You are on page 1of 24

Dekubitus

Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)

DEKUBITUS

I.

PENDAHULUAN

Dekubitus dapat terjadi pada setiap usia, tetapi hal ini merupakan masalah yang khusus dan banyak terjadi pada orang lanjut usia. Insiden kejadiannya berkaitan erat dengan imobilitas. Istilah dekubitus diambil dari bahasa latin decumbere yang artinya berbaring. Dekubitus juga disebut pressure sores atau bed sores, adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada satu area yang berlangsung terus menerus atau berulang-ulang sehingga mengakibatkan peredaran darah setempat terhenti sehingga terjadi nekrosis. Keparahan suatu dekubitus didasarkan pada kedalaman ulkus. Walaupun semua bagian tubuh dapat mengalami dekubitus, bagian bawah dari tubuh beresiko tinggi dan membutuhkan perhatian khusus. Bagian tubuh yang sering mengalami dekubitus adalah tempat di mana terdapat penonjolan misalnya daerah sacrum, trokhanter mayor, spina ischiadica anterior superior, tumit, siku dan kepala bagian belakang. Imobilitas yang berlangsung lama dapat menyebabkan dekubitus. Terjadinya dekubitus disebabkan oleh gangguan aliran darah setempat, dan keadaan umum dari penderita. Dekubitus merupakan suatu hal yang serius dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada penderita lanjut usia. Di negara-negara maju presentase terjadinya dekubitus mencapai 11% dan terjadi dalam 2 minggu perawatan. Dekubitus sangat penting dan merupakan masalah yang serius. Namun dengan perawatan yang tepat, hampir sebagian besar dekubitus dapat disembuhkan.

Kepaniteraan Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 28 Januari 2 Maret 2013

Dekubitus

Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)

II.

ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI Ada 4 faktor yang telah diterapkan dalam patogenesis dekubitus, yaitu: 1. Tekanan 2. Peregangan dan lipatan kulit 3. Gesekan kulit 4. Beberapa faktor predisposisi. Faktor-faktor ini mengakibatkan terhambatnya aliran darah ke kulit. Selain

itu, gesekan pada kulit menghilangkan stratum korneum epidermis yang berfungsi sebagai pelindung kulit. 1. Tekanan Tekanan darah kapiler berkisar antara 16 mmHg - 33 mmHg. Kulit akan tetap utuh karena sirkulasi darah terjaga bila tekanannya masih berkisar pada batas-batas tersebut. Tetapi, sebagai contoh, bila seseorang menderita imobil / terpancang pada tempat tidurnya secara pasif dan berbaring diatas kasur busa biasa maka tekanan daerah sakrum akan mencapai 60-70 mmHg, dan daerah tumit mencapai 30 - 45 mmHg. Tekanan ini akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut akan terjadi nekrosis jaringan kulit. 2. Peregangan dan lipatan kulit Bila penderita imobil, tidak dibaringkan terlentang mendatar, tetapi pada posisi setengah duduk, akan terjadi peregangan dan lipatan kulit. Ada kecenderungan tubuh akan meluncur ke bawah, apalagi bila keadaannya basah. Seringkali hal ini dicegah dengan memberikan penghalang, misalnya bantal-bantal kecil atau balok kayu pada kedua telapak kaki. Upaya ini hanya mencegah pergerakkan kulit, yang sekarang terfiksasi pada alas, tetapi rangka tulang tetap cenderung maju ke depan. Akibatnya terjadi garis-garis penekanan atau peregangan pada jaringan subkutan yang seakan-akan tergunting pada tempat-tempat tertentu, dan terjadi penutupan arteriole dan arteri-arteri kecil akibat

Kepaniteraan Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 28 Januari 2 Maret 2013

Dekubitus

Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)

terlalu teregang bahkan sampai robek. Tenaga menggunting ini disebut Shearing forces. Akibat tambahan dari shearing forces ini, pergerakkan tubuh diatas alas tempat berbaring, dengan fiksasi kulit pada permukaan alas akan menyebabkan terjadinya lipatan-lipatan kulit (skin folding). Terutama terjadi pada penderita yang kurus dengan kulit yang kendur. Lipatan-lipatan kulit yang terjadi ini dapat menarik / mengacaukan dan menutup pembuluh-pembuluh darah 3. Gesekan Gesekan terjadi saat penderita bergerak maju atau ditarik dari tempat tidurnya sehingga terjadi gesekan antara kulit dan alas tempat tidur, gesekan ini menghilangkan stratum korneum epidermis sehingga jaringan di bawahnya menjadi terekspose. 4. Faktor predisposisi a. Faktor tubuh sendiri ( faktor intrinsik ) antara lain : Status gizi, underweight atau overweight memperburuk penyembuhan Sebaliknya bila ada dekubitus akan menyebabkan kadar albumin darah menurun. Penyakit-penyakit neurologik, penyakit-penyakit yang merusak pembuluh darah dan memperburuk dekubitus. Kulit yang lembab seperti pada penderita dengan inkontinensia, keadaan hidrasi/cairan tubuh yang kurang. b. Faktor ekstrinsik Kebersihan tempat tidur Alat-alat tenun yang kusut dan kotor tertentu Adanya hipoalbuminemia mempermudah terjadinya dekubitus dan

Peralatan medik, sehingga penderita terfiksasi pada suatu sikap

Kepaniteraan Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 28 Januari 2 Maret 2013

Dekubitus

Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)

Dekubitus dapat terjadi pada setiap umur, tetapi usia lanjut berpotensi lebih besar. Hal ini disebabkan adanya hubungan antara perubahan pada kulit dengan bertambahnya usia,yaitu : a. b. c. Berkurangnya jaringan lemak subkutan Berkurangnya jaringan kolagen dan elastin Menurunnya efisiensi kolateral kapiler pada kulit sehingga

kulit menjadi lebih tipis dan rapuh III. PEMBAGIAN DAN LOKASI TERSERING DEKUBITUS

Mengingat patofisiologi terjadinya ulkus dekubitus, maka perlu diingat bahwa kerusakan jaringan dibawah tempat yang mengalami dekubitus adalah lebih luas dari ulkusnya sendiri. Dan sebelumnya perlu dipahami terlebih dahulu tentang lapisan-lapisan kulit.

Kepaniteraan Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 28 Januari 2 Maret 2013

Dekubitus

Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)

Pembagian tipe ulkus dekubitus berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk penyembuhannya dan perbedaan suhu dari ulkus dengan kulit sekitarnya dibagi menjadi 3 yaitu : a. Tipe normal Tipe ini memiliki beda temperature sampai dibawah 2,5C dibandingkan kulit sekitarnya dan akan sembuh dalam perawatan sekitar 6 minggu. Ulkus ini terjadi karena iskemia jaringan akibat tekanan, tetapi aliran darah dan pembuluh-pembuluh darah baik. b. Tipe arteriosklerotik Tipe ini memiliki beda temperature kurang dari 1C antara daerah ulkus dengan kulit sekitarnya. Keadaan ini menunjukkan gangguan aliran darah akibat penyakit pada pembuluh darah (arteriosklerotik) ikut berperan untuk terjadinya dekubitus, disamping faktor tekanan. Dengan perawatan, ulkus ini diharapkan sembuh dalam 16 minggu. c. Tipe terminal Tipe ini terjadi pada penderita yang akan meninggal dan tidak dapat sembuh. Berdasarkan karakteristik pembagian klinis, dekubitus terbagi atas: a. Derajat 1. Akan terlihat kulit yang kemerahan atau kulit yang berubah warna menjadi lebih gelap. Kulit belum rusak tetapi meradang dan mungkin sakit, serta panas saat disentuh. Didapati pula tekstur kulit yang mengeras seperti bunga karang yang menetap. Perbedaan warna dari kulit, panas dan edema, indurasi atau lecet dan mengeras menjadi tanda-tanda awal dari dekubitus.

Kepaniteraan Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 28 Januari 2 Maret 2013

Dekubitus

Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)

b.

Derajat 2. Terlihat tanda-tanda dimana kulit mulai terpecah

dan sebagian kulit yang tipis menghilang mulai dari epidermis, dermis atau keduanya. Ulkus masih superfisial memperlihatkan gambaran yang abrasi, melepuh dan lubang yang dangkal dengan tepi ulkus jelas. Jaringan sekitar mungkin berbatas merah, membengkak serta terasa perih.

c.

Derajat 3. Lapisan kulit hilang seluruhnya oleh karena

kerusakan yang meluas atau nekrosis dari jaringan subkutan, serta melebar ke bawah tetapi tidak mencapai batas fascia (pembungkus otot). Gambaran klinis dari ulkus berupa lubang atau kawah yang dalam dan menggaung dengan atau tanpa merusak jaringan yang berdekatan. 6

Kepaniteraan Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 28 Januari 2 Maret 2013

Dekubitus

Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)

d.

Derajat 4. Kulit seluruhnya mengalami kerusakan yang lebih

lanjut, ada jaringan yang nekrosis, kerusakan dari otot, tulang atau jaringan pendukung seperti tendon dan joint kapsul. Derajat 4 ini dapat mengakibatkan infeksi pada tulang atau sendi.

Lokasi tersering pada pasien yang berbaring adalah di samping atau belakang kepala, siku, punggung, panggul, lutut, atau di mana pun bagian yang bersentuhan dengan tempat tidur dengan jangka waktu lama. Hal ini terlihat pada gambar berikut:

Kepaniteraan Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 28 Januari 2 Maret 2013

Dekubitus

Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)

Pada pasien yang menggunakan kursi roda dan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk duduk juga dapat terkena dekubitus, lokasi-lokasi yang sering terkena dekubitus terlihat pada gambar di bawah ini:

IV.

FAKTOR RESIKO

Pasien-pasien tua yang tidak mampu bergerak (seperti: stroke, demensia lanjut, patah tulang panggul), inkontinensia, malnutrisi, diabetes mellitus, pemakaian urin kateter, fraktur merupakan pasien-pasien yang berisiko tinggi untuk terkena ulkus dekubitus. Banyak faktor resiko bagi berkembangnya ulkus dekubitus, namun semua penyakit yang menyebabkan ketidakmampuan untuk

Kepaniteraan Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 28 Januari 2 Maret 2013

Dekubitus

Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)

bergerak meningkatkan faktor resiko tersebut. Penelitian pada orang-orang tua yang dipasang alat penghitung otomatis pada tempat tidurnya ditemukan bahwa pada pasien dengan > 51 gerakan spontan pada malam hari tidak menyebabkan dekubitus, namun pada 90 % pasien dengan < 20 gerakan spontan pada malam hari mengalami dekubitus. Peningkatan umur meningkatkan angka terjadinya dekubitus. Umur berhubungan dengan berubahnya fisiologi di kulit pasien. Jadi faktor risiko dekubitus pada lansia adalah : D E K U B I T U S : Delirium, dementia, dependence. : Elderly. : Kontraktur. : Urinary incontinence. : Bowel incontinence. : Immobility. : Tension oxygen low. : Under nourishment. : Spastic.

Skala Norton sering dipakai untuk mengidentifikasi pasien-pasien dengan risiko tinggi, dimana pada skala ini menggunakan 5 variabel yaitu: kondisi fisik, status mental, derajat aktivitas, mobilitas, inkontinensia.

Tabel. IV. 1. Skala Norton Untuk Mendeteksi Pasien Berisiko Terkena Ulkus
Dekubitus.

Nama Pasien Kondisi fisik umum: - Baik - Lumayan - Buruk - Sangat buruk

Skor 4 3 2 1

Tanggal

Dengan penilaian Skor < 12 Skor > 14 = resiko tinggi = resiko rendah Skor 12 13 = resiko sedang

Kepaniteraan Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 28 Januari 2 Maret 2013

Dekubitus

Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)

Kesadaran: - Compos mentis - Apatis - Sopor/confuse - Stupor/koma Aktifitas: - Ambulan - Ambulan dengan bantuan - Hanya bisa duduk - Tidur Mobilitas: - Bergerak bebas - Sedikit terbatas - Sangat terbatas - Tak bisa bergerak Inkotinensia: - Tidak ada - Kadang-kadang - Sering inkotinensia urn - Inkotinensia urin dan alvi Skor total V. KOMPLIKASI Sepsis merupakan komplikasi yang paling sering dari dekubitus. Infeksi lokal, selulitis, dan osteomielitis. Pyarthrosis atau ulkus yang berpenetrasi ke rongga sendi. Hal ini terjadi pada dekubitus yang terinfeksi sangat dalam. Amyloidosis terjadi pada dekubitus kronik. Hal ini juga menjadi sumber penularan nokosomial di rumah sakit karena resistensi dari antibiotic. 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1

Komplikasi yang terjadi akibat dekubitus adalah :

Kepaniteraan Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 28 Januari 2 Maret 2013

10

Dekubitus

Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)

Tanda-tanda mulainya terjadi infeksi dari ulkus adalah : Terdapat nanah / pus yang berwarna kuning atau hijau. Tercium bau tidak enak dari luka. Di sekitar luka memerah, membengkak dan empuk saat

dipegang (fluktuasi). Tanda-tanda infeksi tersebut sudah meluas adalah : Suhu meningkat, tidak bisa konsentrasi, detak jantung cepat dan lemah. VI. PENATALAKSANAAN

Tindakan pencegahan adalah langkah pertama dalam menghindari timbulnya dekubitus. Selain mengurangi biaya perawatan, pencegahan terjadinya ulkus dekubitus juga merupakan langkah yang dapat mempertahankan kualitas hidup pasien. Pencegahan untuk mencegah terjadinya luka dekubitus terdiri dari 3 kategori, yaitu : 1. Perawatan kulit dan penanganan dini a. b. Diawali dengan mengenal penderita yang beresiko tinggi Meramalkan akan terjadinya dekubitus dengan memakai skor untuk terjadinya dekubitus. Norton. Skor di bawah 14 menunjukkan adanya resiko tinggi terjadinya dekubitus. c. Menjaga kebersihan kulit penderita dengan memandikan setiap hari. Sesudah dikeringkan dengan baik, digosok dengan lotion, terutama di bagian kulit yang terdapat tonjolan-tonjolan tulang. Bisa juga dibubuhkan bedak tabur secara teratur. Sambil digosok di lakukan masase untuk melancarkan sirkulasi darah ke kulit. d. Meningkatkan status kesehatan penderita

Kepaniteraan Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 28 Januari 2 Maret 2013

11

Dekubitus

Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)

Umum : memperbaiki dan menjaga keadaan umum

penderita, misalnya hipoalbuminemia dikoreksi, nutrisi dan hidrasi yang cukup, vitamin C dan mineral Zn ditambahkan. dsb. e. ke kanan. 2. Penggunaan berbagai matras atau kasur Saat ini telah dikembangkan berbagai macam kasur anti dekubitus yang berisi sabut kelapa / keset, karena serabut-serabut halus pada keset sabut kelapa tersebut dapat lebih melancarkan peredaran darah, sehingga oksigenasi ke jaringan-jaringan tubuh yang iskemik juga dapat diperbaiki. Selain kasur dari bahan sabut kelapa juga telah banyak dibuat bantal anti dekubitus yang juga terbuat dari bahan sabut kelapa/keset tersebut. Kasur khusus untuk lebih membagi rata tekanan yang terjadi pada tubuh penderita. Karena pada kasur tidur busa biasa, berat tubuh pasien hanya didistribusikan pada beberapa tempat tertentu, sehingga resiko terjadi dekubitus menjadi besar. Mengurangi / meratakan faktor tekanan yang mengganggu Alih posisi / tidur selang-seling paling lama tiap 2 jam aliran darah sekali yaitu : 2 jam miring ke kiri, 2 jam terlentang, 2 jam miring Khusus : mengobati penyakit-penyakit yang ada pada penderita, misalnya DM yang belum terkontrol dengan baik, paru,

Kepaniteraan Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 28 Januari 2 Maret 2013

12

Dekubitus

Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)

Gambar VI.1. Penderita berbaring terlentang di atas kasur busa biasa. Berat tubuh penderita akan didistribusikan pada beberapa tempat tertentu. Resiko terjadinya dekubitus besar sekali.

Gambar VI.2. Penderita berbaring terlentang di atas kasur biasa, tetapi dibantu dengan beberapa bantal kecil penyangga tubuh. Berat tubuh berhasil dibagi lebih merata, sehingga resiko terjadinya dekubitus diperkecil.

Gambar VI.3.Penderita berbaring di atas kasur khusus (kasur anti dekubitus) dengan memakai sistem gelombang udara yang naik turun bergantian.

Kepaniteraan Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 28 Januari 2 Maret 2013

13

Dekubitus

Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)

Berat tubuh lebih berhasil dibagi merata, resiko dekubitus lebih diperkecil.

Gambar VI.4.Penderita berbaring di atas kasur air, dengan temperatur air dapat diatur sesuai yang diinginkan. Beban berat tubuh benar-benar merata pada seluruh bagian tubuh yang kontak dengan alas, sehingga faktor tekanan sangat diperkecil dan resiko terjadinya dekubitus akibat faktor ini menjadi minimal. Regangan pada kulit dan lipatan kulit yang menyebabkan sirkulasi Menjaga posisi pasien, apakah dengan ditidurkan rata di tempat Memberi bantalan dari balok penyangga pada kedua kaki, bantalini semua dapat mendukung usaha pencegahan dan

darah setempat terganggu, dapat dikurangi antara lain dengan cara: tidurnya, atau didudukkan di kursi. bantal kecil untuk menahan tubuh penderita, kue donat ( dekubitus ring ) untuk tumit, pengobatan dekubitus. 3. Edukasi pasien Tim medis yang terlibat didalam edukasi pasien agar menyadari bahwa tindakannya dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pasien untuk mencegah terjadinya luka dekubitus, akan sangat mempengaruhi pasien untuk melakukan tindakan-tindakan pencegahan terjadinya dekubitus. 14

Kepaniteraan Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 28 Januari 2 Maret 2013

Dekubitus

Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)

Pengobatan bila sudah terjadi dekubitus Bila sudah terjadi dekubitus, maka harus ditentukan terlebih dulu derajat dari dekubitus tersebut. Karena tindakan medisnya akan disesuaikan dengan derajat tersebut. a. Dekubitus derajat I Bila reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis, maka kulit yang kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, lalu diberi lotion, kemudian dimasase 2-3 kali sehari. b. Dekubitus derajat II Perawatan ulkus / luka yang sudah terjadi harus memenuhi syarat-syarat aseptik dan antiseptik. Daerah yang luka digosok dengan es dan dihembus dengan udara hangat bergantian untuk merangsang sirkulasi. Dapat diberikan salep antibiotik topikal untuk merangsang tumbuhnya jaringan muda/granulasi. Penggantian balutan dan salep jangan terlalu sering karena dapat merusak pertumbuhan jaringan yang diharapkan. c. Dekubitus derajat III Ulkus lebih dalam, ulkus menggaung sampai pembungkus otot dan sudah terinfeksi, maka diusahakan luka selalu bersih dan eksudat diusahakan dapat mengalir keluar. Balutan jangan terlalu tebal, sebaiknya transparan sehingga permeabel untuk masuk-keluarnya udara / oksigen dan penguapan. Kelembaban luka dijaga agar tetap basah, karena dapat mempermudah regenerasi sel-sel kulit. Luka yang kotor dapat dicuci dengan larutan NaCl fisiologis dan diberi antibiotik lokal dan sistemik. Pilihan untuk antibiotik lokal : Salep kloramfenikol 2%. Pilihan untuk antibiotik sistemik : antibiotik spektrum luas, seperti amoksisilin 4 x 500 mg selama 15-30 hari , atau siklosporin 1-2 g/hari selama 3-10 hari.

Kepaniteraan Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 28 Januari 2 Maret 2013

15

Dekubitus

Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)

d. Dekubitus derajat IV Terdapat perluasan ulkus sampai ke tulang dan sering disertai jaringan nekrotik. Maka semua langkah-langkah di atas tetap dilakukan dan jaringan nekrotik yang ada harus dibersihkan, karena akan menghalangi pertumbuhan jaringan / epitelisasi. Setelah jaringan nekrotik dibuang dan luka bersih, penyembuhan luka dapat secara alami. Beberapa usaha mempercepat penyembuhan dengan memberikan oksigenasi pada daerah luka, tindakan dengan ultrasono untuk membuka sumbatan-sumbatan pembuluh darah dan transplantasi kulit setempat. Setelah ulkus sembuh, harus diperhatikan kemungkinan timbulnya kembali ulkus di daerah yang sama. Proses penyembuhan luka dekubitus Penyembuhan luka dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu : 1. Fase inflamasi (lag fase) Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kirakira hari kelima. Pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusaha menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi), dan reaksi hemostatis. Hemostatis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melengket, dan bersama dengan jala fibrin yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah. Sementara itu terjadi reaksi inflamasi. Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamine yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, penyebukan sel radang, disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem dan pembengkakan. Tanda dan gejala klinik reaksi radang menjadi jelas berupa warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor), suhu hangat (kalor), rasa nyeri (dolor) dan pembengkakan (tumor).

Kepaniteraan Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 28 Januari 2 Maret 2013

16

Dekubitus

Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)

Aktifitas seluler yang terjadi adalah pergerakan leukosit menembus dinding pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dan kotoran luka. Limfosit dan monosit yang kemudian muncul ikut menghancurkan dan memakan kotoran luka dan bakteri ini (fagositosis). Fase ini disebut juga fase lamban karena reaksi pembentukan kolagen baru sedikit dan luka hanya dipertautkan oleh fibrin yang amat lemah. 2. Fase proliferasi (fase fibroplasia) Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga. Fibroblast berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan mukoplisakarida, asam aminoglisin dan prolin yang merupakan bahan dasar kolagen serat yang akan mempertautkan tepi luka. Pada fase fibroplasia ini, luka dipenuhi sel radang, fibroblast dan kolagen membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan yang berbenjol halus yang disebut jaringan granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis. Proses migrasi hanya bisa terjadi ke arah yang lebih rendah atau datar, sebab epitel tak dapat bermigrasi ke arah yang lebih tinggi. Proses ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan luka, proses fibroplasia dengan pembentukan jaringan granulasi juga akan berhenti dan mulailah proses pematangan dalam fase penyudahan. 3. Fase remodeling ( fase resorbsi )

Kepaniteraan Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 28 Januari 2 Maret 2013

17

Dekubitus

Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)

Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir kalau semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan. Udem dan sel radang diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang ada. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis dan lemas serta mudah digerakkan dari dasar. Langkah-langkah pokok yang harus dilakukan adalah : 1. 2. Melihat adanya faktor resiko atau tidak. Perawatan kulit yang beresiko dan pengobatan sedini

mungkin apabila terjadi tanda-tanda akan timbul luka tekan yaitu kulit tampak kemerahan. 3. 4. Suportif terhadap permukaan kulit dalam pengaturan Pemberian asuhan kepada seluruh tingkat pelaksana rawat posisi dan secara mekanik kesehatan pasien, seperti keluarga, pramurukti dan lain-lain. PENYEMBUHAN LUKA DENGAN MADU Beberapa penelitian menunjukkan bahwa madu

mempunyai efek bakterisid (membunuh kuman), hal ini mempermudah penyembuhan secara natural dari ulkus diabetikum, ulkus dekubitus, luka bakar, luka potong, bisul, kulit retak dan lain-lain. Percobaan pada tahun 1999 2000 di Rumah Sakit Waikato, Hamilton, New Zealand menunjukkan keberhasilan

Kepaniteraan Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 28 Januari 2 Maret 2013

18

Dekubitus

Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)

pengobatan madu pada ulkus yang tidak responsive terhadap pengobatan dan pada luka kronik. Madu dapat melembabkan luka sehingga memberikan hasil penyembuhan luka yang baik. Hal ini disebabkan oleh: 1. penyembuhan. Pertumbuhan jaringan baru diperlambat jika luka kering. 2. parut. Keropeng (serum yang mengering) merupakan usaha natural tubuh untuk menjaga luka agar tetap lembab. Tetapi pertumbuhan sel di bawah keropeng tersebut akan menghasilkan jaringan parut. Jadi penggunaan madu dapat mencegah pembentukan keropeng. 3. diganti. Pada luka yang kering, keropeng mudah melekat pada balutan/kasa dan hal ini akan menimbulkan rasa nyeri dan menyebabkan jaringan kulit yang baru akan ikut terlepas. Madu mampu menyembuhkan luka karena efek bakterisid dari hydrogen peroxide. Ketika madu diberikan pada luka, enzim glukose oxidase yang terdapat pada madu merangsang pengeluaran antiseptik hydrogenperoxide secara berlahan. Pengeluaran ini sampai pada keadaan dimana cukup efek antibakterinya tetapi tidak merusak jaringan yang sehat. Aktivitas antibakteri hydrogen peroxide bermacam-macam tergantung : 1. Jenis bunga (ada beberapa nectar yang mengandung catalase yang dapat merusak hydrogen peroxide). 2. Cara pemrosesan madu, hal ini disebabkan enzim glucose oxidase yang memproduksi hydrogen peroxide mudah rusak oleh panas, zat cair/gas, sinar matahari. 19 Mengurangi rasa sakit terutama jika balutan/kasa Keadaan lembab mengurangi terjadinya jaringan Keadaan yang lembab mempercepat proses

Kepaniteraan Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 28 Januari 2 Maret 2013

Dekubitus

Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)

3. Enzim katalase yang terdapat pada jaringan tubuh dan serum dapat merusak hydrogen peroxide serta mengurangi efek anti bakterialnya. Madu dapat membantu penyembuhan luka karena : 1. Membersihkan luka Madu mempunyai efek debridemant, efek osmotik dari madu mampu mengangkat kotoran dari dasar luka. Efek osmotik madu mampu menjaga luka agar tetap bersih, lembab dan mencegah luka melekat pada kasa. Kerusakan jaringan dan rasa sakit jadi berkurang sewaktu kasa/balutan diganti. 2. Madu memberikan nutrisi yang diperlukan oleh jaringan seperti vitamin, mineral dan asam amino. 3. Madu merangsang regenerasi jaringan dengan cara : Merangsang angiogenesis dimana pembuluh darah baru ini Merangsang pertumbuhan sel epitel. akan memberikan oksigen dan nutrisi pada jaringan. 4. Madu mempunyai efek seperti insulin. 5. Efek antiradang madu mempercepat penyembuhan, mengurangi rasa sakit dan bengkak. 6. Madu dapat mengurangi bau pada luka dengan cara membunuh bakteri yang memproduksi amonia. 7. Madu tidak merusak kulit yang sehat dan dapat mengurangi kebutuhan untuk transplantasi jaringan. VII. KESIMPULAN Dekubitus terjadi akibat seseorang berada pada satu posisi dalam jangka waktu yang panjang dan tanpa adanya perpindahan posisi. Tekanan di kulit yang bersentuhan dengan alasnya tersebut menyebabkan iskemi jaringan sehingga menyebabkan dekubitus. Faktor penyebab dekubitus adalah masalah imobilitas. Bila dapat diusahakan pemerataan kontak bagian-bagian tubuh dengan permukaan alas tidur akan dapat mengurangi besarnya faktor tekanan.

Kepaniteraan Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 28 Januari 2 Maret 2013

20

Dekubitus

Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)

Hampir seluruh dekubitus dapat dicegah dengan banyak teknik seperti edukasi, diet, berpindah posisi setiap 2 jam, kebersihan diri dan rencana perorangan. Pengelolaan diawali dengan kewaspadaan mengenal penderita dengan resiko tinggi terjadi dekubitus, yang dapat dinilai dengan sistem skor dari Norton. Setelah terjadi dekubitus tindakan medik disesuaikan dengan derajat / stadium dari dekubitus. Sekarang ini penggunaan madu untuk merawat luka dekubitus memberikan hasil penyembuhan yang baik.

RANGKUMAN DEKUBITUS
Istilah dekubitus diambil dari bahasa latin decumbere yang artinya berbaring. Dekubitus dapat terjadi pada setiap umur, tetapi hal ini merupakan masalah yang khusus dan banyak terjadi pada lanjut usia. Ini dikarenakan adanya hubungan antara pertambahan usia dengan perubahan pada kulit. Insiden kejadian decubitus ini berkaitan erat dengan imobilitas. Dekubitus juga disebut pressure sores atau bed sores, adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada satu area yang berlangsung terus menerus atau berulang-ulang sehingga mengakibatkan peredaran darah setempat terhenti sehingga terjadi nekrosis. Bagian tubuh yang sering mengalami dekubitus adalah tempat di mana terdapat penonjolan misalnya daerah sacrum, trokhanter mayor, spina ischiadica anterior superior, tumit, siku dan kepala bagian belakang. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya dekubitus, antara lain : tekanan, peregangan dan lipatan kulit, gesekan kulit, serta beberapa faktor predisposisi. Pembagian tipe ulkus dekubitus berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk penyembuhannya dan perbedaan suhu dari ulkus dengan kulit sekitarnya dibagi menjadi 3 yaitu: tipe normal, tipe arteriosklerotik, tipe terminal. Ada pula tipe

Kepaniteraan Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 28 Januari 2 Maret 2013

21

Dekubitus

Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)

ulkus berdasarkan karakteristik pembagian klinis, yaitu derajat 1,2,3,4. Dekubitus juga dapat terjadi pada pasien yang sering duduk dikursi roda dalam jangka waktu yang lama. Skala Norton sering digunakan untuk mengidentifikasi pasien dengan faktor risiko yang tinggi, dimana pada skala ini menggunakan 5 variabel yaitu: kondisi fisik, status mental, derajat aktivitas, mobilitas, inkontinensia. Komplikasi yang terjadi akibat dekubitus adalah: sepsis, infeksi lokal, selulitis, dan osteomielitis, pyarthrosis atau ulkus yang berpenetrasi ke rongga sendi dan amyloidosis. Tindakan pencegahan adalah langkah pertama dalam menghindari timbulnya dekubitus. Pencegahan ini meliputi :perawatan kulit dan penanganan dini , penggunaan berbagai matras atau kasur, dan edukasi pada pasien. Pengobatan pada ulkus dekubitus berdasarkan pada derajat dari dekubitus tersebut.

Kepaniteraan Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 28 Januari 2 Maret 2013

22

Dekubitus

Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)

DAFTAR PUSTAKA

Darmojo R.B., Martono H.H., Buku Ajar Geriati, FKUI, Jakarta 1999. Djuanda A., Prof., Dr., Ilmu Penyakit kulit dan Kelamin edisi ketiga, FKUI, Jakarta 1999. 3. Doyle D., Hanks G.W.C., Mc Donald N., Palliative

Medicine Second editior, Oxford Univesity, London 1998. 4. Hazzard W.R., Andres R., Bierman E.L, Priciples of

Geriatric Medicine and Gerontology 2 ad edition. Vol.1., Mc Graw Hill Inc., New York 1990. 5. Siregar R.S., Prof., Dr., Atlas Berwarna Saripati

Penyakit Kulit, EGC, Jakarta 1996. 6. 7. 8. 9. 10. www. Ahcpr. gov/clinic. Com www. Bed-sores.info/bed sore from. html. www. Epuap.org/grading. html. www. Fpnotebook.com www. Home. cogeco.com

Kepaniteraan Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 28 Januari 2 Maret 2013

23

Dekubitus

Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)

11. 12. 13.

www. Nopressuresores.com www. Reposedirect.com/grade.html www.Seniorjournal.com

Kepaniteraan Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana Periode 28 Januari 2 Maret 2013

24

You might also like