You are on page 1of 119

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN BELAJAR REMAJA SISWA KELAS X SMA TARUNA

DRA ZULAEHA KECAMATAN LECES KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2009-2010

TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan

Oleh : Rahmawati Maulidia NIM: 0610720039

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2009

HALAMAN PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN BELAJAR REMAJA SISWA KELAS X SMA TARUNA DRA ZULAEHA KECAMATAN LECES KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2009-2010

Oleh : Rahmawati Maulidia NIM : 0610720039 Telah diuji pada : Hari : Rabu Tanggal : 23 Desember 2009 dan dinyatakan lulus oleh: Penguji I

Yati Sri Hayati, S.Kp, M.Kes NIP. 132 300 041

Penguji II

Penguji III

dr Soemardini, M.Pd NIP. 19460307 197903 2 001

Ns.Dian Susmarini, S.Kep, MN NIP. 030 681 045

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian Belajar Remaja Siswa Kelas X Sma Taruna Dra Zulaeha Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo Tahun Ajaran 2009-2010 . Dengan selesainya Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Dr. dr. Samsul Islam, Sp.MK, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. 2. dr. Subandi, M Kes. DAHK, selaku Ketua Jurusan Keperawatan yang senantiasa memberikan semangat, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian Tugas Akhir. 3. dr. Soemardini, MPd, sebagai pembimbing pertama yang telah

memberikan banyak bantuan, sabar dalam membimbing penulis untuk bisa menulis dengan baik, dan senantiasa memberi semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. 4. Ns. Dian Susmarini, S.Kep, MN sebagai pembimbing kedua yang dengan sabar telah membimbing penulisan dan analisis data, dan senantiasa memberi semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. 5. Ns. Yati Srihayati, S.Kp. M.Kes sebagai tim penguji Tugas Akhir.

6. Titin Andri, S.Kp.M.Kes sebagai Koordinator Tugas Akhir Jurusan Keperawatan. 7. Bapak Imam selaku Kepala Sekolah SMA Taruna Dra Zulaeha Kabupaten Probolinggo, Bapak Ucok selaku bagian akademik beserta seluruh staf pengajar yang telah banyak membantu proses penelitian. 8. Segenap anggota Tim Pengelola Tugas Akhir FKUB 9. Yang tercinta bapak dan ibu serta adik-adikku atas segala pengertian dan kasih sayangnya. 10. Yang tercinta orang spesial yang telah memberi motivasi dan banyak sekali bantuan dalam menyelesaiakan Tugas Akhir ini. 11.Teman-temanku angkatan 2006 yang telah memberikan banyak saran. 12. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun. Akhirnya, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Malang, 15 Desember 2009

Penulis

ABSTRAK

Maulidia, Rahmawati. 2009. Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian Belajar Remaja Siswa Kelas X Sma Taruna Dra Zulaeha Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo Tahun Ajaran 2009-2010. Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) dr. Soemardini, MPd. (2) Ns. Dian Susmarini, S.Kep, MN Masa anak usia remaja merupakan masa yang penting dalam proses perkembangan kemandirian dalam belajar. Pemahaman dan kesempatan yang diberikan orangtua kepada anaknya dalam meningkatkan kemandirian belajar sangat penting untuk diperhatikan. Kemandirian pada anak berawal dari keluarga serta dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Kemampuan orangtua dalam mengembangkan pola asuh yang diterapkan pada anak secara tepat dapat mengurangi ketergantungan remaja tersebut dalam belajar. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pola asuh orangtua dengan tingkat kemandirian belajar anak usia remaja. Desain penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional design. Sampel dipilih dengan menggunakan metode teknik Purposive Sampling. Jumlah sampel yang digunakan adalah 152 siswa Kelas X SMA Taruna Dra Zulaeha Kecamatan Leces kabupaten Probolinggo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan pola asuh orangtua dengan tingkat kemandirian dalam belajar, berdasarkan uji statistik Spearman Rank dengan nilai korelasi positif sebesar 0,661 dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan positif antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian dalam belajar apada anak usia remaja. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan pada penelitian selanjutnya lebih spesifik selain belajar, misalnya kecerdasan intelektual, prestasi. Diharapkan juga dari penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan perawat pediatrik dan komunitas dalam memberikan pelayanan keperawatan secara holistik dan komprehensif dalam meningkatkan mutu pelayanan. Serta mampu memberikan advokasi kepada orang tua dalam menerapkan pola asuh yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak sehingga mampu untuk mandiri dalam belajar. Kata kunci: pola asuh, tingkat kemandirian, anak usia remaja.

ABSTRACT Maulidia, Rahmawati. 2009. The Correlation Between Parents Nurture Pattern with Independent Grade of Learning on Adolescent Age of class X in SMA Taruna Dra Zulaeha Probolinggo City year 2009-2010 . Final Paper, Medical Faculty Brawijaya University, Advisory Lectures: (1) dr. Soemardini, MPd. (2) Ns. Dian Susmarini, S.Kep, MN . Adolescent ages period is a critical period in the process of developing independent of learning. Understanding and chance given by the parent to their children in developing independent of learning was very important to be noticed. Children independent starts from the family and it is influenced by the parents nurture pattern. The parents ability in developing nurture pattern to be applied for their children properly may lesson their dependence on learning. The research had objective to find the correlation between parents nurture pattern with independent grade in learning of children at adolescent ages. The research design was observational analytical with cross sectional design approaches. Sample was taken by using purposive sampling method. The samples were 152 students of class X SMA Taruna Dra Zulaeha Probolinggo city. The research result showed that there was correlation between parents nurture pattern with independent grade in learning. Based on statistical test of Spearman Rank, it had positive correlation value as 0,661 and significance value as 0,000 (p < 0,05). Conclusion from the research was that there was positive correlation between parents nurture pattern with independent grade in learning of children at adolescent ages. Based on the research result, the writer advised that for the next researches to be more focused on except of learning, intelectual perspicacity or achievement. It was also expected that from this research would increase pediatric and community health nursing ability give nursing services holistically and comprehensively in increasing the quality of service. And they would be able to give advice to parents would increase their ability in applying the most proper nurture pattern for the children according to their ages, so adolescent be able to independent in learning Keywords: nurture pattern, independent grade, children at adolescent age.

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Judul............................................................................................... Halaman Persetujuan ................................................................................... Kata Pengantar.............................................................................................. Abstrak.......................................................................................................... Abstract ........................................................................................................ Daftar Isi........................................................................................................ Daftar Tabel................................................................................................... Daftar Gambar............................................................................................... Daftar Lampiran............................................................................................. BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1.1 Latar Belakang................................................................................. 1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian............................................................................. 1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................... 1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian........................................................................... 1.4.1 Manfaat Teoritis....................................................................... 1.4.2 Manfaat Praktis........................................................................ BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 2.1 Pola Asuh Orang Tua..................................................................... 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua........................................... 2.1.2 Jenis dan Ciri Pola Asuh Orang Tua....................................... 2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua................. 2.2 Remaja .......................................................................................... 2.2.1 Pengertian Remaja................................................................. 2.2.2 Ciri-Ciri Remaja....................................................................... 2.2.3 Perkembangan Remaja........................................................ 2.2.3.1 Aspek-aspek Perkembangan pada Masa Remaja 2.2.3.2.Tugas Perkembangan Remaja 2.3 Kemandirian Belajar........................................................................ 2.3.1 Pengertian dan Aspek Kemandirian........................................ 2.3.2 Belajar..................................................................................... 2.3.3 Kemandirian Siswa dalam Belajar.......................................... 2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar 2.3.5 Keterampilan-Keterampilan Belajar secara Mandiri 2.4 Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kemandirian Belajar Anak Usia Remaja................................................................................ i ii iv vi vii viii x xi xii 1 1 5 5 5 5 5 5 5 7 7 7 8 10 15 15 16 17 18 18 19 10

21

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN.................... 3.1 Kerangka Konsep Penelitian........................................................... 3.2 Hipotesis Penelitian........................................................................

23 23 24

BAB 4 METODE PENELITIAN...................................................................... 25 4.1 Desain Penelitian............................................................................ 25 4.2 Populasi, Sampling dan Tekhnik Sampling..................................... 26 4.2.1 Populasi ................................................................................. 26 4.2.2 Besar Sampel ........................................................................ 26 4.2.3 Teknik Sampling..................................................................... 26 4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.................................. 27 4.3.1 Variabel Independent.............................................................. 27 4.3.2 Variabel Dependen................................................................. 27 4.3.3 Definisi Operasional................................................................ 29 4.4 Teknik Pengumpulan Data dan Analisa Data.................................. 32 4.4.1 Pengumpulan Data................................................................. 4.4.2 Analisa Data............................................................................ 4.4.2.1 Analisis untuk data pola asuh...................................... 32 4.4.2.2 Analisis untuk data kemandirian anak......................... 34 4.4.2.3 Analisia untuk mencari hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian belajar remaja. . 33 4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................... 27 4.6 Validitas dan Reliabilitas................................................................. 27 4.6.1 Uji Validitas Instrumen............................................................ 27 4.6.2 Uji Reliabilitas Instrumen......................................................... 28 4.7 EtikaPenelitian................................................................................ 34 4.7.1 Informed Concent.................................................................. 34 4.7.2 Anonimity............................................................................... 35 4.7.3 Confidentiality........................................................................ 35 4.8 Jadwal Penelitian ........................................................................... 35 BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA .................................... 5.1 Hasil Penelitian .............................................................................. 5.1.1 Karakteristik Lokasi Penelitian ............................................... 5.1.2 Karakteristik Responden ....................................................... 5.2 Analisis Data................................................................................... 5.2.3 Analisis Data untuk Pola Asuh .............................................. 5.2.4 Analisis Data untuk Tingkat Kemandirian Belajar.................. 5.2.5 Analisis Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Tingkat Kemandirian Belajar Remaja ................................................. BAB 6 PEMBAHASAN ................................................................................ 6.1 Karakteristik Responden dan Sampel ............................................ 6.2 Pola Asuh Orangtua ...................................................................... 6.3 Tingkat Kemandirian Belajar........................................................... 6.4 Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Tingkat Kemandirian Belajar Remaja................................................................................ 6.5 Keterbatasan Penelitian ................................................................. BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 36 36 37 40 45 42 43 44 46 46 48 49 50 55 57

7.1 Kesimpulan .................................................................................... 7.2 Saran ............................................................................................. Daftar Pustaka............................................................................................... DAFTAR TABEL

57 58 59

Tabel

Halaman

Tabel 4.2 Jadwal Penelitian........................................................................... 36 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian Belajar........................................ 44

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian...................................................... 23 Gambar 5.1 Distribusi Sample Berdasarkan Umur ....................................... 37 Gambar 5.2 Distribusi Sample Berdasarkan Jenis Kelamin .......................... 38 Gambar 5.3 Distribusi Sample Berdasarkan Urutan Kelahiran ..................... 38 Gambar 5.4 Distribusi Sample Berdasarkan Kondisi Kesehatan Anak ......... 39 Gambar 5.5 Distribusi Sample Berdasarkan Jenis Pekerjaan Orang Tua ..... 39 Gambar 5.6 Distribusi Sample Berdasarkan Jenis Pola Asuh ....................... 42 Gambar 5.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Kemandirian Siswa dalam Belajar .................................................................................... 43 Gambar 5.8 Distribusi Sample Berdasarkan Hubungan antara Pola Asuh

Dengan Tingkat Kemandirian Siswa Remaja dalam Belajar . . . 45

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

Lampiran 1. Lembar Pemberitahuan ............................................................ 62 Lampiran 2. Lembar Permohonan Persetujuan Penelitian ........................... 63 Lampiran 3. Surat Persetujuan Sebagai Subjek Penelitian ......................... 64 Lampiran 4. Pengantar Kuisioner.................................................................. 66

Lampiran 5. Kisi-Kisi Kuisioner .................................................................... 67 Lampiran 6. Kuisioner................................................................................... 67 Lampiran 7. Hasil Validitas & Reliabilitas Kuisioner ................................ 70 Lampiran 8. Lembar Komisi Etik Penelitian Kesehatan ................................. 72 Lampiran 9. Permohonan Ijin penelitian & Pengambilan Data ...................... 77 Lampiran 10. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .................. 78 Lampiran 11.Pernyataan Telah Melaksanakan Penelitian dan Memenuhi Ethical Clearance ................................................................... ..................................................................................................79 Lampiran 12.Tabulasi Data Hasil Penelitian ................................................. 80 Lampiran 13.Hasil Uji Statistik ...................................................................... 84 Lampiran 14.Pernyataan Keaslian Penulisan ............................................... 85 Lampiran 15. Lembar Konsultasi Tugas Akhir .............................................. ......................................................................................................................86 Lampiran 16. Curriculum Vitae........................................................................ 90

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Era globalisasi akhir-akhir ini diwarnai dengan adanya kemajuan yang begitu pesat di dunia pendidikan. Keluarga merupakan wadah pendidikan yang sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan

kemandirian anak, oleh karena itu pendidikan anak tidak dapat dipisahkan dari keluarganya karena keluarga merupakan tempat pertama kali anak belajar menyatakan diri sebagai mahkluk sosial dalam berinteraksi dengan kelompoknya. Orang tua yaitu ayah dan ibu merupakan orang yang bertanggung jawab pada seluruh keluarga. Orang tua juga menentukan kemana keluarga akan dibawa dan apa yang harus diberikan sebelum anakanak dapat bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Mereka masih tergantung dan sangat memerlukan bekal pada orang tuanya sehingga orang tua harus mampu memberi bekal kepada anaknya tersebut. Melihat keadaan seperti itu pola asuh yang diberikan orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk kemandirian remaja. Bentuk- bentuk pola asuh yang diterapkan oleh orang tua yang satu dengan yang lain pastilah berbeda. Pola asuh orang tua inilah yang akan

mempengaruhi perkembangan seseorang dari usia anak-anak sampai dewasa. Orang tua yang salah menerapkan pola asuh akan membawa dampak buruk bagi perkembangan jiwa anak. Sehingga diharapkan orang tua dapat menerapkan pola asuh yang bijaksana atau pola asuh yang setidaktidaknya tidak membawa kehancuran atau merusak jiwa dan watak seorang anak. Hasil penelitian di Tegal oleh Siti Anisa (2005) yang berjudul Kontribusi Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemandirian anak menemukan bahwa adanya kontribusi yang nyata dari jenis pola asuh tersebut terhadap kemandirian seorang anak. Prosentase kontribusi pola asuh terbesar terhadap kemandirian adalah pola asuh demokratis dilanjutkan permisif dan terakhir otoriter. Selain itu juga ada studi kasus yang dilakukan oleh Musdalifah, M. Si (2007) mengenai perkembangan sosial remaja dalam kemandirian

menyatakan bahwa selama masa remaja, tuntunan terhadap kemandirian ini sangat besar dan jika direspon secara cepat dapat saja menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi perkembangan psikologis remaja di masa mendatang, misalnya anak menjadi anak yang bergantung pada orang tua (mengalami dependensi). Rasa kecewa dan frustrasi remaja terhadap orang tua karena tidak mendapatkan apa yang dinamakan kemandirian. Banyak dijumpai dalam rubrik konsultasi pada majalah-majalah remaja mengenai kebingungan dan keluh kesah yang dialami remaja karena banyak aspek kehidupan mereka yang masih diatur oleh orang tua. Mencermati kenyataan tersebut, peran pola asuh orang tua sangatlah besar dalam proses pembentukan kemandirian seorang remaja

Pola asuh orang tua secara umum dibagi menjadi tiga besar yakni otoriter, permisif, dan demokratis. Pola asuh otoriter merupakan pola asuh yang menekan anak untuk menuruti apa yang orang tua yang inginkan. Pola asuh permisif merupakan pola asuh dimana anak yang memiliki peranan dominan. Pola asuh demokratis merupakan pola asuh dimana suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak (Thoha, 1996). Pola asuh orang tua di sini, memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk kemandirian anak, meliputi juga dalam membentuk kemandirian belajar seorang anak melihat bahwa setiap siswa memiliki gaya dan tipe belajar yang berbeda dengan teman-temannya. Kemandirian belajar adalah aktivitas belajar yang di dorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri tanpa bantuan orang lain serta mampu mempertanggungjawabkan tindakannya. Siswa dikatakan telah mampu belajar secara mandiri apabila ia telah mampu melakukan tugas belajar tanpa ketergantungan dengan orang lain. Ciri-ciri pokok siswa mampu mandiri dalam belajar dapat dilihat dari bagaimana ia memulai belajarnya, mengatur waktu dalam belajar sendiri melakukan belajar dengan cara dan teknik sesuai dengan kemampuan sendiri serta mampu mengetahui kekurangan diri sendiri. Kemandirian dalam belajar sangat diperlukan oleh remaja tersebut dalam menghadapi persaingan di dunia pendidikan yang semakin tajam. Kemandirian dalam belajar remaja nantinya akan sangat berpengaruh terhadap prestasinya di masa-masa yang akan datang dan kesuksesannya dalam menghadapi hidup (Surya, 2003). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMA Taruna Dra Zulaeha Leces, yang menerapkan kurikulum daily test dan full day school, yaitu setiap hari siswa diberi ulangan harian dan tugas. Selain itu prestasi yang diraih

juga sangat banyak baik akademik maupun non akademik dan merupakan sekolah terbaik di Kecamatan Leces. Siswanya juga berasal dari latar belakang keluarga yang beragam dan nantinya akan membentuk pola asuh orang tua yang berbeda pula. Dalam penelitian ini, yang dijadikan sampel penelitian adalah siswa kelas X, dengan pertimbangan bahwa sampel kelas X merupakan tingkatan kelas paling aman dan sesuai untuk diadakan penelitian dilihat dari segi waktu yaitu merupakan tahap awal penyesuaian siswa dari SMP ke SMA sehingga tepat sekali untuk mengetahui tingkat kemandirian belajar. Peneliti tidak mengambil sampel kelas XI dan kelas XII dengan alasan karena kelas XI sudah mulai menyesuaikan diri, sedangkan pada kelas XII karena adanya keterbatasan waktu akan menghadapi kelulusan sehingga data yang diperoleh tidak akan valid dan reliable. Peneliti dalam hal ini melihat dari sudut pandang keperawatan yang memiliki body of knowledge secara holistik khususnya bagi keperawatan komunitas keluarga, sudah saatnya seorang perawat mengembangkan profesinya ke arah bimbingan dan konseling kepada tiap-tiap keluarga maupun institusi yang terkait karena hal ini berhubungan dengan tumbuh kembang anak usia remaja. Berdasarkan fenomena di SMA ini peneliti tertarik untuk meneliti pola asuh apa yang diterapkan di SMA Taruna Dra Zulaeha, bagaimana kemandirian belajar siswa disana dan apakah ada hubungan antara pola asuh yang diterapkan orang tua dengan kemandirian belajar siswa SMA Taruna Dra Zulaeha.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian belajar anak usia remaja di SMA Taruna Dra Zulaeha.

1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui adanya hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian belajar anak usia remaja di SMA Taruna Dra Zulaeha. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi pola asuh orang tua yang diterapkan pada anak usia remaja di SMA Taruna Dra Zulaeha. 2. Mengidentifikasi kemandirian belajar pada anak usia remaja di SMA Taruna Dra Zulaeha. 3. Menganalisis hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian belajar anak usia remaja di SMA Taruna Dra Zulaeha.

1.4 Manfaat 1. Secara Teoritis Dengan mengetahui hubungan pola asuh yang diberikan orang tua maka akan mendukung teori pola asuh dan kemandirian belajar yang telah ada, sehingga dapat menambah pengetahuan perawat dalam memberi asuhan keperawatan pada anak usia remaja. 2. Secara Praktik Memberikan masukan bagi perawat khususnya perawat pediatrik dan komunitas keluarga dalam praktek asuhan keperawatan anak usia

remaja untuk disampaikan kepada orang tua, sehingga dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi orang tua dalam

mengasuh dan membimbing sesuai perkembangan anak usia remaja

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pola Asuh Orang Tua Orang tua merupakan keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah. Setiap orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-

anaknya sehingga anak nantinya siap dalam menghadapi kehidupan bermasyarakat. Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak dapat berinteraksi. Keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan anak. Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian adalah pola asuh orang tua (Tarmudji, 2004). Keluarga merupakan tempat pertama kali menerima kehadiran seorang anak. Orang tua mempunyai berbagai macam fungsi yang salah satu di antaranya ialah mengasuh putra-putrinya. Orang tua dalam mengasuh anak-anaknya dipengaruhi oleh budaya dan sikap-sikap tertentu

dalam memelihara, membimbing, dan mengarahkan putra-putrinya. Hal ini yang membuat pola pengasuhan antar orang tua berbeda terhadap anakanaknya (Tarmudji, 2004).

2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Dilihat dari segi bahasa, kata pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh. Pola berarti model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur yang tetap). Sedang kata asuh mengandung arti menjaga, merawat, mendidik anak agar dapat berdiri sendiri. Menurut Kohn pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya. Pola asuh merupakan interaksi antara orang tua dengan anaknya selama mengadakan pengasuhan (Tarmudji, 2004). Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan dengan norma-norma yang ada di masyarakat. Dari beberapa pengertian pola asuh di atas, dapat penulis simpulkan bahwa pola asuh orang tua merupakan gambaran sikap yang ditunjukkan orang tua dalam berinteraksi dengan anaknya, interaksi di sini termasuk ekspresi sikap, termasuk di dalamnya cara-cara orang tua menerapkan aturan-aturan, hadiah, maupun hubungan, serta cara orang tua memberikan perhatian dan tanggapan terhadap anaknya, sejak kecil sampai dewasa untuk mencapai tujuan sesuai dengan norma-norma yang ada.

Pada dasarnya sikap orang tua akan tampak pada saat berinteraksi dalam keluarga, karena dalam berinteraksi tersebut, sikap, perilaku, dan kebiasaan orang tua sehari-hari akan dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anak yang kemudian menjadi kebiasaan bagi anaknya. Hal tersebut dikarenakan anak mengidentifikasikan diri pada orang tuanya, sebelum mengadakan identifikasi dengan orang lain (lingkungan), walaupun tidak dapat disangkal bahwa faktor lingkungan juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan tingkah laku individu (anak), khususnya pada masa kanak-kanak sampai remaja, sebab pada masa ini anak mulai berfikir kritis. Sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak, berpengaruh pada sikap dan perilaku anak. Dalam hal ini, orang tua yang menerapkan salah satu sikap tertentu dalam keluarga yang bertujuan untuk mendisiplinkan anak, akan berpengaruh pada tingkat perkembangan individu yaitu perkembangan kemandiriannya. Oleh karena itu, untuk mendisiplinkan anak agar mencapai kemandirian yang diharapkan, terkadang sikap orang tua cenderung mengarah pada dua tipe pendekatan, yaitu pendekatan positif dan pendekatan negatif (Schaefer, 1994). Pola asuh dengan pendekatan positif adalah bentuk pola asuh yang orang tua cenderung memandang dan memperlakukan seorang anak sebagai seorang teman, bukan sebagai seorang lawan, sebaliknya pola asuh yang menggunakan pendekatan negatif adalah bentuk pola asuh yang orang tua cenderung menghukum, dimana pelaksanaannya untuk menghukum anak yang berbuat kesalahan dengan menimbulkan kesakitan yang bersifat fisik dan kewajiban yang kemudian akan membuat anak

kehilangan harga diri, ketakutan, kecemasan dan perasaan bersalah (Schaefer, 1994).

2.1.2 Jenis dan Ciri Pola Asuh Orang Tua Pola asuh dibagi menjadi 4 macam diantaranya, yaitu: 1. Pola asuh otoriter (parent oriented) Ciri-ciri dari pola asuh ini, menekankan segala aturan orang tua harus ditaati oleh anak. Orang tua bertindak semena-mena, tanpa dapat dikontrol oleh anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tua. Hal ini membuat anak seolah-olah mejadi robot, sehingga ia kurang inisiatif, merasa takut tidak percaya diri, pencemas, rendah diri, minder dalam pergaulan tetapi disisi lain, anak bisa memberontak, nakal, atau melarikan diri dari kenyataan, misalnya dengan menggunakan narkoba. Segi positifnya, anak yang dididik dalam pola asuh ini, cenderung akan menjadi disiplin yakni mentaati peraturan. Akan tetapi bisa jadi, ia hanya mau menunjukkan kedisiplinan dihadapan orang tua, padahal dalam hatinya berbicara lain, sehingga ketika di belakang orang tua, anak bersikap dan bertindak lain. Hal itu tujuannya semata hanya untuk menyenangkan hati orang tua. Jadi anak cenderung memiliki kedisiplinan dan kepatuhan yang semu (Dariyo, 2004). 2. Pola asuh permisif (children centered) Sifat pola asuh ini, yakni segala aturan dan ketetapan keluarga di tangan anak. Apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang tua.

Orang tua menuruti segala kemauan anak. Anak cenderung bertindak semena-mena, tanpa pengawasan orang tua. Ia bebas melakukan apa saja yang diinginkan. Sisi negatifnya anak kurang disiplin dengan aturanaturan sosial yang berlaku. Bila anak mampu menggunakan kebebasan tersebut secara bertanggung jawab , maka anak akan menjadi seorang yang mandiri, kreatif, inisiatif dan mampu mewujudkan aktualisasinya (Dariyo, 2004).

3.

Pola asuh demokratis Kedudukan antara orang tua dan anak sejajar. Suatu keputusan

diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus di bawah pengawasan orang tua dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral. Orang tua dan anak tidak dapat berbuat semena-mena. Anak diberi kepercayaan dan dilatih untuk mempertanggungjawabkan segala tindakannya. Akibat positif dari pola asuh ini, anak akan menjadi seorang individu yang mempercayai orang lain, bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakannya, tidak munafik, jujur. Namun akibat otoritas negatif, orang anak tua, akan kalau cenderung segala merongrong harus

kewibawaan

sesuatu

dipertimbangkan anak dan orang tua (Dariyo, 2004). 4. Pola asuh situasional Pada pola asuh ini orang tua tidak menerapkan salah satu tipe pola asuh tertentu. Tetapi kemungkinan orang tua menerapkan pola asuh secara fleksibel, luwes dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berlangsung saat itu (Dariyo, 2004).

Menurut Hurlock mengemukakan ada tiga jenis pola asuh orang tua terhadap anaknya, yakni : 1. Pola asuh otoriter Pola asuh otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak dengan aturan-aturan yang ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang tua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi. Anak jarang diajak berkomunikasi dan bertukar pikiran dengan orang tua, orang tua menganggap bahwa semua sikapnya sudah benar sehingga tidak perlu dipertimbangkan dengan anak. Pola asuh yang bersifat otoriter juga ditandai dengan penggunaan hukuman yang keras, lebih banyak menggunakan hukuman badan, anak juga diatur segala keperluan dengan aturan yang ketat dan masih tetap diberlakukan meskipun sudah menginjak usia dewasa. Anak yang dibesarkan dalam suasana semacam ini akan besar dengan sifat yang ragu-ragu, lemah kepribadian dan tidak sanggup mengambil keputusan tentang apa saja (Thoha, 1996). 2. Pola asuh demokratis Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung pada orang tua. Orang tua sedikit memberi kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya, anak didengarkan pendapatnya, dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang menyangkut dengan kehidupan anak itu sendiri. Anak diberi kesempatan untuk mengembangkan kontrol internalnya sehingga sedikit demi sedikit berlatih untuk bertanggung jawab kepada diri sendiri. Anak dilibatkan dan diberi

kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengatur hidupnya (Thoha, 1996). 3. Pola asuh permisif Pola asuh ini ditandai dengan cara orang tua mendidik anak secara bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa atau muda, ia diberi kelonggaran seluas-luasnya untuk melakukan apa saja yang dikehendaki. Kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah, juga tidak memberikan bimbingan yang cukup berarti bagi anaknya. Semua apa yang telah dilakukan oleh anak adalah benar dan tidak perlu mendapatkan teguran, arahan atau bimbingan (Thoha, 1996). Ada juga yang berpendapat lain dan membagi bentuk pola asuh orang tua menjadi empat, yaitu : 1. Pola pengasuhan autoritatif Pada umumnya pola pengasuhan ini hampir sama dengan bentuk pola asuh demokratis oleh Agoes Dariyo (2004) dan Chabib Thoha (1996) namun hal yang membedakan pola asuh ini yaitu adanya tambahan mengenai pemahaman bahwa masa depan anak harus dilandasi oleh tindakan-tindakan masa kini. Orang tua memprioritaskan kepentingan anak dibandingkan dengan kepentingan dirinya, tidak ragu-ragu

mengendalikan anak, berani menegur apabila anak berperilaku buruk. Orang tua juga mengarahkan perilaku anak sesuai dengan kebutuhan anak agar memiliki sikap, pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan yang akan mendasari anak untuk mengarungi hidup dan kehidupan di masa mendatang (Prasetya, 2003). 2. Pola pengasuhan otoriter

Pada pola pengasuhan ini, orang tua menuntut anak untuk mematuhi standar mutlak yang ditentukan oleh orang tua. Kebanyakan anak-anak dari pola pengasuhan otoriter ini memiliki kompetensi dan cukup bertanggung jawab, namun kebanyakan cenderung menarik diri secara sosial, kurang spontan dan tampak kurang percaya diri (Prasetya, 2003). 3. Pola pengasuhan penyabar atau pemanja Pola pengasuhan ini, orang tua tidak mengendalikan perilaku anak sesuai dengan kebutuhan perkembangan kepribadian anak, tidak pernah menegur atau tidak berani menegur anak. Anak-anak dengan pola pengasuhan ini cenderung lebih energik dan responsif dibandingkan anak-anak dengan pola pengasuhan otoriter, namun mereka tampak kurang matang secara sosial (manja), impulsif, mementingkan diri sendiri dan kurang percaya diri (cengeng) (Prasetya, 2003). 4. Pola pengasuhan penelantar Pada pola pengasuhan ini, orang tua kurang atau bahkan sama sekali tidak mempedulikan perkembangan psikis anak. Anak dibiarkan berkembang sendiri, orang tua juga lebih memprioritaskan

kepentingannya sendiri dari pada kepentingan anak. Kepentingan perkembangan kepribadian anak terabaikan banyak orang tua yang terlalu sibuk dengan kegiatannya sendiri dengan berbagai macam alasan . Anak-anak terlantar ini merupakan anak-anak yang paling potensial terlibat penggunaan obat-obatan terlarang (narkoba) dan tindakan-tindakan kriminal lainnya. Hal tersebut dikarenakan orang tua sering mengabaikan keadaan anak dimana ia sering tidak peduli atau tidak tahu dimana anak-anaknya berada, dengan siapa anak-anak mereka bergaul, sedang apa anak tersebut. Bentuk pola asuh penelantar

tersebut anak merasa tidak diperhatikan oleh orang tua, sehingga ia melakukan segala sesuatu atas apa yang diinginkannya (Prasetya, 2003). Dari beberapa uraian pendapat para ahli di atas mengenai bentuk pola asuh orang tua penulis dapat simpulkan bahwa pada dasarnya terdapat tiga pola asuh yang diterapkan orang tua yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh permisif. Adapun pengaruh ketiga bentuk pola asuh orang tua terhadap kemandirian siswa adalah meliputi aktivitas pendidikan dalam keluarga, kecenderungan cara mendidik anak, cara mengasuh dan cara hidup orang tua yang berpengaruh secara langsung terhadap kemandirian anak dalam belajar.

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua Adapun lima faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua

terhadap anak adalah : 1. Temperamen Para ahli bidang pekembangan anak percaya bahwa kepribadian kita dipengaruhi faktor-faktor biologis, dan terlahir dengan

kecenderungan tertentu. Kata temperamen biasanya digunakan untuk menggambarkan bermacam-macam sikap yang biasanya ada pada diri kita semenjak dalam kandungan sampai lahir. 2. Karakteristik biologis lain Selain temperamen, kondisi biologis yang berhubungan dengan karakteristik juga mempengaruhi cara kita bersikap. Ini meliputi faktor fisik, emosional, serta perkembangan kesehatan dan medis. 3. Tingkat pendidikan

Orang tua dengan latar belakang pendidikan tinggi akan lebih siap dalam mengasuh anaknya karena pengetahuan yang luas diperoleh melalui kegiatan membaca artikel dibandingkan orang tua dengan latar belakang pendidikan yang rendah. 4. Stress keluarga Ketegangan keluarga akan mempengaruhi orang tua dan anakanak dalam bersikap. Orang tua yang tegang karena masalah kerja, akibat kondisi keuangan, depresi, benturan prioritas, atau masalahmasalah pernikahan tidak memiliki banyak energi untuk mengasuh dengan baik. 5. Pengaruh dari luar keluarga Faktor-faktor dari luar keluarga juga mempengaruhi bagaimana anak-anak bersikap. Anggota keluarga yang lain juga turut berperan, sebagaimana teman-teman sebaya, sekolah dan staf di tempat penitipan anak dan media. Memahami nilai penting masing-masing faktor tersebut dapat membantu kita mengasuh anak-anak (Edwards, 2006).

2.2 Remaja 2.2.1 Pengertian Remaja Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow tumbuh atau to grow maturity tumbuh menjadi dewasa . istilah ini memiliki makna yang luas mencakup kemantangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1997). Masa remaja dibagi menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa

remaja awal dan akhir dibedakan karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang terjadi antara usia 11 atau 12 tahun sampai akhir usia belasan atau awal usia dua puluhan (Hurlock, 1997; Papalia et al., 2008). Masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahanperubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orang tua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan (Hurlock, 1997). Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian

perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai. Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1997; Papalia et al., 2008).

2.2.2

Ciri-Ciri Remaja kehidupan individu pasti akan menjalani fase-fase

Rentang

perkembangan secara berurutan, meski dengan kecepatan yang berbedabeda, masing-masing fase tersebut ditandai dengan ciri-ciri perilaku atau perkembangan tertentu, termasuk masa remaja juga mempunyai ciri tertentu. Ciri-ciri masa remaja, antara lain : 1. Periode yang penting

Periode ini penting karena berdampak langsung terhadap sikap dan perilaku serta efeknya jangka panjang 2. Periode peralihan Periode ini status individu tidak jelas dan mengalami disfungsi peran karena masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan bukan orang dewasa. 3. Periode perubahan Periode ini terjadi adanya kesinergisan antara perubahan sikap dan fisik, jika perubahan fisik terjadi secara pesat perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung secara pesat 4. Usia bermasalah Masalah remaja sering sulit diatasi, hal ini terjadi karena selama masa anak-anak masih dimanjakan dalam hal penyelesaian masalah, sebagian besar masalahnya diselesaikan oleh orang tua, sehingga setelah remaja kurang pengalaman dalam mengatasinya 5. Mencari identitas Pada awal masa remaja penyesuaian diri dengan kelompok masih penting, kemudian lambat laun mulai mendambakan identitas diri yang membedakan dengan teman yang lain dan merasa kurang puas bila disamakan dengan teman-teman sebayanya. 6. Usia yang menimbulkan ketakutan Adanya anggapan remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak, membuat orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi remaja menjadi takut

bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.

7. Masa yang tidak realistis Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagai mana yang ia inginkan dan sesuai dengan imajinasinya bukan sebagaimana adanya. 8. Ambang masa dewasa Remaja mulai bertindak seperti orang dewasa misalnya merokok. Seperti halnya masa-masa perkembangan yang lain, masa remaja juga mempunyai ciri-ciri tertentu yang harus dimiliki sebagai bekal menuju perkembangan berikutnya sehingga dengan adanya ciri-ciri tersebut dapat dijadikan sinyal oleh lingkungan supaya remaja diperlakukan sebagaimana mestinya, bukan lagi diperlakukan seperti anak-anak (Hurlock, 1997).

2.2.3 Perkembangan Remaja Perkembangan merupakan perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan. Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi abstrak. Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan, yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan kognitif, dan (3) perkembangan kepribadian dan sosial (Papalia et al, 2008).

2.2.3.1 Aspek-aspek perkembangan pada masa remaja 1. Perkembangan fisik Perkembangan fisik merupakan perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik. Perubahan pada tubuh

ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah

kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Papalia et al, 2008). Pada masa remaja ditandai dengan pubertas yang dipicu oleh perubahan hormonal yang dapat mempengaruhi perasaan dan perilaku. Pubertas berlangsung sekitar 4 tahun, biasanya anak perempuan lebih dahulu ketimbang anak laki-laki dan berakhir ketika seseorang dapat bereproduksi. Dampak adanya pubertas timbul karakteristik seks primer dan seks sekunder. Seks primer ditandai adanya sinyal pertama pubertas yaitu pertumbuhan testis dan skrotum, sedangkan pada anak perempuan tidak terlihat karena organ bersifat internal. Seks sekunder misalnya payudara, perubahan suara dan tekstur kulit, perkembangan muskular, pertumbuhan rambut pubic, dan rambut tubuh (Papalia et al, 2008). 2. Perkembangan Kognitif Seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Menurut pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, dimana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja juga sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ideide yang lebih penting dan menkoneksikan antar ide-ide tersebut. Selain itu seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru (Santrock, 2001).

Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi

memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (Papalia et al, 2008). Tahap formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Pencapaian tahap operasi formal seharusnya remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Remaja dituntut mampu menemukan berbagai macam alternatif jawaban dan pengembangan dalam menjelaskan suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis yaitu mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan. Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Sehingga seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya (Santrock, 2001). Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Seorang remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, pola pikir sebagai peneliti, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan maupun membuat suatu perencanaan untuk mencapai tujuan tersebut (Santrock, 2001).

Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme . Sedangkan yang dimaksud dengan egosentrisme di sini adalah ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Istilah untuk bentuk cara berpikir egosentrisme yang dikenal disebut dengan personal fabel (Papalia et al, 2008). Pendapat Elkind menyatakan bahwa remaja memiliki semacam perasaan invulnerability yaitu keyakinan yang tidak realistis bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri, merupakan kutipan yang populer dalam penjelasan berkaitan perilaku berisiko yang dilakukan remaja (Papalia et al, 2008). 3 Perkembangan Kepribadian dan Sosial Perkembangan kepribadian merupakan perubahan cara individu yang berhubungan dengan dunia dan pengungkapan emosi secara unik, sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Maksud dari pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Papalia et al, 2008). Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua. Remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstrakurikuler dan bermain dengan teman sehingga pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar. Dalam hal ini teman sebaya termasuk dalam pengaruh lingkungan yang akan menentukan perilaku dan penentuan diri dari seorang remaja (Papalia et al, 2008).

Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya (Papalia et al, 2008).

2.2.3.2 Tugas perkembangan remaja Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst antara lain : 1. Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara

lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan 2. 3. 4. Memperoleh peranan sosial Menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua dan orang

dewasa lainnya 5. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri

sendiri 6. 7. 8. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga Membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup

(Gunarsa, 1995) Erikson mengatakan bahwa tugas utama remaja adalah menghadapi identity versus identity confusion, yang merupakan krisis ke-5 dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya. Tugas perkembangan ini bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya remaja dapat menjadi

orang dewasa yang unik dengan sense of self yang koheren dan peran yang bernilai di masyarakat. Untuk menyelesaikan krisis ini remaja harus berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam

masyarakat, apakah nantinya ia akan berhasil atau gagal yang pada akhirnya menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan menentukan peran, sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya. Beberapa isu perkembangan remaja: seksualitas, harga diri, orientasi masa depan, konsumsi, keluarga (Papalia, Olds & Feldman, 2008).

2.3 Kemandirian Belajar 2.3.1 Pengertian dan Aspek Kemandirian

Kemandirian adalah kemampuan untuk berdiri sendiri di atas kaki sendiri, dengan keberanian dan tanggung jawab sendiri (Kartono, 1995). Kemandirian merupakan suatu kekuatan internal yang diperoleh melalui proses individuasi. Proses individuasi adalah proses realisasi diri dan proses menuju kesempurnaan (Moh. Ali dan Moh. Asrori, 2004). Kemandirian adalah keadaan seseorang dalam kehidupannya yang mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Kemandirian menurut Sutari Imam Barnadib meliputi "perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Kartini dan Dali yang mengatakan bahwa kemandirian adalah hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri(Basri, 2000). Secara singkat dapat penulis simpulkan bahwa kemandirian

mengandung pengertian suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki

hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya, mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi, memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya, bertanggungjawab tetrhadap apa yang dilakukannya.

Kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu: 1. Emosi, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol

emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua. 2. Ekonomi, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengatur

ekonomi dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang tua. 3. Intelektual, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk

mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. 4. Sosial, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk

mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain (Havighurst, 1972).

2.3.2

Belajar Menurut Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Slameto mengatakan bahwa suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan, perubahan yang dimaksudkan dalam hal ini

adalah perubahan sebagai hasil dari proses belajar dan perubahan jiwa yang mempengaruhi tingkah laku seseorang (Bahri, 2002). Belajar adalah proses perubahan di dalam diri seseorang, setelah belajar seseorang mengalami perubahan dalam dirinya seperti mengetahui, memahami, lebih terampil, dapat melakukan sesuatu dan sebagainya. Adanya penekanan bahwa dengan belajar seseorang akan mengalami proses perubahan di dalam diri seseorang, setelah belajar seseorang mengalami perubahan dalam dirinya seperti mengetahui, memahami, lebih terampil, dapat melakukan sesuatu. (Hasan Basri, 1994). James merumuskan belajar sebagai proses tingkah laku

ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman (Syaiful Bahri, 2002). Sedangkan C.T Morgan berpendapat belajar adalah sesuatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat (hasil) pengalaman yang lalu (Gunarsa, 1995). Berdasarkan pendapat para ahli di atas penulis dapat simpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam diri seseorang yang di sengaja dan terarah untuk menuju pada suatu tujuan kepribadian yang lebih utuh dan tangguh. Dalam dunia pendidikan, belajar merupakan proses siswa yang tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Sehingga belajar dalam penelitian merupakan unsur yang terkait dengan kemandirian, belajar yang dimaksud adalah belajar yang mandiri, yang dapat menjadikan siswa mampu belajar secara mandiri.

2.3.3

Kemandirian Siswa dalam Belajar

Setiap siswa memiliki gaya dan tipe belajar yang berbeda dengan teman-temannya, hal ini disebabkan karena siswa memiliki potensi yang berbeda dengan orang lain. Belajar mandiri adalah proses menggerakkan kekuatan atau dorongan dari dalam diri individu yang belajar untuk menggerakkan potensi dirinya mempelajari objek belajar tanpa ada tekanan atau pengaruh asing di luar dirinya. Dengan demikian belajar mandiri lebih mengarah pada pembentukan kemandirian dalam cara-cara belajar (Surya, 2003). Dari pengertian tersebut di atas maka penulis dapat simpulkan bahwa kemandirian belajar adalah aktivitas belajar yang didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri tanpa bantuan orang lain serta mampu mempertanggungjawabkan tindakannya. Siswa dikatakan telah mampu belajar secara mandiri apabila ia telah mampu melakukan tugas belajar tanpa ketergantungan dengan orang lain. Ciri-ciri pokok siswa mampu mandiri dalam belajar dapat dilihat dari bagaimana ia memulai belajarnya, mengatur waktu dalam belajar sendiri melakukan belajar dengan cara dan teknik sesuai dengan kemampuan sendiri serta mampu mengetahui kekurangan diri sendiri. Sebagai syarat agar siswa dapat belajar mandiri, siswa tersebut harus memiliki dan melatih metode belajar yang baik, sehingga sejak awal dari pemberian tugas belajar, harus sudah timbul dalam jiwa dan pikiran anak untuk menata kegiatan belajar sendiri berdasarkan metodologi belajar yang baik dan pada tahapan-tahapan dalam proses belajar tersebut tidak harus diperintah . Siswa mengetahui arah tujuan serta langkah yang harus diperbuatnya dalam menyelesaikan tugas yang dihadapkan kepadanya. Siswa memiliki kemahiran dalam menyelesaikan tugas belajarnya dan

mampu mengimplementasikan pengetahuan yang diperolehnya tersebut (Surya, 2003). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kemandirian siswa dalam belajar adalah perilaku yang akan diukur yaitu siswa sebagai subyek yang akan diteliti, hal ini terkait dengan kemandirian siswa tersebut belajar, bertujuan agar siswa mampu menemukan sendiri apa yang harus dilakukan dan memecahkan masalah di dalam belajar dengan tidak bergantung pada orang lain. Ciri-ciri kemandirian belajar agar siswa dapat mandiri dalam belajar maka siswa harus mampu berfikir kritis, bertanggung jawab atas tindakannya, tidak mudah terpengaruh pada orang lain, bekerja keras dan tidak tergantung pada orang lain. Ciri-ciri kemandirian belajar merupakan faktor pembentuk dari kemandirian belajar siswa. Ada 8 jenis ciri kemandirian belajar, yaitu : a. Mampu berfikir secara kritis, kreatif dan inovatif. b. Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain. c. Tidak lari atau menghindari masalah. d. Memecahkan masalah dengan berfikir yang mendalam. e. Apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain. f. Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain. g. Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan. h. Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. (Thoha, 1996) Berdasarkan uraian di atas penulis dapat simpulkan bahwa ciri-ciri kemandirian belajar pada setiap siswa akan nampak jika siswa telah menunjukkan perubahan dalam belajar. Siswa belajar untuk bertanggung

jawab terhadap tugas yang dibebankan padanya secara mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.

2.3.4 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar a. Faktor Internal Faktor internal ialah semua pengaruh yang bersumber dari dalam dirinya sendiri, seperti :

1) Keturunan Keadaan keturunan sangat menentukan mandiri atau tidaknya seseorang, keadaan keturunan tersebut meliputi sifat dasar yang dimiliki oleh orang tua, misal: bakat, potensi, intelektual, dan potensi pertumbuhan tubuhnya. Jadi dalam hal ini orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi dapat melahirkan atau menurunkan sifat kemandiriannya pada anak (Basri, 2000). Sifat kemandirian seorang anak bukan hanya diturunkan oleh orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi, melainkan sikap orang tuanya, yaitu bagaimana cara orang tua mendidik anaknya (Moh. Ali dan Moh. Asrori, 2004). 2) Pengalaman Pengalaman sosial awal sangat menentukan kepribadian setelah anak menjadi dewasa. Pengalaman sosial awal dapat berupa hubungan dengan anggota keluarga atau orang-orang di luar lingkungan rumah (Hurlock, 1978). Ada dua jenis pengalaman, yaitu pengalaman yang menyehatkan di mana peristiwa-peristiwa yang dialami oleh individu dan dirasakan sebagai suatu yang mengenakkan, mengasyikkan dan bahkan

dirasa ingin mengulanginya kembali. Adapun pengalaman traumatik adalah peristiwa-peristiwa yang dialami oleh individu dan dirasakan sebagai sesuatu yang sangat tidak mengenakkan, menyedihkan, atau bahkan sangat menyakitkan, sehingga individu tersebut tidak ingin peristiwa itu terulang kembali. Individu yang mengalami traumatik cenderung ragu-ragu, kurang percaya diri, rendah diri, dan merasa takut untuk melakukan segala sesuatunya sendiri (Moh. Ali & Moh. Asrori, 2004).

3) Kematangan Dalam melakukan tugas-tugas perkembangan anak, harus

disesuaikan dengan tingkat kematangan. Kematangan yang dimaksud yakni dimana fisik dan psikisnya telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai pada tingkat-tingkat tertentu. Jadi pertumbuhan fisik seolah-olah seperti sudah direncanakan oleh faktor kematangan (Moh. Ali & Moh. Asrori, 2004). b. Faktor Eksternal Faktor eksternal ialah semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya, faktor tersebut antara lain : 1) Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan sebagai landasan atau dasar untuk perkembangan anak dimasa selanjutnya. Selama proses perkembangannya dibutuhkan sejumlah faktor dari dalam keluarga tersebut, yaitu kebutuhan akan rasa aman, dihargai, disayangi, diterima, dan kebebasan untuk menyatakan diri, dengan terpenuhinya kebutuhan tersebut, dapat meningkatkan kemampuan dan kreativitas yang dimilikinya. Berbicara mengenai keluarga, tidak terlepas dari peranan orang tua dalam

hal ini pola asuh orang tua. Orang tua yang menciptakan suasana aman dalam berinteraksi di dalam keluarga, dapat mendorong kelancaran perkembangan anak. Sebaliknya, orang tua yang terlalu melarang atau mengeluarkan kata jangan kepada anak, tanpa disertai penjelasan yang rasional, akan menghambat perkembangan kemandirian anak (Moh. Ali & Moh. Asrori, 2004). Jadi pola asuh orang tua di sini, memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk kemandirian anak, karena dalam pola asuh orang tua akan terkait dengan kebiasaan, disiplin, dan rasa percaya diri yang ditanamkan orang tua kepada anak dalam kehidupan sehari-hari. Di samping memberi kesempatan pada remaja, pemberian kepercayaan dan tanggung jawab pada remaja, juga sangat membantu memperlancar kemandirian, misal: remaja diberi kepercayaan untuk menyelesaikan berbagai tugas dan cara penyelesaiannya diserahkan sepenuhnya kepada remaja. Baik itu tugas-tugas yang berkaitan dengan pemenuhan

kebutuhannya sehari-hari, tugas membantu pekerjaan orang tua di rumah, tugas pengurusan rumah maupun tugas-tugas lainnya yang disesuaikan dengan kemampuannya, dan pada remaja diberi tanggung jawab terhadap tugasnya tersebut. Begitu juga pada remaja diajak berperan serta menentukan pendapat dalam berbagai hal di dalam lingkungan keluarga, pada remaja selalu dirangsang dan diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat, memberi penilaian, dan mengambil keputusan yang berkaitan dengan kehidupannya. Dari uraian di atas penulis dapat simpulkan bahwa kemandirian dapat berkembang dengan baik, jika diberi kesempatan untuk berkembang melalui latihan yang dilakukan secara terus-menerus dan dilakukan sejak dini

2)

Lingkungan Sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara

sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya (Yusuf, 2004). Lingkungan sekolah akan terkait dengan sistem pendidikan sekolah yang di dalamnya mencakup proses pendidikan. Proses

pendidikan yang menekankan pentingnya penghargaan terhadap potensi anak, pemberian reward, dan penciptaan kompetensi positif, dapat memperlancar perkembangan kemandirian remaja. Upaya sekolah dalam memfasilitasi tugas-tugas perkembangan siswa, akan berjalan dengan baik apabila di sekolah tersebut telah tercipta iklim atau atmosfir yang sehat atau efektif, baik menyangkut aspek profesionalisme guru dan para personilnya, materi atau kurukulum, metode atau pendekatan dalam belajar, dan sarana sekolah (Moh. Ali & Moh. Asrori, 2004). 3) Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat di sini adalah situasi atau kondisi interaksi sosial dan sosio kultural yang secara potensial berpengaruh terhadap perkembangan remaja (Yusuf, 2004). Lingkungan masyarakat di sini terkait dengan sistem kehidupan di masyarakat. Lingkungan

masyarakat yang aman, menghargai potensi remaja dalam berbagai bentuk kegiatan, akan merangsang dan mendorong perkembangan kemandirian remaja. Untuk dapat mengembangkan kemandirian di lingkungan masyarakat, remaja harus melakukan interaksi dengan masyarakat, dimana dalam masyarakat tersebut harus didukung oleh faktor keteladanan dan kekonsistenan sistem nilai dan norma dalam masyarakat

tersebut. Penerapan sehari-hari dapat diwujudkan dengan memberikan kesempatan atau peran serta remaja dalam lingkungan masyarakat (Moh. Ali & Moh. Asrori, 2004). 4) Lingkungan Sosial-Ekonomi Seorang individu yang hidup dalam lingkungan keluarga yang berkecukupan (yakni memiliki sosial-ekonomi menengah keatas), serta orang tua memberi perhatian, kasih sayang (pola asuh) yang baik, memberi biaya, fasilitas dan kesempatan luas anaknya untuk berkembang secara baik, maka ia akan tumbuh berkembang menjadi individu yang mampu mengaktualisasikan potensinya dengan baik pula (Dariyo, 2002). Seorang anak agar dapat mandiri harus didukung oleh keadaan sosial ekonomi yang memadai. Namun keadaan sosial ekonomi ini harus didukung oleh pola pendidikan dan pembiasaan yang baik dalam keluarga, meskipun keadaan sosial ekonomi yang kurang, namun bila ditunjang oleh pola pendidikan, kebiasaan yang baik, dan taraf keteladanan dari orang tua, maka akan menghasilkan kemandirian yang baik (Basri, 2000).

2.3.5

Ketrampilan- Ketrampilan Belajar secara Mandiri Ada beberapa keterampilan-keterampilan belajar yang harus dimiliki

oleh siswa agar dapat meningkatkan kemandirian dalam belajarnya, yaitu : a. Mengenali diri sendiri Memahami diri sendiri menjadi sangat penting karena banyak orang yang keliru menafsirkan kemampuan-kemampuan dirinya baik karena seseorang beranggapan terlalu optimis maupun sebaliknya terlalu pesimis dan sangat penting untuk memahami apa yang sebenarnya ingin dicapai atau dicita-citakan pada kehidupan yang akan datang (Suparno, 2000).

b. Memotivasi diri sendiri Motivasi ada yang bersifat instrinsik yaitu yang memang tumbuh di dalam orang itu sejak awal, tetapi ada juga motivasi yang sifatnya ekstrinsik yaitu yang berasal dari luar dirinya, apakah itu dari orang tua, guru, teman ataupun tuntutan pekerjaan. Menumbuhkan motivasi ini sebenarnya bisa dipelajari yaitu dengan cara membuat daftar keuntungankeuntungan yang akan diperoleh ketika memutuskan untuk mempelajari sesuatu (Suparno, 2000). c. Mempelajari cara-cara belajar efektif Tipe atau gaya orang untuk belajar merupakan hal yang unik untuk dirinya dan mungkin sangat berbeda dengan gaya belajar orang lain. Namun ada beberapa tips yang dapat dicatat tentang tindakan-tindakan yang dapat membantu mengefektifkan seseorang dalam belajar,

diantaranya : 1). Membuat rangkuman Rangkuman adalah ikhtisar tentang hal-hal penting yang terkandung dalam bahan bacaan atau pemaparan lisan yang kita baca supaya lebih ringkas. Rangkuman membantu seseorang ketika mengulang pekerjaan atau ketika mencoba mengingat kembali apa yang telah dibacanya. Setelah selesai membaca dan membuat rangkuman maka kita dapat membuat pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab sendiri. 2). Membuat pemetaan konsep-konsep penting Pemetaan merupakan gambaran konsep-konsep yang berhubungan, dalam hal pemetaan konsep-konsep penting maka ada konsep utama dan ada konsep pelengkap yang diasosiasikan dengan konsep utama. Konsep

pelengkap dan konsep asosiasi ini dapat diperoleh dari bahan bacaan itu sendiri . 3). Mencatat hal-hal yang penting dan membuat komentar Cara mencatat semacam ini dapat dilakukan pada kertas yang terpisah, yang dibagi menjadi dua bagian ; di sebelah kiri dibuat catatancatatan penting yang sifatnya deskriptif sesuai dengan apa yang dibaca atau yang didengar . Di sebelah kanan dibuat catatan-catatn yang sifatnya lebih personal, dapat berupa kesan atau perintah-perintah kepada diri sendiri untuk mengasosiasikan atau menghubungkan pengalaman

sebelumnya (Suparno, 2000). 4). Membaca secara efektif a). Skimming Skimming berarti membaca selintas dan cepat untuk melihat gambaran secara umum dengan membaca judul-judul bab dan bagian lainnya secara garis besar. b). Scanning Scanning adalah cara membaca dengan melihat judul bab kemudian judul-judul sub bab atau pasal-pasal di dalam suatu bab serta dengan membaca kalimat-kalimat awal pada tiap-tiap paragraf yang sering disebut topic sentence. c). Membaca simpulan Setiap simpulan berisi ide-ide pokok tentang apa yang telah dipaparkan sebelumnya dan berfungsi untuk mengingatkan kembali kepada pembacanya bahwa inilah ide-ide pokok dari penulis. d). Membaca untuk pendalaman

Dalam membaca untuk mendalami sesuatu, orang melakukannya secara cermat dan penuh kesadaran, artinya tidak sambil melamun, mendalami isi bacaan kalimat per kalimat. Dalam kegiatan ini seseorang harus dapat menangkap ide yang tersirat (reading between the lines). e). Memanfaatkan indeks Indeks menolong pembaca untuk mengetahui ada tidaknya atau dimana suatu informasi yang diperlukannya dipaparkan dalam buku.

5). Membuat situasi yang kondusif Belajar adalah pekerjaan yang memerlukan pengerahan penglihatan, pendengaran, latihan dan pikiran. Oleh karena itu diperlukan suasana yang menunjang seperti tempat yang relatif tenang dan pikiran yang konsentrasi. Cara belajar yang sehat adalah cara yang rileks tidak mengganggu postur tubuh dan tidak mengganggu konsentrasi (Suparno, 2000). 6). Mengenal lingkungan Lingkungan disini adalah lingkungan belajar atau sumber-sumber belajar yang tidak terhitung jumlahnya. Sumber-sumber belajar berupa orang, bahan bacaan, lembaga atau institusi, maupun setting yang sengaja maupun yang semula tidak disengaja untuk dijadikan sumber belajar tetapi dapat berfungsi sebagai sumber belajar (Suparno, 2000). 7). Mengarahkan diri sendiri dalam belajar Mengarahkan diri sendiri dalam belajar adalah memulai kegiatan belajar karena lingkungan yang mendorongnya melakukan sesuatu. Adapula orang yang mengarahkan diri sendiri di dalam belajar karena memang sistem dalam lingkungannya memberikan peluang, selain itu ada

juga orang yang melaksanakan kegiatan pengarahan diri dalam belajar itu karena faktor kebetulan ketika ia sudah mempunyai waktu luang untuk mempelajari sesuatu yang menjadi minatnya (Suparno, 2000). 8). Catatan harian Catatan harian bertujuan untuk mencatat apa yang harus dilakukan, apa yang telah dicapai, serta apa yang harus dicapai, masalah-masalah yang harus diselesaikan, dengan catatan harian ini membantu ingatan seseorang (Suparno, 2000).

2.4 Hubungan Pola asuh Orang Tua dengan Kemandirian Belajar Anak Usia Remaja Pola asuh orang tua dalam mendidik dan membimbing anak sangat berpengaruh dalam perkembangan terutama ketika anak telah menginjak masa remaja. Ada berbagai macam cara orang tua dalam mengasuh dan membimbing anaknya, keanekaragaman tersebut dipengaruhi oleh adanya perbedaan latar belakang, pengalaman, dan pendidikan orang tua. Mengingat masa remaja merupakan masa yang penting dalam proses perkembangan kemandirian maka pemahaman dan kesempatan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya dalam meningkatkan

kemandirian krusial. Menurut seorang staf pengajar Fakultas Psikologi UGM mengatakan bahwa anak tumbuh menjadi remaja, tingkat ketergantungan dalam belajar berubah dari waktu ke waktu, seiring dengan perkembangan aspek-aspek kepribadian dalam diri mereka. Kemandirian pun menjadi sangat berbeda pada rentang usia tertentu. Kemandirian sangat tergantung pada proses kematangan dan proses belajar anak. Remaja tumbuh dan berkembang

dalam lingkup sosial. Lingkup sosial, awal yang meletakkan dasar perkembangan pribadi anak adalah keluarga. Dengan demikian, orang tua memiliki porsi terbesar untuk membawa anak mengenal kekuatan dan kelemahan diri untuk berkembang termasuk perkembangan

kemandiriannya (Marie T, 2002). Menurut Stewart dan Koch bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter cenderung mengekang keinginan anak, bersikap kaku, suka menghukum, tidak mendorong dan memberi kesempatan kepada anak untuk mandiri dan jarang memberi pujian. Pola asuh demokratis memandang sama kewajiban dan hak antara orang tua dan anak, memberikan tanggung jawab bagi anaknya terhadap segala sesuatu yang diperbuatnya sampai mereka menjadi dewasa., bertidak secara objektif. Pola asuh permisif cenderung memberikan kebebasan penuh tanpa kontrol sama sekali, orang tua tidak memberikan aturan, sedikit sekali dituntut untuk suatu tanggung jawab (Tarmudji, 2004). Dari pendapat di atas, maka dapat diambil simpulan bahwa pola asuh otoriter memberi sedikit kontribusi terhadap kemandirian, karena pada pola asuh otoriter ini anak tidak diberi kebebasan untuk berkembang sesuai dengan kemampuan yang ia miliki. Maka dengan pola asuh otoriter ini cenderung menjadi anak yang kurang mandiri. Namun dari segi positifnya, maka yang dididik dalam pola asuh otoriter ini cenderung akan menjadi disiplin yakni mentaati. Pola asuh demokratis memberi banyak kontribusi terhadap

kemandirian, karena orang tua lebih banyak menunjukkan pengertian terhadap kebutuhan dan kemampuan anak, menghargai pendapat dan lebih toleran. Sehingga dengan pola asuh demokratis ini anak bisa

berkembang seoptimal mungkin, maka dengan pola asuh demokratis ini ada kecenderungan anak untuk menjadi anak yang mandiri. Sedangkan pola asuh permisif sedikit sekali memberi kontribusi terhadap kemandirian, karena orang tua lebih bersikap masa bodoh dengan segala kegiatan anak dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dengan pola asuh permisif ini anak menjadi kurang bertanggung jawab, kurang disiplin dengan aturan-aturan sosial yang berlaku. Maka dengan pola asuh permisif ini cenderung menjadi anak yang kurang mandiri, namun bila anak mampu menggunakan kebebasan tersebut secara bertanggung jawab, maka anak menjadi seorang yang mandiri, kreatif dan mampu mewujudkan aktualitasnya

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1.

Kerangka konsep penelitian

Faktor eksternal yang mempengaruhi kemandirian belajar : Eksternal : - Sekolah - Masyarakat - Lingkungan sosial ekonomi Faktor yang Keluarga mempengaruhi Pola asuh Orang Tua pola asuh : tua Tempramen Kharakteristi k biologis Tingkat pendidikan Stress keluarga Pengaruh

Kemandirian Belajar Remaja

Faktor internal yang mempengaruhi kemandirian belajar : Internal : - Keturunan, - Pengalaman, - Kematangan

Yang diteliti

Yang tidak teliti Ket :

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian

Mengingat masa remaja merupakan masa yang penting dalam proses perkembangan kemandirian maka pemahaman dan kesempatan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya dalam meningkatkan kemandirian belajar. Penerapan kemandirian dalam hal belajar bagi seorang remaja bukan merupakan hal yang mudah. Kemandirian belajar ini dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal, dimana keluarga termasuk dalam poin faktor eksternal. Keluarga yang dimaksud adalah dalam hal pola asuh orang tua. Perbedaan macam pola asuh yang mereka terapkan juga akan mencetak kemandirian belajar seorang remaja yang berbeda pula. Dengan demikian, pola asuh orang tua memiliki porsi terbesar untuk membawa anak mengenal kekuatan dan kelemahan diri untuk berkembang termasuk perkembangan kemandiriannya. Pola asuh orang tua ini sendiri juga dipengaruhi oleh 5 hal menurut Edwards diantaranya temperamen, karakteristik biologis (cara bersikap, emosional, perkembangan kesehatan), tingkat pendidikan (tingkat pengetahuan), stress keluarga (masalah pekerjaan, depresi), dan faktor luar keluarga (teman sebaya, guru pengajar). Hal inilah yang natinya

akan mempengaruhi pola asuh mana yang akan orang tua terapkan terhadap anaknya, otoriter, demokratis atau permisif. Berdasarkan kerangka konsep di atas penulis ingin mengetahui adakah hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian belajar yang ada pada anak usia remaja. 3.2. Hipotesis penelitian Ada hubungan antara pola asuh yang diterapkan orang tua dengan tingkat kemandirian belajar anak usia remaja di SMA Taruna Dra Zulaeha.

BAB 4 METODE PENELITIAN

Dalam pelaksanaan penelitian untuk dapat memperoleh hasil yang optimal maka suatu penelitian ilmiah harus mendasarkan pada metode yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam bab ini akan dibahas hal-hal sebagai berikut : desain penelitian, populasi, sampel, variabel penelitian, lokasi dan waktu pelaksanaan, metode pengumpulan data, validitas instrumen, reliabilitas instrumen dan metode analisis data.

4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yaitu observasional analitik dengan menggunakan desain cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran variabel independen dan dependen dinilai

secara simultan pada waktu yang sama dan tidak ada follow up (Alimul, 2007). Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel pola asuh orang tua dan tingkat kemandirian belajar.

4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 4.2.1 Populasi Sebelum menentukan sampel, maka populasi penelitian harus ditetapkan terlebih dahulu. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik simpulannya (Alimul, 2007). Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa populasi adalah semua individu dari keseluruhan subjek yang jelas dan mempunyai ciri yang sama yang hendak dikenai dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Taruna Dra Zulaeha Tahun Ajaran 2009-2010.

4.2.2 Sampel Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat dan tidaknya sampel tersebut digunakan (Alimul, 2007). Pemilihan objek yang menjadi anggota sampel dilakukan secara acak sederhana, dengan cara ini setiap subjek memiliki peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Kriteria Sampel

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel dan harus dengan pertimbangan ilmiah (Nursalam, 2003). Kriteria inklusi : 1. 2. Siswa bersedia menjadi responden Siswa yang tinggal bersama orang tuanya Siswa yang berusia 14-16 tahun

3.

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian karena alsan tertentu (Alimul, 2007). Kriteria eksklusi: 1. Siswa yang yatim piatu 2. Siswa yang tidak bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar saat dilakukan penelitian dikarenakan sakit atau mengundurkan diri Menurut Nursalam, 2003 penggunaan sampel sebesar 10%-20% untuk subjek dengan jumlah lebih dari 1000 namun jika besar populasi kurang dari 1000 maka menggunakan rumus;

N 1 + N (d ) 2 160 160 160 n= = 2 = 1 + 160(0,0025) 1 + 0,4 1 + 160(0,05) 160 n= =114,28 = 114 sampel 1,4 n=
Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi d = tingkat signifikansi (d = 0,05)

Menurut perhitungan rumus diperoleh sampel yang dibutuhkan sebanyak 114 namun karena peneliti ingin mengurangi faktor bias sehingga peneliti mempergunakan seluruh sampel yang memenuhi kriteria inklusi sejumlah 152. 4.2.3 Teknik Sampling Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili seluruh populasi yang ada (Alimul, 2007). Teknik sampling dari penelitian ini menggunakan teknik purposive yaitu teknik penerapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan, masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. Adapun yang menjadi alasan, peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling adalah : kemampuan peneliti dilihat dari waktu, dana dan tenaga, peneliti menganggap sampel homogen, mendapatkan sampel yang representatif.

4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 4.3.1 Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua orang tua, diantaranya demokratis, permisif, dan otoriter. 4.3.2 Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemandirian belajar siswa kelas X SMA Taruna Dra Zulaeha. 4.3.3 Definisi Operasional Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian (Alimul, 2007). Definisi operasional dari masing-masing variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pola asuh orang tua merupakan gambaran sikap yang ditunjukkan orang
tua dalam berinteraksi dengan anaknya dalam hal ini penilaian terhadap pola asuh ditinjau dari sudut pandang seorang anak. Pola asuh orang tua meliputi: - pola asuh otoriter cenderung anak merasa menerima peraturan yang ketat dan harus dipatuhi, tidak adanya kesempatan untuk

mengemukakan pendapat, anak sering dapat hukuman dan jarang dapat hadiah - pola asuh demokratis cenderung anak mendapat bimbingan dan arahan tanpa pemaksaan kehendak, adanya kesempatan kepada anak untuk berpendapat, hukuman diberikan kepada perilaku salah, memberi pujian dan atau hadiah kepada perilaku yang benar - pola asuh permisif cenderung anak merasa bebas tanpa ada batasan dan aturan dari orang tua, anak tidak mendapatkan hadiah ataupun pujian meski anak berperilaku sosial baik, anak tidak mendapatkan hukuman meski anak melanggar peraturan, kurang kontrol terhadap perilaku dan kegiatan anak sehari-hari Ada 24 pertanyaan pilihan jawaban Ya = 1, Tidak = 0 dan kemudian di kategorikan sesuai dengan skor tertinggi dari poin-poin jawaban pada tiap pola asuh yang diterapkan. Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner yang diisi sendiri oleh responden dengan skala ordinal.

2. Kemandirian belajar adalah kemandirian belajar merupakan aktivitas belajar yang didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri tanpa bantuan orang lain - Aspek intelektual : percaya diri dengan kemampuan kognitifnya, mampu mengerjakan sendiri tugas-tugasnya dalam belajar, memiliki ketrampilan belajar secara mandiri - Aspek sosial : mempunyai kesediaan untuk membantu teman dalam belajar, memiliki hubungan yang baik dengan teman, belajar untuk tidak bergantung dengan teman - Aspek emosi : memiliki motivasi belajar yang tinggi, bertanggung jawab terhadap peranannya sebagai pelajar, mampu menyikapi masalah-masalah belajarnya secara positif, tidak mudah putus asa terhadap kesulitan belajar yang muncul), Aspek ekonomi : memiliki kemauan untuk tetap belajar walaupun kemampuan ekonomi terbatas, mampu mengatur keuangan dengan baik, mampu memanfaatkan sarana dan prasarana belajar dengan benar Ada 20 pertanyaan dengan pilihan jawaban Ya = 1. Tidak = 0 dan kemudian dikategorikan dari hasil prosentase kode skor sbb : 1). 0-35% = Kurang mandiri

2). 36%-65% = Cukup mandiri 3). 66%-100% = Mandiri Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner yang diisi sendiri oleh responden dengan skala ordinal.

4.4 Pengumpulan Data dan Analisa Data

4.4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data peneliti akan menggunakan metode kuisioner yang berisi pertanyaan tertutup (Closed Ended Question) yang telah dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada kepustakaan yang terdiri dari angket untuk pola asuh dan angket untuk tingkat kemandirian belajar remaja. Untuk data pola asuh orang tua dan tingkat kemandirian belajar remaja menggunakan skala Guttman. 4.4.2 Analisa Data Analisis data yang dilakukan untuk menilai hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian belajar anak usia remaja digunakan perhitungan statistik analisis inferensial. Setelah data terkumpul akan dilakukan pengolahan data dengan tahap : 1. Editing : memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh yang dilakukan setelah data terkumpul. 2. Coding : mengklasifikasikan jawaban dengan memberi kode pada masingmasing jawaban sesuai dengan kuisioner. Jumlah item dalam angket sebanyak 44 item dimana responden akan diminta untuk memilih pilihan dan diberi skor sebagai berikut : 1 = Ya, 0 = Tidak.

4.4.2.1 Analisis untuk Data Pola Asuh Penilaian pola asuh menggunakan skala Guttman dengan pilihan jawaban berupa Ya = 1 dan Tidak = 0. Angket yang dipilih bersifat tertutup yang sudah disesuaikan dengan item-item sesuai kriteria tiap pola asuh yang nantinya akan diisi oleh siswa. Selanjutnya skor dalam angket yang didapatkan responden secara individual ditambahkan dan dikategorikan ke dalam jenis pola asuh mana yang sesuai dan paling dominan dirasakan oleh anak.

4.4.2.2 Analisis untuk Data Tingkat Kemandirian Belajar Penilaian tingkat kemandirian anak menggunakan skala Guttman dengan pilihan jawaban Ya = 1, Tidak = 0. Selanjutnya skor yang didapatkan responden secara individual ditambahkan, dibandingkan dengan skor maksimal dikalikan 100%. Rumus yang digunakan : Keterangan :

N = Sp x 100 % Sm

N Sm Sp

: Prosentase nilai : Jumlah skor tertinggi : Jumlah skor yang didapat

Kemudian hasil dimasukkan dalam kriteria standar penelitian dan ada 20 pertanyaan. Selanjutnya dikategorikan dari hasil prosentase kode skor sbb : 1). 0-35% = Kurang mandiri

2). 36%-65% = Cukup mandiri 3). 66%-100% = Mandiri (Alimul, 2007) 4.4.2.3 Analisis untuk Mencari Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian Belajar Remaja Mencari hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian belajar anak usia remaja. Dengan menggunakan metode analisa korelasi Spearman Rank dengan uji independensi dapat diketahui apakah kedua variabel saling berhubungan atau tidak dengan tingkat kepercayaan 0,05. Tujuan analisa uji di atas untuk mengetahui signifikansi ada atau tidaknya hubungan antara pola asuh orang tua terhadap tingkat kemandirian belajar anak usia remaja SMA Taruna Dra Zulaeha. Teknik pengolahan data statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS Release 15 for windows.

Angka korelasi berkisar antar 0-1, patokan angkanya sebagai berikut : 0-0,25 >0,25-0,5 >0,5-0,75 >0,75-1 : korelasi sangat lemah : korelasi cukup : korelasi kuat : korelasi sangat kuat

Korelasi dapat positif atau negatif, signifikansi hubungan dua variabel dapat dianalisis dengan ketentuan sebagai berikut ; Jika probabilitas <0,05, hubungan kedua variabel signifikan Jika probabilitas >0,05, hubungan kedua variabel tidak signifikan (Jonathan Sarwono, 2006).

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Atas Taruna Dra Zulaeha. Peneliti mengambil lokasi penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. Efektifitas waktu dan biaya 2. Belum pernah dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan kemandirian belajar siswa Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November 2009.

4.6 Validitas dan Reliabilitas 4.6.1 Uji Validitas Insrumen Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berisi prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data dan instrumen yang digunakan harus mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam, 2003).

Uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment, setelah itu diuji dengan menggunakan uji t dan lalu baru dilihat penafsiran dari indeks korelasinya. Rumus Pearson Product Moment :

r hitung = n(XY)-(X).(Y) [n.X2 (X)2]. [n.Y2 (Y)2]

Keterangan: rhitung = koefisien korelasi Xi = jumlah skor item n = jumlah responden Yi = jumlah skor total (item)

Rumus: uji t

thitung = r(n-2) (1- r2)

Keterangan: thitung = nilai thitung r = koefisien korelasi hasil r hitung n = jumlah responden

Untuk tabel t = 0,05 derajat kebebasan (dk = n-2) Jika nilai t hitung > t tabel berarti valid demikian sebaliknya, jika nilai t hitungnya < t tabel tidak valid, apabila instrumen valid, maka indeks korelasinya (r) adalah sebagai berikut: 0,800 1,000: sangat tinggi 0,600 0,799: tinggi 0,400 0,599: cukup tinggi 0,200 0,399: rendah

0,000 0,199: sangat rendah (tidak valid) (Alimul, 2007) Pengujian validitas dengan menggunakan sebanyak 28 sample dengan menjawab 44 butir pertanyaan. Uji validitas tersebut menunjukkan bahwa semua soal telah valid dengan t tabel rata-rata 0,600 sehingga peneliti tidak perlu membuang ataupun memodifikasi kuisioner.

4.6.2 Uji Reliabilitas Instrumen Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang beralinan. Ada 3 prinsip dalam melihat reliabilitas suatu penelitian adalah stabilitas, ekuivalen dan homogenitas (Nursalam, 2003). Teknik pengujian adalah dengan menggunakan koefisien alpha cronbach sebesar 5%. Pengujian reliabilitas ini menggunakan komputer dengan bantuan program SPSS Release 15 for windows. Metode yang digunakan adalah metode Alpha Cronbach, dengan rumus sebagai berikut: r11 = k k -1 Keterangan : r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan/banyaknya soal b2 = jumlah varians butir t2 = varians total 1- b2 t2

Dengan kriteria apabila koefisien korelasi lebih besar dari nilai kritis atau apabila nilai alpha >0,444, maka instrumen tersebut dinyatakan reliable/handal. (Alimul, 2007). Pengujian reliabilitas pada kuisioner pola asuh dengan jumlah sample 28 orang dan jumlah soal 44 butir . Kuisioner pola asuh terdiri dari 24 butir

menunjukkan nila alpha 0,951. Sedangkan kemandirian belajar terdiri dari 20 butir menunjukkan nilai alpha 0,983 sehingga pertanyaan dalam kuisioner tersebut reliabel.

4.7 Etika Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan ijin terlebih dahulu kepada pihak terkait di SMA Taruna Dra Zulaeha Leces Probolinggo. Kemudian melakukan observasi langsung pada objek yang akan diteliti dengan menekankan pada masalah masalah etik sebagai berikut:

4.7.1 Lembar Pernyataan dan Persetujuan menjadi Responden (Informed Consent) Responden yang memenuhi kriteria inklusi diberi lembar informed consent disertai identitas peneliti, judul penelitian, dan manfaat penelitian. Responden diminta mencantumkan tanda tangan di lembar tersebut dengan terlebih dahulu diberikan waktu untuk membaca isi lembaran tersebut. Jika subjek menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak hak responden (Alimul, 2007). 4.7.2 Tanpa Nama (Anonimity) Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tapi lembar tersebut diberi inisial dan nomor atau kode tertentu (Alimul, 2007). 4.7.3 Kerahasiaan (Confidentiality) Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden akan dijamin oleh peneliti. Data tersebut hanya akan disajikan atau dilaporkan kepada yang berhubungan dengan penelitian ini (Alimul, 2007).

4.8 Jadwal Penelitian Tabel 4.1 Jadwal Penelitian No 1 2 3 4 5 Jenis Kegiatan Persiapan/Bimbingan Pelaksanaan/Pengumpulan Data Pengolahan data (Analisa Data) Penulisan Laporan Seminar/Ujian Waktu dalam bulan Agust Sept Okt Nov Des X X X X X X X X

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Pengambilan data penelitian untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian belajar melalui lembar pengumpulan data berupa kuesioner yang diberikan kepada siswa kelas X SMA Taruna Dra Zulaeha. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi sesuai sampel yang telah ditetapkan berjumlah 152 siswa dan pengambilan data dalam penelitian dilakukan selama 1 hari pada tanggal 13 November 2009. Untuk memudahkan dalam menganalisa hasil penelitian, maka peneliti menentukan karakteristik sesuai dengan variabel yang diinginkan. Karakteristik tersebut meliputi karakteristik lokasi penelitian, karakteristik responden, pola asuh, tingkat kemandirian belajar anak usia remaja disertai analisis hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian belajar anak usia remaja.

5.1 5.1.1

Hasil Penelitian Karakteristik Lokasi Penelitian Taruna Dra Zulaeha merupakan institusi pendidikan swasta yang

menyediakan jenjang pendidikan terlengkap di Kabupaten Probolinggo mulai dari TK sampai perguruan tinggi. Taruna Dra Zulaeha beralamat di Jalan Raya Leces No 5 A Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo yang didirikan oleh Yayasan Pendidikan Karyawan PT Kertas leces. Tahun berdirinya masing-masing jenjang berbeda, SMA Taruna Dra Zulaeha berdiri tahun 1975 dengan mengadopsi segitiga emas pendidikan yang merangkul orang tua, guru, dan siswa. SMA ini membuka komunikasi agar orang tua mengetahui perkembangan anak didiknya melalui buku laporan kegiatan siswa. Selain itu mengenai kapasitas ruang belajar SMA ini terdiri dari 12 kelas dan masing-masing mampu menampung 40 murid. Jumlah guru yang mengajar di SMA Taruna Dra Zulaeha sebanyak 36 orang guru tetap.

5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian diperoleh karakteristik responden sesuai dengan: umur, jenis kelamin, urutan anak, kondisi kesehatan, dan pekerjaan orang tua. Secara rinci dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

46 30,26 %

7 4,6 %

99 14 th 65,13 %
15 th 16 th

Gambar 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur

Berdasarkan gambar 5.1 di atas diperoleh data bahwa frekuensi tertinggi pada umur 15 th sebanyak 65,13%.

68 44,74 %

84 55,26 %

PEREMPUAN LAKI-LAKI

Gambar 5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan gambar 5.2 di atas diperoleh data bahwa frekuensi tertinggi pada perempuan sebanyak 55,26%.

23 15,13 % 51 33,55%

78 51,32 %

ANAKSULUNG ANAKKEDUA ANAKKETIGA

Gambar 5.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Urutan Kelahiran

Berdasarkan gambar 5.3 diperoleh data bahwa frekuensi tertinggi pada urutan anak sulung sebanyak 51,32%.

152 100%
TIDAK SAKIT

Gambar 5.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Kondisi Kesehatan Anak

Berdasarkan kondisi kesehatan anak diperoleh tertinggi pada kondisi tidak sakit sebanyak 100%.

data bahwa frekuensi

19 12,5 % 8 5,3% 31 20,39 %

17 11,18 %

77 50,66 %

PTKL PNS TANI WIRASWASTA SWASTA

Gambar 5.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua

Berdasarkan gambar 5.5 diperoleh data bahwa frekwensi tertinggi pada pekerjaan sebagai karyawan PT Kertas Leces sebanyak 50,66 %.

5.2 Analisis Data Sebelum melakukan analisis data dengan menggunakan uji statistik, maka harus diketahui sebaran data, yaitu distribusi normal atau tidak. Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal atau tidak maka digunakan uji Kolmogorov-Smirnov terhadap masing-masing variabel. Berdasarkan pengujian normalitas data pada kedua variabel dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov pada derajat kebebasan sebesar 152, terlihat bahwa kedua variabel pola asuh orang tua maupun kemandirian belajar yang akan diuji menunjukkan p (value) = 0.000 yang lebih kecil dari alpha 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel tersebut tidak menyebar mengikuti sebaran normal. Adapun langkah untuk mengetahui korelasi antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian belajar, analisis data statistik yang digunakan adalah uji korelasi Spearman Rank dengan menggunakan sistem Statistical Product and

Service Solution (SPSS) Release 15 for Windows dengan tingkat signifikansi < 0,05. 5.2.1 Analisis Data untuk Pola Asuh
100

polaasuh

50

0 DEMOKRATIS OTORITER PERMISIF

Gambar 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pola Asuh

Berdasarkan gambar 5.6 diatas diperoleh data bahwa frekuensi tertinggi pada jenis pola asuh demokratis sebanyak 58,55%.

5.2.2 Analisis Data untuk Tingkat Kemandirian Siswa dalam Belajar

K MANDIRIANBE AJAR E L
80 60 40 20 0 KURANG MANDIRI CUKUP MANDIRI MANDIRI

Gambar 5.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Kemandirian Siswa dalam Belajar

Berdasarkan gambar 5.7 di atas diperoleh data bahwa frekuensi tertinggi pada kategori mandiri sebanyak 47,37 %.

5.2.3

Analisis Hubungan Jenis Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian Siswa dalam Belajar

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian siswa dalam belajar

Cross tabulasi Pola asuh orangtua Tingkat Kemandirian dalam Belajar


Tingkat kemandirian Kurang mandiri Pola asuh orang tua Permisif Otoriter Demokratis Total
Sumber : data primer

Cukup mandiri 29 90,625% 8 25,80% 22 24,72% 59 38,82%

Mandiri 3 9,375% 4 12,90% 65 73,034% 72 47,37%

Total 32 21,053 % 31 20,39 % 89 58,55 % 152 100 %

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

0 0% 19 61,29% 2 2,247% 21 13,82%

Berdasarkan tabel 5.1 di atas di peroleh data bahwa frekuensi tertinggi jenis pola asuh orang tua adalah jenis pola asuh demokratis sebanyak 89 orang. Pada penerapan pola asuh demokratis diperoleh 65 siswa memiliki kemandirian belajar yang mandiri. Disamping itu terdapat 22 siswa yang cukup mandiri dan 2 siswa kurang mandiri dalam belajar. Dari data di atas kemudian dicari hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian belajar anak usia remaja dengan menggunakan korelasi Spearman Rank. Namun sebelumnya perlu diadakan uji normalitas Diperoleh nilai koefisien korelasi positif sebesar 0,661, artinya bahwa korelasinya kuat dan semakin responden menunjukkan ke arah pola asuh yang positif (demokrasi), maka anak akan menunjukkan kemampuan dalam belajar. Nilai korelasi Spearman Rank ini memiliki nilai signifikansi sebesar 0.000 (p<0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian belajar anak usia remaja. Adanya hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian belajar anak usia remaja dapat digambarkan sebagai berikut :

70 60 50 40 30 20 10 0 DEMOKRATIS OTORITER PERMISIF MANDIRI CUKUP MANDIRI KURANG MANDIRI

Gambar 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian Siswa dalam Belajar

Berdasarkan gambar 5.8 dapat diketahui bahwa sikap mandiri siswa pada pola asuh demokratis lebih tinggi daripada pola asuh permisif dan otoriter. Sedangkan sikap mandiri pada pola asuh otoriter lebih tinggi daripada permisif. Sikap cukup mandiri siswa pada pola asuh permisif lebih tinggi diantara demokratis dan otoriter. Sedangkan sikap cukup mandiri pada pola asuh demokratis lebih tinggi daripada otoriter. Sikap kurang mandiri pada pola asuh otoriter lebih tinggi daripada demokratis. Sedangkan sikap kurang mandiri pada pola asuh permisif tidak dapat terdeteksi dikarenakan tidak adanya responden yang masuk dalam kategori kurang mandiri. Penerapan pola asuh demokratis cenderung membuat anak lebih mandiri dalam belajar. Sedangkan semakin ke arah pola asuh otoriter maka anak cenderung kurang mandiri dalam proses belajar karena anak terlalu banyak aturan dalam keluarga dan pola asuh permisif akan mendidik anak cenderung cukup mandiri.

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1

Karakteristik Responden Berdasarkan gambar 5.1 di atas diperoleh data bahwa frekuensi tertinggi

pada umur 15 th sebanyak 65,13%. Menurut Erikson umur ini merupakan masa remaja awal (adolescence) ditandai adanya kecenderungan pencarian identitas diri dan kebingungan dengan identitasnya, sehingga peran orang tua juga memiliki pengaruh penting dalam membantu anak mengatasi kebingungan peran. Berdasarkan gambar 5.2 diatas diperoleh data bahwa frekuensi tertinggi pada perempuan sebanyak 55,26%. Sedangkan berdasarkan gambar 5.3 urutan kelahiran anak diperoleh frekuensi tertinggi pada urutan anak sulung sebanyak

51,32%. Menurut Wijayanti (2007), orang tua menempatkan posisi anak paling besar (anak sulung) sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap adiknya. Anak sulung cenderung melindungi anggota keluarga yang muda. Anak tengah biasanya lebih bersikap demokrasi dalam menghadapi masalah, sedangkan yang bungsu cenderung tergantung dengan keputusan anak sulung dan meminta bantuan orang lain. Adanya pemahaman dari anak sulung tentang kehadiran adik baru yang memerlukan perhatian orang tuanya, dapat memotivasi anak sulung untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan sebagian lagi dengan meminta bantuan orang tua sebagai salah satu cara untuk menarik perhatian orang tua. Berdasarkan gambar 5.4 dia atas diperoleh data bahwa frekuensi tertinggi pada kondisi tidak sakit sebanyak 100%. Kondisi kesehatan ini yang nantinya akan mempengaruhi terhadap kejujuran jawaban dan siswa mampu berpikir lebih optimal dalam menjawab. Sehingga hasil penelitian bisa sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti. Berdasarkan gambar 5.5 diatas diperoleh bahwa frekwensi tertinggi pada pekerjaan sebagai karyawan PT Kertas Leces sebanyak 50,66 %. Hal ini akan menandakan tingkat pendidikan orang tua sudah baik sehingga akan mempengaruhi dalam penerapan pola asuh dalam keluarga.

6.2

Pola Asuh Orang Tua Berdasarkan gambar 5.6 hasil tabulasi data dari bab V diperoleh data

sebanyak 89 responden menggunakan pola asuh demokratis (58,55%), 32 responden menggunakan pola asuh permisif (21,05%), dan 31 responden menggunakan pola asuh otoriter (20,39%). Apabila dilihat jenis pola asuh dengan frekuensi tertinggi terdapat pada jenis pola asuh demokratis.

Remaja yang di asuh oleh orang tua yang demokratis lebih mampu menyelesaikan masalahnya dengan baik karena didalam keluarga yang demokratis, orang tua mampu menjadi model yang baik bagi remaja. Remaja dilibatkan dan dilatih bagaimana menggunakan pemecahan masalah untuk menetapkan aturan-aturan keluarga, merencanakan kegiatan dirumah serta memecahkan semua konflik sehingga para remaja mempunyai pengalaman apabila orang tua tidak lagi menjadi pemberi penyelesaian dan pembuat keputusan. Selain itu pola asuh orang tua menurut Edwards juga dipengaruhi oleh temperamen, karakteristik biologis, tingkat pendidikan, stress keluarga, pengaruh dari luar keluarga. Kelima faktor diatas tentunya melengkapi dalam penerapan pola asuh dalam suatu keluarga. Pengaruh yang besar juga dari pengalaman dan lingkungan dimana tinggal ataupun bekerja. Menurut penelitian kebanyakan dari responden berada dalam kalangan keluarga yang tingkat pendidikan cukup, hal ini dapat terlihat dari pekerjaan orang tuanya yang mayoritas bekerja di pabrik Kertas Leces.

6.3

Tingkat Kemandirian Belajar Berdasarkan tabel 5.7 tingkat kemandirian belajar siswa remaja diperoleh

hasil sebanyak 72 responden menyatakan mandiri (47,37%), 59 responden menyatakan cukup mandiri (38,82%), 21 responden menyatakan kurang mandiri (13,82%). Prosentase tertinggi siswa menyatakan mandiri dalam belajar. Hal ini juga didukung oleh prosentase terbanyak dalam responden adalah anak sulung. Anak sulung yang memiliki tanggung jawab yang besar dalam pengambilan keputusan dan keterlibatan dalam menyelesaikan masalah.

Kemandirian belajar adalah aktivitas belajar yang didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri tanpa bantuan orang lain serta mampu mempertanggungjawabkan tindakannya. Seorang siswa dapat dikatakan telah mampu mandiri dalam belajar dilihat dari bagaimana ia memulai belajarnya, mengatur waktu dalam belajar sendiri melakukan belajar dengan cara dan teknik sesuai dengan kemampuan sendiri, mampu mengetahui kekurangan diri sendiri, serta tidak bergantung pada orang lain. .

Kemandirian seseorang dalam belajar ini sebenarnya tidak terlepas dari pengaruh eksternal maupun internal. Pola asuh orang tua ini termasuk poin penting yang ada pada pengaruh eksternal dalam lingkungan keluarga. Pola asuh orang tua di sini memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk kemandirian anak, karena dalam pola asuh orang tua akan terkait dengan kebiasaan, disiplin, dan rasa percaya diri yang ditanamkan orang tua kepada anak dalam kehidupan sehari-hari. Selain memberi kesempatan pada remaja, pemberian kepercayaan dan tanggung jawab pada remaja, juga sangat membantu memperlancar kemandirian.

6.4

Hubungan Pola Asuh Belajar Remaja

Orang Tua dengan Tingkat

Kemandirian

Seperti kita ketahui lingkungan paling dekat dengan anak dan tempat dimana anak berinteraksi pertama kali adalah lingkungan keluarga. Terdapat banyak faktor dalam keluarga yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. Salah satu faktor tersebut adalah pola asuh orang tua yang diterapkan pada anaknya. Selama proses penerapan pola asuh ini orang tua tidak lepas dari yang namanya aturan, pengakuan kemampuan anak, hukuman, dan pujian. Sehingga berdasarkan analisis dengan menggunakan rumus korelasi Spearman Rank

diperoleh hasil terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian belajar anak usia remaja. Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan data responden yang menggunakan pola asuh demokratis mempunyai tingkat kemandirian mandiri yang dinyatakan sebanyak 65 responden (73,034%), cukup mandiri sebanyak 22 responden (24,72%) dan kurang mandiri sebanyak 2 orang (2,247%). Pada siswa yang diasuh dengan pola asuh demokratis ini menunjukkan bahwa sikap siswa lebih dapat bertanggung jawab terhadap dirinya berkaitan tugas belajar yang dibebankan kepadanya. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Chabib Thoha bahwa dalam pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak, dan anak diberi kesempatan untuk mengembangkan kontrol internalnya sehingga sedikit demi sedikit berlatih untuk bertanggung jawab kepada diri sendiri. Pola asuh dengan memberikan kebebasan yang bertanggung jawab inilah, menyebabkan siswa lebih percaya dan lebih terbuka, mudah bekerjasama sehingga anak akan cenderung lebih mandiri, tegas terhadap diri sendiri, dan memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri. Penerapan pola asuh demokratis tersebut, anak juga lebih mampu mengontrol dan mengarahkan emosinya. Mereka dapat lebih memahami kebiasaaan temannya dan bekerjasama dengan orang lain. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tembong Prasetyo bahwa sikap-sikap tersebut akan mampu mendorong anak untuk melakukan aktivitas-aktivitas belajarnya secara bertanggung jawab dan mandiri dalam upaya mendapatkan hasil belajar yang terbaik. Perilaku orang tua yang menggunakan pola asuh demokrasi lebih menunjukkan adanya kasih sayang, disertai aturan-aturan dengan menetapkan

batasan dan kontrol yang mendukung anak pada tindakan konstruktif sehingga tercipta kemandirian pada remaja. Orang tua yang menerapkan pola asuh demokrasi berusaha menyeimbangkan adanya dukungan keluarga dan

bimbingan, sehingga diharapkan remaja akan mampu menerima tanggung jawab, mematuhi batasan-batasan yang rasional, dan bersikap baik sesuai dengan kondisi dan usia anak. Apabila seorang remaja melakukan kesalahan, maka orang tua dengan pola asuh ini akan lebih menekankan pada masukan berupa umpan balik yang positif dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan anak usia remaja. Meskipun pada umumnya keputusan akhir pada hal-hal yang bersifat penting tetap menjadi wewenang dan hak orang tua. Namun, seiring perkembangan remaja, orang tua memperbolehkan remaja untuk membuat keputusan sendiri dalam hal kemandiriannya disertai bimbingan demi kebaikannya. Pola asuh otoriter mempunyai tingkat kemandirian kurang yang dinyatakan sebanyak 19 orang (61,29%), cukup mandiri sebanyak 8 responden (25,80%) dan mandiri sebanyak 4 responden (12,90%). Berbeda dengan gaya otoriter, anak cenderung memiliki kedisiplinan dan kepatuhan yang semu. Sebuah keluarga bila orang tua lebih cenderung memaksakan kehendaknya, dengan menerapkan aturan-aturan yang sifatnya kaku. Sikap-sikap tersebut dalam waktu lama akan menjadi sifat yang akan dibawanya, seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang tua). Di dalam pergaulan, muncul perilaku anak yang cukup ekstrem. Anak cenderung menjauhkan diri dari lingkungan (menarik diri secara sosial). Hal tersebut diperkuat oleh pendapat G. Tembong Prasetyo yang mengetahui bahwa ada pengaruh yang berbeda terhadap perilaku yang muncul pada anak. Jika anak laki-laki dengan pola pengasuhan otoriter sangat mungkin memiliki resiko

berperilaku anti sosial dan anak perempuan cenderung menjadi tergantung (dependent) pada orang tua. Pada pola asuh otoriter yang cenderung memaksakan kehendaknya akhirnya sulit menciptakan kreativitas, menjadi penakut dan tidak percaya diri. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Siti Rahayu H dalam Chabib Toha yang menambahkan bahwa pola asuh otoriter pada akhirnya membuat anak kurang mandiri, karena segala sesuatunya orang tua memegang kendali (yang mengatur). Pola asuh otoriter lebih menekankan batasan dan larangan diatas respon positif. Orang tua otoriter menuntut keteraturan, sikap yang sesuai dengan tuntutan masyarakat dan menekankan kepatuhan pada otoritas. Pada umumnya orang tua otoriter tidak selalu bersikap dingin dan tidak responsif, tetapi lebih banyak menuntut dan kurang bersikap positif dan mencintai anaknya. Meskipun anak dengan pola asuh otoriter tidak mampu mengekspresikan perasaannya secara terbuka, tetapi anak dapat menunjukkan penolakan terhadap aturan yang dibuat oleh orang tua. Ketika anak menolak, maka orang tua akan lebih menuntut lagi. Pada akhirnya orang tua menerapkan hukuman yang keras pada anak secara psikologis dapat merugikan orang tua, anak dan hubungan antara keduanya. Pola asuh permisif mempunyai tingkat kemandirian cukup yang dinyatakan sebanyak 29 responden (90,625%) dan mandiri sebanyak 3 orang (9,375%). Pada pola asuh permisif yang ditandai dengan cara orang tua mendidik anak secara bebas, kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah, juga tidak memberikan bimbingan yang cukup berarti bagi anaknya (Chabib Thoha, 1996). Pernyataan tersebut di atas didukung oleh Agoes Dariyo yang menyatakan bahwa apa yang diberlakukan oleh anak diperbolehkan orang tua, orang tua

menuruti segala kemauan anak, dari sisi negatif lain, anak kurang disiplin. Hal tersebut memungkinkan kemandirian siswa dalam belajar cukup mandiri. Namun, bila anak mampu menggunakan kebebasan tersebut secara bertanggung jawab, maka anak akan menjadi seorang yang mandiri. Pada penerapan pola asuh permisif tidak ditemukan adanya tuntutan dan kontrol dari orang tua secara berlebihan terhadap anak. Disamping tingkat kemandirian yang ditunjukkan anak pada pola asuh ini cukup, tetapi akibat lain yang dapat diterima anak diantaranya anak tidak pernah belajar mengontrol diri, selalu menuntut orang lain menuruti keinginannya dan tidak berusaha belajar menghormati orang lain. Anak menjadi cenderung mendominasi orang lain, sehingga dalam berinteraksi sosial anak mengalami kesulitan 6.5 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yang terkait dengan instrumen atau metode yang digunakan dan faktor feabilitas. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup langsung. Keterbatasan dari kuesioner ini adalah : 1. Jika informasi instrumen tidak jelas, maka peserta tidak berespon secara tepat dan interpretasi yang diberikan tidak akurat. 2. Walaupun dibuat anonym, kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak benar atau tidak jujur. 3. Pengisian kuisioner hanya oleh satu pihak yaitu anak sedangkan orang tua tidak, sehingga tidak bisa mengetahui keakuratan jawaban dari sudut pandang yang berbeda. 4. Pertanyaan yang tidak sama pada masing-masing dimensi pola asuh memerlukan kemampuan peneliti untuk menginterpretasi hasil yang diperoleh dengan tepat dan benar.

Pada faktor feabilitas juga mempunyai beberapa keterbatasan antara lain: pertama keterbatasan waktu dan biaya. Kedua karena menggunakan desain cross sectional maka pola asuh dan tingkat kemandirian dalam pemenuhan

kebutuhan sehari-hari diketahui pada saat ini saja.

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian tentang hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian belajar anak usia remaja sebagai berikut:

7.1

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.

Berdasarkan data yang ada didapatkan hasil sebanyak 89

responden menggunakan pola asuh demokratis (58,55%), 32 responden

menggunakan

pola

asuh

permisif

(21,05%),

dan

31

responden

menggunakan pola asuh otoriter (20,39%).

2.

Berdasarkan data yang ada didapatkan hasil sebanyak 72

responden menyatakan mandiri (47,37%), 59 responden menyatakan cukup mandiri (38,82%), 21 responden menyatakan kurang mandiri (13,82%).

3.

Terdapat hubungan positif kuat antara pola asuh orangtua dengan

tingkat kemandirian belajar anak usia remaja dengan nilai koefisien korelasi positif sebesar 0,661, artinya semakin responden menunjukkan ke arah pola asuh yang positif (demokrasi), maka anak akan menunjukkan kemampuan dalam belajar.

7.2 7.2.1

Saran Untuk Penelitian Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan mengubah atau menambah variabel yang akan diteliti berdasarkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat kemandirian anak Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menambah sasaran responden penelitian, tidak hanya dari pihak anak tetapi juga dari sudut pandang orang tua Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan waktu yang agak lama dan tidak hanya dengan instrumen kuisioner tetapi dengan

wawancara pada responden yang terlibat

Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai

jenis pola asuh

dihubungkan dengan tingkat kemandirian selain belajar, misalnya kecerdasan intelektual, prestasi dll 7.2.2 Untuk Profesi

Diharapkan informasi ini dapat meningkatkan kemampuan


perawat dalam praktik pelayanan keperawatan pediatric dan

comunitas sebagai bentuk pelayanan yang holistik dan komprehensif dalam rangka peningkatan mutu pelayanan.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar


pemikiran dan pengembangan konsep keperawatan yang

berhubungan dengan tahap proses tumbuh kembang anak usia remaja. Mengingat adanya hubungan antara pola asuh dengan tingkat kemandirian diharapkan informasi ini dapat lebih meningkatkan perawat dalam memberikan advokasi mengenai pola asuh yang tepat kepada keluarga, sehingga masa depan anak akan lebih baik 7.2.3 Untuk Institusi

Hendaknya institusi pendidikan yang terkait mampu mengadakan


suatu komunikasi dua arah antara pihak sekolah dan orang tua dalam memantau konseling. tumbuh kembang anak dalam bentuk bimbingan

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Ali, Mohammad & Mohammad Asrori. 2004. Psikologi (PerkembanganPeserta Didik). Jakarta: Bumi Aksara. Remaja

Anisa, Siti. 2005. Kontribusi Pola Asuh orang Tua terhadap Kemandirian Siswa Kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten tegal Tahun Pelajaran 2004/2005. Tugas Akhir. Diterbitkan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri, Semarang. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta. Bahri, Syaiful. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Basri, Hasan. 2000. Remaja Berkualitas (Problematika Remaja dan Solusinya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia. Edwards, C. Drew. Ketika Anak Sulit diatur : panduan bagi orang tua untuk mengubah masalah perilaku anak. Cetakan ke-2. Kaifa. Bandung. Gunarsa, S & Y. Gunarsa. 1983. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Havighurts, R. J. A. Cross Cultural View, dalam Adams, J. F. (ed) Understanding Adolescence Currents Developments in Adilescent Psyichilogy. Boston: Allyn & Bacon, Inc. Hurlock, Elizabeth B. 1997. Perkembangan Anak Jilid 1, Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Hurlock, Elizabeth B. 1997. Perkembangan Anak Jilid 2, Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Hurlock, Elizabeth B. 1997. Psikologi Perkembangan, Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Santrock, J. W., 2001. Life Span Development - Perkembangan masa Hidup, alih bahasa Ahmad Chusairi, Jakarta: Erlangga. Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: Mandar Maju. Musdalifah, M.Si. 2007. Perkembangan Sosial Remaja dalam Kemandirian (Studi Kasus Hambatan Psikologis Dependensi terhadap Orang Tua), vol 4 Juli. Jogjakarta. Mutadin, Z. 2002. Mengembangkan Ketrampilan Sosial Pada Remaja. http : www.google.com, file:// e.psikologi. Diakses tanggal 12 Agustus 2009. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Prasetya, G. Tembong. 2003. Pola Pengasuhan Ideal. Jakarta: Elex Media Komputindo. Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D. 2008. Human development (8th ed.). Boston: McGraw-Hill. Sarwono, Jonathan. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS 13, Edisi 1. Jogjakarta: CV ANDI OFFSET.

Schaefer, Charles. 1994. Mempengaruhi Bagaimana Anak (Alih Bahasa oleh R. Tarman Sirait dan Cony Semiawan). Semarang: Dahara Prize. Soeparno, Suhaenah. 2000. Membangun Kompetisi Belajar. Jakarta: Pustaka pelajar. Spungin, Pat & Victoria Richardson. 2002. The Parentalk Guide to Brothers & Sisters. Ag Budhi Satrio (Editor). 2007. Kiat Mengatasi Persaingan Kakak Adik, Ellen Hanafi (Penterjemah), Andi, Yogyakarta, hal 11 - 22. Surya, Hendra. 2003. Kiat mengajak Anak Belajar dan Berprestasi. Jakarta : PT Gramedia. Tarmudji, Tarsis. 2004. Penelitian Tentang Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Agresivitas Remaja. http://www.Dep.Dik.Nas/Go.Id. Diakses pada tanggal 18 Agustus 2009. Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta : Pustaka pelajar (IKAPI). Wijayanti, MM. 2007. Anakku, Anakmu, Anak kita (Mendidik dan Merawat Anak dengan Bijak), Sahabat Setia, Yogyakarta, hal 8 18. Yusuf, Syamsu L.N. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Lampiran 1. Lembar Pemberitahuan PEMBERITAHUAN

Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Alamat Fakultas : Rahmawati Maulidia : Jl. Bendungan Sutami No: 5 Malang : Kedokteran Jurusan Keperawatan Universitas Brawijaya Malang Mohon bantuan kepada siswa kelas X SMA Taruna Dra Zulaeha Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo untuk mengisi kuesioner, demikian saya ucapkan terima kasih.

Malang, 13 November 2009 Mengetahui, Kepala Sekolah SMA Taruna Dra Zulaeha Peneliti

(...........................)

(Rahmawati Maulidia)

Lampiran 2. Lembar Permohonan Persetujuan Penelitian

LEMBAR PERMOHONAN PERSETUJUAN PENELITIAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Jurusan Keperawatan Universitas Brawijaya Malang :

Nama NIM Alamat

: Rahmawati Maulidia : 0610720039 : Jln Bendungan Sutami No 05 Malang

Dengan ini saya mengadakan penelitian dengan judul Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian Belajar Remaja Siswa Kelas X SMA Taruna Dra Zulaeha Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo Tahun Ajaran 2009/2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian belajar anak usia remaja. Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan rujukan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga terutama orangtua dan masyarakat dalam menerapkan pola asuh yang tepat serta melatih kemandirian dalam belajar seorang anak remaja. Prosedur pengambilan sampel adalah cara menyebarkan kuesioner pada siswa yang menjadi sampel dan bersedia menjadi responden serta menandatangani informed consent dan selanjutnya meminta mengisi kuesioner yang memerlukan waktu 15-20 menit. Penelitian ini tidak mengakibatkan hal-hal yang membahayakan bagi responden yang bersangkutan. Informasi yang diberikan dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan pengembangan ilmu keperawatan serta tidak dipergunakan untuk maksud lain. Apabila saudara/i bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, maka saya mohon untuk menandatangani lembar persetujuan yang disertakan bersama surat ini, namun bila tidak berkenan, maka peneliti menghormati keputusan tersebut dan tidak ada sangsi apapun atau anda tidak akan kehilangan hak-hak anda. Atas partisipasi saudara/i saya ucapkan terima kasih. Malang, 13 November 2009 Peneliti

(Rahmawati Maulidia) NB : Dikumpulkan langsung (Tgl 13 November 2009 )

Lampiran 3. Surat Persetujuan Sebagai Subjek Penelitian

SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Identitas siswa:

Umur :................................................................................... Jenis kelamin :................................................................................... Anak ke :................................................................................... Apakah anda sakit? Jika ya, tuliskan sakit apa :................................................................................ No responden :................................................................................... Saya telah mendapatkan penjelasan dengan baik mengenai tujuan dan manfaat penelitian yang berjudul Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian Belajar Remaja Siswa Kelas X SMA Taruna Dra Zulaeha Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo Tahun Ajaran 2009/2010 Saya mengerti bahwa saya akan diminta untuk mengisi kuesioner dan menjawab pertanyaan tentang perasaan dan harapan saya, yang memerlukan waktu 15-20 menit. Saya mengerti bahwa resiko yang akan terjadi dari penelitian ini tidak ada. Apabila ada pertanyaan yang menimbulkan respon emosional, maka penelitian ini akan dihentikan dan peneliti akan memberi dukungan. Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk berperan serta dalam penelitian ini atau mengundurkan diri dari penelitian setiap saat tanpa adanya sanksi atau kehilangan hak-hak saya. Saya telah diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai penelitian ini atau mengenai peran serta saya dalam penelitian ini, dan telah dijawab serta dijelaskan secara memuaskan. Saya secara sukarela dan sadar bersedia berperan serta dalam penelitian ini dengan menandatangani surat persetujuan menjadi responden atau subjek penelitian. Malang, 13 November 2009 Tanda Tangan Responden

Peneliti

(Rahmawati Maulidia) Tanda Tangan Saksi

(........................................)

(...............................)
Lampiran 4. Pengantar Kuisioner

PENGANTAR KUESIONER

Judul penelitian : Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian Belajar Remaja Siswa Kelas X SMA Taruna Dra Zulaeha Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo Tahun Ajaran 2009/2010 Peneliti Pembimbing : Rahmawati Maulidia : I. dr. Soemardini, MPd II. Ns. Dian Susmarini, S.Kep, MN Dengan hormat, Saya adalah mahasiswa Semester VII pada Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Dalam rangka untuk menyelesaikan Tugas Akhir, saya bermaksud mengadakan penelitian dengan judul Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian Belajar Remaja Siswa Kelas X SMA Taruna Dra Zulaeha Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo Tahun Ajaran 2009/2010. Saya berkeyakinan bahwa penelitian ini memiliki manfaat yang luas, baik bagi mahasiswa, pengajar, maupun institusi pendidikan ilmu keperawatan dalam mencetak calon tenaga yang berkompetensi dalam bidang ilmu keperawatan. Apabila anda bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini, saya persilakan menandatangani persetujuan untuk menjadi subjek penelitian. Atas kerjasamanya saya ucapkan terima kasih. Malang, 05 November 2009 Mengetahui Pembimbing I/II Peneliti,

dr Soemardini, M.Pd NIP. 19460307 197903 2 001

Rahmawati Maulidia NIM. 0610720039

Lampiran 5. Kisi-Kisi Kuisioner Pola Asuh Orang Tua

No 1

Pola asuh Otoriter

Kisi2 Pertanyaan orang tua menerapkan peraturan yang ketat dan dipatuhi oleh anak tidak adanya kesempatan untuk mengemukakan pendapat berorientasi pada hukuman(fisik maupun verbal) orang tua jarang memberikan hadiah ataupun pujian

No pertanyaan 1,2 3,4 5,6 7,8

Jumlah 2 2 2 2 8 2

Demokratis orang tua membimbing dan mengarahkan tanpa memaksakan kehendak kepada anak adanya kesempatan kepada anak untuk berpendapat hukuman diberikan kepada perilaku salah memberi pujian dan atau hadiah kepada perilaku yang benar Permisif memberi kebebasan kepada anak tanpa ada batasan dan aturan dari orang tua anak tidak mendapatkan hadiah ataupun pujian meski anak berperilaku sosial baik anak tidak mendapatkan hukuman meski anak melanggar peraturan orang tua kurang kontrol terhadap perilaku dan kegiatan anak sehari-hari

9,10

11,12 13,14 15,16

2 2 2 8 2

17,18

19,20

21,22 23,24

2 2 8

Kemandirian Belajar

No 1

Aspek

Kisi2 Pertanyaan

Intelektual percaya diri dengan kemampuan kognitifnya mampu mengerjakan sendiri tugas-tugasnya dalam belajar memiliki ketrampilan belajar secara mandiri Sosial mempunyai kesediaan untuk membantu teman dalam belajar dan memiliki hubungan yang baik dengan teman belajar untuk tidak bergantung dengan teman Emosi memiliki motivasi belajar yang tinggi, bertanggung jawab terhadap peranannya sebagai pelajar mampu menyikapi masalahmasalah belajarnya secara positif tidak mudah putus asa terhadap kesulitan belajar yang muncul Ekonomi memiliki kemauan untuk tetap belajar walaupun kemampuan ekonomi terbatas mampu mengatur keuangan dengan baik mampu memanfaatkan sarana dan prasarana belajar dengan benar

No pertanyaan 1,2 3,4 5,6,7 8,9

Jumlah 2 2 3 2

10,11 12,13

2 2

14,15,16 17 18 19 20

3 1 1 1 1

Lampiran 6. Kuisioner

KUISIONER LEMBAR KUISIONER POLA ASUH ORANG TUA A. Identitas Responden No Urut Jenis Kelamin Umur Pekerjaan Orang Tua Tgl Pengambilan Data : .........................................(diisi peneliti). : ............................................................ : ............................................................. : ............................................................. : .............................................................

B. Petunjuk Pengisian : 1. Berilah tanda checklist () pada kolom (Ya/Tidak) yang sesuai dengan pilihan anda. 2. Jawaban yang dipilih hanya satu jawaban. 3. Jawaban ditulis sendiri dan tidak boleh diwakilkan
C. Soal

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pertanyaan Apakah orang tua anda mengatur segala kegiatan yang anda lakukan Apakah orang tua anda menetapkan aturan-aturan di rumah yang harus dipatuhi, tanpa merundingkan dulu dengan anda Apakah ketika orang tua anda sedang berbicara, hampir tidak ada kesempatan bagi anda untuk mengemukakan ide ataupun saran Apakah orang tua anda tidak pernah mempertimbangkan ide ataupun saran yang anda sampaikan Dalam mendisiplinkan anda, apakah orang tua anda menggunakan sanksi berupa hukuman fisik Apakah orang tua anda sering kali mengekspresikan rasa marahnya kepada anda Apakah jika anda memperoleh prestasi, orang tua anda tidak pernah memberi hadiah Apakah jika anda mendapat nilai bagus, orang tua tidak pernah memberikan pujian apapun Apakah orang tua mempertimbangkan harapan dan pendapat anda ketika membuat keputusan keputusan Apakah orang tua anda tidak mengharuskan anda mengikuti jadwal kegiatan sehari-hari yang telah

Ya

Tidak

11

12 13 14 15 16 17 18 19

20 21 22 23

24

mereka buat Apakah orang tua anda menghadapi sikap anda yang kurang baik secara langsung dan membicarakan tentang kesalahannya dengan katakata yang mudah dimengerti oleh anda Apakah orang tua sangat menghargai kebebasan anda dalam mengekspresikan harapan-harapan dan keinginan anda Apakah orang tua anda memberikan hukuman yang sesuai dengan kesalahan yang anda lakukan Apakah orang tua anda akan memberikan hukuman, jika anda tidak melaksanakan nasehatnya Apakah orang tua anda selalu memberi hadiah, setelah anda menerima raport meskipun nilainya cukup Apakah orang tua anda selalu memberi pujian, ketika anda mampu menyelesaikan segala pekerjaan di rumah dengan baik Apakah orang tua sering mengikuti kemauan anda tanpa memikirkan akibat dari kemauan anda terlebih dahulu Apakah orang tua tidak pernah membatasi waktu bermain anda di rumah maupun diluar rumah Apakah orang tua tidak pernah memberi pujian, meski anda pernah berbuat baik kepada orang lain atau telah membantu teman yang mengalami kesusahan Apakah anda tidak pernah mendapatkan hadiah dari orang tua sekalipun anda berprestasi Apakah orang tua anda mengabaikan sikap anda yang suka membantah perintah orang tua dan mereka menganggap itu sebagai hal yang biasa Apakah orang tua anda tidak pernah marah, meskipun anda mengabaikan tugas yang diberikan kepada anda Apakah orang tua anda tidak pernah menanyakan, alasan mengapa anda terlambat pulang sekolah atau tentang kegiatan yang anda lakukan seharihari Apakah orang tua saya tidak pernah memperdulikan, dengan siapa anda berteman

LEMBAR KUISIONER KEMANDIRIAN BELAJAR D. Identitas Responden No Urut : ..............................................(diisi peneliti). Jenis Kelamin : ...................................................................... Umur : ...................................................................... Pekerjaan Orang Tua : ...................................................................... Tgl Pengambilan Data : ...................................................................... E. Petunjuk Pengisian : 4. Berilah tanda checklist () pada kolom (Ya/Tidak) yang sesuai dengan pilihan anda. 5. Jawaban yang dipilih hanya satu jawaban. 6. Jawaban ditulis sendiri dan tidak boleh diwakilkan F. Soal No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Pertanyaan Ya Apakah anda yakin bahwa setiap tugas yang anda kerjakan adalah benar Apakah anda percaya pada kemampuan anda sendiri bahwa anda akan berhasil dalam belajar Apabila ada soal-soal atau tugas yang sulit, apakah anda berusaha untuk memecahkan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain Jika ada kesulitan dalam belajar apakah anda mampu mengatasi masalah sendiri Apakah anda belajar secara teratur tidak hanya ketika akan ulangan saja Apakah anda belajar sesuai dengan jadwal yang anda buat Sesudah tes/ulangan, apakah anda mencoba mengulang kembali untuk menjawab tes tersebut di rumah Apakah anda membantu teman anda bila mereka ada kesulitan dalam memahami materi pelajaran Apkah anda selalu meminjam alat tulis menulis atau peralatan belajar lainnya kepada teman anda Apakah anda suka meminjam buku catatan milik teman anda untuk disalin di rumah Apakah anda mengerjakan pekerjaan rumah (PR)/tugas dibantu oleh teman atau kerja kelompok dengan teman anda Apakah anda belajar sendiri tanpa diperintah oleh orang tua Tidak

13 14 15 16 17 18 19 20

Apakah anda berinisiatif sendiri untuk memulai belajar dan mengakhiri belajar anda Apakah anda merasa bahwa semua pelajaran itu penting dan ada gunanya Meskipun banyak acara di TV yang menarik, apakah anda tetap belajar Ketika teman mengajak untuk jalan-jalan, apakah andatetap memilih untuk belajar Jika materi pelajaran belum anda pahami apakah anda berusaha mencari buku-buku perpustakaan untuk membantu memahami Apakah anda tetap bersemangat sekolah meskipun orang tua anda tidak mampu membiayai sekolah anda Apakah anda menabung sendiri untuk membeli peralatan sekolah dan buku-buku pelajaran Sebelum belajar, apakah anda menyiapkan buku-buku, alat tulis menulis atau peralatan belajar yang lain yang anda butuhkan

Lampiran 7. Hasil Validitas dan Reliabilitas Kuisioner Pola Asuh Orangtua dan Tingkat Kemandirian dalam Belajar

Reliability Untuk Pola Asuh Orang Tua


Case Processing Summary N Cases Valid Excluded (a) Total 27 1 % 96.4 3.6

28 100.0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha .951

N of Items 24 Item-Total Statistics Scale Variance if Item Deleted 1318.490 1040.179 1304.872 1345.615 1345.615 1265.795 1332.020 1318.644 1040.179 1088.234 1162.473 1063.806 1124.481 1136.721 1264.949 1162.088 1345.538 1345.538 1304.872 1345.462 1345.692 1345.692 1345.538 1332.174 Corrected Item-Total Correlation .868 .997 .903 .694 .694 .940 .813 .865 .997 .993 .982 .996 .991 .990 .949 .984 .698 .698 .903 .702 .690 .690 .698 .808 Cronbach's Alpha if Item Deleted .950 .946 .949 .952 .952 .947 .951 .950 .946 .944 .944 .945 .944 .944 .947 .944 .952 .952 .949 .952 .952 .952 .952 .951

pertanyaan 1 pertanyaan 2 pertanyaan 3 pertanyaan 4 pertanyaan 5 pertanyaan 6 pertanyaan 7 pertanyaan 8 pertanyaan 9 pertanyaan 10 pertanyaan 11 pertanyaan 12 pertanyaan 13 pertanyaan 14 pertanyaan 15 pertanyaan 16 pertanyaan 17 pertanyaan 18 pertanyaan 19 pertanyaan 20 pertanyaan 21 pertanyaan 22 pertanyaan 23 pertanyaan 24

Scale Mean if Item Deleted 14.51852 12.88889 14.44444 14.66667 14.66667 14.22222 14.59259 14.51852 12.88889 13.18519 13.62963 13.03704 13.40741 13.48148 14.22222 13.62963 14.66667 14.66667 14.44444 14.66667 14.66667 14.66667 14.66667 14.59259

Reliability Untuk Kemandirian Belajar


Case Processing Summary N Cases Valid Excluded (a) Total 27 1 % 96.4 3.6

28 100.0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha .983

N of Items 20 Item-Total Statistics Scale Variance if Item Deleted 2689.199 2374.490 2806.849 2748.268 2613.256 2594.550 2650.943 2374.490 2768.191 2614.641 2652.328 2446.795 2374.336 2374.490 2632.875 2613.103 2670.923 2356.635 2672.308 2392.410 Corrected Item-Total Correlation .962 .998 .812 .920 .979 .982 .973 .998 .894 .973 .966 .994 .998 .998 .972 .980 .963 .999 .955 .997 Cronbach's Alpha if Item Deleted .983 .982 .985 .984 .982 .982 .982 .982 .984 .982 .982 .981 .982 .982 .982 .982 .983 .982 .983 .982

pertnyaan 1 pertanyaan 2 pertnyaan 3 pertanyaan 4 pertanyaan 5 pertayaan 6 pertanyaan 7 pertanyaan 8 pertanyaan 9 pertanyaan 10 pertanyaan 11 pertanyaan 12 pertanyaan 13 pertanyaan 14 pertanyaan 15 pertanyaan 16 pertanyaan 17 pertanyaan 18 pertanyaan 19 pertanyaan 20

Scale Mean if Item Deleted 20.7407 19.4815 21.1852 20.9630 20.4444 20.3704 20.5926 19.4815 21.0370 20.4444 20.5926 19.7778 19.4815 19.4815 20.5185 20.4444 20.6667 19.4074 20.6667 19.5556

Hasil Validitas
P1 Kemandirian Belajar Pearson Correlation .435(*) Sig. (2-tailed) .021 N 28 Pearson Correlation .654(**) P1 Pola Asuh Orang Tua Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation .635(**) .000 28 .646(**)

P2

P2

P3

P4

P5

P6

P7

P8

P9

P10

P11

P12

P13

P14

P15

P16

P17

P18

P19

P20

Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

.000 28 .540(**) .003 28 .654(**) .000 28 .416(*) .028 28 .657(**) .000 28 .454(*) .015 28 .480(**) .010 28 .630(**) .000 28 .602(**) .001 28 .452(*) .016 28 .452(*) .016 28 .657(**) .000 28 .452(*) .016 28 .478(*) .010 28 .459(*) .014 28 .452(*) .016 28 .515(**) .005 28 .630(**) .000 28 .654(**) .000 28

P3

P4

P5

P6

P7

P8

P9

P10

P11

P12

P13

P14

P15

P16

P17

P18

P19

P20

P21

P22

P23

P24

Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation

.000 28 .635(**) .000 28 .642(**) .000 28 .635(**) .000 28 .635(**) .000 28 .778(**) .000 28 .635(**) .000 28 .778(**) .000 28 .701(**) .000 28 .635(**) .000 28 .701(**) .000 28 .701(**) .000 28 .743(**) .000 28 .646(**) .635(**) .000 28 .646(**) .000 28 .635(**) .000 28 .642(**) .000 28 .635(**) .000 28 .635(**) .000 28 .778(**) .000 28 .635(**) .000 28 .778(**) .000 28

Sig. (2-tailed) N

.701(**) .000

Lampiran 11. Pernyataan Telah Melaksanakan Penelitian dan Memenuhi Ethical Clearance PERNYATAAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN DAN MEMENUHI ETHICAL CLEARANCE

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama NIM Jurusan : Rahmawati Maulidia : 0610720039 : Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Menyatakan bahwa saya telah melaksanakan proses pengambilan data penelitian sesuai dengan yang disetujui pembimbing dan telah memperoleh pernyataan kesediaan dan persetujuan dari responden sebagai sumber data.

Malang, Pembimbing I

2009

Yang membuat pernyataan

dr. Soemardini, MPd NIP. 19460307 197903 2 001

Rahmawati Maulidia NIM.00610720039

Mengetahui, Tim Etik Penelitian Kesehatan Koordinator Divisi I (Mahasiswa FKUB)

Prof. Dr. dr. Teguh Wahju Sardjono DTM & H, MSc, SpParK

NIP.19520410 198002 1 001

Lampiran 12. Tabulasi Data Hasil Penelitian Hasil jawaban Kuisioner Pola Asuh
Karakteristik Responden No Responden Pkejaan Ortu Jnis klamin Jawaban Responden mengenai Pola Asuh Keterangan DE DE O O DE DE DE DE O DE DE P DE DE DE P P DE skor maks 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 Jmlh skor 11 10 10 8 8 7 8 6 13 9 9 11 13 7 4 9 8 9

Umur

P10

P12

P14

P16

P19

P21

P22

R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18

15 16 16 15 16 16 14 16 15 16 15 15 15 14 16 15 15 15

L P P L P L P L P L P P L P L P L L

PTKL PTKL PTKL PNS PTKL PNS TANI PTKL PTKL PTKL TANI PNS PNS PTKL PNS PTKL PTKL W

0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1

1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1

1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0

0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1

0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1

0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0

0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0

0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1

1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1

1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1

1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0

1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1

1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1

0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0

1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0

1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0

0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0

P24

P11

P13

P15

P17

P18

P20

P23

P1

P2

P4

P6

P8

P3

P5

P7

P9

R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40 R41 R42 R43 R44

15 15 15 15 16 15 16 16 15 15 16 15 16 14 15 14 15 16 15 15 15 16 16 16 15 15

P P L P L P P L P P L P L P P P P L L P L P P P P L

W PTKL PNS PTKL PTKL W PNS W S PNS S PNS PNS W W W W W PTKL PTKL S S PTKL W TANI PTKL

1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 11

0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0

0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0

0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0

0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1

0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1

1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1

1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1

0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1

0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1

0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1

0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0

0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0

0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0

0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0

1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1

1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0

1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0

1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0

1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0

10 10 11 11 11 11 12 8 11 6 13 5 10 9 7 8 13 12 13 7 9 9 13 6 8 20

24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

P P O P DE P P O P DE DE DE DE O O DE P DE P DE DE DE O DE DE DE

R45 R46 R47 R48 R49 R50 R51 R52 R53 R54 R55 R56 R57 R58 R59 R60 R61 R62 R63 R64 R65 R66 R67 R68 R69 R70

15 15 16 16 15 16 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 16 16 14 15 15 15 15 15 15 16

P P P L L P L L P L L L P P P L P L L P P L P L P L

PTKL PTKL PNS TANI PTKL PTKL PTKL PTKL PTKL PNS PTKL PTKL PNS PTKL PTKL W PTKL PNS S PTKL PTKL W PTKL S PTKL S

1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0

1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0

0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0

0 1 0 0 1 0 0 1

0 0 0 1 1 0 0 0 0

0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1

0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1

1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0

1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1

0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1

0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0

0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1

1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1

0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0

0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0

0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0

0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0

0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0

0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1

0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0

6 9 4 10 10 12 11 13 10 11 9 10 9 6 8 10 11 9 10 11 7 9 13 13 10 11

24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

DE O DE DE O P DE P DE P DE DE DE DE O O DE P DE O O DE O P O DE

0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1

0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0

R71 R72 R73 R 74 R75 R 76 R 77 R 78 R 79 R 80 R 81 R 82 R 83 R 84 R 85 R 86 R 87 R 88 R 89 R 90 R 91 R 92 R 93 R 94 R 95 R 96

16 15 16 16 15 15 15 15 15 15 16 15 15 15 16 15 15 15 15 16 15 15 15 16 15 16

P P P L L P L P L L L L L P L P P L L P P L P P P P

W PTKL PNS TANI PTKL PTKL PTKL PTKL PTKL PTKL PTKL S PTKL PTKL PTKL TANI PTKL S PTKL PTKL PTKL PTKL PNS PTKL W PTKL

0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0

1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0

0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0

1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0

0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1

0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0

1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1

1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1

0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0

1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0

0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0

1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0

1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0

8 5 6 9 8 9 9 10 9 8 9 10 9 8 10 8 9 15 11 14 9 6 7 7 4 5

24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

DE DE DE DE DE O DE DE DE DE P O DE DE DE DE P P DE P DE DE DE DE DE DE

R 97 R 98 R 99 R 100 R 101 R 102 R 103 R 104 R 105 R 106 R 107 R 108 R 109 R 110 R 111 R 112 R 113 R 114 R115 R116 R117 R118 R119 R120 R121 R122

16 16 15 15 15 15 16 14 16 15 15 15 15 16 16 16 16 15 16 16 15 15 15 15 15 16

L P L L P L L L P P P P L P P L P L L L L L P L L P

S PNS S PTKL PTKL S PNS S S W PNS PTKL W S S PTKL PTKL PTKL PTKL PTKL PTKL PNS W PTKL PNS PTKL

0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0

0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0

0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0

0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1

1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1

1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1

1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0

1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1

1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0

0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0

0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1

1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1

1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0

1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0

1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0

1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0

12 14 10 6 8 7 9 4 12 9 6 12 8 5 12 13 8 13 7 12 11 14 12 7 7 10

24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

P P DE O DE O DE DE P O DE O DE DE O DE DE P O P P P DE O DE DE

R123 R124 R125 R126 R127 R128 R129 R130 R131 R132 R133 R134 R135 R136 R137 R138 R139 R140 R141 R142 R143 R144 R145 R146 R147 R148

15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 16 15 15 16 15 16 15 15 15 14 15 15 15 15 15 15

P L P P P P P P L L P P P P P P P P P L L L L P L P

PTKL PTKL TANI TANI W PTKL PTKL S PTKL PTKL PNS PTKL PNS PTKL PTKL PTKL PTKL PNS PNS PNS PNS PNS W PNS PTKL PNS

0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1

0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0

1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1

0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0

0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1

1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0

0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0

1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1

1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1

1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1

1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1

0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0

0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0

10 11 10 10 6 6 9 7 14 11 6 7 11 9 7 8 14 9 4 10 10 7 9 10 10 8

24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

DE O DE DE DE DE DE DE O O O DE P DE DE P P O O DE DE DE DE P DE DE

R149 R150 R151 R152

15 15 16 16

P L L P

PTKL PNS PTKL PTKL

0 1 0 0

0 0 0 0

0 0 0 0

0 0 0 0

0 0 0 1

0 0 0 0

0 1 0 0

0 0 1 0

1 0 0 1

1 1 1 1

1 0 1 1

1 1 1 1

1 0 0 1

0 1 0 1

0 1 0 0

1 0 1 1

0 1 0 0

1 0 1 0

0 0 1 0

0 0 1 0

0 0 1 0

0 0 1 0

0 0 1 0

0 1 1 0

7 8 12 8

24 24 24 24

DE DE P DE

Lampiran 12. (lanjutan) Hasil jawaban Kuisioner Kemandirian Belajar


No % Karakteristik Responden Jawaban pertanyaan kemandirian belajar keter jmlh skor

Kondisi kshtan

Responden

Jenis kel

anak ke

R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22

15 16 16 15 16 16 14 16 15 16 15 15 15 14 16 15 15 15 15 15 15 15

L P P L P L P L P L P P L P L P L L P P L P

1 2 2 1 1 3 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 3 1 1

TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS

1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0

0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0

1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1

0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0

1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1

1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1

1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0

1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0

0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0

1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1

0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0

1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1

14 14 10 7 10 14 15 14 7 15 14 12 11 14 7 14 10 16 12 11 7 10

20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

70 70 50 35 50 70 75 70 35 75 70 60 55 70 35 70 50 80 60 55 35 50

mandiri mandiri cukup mandiri kurang mandiri cukup mandiri mandiri mandiri mandiri kurang mandiri mandiri mandiri cukup mandiri cukup mandiri mandiri kurang mandiri mandiri cukup mandiri mandiri cukup mandiri cukup mandiri kurang mandiri cukup

angan

Umur

maks

skor

P11

P13

P15

P17

P19

P10

P12

P14

P16

P18

P20

P1

P3

P5

P7

P9

P2

P4

P6

P8

R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40 R41 R42 R43 R44 R45 R46 R47

16 15 16 16 15 15 16 15 16 14 15 14 15 16 15 15 15 16 16 16 15 15 15 15 16

L P P L P P L P L P P P P L L P L P P P P L P P P

3 1 2 2 1 3 2 2 2 1 1 1 3 3 1 1 1 1 3 1 1 1 2 1 1

TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS

0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1

1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1

1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0

0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1

1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 2 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1

1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1

1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1

1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1

1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1

1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1

1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

15 10 11 7 9 14 14 11 14 14 11 18 10 14 11 15 15 15 7 14 14 12 15 10 15

20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

75 50 55 35 45 70 70 55 70 70 55 90 50 70 55 75 75 75 35 70 70 60 75 50 75

mandiri mandiri cukup mandiri cukup mandiri kurang mandiri cukup mandiri mandiri mandiri cukup mandiri mandiri mandiri cukup mandiri mandiri cukup mandiri mandiri cukup mandiri mandiri mandiri mandiri kurang mandiri mandiri mandiri cukup mandiri mandiri cukup mandiri mandiri

R48 R49 R50 R51 R52 R53 R54 R55 R56 R57 R58 R59 R60 R61 R62 R63 R64 R65 R66 R67 R68 R69 R70 R71

16 15 16 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 16 16 14 15 15 15 15 15 15 16 16

L L P L L P L L L P P P L P L L P P L P L P L P

2 3 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 3 3 2 2 3 1 3 1 1 1 2 2

TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS

1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1

1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0

1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1

1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1

1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1

0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0

0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1

1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1

1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1

1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1

0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0

1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1

14 7 11 9 10 10 11 11 14 14 14 7 14 12 9 14 7 11 15 7 14 12 10 14

20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

70 35 55 45 50 50 55 55 70 70 70 35 70 60 45 70 35 55 75 35 70 60 50 70

mandiri kurang mandiri cukup mandiri cukup mandiri cukup mandiri cukup mandiri cukup mandiri cukup mandiri mandiri mandiri mandiri kurang mandiri mandiri cukup mandiri cukup mandiri mandiri kurang mandiri cukup mandiri mandiri kurang mandiri mandiri cukup mandiri cukup mandiri mandiri

R72 R73 R 74 R75 R 76 R 77 R 78 R 79 R 80 R 81 R 82 R 83 R 84 R 85 R 86 R 87 R 88 R 89 R 90 R 91 R 92 R 93 R 94 R 95 R 96 R 97 R 98

15 16 16 15 15 15 15 15 15 16 15 15 15 16 15 15 15 15 16 15 15 15 16 15 16 16 16

P P L L P L P L L L L L P L P P L L P P L P P P P L P

2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 3 2 2 1 2 2 2 3 1 3 1 1 2 1 1 1 2

TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS

1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0

0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0

1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1

1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1

1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0

0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0

0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0

1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1

1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0

1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

14 14 15 14 11 17 14 14 14 10 12 14 12 14 14 11 10 11 14 14 14 15 11 15 12 11 12

20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

70 70 75 70 55 85 70 70 70 50 60 70 60 70 70 55 50 55 70 70 70 75 55 75 60 55 60

mandiri mandiri mandiri mandiri cukup mandiri mandiri mandiri mandiri mandiri cukup mandiri cukup mandiri mandiri cukup mandiri mandiri mandiri cukup mandiri cukup mandiri cukup mandiri mandiri mandiri mandiri mandiri cukup mandiri mandiri cukup mandiri cukup mandiri cukup

R 99 R 100 R 101 R 102 R 103 R 104 R 105 R 106 R 107 R 108 R 109 R 110 R 111 R 112 R 113 R 114 R115 R116 R117 R118 R119 R120 R121

15 15 15 15 16 14 16 15 15 15 15 16 16 16 16 15 16 16 15 15 15 15 15

L L P L L L P P P P L P P L P L L L L L P L L

1 1 1 3 1 1 2 1 3 1 1 1 2 2 1 2 1 1 3 1 1 1 2

TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS

0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0

1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0

0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0

1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1

1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1

0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1

1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1

0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0

0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0

1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1

1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1

1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0

1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1

14 7 12 7 11 14 10 6 14 6 14 11 7 14 15 10 15 11 10 10 10 10 14

20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

70 35 60 35 55 70 50 30 70 30 70 55 35 70 75 50 75 55 50 50 50 50 70

mandiri mandiri kurang mandiri cukup mandiri kurang mandiri cukup mandiri mandiri cukup mandiri kurang mandiri mandiri kurang mandiri mandiri cukup mandiri kurang mandiri mandiri mandiri cukup mandiri mandiri cukup mandiri cukup mandiri cukup mandiri cukup mandiri cukup mandiri mandiri

R122 R123 R124 R125 R126 R127 R128 R129 R130 R131 R132 R133 R134 R135 R136 R137 R138 R139 R140 R141 R142 R143 R144 R145 R146

16 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 16 15 15 16 15 16 15 15 15 14 15 15 15 15

P P L P P P P P P L L P P P P P P P P P L L L L P

1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 3 3 2 2 1 3 1 1 2 2 1 1 1 1 3

TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS

1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0

1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0

1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0

0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0

1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1

0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0

1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0

0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1

1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1

1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

16 14 7 11 14 14 14 14 14 7 7 7 14 12 14 15 10 14 7 14 7 10 14 10 9

20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

80 70 35 55 70 70 70 70 70 35 35 35 70 60 70 75 50 70 35 70 35 50 70 50 45

mandiri mandiri kurang mandiri cukup mandiri mandiri mandiri mandiri mandiri mandiri kurang mandiri kurang mandiri kurang mandiri cukup mandiri cukup mandiri mandiri mandiri cukup mandiri cukup mandiri kurang mandiri mandiri kurang mandiri cukup mandiri mandiri cukup mandiri cukup mandiri

R147 R148 R149 R150 R151 R152

15 15 15 15 16 16

L P P L L P

2 1 3 2 1 1

TS TS TS TS TS TS

0 0 1 1 1 0

1 1 1 1 1 1

1 1 1 0 0 1

0 0 0 1 0 1

0 0 1 1 0 1

0 1 1 1 0 0

0 0 1 1 0 1

1 1 1 1 1 1

0 0 1 1 1 0

0 1 0 1 1 1

1 0 0 0 1 1

1 1 0 1 1 0

1 1 1 1 1 0

1 1 1 0 1 1

0 1 1 1 0 1

0 1 1 0 0 1

0 1 0 0 0 1

1 1 1 1 1 1

0 1 0 0 1 0

1 1 1 1 1 1

9 14 14 14 12 14

20 20 20 20 20 20

45 70 70 70 60 70

cukup mandiri mandiri mandiri mandiri cukup mandiri mandiri

Lampiran 13. Hasil Uji Statistik

Te sts of Normality Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig. .364 152 .000 .299 152 .000
a

pola asuh kemandirian belajar

Statistic .703 .766

Shapiro-Wilk df 152 152

Sig. .000 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Crosstabs
Case Processing Summary Cases Missing N Percent 0 .0%

N pola asuh * kemandirian belajar

Valid Percent 152 100.0%

Total Percent 152 100.0%

Tingkat kemandirian Kurang Cukup Mandiri mandiri mandiri Pola asuh orang tua Permisif Frekuensi Persentase Frekuensi 0 0% 19 61,29% 2 29 90,625% 8 25,80% 22 24,72% 59 38,82% 3 9,375% 4 12,90% 65 73,034% 72 47,37%

Total 32 21,053 % 31 20,39 % 89 58,55 % 152 100 %

Otoriter

Persentase Demokratis Frekuensi

Total

2,247% Persentase 21 Frekuensi Persentase 13,82%

Hasil Uji Spearman di atas sama dengan hasil uji pada table berikut:

Nonparametric Correlations Symmetric Measures


Value Ordinal by Ordinal N of Valid Cases Spearman Correlation .661 Asymp. Std. Error(a) .060 Approx. T(b) 10.787 Approx. Sig. .000(c)

152 a Not assuming the null hypothesis. b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c Based on normal approximation.

Corre lations pola asuh Correlation Coefficient 1.000 Sig. (2-tailed) . N 152 Correlation Coefficient .661** Sig. (2-tailed) .000 N 152 kemandirian belajar .661** .000 152 1.000 . 152

Spearman's rho

pola asuh

kemandirian belajar

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Lampiran 14. Pernyatan Keaslian Tulisan

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama NIM Jurusan : Rahmawati Maulidia : 0610720039 : Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini adalah benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan ataupun pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang, 15 Desember 2009 Yang membuat pernyataan,

(Rahmawati Maulidia)

Lampiran 16. Curriculum Vitae

CURRICULUM VITAE

1. Nama. 2. Tempat /Tanggal Lahir 3. Alamat Kost/ Sewa, No. Tlp.

: Rahmawati Maulidia : Probolinggo, 26 Oktober 1988 : Jl. Bendungan Sutami No 05 Kota Malang, 085236662390

4. Univ./Akademi/Institut 5. Jurusan/ Program Studi 6. Semester 7. NIM 8. Riwayat Pendidikan

: Universitas Brawijaya : Jurusan Keperawatan : VII (Tujuh) : 0610720039 : 1. TK Ananda Leces 2. Leces 3. 4. 5. SLTP Negeri 1 Leces SMU Taruna Dra Zulaeha LecesJurusan Keperawatan Fakultas SD Negeri Sumberkedawung 3

Probolinggo Kedokteran Universitas Brawijaya Malang 9. Riwayat Organisasi : 1. Ketua OSIS SMP 2. OSIS SMA 3. Staff PSDM HIMKAJAYA 4. Staff Divisi PSDM JMKI 5. Ketua PSDM HIMKAJAYA 6.Koordinator Komunikasi 7. Ketua HIMKAJAYA 8. Anggota AIMA UJM FKUB th 2006-2007 th 2006-2007 th 2007-2008 th 2007-2008 th 2008-2009 th 2008-2009

Informasi dan Kesekretariatan JMKI

You might also like