You are on page 1of 20

Asuhan Keperawatan Klien Penyalahgunaan NAPZA

A. Rentang Respon Gangguan Penggunaan Zat Adiktif Rentang respon gangguan penggunaan NAPZA ini berfluktuasi dari kondisi yang ringan sampai yang berat, indikator rentang respon ini berdasarkan perilaku yang ditampakkan oleh remaja dengan gangguan penggunaan zat adiktif sebagai berikut :

Respon adaptif

Respon maladaptif

Eksperimental

Rekreasional

Situsional

Penyalahgunaan Ketergantungan

Eksperimental

: Kondisi pengguna taraf awal, yang disebabkan rasa ingin tahu dari remaja. Sesuai kebutuhan pada masa tumbuh kembangnya, ia biasanya ingin mencari pengalaman yang baru atau sering pula dikatakan taraf coba-coba.

Rekreasional

: Penggunaan zat adiktif pada wktu berkumpul dengan teman sebaya, misalnya pada waktu pertemuan malam mingguan, acara ulang tahun. Penggunaan ini mempunyai tujuan rekreasi bersama teman-temannya.

Situasional

: Mempunyai tujuan secara individual, sudah merupakan kebutuhan bagi dirinya sendiri. Seringkali penggunaan ini merupakan cara untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang dihadapi. Misalnya individu menggunakan zat pada saat sedang konflik stress dan frustasi.

Penyalahgunaan : Penggunaan zat yang sudah cukup patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, minimal selama 1 bulan, sedah terjadi penyimpangan perilaku mengganggu fungsi dalam perandi lingkungan sosial, pendidikan, dan pekerjaan. Ketergantungan : Penggunaan zat yang sudah cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan adanya Toloreransi dan Sydroma putus zat; Suatu kondisi dimana individu yang biasa menggunakan zat adiktif secara rutin, pada dosis tertentu menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti memakai, sehingga menimbulkan kumpulan gejala, sesuai dengan macam zat yang digunakan. Sedangkan Toleransi, suatu kondisi dari individu yang

mengalami peningkatan dosis (jumlah zat), untuk mencapai tujuan yang biasa diinginkannya.

B. Pengenalan Zat Adiktif Apakah zat Adiktif itu ? Bila kita bicara mengenai gangguan pengguna zat adiktif atau penyalahgunaan zat adiktif, akan ditemukan beberapa istilah seperti : - Zat adiktif - Zat psikoaktif - Narkotika Perbedaan ketiga istilah di atas yaitu : 1. Zat adiktif suatu bahan zat yang apabila digunakan dapat menimbulkan kecanduan atau ketergantungan. 2. Zat psikoaktif : Golongan zat yang bekerja secara selektif, terutama pada otak sehingga dapat menimbulkan perubahan pada perilaku, emosi, kognitif, persepsi, kesadaran seseorang. Ada 2 jenis psikoaktif: a. Bersifat adiksi b. Bersifat non adiksi: Obat neuroleptika untuk kasus gangguan jiwa psikotik, obat antidepresi. 3. Narkotika: istilah ini menurut undang-undang Narkotika No.9 Tahun 1976 adalah Ganja, Opioda, Kokain.

Zat psikoaktif ada beberapa macam, dan sering disalahgunakan adalah jenis zat psikoaktif yang bersifat adiksi: 1. 2. 3. 4. Golongan Opioda : morfin, Heroin(Putaw), candu, Codein, Petidin Golongan Kanabis : Ganja (Mariyuana), minyak hassish. Golongan Kokain : serbuk kokain dan daun koka Golongan alkohol : semua minuman yang mengandung Ethyl alkohol seperti Brandy, bir, wine, Whisky, Cognac, Brem, Tuak, Anggur Ortu (AO), dan sebagainya. 5. 6. Golongan sedatif hipnotik : BK, Rohypnol, Magadon, Dumolid, Nipam, Madrax. Golongan MDA (Methylene Dioxy Ampetahamine): Ampetamine benzedrine, dexedrin. 7. Golongan MDMA (Methylene dioxy Meth Ampethamine) : Ampetamine benzedrine, dexadrine,

8. 9.

Golongan halusinogen : LSD, Meskaloin, Mushrom, Kecubung. Golongan Solven dan inhalansia:Aica Aibon (Glue) Saceton, Thiner, N2O.

10. Nikotin : tembakau 11. Kafein : Kopi dan teh 12. Golongan lainnya.

Apa yang yang terjadi bila Seseorang Menggunakan Zat Adiktif? Bila seseorang menggunakan Zat adiktif akan dijumpai gejala atau kondisi yang dinamakan Intoksikasi, dinamakan zat adiktif tersebut bekerja dalam susunan syaraf pusat (teler) yang menyebabkan perubahan memori, perilaku, kognitif, alam perasaan, kesdaran. Apabila seseorang menggunakan berulang kali atau sering secara berkesinambungan akan tercapai suatu kondisi yang dinamakan toleransi. Kondisi tersebut adalah peningkatan jumlah penggunaan zat adiktif untuk mencapai tujuan dari pemakai. Kondisi toleransi ini akan terus berlangsung sampai mencapai dosis yang optimal (over dosis). Pada pemakaian yang terus-menurus maka individu akan sampai pada tahap toleransi yang cukup tinggi, si pengguna zat adiktif ini bila ia menghentikan atau tidak menggunakan zat adiktif akan menimbulkan gejala-gejala yang dinamakan klien dalam kondisi with drawl atau sindroma putus zat. Gejala atau syndroma putus zat bebeda untuk tiap jenis zat adiktif pada kondisi intoksikasi gejala akan berbeda sesuai dengan jenis zat yang disalah gunakan.

Tabel 11.1 Gejala yang timbul dari Pemakaian Zat adiktif


ALKOHOL INTOKSIKASI Bicara cadel, Gerakan tidak terkoordinir, Nistagmus, Kesadaran GANJA Konjungtiva merah, Nafsu makan bertambah, Mulut kering, Denyut jantung cepat, Gerakan tidak terkoordinir, Euphoria, Cemas, Waham, Daya nilai terganggu, Relaksasi mengantuk, Dipersonalisasi, Gangguan proses kognitif, hipotensi orthostatik. OPIOIDA Pupil menyempit, Bicara cadel, Euphoria, Apatis, Gerakan lambat, Mengantuk, Gangguan mengingat, Gangguan perhatian, Miosis, Konstipasi, Tingkat Kesadaran menurun, Hipotensi orthostatik Kejang perut, Rasa tak enak, Mual muntah, Nyeri otot sendi dan tulang, Lakrimasi, Rhinorhoes, Pupil melebar Berkeringat, Diarhoea, Menguap, Demam, Insomnia, gelisah ECTASY Perilaku diulang, Panik, paranoid (curiga), Denyut jantung cepat, pupil melebar, Tekanan darah naik, Banyak keringat, Mulut kering, Menggigil, Mual muntah, Agresif bingung, tegang, Euphoria, Cemas, Marah-marah, Berat badan menurun, Kejang Diskinesia, Distonia, Tahan tidak tidur. Lelah, Mimpi buruk, Insomnia, Nafsu makan bertambah, Gerakan lambat, Agitatif Murung, Tindakan bunuh diri, Iritabilitas, Depresi berat, Cemas. HALUSINOGEN Pusing, Gangguan persepsi, Dipersonalisasi, Derealisasi, Halusinasi, Ilusi, Sinestesi, Depresi, Kecemasan, Takut gila, Mengantuk, Merasa menjadi pusat perhatian, Muntah mual, Ataksia, daya nilai terganggu.

PUTUS ZAT

Gelisah, berkeringat, Denyut jantung cepat, termor di tangan, Mual muntah, Kejang otot, Cemas, Agresif, halusinasi, Ilusi, Tinitus Delirium, Insomnia, Sakit kepala lemah

Kapan Seseorang Dikatakan Menyalahgunakan dan Ketergantungan? Kedua terminologi ini sangat penting untuk diketahui terutama untuk tindakan terapi dan perawatan pasien dengan penyalahgunaan zat adiktif. Seseorang yang menggunakan zat bersifat patologis, relatif digunakan lebih sering dari biasanya walaupun klien menderita cukup serius akibat penggunaannya tetapi tidak mampu untuk menghentikan, pemakaian telah berlangsung lebih kurang 1 bulan. Sehingga terjadi penyimpangan perilaku dan mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, dan pendidikan.

Ketergantungan zat adiktif adalah kondisi penyalahgunaan yang lebih berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis, ketergantungan fisik ditandai dengan toleransi dan sindrom putus zat. C. Beberapa Faktor Pendukung Terjadinya Gangguan Penggunaan NAPZA 1. Faktor Biologis Genetik (tendensi keturunan) Metabolik : Etil alkohol bila dimetabplisme lebih lama lebih efisien untuk mengurangi individu menjadi ketergantungan. Infeksi pada organ otak : intelegensi menjadi rendah (retardasi mental, misalnya ensefhalitis, meningitis) Penyakit kronis : kanker, asthma bronchiale, penyakit menahun lainnya.

2. Faktor psikologis : Tipe kepribadian (dependen, ansietas, depresi, antisosial) Harga diri yang rendah : depresi terutama karena kondisi sosial ekonomi, pada penyalahgunaan alkohol, sedatif hipnotik yang mencapai tingkat ketergantungan diikuti rasa bersalah. Disfungsi keluarga : kondisi keluarga yang tidak stabil, role model (ketauladanan) yang negatif, tidal terbina saling percaya antaranggota keluarga, keluarga yang tidak mampu memberikan pendidikan yang sehat pada anggota, orangtua dengan gangguan penggunaan zat adiktif, perceraian. Individu yang mempunyai perasaan tidak aman Cara pemecahan masalah individu yang menyimpang Individu yang mengalami krisis identitas dan kecenderungan untuk mempraktikkan homoseksual, krisis identitas. Rasa bermusuhan dengan kelurga atau dengan orang tua.

3. Faktor Sosial Kultural Masyarakat yang ambivalensi tentang penggunaan zat seperti tembakau, nikotin, ganja, dan alkohol. Norma kebudayaan pada suku bangsa tertentu, menggunakan halusinogen atau alkohol untuk upacara adat dan keagamaan. Lingkungan tempat tinggal, sekolah, teman sebaya banyak mengedarkan dan menggunakan zat adiktif. Persefsi dan penerimaan masyarakat terhadap penggunaan zat adiktif. Remaja yang lari dari rumah.

Penyimpangan seksual pada usia dini. Perilaku tindak kriminal path usia dini, misalnya mencuri, merampok dalam komunitas.

Kehidupan beragama yang kurang.

D. Stressor Pencetus Gangguan Penggunaan Zat Adiktif Stressor dalam kehidupan merupakan kondisi pencetus terjadinya gangguan penggunaan zat adiktif bagi seseorang atau remaja, menggunakan zat merupakan cara mengatasi stress yang dialami dalam kehidupannya. Beberapa stressor pencetus adalah: 1. Pernyataan dan tuntutan untuk mandiri dan membutuhkan teman sebaya sebagai pengakuan. 2. Reaksi sebagai cara untuk mencari kesenangan, individu berupaya untuk menghindari rasa sakit dan mencari kesenangan, rileks agar Iebih menikmati hubungan interpersonal. 3. Kehilangan orang atau sesuatu yang berarti seperti pacar, orang tua, saudara, drop out dari sekolah atau pekerjaan. 4. Diasingkan oleh Iingkungan, rumah, sekolah, kelompok teman sebaya, sehingga tidak mempunyai teman. 5. Kompleksitas dan ketegangan dad kehidupan modern. 6. Tersedianya zat adiktif di Iingkungan dimana seseorang berada Rhususnya pada individu yang mengalami pengalaman kecanduan zat adiktif. 7. Pengaruh dan tekanan teman sebaya (diajak, dibujuk, diancam). 8. Kemudahan mendapatkan zat adiktif dan harganya terjangkau. 9. Pengaruh film dan iklan tentang zat adiktif seperti alkohol dan nikotin. 10. Pesan dari masyarakat bahwa penggunaan zat adiktif dapat menyelesaikan masalah. E. Penyakit Fisik Akibat Penggunaan Zat Adiktif 1. Cellulitis, Phlebitis. 2. Septicemia, bacteroalendicarditis. 3. HIV infeksi. 4. Hepatitis B atau C. 5. Erosi dan iritasi pada hidung. 6. Chirosis hepatis. 7. Bronchitis. 8. Gastritis. 9. Penyakit kulit kelamin

F. Masalah Kesehatan dan Keperawatan Secara Umum yang Timbul Akibat Penggunaan Zat Adiktif 1. Depresi sistem pernafasan. 2. Depresi pusat pengatur kesadaran, precoma, coma, amuk, akibat intoksikasi. 3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat delirium tremens. 4. Kecemasan yang berat sampai panik. 5. Potensial mencederai diri, merusak diri dan lingkungan. 6. Perilaku agresif. 7. Depresi pusat pengatur komunikasi verbal. 8. Gangguan kognitif, daya ingat, daya nilai, proses pikiran (waham), gan gguan konsentrasi. 9. Gangguan pencernaan nausea, vomitus. 10. Gangguan sistem neurologis, kejang. 11. Gangguan persefsi, halusinasi. 12. Gangguan pola tidur dan istirahat. 13. Gangguan sistem muskuloskeletal: nyeri sendi, otot, dan tulang. 14. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan. 15. Gangguan ADL. 16. Gangguan konsep did harga did rendah akibat pemecahan masalah yng efektif. G. Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Penggunaan Zat NAPZA 1. Pengkajian a. Fisik Data fisik yang mungkin ditemukan pada klien dengan penggunaaan pada saat pengkajian adalah sebagai berikut: nyeri, gangguan pola menurunnya selera makan, konstipasi, diare, perilaku seks melanggar kemunduran dalam kebersihan diri, potensial komplikasi, jantung, hati, sebagainya, infeksi pada paru-paru. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai agar klien mampu untuk teratur dalam pola hidupnya. b. Emosional Persaan gelisah (takut kalau diketahui), tidak percaya diri, curiga dan berdaya. Sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk mengontrol dan mengendalikan did sendiri.

c. Sosial Lingkungan sosial yang biasa akrab dengan klien biasanya adalah teman guna zat, anggota keluarga lain pengguna zat di lingkungan sekolah kampus yang digunakan oleh para pengedar. d. Intelektual Pikiran yang selalu ingin menggunakan zat adiktif, perasaan ragu untuk aktivitas sekolah atau kuliah menurun sampai berhenti, pekerjaan to Sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk konsentrasi meningkatkan daya pikir ke hal-hal yang posistif. e. Spiritual Kegiatan keagamaan tidak ada, nilai-nilai kebaikan ditinggalkan karena bahan perilaku (tidak jujur, mencuri, mengancam dan lain-lain). Sasaran ingin dicapai adalah mampu meningkatkan ibadah, pelaksanaan nilai-nilai kebaikan. f. Keluarga Ketakutan akan perilaku klien, malu pada masyarakat, penghamburan dan pengurasan secara ekonomi oleh klien, komunikasi dan pola asuh tidak efektif, dukungan moril terhadap klien tidak terpenuhi. Sasaran yang hendak dicapai adalah keluarga mampu merawat klien yang pada akhirya mencapai tujuan utama yaitu mengantisipasi terjadinya kekambuhan (relaps). 2. Pohon Masalah Skema 11.1
Potensial Komplikasi

Resiko Mencederai diri Koping individu tidak efektif : Tidak mampu mengatasi keinginan menggunakan zat INTERNAL Berhubungan dengan gejala putus zat Kurang aktivitas Distress spiritual Perubahan pemeliharaan kesehatan EKSTERNAL Kerusakan interaksi sosial (maladaptif) Koping keluarga tidak efektif Penatalaksanaan yang tidak efektif

3. Diagnosa Perawatan Diagnosa Keperawatan menurut NANDA (The American Nursing Diagnosis Association) 1. Gangguan persepsi sensori pada penggunaan halusinogen sehubungan dengan tekanan teman sebaya, dimanifestasikan dengan berteriak dan menutup telinga Dila ditinggal sendiri di kamar. 2. Gangguan proses berpikir pada penggunaan alkohol sehubungan dengan tekanan dari hukum dan tuntutan dari keluarga dimanifestasikan dengan bingung dan kurang sadar. 3. Gangguan persepsi sensori visual pada penggunaan alkohol sehubungan iengan hilangnya pekerjaan dan ditolak keluarga. 4. Gangguan hubungan sosial; manipulatif sehubungan dengan kondisi putus zat adiktif. 5. Tidak efektifnya koping individu sehubungan dengan terus-menerus

menggunakan zat adiktif. 6. Gangguan konsep diri; harga diri yang rendah sehubungan dengan ketidakmampuan mengatasi masalahanya. 7. Gangguan konsep diri sehubungan dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri; denial agar tetap menggunakan obat. 8. Gangguan konsep diri; harga diri rendah sehubungan dengan tidak mampu mengenal kualitas yang positif dari diri sendiri. 9. Ganguan pemusatan perhatian sehubungan dengan dampak penggunaan zat adiktif. 10. Gangguan aktivitas pemenuhan kebutuhan sehari-hari sehubungan dengan dampak penggunaan zat adiktif. 11. Partisipasi keluarga yang kurang dalam pengobatan klien sehubungan dengan kurangnya pengetahuan. 12. Menolak mengikuti aktivitas program sehubungan dengan kurangnya motivasi untuk sembuh. 13. Potensial untuk melarikan diri sehubungan dengan ketergantungan psikologis terhadap zat adiktif. 14. Potesial mengancam keamanan diri sehubungan dengan kondisi pemutusan zat sedatif hipnotik. 15. Potensial memburuknya kesadaran; koma sehubungan dengan overdosis

penggunaan sedatif hipnotik. 16. Potensial gangguan kardiovaskuler; postural hipotensi sehubungan dengan intoksikasi sedatif hipnotik. 17. Gangguan gastrointestinal; mual, muntah, diare, sehubungan dengan kondisi pemutusan zat adiktif. 18. Mekanisme koping destruktif; mengamuk sehubungan dengan perasaan ditolak keluarga. 4. Prinsip Penatalaksanaan Keperawatan a. Prinsip Biopsikososiospiritual (Stuart Sundeen): Biologis: Tindakan biologis dikenal dengan detoksifikasi yang bertujuan untuk : (1) Memberikan asuhan yang aman dalam "withdraw!" (proses penghentian) bagi klien pengguna NAPZA. (2) Memberikan asuhan yang humanistik dan memelihara martabat klien. (3) Memberikan terapi yang sesuai. Setelah detoksifikasi tercapai, mempertahankan kondisi bebas dari zat adiktif, dimana terapi farmakologis harus diunjang oleh terapi yang lainnya. Psikologis: Bersama klien mengevaluasi pengalaman yang lalu dan mengidentifikasi aspek positifnya untuk dipakai mengatasi kegagalan. Sosial: Konseling keluarga: Keluarga sering frustasi menghadapi klien dan tidak mengerti sifat dan proses adiksi sehingga seringkali melakukan hal yang tidak terapeutik terhadap klien. Keluarga sering melindungi klien dari dampak adiksi, meminta anggota keluarga lain untuk memaafkan klien. Menyalahkan diri sendiri, menghindari konfrontasi yang semuanya menyebabkan klien meneruskan pemakaian zat adiktif. Masalah yang dihadapi klien menimbulkan dampak bagi keluarga seperti rasa tidak aman, malu, rasa bersalah, masalah keuangan, takut, dan merasa diisolasi. Oleh karena itu perawat perlu mendorong keluarga untuk mengikuti pendidikan kesehatan tentang proses penggunaan dan

ketergantungan, gejala putus zat, gejala relapse, tindakan

keperawatan,

lingkungan terapeutik, dan semua hal yang terkait dengan pencegahan relapse di rumah.

Terapi kelompok: Terdiri dari 7-10 orang yang difasilitasi oleh terapist, kegiatan yang dilakukan adalah tiap anggota bebas menyampaikan riwayat sampai terjadinya adiksi, upaya yang dilakukan untuk berhenti memakai zat, kesulitan yang dihadapi dalam melakukan program perawatan, terapist dan anggota kelompok memberikan umpan balik dengan jujur dan dapat menambah pengalaman masing-masing.

Self help group: Selp help group adalah kelompok yang anggotanya terdiri dari klien yang berkeinginan bebas dari zat adiktif, dukungan antaranggota akan memberi kekuatan dan motivasi untuk bebas dari zat adiktif .

b. Prinsip Community Therapeutik (Ana Keliat) Pada tempat ini klien dilatih untuk merubah perilaku kearah yang positif, sehingga mampu menyesuaikan dengan kehidupan di masyarakat. Hal ini dapat dilakukan bila klien diberi kesempatan mengungkapkan masalah pribadi dan lingkungan. Community terapeutik melakukan intervensi untuk mengatasinya. Beberapa metoda yang dilakukan: Slogan yang berisi norma atau nilai ke arah positif. Pertemuan pagi (Moorning Meeting) yang diikuti oleh seluruh staf dan klien untuk membahas masalah individu, interaksi antarklien dan kelompok. "Talking to": metode yang digunakan untuk saling memperingatkan dengan cara yang ramah sampai yang keras. Learning experience yaitu pemberian tugas yang bersifat membangun untuk merubah perilaku negatif. Pertemuan kelompok. Pertemuan umum (general meeting).

5. Prinsip Prestasi ( Yosep): P Prayer (religious) - Pemberian ceramah agama. - Menyediakan bacaan-bacaan buku agama yang memotivasi hidup. - Kolaborasi dalam Psychoreligius terapy. - Menjelaskan prinsip-prinsip kesuksesan hidup menurut konsep agama yang diyakini.

- Menjelaskan tanggung jawab yag harus dipikul apabila melanggar norma agama. - Menjelaskan kisah-kisah orang saleh yang diridoi Tuhan sebagai suri tauladan. - Diskusi keagamaan, pengajian, seminar keagamaan. - Dsb.

Reconciliation of Family

- Diskusi dengan keluarga. - Mengajarkan komunikasi assertif pada keluarga. - Melibatkan anggota keluarga dalam terapi. - Penyuluhan tentang proses, dampak dan penatalaksanaan adiksi. - Motivasi keluarga untuk membantu klien mampu jujur bila sugestinya datang. - Diskusikan upaya keluarga membantu klien mengurangi sugesti - Bantu suasana mendukung keakraban di rumah. - Identifikasi penerimaan keluarga terhadap masalah. - Bantu menerima masalah. - Identifikasi harapan untuk sembuh total. - Diskusikan arti kesembuhan. - Identifikasi pola asuh dalam keluarga. - Bantu keluarga latihan mengucapkan kata-kata yang menghargai dan mendukung klien untuk berhenti. - Bantu menyembunyikan klien dari pengguna zat. - Bantu memutuskan hubungan dengan pengguna zat. - Diskusikan untuk menghargai usaha klien tidak berhubungan lagi dengan pengguna zat. - Dsb.

Environment Condusif

- Menghindari orang yang adiksi. - Menjauhi tempat-tempat yang berkaitan dengan adiksi. - Mencari lingkungan pergaulan baru. - Mencari teman dekat dengan kemampuan prestasi yang tingg,

- Hijrah menuju tempat tinggal yang lebih kondusif untuk maju. - Bergaul dengan orang-orang yang berprestasi. - Bantu mengidentifikasi teman bukan pengguna zat. - Beri dukungan akan harapan bergaul lebih banyakdengan dengan bukan pengguna zat. - Dsb.

Say

No!

- Tidak pernah mencoba (bagi yang belumterkena). - Belajar mengucapkan kata-kata tidak. - Belajar berpikir positif dan bersikap optimis. - Bantu klien men ilai faktor negatif bila kontak dengan sesama pengguna zat. - Bantu klien mengakhiri hubungan dengan teman pengedar. - Bantu klien menghindari pengguna zat lain. - Dsb.

(don't by)

Time Management

- Membuat jadwal kegiatan harian. - Mencatat kegiatan harian. - Melakukan evaluasi kegiatan harian setiap menjelang tidur. - Memberikan kegiatan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan pasien. - Memberikan reinforcement prestasi yang dicapai pasien. - Mengikutsertakan klien dalam kegiatan pertemuan kelompok setiap pagi; diberi tugas membaca berita yang aktual, serta dibahas bersama klien lain. - Mengikutsertakan dan membuat jadwal pada jam-jam tertentu. - Mengikutsertakan klien pada seminar dengan topik-topik tertentu seperti AIDS, dampak zat adiktif, cara hidup sehat. - Dsb.

Activity of Dynamic

- Membuat target prestasi harian. - Meniru orang-orang sukses dalam menghabiskan waktu setiap hari. - Menjelaskan kiat-kiat mengusir kemalasan. - Diskusikan cara mengalihkan pikiran dari sugesti ingin

menggunakan zat dengan menciptakan sugesti yang lebih positif. - Identifikasi potensi/hobi/aktivitas yang menyenangkan. - Diskusikan manfaat aktivitas. - Bantu merencanakan aktivitas (susun jadwal). - Motivasi untuk melakukan aktivitas secara teratur. - Motivasi untuk mengatasi masalah dengan memulai segera. - Motivasi untuk mengatasi bosan dengan selingan istirahat saat beraktivitas. - Dsb. S Subject for Future - Membuat perencanaan tahunan. - Mencari, mengidentifikasi tokoh idola yang dikagumi klien. - Mempelajari riwayat hidup orang-orang sukses. - Latihan menggunakan kata-kata ingin hidup sehat',"' masa - depan penting','"masih ada harapan': - Dsb. I Information of Impact - Menunjukkan angka-angka statistik korban NAPZA. - Menunjukkan hasil-hasil penelitian pengaruh NAPZA terhadap timbulnya penyakit kronis. - Menjelaskan hubungan antara prestasi, kekayaan, kedudukan, kebahagian dengan perilaku masa lalu. - Menjelaskan bahwa banyak prestasi yang dicapai orang lain yang tidak menggunakan NAPZA. - Dsb.

grud abuse

6. Implementasi Asuhan Keperawatan

MASALAH KEPERAWATAN Koping individu tidak efektif Tujuan :

IMPLEMENTASI

sehubungan dengan tidak mampu Klien mampu untuk mengatasi keinginan mengatasi keinginan menggunaan menggunakan zat adiktif. zat. Data:

Individu:

Indentifikasi situasi yang menyebabkan timbulnya sugesti.

Klien sakau Memaksa petugas untuk pemakaian zat.


Identifikasi perilaku ketika sugesti datang. Diskusikan cara mengalihkan pikiran dari sugesti ingin menggunakan zat dengan menciptakan sugest yang lebih positif. Latihan menggunakan kata-kata "ingin hidup sehat, "masa depan penting, "masih ada harapan:

Nyeri,

gangguan

pola

tidur,

gelisah, tak berdaya, sugestinya kuat.

Bantu klien untuk mengekspresikan perasannya.

Kelompok:

Diskusikan pengalaman mengucapkan kata-kata yang mengandung semangat menghindari zat.

Keluarga:

Motivasi keluarga untuk membantu klien mampu jujur bila sugestinya datang.

Diskusikan upaya keluarga membantuklien mengurangi sugesti.

Bantu suasana mendukung keakraban di rumah.

Intoleransi aktivitas (kurang aktivitas) Tujuan: sehubungan dengan kurangnya motivasi untuk sembuh. Data:

Klien mampu meningkatkan aktivitas terutama mengisi waktu luang.

Klien: Identifikasi potensi /hobi/aktivitas yang menyenangkan.


Bosan Tidak bekerja dan tidak sekolah Tidak terlibat pekerjaan di rumah

Diskusikan manfaat aktivitas. Bantu merencanakan aktivitas (susun jadwal). Motivasi untuk melakukan akativitas secara teratur. Motivasi untuk mengatasai malas dengan memulai

segera.

Motivasi untuk mengatasi bosan dengan selingan istirahat saat beraktivitas.

Kompensasikan dengan membaca.

Kerusakan (maladaptif) Data:

interaksi

sosial

Tujuan:

Klien mengambil keputusan untuk bergaul dengan teman bukan pengguna zat.

Teman

pergaualan

cenderung Klien:

pengguna zat.

Identifikasi pengaruh teman terhadap sugesti. Bantu klien menilai faktor negatif bila kontak dengan sesama pengguna zat.

Dikucilkan

dari

masyarakat,

potensi hobi tidak aktif.


Bantu klien mengakhiri hubungan. Bantu klien menghindari pengguna zat lain. Bantu mengidentifikasi teman bukan pengguna zat. Beri dukungan akan harapan kebaikan bila bergaul lebih banyakdengan bukan pengguna zat.

Kelompok:

Latihan dalam 10 detik mampu mengatakan tidak bila ditawari menggunakan zat.

Diskusikan cara menghindar bila bertemu pengguna zat/pengedar.

Keluarga:

Diskusikan mengidentifikasi pengguna zat. Bantu menyembunyikan klien dari pengguna zat. Bantu memutuskan hubungan dengan pengguna zat.

Duskusikan untuk menghargai usaha klien tidak berhubungan lagi dengan pengguna zat.

Distress spiritual sehubungan dengan Tujuan: kurangnya pengetahuan. Data:

Klien meningkatkan kegiatan spiritual. Klien:


Tidakmelakuakan ibadah yang biasa dilakukan, mengancam.

Bantu mengidentifikasi kebutuhan spiritual. Identifikasi arti keyakinan keagamaan.

Ragu terhadap keyakinan. Merasa kosong spiritual, perilaku berbohong.

Motivasi menjalankan agama. Bantu menguatkan dengan pertolongan Tuhan. Bantu mengatur kegiatan keagamaan.

Perilaku mencuri.

Kelompok:

Diskusikan nilai-nilai kebaikan. Lakukan kegiatan ibadah bersama.

Keluarga:

Diskusikan pentingnya kegiatan keagamaan. Bantu menyiapkan kegiatan keagamaan di rumah. Motivasi orangtua sebagai contoh untuk kegiaan keagamaan (do'a bersama).

Perubahan pemeliharaan kesehatan dan ADL. Data:


Tujuan: Klien mampu mengambil keputusan merubah dan memperbaiki gaya hidupnya. Klien:

Malam begadang Tidur tidak teratur Mandi jarang Tidak rapi Suka berkelahi Perilaku seks bebas Penyalahgunaan zat, perokok berat.

Identifikasi gaya hidup selama menggunakan zat. Diskusikan kerugian gaya hidup pengguna zat. Bantu kebiasaan mengontrol penggunaan zat/ merokok.

Bantu latihan gaya hidup sehat: makan, mandi, tidur secara teratur.

Kelompok:

Diskusikan gaya hidup sehat dan manfaatnya Keluarga:

Identifikasi gaya hidup keluarga Diskusikan keluarga sebagai model dan tempat berlatih untuk hidup sehat.

Koping

keluarga

tidak

efektif Tujuan:

sehubungan dengan pola asuh yang Keluarga mampu memberikan kenyamanan pada klien salah. sehingga mampu berhenti menggunakan zat.

Data:

Keluarga:

Malu terhadap masyarakat. Komunikasi dengan klien sering konflik.

Identifikasi masalah.

penerimaan

keluarga

terhadap

Bantu menerima masalah. Identifikasi harapan untuksembuh total. Diskusikan arti kesembuhan. Identifikasi pola asuh dalam keluarga. Identifikasai kata atau perilaku yang meingkatkan sugesti klien.

Tidak percaya curiga dan menuduh terhadap klien.

Kehilangan barang. Sering dibohongi.

Bantu respon keluarga bila klien menggunakan zat.

Bantu keluarga latihan mengucapkan kata-kata yang menghargai dan mendukung klien untuk berhenti.

Kelompok:

Beri-kesempatan untuk mengeskspresikan perasan. Diskusikan cara menghadapi perilaku klien dan rencana sebelum pulang.

Bantu mencapai kesepakatan tindak lanjut perawatan rehabilitasi mental.

Gangguan kesadaran somnolent sehubungan dengan intoksikasi obat sedatif hipnotik.

Tujuan: Klien mampu melakukan interaksi dan memberikan respon terhadap stimulus secara optimal. Klien:

Observasi tanda-tanda vital terutama kesadaran, gejala kejang terutama 25 menit pada 3jam pertama, 30 menit pada 3jam kedua dan setiap 1 jam pada 24 jam berikutnya.

Bekerja sama dengan dokter dalam pemberian terapi medis perhatikan dosis, reaksi pasien, dan lama pemberian.

Memberikan rangsangan fisik secara terus menerus misalnya menepuk-nepuk bahu, memanggil nama

klien.

Memberikan rasa nyaman dan aman dengan pengaturan posisi.

Observasi keseimbangan cairan. Menjaga keselamatan diri klien selama kesadaran terganggu.

Bila gelisah sulit diatasi, pertimbangkan untuk fiksasi. Keluarga:

Berikan penjelasan tentang pengaruh zatadiktif terhadap kondisi fisik, sosial, dan emosional klien.

Gangguan sehubunga

pemusatan dengan

perhatian Tujuan: dampak Klien mampu memusatkan perhatiannya.

penggunaan zat adiktif. Klien:

Mengkaji dan mengevaluasi dengan melakukan psikotes tingkat intelegensi pasien.

Mengkaji sosial ekonomi dan tingkat pendidikan pasien.

Memberikan kegiatan secara bertahap sesuai kebutuhan pasien.

Memberikan reinforcement prestasi yang dicapai pasien.

Mengikutsertakan dan membuat jadwal pada jamjam tertentu.

Kelompok:

Mengikutsertakan klien dalam kegiatan pertemuan kelompok setiap pagi; diberi tugas memebaca berita yang aktual, serta dibahas bersama klien lain.

Mengikutsertakan klien pada seminar dan diskusi kelompokdengan topik-topiktertentu seperti AIDS, dampakzat adiktif, hidup sehat.

Keluarga:

Ajarkan

pada

keluarga

tentang

prinsif-prinsif

komunikasi terapeutik.

7. Evaluasi Evaluasi kemampuan klien dalam mengatasi keinginan menggunakan zat, misalnya dalam pikiran klien sudah tergambar masa depan yang lebih balk (tanpa zat), hidup yang lebih berharga dan keyakinan tidak akan lagi menggunakan zat. Perilaku klien untuk mengatakan tidak terhadap tawaran penggunaan zat dan menyuruh pergi. Evaluasi apakah hubungan klien dengan keluarga sudah terbina saling percaya dan kesempatan untuk saling mendukung melakukan komunikasai yang lebih efektif untuk sama-sama mengatasi keinginan menggunakan zat lagi oleh klien, serta masalah yang timbul akibat penggunaan zat. 8. Kesimpulan Asuhan keperawatan pada klien dengan pemakaian NAPZA harus dilakukan secara holistik (Biopsikososiospiritual) serta melibatkan seluruh tim kesehatan yang harus ditunjang dengan sistem dan perangkat hukum yang memadai. Masalah utama dalam merawat klien yang menggunakan NAPZA adalah kekambuhan. Upaya untuk membantu adalah dengan meningkatkan kemampuan untuk berhenti, kontrol diri dan perlu dikembangakan bantuan dari keluarga, kelompok, masyarakat serta lingkungan yang kondusif mencegah kambuh sehingga klien dapat memperpanjang jarak waktu pakai zat lagi atau sampai dapat berhenti total.

You might also like