Meningkatkan energi untuk melakukan aktifitas sehari hari Menunjukkan penurunan gejala gejala intoleransi aktifitas Intervensi : 1. Berikan dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. 2. Berikan bantuan sesuai kebutuhan 3. Instruksikan pasien tentang penghematan energy 4. Kaji respon pasien terhadap aktifitas 5. Monitor adanya diaforesis, pusing 6. Observasi TTV tiap 4 jam 7. Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu istirahat yang tidak terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau sore

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 22

BAB III PEMBAHAHAN 1. Modul Tn. M 68th, mengatakan kepalanya terasa pusing, cepat lelah, penglihatan kabur, tengkuk terasa sakit, berjalan tidak seimbang seperti mau jatuh. Hasil pengukuran gaya berjalan dan keseimbangan dengan menggunakan format Tinetti 20/28. Hasil pengukuran Activities of Daily Living dengan skala Lawton skor: 20. Hasil Pengkajian resiko jatuh: 10, BB: 75 kg TB: 165 cm, TD 170/100, ND: 88 x/mt, pasien tidak kuat berjalan jauh. Hasil Radiologi adanya kardiomegali.

2. Penyelesaiaan Modul a. Kata yang tidak dimengerti : 1) Format tinetti : alat yang digunakan untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan seorang pasien dapat beristirahat atau bergerak sesuai aktivitas normalnya. 2) Skala lawton : mengevaluasi fungsi yang lebih rumit dibandingkan index aktivitas kehidupan sehari-hari. b. Kata kunci : 1) Usia 68 tahun 2) Pusing, cepat lelah, penglihatan kabur, tengkuk terasa sakit, berjalan tidak seimbang seperti mau jatuh 3) Hasil radiologi: kardiomegali 4) TD 170/100 5) BB: 75 kg TB: 165 cm 6) Pengukuran ADL dengan skala lawton: 20 c. Problem dasar : 1) Kardiomegali 2) Usia 68 tahun 3) TD 170/100

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 23

d. Pertanyaan: 1) Bagaimana TD pasien meningkat? 2) Bagaimana mekanisme terjadinya kardiomegali? 3) Asuhan keperawatan? 4) Cara pengukuraan format tinetti dan lawton? 5) Penatalaksanaan hipertensi pada lansia? 6) Komplikasi hipertensi pada lansia? e. Klasifikasi Pertanyaan 1. Patofisiologi: 1,2 2. Askep: 3 3. Pemeriksaan penunjang: 3 4. Penatalaksanaan: 5 5. Komplikasi: 6

f. Jawaban dari klasifikasi pertanyaan


1. Komplikasi Hipertensi Menurut Tabrani (1995) hipertensi antara lain: a. Penyakit jantung Darah tinggi dapat menimbulkan penyakit jantung karena jantung harus memompa darah lebih kuat untuk mengatasi tekanan yang harus dihadapi pada pemompaan jantung. Ada dua kelainan yang dapat terjadi pada jantung yaitu: 1) kelainan pembuluh darah jantung, yaitu timbulnya penyempitan pembuluh darah jantung yang disebut dengan penyakit jantung koroner, 2) payah jantung, yaitu penyakit jantung yang diakibatkan karena beban yang terlalu berat suatu waktu akan mengalami kepayahan sehingga darah harus dipompakan oleh jantung terkumpul di paru-paru dan menimbulkan sesak nafas yang hebat. Penyakit ini disebut dengan kelemahan jantung sisi kiri b. Tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak (stroke) Tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah otak dapat menyebabkan terjadinya setengah lumpuh. Stroke dalam Puspita WR (2009) komplikasi

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 24

dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embulus yang terlepas dari pembuluh non- otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerahdaerah yang diperdarahi berkurang. c. Gagal ginjal Kegagalan yang ditimbulkan terhadap ginjal adalah

tergangguanya pekerjaan pembuluh darah yang terdiri dari berjutajuta pembuluh darah halus. Bila terjadi kegagalan ginjal tidak dapat mengeluarkan zat-zat yang harus dikeluarkan oleh tubuh misalnya ureum. d. Kelainan mata Darah tinggi juga dapat menimbulkan kelainan pada mata berupa penyempitan pembuluh darah mata atau berkumpulnya cairan di sekitar saraf mata. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan penglihatan. e. Diabetes mellitus Diabetes melitus atau yang sering dikenal dengan penyakit kencing manis merupakan gangguan pengolahan gula (glukosa) oleh tubuh karena kekurangan insulin.

2. Penatalaksanaan
Terapi tanpa Obat (Non farmakologi/Perubahan gaya

hidup) Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi : a. Diet Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah : 1. Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr 2. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia Page 25

3. Penurunan berat badan 4. Penurunan asupan etanol 5. Menghentikan merokok b. Latihan Fisik Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah dianjurkan untuk penderita hipertensi. Macam olah raganya yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu. c. Edukasi Psikologis Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi : 1. Tehnik Biofeedback Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai

keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan. 2. Tehnik relaksasi Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 26

d.

Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan) Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

Terapi dengan Obat (Farmakologi)

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. 1. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, ACE inhibitor Alternatif yang bisa diberikan : a. Dosis obat pertama dinaikkan. b. Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama. c. Ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika, beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator Alternatif yang bisa ditempuh : a. Obat ke-2 diganti b. Ditambah obat ke-3 jenis lain Alternatif pemberian obatnya : Ditambah obat ke-3 dan ke-4 Re-evaluasi dan konsultasi

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 27

Follow Up untuk mempertahankan terapi Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.

Fungsi Obat: Diuretik : Pada prinsipnya, diuretik akan meningkatkan volume urin. Hal ini akan menurunkan volume cairan eksraseluler (terutama darah). Pengurangan volume ini akan menurunkan cardiac output sehingga akhirnya tekanan darah juga menurun. Na yang ada di otot polos vaskuler akan menurunkan resistensi vaskuler dan juga menyebabkan penurunan tekanan darah.

Beta blocker : Mekanisme kerja dengan menghambat reseptor 1. Inhibisi ini menyebabkan penurunan cardiac output dan sekresi renin. Obat ini digunakan pada hipertensi ringan-sedang, HT dengan penyakit arteri koroner, HT dengan aritmia dan HT dengan takikardia.Efek samping berupa bronkospasme,

bradikardia, impotensi, gangguan vaskuler perifer, tidak bagus untuk profi lipid, hipoglikemia dan menurunkan fungsi ginjal.Obat ini dikontraindikasikan pada asma, COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Syndrome), sick sinus syndrome dan blok AV grade 2-3 ACE Inhibitor : ACE adalah enzim yang mengonversi angiotensin I menjadi angiotensin II. Penghambatan konversi ini akan menyebabkan vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron. Selain itu, ACE inhibitor

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 28

juga menghambat inaktivasi

bradikinin

sehingga

kadarnya meningkat dalam darah (bradikinin adalah vasodilator). Semua efek ini akan menurunkan tekanan darah.Penggunaan klinisnya adalah sebagai obat lini pertama terapi HT ringan-sedang, HT yang disertai gagal jantung, dislipidemia dan diabetes. Jangka panjang juga memberikan efek kardioprotektif. Efek samping berupa batuk kering (karena peningkatan kadar bradikinin dalam darah), angioedema, hipotensi (fenomena dosis pertama), resiko hiperkalemia dan embriotoksik. Makanya obat ini dikontraindikasikan pada wanita hamil dan menyusui (resiko gagal ginjal pada fetus). Termasuk golongan ACE inhibitor adalah captopril, lisinopril. Keduanya merupakan obat aktif. Lalu juga ada perindropil, enalapril, ramipril dll (merupakan prodrug). Angiotensin receptor blockers (ARB) Obat: Losartan, Valsartan, Irbesartan, Candesartan, Telmisartan Cara kerja: menghambat reseptor angiotensin II (reseptor AT1). Inhibisi ini menyebabkan vasodilatasi, penurunan sekresi aldosteron, dan mencegah hipertrofi jantung (vasculo-cardio protective). Efek samping hampir sama dengan ACE-I, namun tidak terjadi batuk kering dan tidak ada angioedema. Indikasi & kontraindikasi sama dg ACE-I.

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 29

Tn.M 68n th

Faktor usia

Faktor over weight ditinjau dari BB pasien 75kg TB 165kg

Terjadi perubahan pada sistem kardiovaskuler akibat penuaan

Penumpukan LDL pada pembuluh darah

Perubahan struktural

Perubahan Fungsional

Aterosklerosis

Obstruksi aliran darah Peningkatan densitas kolagen & hilangnya elastisitas pembuluh darah Kekakuan miokardium

Menyebabkan dinding ventrikel kiri menebal

Peningkatan waktu tekanan & pengisian diastole

Curah jdan denyut jantung mengalami penurunan

Sirkulasi darah ke seluruh tubuh menurun dan menyebabkan tahanan perifer meningkat
Menyebabkan pasien cepat lelah, tengkuk terasa sakit, tidak kuat berjalan jauh, kepala pusing, penglihatan menjadi kabur, TD 170/100, gaya berjalan & keseimbangan tinetti 20/28, IADL 20 Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia Page 30

A. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Hemoglobin / hematocrit Untuk mengkaji hubungan dari sel sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia. 2. BUN: memberikan informasi tentang perfusi ginjal 3. Glukosa Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi) 4. Kalsium serum Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi 5. Kolesterol dan trigliserid serum Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler) 6. Pemeriksaan tiroid Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi 7. Urinalisa Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes. 8. Asam urat Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi Steroid urin 9. Foto dada Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung 10. CT scan Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopat 11. EKG Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 31

12. Indeks Lawton Indeks lawton merupakan suatu alat yang memberikan informasi status fungsional. indeks lawton terdiri dari 8 aktivitas yaitu dapat menggunakan telepon, mencuci pakaian, berbelanja, menyiapkan makanan, menjaga rumah, mengadakan perjalanan, dapat mengatur keuangan, minum obat secara teratur (Vitenggal dkk, 2006) indeks lawton dapat disaring menjadi 5 aktivitas utama untuk membuat pemeriksaan lebih menyeluruh. kelima aktivitas utama tersebut meliputi kemampuan untuk mengadakan perjalanan, berbelanja, menyiapkan hidangan, pekerjaan rumah tangga, dan pengaturan keuangan pribadi (Gallo dkk,1998)

Karakteristik ADL berdasarkan nilai skor indeks barthel 0-20 : ketergantungan total 21-61 : ketergantungan berat 62-90 : ketergantungan sedang 91-99 : ketergantungan ringan 100 : mandiri, tetapi tidak berarti penderita dapat hidup sendiri, penderita mungkin tidak memasak, menjaga rumah/tidak dapat bermasyarakat (gallo dkk, 1998)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ADL 1. depresi keterbatasan dalam melakukan ADL dapat menyebabkan depresi dan depresi dapat menigkatkan faktor resiko disabilitas fisik (keterbatasan ADL) (sumirta, 2008) 2. kelenturan pembatasan atas lingkup gerak sendi (ROM) banyak terjadi pada lansia, akibat dari kekakuan otot dan tendon. kekakuan otot betis sering memperlambat gerak dorso-fleksi. selain itu kekakuan otot

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 32

aduktor dan abduktor paha juga sering dijumpai oleh karena itulah latihan kelenturan sendi merupakan komponen penting dari program latihan olahraga bagi lansia. 3. keseimbangan keseimbangan merupakan penyebab utama yang sering mengakibatkan seorang lansia jatuh. keseimbangan merupakan tanggapan motorik yang dihasilkan dari berbagai faktor diantaranya input sensori dan kekuatan otot. selain terjadinya menurunnya kekuatan otot,

bertambahnya umur akan menyebabkan keseimbangan menurun. 4. self efficacy (keberdayagunaan mandiri) self efficacy adalah suatu istilah untuk menggambarkan rasa percaya atas keamanan dalam melakukan aktivitas. hal ini sangat berhubungan dengan ketidaktergantungan dalam aktivitas sehari-hari. dengan keberdayagunaan mandiri ini seorang lansia mempunyai keberanian dalam melakukan aktivitas/olahraga . 12. Pemeriksaan kemampuan fungsional

Indeks ADL Barthel NO 1 FUNGSI Mengendalikan rangsang pembuangan tinja Mengendalikan rangsang berkemih SKOR 0 1 2 0 1 2 0 1 0 1 2 KETERANGAN Tak terkendali/tak teratur (perlu pencahar). Kadang-kadang tak terkendali (1x seminggu). Terkendali teratur. Tak terkendali atau pakai kateter Kadang-kadang tak terkendali (hanya 1x/24 jam) Mandiri Butuh pertolongan orang lain Mandiri Tergantung pertolongan orang lain Perlu pertolonganpada beberapa kegiatan tetapi dapat mengerjakan sendiri beberapa kegiatan yang lain. Mandiri

Membersihkan diri (seka muka, sisir rambut, sikat gigi) Penggunaan jamban, masuk dan keluar (melepaskan, memakai celana, membersihkan, menyiram)

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 33

Makan

Berubah sikap dari berbaring ke duduk

Berpindah/ berjalan

Memakai baju

Naik turun tangga

10

Mandi

0 1 2 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 0 1 2 0 1

Tidak mampu Perlu ditolong memotong makanan Mandiri Tidak mampu Perlu banyak bantuan untuk bias duduk Bantuan minimal 1 orang. Mandiri Tidak mampu Bisa (pindah) dengan kursi roda. Berjalan dengan bantuan 1 orang. Mandiri Tergantung orang lain Sebagian dibantu (mis: memakai baju) Mandiri. Tidak mampu Butuh pertolongan Mandiri Tergantung orang lain Mandiri

TOTAL SKOR Skor BAI : 20 : Mandiri 12-19 : Ketergantungan ringan 9-11 : Ketergantungan sedang 5-8 : Ketergantungan berat 0-4 : Ketergantungan total

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 34

Lawton Scale for Instrumental Activities of Daily Living 1. Dapatkah anda memakai teleon? Tanpa bantuan 3 Denggan bantuan 2 Sama sekali tidak mampu 1 2. Dapatkah anda mencapai tempat yang jaraknya jauh dengan berjalan kaki? Tanpa bantuan 3 Dengan bantuan 2 Tidak mampu tanpa bantuan khusus 1 3. Dapatkah anda pergi berbelanja bahan makanan ? Tanpa bantuan 3 Dengan bantuan 2 Sam sekali tidak mampu 1 4. Dapatkah anda menyiap makanan sendiri ? Tanpa bantuan 3 Dengan bantuan 2 Sam sekali tidak mampu 1 5. Dapatkah anda mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri? Tanpa bantuan 3 Dengan bantuan 2 Sam sekali tidak mampu 1 6. Dapatkah anda mengerjakan pekerjaan pertukangan sendiri ? Tanpa bantuan 3 Dengan bantuan 2 Sam sekali tidak mampu 1 7. Dapatkah anda mencuci pakaian sendiri ? Tanpa bantuan 3 Dengan bantuan 2 Sam sekali tidak mampu 1 8. apakah anda meminum obat atau memakai obat-obatan tertentu? Ya(jika ya ,jawab pertanyaan 8b? 1 Tidak (jika tidak,jawab pertanyaan 8c). 2 9. apakah andameminum obat sendiri ? Tanpa bantuan (dengan dosis yang benar dan pada waktu yang benar) 3 Dengan bantuan (jika seseorang menyiapkan untuk anda dan/ mengigatkan anda untuk meminumnya. 2 Sam sekali tidak mampu 1 10. Jika anda harus meminum obat dapatkah anda melakukanya ? Tanpa bantuan (dengan dosis yang benar dan pada waktu yang benar) 3 Dengan bantuan (jika seseorang menyiapkan untuk anda dan/ mengigatkan anda untuk meminumnya. 2 Sam sekali tidak mampu 1 11. Dapatkah anda mengella uang sendiri ? Tanpa bantuan 3 Dengan bantuan 2 Sam sekali tidak mampu 1

Skala lawton mengevaluasi fungsi yang lebih rumit dibandingkan indeks aktivitas kehidupan sehari-hari. Pada versi ini skor maksimum adalah 29, meskipun skor bermakna pada pasien tertentu, penurunan skor terus menerus menandakan kemunduran fungsi.

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 35

Evaluasi keseimbangan dan gaya berjalan menurut tinetti Alat ini dapat digunakan untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan seorang pasien dapat beristirahat atau bergerak sesuai aktivitas normalnya. Alat ini memerlukan waktu 5 sampai 15 menituntuk dikerjakan. Untuk persiapan anda membutuhkan kursi berlapis tanpa pegangan tangan, ruang berjalan (misalnya sebuah ruang besar atau kotor) dan alat bantu berjalan pasien (misalnya tongkat atau walker) Nilai maksimum adalah 28 sedangkan nilai terendah adalah 0. Semakin tinggi nilai yang diperoleh semakin baik gaya berjalan dan keseimbangan pasien. Keseimbangan : Instruksi : dudukan pasien di kursi yang kokoh tanpa pegangan tangan dan uji manuver berikut : 1. Keseimbangan ketika duduk 0 : Bersandar atau bergeser pada kursi 1 : Seimbang, aman 2. Bangkit 0 : Tidak mampu tanpa bantuan 1 : Mampu tetapi mengunakan lengan 2 : Mampu tanpa menggunakan lengan 3. Upaya untuk Bangkit 0 : Tidak mampu tanpa bantuan 1 : Mampu tetapi membutuhkan lebih dari satu kali upaya 2 : Mampu bangkit dengan satu kali upaya 4. Keseimbangan berdiri dengan segera 0 : Tidak seimbang (sempoyongan, kaki berpindah, tubuh terlihat goyah) 1 : Seimbang tetapi menggunakan 6. Dorongan pelan (Pasien barada pada posisi maksimum dengan kaki sedempet mungkin. Pemeriksaan mendorong dengan pelan pada sternum pasien dengan telapak tangan sebanyak 3 kali) 0 : Mulai jatuh 1 : Sempoyongan 2 : Seimbang 7. Mata tertutup (Pada posisi maksimum, sama seperti no 6) 0 : Tidak seimbang 1 : Seimbang 8. Berbalik 360 derajat 0 : Menghentikan langkah

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 36

walker atau tongkat 2 : Seimbang tanpa walker atau tongkat 5. Keseimbangan berdiri 0 : Tidak seimbang 1 : Seimbang tetapi dengan kaki lebar 2 : Berdiri dengan kaki dekat

1 : Mlanjutkan langkah 0 : Tidak seimbang 1 : Seimbang 9. Duduk 0 : Tidak seimbang 1 : Menggunakan lengan 2 : Gerakan seimbang dan lancar Nilai Keseimbangan /16

Gaya berjalan : Instruksi :Pasien berdiri berdampingan dengan pemeriksa. Kemudian pasien berjalan di sepanjang koridor atau melintas di ruangan, pertama dengan kecepatan berjalan pasien yang biasa dan kemudian berjalan kembali dengan cepat tetapi aman (dengan menggunakan alat bantu seperti walker atau tongkat 10. Memulai gaya berjalan 0 : Ada keragu-raguan 1 : Tidak ada keragu-raguan 11. Panjang dan tinggi langkah 0 : Tidak dapat melangkah melewati kaki kiri 1 : melewati kaki kiri yang berdiri 0 : Kaki kanan tidak mengayun langkah dengan sempurna 1 : Kaki kanan dapat mengayun langkah dengan sempurna 12. Panjang dan tinggi langkah 0 : Tidak dapat melangkah melewati kaki kiri 1 : melewati kaki kiri yang berdiri 0 : Kaki kanan tidak mengayun langkah dengan sempurna 14. Kontinuitas langkah 0 : Berhenti atau tidak berkelanjutan di antara langkah 1 : Langkah tampak berkelanjutan 15. Jalur 0 : Deviasi terlihat jelas 1 : Deviasi ringan atau sedang 2 : Berjalan lurus tanpa alat bantu 16. Rangka tubuh 0 : Goyah tampak jelas 1 : Tidak goyah tetapi menekuk lutut atu membungkuk atau merentangkan tanganya ketika berjalan 2 : Tidak goyag, tidak menekuk, tidak menggunakan lengan dan tidak memakai alat bantu berjalan

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 37

1 : Kaki kanan dapat mengayun langkah dengan sempurna 13. Simetris langkah 0 : Panjang langkah kaki kanan dan kiri tidak sama 1 : Langkah kaki kanan dan kiri sama

17. Sudut Berjalan 0 : Kedua tumit terpisah 1 : Kedua tumit hampir bersentuhan ketika berjalan Cara Berjalan Nilai Mobilitas Total (Keseimbangan dan Cara Berjalan /28 /12

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 38

Asuhan keperawatan A. Pengkajian 1. Identitas pasien Nama Usia Jenis kelamin

: Tn. M : 68 tahun : Laki-laki

2. Data objektif - Pasien mengatakan kepala terasa pusing, cepat lelah, penglihatan sedikit kabur, tengkuk terasa sakit, berjalan tidak seimbang seperti mau jatuh. 3. Data subjektif - Hasil pengukuran gaya berjalan dan keseimbangan dengan menggunakan format Tinetti 20/28 - Hasil pengukuran ADL dengan skala Lawton skor : 20 - Hasil pengkajian resiko jatuh : 10 - Pemeriksaan fisik: BB : 75 kg, TB : 165 cm , TD 170/100 mmHg, Nadi : 88x/mnt - Pasien tidak kuat berjalan jauh - Hasil Radiologi terdapat kardiomegali

B. Diagnosa keperawatan No. 1. Diagnosa keperawatan Gangguan perubahan perfusi Tujuan Dengan dilakukan tindakan Intervensi 1. Pertahankan tirah baring 2. Monitoring TTV setiap 4 jam 3. Tinggikan kepala tempat tidur, posisi semifowler 30o 4. pertahankan cairan dan obat-obatan

jaringan b.d tahanan pembuluh keperawatan selama 3x24jam darah Ditandai dengan : TD 170/100 mmHg Kepala terasa pusing Tengkuk terasa sakit diharapkan masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil : TD 120/80 mmHg Kepala pusing (-) Tengkuk terasa sakit (-) Dapat berjalan

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 39

Berjalan tidak seimbang seperti mau jatuh -

normal Cepat lelah (-)

sesuai program 5. Amati adanya hipotensi mendadak

2.

Cepat lelah Dengan dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24jam diharapkan masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil : Penglihatan tidak kabur 1. Pastikan derajata/tipe penglihatan 2. Dorong untuk mengekspresikan tentang kehilangan penglihatan 3. Lakukan tindakan membantu menangani keterbatasan penglihatan, seperti cahaya lampu yang terang 4. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi

Risiko perubahan sensori persepsi : penglihatan Ditandai dengan : Penglihatan sedikit kabur

3.

Resiko Intoleransi aktivitas b.d penurunan cardiak output Ditandai dengan : Penglihatan sedikit kabur Kepala terasa pusing

Dengan dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah teratasi dengan Kriteria hasil : Penglihatan sedikit kabur (-) Kepala terasa

1. Bantu klien mengidentifikasi faktor yang meningkatkan atau menurunkan intoleransi aktifitas 2. Observasi TTV setiap 4 jam sekali

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 40

Pasien tidak kuat berjalan jauh -

pusing (-) Pasien mampu

3. Monitor aktivitas klien dalam program latihan 4. Ajarkan teknik penghematan energi, misal menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir, menyikat gigi dan melakukan aktivitas dengan perlahan 5. Ajarkan keluarga untuk membantu klien melakukan aktivitas 6. Kolaborasi dengan klien/keluarga untuk menetapkan rencana ADL 7. Berikan dukungan melakukan aktivitas atau perawatan diri bertahap. Berikan bantuan sesuai kebutuhan 8. Beri motivasi klien untuk mencari bantuan dalam mempertahankan aktivitas

berjalan jauh

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 41

BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan Tn. M 68th mengalami hipertensi, karena terdapatnya tanda dan gejala Td 170/100, adanya kardiomegali, tengkuk terasa sakit. Dari penyakit

Hipertensi menyebabkan Tn. M 68th tidak dapat berjalan jauh, berjalan tidak seimabng seperti mau jatuh. Dengan demikian Tn. M harus segera di berikan pengobatan yang tepat agar tidak terjadi kemungkinan gangguan pada organ lain. 2. Saran Setelah diselesaikannya makalah mengenai Asuhan Keperawatan

Gangguan Sistem kardiovaskuler pada lansia. ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan.Untuk perbaikan dalam penulisan yang akan datang, kami memohon kritik dan saran kepada para pembaca

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 42

DAFTAR PUSTAKA

Gallo, Joseph. 1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika Nugroho, Wahjudi. 1995. Perawatan Lanjut Usia. Jakarta : Buku Kedokteran EGC Nugroho, Wahyudi. 1999. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC. Stanley, Mickey. Dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC. http://nurse87.wordpress.com/2009/06/17/empat-belas-masalah-kesehatan-utamapada-lansia/
http://nurlaelyn07.alumni.ipb.ac.id/2010/10/19/hipertensi-pada-lansia/ http://id.scribd.com/doc/45660/penatalaksanaan-hipertensi-non-farmakologis http://ldkstikesfalubuklinggau.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-pada-lansiadengan.html

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia

Page 43

You might also like