You are on page 1of 11

Tugas Makalah Semester Pendek

PREPARATION OF THE PERIODONTIUM FOR RESTORATIVE DENTISTRY

Oleh : 1. Kartika Putri 020810039 2. Dyah Selvia Putri 020810046

Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya 2012

BAB 1 PENDAHULUAN

Kesehatan periodontal merupakan prasyarat untuk keberhasilan dalam melakukan perawatan gigi dan mulut. Perawatan jangka panjang ini untuk kenyamanan pada mulut pasien, fungsi yang baik, ketahanan perawatan, memudahkan pemeliharaan restorasi, infeksi aktif dari jaringan periodontal harus dilakukan perawatan dan kontrol sebelum dilakukan awal tindakan restorasi, estetik, dan implan. Selain itu, dengan memperhatikan sisa dari penyakit periodontal atau secara anatomi yang abnormal dibutuhkan stabilitas perawatan jangka panjang. Baru-baru ini, salah satu bentuk perawatan yaitu teknik estetik atau implan seperti retensi alveolar ridge dan pengembangan tempat implan. Therapi dilakukan karena : 1. Perawatan periodontal merupakan dasar dari kestabilitasan margin gingiva sebelum dilakukan preparasi gigi. Penurunan keradangan merupakan kesehatan jaringan periodonal yang tidak mengalami perubahan sebagai hasil dari perawatan restorasi subgingiva atau setelah dilakukan perawatan restorasi. Selain itu, jaringan periodontal tidak mengalami perdarahan selama restorasi selama mengikuti prosedur dengan benar dan estetik tetap terjaga dengan baik. 2. Prosedur periodontal di desain untuk menjaga kekuatan retensi gigi dan memudahkan saat preparasi gigi. Melakukan prosedur periodontal dapat mengurangi kegagalan dalam melakukan restorasi. 3. Perawatan periodontal harus ditegakkan karena dapat menurunkan keradangan yang merupakan hasil dari reposisi gigi atau jaringan lunak dan peubahan mukosa. Kegagalan dalam restorasi dapat menggangu desain prostetik yang telah direncanakan sebelumnya sebelum dilakukan perawatan periodontal. 4. Dapat mengalami trauma pada gigi dengan periodontitis yang berkelanjutan yang dapat meningkatkan pergerakan gigi, ketidaknyamanan pada pasien, dan kemungkinan akan kehilangan perlekatan gigi. Dapat mengurangi inflamasi pada

jaringan periodontal, dan meningkatkan fungsi oklusi, dan menjaga stabilitas jaringan periodontal dalam jangka waktu panjang. 5. Kualitas, jumlah, topografi periodontium memiliki peranan penting pada struktur pertahanan untuk kesehatan periodontal. 6. Keberhasilan prosedur esthetic dan implant mungkin sulit tanpa prosedur periodontal. Penyakit periodontal melibatkan reaksi radang yang disebabkan oleh host. Seluruh reaksi keradangan pada tubuh, tanda-tanda kardinal keradangan telah terlihat termasuk kemerahan, pembengkakan dan panas, dan perubahan pada jaringan lunak. Pada umumnya restorasi ini melibatkan daerah margin antara material dan gigi atau pada struktur akar gigi. Apabila jaringan lunak mengalami perubahan, dokter gigi tidak dapat memperkirakan tempat margin pada lokasi yang diinginkan. Fisiologi, patologi, dan penyakit periodontal juga harus diperhatikan.agar dapat mencegah kemungkinan buruk yang terjadi. Seorang klinisi mengkombinasi keadaan jaringan periodontal dan prosedur restorasi yang terkoordinasi untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Selama melakukan terapi fase I (scaling, root planning) jaringan periodontal dibutuhkan untuk menjaga kestabilan, kesehatan dasar untuk perlindungan restorasi. Sebelum dilakukan terapi ortodontik juga diperlukan perawatan jaringan periodontal dan untuk menghilangkan deposit sebelum terjadi pergerakan gigi. Mungkin ada keterlibatan juga dalam prosedur flap untuk memudahkan akses sebelum dilakukan perawatan ortodonti. Pada terapi fase II prosedur bedah periodontal, seperti bedah mukogingiva dan pemeliharaan bedah pada alveolar ridge harus terus menerus dilakukan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rangkaian perawatan Rangkaian perawatan periodontal merupakan dasar logika dan dasar metodologi. Yang diperhitungkan tidak hanya pada penyakit tetapi juga pada psikologi dan keadaan estetik pada pasien. Karena jaringan periodontal dan terapi restorasi setiap pasien memiliki spesifik masing-masing, rencana perawatang harus di adaptasi terlebih dahulu yang bergantung perubahan pada setiap keadaan yang ditemui selama dilakukan perawatan. Sebagai contoh pada gigi yang menunjukkan hopeless selanjutnya dapat ditentukan perawatan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Pada umumnya, preparasi jaringan periodontal untuk restorasi dapat dibagi menjadi dua fase, yaitu pertama fase mengontrol jaringan periodontal tanpa pembedahan dan pendekatan pembedahan dan yang kedua dilakukan pembedahan periodontal. 2.2 Kontrol penyakit yang aktif Therapi ini bertujuan untuk mengontrol penyakit yang masih ada atau yang tersisia. Selanjutnya untuk menghilangkan timbulnya permukaan akar yang merupakan etiologi utama, faktor lokal yang kedua adalah menghilangkan plak pada margin gingiva yang menjalar dan harus dilakukan perawatan pada karies. Urutan perawatan pada persiapan jaringan periodontal pada restorasi 1. kontrol penyakit a. Perawatan emergency b. Pencabutan pada gigi yang sudah dalam keadaan hopeless c. Instruksi kebesihan gigi dan mulut

d. Scaling dan Root Planing e. Evaluasi ulang f. Bedah periodontal g. Terapi tambahan pada perawatan ortho 2. Bedah Preprostetik a. Menangani masalah pada mucogingival b. Melestarikan morfologi ridge setelah dilakukan pencabutan c. Prosedur crown-lengthening d. Rekonstruksi alveolar ridge a. Perawatan emergency Perawatan emergency suatu usaha untuk mengurangi tanda-tanda dan stabilitas infeksi akut. Hal ini termasuk pada perawatan endodontik. b.Pencabutan pada gigi hopeless Retensi pada gigi hopeless tanpa perawatan periodontal dapat mengakibatkan kehilang tulang pada gigi yang berdesakan. Restorasi pada daerah margin juga dilakukan untuk melengkapai perawatan pada jaringan periodontal. c. Instruksi kebersihan gigi dan mulut Kebersihan gigi dan mulut apabila dilakukan dengan benar dapat mengurangi tingkat plak dan keradangan pada daerah gingiva. Bagaimanapun juga pada pasien yang memiliki kedalaman poket (>5mm), mengontrol keadaan plak dapat mengurangi infeksi pada subgingival dan keradangan. d. Scaling dan Root Planing

Kombinasi antara scaling dan root planing dengan menjaga kesehatan gigi dan mulut menunjukan dapat mengurangi keradangan pada subgingival secara signifikan dan tingkat pertumbuhan periodontitis. e. Evaluasi kembali Dalam waktu empat minggu jaringan gingival di evaluasi untuk menentukan kebersihan gigi dan mulut,respon jaringan lunak, dan kedalaman poket. Dalam waktu empat minggu merupakan waktu yang cukup tahap penyembuhan, menurunkan keradangan dan kedalaman poket dan mendapatkan tingkat perlekatan. Pada kedalaman poket (>5mm) dapat menghilangkan plak dan kalkulus walau tidak benar-benar sempurna, dan dapat mengurangi kerusakan selanjutnya. Hasilnya, Instrumensasi pada bedah periodontal dapat dilakukan untuk mengakses permukaan akar menurunkan kedalaman poket juga harus diperhatikan untuk melanjutkan perawatan.

f. Bedah periodontal bedah peruidontal diperlukan untuk beberapa pasien.. hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan restorasi selanjutnya yang akan dilakukan dan implan. Beberapa prosedur dimaksudkan untuk merawat penyakit yang masih ada secara sempurna dan beberapa ditujukan pada persiapan perawatan restorasi prostetik. g. Terapi tambahan pada Ortodontik Perawatan jaringan periodontal juga dibutuhkan dalam perawatan ortodontik. Hal ini dimaksudkan untuk mengontrol penyakit yang masih ada. Apabila tanpa melakukan bedah sudah cukup, terapi kedalaman poket dapat ditunda sampai perawatan ortodontik selesai. Hal ini memiliki manfaat yang baik pada perubahan tulang dimana terapi ortodontik dapat dilakukan. Namun, kedalaman poket dan furkasi perlu diketahui pada bedah agar alat instrumen akar dapat digunakan pada perawatan ortodontik. Kegagalan dalam mengontrol penyakit periodontitis dapat mengakibatkan eksaserbasi akut dan kehilagan tulang pada satt pergerakan gigi. Selama kesehatan jaringan periodontal dijaga, dalam diakukan perawatan

ortodontik pada gigi yang tidak memiliki tulang yang kuat maka tidak perlu menambah perlekatan tulang. Prosedur graft jaringan lunak juga merupakan indikasi untuk antisipasi pada perawatan ortodontik yang dapat meningkatkan perlekatan tulang 2.3 Bedah Preprostetik a. Pengaturan masalah pada Mucogingival Prosedur bedah periodontal dimaksudkan untuk berbagai macam alasan. Teknik yang umum digunakan meliputi peningkatan dimensi gingival dan sampai mencakup akar. Prosedur ini diindikasi sebelum dilakukan restorasi untuk alasan prostetik dan pada perawatan ortodontik. Prosedur perawatan dilakukan dengan tujuan kenyamanan dan estetik pada pasien. Dalam waktu dua minggu proses penyembuhan dapat terlihat setelah dilakukan prosedur graft pada jaringan lunak sebelum dilakukan restorasi. b. Pemeliharaan morfologi ridge setelah dilakukan pencabutan Resopsi pada alveoar ridge merupakan akibat dari hilangnya tulang. Prosedure pemeliharaan ridge menunjukkan kegunaan untuk kepentingan prostetik seperti implan atau pontik., seperti pada kasus dimana penyembuhan dapat menghasilkan estetik yang baik.

c. Prosedur penambahan crown Prosedur bedah penambahan crown untuk kebutuhan prostetik bertujuan untuk memberikan bentuk retensi preparasi gigi yang tepat, prosedur yang baik, dan penempatan restorasi pada daerah margin dan menyesuaikan tingkat ginggiva untuk kepentingan estetik. Hal ini penting bagi perawatan bedah penambahan crown karena pertimbangan biologik pada setiap pasien. Keadaan biologik ditentukan dimensi fisiologi pada epitelium junction dan hubungan pelekatan jaringan. Pengukuran yang telah ditentukan biasanya sekitar 2 mm. Kesehatan sulkus ginggiva memiliki kedalaman rata-rata 0,69 mm. Hal ini tidak sesuai dengan aturan yan sudah ditetapkan pada keadaan kedalaman biologik pasien pada penempatan daerah restorasi yang dapat mengakibatkan keradangan pada ginggiva,

terbentuknya poket, dan hilangnya tulang alveolar. Perawatan ini direkomendasikan setidaknya memiliki 3 mm antara gingival margin dan tulang crest. Hal ini memungkinkan untuk dilakukan restorasi dengan penempatan kedalaman 0,5 mm dalam sulkus gingiva. Salah satu prosedur bedah penambhan crown termasuk menghilangkan jaringan lunak atau jaringan lunak dan tulang alveolar. Penurunan pada jaringan lunak merupakan indikasi yang dapat digunakan pada perlekan ginggiva dan lebih dari 3 mm jaringan koronal pada tulang crest. Hal ini dapat dilakukan pada ginivektomi atau teknik flap. Perlekatan yang tidak kuat dan kurang dari 3 mm pada jaringan lunak pada prosedur flap dan rekontur tulang. Pada sebuah kasus karies pada gigi yang fraktur untuk menjaga struktur gigi dan bentuk retensi, bedah dapat dilakukan setidaknta 4 mm dari batas apikal dari karies atau gigi yang fraktur pada tulang krest. Dengan batas yang ditentukan untuk melakukan implan, hal ini penting untuk sebuah pertimbangan yang sangat hati-hati kegunaan penambahan crown untuk memudahkan restorasi seperti penempatan dental implan. Indikasi penambahan crown a. Karies atau Fraktur pada subgingival b. Gigi yang memiliki mahkota klinis yang tidak memadahi c. Ketinggian gingiva dan estetik yang kurang Kontraindikasi a. Bedah yang dapat mengakibatkan estetik tidak baik. b. Kedalaman karies atau fraktur yang dapat terjadi kehilangan penambahan tulang pada gigi yang berdesakan. d. Rekonstruksi Alveolar Ridge Pada pasien sering terjadi menunjukkan setelah kehilangan gigi dan resopsi alveolar ridge. Untuk menghasilkan dimensi anatomi yang adekuat untuk rekonstruksi estetik pontik atau pada penempatan implant, rekonstruksi alveolar ridge dapat dilakukan. Pada sebuah

kasus perbaikan pontik, kerusakan kecil dapat terjadi dengan penambahan jaringan lunak. Pada kerusakan yang lebih besar yaitu pada dental implan.

KESIMPULAN

Tujuan utama terapi adalah untuk kenyamanan setiap pasien, fungsi estetik yang baik, dapat diperkirakan perawatan apa selanjutnya, ketahanan yang baik, dan kemudahan pemeliharaan restorasi dengan diagnosis yang akurat dan perawatan yang komprehensif. Interaksi antara terapi periodontal dan keberhasilan restorasi dapat berjalan dengan baik apabila dilakukan sesuai dengan prosedur.

You might also like