You are on page 1of 15

Gigi tiruan tanpa dukungan tulang alveolar

Dalam menentukan suatu rencana perawatan, dokter gigi tidak hanya memperhatikan upaya mengtasi masalah yang ada denga segera, tetapi juga harus mempunyai jangkauan yang panjang dan berlanjut. Masalah yang dihadapi dalam upaya rehabilitasi fungsi gigi yang hilang adalah mencegah terjadinya proses resorbsi tulang alveolar yang berlanjut, yang pada dasarnya tidak dapat dihindari dengan hilangnya geligi ya g di dukung tulang tersebut.dengan terjadinya proses resorbsi secara fisiologis, upaya rehabilitasi untuk jangka panjang dapat dikatakan berhasil. Akan tetapi jika proses ini berjalan hebat(patologis), akan timbul masalah di kemudian hari, yaitu hilangnya atau berkurangnya retensi, tsabilisasi, serta dukungan geligi tiruan. Penderita akan mengalai kesulitan dalam menggunakan geligi tiruannya saat berfungsi untuk mengunyah, khususnya pada geligi rahang bawah. Resobsi tulang alveolar dapat disebabkan oleh factor usia, loal dan sistemik.(Rachmani R,2003) Retensi dan stabilitasi Hasil optimal suatu rerapi yang memerukan pembuatan geligi tiruan lengkap tergantung pada hubungan geligi tiruan lengkap dengan fungsi oral, serta penerimaan pasien akan gigi tiruan lengkap tersebut secara psikologis. Pasien tersebut merasa gigi tiruannya rretentif selama fungsi dan memberikan efek estetik serta psikodinamik yang diperlukan. .(Rachmani R,2003) Retensi suatu geligi tiruan merupakan suatu perlawana terhadap gaya yang mencoba melepaskan geligi tiruan tersebut terhadap gaya yang mencoba melepaskan geligi tiruan tersebut dari jaringan pendukungnya dan dipengaruhi oleh fungsi fisis, mekanis serta fisiologis. Factor fisik meliputi, adhesi, kohesi, tegangan permukaan serta viskositas saliva. Factor mekanis dapat berupa pemanfaatan daerah underkat, misalnya daerah inferior dari retromolar pad atau underkat bagian anterior rahang atas. Stabilitas yaitu kemampuan suatu geligintiruan untuk tetap diam (stabil) menhan gerakan yang disebabkan oleh gaya fungsional. Baik yang horizontal maupun rotasi. Stabilisasi suatu geligi tiruan dipengaruhi oleh oklusi dan fungsi otot yang tidak seimbang. Oklusi yang seimbang antara gigi geligi atas dan bawah tidak akan menimbulkan gaya lateral yang dapat menyebabkan geligi tiruan lepas. Gaya lateral akan timbul bila terdapat tonjolan gigi yang letaknya tidak serasi pada posisi oklusi sentrik dan eksentrik, sehingga pada saat rahang berartikulasi terjadi benturan yang dikenal sebagai cuspal interverences yang akan menyebabkan geligi tiruan bergerak, bergetar atau terungkit saat diguanakan untuk mengunyah.

Menurut Brill, retensi dan stabilitasi suatu geligi tiruan lengkap diperoleh dari permukaan geligi tiruan yang menerima tekana kunyah, permuukaan pendukung sekunder serta permukaan yang menyalurkan tekanan kunyah. Brill dkk menyarankan untuk menggunakan gigi posterior dengan ukuran yang lebih kecil sesuai dengan kontur permukaan sekunder geligi tiruan . sehingga tekana yang jatuh pada tulang alveolar selama mastikasi akan berkurang. Sedangkan untuk menambah stabilitas disarankan untuk menggunakan gigi dengan tonjolan yang tidak terlalu tinggi atau datar dari bahan porselen. Bahan ini dapat menerima tekanan kunyah serta mempunyai tingkat keausan yang rendah, sehingga tidak diperlukan lagi penyesuaian oklusi yang lebih ekstensif. .(Rachmani R,2003) Pengaruh resorbsi tulang alveolar terhadap gigi tiruan Menurut Jacobson dan krol gigi tiruan penuh dikatakan berhasil apabila memiliki retensi, stabilisasi dan dukungan yang baik. Hal ini tergantung dari hubungan antara oermukaan anatomis gigi tiruan dengan permukaan mukosa linggir alveolus jaringan pendukungnya. Retensi dan stabilisasi gigi tiruan pada rahang bawah dipengaruhi oleh otot-otot sekitar gigi tiruan yang berhubungan dengan permukaan yang berbeda tepi gigi tiruan. Resorbsi linggir alveolus akan menyebabkan linggir alveolus menjadi datar Karen ikatan-ikatan otot berada pada puncak linggir. Keadaan tersebut sangat berpengaruh terhadap gigi tiruan penuh terutama dalam hal retensi dan stabilisasi. Resorbsi linggir alveolus rahang bawah akan menyebabkan linggir menjadi datar dan menyebabkan berkurangnya vestibulum bukal dan lingual sehingga kadang-kadang operator sulit membedakan batas anatomis dan fungsional rongga mulut. Keadaan tersebut merupakan pengruh utama terhadap gigi tiruan penuh terutama pada saat pemakaian. Pada rahang atas resorbsi linggir alveolus yang parah dapat menyebabkan linggir alveolus rahang atas menjadi lebih kecil dari linggir alveolus rahang bawah. (Nasution I.D.,2001)

Mengatasi masalah retensi dan stabilitasi Seringkali geligi tiruan lengkp rahang bawah kehilangan retensi dan stabilitasi karena berkurangnya luas jaringan pendukung geligi tiruan. Masalah ini diatasi dengan cara memperluas dan membentuk sayap geligi tiruan rahang bawah begian lingual dan sublingual, serta membentuk kontur permukaan bukal. Labial serta lingual seuai dengan pergerakan otot sekitar mulut. Pada keadaan tulang alveolar cukup dalam, lebar dan tinggi, origo otot wajah kurang menimbulkan masalah pada perluasan batas geligi tiruan sehingga dapat memberikan retenai

dan stabilisasi yang baik pada basis gigi tiruan. Namun bila sisa tulang alveolar telah mengalami resorbsi yang berlebihan maka origo otot wajah akan terletak lebih dekat dengan puncak tulang alveolar sehingga retensi dan stabilisasi geligi tiruan terutama pada rahang bawah sulit dicapai. Menurut Jackson dan krol retensi akan memberikan kenyamanan psikologis bagi penderita. Penderita akan merasa malu dan kurang nyaman apabila geligi tiruannya mudah terlepas. Sedangkan geligi tiruan yang stabil akan member kenyamanan fisiologik, karena tidak mudah bergerak selama digunakan. Oleh karena itu eretensi berhubungan erat dengan stabilitas. Beberapa factor yang dapat menambah stabilitas suatu geligi tiruan yang tinggi dan bentuk tulang alveolar. Hubungan tulang alveolar atas dan bawah, keseimbangan oklusal dan adaptasi basis geligi tiruan serta control neuromuscular.(Rachmani R,2003)

Sumber : Rachmani R. Desain Basis Geligi Tiruan Lengkap Rahang Bawah Pada Resorbsi Tulang Alveolar Yang Berlebihan. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi. No. 51, Maret 2003:23-30 Nasution I.D. Penyusunan Anasir Gigi Tiruan Dalam Pembuatan Gigi Tiruan Penuh Dengan Linggir Alveolus yang Datar. Dentika Dental Journal. No. 1, 2001:242-247

Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/dentistry-oral-medicine/2321757-gigitiruan-tanpa-dukungan-tulang/#ixzz2N8gcE0S2

PERTEMUAN I PENGERTIAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN Didalam bidang kedokteran gigi istilah gigi tiruan/ dental prothetis meliputi Gigi tiruan sebagian lepasan/partial denture Gigi tiruan cekat/Fixed denture Gigi tiruan lengkap/Full denture Definisi gigi tiruan sebagian Osborne (1925) gigi tiruan sebagian adalah gigi tiruan yg menggantikan sebagian dari pada gigi asli yang hilang dan dapat dilepas sendiri oleh sang pasien dari mulutnya Applegate (1925) gigi tiruan sebagian adlh suatu alat yg dapat dilepas menggantikan gigi asli yg hilang& memperoleh dukungan utama dr jaringan sadel dng suatu dukungan tambahan dr gigi asli yg masih tertinggal Mc.Cracken (1973) suatu restorasi prostetic yn menggantikan gg asli yg hilang&bagian lain dr rahang yg tak bergg sebagian,mendapat dukungaan terutama dr jaringan dibawahnya & sebagian dr gg asli yg masih tertinggal dipakai sebagai gg pegangan /abutment Glossary of prosthodontics (1999) GTS merupakan bag.prostodonsia yg menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang dng gigi tiruan&didukung oleh gigi, mukosa atau kombinasi gigi-mukosa yang dipasang&dilepas oleh pasien Akibat kehilangan gigi Migrasi dan rotasi Hilangnya kesinambungan lengkung gg dpt menyebabkan pergeseran yaitu miring atau berputarnya gg sehingga tdk kuat menahan beban misalnya beban pengunyahan,hal ini dpt merusak srtuktur periodontal dan gigi mudah karises Erupsi berlebih Pada gigi yg tertinggal akan mengalami erupsi berlebih kearah daerah gigi yg hilang Penurunan energi kunyah Terutama pada kehilangan gigi posterior Ganguan pada TMJ Kehilangan gigi terutama pada posterior dpt menyebabkan berubahnya tomporo mandibul joint

Terganggunya kebersihan mulut Pada kehilangan gigi terdapat celah antar gigi sehingga makanan dapat masuk,lama lama menimbulkan plak dan akhirnya karises Beban berlebih pada jaringan pendukung Kehilangan gigi,maka jumlah gigi akan berkurang dan menyebabkan berkurangnya daya tahan terhadap tekanan dan oleh karena itu jaringan pendukung bebannya menjadi bertambah,hal ini menyebabkan kerusakan membran priodontal yang pada akhirnya menyebabkan gigi-gigi tarsebut menjadi goyah Kelainan berbicara Labio dental adlh huruf yg diucapkan antara lidah dng gigi dpn atas.apabila kehilangan gigi depan maka huruf F,V,PH tidak dapat terucap dng baik.demikian juga pd huruf linguo-dental Penampilan buruk Atrisi/gigi erosi Pd pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan dapat menimbulkan efek: 1.Peningkatan akumulasi plak Kurangnya kebersihan pd pemakai GTSL maka plak mudah menempel dan dpt terjadi inflamasi pada jaringan periodontal kemudian terbentuk poket juga resorbsi tulang alveolar berlebihan 2.Trauma langsung pada gigi yg digunakan sebagai gigi pendukung / abutment, pembuatan klamer yg terlalu menekan gigi pendukung tersebut dapat merusak email 3.Distribusi gaya kunyah Gaya fungsional disalurkan oleh GTS ke jaringan yg berkontak&berada dibawahnya.Pada GTS hubungan gigi gaya ini diteruskan ke tulang alveolae melalui ligmen periodontal oleh karna itu disterbusi dapat merata 4.Permukaan okusal adanya kontak oklusi yg prematur mengakibatkan: A.Difungsi otot kunyah&wajah,bila pasien berusaha menghindari kontak dng cara mengubah pola gerak kunyahnya B.Terjadinya peradangan mukosa&resorbsi tulang bawahnya C.Kerusakan pada gigi atau jaringan periodontal Untuk menetralisir efek akibat pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan maka: A.Dokter gigi,harus dapat mendesain gigi tiruan tersebut dengan benar dan tepat

B.Tehniker,harus bekerja sesuai intruksi dari perintah dokternya C.Pasien,harus dapat menjaga pemeliharaan gigi tiruan dengan benar terutama kebersihan PEMBAGIAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN Berdasarkan bahan yang dipakai untuk membuat a.vulcanite denture -dibuat dari vulkanit b.acrylic denture-dibuat dari akrilik c.frame denture-dibuat dari logam Dilepas/tidak dapat dilepas a.removable partil denture= GTS Lepasan b.fixed denture/bridge= GTC Saat pemasangan a.convesional-dipasang setelah gigi hilang b.immediete-dipasang segera setelah gigi hilang / dicabut Jaringan pendukung a.tooth borne-didukung oleh gigi b.mucosa / tissue borne-didukung mukosa c.mucosa and tooth-didukung gigi&mukosa Letak daerah tak bergigi / sadel a.anterior tooth suported case b.all tooth suported case c.free and supotred case Memakai wing bagian bukal/labial atau tidak A.open face:GTS yg dibuat tanpa gusi tiruan labial, gigi tiruan tsb dibuat apabila 1.keadaan prosessus aleolaris masih baik 2.biasa pada gigi anterior 3.pasien mempunyai lebar mulut terlalu lebar B.close face:GTS yg dibuat gusi tiruan bagian labial, gigi tiruan tsb dibuat apabila 1.prosessus alveolaris telah mengalami absorbsi 2.perbaikan profil TUJUAN/FUNGSI PEMBUATAN GTS ADALAH: A.Mengembalikan fungsi estetik Estetik adlh cab.dari filosofi yg berhubungan dng keindahan dlm alam.dasar2dr estetik adlh keindahan,keaslian,keharmonisan Kosmetik adlh hny mementingkan keindahan sehingga kadang2berlebihan,tetapi kurang

memikirkan keaslian dan keharmonisannya dalam prosthodonsi yg perlu diperhatikanadlh estetik membuat gigi tiruan secara 1.Hygiene 2.Harmonis dengan gigi asli 3.Tidak boleh kelihatan palsu B.Mengembalikan fungsi pengunyahan Secara teori,apabila gigi posterior hilang menyebabkan pengunyahan kurang baik sehingga mengakibatkan pencernaan terganggu dan akhirnya timbul macam2 penyakit pencernaan C.Mengembalikan fungsi bicara Ada 2 golongan huruf yaitu:s 1.huruf hidup / vokal: A,I,U,E,O 2.huruf mati / kongsonan: B,C,D,F.dll Alat bicara mempunyai 2 sifat: 1.sifat statis: gigi palatum 2. sifat dinamis: lidah,bibir,tali suara,mandibula suara berawal dari laring-palatum-dan dibantu gigi gelligi shg terbentuk suara.Ruang resonansi berada dalam rongga mulut dan sinus maksilaris. D. NB: seperti biasa yang di dalam kotak itu tambahan ya teman2. PERTEMUAN II DIAGNOSIS BIDANG PROSTODONSI Diagnosis adalah proses yg dilakukan untuk mengenali / mengetahui terdapatnya keadaan yg tidak wajar / alamiah dan meneliti adanya abnormalitas serta menetapkan penyebabnya diterapkan untuk membuat rencana perawatan Tujuan diagnosis :Untuk mengetahui keadaan 1.Untuk dapat mempertahankan gigi-gigi yg ada 2.Memelihara jaringan pendukungnya 3.Menciptakan estetis yang harmonis dan memuaskan Cara diagnosis : evakuasi thd penderita (diskusi) anamnesis data diagnostik ANAMNESIS : Yaitu riwayat yg lalu dari suatu penyakit atau kelainan berdasarkan ingatan penderita pd waktu dilakukan wawancara dan pemeriksaan medik/dental

Macam anamnesis : 1. Ditinjau dari cara penyampaian ada 2 macam Auto anamnesis : cerita mengenai keadaan penyakit disampaikan sendiri oleh pasien Allo anamnesis : cerita yang tidak disampaikan sendiri oleh pasien yg bersangkutan melainkan melalui bantuan orang lain ( pasien bisu, kesulitan bahasa,anak ) 2. Ditinjau dari segi inisiatif penyampaian cerita : Anamnesis Pasif : pasien sendiri yang bercerita kepada si pemeriksa Anamnesis Aktif : pasien perlu dibantu pertanyaan dalam penyampaian ceritanya HAL-HAL YG DITANYAKAN PADA PENDERITA : 1. Nama penderita ; perlu diketahui untuk : membedakan seorang penderita dg yg lainnya mengetahui asal suku atau rasnya, karena ras berhubungan dg penyusunan gigi depan ( profil orang Eropa lurus, sedang pada Asia cembung ) 2. Alamat, untuk : menghubungi pasien bila terjadi sesuatu mengetahui latar belakang lingkungan hidup seorang pasien shg dapat pula diketahui status sosialnya 3. Pekerjaan, untuk : keadaan sosial ekonomi pasien ( biasanya lebih tinggi lebih besar tuntutannta ) melakukan modifikasi jenis perawatan yg mungkin diperlukan sehubungan dg faktor jenis pekerjaan misal guru, artis 4. Jenis kelamin : wanita : lebih cenderung memperhatikan estetis bentuk gigi relatif lebih banyak lengkungan / membulat Pria : lebih cenderung membutuhkan protesa yg lebih kuat, sebab pria membutuhkan kekuatan mastikasi yg lebih besar bentuk gigi lebih besar menunujukan kejantanan 5. Usia , untuk menentukan bentuk, warna, ukuran gigi usia muda : lebih mudah dan cepat beradaptasi thd gigi tiruan usia tua : toleransi jaringan kesehatan mulut

adaptasi lebih sulit 6. Waktu dan letak gigi yg terakhir dicabut/hilang gts immediate 7. Pengalaman memakai gigi tiruan, adaptasi thd gigi tiruan baru: a. Penderita yg pernah memakai gigi tiruan : adaptasi mudah sering membanding-bandingkan gts barunya dg yang pernah dipakai sebelumnya b. Penderita yg belum pernah memakai gigi tiruan : belum mengetahui prosedur pembutan dan pemakaian gigi tiruan perlu penjelasan [ pencetakan, penentuan gigitan, awal pemakaian yang sering menimbulkan rasa sakit itulah sebabnya penerangan yang diberikan menjadi penting sekali ] 8. Tujuan pembuatan gigi tiruan lebih mementingkan pemenuhan faktor estetik atau fungsional ? 9. Kebiasaan / bad habid : bruksisma dianjurkan memakai gigi tiruan dimalam hari 10. Pemeriksaan status umum : DM, alergi, depresi mental, penyakit pendarahan 11. Pemeriksaan status lokal : Extra oral pembengkakan wajah Asimetri wajah jumlah gigi yg terlihat ketika pasien berbicara Besar kedua rahang sesuai / tidak ? Susunan gigi teratur / tidak ? bentuk muka profil mata hidung telinga bibir Intra oral keadaan umum : 1. OH [ plak, kalkulus, stain = baik, sedang, buruk] 2. Mukosa mulut 3. Frekwensi karies 4. Status gigi [ goyah, migrasi, malposisi]

5. Ro foto : Melihat/ memeriksa struktur tulang yg akan menjadi pendukung melihat bentuk , panjang, jumlah akar melihat kelainan bentuk pd residual ridge sisa akar keadaan vitalitas gigi keadaan kelainan periapikal berhubungan dg penentuan gigi pegangan 6. Oklusi 7. Artikulasi [ untuk mengetahua adanya hambatan oklusi] 8. Vestibulum 9. Frenulum 10. Kelainan gigi [ jumlah, warna, bentuk] 11.Macam gigi [ sulung, permanen] 12. Proc alveolaris 13. Bentuk palatum [ huruf U = menguntungkan karena stabilitas ,,, huruf V] 14. Torus palatinus [ dibebaskan ] 15. Lidah Pertemuan III KLASIFIKASI GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN Endang Wahyuningtyas 1. KLASIFIKASI DAERAH YANG TIDAK BERGIGI : Maksud utama pembuatan klasifikasi untuk rahang yang sebagian giginya sudah hilang adalah: agar dokter gigi dapat berkomunikasi sejelas mungkin tentang keadaan rongga mulut yang akan dibuatkan gigi tiruan Dasar klasifikasi : 1.Berdasarkan sadel/daerah yang tidak bergigi, klasifikasi menurut: a. Kennedy b. Swenson c. Austin Lidge d. Applegate Kennedy 2.Berdasarkan Retainer, klasifikasi menurut: a. Miller b. Cummer Sadel :

Bagian dari prosessus alveolaris yang telah kehilangan gigi Tipe sadel : 1. Sadel ujung bebas/Free end Sadel 2. Sadel tertutup / Bounded sadel Klasifikasi Kennedy Syarat: 1. Klasifikasi hendaknya dibuat setelah semua pencabutan gigi selesai dilaksanakan atau gigi yang diindikasikan untuk dicabut selesai dicabut 2. Bila gigi M3 hilang dan tidak akan diganti, gigi ini tidak termasuk dalam klasifikasi. 3. Bila gigi M3 masih ada dan akan digunakan sebagai pengganti, gigi ini dimasukkan klasifikasi 4. M2 hilang tidak akan diganti jika antagonisnya sudah hilang. 5. Bagian tidak bergigi paling posterior menentukan Klas utama dalam klasifikasi. 6 Daerah tidak bergigi lain daripada yang sudah ditetapkan dalam klasifikasi masuk dalam modifikasi dan disebut sesuai dengan jumlah daerah atau ruangannya. 7. Banyaknya modifikasi ditentukan oleh banyaknya ruangan yang tidak bergigi. 8. Tidak ada modifikasi pada klasifikasi Kennedy Klas IV. Klasifikasi Kennedy ada 4 Klas : Kelas I Daerah tidak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang masih ada dan berada pada kedua sisi rahang / Bilateral Free End Kelas II Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian posterior gigi yg ada, pd 1 sisi rahang/unilateral free end. Kelas III Daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi yang masih ada dibagian posterior. Kelas IV Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian anterior dan melewati garis tengah rahang/median line. Untuk kelas ini tidak ada modifikasi KLASIFIKASI APPLEGATE KENNEDY Kelas I a. Daerah yang tidak bergigi sama dengan klasifikasi Kennedy. b. Keadaan ini sering dijumpai pada rahang bawah dan biasanya telah beberapa tahun kehilangan gigi.

c. Secara klinis dijumpai: 1. Derajat resorbsi residual ridge bervariasi. 2. Tenggang waktu pasien tidak bergigi akan mempengaruhi stabilitas gigi tiruan yang akan dipasang. 3. Jarak antar lengkung rahang bagian posterior biasanya sudah mengecil. 4. Gigi asli yang masih tinggal sudah migrasi ke dalam berbagai posisi. 5. Gigi antagonis sudah ekstrusi dalam berbagai derajat 6. Jumlah gigi yang masih tertinggal bagian anterior umumnya sekitar 6 10 gigi. 7. Ada kemungkinan dijumpai kelainan sendi temporomandibula. Indikasi pelayanan prostodonsia: Gigi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan perluasan basis distal Kelas II Daerah tidak bergigi sama dengan kelas II Secara klinis dijumpai keadaan : 1.Resorbsi tulang alveolar terlibat lebih banyak 2.Gigi antagonis relatif lebih ekstrusi dan tidak teratur. 3.Ekstrusi menyebabkan rumitnya pembuatan restorasi pada gigi antagonis. 4.Pada kasus ekstrim karena tertundanya pembuatan gigi tiruan untuk jangka waktu tertntu karena perlu pencabutan satu atau lebih gigi antagonis. 5.Karena pengunyahan satu sisi, sering dijumpai kelainan sendi temporomandibula. Indikasi pelayanan prostodonsia: Gigi tiruan sebagian lepasan disain bilateral perluasan basis distal. Kelas III Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga, tidak lagi mampu memberi dukungan kepada gigi tiruan secara keseluruhan. Secara klinis dijumpai keadaan: 1. Daerah tidak bergigi sudah panjang. 2. Bentuk dan panjang akar gigi kurang memadai 3. Tulang pendukung mengalami resorbsi cervikal dan atau disertai goyangnya gigi secara berlebihan. 4. Beban oklusal berlebihan Indikasi pelayanan prostodonsi; Gigi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi dengan desain bilateral.

Kelas IV Daerah tidak bergigi sama dengan klas IV Kennedy. Pada umumnya untuk klas ini dapat dibuat gigi tiruan sebagian lepasan bila: 1. Tulang alveolar sudah banyak hilang, seperti pada kasus akibat trauma 2. Gigi harus disusun dengan overjet besar, sehingga dibutuhkan banyak gigi pendukung. 3. Dibutuhkan distribusi merata melalui lebih banyak gigi penahan, pada pasien dengan daya kunyah besar. 4.Diperlukan dukungan danretensi tambahan dari gigi penahan 5.Mulut pasien depresif, sehingga perlu penebalan sayap untuk memenuhi faktor estetik Indikasi pelayanan Prosthodontic Klas IV : a) Geligi tiruan cekat, bila gigi gigi tetangga masih kuat b) Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan dukungan gigi atau jaringan atau kombinasi. c) Pada kasus meragukan sebaiknya dibuat GTSL Kelas V Daerah tak bergigi paradental, dimana gigi asli anterior tidak dapat dipakai sebagai gigi penahan atau tak mampu menahan daya kunyah Kasus seperti ini banyak dijumpai pada rahang atas karena gigi caninus yang dicabut karena malposisi atau terjadinya kecelakaan Gigi bagian anterior kurang disukai sebagai gigi penahan, biasanya karena salah satu alasan berikut ini : 1. daerah tak bergigi sangat panjang 2. daya kunyah pasien berlebihan 3 bentuk atau panjang akar gigi penahan kurang memadai 4 tulang pendukung lemah penguatan dengan splin tidak diharapkan, dan sekalipun dilakukan tetap tidak memberikan dukungan yang memadai, tetapi tetap dirasakan perlunya mempertahankan geligi yang masih tinggal ini Indikasi pelayanan Prosthodontik kelas V: Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan prinsip basis berujung bebas tetapi di bagian anterior. Kelas VI Daerah tak bergigi paradental dengan ke dua gigi tetangga gigi asli dapat dipakai sebagai gigi penahan. Kasus seperti ini sering kali merupakan daerah tak bergigi yang terjadi pertama

kalinya dalam mulut Biasanya dijumpai keadaan klinis : 1. daerah tak bergigi yang pendek 2. bentuk atau panjang akar gigitetangga memadai sebagai pendukung penuh 3. sisa processus alveolaris memadai 4. daya kunyah pasien tidak besar Indikasi pelayanan prosthodontik kelas VI a) geligi tiruan cekat b) geligi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi dan desain unilateral (protesa sadel) Pemilihan geligi tiruan lepasan dalam hal ini didasarkan pada: 1. usia pasien masih muda 2. mencegah ekstrusi gigi antagonis 3. pulpa gigi masih lebar 4. kesehatan pasien tak memungkinkan dilakukannya preparasi segera 5. kendala waktu untuk pembuatan gigi tiruan cekat 6. pasien menolak pembuatan geligi tiruan cekat 7. keadaan sosial ekonomi pasien tak menunjang Selain ke enam kelas tersebut di atas, klasifikasi Aplegate Kennedy mengenai juga modifikasi untuk daerah tak bergigi tambahan. Bila tambahan ini terletak di anterior, maka disebut kelas. modifikasi A Pada penambahan yang terletak di posterior, sebutan menjadi kelas modifikasi P. Untuk penambahan ruangan yang lebih dari satu, dimuka huruf petunjuk modifikasi. Diberi tambahan angka arab sesuai jumlahnya. Contoh : Kelas II Modifikasi 2A (atau 1P atau 2A dan 3P dan seterusnya). KLASIFIKASI SWENSON Pada dasarnya sama dengan klasifikasi Kennedy Kelas I : Unilateral free end Kelas II : Ujung bebas bilateral/ Bilateral free end Kelas III : Bounded sadle Kelas IV : Anterior tooth supported KELAS I KELAS II KELAS III KELAS IV KLASIFIKASI AUSTIN DAN LIDGE Lebih sederhana karena pengklasifikasiannya berdasarkan wilayah daerah gigi yang hilang. a) Daerah gigi yang hilang anterior A

b) Daerah gigi yang hilang posterior: P Pada masing masing derah tersebut dibagi 2 lagi, dengan batas median line. KLASIFIKASI BERDASARKAN LETAK KLAMER Klasifikasi ini didasarkan pada letak klamer. Kelas I Miller : Menggunakan 2 klamer, dengan letak klamer harus berhadapan dan tegak lurus dengan median line Kelas II Miller Memakai 2 klamer, diagonal dimana garis fulkrum melewati median line. Median line dengan lokasi fulkrum tegak lurus. Kelas II Miller Memakai 2 klamer, diagonal dimana garis fulkrum melewati median line. Median line dengan lokasi fulkrum tegak lurus. Kelas III Miller Menggunakan 3 klamer, letak klamer sedemikian rupa sehingga bila ditarik akan berbentuk segitiga yang letaknya kira kira ditengah protesa. Kelas IV Miller Memakai 4 klamer, bila dihubungkan dengan garis membentuk segiempat dan terletak ditengah tengah protesa. Klasifikasi Cummer 1 Kelas I protesa dengan 2 retensi (klamer) direct, letaknya diagonal, berorientasi pada frame protesa 2 Kelas II protesa dengan 2 retensi direct, letak berhadapan, bila dihubungkan membentuk garis tegak lurus pada median line. 3 Kelas III protesa dengan 2 atau lebih retensi direct, letak pada 1 sisi/bidang. 4 Kelas IV protesa dengan 3 4 klamer, bila dihubungkan dengan gads membentuk segi empat dan berada di tengah protesa.

You might also like