You are on page 1of 7

LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama Umur Jenis Kelamin Alamat Agama Status Pekerjaan Tanggal Periksa ANAMNESIS

Keluhan utama Bercak kemerahan disertai rasa gatal dan luka yang berair di punggung kaki kiri dan kanan. Riwayat Penyakit sekarang Bercak kemerahan di punggung kaki kiri dan kanan dialami penderita sejak 3 minggu yang lalu. Awalnya bercak kemerahan hanya sebesar uang logam, karena gatal, penderita menggaruknya sehingga bercak merah meluas. Selain itu timbul bintik-bintik berkelompok berisi cairan yang kemudian pecah sehingga menjadi basah. Gatal bersifat hilang timbul, bertambah hebat jika penderita memakai sandal jepit berbahan karet. Penderita sempat berobat ke Puskesmas sekitar 1 minggu yang lalu dan mendapat obat minum berwarna putih yang diminum 3 kali sehari dan salep yang dioleskan 2 kali sehari (penderita lupa namanya). Setelah menggunakan obat dan salep, keluhan membaik tapi kemudian timbul lagi setelah obat dan salep habis. : Ny. M : 59 tahun : Perempuan : Lamteumen Barat : Islam : Menikah : Ibu rumah tangga : 10 Desember 2012

Riwayat Penyakit dahulu Riwayat alergi disangkal, riwayat asma disangkal, riwayat sering gatal-gatal di bagian lain disangkal, riwayat sering bersin-bersin disangkal, riwayat diabetes mellitus disangkal. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan serupa dengan pasien. Riwayat kebiasaan Penderita mandi 1 kali sehari, menggunakan sabun batang dan digunakan bersama anggota keluarga lain. Handuk dipakai sendiri dan dicuci 2 minggu sekali. Pakaian dalam diganti setiap habis mandi. Setelah mandi penderita menggunakan pakaian bersih. Riwayat sosial Rumah terbuat dari beton, lantai ubin. atap seng. Jumlah kamar 3 buah dihuni 4 orang dewasa, dan 2 orang anak-anak. Kamar mandi dan WC terletak di dalam rumah namun terpisah. Aktivitas penderita yaitu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti membersihkan rumah, mencuci, memasak, dan pergi ke pasar. Penderita jarang berolahraga. Penderita beristirahat tidur malam 7-8 jam setiap hari. PEMERIKSAAN FISIK Status generalis Kesadaran: Kompos mentis TD N R T Kepala : 140/70 mmHg : 68 x/menit : 20 x/menit : 36,30C : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Leher Toraks Abdomen Ekstremitas

: Tidak ada pembesaran kelenjar limfe : Jantung: SI-II normal, tidak ada bising Paru-paru: tidak ada ronki, tidak ada wheezing : Datar, lemas, bising usus (+) normal Hepar dan lien: tidak teraba : Akral hangat, tidak ada edema

Status Dermatologis Regio dorsum pedis dextra dan sinistra: Plak eritematosus berbatas jelas, ukuran plakat, bentuk seperti tali sandal jepit, erosi (+), skuama (+), krusta (+)

Diagnosis Banding Dermatitis kontak iritan Diagnosis kerja Dermatitis kontak alergi e.c karet dengan infeksi bakteri sekunder Penatalaksanaan a. Non medikamentosa

Memberikan edukasi kepada penderita agar mengurangi kontak dengan alergen. b. Medikamentosa

Cetirizin 3 x 1 bethamethasone cream 2 x aplikasi pada luka : bonam : bonam : bonam

Prognosis Quo ad vitam Quo ad functionam Quo ad sanationam

PEMBAHASAN Dermatitis kontak alergi adalah reaksi kekebalan tubuh yang terjadi pada seseorang yang terlalu sensitif terhadap bahan kimia tertentu. Bentuk alergi berbeda dari satu orang ke orang lain. Dermatitis kontak biasanya hanya terjadi di tempat yang berkontak langsung dengan alergen. Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit. Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi adalah mengikuti respons imun yang diperantarai oleh sel (cell-mediated immune response) atau reaksi tipe IV. Reaksi hipersensitivitas di kulit timbulnya lambat (delayed hypersensitivity), umumnya dalam waktu 24 jam setelah terpajan dengan alergen. Sebelum seorang pertama kali menderita dermatitis kontak alergik, terlebih dahulu mendapatkan perubahan spesifik reaktivitas pada kulitnya. Perubahan ini terjadi karena adanya kontak dengan bahan kimia sederhana yang disebut hapten yang akan terikat dengan protein, membentuk antigen lengkap. Antigen ini ditangkap dan diproses leh makrofag dan sel Langerhans, selanjutnya dipresentasikan ke sel T. Setelah kontak dengan yang telah diproses ini, sel T menuju ke kelenjar getah bening regional untuk berdeferensiasi dan berproliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan sel memori. Selsel ini kemudian tersebar melalui sirkulasi ke seluruh tubuh, juga sistem limfoid, sehingga menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di seluruh kulit tubuh. Fase saat kontak pertama alergen sampai kulit menjadi sensitif disebut fase induksi atau fase sensitisasi. Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu. Pada umumnya reaksi sensitisasi ini dipengaruhi oleh derajat kepekaan individu, sifat sensitisasi alergen (sensitizer), jumlah alergen, dan konsentrasi. Sensitizer kuat mempunyai fase yang lebih pendek, sebaliknya sensitizer lemah seperti bahan-bahan yang dijumpai pada kehidupan sehari-hari pada umumnya kelainan

kulit pertama muncul setelah lama kontak dengan bahan tersebut, bisa bulanan atau tahunan. Periode saat terjadinya pajanan ulang dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbulnya gejala klinis disebut fase elisitasi, umumnya berlangsung antara 24-48 jam. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit adalah kebersihan yang kurang dan faktor lingkungan seperti pekerjaan dengan lingkungan yang basah, tempat-tempat lembab atau panas, serta pemakaian alat yang salah. Pekerjaan penderita adalah ibu rumah tangga, sering mencuci pakaian. Gejala dan tanda dematitis kontak antara lain, bintik-bintik atau benjolan kemerahan, gatal dan bengkak, keluar cairan dari kulit yang terkena atau timbul lenting-lenting dan bula pada kasus yang berat, serta kemerahan atau lenting pada kulit terbatas pada area yang terkena saja. Penderita pada umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritema berbatas jelas, kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). Pada yang kronis tampak kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, berbatas tidak jelas. Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan kronis; mungkin penyebabnya juga campuran. Kejadian dermatitis kontak baik iritan maupun alergik paling sering di tangan, misalnya pada ibu rumah tangga. Demikian pula kebanyakan dermatitis kontak akibat kerja ditemukan di tangan. Sebagian besar memang oleh karena bahan iritan. Bahan penyebabnya misalnya deterjen, antiseptik, getah sayuran/tanaman, semen, dan pestisida. Pada paha dan tungkai bawah dapat disebabkan oleh pakaian, dompet, kunci (nikel) di saku, kaos kaki nilon, obat topikal (misalnya anestesi lokal, neomisin, etilendiamin), semen, dan sepatu. Penderita datang dengan keluhan bercak kemerahan di punggung kaki kiri dan kanan disertai rasa gatal dialami penderita sejak 3 minggu yang lalu. Awalnya bercak kemerahan hanya sebesar uang logam, karena gatal, penderita menggaruknya sehingga bercak merah meluas. Selain itu timbul bintik-bintik berkelompok berisi cairan yang kemudian pecah sehingga menjadi basah. Gatal bersifat hilang timbul, menghebat jika penderita memakai sandal jepit berbahan

karet. Penderita sempat berobat ke Puskesmas sekitar 1 minggu yang lalu dan mendapat obat minum berwarna putih yang diminum 3 kali sehari dan salep yang dioleskan 2 kali sehari (penderita lupa namanya). Setelah menggunakan obat dan salep, keluhan membaik tapi kemudian timbul lagi setelah obat dan salep habis. setelah di anamnesis kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan gram dan dari pemeriksaan ditemukan koken gram positif. Diagnosis dermatitis kontak alergi et causa karet dengan infeksi bakteri sekunder ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Diagnosis banding yang mungkin pada pasien ini antara lain dermatitis kontak iritan. Untuk menyingkirkan diagnosis banding DKI dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu patch test (tes tempel) dimana antigen standar ditempelkan pada permukaan kulit, biasanya punggung, untuk selanjutnya dilakukan interpretasi setelah 48 jam dan 72 jam atau 96 jam. Pada penderita DKA akan didapatkan reaksi cressendo yaitu reaksi yang lebih berat pada interpretasi kedua, sedangkan pada DKI didapatkan reaksi decressendo yaitu reaksi yang lebih ringan pada interpretasi kedua. Pada pasien ini tidak dilakukan patch test. Pengobatan penderita DKA pada prinsipnya adalah menghindari pajanan alergen, baik yang bersifat mekanik, fisis, atau kimiawi serta menyingkirkan faktor yang memperberat. Obat-obatan hanya membantu mengurangi gejala dan komplikasi yang terjadi. Pada pasien ini diberikan cetirizin 3x1 tab dan bethamethasone cream. Yang paling penting adalah edukasi ke pasien untuk menghindari kontak dengan alergen.

You might also like