You are on page 1of 5

Biofarmasi 3 (2): 47-51, Agustus 2005, ISSN: 1693-2242

 2005 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta

Pengaruh Ketersediaan Air terhadap Pertumbuhan dan Kandungan


Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum
Gaertn.)
The effect of water availability on growth and saponin content of Talinum
paniculatum Gaertn.

SOLICHATUN♥, ENDANG ANGGARWULAN, WIDYA MUDYANTINI


Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta 57126

Korespondensi: Jl. Ir Sutami 36A Surakarta 57126. Telp. & Fax.: +62-271-663375. email: eanggarwulan@yahoo.com

Diterima: 17 Mei 2005. Disetujui: 21 Juli 2005.

Abstract. Talinum paniculatum Gaertn. known as “ginseng jawa” is one of medicinal plant which has an important role
as aphrodisiac. The plant contain several active substances (secondary metabolites), there are saponin, alkaloid,
essential oil, resin, tannin, flavonoid, glycoside, and sterol. The aims of this research were to know the effect of water
availability on growth and saponin content of T. paniculatum. The experiment was installed as a completely randomized
design, with one treatment and 5 replicates. The drought condition was be indicated with water availability of media on 4
level, that was 40% field capacity (drought/temporary wilting point), 60% field capacity, 80% field capacity, and 100%
field capacity (waterlogged). The plants were being grown in the green house. The result of the research indicated that
the growth of T. paniculatum was be inhibited by drought condition. The lower of water availability had impacted on the
lower of growth parameters (dry weight, water use efficiency, relative growth rate), but oppositely, the lower of water
availability, the higher of saponin content. The drought condition (40% field capacity) had been resulted the highest
saponin content. The waterlogged condition (100% field capacity) had been resulted the lowest saponin content.

Key words: Talinum paniculatum, saponin, water availability, growth.

PENDAHULUAN diperlukan upaya-upaya pembudidayaan yang


tepat. Produktivitas dan mutu som jawa sebagai
Talinum paniculatum Gaertn. merupakan salah bahan baku obat dipengaruhi oleh banyak faktor,
satu tanaman obat yang potensial untuk antara lain kesuburan tanah, cara bercocok tanam,
dikembangkan penggunaannya. Di Indonesia, kondisi iklim, dan status atau ketersediaan air
tanaman T. paniculatum dikenal dengan nama tanah. Penambahan bahan organik (casting,
daerah antara lain ginseng jawa, som jawa, kompos daun bambu) diketahui dapat
kolesom, atau talesom. Umbi som jawa berkhasiat meningkatkan produktivitas som jawa (Darwati dkk.
sebagai obat penambah stamina (afrodisiak), obat 2000).
radang paru-paru, diare, haid tidak teratur, dan Kebutuhan air bagi tumbuhan berbeda-beda,
melancarkan air susu ibu (ASI) (Wijayakusuma tergantung jenis tumbuhan dan fase
dkk., 1994); selain itu juga berguna sebagai anti pertumbuhannya. Pada musim kemarau, tumbuhan
inflamasi (Soedibyo, 1998). Tanaman ini belum sering mendapatkan cekaman air (water stress)
dibudidayakan secara luas baik ditingkat petani karena kekurangan pasokan air di daerah perakaran
maupun perusahaan, karena belum tersedia paket dan laju evapotranspirasi yang melebihi laju
teknologinya (Darwati dkk., 2000). absorbsi air oleh tumbuhan (Levitt, 1980).
Bagian yang digunakan sebagai bahan obat Sebaliknya pada musim penghujan, tumbuhan
adalah akar atau umbinya. Kandungan kimia sering mengalami kondisi jenuh air.
tumbuhan ini antara lain saponin, triterpen/steroid, Perakaran tumbuhan tumbuh ke dalam tanah
polifenol, minyak astiri, flavonoid, dan tanin (Santa yang lembab dan menarik air sampai tercapai
dan Prajogo, 1999; Saroni dkk., 1999; Soedibyo, potensial air kritis dalam tanah. Air yang dapat
1998). Prolin adalah senyawa metabolit sekunder diserap dari tanah oleh akar tumbuhan disebut air
yang umumnya dibentuk sebagai respon adanya yang tersedia. Air yang tersedia merupakan
cekaman kekeringan dan salinitas di lingkungan perbedaan antara jumlah air dalam tanah pada
(Levitt, 1980). kapasitas lapang dan jumlah air dalam tanah pada
Talinum masih jarang dibudidayakan di persentase pelayuan permanen. Air pada kapasitas
Indonesia. Untuk mengantisipasi kebutuhan yang lapang adalah air yang tetap tersimpan dalam tanah
terus meningkat secara kontinyu dan mempunyai yang tidak mengalir ke bawah karena gaya
mutu sebagai bahan baku fitofarmaka, maka gravitasi; sedangkan air pada persentase pelayuan
permanen adalah apabila pada kelembaban tanah
48 Biofarmasi 3 (2): 47-51, Agustus 2005

tersebut tumbuhan yang tumbuh diatasnya akan kekeringan 40% dan 60% kapasitas lapang
layu dan tidak akan segar kembali dalam atmosfer menurunkan pertumbuhan dan biomassa tanaman
dengan kelembaban relatif 100% (Gardner et al., secara nyata (Sukarman dkk., 2000).
1991). Metabolit sekunder tumbuhan telah lama diketa-
Air seringkali membatasi pertumbuhan dan hui mempunyai banyak manfaat bagi tumbuhan
perkembangan tanaman budidaya. Respon diantaranya sebagai bahan obat atau farmasi,
tumbuhan terhadap kekurangan air dapat dilihat pewarna makanan, pestisida, dan pewangi (Heble,
pada aktivitas metabolismenya, morfologinya, 1996). Sedang bagi tumbuhan sendiri metabolit
tingkat pertumbuhannya, atau produktivitasnya. sekunder sering berperan untuk kelangsungan hidup
Pertumbuhan sel merupakan fungsi tanaman yang suatu spesies dalam menghadapi spesies yang lain
paling sensitif terhadap kekurangan air. Kekurangan (Manitto, 1992). Saponin merupakan metabolit
air akan mempengaruhi turgor sel sehingga akan sekunder yang termasuk golongan glikosida terpen
mengurangi pengembangan sel, sintesis protein, (Hopkins, 1999). Saponin merupakan senyawa aktif
dan sintesis dinding sel (Gardner et al., 1991). permukaan yang kuat, yang menimbulkan busa jika
Pengaruh kekurangan air selama tingkat vegetatif dikocok dalam air, larut dalam alkohol, dan dapat
adalah berkembangnya daun-daun yang ukurannya menghemolisis darah hewan.
lebih kecil, yang dapat mengurangi penyerapan Mengingat nilai penting tanaman obat (dalam hal
cahaya. Kekurangan air juga mengurangi sintesis ini adalah ginseng jawa) adalah pada kandungan
klorofil dan mengurangi aktivitas beberapa enzim bahan aktifnya, maka perlu dilakukan penelitian
(misalnya nitat reduktase). Kekurangan air justru untuk mengetahui kandungan bahan aktif
meningkatkan aktivitas enzim-enzim hidrolisis (metabolit sekunder) tanaman obat tersebut pada
(misalnya amilase) (Hsiao et al. dalam Gardner et kondisi ketersediaan air tanah yang berbeda-beda.
al. 1991). Dari penelitian ini diharapkan diperoleh informasi
Cekaman kekeringan dapat menurunkan tingkat tentang akumulasi metabolit sekunder ginseng jawa
produktivitas (biomassa) tanaman, karena pada kondisi kekeringan maupun kondisi jenuh air
menurunnya metabolisme primer, penyusutan luas sehingga dapat dipakai sebagai acuan dalam teknik
daun dan aktivitas fotosintesis. Penurunan budidayanya.
akumulasi biomassa akibat cekaman air untuk Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
setiap jenis tanaman besarnya tidak sama. Hal mengetahui pertumbuhan dan kandungan saponin
tersebut dipengaruhi oleh tanggap masing-masing ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) pada
jenis tanaman. Penurunan akumulasi biomasaa kondisi cekaman air. Manfaat penelitian ini adalah
tanaman obat jenis pegagan (Centella asiatica L.) diperolehnya informasi tentang respon pertumbuhan
mencapai 48,9% pada cekaman kekeringan 50% ginseng jawa terhadap ketersediaan air yang
kapasitas lapang (KL) dan tidak mampu tumbuh berbeda sehingga dapat dipakai sebagai acuan
pada cekaman air 40% KL (Rahardjo et al., 1999). dalam teknik budidayanya.
Penurunan akumulasi biomassa tanaman
tempuyung (Sonchus arvensis L.) mencapai 52,8%
pada cekaman air sebesar 50% KL dibandingkan BAHAN DAN METODE
dengan cekaman air 80. Tanaman tempuyung yang
ditanam pada kondisi kering dengan intensitas Waktu dan tempat penelitian
cahaya penuh, kadar flavonoidnya lebih tinggi Percobaan dilakukan di rumah kaca Laboratorium
dibandingkan dengan tanaman yang ditanam pada Pusat MIPA UNS, mulai bulan Juni-Oktober 2004.
daerah iklim basah dan di bawah naungan. Analisis kandungan saponin dilakukan di Sub Lab.
Tanaman tempuyung yang mendapat cekaman air Biologi, Lab. Pusat MIPA UNS. Saponin murni
sebesar 60% kapasitas lapang, kadar flavonoidnya (Merck) diperoleh dari PPOT UGM.
mencapai dua kali lipat dibandingkan dengan
tanaman yang tidak terkena cekaman (Rahardjo Bahan dan alat
dan Darwati, 2000). Ginseng jawa (T. paniculatum Gaertn.) yang
Berdasarkan faktor genetiknya, daya adaptasi digunakan sebagai bahan penelitian diperoleh dari
tumbuhan terhadap cekaman lingkungan berbeda- daerah Boyolali. Biji ginseng jawa yang telah tua
beda. Hidayati dalam Sukarman dkk. (2000) (berwarna kehitaman) dikeringanginkan, lalu
melaporkan bahwa Vicia faba yang diberi perlakuan dikecambahkan. Kecambah yang telah berumur 3
cekaman kekeringan akan menunjukkan respon minggu digunakan sebagai bahan penelitian.
fisiologis daun yaitu menutupnya stomata, Media tanam menggunakan tanah tipe regosol
menurunnya jumlah dan luas daun. Respon dari daerah Boyolali. Tanah dikeringanginkan dan
fisiologis akar (bobot kering akar, jumlah dan diayak. Setelah ditimbang masing-masing seberat
efektivitas bintil akar) menurun pesat dengan 250 g, tanah dimasukkan ke dalam polibag-polibag.
meningkatnya cekaman kekeringan. Pada tanaman Tanah kemudian dihitung kapasitas lapangnya
kedelai, ketahanan tanaman terhadap cekaman dengan metode gravimetri (penimbangan).
kekeringan ditandai dengan sistem perakaran yang Pupuk dasar yang dipakai adalah 12,5 mg urea,
lebih baik, dan kemampuan pengaturan osmotik 37,5 mg TSP, dan 37,5 mg KCl. Pemeliharaan rutin
dan meningkatnya kandungan prolin pada daun yang dilakukan meliputi penyiraman (sesuai
(Hanim dalam Sukarman dkk., 2000). Pada
tanaman tapak dara (Vinca rosea L.) cekaman
SOLICHATUN dkk. – Pengaruh air pada pertumbuhan dan saponin Talinum paniculatum 49

perlakuan), penyiangan (secara manual) dan menurunkan akumulasi berat kering tanaman
pengendalian hama dan penyakit (jika diperlukan). ginseng jawa.
Proses pembesaran dan pembentangan sel,
Rancangan penelitian selain dipengaruhi oleh faktor hormon, juga
Percobaan menggunakan rancangan acak dipengaruhi oleh turgor sel. Ketersediaan air yang
lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu tingkat rendah (40 dan 60% kapasistas lapang) akan
ketersediaan air (40%, 60%, 80%, dan 100% menurunkan tekanan turgor sel. Turgor sel yang
kapasitas lapang), dengan 5 ulangan. Perlakuan rendah akan menurunkan kemampuan sel untuk
diberikan selama 12 minggu (3 bulan), dimulai saat membentang, sehingga akan mempengaruhi
tanaman berumur tiga minggu setelah tanam. pertumbuhan dan perkembangannya.
Untuk mempertahankan kondisi perlakuan dilakukan Pengaruh perbedaan ketersediaan air terhadap
penambahan air sesuai dengan ketersediaan air berat kering tanaman dapat dilihat pada Tabel 1.
yang ditentukan dengan metode penimbangan. Ketersediaan air 40% kapasitas lapang
Tanaman dipanen pada umur 12 minggu (3 menghasilkan berat kering tanaman yang lebih
bulan) setelah perlakuan. Tanaman yang sudah rendah dibandingkan dengan pemberian 80%
dipanen dimasukkan ke dalam kantong-kantong ketersediaan air. Ketersediaan air sebesar 80%
kertas untuk dioven (temperatur 70-80oC) selama kapasitas lapang diketahui merupakan tingkat
4-5 hari sampai tercapai berat konstan. Parameter ketersediaan air yang optimum, karena pada tingkat
yang diamati meliputi berat kering tanaman, laju ketersediaan air yang lebih tinggi (yaitu 100%)
pertumbuhan relatif, rasio tajuk-akar, efisiensi akumulasi berat kering justru lebih kecil.
penggunaan air, kadar saponin umbi, dan kadar Ketersediaan air 100% kapasitas lapang
saponin total. menyebabkan tanah tempat ginseng jawa tumbuh
Kadar saponin dihitung menurut Stahl (1985). menjadi jenuh oleh air dan diduga hal ini justru
Umbi kering sebanyak 0,1 g digerus dengan mortal akan menyulitkan penyerapan air dan hara oleh
hingga menjadi serbuk halus. Serbuk yang telah akar-akar tanaman karena terciptanya kondisi yang
halus dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan mendekati anaerob.
kemudian diekstraksi dengan etanol 70% di atas
penangas air pada suhu 80o selama 15 menit. Hasil Tabel 1. Parameter pertumbuhan dan kandungan saponin
ekstraksi diukur absorbansinya dengan tanaman T. paniculatum yang tumbuh pada berbagai
ketersediaan air pada umur 11 minggu (78 hari) setelah
menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada
perlakuan.
panjang gelombang 365 nm. Kadar saponin lalu
dihitung dengan menggunakan saponin Merck Tingkat ketersediaan air (%)
sebagai pembanding. Parameter
40 60 80 100
Tanaman dipanen pada umur 12 minggu (3 Berat kering tanaman 0,308a 0,568ab 0,936b 0,850b
bulan) hari setelah perlakuan. Parameter yang (g)
diamati meliputi berat kering tanaman, rasio tajuk- Rasio tajuk-akar 1,09a 1,03a 0,44a 0,49a
akar, laju pertumbuhan relatif, efisiensi penggunaan Laju pertumbuhan relatif 0,051 a
0,054 a
0,067 b
0,066b
air, kadar saponin umbi, dan kadar saponin total. (mg/hari)
Efisiensi penggunaan air 0,59a 0,83ab 1,26b 1,11b
Analisis data (g berat kering/kg air)
Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis Kadar saponin total umbi 22.652b 13.333a 13.672a 10,556a
sidik ragam dan dilanjutkan dengan Duncan Multiple (ppm)
Range Test taraf 1%, 5%, atau 10% (Steel dan
Kadar saponin total 38.244c 28.346ab 30.974b 27.240a
Torrie, 1989; Mead et al., 1993). tanaman (ppm)
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama, tidak
berbeda nyata pada DMRT taraf 1%
HASIL DAN PEMBAHASAN

Ketersediaan air akan mempengaruhi Pengaruh perbedaan ketersediaan air terhadap


pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. rasio tajuk-akar dapat dilihat pada Tabel 1. Alometri
Pertumbuhan suatu tumbuhan dapat diukur melalui dari pertumbuhan tajuk dan pertumbuhan akar
berat bering dan laju pertumbuhan relatifnya. Berat (biasa dinyatakan sebagai rasio tajuk-akar) memiliki
kering tumbuhan yang berupa biomassa total, kepentingan fisiologis. Rasio tajuk-akar dapat
dipandang sebagai manifestasi proses-proses menggambarkan salah satu tipe toleransi terhadap
metabolisme yang terjadi di dalam tubuh adanya kekeringan. Rasio tajuk-akar dikendalikan
tumbuhan. Biomassa tumbuhan meliputi hasil oleh faktor genetik maupun faktor lingkungan
fotosintesis, serapan unsur hara dan air. Berat (Gardner et al. 1991). Pada dasarnya pertumbuhan
kering dapat menunjukkan produktivitas tanaman merupakan keseimbangan antara perolehan karbon
karena 90% hasil fotosintesis terdapat dalam pada fotosintesis dan pengeluarannya dalam
bentuk berat kering (Gardner et al., 1991). Dari respirasi. Dalam kondisi tercekam (misalnya
data parameter pertumbuhan diketahui bahwa kekeringan), keseimbangan tersebut akan
perlakuan perbedaan tingkat ketersediaan air (40, mengalami perubahan yang dapat mengakibatkan
60, 80, dan 100% kapasitas lapang) akan gangguan pada pertumbuhan (Amthor, 1994). Rasio
50 Biofarmasi 3 (2): 47-51, Agustus 2005

tajuk-akar dapat menjadi petunjuk pertumbuhan jawa juga mengandung saponin. Pengaruh
yang berkaitan dengan ketersediaan air dan unsur ketersediaan air terhadap kadar saponin umbi dan
hara khususnya nitrogen dalam tanah. kadar saponin total (daun, batang, dan umbi) dapat
Kekurangan air yang menghambat pertumbuhan dilihat pada Tabel 1.
tajuk dan akar, mempunyai pengaruh yang relatif Ketersediaan air yang berbeda akan
lebih besar terhadap pertumbuhan tajuk (Loomis menghasilkan kadar saponin yang berbeda pula.
dalam Gardner et al., 1991). Pertumbuhan tajuk Ketersediaan air yang rendah (40%) memberikan
lebih digalakkan apabila tersedia unsur nitrogen (N) kadar saponin umbi yang tertinggi. Semakin tinggi
dan air yang banyak; sedangkan pertumbuhan akar tingkat ketersediaan air, maka kadar saponin umbi
lebih digalakkan apabila faktor-faktor nitrogen dan akan semakin menurun. Demikian pula untuk kadar
air terbatas. Hal ini akan mempengaruhi rasio tajuk- saponin total. Saponin merupakan salah satu
akar. Rasio tajuk-akar digunakan untuk mengetahui metabolit sekunder. Metabolit sekunder secara
kemampuan tumbuhan dalam mempertahankan umum akan meningkat akumulasinya di dalam
keseimbangan fungsional di lingkungan yang tubuh tanaman pada saat tanaman mengalami
mengalami cekaman. Rasio tajuk-akar bersifat cekaman lingkungan (termasuk cekaman
plastis; nilainya akan meningkat pada kondisi kekeringan) (Hopkins, 1999).
ketersediaan air, nitrogen, oksigen, dan suhu yang Secara umum, semakin tinggi tingkat
rendah (Fitter dan Hay, 1998). Hal ini terjadi karena ketersediaan air akan menurunkan akumulasi berat
pada tumbuhan yang mengalami cekaman akan kering tanaman, tetapi sebaliknya akan
mengalokasikan sebagian besar hasil fotosintesisnya meningkatkan kandungan bahan aktif tanaman
ke organ penyimpanan. ginseng jawa yaitu saponin. Sebagai salah satu
Pengaruh perbedaan ketersediaan air terhadap tanaman obat, yang menjadi pertimbangan akan
laju pertumbuhan relatif tanaman dapat dilihat pada khasiatnya adalah kandungan bahan aktifnya,
Tabel 1. Ketersediaan air 40% kapasitas lapang sehingga untuk membudidayakan tanaman ginseng
menghasilkan laju pertumbuhan relatif tanaman jawa perlu dipertimbangkan segi kualitas bahan
yang lebih kecil dibandingkan dengan pemberian obatnya (tingginya kandungan bahan aktif) atau
80% ketersediaan air. Proses pembesaran dan segi kuantitasnya (tingginya berat kering tanaman).
pembentangan sel, selain dipengaruhi oleh faktor
hormon, juga dipengaruhi oleh turgor sel. Laju
pertumbuhan relatif menunjukkan peningkatan KESIMPULAN
berat biomassa tanaman dalam suatu interval waktu
dibandingkan dengan berat tanaman awal (Gardner Ketersediaan air (40, 60, 80, dan 100%)
et al., 1991). Laju pertumbuhan relatif umumnya mempengaruhi berat kering, laju pertumbuhan
didasarkan pada pengukuran berat kering tanaman. relatif, efisiensi penggunaan air, kadar saponin
Dari Tabel 1 diketahui bahwa pemberian umbi, dan kadar saponin total tanaman ginseng
ketersediaan air yang berbeda menyebabkan laju jawa (T. paniculatum). Ketersediaan air tidak
pertumbuhan relatif tanaman ginseng jawa berbeda. mempengaruhi rasio tajuk-akar. Secara umum,
Pada ketersediaan air 80 dan 100% kapasitas semakin tinggi tingkat ketersediaan air, maka
lapang, laju pertumbuhan relatif tanaman ginseng akumulasi berat kering tanaman akan semakin
jawa lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman menurun, sebaliknya kadar saponinnya akan
yang tumbuh pada ketersediaan air 40 dan 60% meningkat. Sebagai bahan pertimbangan untuk
kapasitas lapang. Hal ini diduga terjadi karena teknik budidaya tanaman ginseng jawa, disarankan
ketersediaan air yang cukup tinggi akan untuk menggunakan tingkat ketersediaan air antara
mempengaruhi turgor sel; turgor sel akan 40-60% untuk memperoleh kadar saponin umbi
mempengaruhi pembentangan sel sehingga akan yang tinggi. Jika berat kering tanaman menjadi
menentukan tingkat pertumbuhan (akumulasi tujuan dari pembudidayaan, maka tingkat
biomassa/berat kering). ketersediaan air 80% akan menghasilkan akumulasi
Pengaruh perbedaan ketersediaan air terhadap berat kering terbaik.
efisiensi penggunaan air dapat dilihat pada Tabel 1.
Perbedaan ketersediaan air tidak mempengaruhi
efisiensi penggunaan air T. paniculatum yang diuji. DAFTAR PUSTAKA
Efisiensi penggunaan air (water use efficiency-WUE)
terkait dengan jumlah air yang digunakan untuk Amthor, J.S. 1994. Plant respiratory responses to the
memproduksi hasil panen (biomassa). Umumnya environment ang their effects on the carbon balance.
yang dicari dari penelitian-penelitian tentang WUE In: Wilkinson, R.E. Plant Environment Interactions.
New York: Marcell Dekker, Inc.
adalah tanaman yang tinggi nilai WUE-nya dengan
Darwati, I., M. Rahardjo, S.M.D., dan Rosita. 2000.
tetap mempertahankan produktivitas yang tinggi. Produktivitas som jawa (Talinum paniculatum
Tanaman T. paniculatum merupakan tumbuhan Gaertn.) pada beberapa komposisi bahan organik.
obat yang umumnya diambil bagian umbinya. Jurnal Littri 6 (1): 1-4.
Sehingga, parameter kadar saponin umbi juga Fitter, A.H. dan R.K.M. Hay. 1998. Fisiologi Lingkungan
menjadi pertimbangan dalam budidaya tanaman Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
obat ini. Selain pada umbi, kadar saponin juga Gardner, F.P., Perace, R.B., dan Mitchell, R.L. 1991.
diukur pada bagian daun tanaman ginseng jawa. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerjemah: Susilo, H.
Jakarta: UI Press.
Menurut Wijayakusuma dkk. (1994) daun ginseng
SOLICHATUN dkk. – Pengaruh air pada pertumbuhan dan saponin Talinum paniculatum 51

Heble, M.R. 1996. Production of secondary metabolie Rahardjo, M., S.M.D. Rosita, R. Fathan, dan Sudiarto.
through tissue culture and its prospects for commercial 1999. Pengaruh cekaman air terhadap mutu simplisia
use. In: Islam, A.S. (ed.) Plant Tissue Culture. New pegagan (Centella asiatica L.). Jurnal Littri 5 (3): 92-
Delhi: Science Publisher, Inc. 97.
Hopkins, W.G. 1999. Introduction to Plant Physiology. Soedibyo, M. 1998. Alam Sumber Kesehatan, Manfaat dan
Toronto: John Wiley and Sons, Inc. Kegunaan. Jakarta: Balai Pustaka.
Levitt, J. 1980. Responses of Plant to Environmental Stahl, E. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan
Stresses, Volume II: Water, Radiation, Salt, and Other Mikroskopi. Penerjemah: Padmawinata, K. dan I.
Stresses. New York: Academic Press. Sudiro. Bandung: ITB.
Manitto, P. 1992. Biosintesis Produk Alami. Penerjemah: Steel, R.G.D. and J.H. Torrie, 1989. Prinsip dan Prosedur
Koensoemardiyah. Semarang: IKIP Semarang Press. Statistika, Suatu Pendekatan Biometrik. Jakarta:
Mead, R., R.N. Curnow, and A.M. Hasted. 1993. Statistical Penerbit PT. Gramedia.
Methods in Agriculture and Experimental Biology. Sukarman, I. Darwati, dan D. Rusmin. 2000. Karakter
London: Chapman and Hall. morfologi dan fisiologi tapak dara (Vinca rosea L.)
Rahardjo, M. dan I. Darwati. 2000. Pengaruh cekaman air pada beberapa cekaman air. Jurnal Littri 6 (2): 50-54.
terhadap produksi dan mutu simplisia tempuyung Wijayakusuma, H., H.M. Dalimarkha, dan A.S. Wirian.
(Sonchus arvensis L.). Jurnal Littri 6 (3): 73-79. 1994. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Jilid 3.
Jakarta: Pustaka Kartini.

You might also like