You are on page 1of 31

Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Penyakit Asma Bronchial

Posted on Oktober 22, 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar belakang

Asma bronkial adalah suatu kelainan inflamasi (peradangan) kronik saluran nafas yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagairangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak nafas, dan rasa berat di dada terutama pada malam hari danatau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan. Penyakit asma berasal dari kata asthma yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti sukar bernapas. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas.Banyak kasus-kasus penyakit asma di masyarakat yang tidak terdiagnosis, yangsudah terdiagnosis pun belum tentu mendapatkan pengobatan secara baik. Disamping itu banyak permasalahan kesehatan lainyang menyertai berupa gangguan organ tubuh lain, gangguan perilaku dan permas alahan kesehatan lainnya,Penyakit asma adalah penyakit yang mempunyai banyak faktor penyebab, dimanayang paling sering karena faktor atopi atau alergi. Faktorfaktor penyebab dan pemicu penyakit asma antara lain debu rumah dengan tungaunya, bulu binatang, asap rokok,asap obat nyamuk, dan lain-lain.Penyakit ini merupakan penyakit keturunan. Bila salah satu atau kedua orang tua,kakek atau nenek anak menderita penyakit asma maka bisa diturunkan ke anak. Prof Dr. dr Heru Sundaru, Sp.PD, KAI, Guru Besar Tetap FKUI menjelaskan, penyakitasma bukan penyakit menular tapi penyakit keturunan.4

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 300 juta orang didunia mengidap penyakit asma dan 225 ribu orang meninggal karena penyakit asma pada tahun 2005 lalu. Hasil penelitian International Study on Asthma and Alergies inChildhood pada tahun yang sama menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi gejala penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2% menjadi 5,4 %.Penyakit asma tidak dapat disembuhkan dan obat-obatan yang ada saat ini hanya berfungsi menghilangkan gejala. Namun, dengan mengontrol penyakit asma, pe nderita penyakit asma bisa bebas dari gejala penyakit asma yang mengganggusehingga dapat menjalani aktivitas hidup seharihari.Mengingat banyaknya faktor risiko yang berperan, maka prioritas pengobatan penyakit asma sejauh ini ditujukan untuk mengontrol gejala. Kontrol yang baik inidiharapkan dapat mencegah terjadinya eksaserbasi (kumatnya gejala penyakit asma),menormalkan fungsi paru, memperoleh aktivitas sosial yang baik dan meningkatkankualitas hidup pasien.Anda bisa mengenal penyakit asma lebih lanjut

dalam halaman detail ini meliputigejala asma, diagnosa asma, penyebab asma, faktor pencetus asma, pengobata n, pengcegahan dan hidup bersama asma. 1.2 Tujuan Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk menambah pemahaman klinis asma bronkial khususnya dari segi diagnosis, pengenalanetiologi, faktor risiko, patofisiologi, dan penatalaksanaan terkait kasus 1.Tujuan Umum Penulis dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan asma bronchial 2.Tujuan Khusus a.Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengna asma bronchial. b.Mampu menentukan masalah atau diagnosa keperawatan pada pasien dengan asma bronchial. c.Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan asma bronchial. d.Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan asma bronchial. e.Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan asma bronchia f.Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan secara baik dan benar. 1.3.Ruang Lingkup Makalah ini menguraikan tentang bagaimana melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan asma bronchial, pada kasus ini penulis menggunakan metoda pemecahan masalah yaitu dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, perumusan masalah, diagnosis pelaksanaan dan evaluasi. 1.4.Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu pengamatan langsung terhadap klien mengenai penyakit dan perkembangan, perawatan serta pengobatan klien dengan asma bronchial.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS 2.1

Definisi Asma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah suatu penyakit obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan bronchospasme, inflamasi dan peningkatan sekresi jalan napas terhadap berbagai stimulan. Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibeldimana trakheobronkhial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon tracheadan bronkhus terhadap berbagai rangsangandengan manifestasi adanya penyempitan jalannafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil daripengobatan. ( The American Thoracic Society ).

(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

Pembagian asma pada anak.

Asma episode yang jarang.

Biasanya terdapat pada anak umur 3 8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3 4 kali dalam 1 tahun. Lamanya serangan dapat beberapa hari, jarang merupakan serangan yang berat. Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung kurang dari 34 hari, sedang batuk-batuknya dapat berlangsung 10 14 hari. Manifestasi alergi lainya misalnya, eksim jarang terdapat pada golongan ini. Tumbuh kembang anak biasanya baik, diluar serang tidak ditemukan kelainan. Waktu remisi berminggu-minggu sampai berbulanbulan. Golongan ini merupakan 70 75 % dari populasi asma anak.

Asma episode yang sering.

Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada permulaan, serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5 6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan udara, adanya alergen, aktivitas fisik dan stress. Banyak yang tidak jelas pencetusya. Frekwensi serangan 3 4 kali dalam 1 tahun, tiap serangan beberapa hari sampai beberapa minggu. Frekwensi serangan paling tinggi pada umur 8 13 tahun. Pad golongan lanjut kadang-kadang sukar dibedakan dengan golongan asma kronik ataui persisten. Umumnya gejala paling jelek terjadi pada malam hari dengan batuk dan mengi yang akan mengganggu tidurnya. Pemeriksaan fisik di luar serangan tergantung frekwensi serangan. Jika waktu serangan lebih dari 1 2 minggu, biasanya tidak ditemukan kelainan fisik. Hay Fever dapat ditemukan pada golongan asma kronik atau persisten. Gangguan pertumbuhan jarang terjadi . Golongan ini merupakan 2-0 % dari populasi asma pada anak.

Asma kronik atau persisten.

Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan; 75 % sebelum umur 3 tahun. Pada lebih adari 50 % anak terdpat mengi yang lama pada dua tahun pertama, dan 50 % sisanya serangannya episodik. Pada umur 5 6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang persisten dan hampir selalu terdapat mengi setiap hari; malam hari terganggu oleh batuk dan mengi. Aktivitas fisik sering menyebabkan mengi. Dari waktui ke waktu terjadiserangan yang berat dan sering memerlukan perawatan di rumah sakit. Terdapat juga gologan yang jarang mengalami serangan berat, hanya sesak sedikit dan mengisepanjang waaktu. Biasanya setelah mendapatkan penangan anak dan orang tua baru menyadari mengenai asma pada anak dan masalahnya. Obstruksi jalan nafas mencapai puncakya pada umur 8 14 tahun, baru kemudian terjadi perubahan, biasanya perbaikan. Pada umur dewasa muda 50 % golongan ini tetap menderita asma persisten atau sering. Jarang yang betul-betul bebas mengi pada umur dewasa muda. Pada pemeriksaan fisik jarang yang normal; dapat terjadi perubahan bentuk thoraks seperti dada burung (Pigeon Chest), Barrel Chest dan terdapat sulkus Harison. Pada golongan ini dapat terjadi gangguan pertumbuhan yakni, bertubuh kecil. Kemampuan aktivitas fisik kurangsekali, sering tidak dapat melakukan olah raga dan kegiatan lainya. Juga sering tidak masuk sekolah hingga prestasi belajar terganggu. Sebagian kecil ada mengalami gangguan psiko sosial. (sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

2.2 Etiologi

Faktor ekstrinsik : reaksi antigen- antibodi; karena inhalasi alergen (debu, serbukserbuk, bulu-bulu binatang). Faktor intrinsik; infeksi : para influenza virus, pneumonia,Mycoplasma.. Kemudian dari fisik; cuaca dingin, perubahan temperatur. Iritan; kimia.Polusi udara (CO, asap rokok, parfum).

Emosional; takut, cemas, dan tegang. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus. Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnyaserangan asma bronchial: 1. Faktor Predisposisi - Genetik Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana carapenurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluargadekat yang juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar denganfaktor pencetus.Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.

2. Faktor Presipitasi - Alergen Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : 1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi 2. Ingestan, yang masuk melalui mulut ex: makanan dan obat-obatan 3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit ex: perhiasan, logam dan jam tangan - Perubahan cuaca Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu. - Stress Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress / gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati. -Lingkungan kerja Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti. - Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

Pencetus: -Alergen. tor allergi dianggap mempunyai peranan pad sebagian besar anak dengan asma. Disamping itu hiper reaktivitas saluran nafas juga merupakan faktor yang penting. Bila tingkat hiper reaktivitas bronchus tinggi, diperlukan jumlah allergen yang sedikit dansebaliknya jika hiper reaktivitas rendah diperlukan jumlah antigen yang lebih tinggi untuk menimbulkan serangan asma. Sensitisasi tergantung pada lama dan intnsitas hubungan dengan bahan alergen berhubungan dengan umur. Bayidan anak kecil sering berhubungan dengan sisi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih atau bulu binatang, spora jamur yang terdapat di rumah. Dengan bertambahnya umur makin banyak jenis allergen pencetusnya. Asma karena makanan sering terjadi pada bayi dan anak kecil. -Infeksi. Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus yang menyebabkan ialah respiratory syncytial virus (RSV) dan virus para influenza. Kadang-kadang karena bakteri misalnya; pertusis dan streptokokus, jamur, misalnya Aspergillus dan parasit seperti Askaris. -Iritan. Hair spray, minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam dari cat, SO2 dan polutan udara lainya dapat memacu serangan asma. Iritasi hidung dan batuksendiri dapat menimbulkan refleks bronkokonstriksi. -Cuaca. Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara berhubungan dengan percepatan dan terjadinya serangan asma -Kegiatan jasmani Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan asma. Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus. Pasien dengan faal paru di bawah optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani. -Infeksi saluran nafas. Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronis dapat memudahkan terjadinya sma pada anak. Rinitis alergika dapat memberatkan asma melalui mekanisme iritasi atau refleks. -Faktor psikis. Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat kompleks. Tidak adanya perhatian dan / atau tidak mau mengakui persolan yang berhubungan dengan asma oleh anak sendiri / keluarganya akan menggagalkan usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan atau hari depan anak juga dapat memperberat serangan asma.

Serangan asma dapat timbul disebabkan berbagai pencetus bersamaan misalnya pada anak dengan pencetus alergen sering disertai pencetus non allergen yang dapat mempercepat dan memperburuk serangan. Faktor pencetus adalah alergen dan infeksi; diduga infeksi virus memperkuat reaksi pencetus alergenik maupun non alergenik. Serangan dapat terjadi pada seorang anak setelah mendapat infrksi virus pada saluran nafas atas kemudian berlari-lari pada udara dingin. (sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

2.3 Manifestasi klinis Auskultasi : Wheezing, ronki kering musikal, ronki basah sedang.

Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori pernafasan, cuping hidung, retraksi dada,dan stridor.Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan lumen jalan nafas sempit. Tachypnea, orthopnea. Diaphoresis

Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan. Fatigue.

Tidak toleransi terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan bicara.Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran. Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) akibat ekshalasi yang sulit karena udem bronkus sehingga kalau diperkusi hipersonor.Serangan yang tiba-tiba atau berangsur.Bila serangan hebat : gelisah, berduduk, berkeringat, mungkin sianosis.X foto dada : atelektasis tersebar, Hyperserated 2.4 Tanda dan gejala Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam,gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasanbekerja dengan keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan. Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran,

hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari. 1.Stadium dini Faktor hipersekresi yang lebih menonjol a.Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek b.Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul c.Whezing belum ada d.Belum ada kelainan bentuk thorak e.Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E f.BGA belum patologis Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan a.Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum b.Whezing c.Ronchi basah bila terdapat hipersekresi d.Penurunan tekanan parsial O2 2.Stadium lanjut/kronik a.Batuk, ronchi b.Sesak nafas berat dan dada seolah olah tertekan c.Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan d.Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest) e.Thorak seperti barel chest f.Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus g.Sianosis h.BGA Pa O2 kurang dari 80% i.Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri j.Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik

(Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu: 1. Ekstrinsik (alergik) Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yangspesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik danaspirin), dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatupredisposisi genetik terhadap alergi. 2. Intrinsik (non alergik) Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap penctus yangtidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan olehadanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih beratdan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadibronkhitis kronis dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan. 3. Asma gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik. Menurut WOC

2.5 patofisiologi Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain. Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat antibodi tubuh muncul (immunoglobulin E atau IgE) dengan adanya alergi. IgE di muculkan pada reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan antigen menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan memberikan gejala asthma. Respon astma terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap immediate yang ditandai dengan bronkokontriksi (1-2 jam); tahap delayed dimana brokokontriksi dapat berulang dalam 4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama ; tahap late yang ditandai dengan peradangan dan hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan. Asma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan udara dingin.

Selama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi meradang dan peningkatan sekresi mukus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan distres pernafasan Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena edema pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi 02, sehingga terjadi penurunan P02 (hipoxia).Selama serangan astmatikus, CO2 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis respiratory dan hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan akan mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea), kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah (hypocapnea). (sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

Alergen, Infeksi, Exercise (Stimulus Imunologik dan Non Imunologik)

Merangsang sel B untuk membentuk IgE dengan bantuan sel T helper

IgE diikat oleh sel mastosit melalui reseptor FC yang ada di jalan napas

Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan mastosit

Akibat ikatan antigen-IgE, mastosit mengalami degranulasi dan melepaskan mediator radang (histamin)

Peningkatan permeabilitas kapiler (edema bronkus) Peningkatan produksi mukus (sumbatan sekret) Kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persarafan simpatis (N.X)

Hiperresponsif jalan napas

Asma

Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola nafas berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosa dan meningkatnya produksi sekret.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik Foto rontgen

Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil biasanya meningkat dalam darah dan sputum Pemeriksaan alergi Pulse oximetri Analisa gas darah.

Pemeriksaan laboratorium 1. Pemeriksaan sputum Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya: Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal

eosinopil. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug. 2. Pemeriksaan darah Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi

hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan. Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan radiologi Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut: Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan

bertambah. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen

akan semakin bertambah. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru

Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan

pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru. 2. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma. 3. Elektrokardiografi Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada

empisema paru yaitu : perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB

( Right bundle branch block). Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan

VES atau terjadinya depresi segmen ST negative. 4. Scanning paru Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru. 5. Spirometri Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi. (sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

2.8. pengobatan terapi Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah: 1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera 2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma

3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakitasma. Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengertitujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yangmerawat. - Pengobatan Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu: 1) Pengobatan non farmakologik a. Memberikan penyuluhan b. Menghindari faktor pencetus c. Pemberian cairand. Fisioterapie. Beri Obila perlu 2) Pengobatan farmakologik - Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan: a. Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma). b. Santin (teofilin)Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin(Amilex)Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. - KromalinKromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat pencegahserangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yanglain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan. - KetolifenMempunya efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikandosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral. (sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf) 2.8 Penatalaksanaan Serangan Asma Akut :

Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral. Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang setiap 20 menit sampai 3 kali.

Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini (per oral) : Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme : Efedrin Salbutamol : 0,5 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam

Terbutalin

: 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam

Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor, hipertensi dan insomnia, . Intervensi keperawatan jelaskan pada orang tua tentang efek samping obat dan monitor efek samping obat. Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi bronkospasme dan meningkatkan bersihan jalan nafas. Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam Teofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam

Pemberian melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per menit.Efek samping tachycardia, dysrhytmia, palpitasi, iritasi gastrointistinal,rangsangan sistem saraf pusat;gejala toxic;sering muntah,haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis, dan kejang. Intervensi keperawatan; atur aliran infus secara ketat, gunakan alat infus khusus misalnya infus pump. Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus. Prednison mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat). : 0,5 2

Sebagaimana penyakit lain, penatalaksanaan asma didasarkan pada pemahaman mengenai pathogenesis penyakit. Penatalaksanaan asma dibagi menjadi dua,yaitu:

penatalaksanaan asma saat serangan (reliever) dan penatalaksanaan asma di luar seran gan (controller).Berdasarkan panduan asma internasional (GINA: Global Intiative for Asthma),tujuan penatalaksanaan asma yang berhasil adalah bagaimana penyakit asma tersebut bisa dikontrol. Menurut GINA yang telah diakui oleh WHO dan National Healt, Lung and Blood Institute-USA (NHBCLI), ada beberapa kriteria yang dimaksudkan denganasma terkontrol. Idealnya tidak ada gejala-gejala kronis, jarang terjadi kekambuhan,tidak ada kunjungan ke gawat darurat, tidak ada keterbatasan aktivitas fisik, sepertilatihan fisik dan olahraga, fungsi paru normal atau mendekati normal, minimal efek samping dari penggunaan obat dan idealnya tidak ada kebutuhan akan obat-obat yangdigunakan kalau perlu.Dalam penatalaksanaan asma, yang penting adalah menghindari pencetus (trigger)dan memilih pengobatan yang tepat untuk mencegah munculnya gejala asma. Selain itu, menghilangkan gejala dengan cepat dan menghentikan serangan asma yangsedang terjadi. Penatalaksanaan Asma Saat Serangan

Penatalaksanaan asma saat serangan bertujuan untuk: mencegah kematian,dengan segera menghilangkan obstruksi saluran napas mengembalikan fungsi paru sesegera mungkin

mencegah hipoksemia dan mencegah terjadinya serangan berikutnya.Penatalaksanaan asma saat serangan dibagi lagi menjadi dua, yaitu penatalaksanaa n saat serangan di rumah dan penatalaksanaan asma saat serangan di rumah sakit. 1.Penatalaksanaan Saat Serangan di Rumah

Terapi awal

Berikan segera Inhalasi agonis beta2 kerja cepat 3 kali dalam 1 jam berarti setiap 20 menit, contohnya Salbutamol 5mg, Terbutalin 10 mg, Fenoterol2,5 mg. Jika tidak tersedia inhalasi agonis beta2 maka dapat diberikan agonis beta2 oral 3x1tablet 2 mg

Evaluasi responpasien Jika keadaan pasien membaik yaitu gejala batuk, sesak dan mengi berkurang atau tidak terjadi serangan ulang selama 4 jam maka pemberian beta2 agonis diteruskan setiap 3-4 jam selama 1-2 hari.Jika keadaan pasien tidak membaik atau malah memburuk maka berikan kortikosteroid

oral seperti 60-80 mg metilprednisolon kemudian pemberian beta2 agonisdiulangi dan segera rujuk pasien ke rumah sakit. 2.Penatalaksanaan Asma di Luar Serangan Penatalaksanaan asma diluar serangan, mengacu kepada berat ringannya gejala asma. Berdasarkan berat ringannya gejala asma, maka penatalaksanaan asma di luar serangan dapat dibagi menjadi; penatalaksanaan asmaintermiten , penatalaksanaan asma persisten ringan, sedang dan berat. 3.Penatalaksanaan Asma Intermiten Gambaran klinis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala intermiten(kurang dari satu kali seminggu), serangan singkat (beberapa jam sampaihari), gejala asma malam kurang dari dua kali sebulan, diantara serangan pasien bebas gejala dan fungsi paru normal, nilai APE dan VEP1 > 80% darinilai prediksi, variabilitas < 20%.Pada asma intermiten ini, tidak diperlukan pengobatan pencegahan jangka panjang. Tetapi obat yang dipakai untuk menghilangkan gejala yaitu agonis beta 2 inhalasi, obat lain tergantung intensitas serangan, bila berat dapatditambahkan kortikosteroid oral. 4.Penatalaksanaan Asma Persisten Ringan Gambaran klinis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala lebih dari 1xseminggu, tapi kurang dari 1x per hari, serangan mengganggu aktivitas dantidur, serangan malam lebih dari 2x per bulan dan nilai APE atau VEP1 >80% dari nilai prediksi, variabilitas 20-30%.Pengobatan jangka panjang terdiri dari: inhalasi kortikosteroid 200500mikrogram, kromoglikat, nedocromil atau teofilin lepas lambat. Dan jikadiperlukan, dosis kortikosteroid inhalasi dapat ditingkatkan sampai 800mikrogram atau digabung dengan bronkodilator kerja lama (khususnya untuk gejala malam), dapat juga diberikan agonis beta 2 kerja lama inhalasi atau oralatau teofilin lepas lambat. Sedangkan untuk menghilangkan gejala digunakan:agonis beta 2 inhalasi bila perlu tapi tidak melebihi 3-4 kali per hari dan obat pencegah setiap hari.6.

Penatalaksanaan Asma Persisten Sedang

Gambaran klinis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala setiap hari,serangan mengganggu aktivitas dan tidur, serangan malam lebih dari 1x per minggu dan nilai APE atau VEP1 antara 60-80% nilai prediksi, variabilitas > Pengobatan jangka panjang terdiri dari: inhalasi kortikosteroid 800-2000mikrogram, bronkodilator kerja lama, khususnya untuk gejala malam: inhalasiatau oral agonis beta 2 atau teofilin lepas lambat. Sedangkan obat yangdigunakan untuk menghilangkan gejala, terdiri dari: agonis beta 2 inhalasi bila perlu tapi tidak melebihi 3-4 kali per hari dan obat pencegah setiap hari.

Penatalaksanaan Asma Persisten Berat

Gambaran linis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala terus-menerus,sering mendapat serangan, sering serangan malam, aktivitas fisik terbatas dannilai APE atau VEP1 kurang dari 60% nilai prediksi, variabilitas > 30%. Pengobatan jangka panjang terdiri dari: inhalasi kortikosteroid 8002000migrogram; bronkodilator kerja lama (inhalasi agonis beta 2 kerja lama,teofilin lepas lambat, dan atau agonis beta 2 kerja lama tablet atau sirup; kortikosteroid kerja lama tablet atau sirup. Sedangkan, obat yang digunakan untuk menghilangkan gejala, agonis beta 2 inhalasi bila perlu dan obat pencegah setiap hari. Prinsip umum dalam pengobatan pada asma : a)Menghilangkan obstruksi jalan nafas b) Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan seranganasma. c) Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan maupun penjelasan penyakit. Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas : 1.Pengobatan dengan obat-obatanSeperti : Beta agonist (beta adrenergik agent) Methylxanlines (enphy bronkodilator) Anti kolinergik (bronkodilator) Kortikosteroid Mast cell inhibitor (lewat inhalasi) 2.Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya : Oksigen 4-6 liter/menit.

Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atauterbutalin 10 mg) inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat diulang setiap 30 menit-1 jam. Pemberian agonis B2 mg atauterbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5% diberikan perlahan. Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakanobat ini dalam 12 jam. Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak adarespon segera atau klien sedang menggunakan steroid oral ataudalam serangan sangat berat. 3.Pemeriksaan Penunjang :Beberapa pemeriksaan penunjang seperti : Spirometri :Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas. Tes provokasi : 1)Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus. 2)Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewattes spirometri. 3)Tes provokasi bronkial seperti :Tes provokasihistamin, metakolin, alergen, kegiatan jasmani,hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasidengan aqua destilata. 4)Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi IgE yang spesifik dalam tubuh. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalamserum. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah. Pemeriksaan sputum.

2.9 Pencegahan / perawatan dirumah Perencanaan Pemulangan


Jelaskan proses penyakit dengan menggunakan gambar-gambar atau phantom. Fokuskan pada perawatan mandiri di rumah. Hindari faktor pemicu; kebersihan lantai rumah, debu-debu, karpet, bulu binatang dan lainnya. Jelaskan tanda-tanda bahaya akan muncul. Ajarkan penggunaan nebulizer. Keluarga perlu memahami tentang pengobatan; nama obat, dosis, efek samping, waktu pemberian. Ajarkan strategi kontrol kecemasan, takut dan stress. Jelaskan pentingnya istirahat dan latihan, termasuk latihan nafas.

Jelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat.

(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

2.10 Komplikasi

Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas Chronik persistent bronchitis Bronchiolitis Pneumonia Emphysema.

berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah: 1.Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadiberat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikandapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yangintensif. 2. Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibatpenyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasanyang sangat dangkal. 3. Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen 4. Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkankolapsnya paru. 5. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi)saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan danmengalami kerusakan yang luas. (sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

BAB III ASKEP TEORITIS 3.1. Pengkajian

Identitas

Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun.Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma episodik yang sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki.

Keluhan utama

Batuk-batuk dan sesak napas.

Riwayat penyakit sekarang

Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.

Riwayat penyakit terdahulu

Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.


Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya Kaji riwayat reksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/faktor lingkungan Riwayat kesehatan lingkungan

Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan: minyak wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma

Riwayat tumbuh kembang o Tahap pertumbuhan

Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada ratarata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.

Tahap perkembangan.

Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah

dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang ketrampilan motorik dan bahasanya. Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( lakilaki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ). Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan magical thinking. Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga. Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau guru dan belajar yang benar salah untuk menghindari hukuman. Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,pendek-tinggi,baik-nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya. Perkembangan sosial yaitu berada pada fase Individuation Separation . Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes. Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima atau memberikan perintah sederhana. Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar. Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.

Riwayat imunisasi

Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.

Riwayat nutrisi

Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n. Status Gizi

Klasifikasinya sebagai berikut : Gizi buruk kurang dari 60% Gizi kurang 60 % <80 % Gizi baik 80 % 110 % Obesitas lebih dari 120 %

Dampak Hospitalisasi Sumber stressor : Perpisahan Protes : pergi, menendang, menangis Putus asa : tidak aktif, menarik diri, depresi, regresi Menerima : tertarik dengan lingkungan, interaksi

Kehilangan kontrol : ketergantungan fisik, perubahan rutinitas, ketergantungan, ini akan menyebabkan anak malu, bersalah dan takut. Perlukaan tubuh : konkrit tentang penyebab sakit. Lingkungan baru, memulai sosialisasi lingkungan.

Aktivitas

- Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas - Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bentuan melakukanaktivitas seharihari - Tidur dalam posisi duduk tinggi

Pernapasan

- Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan - Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di tempat tidur - Menggunakan alat bantu pernapasan, misal meninggikan bahu, melebarkan hidung. - Adanya bunyi napas mengi - Adanya batuk berulang

Sirkulasi

- Adanya peningkatan tekanan darah- Adanya peningkatan frekuensi jantung - Warna kulit atau membran mukosa normal/abu-abu/sianosis

Integritas ego

- Ansietas - Ketakutan - Peka rangsangan - Gelisah

Asupan nutrisi

- Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan - Penurunan berat badan karena anoreksia

Hubungan sosial

- Keterbatasan mobilitas fisik - Susah bicara atau bicara terbata -bata - Adanya ketergantungan pada orang lain Pengkajian Persistem Sistem Pernapasan / Respirasi Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan otot aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan penurunan O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering musikal. Sistem Cardiovaskuler Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan. Sistem Persyarafan / neurologi Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran : gelisah, rewel, cengeng apatis sopor coma. Sistem perkemihan

Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat sesak nafas. Sistem Pencernaan / Gastrointestinal Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan minum, mukosa mulut kering. Sistem integumen Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.

Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan radiologi Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu seranganmenunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yangbertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagaiberikut:- Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercakbercak di hilus akan bertambah- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akansemakin bertambah.- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan pneumoperikardium,maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru. b. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapatmenimbulkan reaksi yang positif pada asma. c. Elektrokardiografi Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3bagian dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu: - Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation - Terdapat tanda -tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (RightBundle branch Block) - Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia, SVES, dan VESatau terjadinya depresi segmen ST negatif d. Scanning Paru Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruhpada paruparu.

e. Spirometri Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel. Pemeriksaanspirometri tdak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga pentinguntuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. (sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

3.2 Diagnosa keperawatan Diagnosa Keperawatan, Tujuan, Kriteria Hasil, Rencana Intervensi 1.Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola nafas berhubungan dengan bronkospasme, udem mukosal dan meningkatnya sekret. Tujuan : Anak menunjukkan pertukaran gas yang normal, bersihan jalan nafas yang efektif dan pola nafas dalam batas normal. Kriteria hasil : PO2dan CO2 dalam batas nilai normal, tidak sesak nafas, batuk produktif, cianosis tdak ada, tidak ada tachypnea,ronki dan wheesing tidak ada 2. Fatique berhubungan dengan hipoksia dan meningkatnya usaha nafas. Tujuan : Anak tidak tampak fatigue. Kriteria : Tidak iritabel, dapat beradaptasi dan aktivitas sesuai dengan kondisi. 3. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distres pernafasan. Tujuan : Kecemasan menurun Kriteria : Anak tenang dan dapat mengekspresikan perasaannya, orang tua merasa tenang dan berpartisipasi dalam perawatan anak.

4. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya pernafasan dan menurunnya intake cairan. Tujuan : Status hidrasi adekuat Kriteria : Turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, intake cairan sesuai dengan usia dan BB, output urine > 2 ml/ kg per jam. 5.Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik. Tujuan : Orang tua mendemonstrasikan koping yang tepat

Kriteria : Mengekspresikan perasaan dan perhatian serta memberikan aktivitas yang sesuai usia atau kondisi dan perkembangan psikososial pada anak. 6. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan pengobatan. Tujuan : Orang tua secara verbal memahami proses penyakit dan pengobatan dan mengikuti regimen terapi yang diberikan. Kriteria : Berpartispasi dalam memberikan perawatan pada anak sesuai dengan program medik atau perawatan. 3.3 Intervensi 1. Intervensi : 1. Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada

Rasional : takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tak simetris terjadi karena peningkatan tekanan dalam paru dan penyempitan bronkus semakin sempit dan tinggi tekanan semakin meningkat frekuensi pernapasan. 2. Auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas misalnya, mengi, krekels dan ronchi

Rasional : pernapasan bising menunjukan terhentinya secret atau obstruksi jalan napas 3. Observasi TTV

Rasional : perubahan pada TTV dapat memberikan petunjuk adanya perubahan pada kondisi pasien. 4. Bantu pasien latihan napas dan batuk secara efektif

Rasional : napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan napas lebih kecil. Batuk secara efektif mempermudah pengeluaran dahak. 5. Section sesuai indikasi bila perlu sesuai instruksi dokter

Rasional : mengeluarkan sputum secara mekanik dan mencegah obstruksi jalan napas 6. Pertahankan polusi lingkungan minimum misalnya, debu, asap yang berhubungan dengan kondisi pasien.

Rasional : pencetus tipe reaksi, alergi pernapasan yang dapat mentriger epiodik akut. 7. Berikan posisi yang nyaman pada pasien misalnya,peninggian kepala tempat tidur(posisi semi fowler) Rasional: mempermudah fungsi pernapasan 8. Berikan cairan sedikitnya 1000 ml/hari. Tawarkan air hangat

Rasional : meningkatkan hidrasi sputum. Air hangat mengurangi tingkat kekentalan dahak sehingga mudah dikeluarkan. 9. Kolaborasi dengan dokter dalam hal pemberian obat seperti bronkodilator dan mukolitik melalui inhalasi R/asional: memudahkan pengenceran dan pembuangan secret dengan cepat 10. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan pada anak untuk menurunkan kecemasan. 11. Berikan terapi bermai sesuai usia. 2. intervensi 1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan atau kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas R/ Menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi 2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung sealama fase akut sesuai indikasi, dorong penggunaan manajemen stress dan pengalih yang tepat R/ Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat 3. Jelaskan pada orang tua pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya kesimbangan aktivitas dan istirahat R/ Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik,menghemat energi untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas ditentukan dengan respon individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernapasan 4. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan R/ Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen 5. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien

R/ menunjukan kerja sama dan pasien merasa lebih diperhatikan 3. intervensi a. Identifikasi factor yang menimbulkan mual atau muntah (sputum banyak), pengobatan aerosol, dispnea berat dan nyeri R/ sputum akan merangsang nervus vagus sehingga berakibat mual, dispnea dapat merangsang pusat pengaturan makanan di medulla oblongata b. Auskultasi bunyi usus. Obervasi atau palpasi distensi abdomen.

R/ bunyi usus mungkin menurun/ tak ada bila proses infeksi berat atau memanjang. Distensi abdomen terjadi akibat menelan udara atau menunjukan pengaruh toksin pada saluran gastrointestinal. c. Evaluasi status nutrisi umum. Timbang berat badan dasar.

R/ adanya kondisi kronis atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi dan atau lambatnya respons terhadap terapi. d. Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.

R/ menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini e. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan porsi kecil dan sering dan atau makanan yang disukai pasien R/ tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali f. Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai diet yang diberikan

R/ menghindari adanya makanan pantangan pada pasien ( sumber : http://jhu-lee.blogspot.com/2011/02/normal-0-false-false-false-in-zh-tw-x.html) 4. intervensi

3.4 Implementasi Keperawatan Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuaidengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatandapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatanperlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI,1989;162 ). 3.5 Evaluasi Keperawatan Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulandata subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuanpelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkahevaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisamasalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162). BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Asma adalah suatu keadaan di manasaluran nafasmengalami penyempitan karena

Hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat sementara.Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnyaserangan asma .Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnoe, dan wheezing. Padasebagian penderita disertai dengan rasanyeri dada, pada penderita yang sedang bebasserangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan sertatampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.Asma dibagi atas dua kategori, yaitu ekstrinsik atau alergi yang disebabkan olehalergi seperti debu, binatang, makanan, asap (rokok) dan obat-obatan. Klien denganasma alergi biasanya mempunyai riwayat keluarga dengan alergi dan riwayat alergirhinitis, sedangkan non alergi tidak berhubungan secara spesifik dengan alergen.Sebagaimana penyakit lain, penatalaksanaan asma didasarkan pada pemahamanmengenai pathogenesis penyakit. Penatalaksanaan asma dibagi menjadi dua, yaitu: penatalaksanaan asma saat serangan (reliever) dan penatalaksanaan asma di luar serang an (controller).Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah pneumotoraks,atelektasis, gagal nafas, bronkhitis dan fraktur iga 1.Dalam melakanakan asuhan keperawatan penulismenggunakan pendekatan proses keperawatan yaitu mulai dari pengkajiansampai evaluasi. Datadata tersebut digunakan untuk menyusun diagnosakeperawatan. 2.Dalam menentukan diagnosa keperawatan penulis berfokus pada data-data sebagai hasil pengkajian berdasarkan masalah aktual, masalahrisiko tinggi yang penulisannya berdasarkan prioritas kebutuhan dasar manusia menurut Maslow. 3.Dengan melaksanakan asuhan keperawatan secarakomprehensif maka seluruh permasalahan yagn dihadapi klien dapat teratasi. 4.Ternyata pada klien asma penyembuhannya sangat berpengaruh pada sikap perawat yang empati danmenerapkan komunikasitheraphy, di samping pemberian obat-obatan.

5.Dengan adanya seminar ini, para perawat dapat mengambilmanfaat yaitu menambah penget ahuan tentang proses asuhan keperawatanklien asma.

4.2 Saran

Marilah kita sama-sama mempelajari makalah ini dengan sebaik mungkin danmengambil manfaat dan ilmu yang terkandung di dalam makalah ini guna pengembangan yang ada pada diri kita masing-masing DAFTAR PUSTAKA

Panitia Media Farmasi dan Terapi. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya Soetjiningsih. (1998). Tumbuh kembang anak . Cetakan kedua. EGC. Jakarta Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Percetakan Infomedika Jakarta. Suriadi dan Yuliana R.(2001) Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1 Penerbit CV Sagung Seto Jakarta.

You might also like