You are on page 1of 27

A.

KELUARGA KELUARGA

SEBAGAI

PERHATIAN

UTAMA

DALAM

KEPERAWATAN

Stuard ( 2001 ) memberikan batasan tentang siapa yang disebut keluarga. Ada 5 sifat keluarga yang dijabarkan antara lain : 1. Keluarga merupakan unit suatu sistem 2. Keluarga mempertahankan fungsinya secara konsisten terhadap perlindungan, makanan dan sosialisasi anggotanya. 3. Dalam keluarga ada komitmen saling melengkapi antar anggota keluarga. 4. Setiap anggota dapat atau tidak dapat saling berhubungan dan dapat atau tidak dapat inggal dalam satu atap. 5. Keluarga bisa memiiki anak ataupun tidak. Ada beberapa alasan yang menjadikan keluarga sebagai pusat perhatian dalam pemberian pelayanan kesehatan antara lain : 1. Keluarga dipandang sebagai sumber daya kritis untuk menyampaikan pesan pesan kesehatan Kasus meningkatnya angka kesakitan akibat DHF membuat pemerintah dengan gencar menggalakkan pemberantasan sarang nyamuk ( PSN ) dalam skala nasional, keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat berperan dalam penyampaian pesan betapa pentingnya PSN agar terhindar dari wabah demam berdarah. 2. Keluarga sebagai satu unit antar anggota dalam keluarga. Keluarga dipandang sebagai kesatuan dari sejumlah anggota keluarga, berada dalam satu ikatan dan salig mempengaruhi. Jika perawata tidak memahami dalam melakukan pengkajian terhadap setiap anggota keluarga maka perawat tersebut tidak akan dapat data yang dibutuhkan, mengingat data anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Contoh: Jika salah satu anggota keluarga ingin melanjutkan sekolah di luar negeri dan ia harus meninggalkan orang-orang yang selama ini di anggap dekat, maka hal tersebut akan berdampak pada orang yang meninggalkan ataupun orang-orang yang ditinggalkan. 1

Perubahan yang terjadi bsia dimulai dengan menurunnya nafsu makan, kesedihan yang berlarut, dll. 3. Hubungan yang kuat dalam keluarga dengan status kesehatan anggotanya Peran keluarga sangat penting dalam tahapan tahapan perawatan kesehatan, mulai dari tahapan peningkatan kesehatan, pencegahan , pengobatan sampai dengan rehabilitasi. Contoh: Keluarga yang peduli akan kesehatan, maka ia akan memperhatikan pemberian makanan dengan gizi seimbang pada anggotanya. Memberikan imunisasi sebagai upaya pencegahan pada anak anaknya. 4. Keluarga sebagai tempat penemuan kasus dini Adanya masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga akan memungkinkan munculnya factor resiko pada anggota keluarga lainnya. Contoh : Pada keluarga ditemukan kasus TB pada anak sulungnya, ternyata selain itu perawat juga menemukan kasus tersebut pada kedua adiknya. 5. Individu dipandang dalam konteks keluarga Seorang dapat mencapai pemahaman yang lebih jelas terhadap individu dan fungsinya apabila individu individu tersebut dipandang dalam korteks keluarga mereka. 6. Keluarga sebagai sumber pendukung bagi anggota keluarga lainnya Contoh : Anak usia sekolah yang mendapat bimbingan belajar dari orang tuanya akan jauh lebih berhasil dibandingkan jika tidak mendapatkan bimbingan saat belajar dari kedua orang tuanya. B. TINGKATAN PRAKTIK KEPERAWATAN KELUARGA 1. Keluarga sebagai konteks Pada asuhan keperawatan tingkatan pertama ini yang menjadi focus pelayanan kesehatan adalah individu, sedangkan keluarga merupakan latar belakang atau focus sekunder. Keluarga dipandang sebagai area yang penting dari klien dan oleh karena itu keluarga merupakan 2

dukungan terbesar bagi klien. Atau dengan kata lain asuhan yang berfokus pada keluarga. Contoh : Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An.T (5 th) dikeluarga TN.A (65 th) dengan gizi buruk. Contoh: Gangguan pola napas pada An.E (2 th) dikeluarga Tn.N (29 th) dengan Asma. 2. Keluarga dipangdang sebagai kumpulan atau jumlah anggota keluarganya secara individu Asuhan keperawatan diberikan bukan hanya pada satu individu tetapi bisa lebih dalam suatu keluarga. Dalam tingkatan ini garis depannya adalah masing masing klien yang dilihat sebagai unit terpisah dengan unit yang interaksi. Contoh : Tidak efektifnya bersihan jalan napas pada An.C (14 th) dan An.H (7 th) di keluarga Tn.O (45 th) dengan ISPA. Contoh : Gangguan keseimbangan cairan elektrolit pada An.D (4 th) dan An.E (6 th) di keluarga Tn.K (45 th) dengan diare. 3. Subsistem keluarga sebagai klien Subsistem keluarga adalah pusat perhatian atau focus sebagai penerima pengkajian serta intervensi. Keluarga inti, keluarga besar, dan subsistem keluarga lainnya adalah unit analisis dan asuhan. Contoh : Masalah yang muncul pada sebuah keluarga yang tidak mempersiapkan sibling dengan baik anak anaknya, sering kali terjadi rebutan perhatian antar anak satu dengan anak yang lain. Contoh: Masalah pada keluarga yang diawali dengan komunikasi yang tidak efektif antar anggota keluarganya. Contoh: Kesalah pahaman yang terjadi pada pasangan baru menikah terhadap peran dan fungsinya masing masing. 4. Keluarga sebagai klien Keluarga dipandang sebagai klien atau focus keperawatan, keluarga menjadi bagian depan sedangkan anggota keluarga yang lain menjadi latar belakang. Contoh : Masalah yang timbul pada sebuah keluarga dikarenakan koping keluarga kurang efektif saat menunggu kehadiran anggota keluarga yang baru. 3

C. PERAN PERAWAT KELUARGA 1. Teori Dan Definisi Peran Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system. Ada dua perspektif dasar menyangkut peran orientasi strukturalisyang menekan pengaruh normative (cultural), yaitu pengaruh yang berkaitan dengan status-status tertentu dan peran-peran terkaitnya (Linton, 1945). Orientasi interaksi dari Turner, 1970 yang menekan timbulnya kualitas peran yang lahir dari interaksi social. Dalam teks ini peran didefinisikan dalam pemahaman yang lebih structural, karena preskripsi-preskripsi normative dalam keluarga, meskipun berbeda-beda, secara relative masih didefinisikan lebih baik (Nye, 1976). Peran merujuk kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat homogeny, yang didefinisikan dan diharapkan secara normative dari seseorang okupan peran (role occupan) dalam situasi social tertentu. Peranh didasarkan pada preskripsi dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus dilakukan dalam situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut. Peran dipengaruhi oleh keadaan social, baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi social tertentu. Peran perawatn yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendididkan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keerawatan secara professional sesuai dengan kode etik profesi. Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai cirri terpisah demi untuk kejelasan. 2. Konflik Peran Konflik terjadi ketika okupan dari suatu posisi merasa bahwa ia berkonflik dengan harapan-harapan yang tidak sesuai. Sumber dari ketidakseimbangan tersebut boleh jadi disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan dalam harapan yang terjadi dalam diri perilaku, orang lain atau dalam lingkungan. Macam konflik di antaranya.

a. Konflik antarperan Konflik antarperan adalah konflik yang terjadi jika pola-pola perilaku atau normanorma dari suatu peran tidak kongruen dengan peran lain yang dimainkan secara bersamaan oleh individu. Konflik antarperan terjadi ketika peran yang kompleks dari seseorang individu (yaitu sekelompok peran yang dimainkan) termasuk sejumlah peran yang tidak seimbang. Tipe konflik ini disebabkan oleh ketidakseimbangan perilaku yang berkaitan dengan berbagai peran atau besarnya tenaga yang dibutuhkan oleh peran-peran ini, misalnya dalam sebuah kasus di keluarga peran sebagai siswa, penjaga rumah, memasak, perkawinan, dan perawatan anak dilaksanakan sekaligus. b. Konflik Peran Antarpengirim (Intersender Role Conflict) Konflik peran antar pengirim adalah suatu konflik dimana dua orang atau lebih memegang harapan-harapan yang berkonflik, menyangkut pemeranana suatu peran. Ilustrasi tentang tipe konflik ini adalah adanya harapan-harapan yang berkonflik menyangkut bagaiman peran seseorang, seperti seorang perawat yang menunjukan peran professional. Seorang kepala perawat akan mengharapkan efisien dari suatu tindakan kepada klien, sedangkan klien mungkin mengharapkan segalanya terpusat pada dirinya, berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang dirasakannya, sedangkan perawat mengharapkan agar dapat memberikan perawatan individu sesuai dengan standar profesinya. c. Person-Role Conflict Person-Role Conflict meliputi suatu konflik antara nilai-nilai internal individu, nilainilai eksternal (yang dikomunikasikan kepada pelaku oleh orang lain),dan berprilaku pada situasi yang sarat dengan sters peran. Tipe konflik peran ini sama dengan tipe konflik peran yang kedua, kecuali dalam hal tidak adanya perbedaan dalam garapan-harapan peran diantara orang-orang diluar lingkungan. Orang data berpikir person-role conflict yang timbul dalam keluarga dengan anak remaja adalah apabila remaja tersebut memiliki pemikiran internal menyangkut perannya sebagai seorng remaja dan sebayanya menentukan suatu peran yang sangat berbeda.

3. Peran perawat keluarga Perawat keluarga memiliki peran untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarganya, sehingga keluarga mampu melakukan fungsi dan tugas kesehatan, Friedman menyatakan bahwa keluarga diharapkan mamapu mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, diantaranya: fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi, dan fungsi perawatan keluarga. Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga. Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga antara lain sebagai berikut: a. Pendidik (educator) Perawat kesehatan keluarga harus mampu memeberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarganya. Kemampuan pendidik perlu didukung oleh kemampuan memahami bagaimana keluarga dapat melakukan proses belaja mengajar. Secara umum tujuan proses pembelajaran adalah untuk mendorong perilaku sehat atau mengubah perilaku yang tidak sehat. Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah untuk peningkatan kesehatan dan penanganan penyakit serta membantu keluarga untuk mengembangkan keterampilan penyelesaian masalah yang sedang di alami atau dibutuhkan. Disamping hal-hal diatas, perawat kesehatan keluarga juga melakukan bimbingan antisipasi kepada keluarga, sehingga dapa terwujud keluarga yang sejahtera, bertanggng jawab memberikan pendidikan keperawatan kepada sesame perawat dan tim kesehatan lain. Contoh : 1) Pendidikan kesehatan tentang pentingnya imunisasi pada balita. 2) Mengajarkan pencegahan ISPA pada ibu dengan anak anak yang beresiko terserang ISPA. 3) Mengajarkan cara membersihkan kotoran pada hidung anak saat anak terserang batuk pilek.

b. Koordinator (coordinator) Menurut ANA, praktik keperawatan komunitas merupakan praktik keperawatan yang umum, menyeluruh, dan berlanjut. Keperawatan berkelanjutan dapat dilaksanakan jika direncanakan dan dikoordinasikan dengan baik. Koordinasi merupakan salah satu peran utama perawat yang bekerja dengan keluarga. Klien yang puang dari rumah sakit memerlukan perawatan lanjutan di ruamh, maka diperlukan koordinasi lanjutan asuhan keperawatan di rumah. Program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin pada keluarga perlu pula dikoordinasikan agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaannya. Koordinsi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar tercapai pelayanan yang komprehensif. c. Pelaksanaan perawatan dan pengawas perawatan langsung Kontak pertama perawat kepada keluarga dapat melalui anggota keluarganya yang sakit. Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga, baik dirumah, klinik, maupun dirumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung atau mengawasi keluarga memeberikan perawatan pada anggota yang dirawat dirumah sakit, perawat melakukan perawatan langsung atau demonstrasi asuhan yang disaksikan oleh keluarga dengan harapan keluarga mampu melakukannya dirumah, perawat dapat

mendemonstrasikan dan mengawasi keluarga untuk melakukan peran langsung selama di rumah sakit atau di rumah oleh perawat kesehatan masyarakat. Contoh: Mengajarkan pada keluarga pembuatan obat pereda batuk pilek dengan perasan jeruk nipis yang dicampur madu. d. Pengawasan kesehatan Perawat mempunyai tugas melakukan home visit yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga. e. Konsultan atau penasihat Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap trebuka dan dapat dipercaya. Dengan demikian, keluarga mau meminta nasihat kepada perawat 7

tentang masalah yang bersifat pribadi. Pada situasi ini perawat sangat dipercaya sebagai narasumber unutk mengatasi masalah kesehatan keluarga. Contoh : 1) Perawat keluarga memberikan beberapa alternative alat kontrasepsi yang akan dipilih pasangan muda, dengan keputusan tetap ada pada pasangan muda tersebut. 2) Perawat keluarga memberikan informasi jenis pelayanan kesehatan yang bisa dikunjungi keluarga.

f. Kolaborasi Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal. Contoh : 1) Perawat membantu dan membimbing keluarga yang diketahui terserang TB untuk memdapatkan pengobatan TB paru di puskesmas. 2) Perawat bersama keluarga menentukan siapa individu yang akan dijadikan sebagai orang yang selalu mengingatkan anggota keluarga dengan TB untuk makan obat.

g. Advokasi Keluarga sering kali tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai di masyarakat, kadang kala keluarga tidak menyadari mereka telah dirugikan. Sebagai advokat klien, perawat berkewajiban untuk melindungi hak keluaga. Misalnya keluarga dengan social ekonomi lemah yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya, maka perawat dapat membantu keluarga mencari bantuan. Contoh: Perawat membantu keluarga dalam pengurusan surat keterangan tidak mampu dalam rangka mendapatkan dana kesehatan melaui jaring pengaman kesehatan pada keluarga miskin.

h. Fasilitator Peran perawat komunitas disini adalah membantu meningkatkan derajat kesehatannya. Keluarga seirng tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan karena berbagai kendala

yang ada. Kendala aygn sering di alami keluarga adalah keraguan dalam menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi, dan masalah social budaya. Agar dapat melaksanakan pern fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus mengetahui system pelayanan kesehatan, misalnya system rujukan dan dana sehat. i. Penemu kasus Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sihingga tidak terjadi ledakan penyakit atau wabah. j. Modifikasi lingkungan Perawat komunitas harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan ruma maupun lingkungan masyarakat, sehingga tercipta lingkungan yang sehat. Contoh: Perawat memberikan pandangan yang jelas bagaimana lingkungan yang aman pada keluarga dengan lansia yang sudah menurun penglihatannya, seperti halnya hanya lantai yang dibuat tidak licin, penataan peralatan rumah tangga yang rapi, diberikan pegangan ke ruangan lansia ataupun ke kamar mandi. Contoh: Perawat memberiakan penjelasan berkaitan dengan bagaimana mencegah anak terkena ISPA dengan tidak memberikan jajanan sembarang, orang tua khususnya ibu membuat makanan tambahan yang menarik dengan gizi seimbang.

D. TREN ISU KEPERAWATAN KOMUNITAS Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus-menerus dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode keperawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan perawat sendiri juga dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Definisi dan filosofi terkini dari keperawatan memperlihatkan tren holistic dalam keperawatan yang ditunjukkan pada manusia secara keseluruhan dalam segala dimensi, baik dimensi sehat dan dimensi sakit, serta dalam interaksinya dengan keluarga dan komunitas.

Keperawatan menetapkan diri dalam ilmu sosial bidang lain karena focus asuhan keperawatan meluas. Tren dalam pendidikan keperawatan adalah berkembangnya jumlah peserta didik keperawatan yang menerima pendidikan keperawatan, baik peserta didik di tingkat D3 keperawatan, S1 keperawatan/kesehatan masyarakat sampai dengan tingkat yang lebih tinggi, yaitu S2 keperawatan ataupun kesehatan. Organisasi dalam kesehatan, khususnya keperawatan professional terus-menerus menekankan pentingnya pendidikan bagi perawat dalam mendapatkan dan memperluas peran baru. Tren praktik keperawatan meliputi perkembangan di berbagai tempat praktik di mana perawat memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus-menerus meningkatkanotonomi dan penghargaan sebagai anggota dari tim asuhan keperawatan. Peran perawat meningkat dengan meluasnya focus asuhan keperawatan. Tren dalam keperawatan sebagai profesi meliputi perkembangan aspek-aspek dari keperawatan yang mengkarakteristikan keperawatan sebagai profesi meliputi : pendidikan, teori, pelayanan, otonomi, dank ode etik. Aktivitas dari organisasi keperawatan professional menggambarkan tren dalam pendidikan dan praktik keperawatan. Tren lain yang sedang dibicarakan adalah : a. Pengaruh politik terhadap keperawatan professional. b. Pengaruh perawat dalam peraturan dan praktik keperawatan.

1. Pengaruh Politik terhadap Keperawatan Profesional Keterlibatan peraat dalam politik sangat terbatas. Walaupun secara individu ada beberapa nama seperti F.Nightingale, Lilian Wald, Margaret Sanger, dan Lavinia Dock telah memengaruhi dalam pembuatan keputusan di berbagai bidang (seperti masalah sanitasi, pemenuhan kebutuhan nutrisi, masalah keluarga berencana) nampaknya perawat kurang dihargai sebagai kelompok. Gerakan wanita telah memberikan inspirasi pada perawat mengenai masalah perawatan kesehatan pada komunitas. Seiring dengan banyaknya lulusan yang berpendidikan tinggi masuk sebagai anggota profesi, mereka membawa keperawatan kedalam aktivitas dan kegiatan dikampus/universitas. Kekuatan politik merupakan kemampuan untuk memengaruhi atau meyakinkan seseorang

10

untuk memihak pada pemerintah untuk memperlihatkan bahwa kekuatan dari pihak tersebut membentuk hasil yang diinginkan (Rogge, 1987). Pada tahun 1985, Stanhope dan Talbott (lihat Marson 1990) perawat merasa tidak nyaman dengan politik karena mayoritas perawat adalah wanita dan politik merupakan dominasi laki-laki. Keterlibatan perawat dalam politik mendapatkan perhatian yang lebih besar dari kurikulum keperawatan, organisasi professional, dan tempat perawatan kesehatan. (Stanhope dan Belcher,1993). Perawat secara individu dapat memengaruhi keputusan politik pada semua tingkat pemerintahan. Organisasi keperawatan mampu menggabungkan semua upaya seperti pada Nursings Agenda for Health Care Reform (Tri-Council,1991) secara kritis menerapkan pengaruh perawat dalam politik sedini mungkin (Hall-Long, 1995). Strategi spesifik pengintegrasian peraturan public kedalam kurikulum keperawatan, sosialisasi dini, berpartisipasi dalam organisasi profesi, memperluas lingkungan tempat praktik klinik dan menjalankan tempat pelayanan kesehatan di masyarakat. Di Indonesia, organisasi PPNI telah melakukan pembenahan dan perubahan-perubahan kea rah kemajuan yang sangat mendasar dalam organisasi. Organisasi keperawatan di Indonesia telah mendapatkan pengakuan dari pemerintah seiring dengan adanya Keputusan Menkes No.1239 Keputusan Menkes tentang Registrasi dan Praktik Perawat. Sedangkan bagi tenaga dokter dilakukan penerapan Permenkes No.1419/Menkes/Per./X/2005 tentang penyelenggaran praktik dokter dan dokter gigi. Perawat saat ini sudah banyak yang memiliki kemampuan memadai, baik dari segi pengetahuan maupun ketrampilan yang tidak kalah dari profesi lain. Oleh karena itu, sudah waktunya perawat menetapkan suatu keputusan serta pengambilan kebijakan dalam penerapan proses asuhan keperawatan. Lulusan keperawatan yang telah masuk dalam jajaran pemerintah, politik, san sebagainya sebaiknya turut membesarkan organisasi profesi. Kebijakan pemerintah tentang pengakuan tenaga kesehatan masyarakat untuk menduduki jabatan kepala puskesmas yang dipegang oleh tenaga non medis (Kesehatan Masyarakat), kepala PUSDIKNAKES dan tidak menutup kemungkinan Menteri kesehatan telah menunjukkan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik, sebab tenaga-tenaga tersebut sudah dibekali dengan kemampuan manajerial yang baik. Kita berharap pemerintah memperhitungkan dalam penerapan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan jabatan politis tenaga kesehatan masyarakat/tenaga keperawatan.

11

2. Pengaruh Perawat dalam Peraturan dan Praktik Keperawatan Aktivitas dan komitmen politik merupakan bagian dari profesionalisme, sedangkan politik merupakan aspek yang penting dalam memberikan perawatan kesehatan. Oleh sebab itu, perawat tidak boleh memandang politik sebagai urusan yang kotor, tetapi sebagai suatu kenyataan dimana termasuk didalamnya seni mempengaruhi, bernegosiasi, dan berinteraksi sosial. Perawat telah terlibat dalam bentuk politik yang berbeda, disekolah keperawatan dan tempat perawatan kesehatan ketika mencari tambahan sumber daya, peningkatan kemandirian, dan tanggung gugat terhadap penguasa. Ketrampilan yang diperbolehkan melalui pengalaman dapat ditansfer ke dalam politik pembuatan kebijakan perawatan kesehatan. Sepanjang perawat mempertahankan keterlibatannya dalam kebijakan dan praktik asuhan keperawatan, informasi yang tidak tepat dari pihak luar tidak dapat memaksakan keinginan mereka pada keperawatan dan praktik keperawatan. Kelompok bukan keperawatan, sering kali disampaikan oleh pemberi keperawatan kesehatan lain, mencoba untuk menekankan aturan perizinan institusi, pendidikan berkelanjutan yang baku, pembatasan praktik keperawatan lanjutan, dan aturan lain yang berkenan dengan profesi di mana profesi tersebut harusmemiliki suara sendiri dalam memberikan keputusan dalam hal tersebut di atas dan berbagai bidang lain yang memengaruhi kualitas asuhan keperawatan. Walaupun perawat telah mencegah terjadinya pelanggaran pada aturan profesi, keperawatan di masa mendatang menuntut perawat, baik secara individu maupun kelompok untuk mendapatkan lebih banyak lagi pengaruh pada kebijakan asuhan kesehatan yang mempengaruhi praktik keperawatan. Prospek keperawatan komunitas di mana yang akan mendatang cenderung semakin berkembang dan dibutuhkan dalam system pelayanan kesehatan pemerintah. Perawatan kesehatan masyarakat merupakan subsistem dari keperawatan khususnya dan system kesehatan pada umumnya. Peran perawat kesehatan masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan yang terjadi di masa kini dan di masa yang akan datang, karena selalu mengikuti perubahan secara keseluruhan. Dampak perubahan tersebut akam berpengaruh pada peran yang dilakukan oleh perawat. Intervensi keperawatan kesehatan masyarakat di berbagai tingkat pelayanan akan semakin besar dikarenakan adanya kelalaian, ketidaktahuan, ketidakmauan, dan ketidakmampuan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Peran perawat kesehatan masyarakat masa kini dan yang akan datang akan

12

semakin penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Perunahan-perubahan pada masyarakat secara keseluruhan dapat dilihat pada kompknen-komponen berikut ini : a. Pertambahan penduduk. Pertambahan penduduk yang begitu cepat (population) dan perubahan-perubahan dalam gambaran penduduk, di antarannya perubahan-perubahan dalam komposisi usia, penyebarannya, dan kepadatan penduduk di kota-kota besar. b. Transisi penyakit. Perubahan pola penyakit atau transisi penyakit, yaitu perubahan dari penyakit menular ke penyakit degenerative seperti penyakit jantung, kanker, sepresi mental dan ansietas, stroke, peningkatan klecelakaan, alkoholisme, dan yang akhir-akhir ini marak adalah penyalahgunaan narkotika. c. Perkembangan industrialisasi serta perubahan kondisi sosial. Perkembangan industrialisasi serta perubahan kondisi sosial yang cepat dengan disertai perubahanperubahan sikap, nilai, gaya hidup, kondisi lingkungan, kelompok-kelompok masyarakat baru, masalah-masalah individu, keluarga, antarindividu, dan masyarakat. d. Meningkatnya pengetahuan masyarakat. Meningkatnya pengetahuan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan akan meningkatkan juga harapan mereka terhadap mutu pelayanan keperawatan dan kesehatan. Adanya perubahan konsep kesehatan dari kebebasan penyakit menjadi kondisi individu yang memiliki kemampuan hidup sehat serta mempunyai daya produkvitas yang tinggi merupakan indikator-indikator meningkatnya pengetahuan masyarakat. e. Meningkatnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi di bidang kedokteran dan keperawatan akan membawa perbaikan metode dalam mengatasi masalah penyakit yang terjadi di masyarakat. f. Pola pelayanan kesehatan yang baru akan menunjang pencapaian kesehatan bagi semua orang pada tahun 2000. g. Kurangnya tenaga medis menyebabkan pelimpahan tanggung jawab atau wewenang kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya.

13

h. Masyarakat akan menjadi rekan kerja dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Banyak pelayanan kesehatan yang akan dilaksanakan di luar rumah sakit, misalnya : pelayanan pada rehabilitasi, kesehatan jiwa, dan lain-lain.

E. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA 1. Pengkajian a. Definisi Pengkajian merupakan tahapan terpenting dalam proses perawatan, mengingat pengkajian sebagai awal bagi keluarga untuk mengidentifikasi data-data yang ada pada keluarga. Oleh karena itu perawat keluarga diharapkan memahami betul lingkup, metode, alat bantu dan format pengkajian yang digunakan. Pengkajian yang digunakan menurut Yura dan Wals (1998) adalah : Tindakan pemantauan secara langsung pada manusia untuk memperoleh data tentang klien dengan maksud menegaskan kondisi penyakit dan masalah kesehatan. Pengkajian merupakan suatu proses berkelanjutan, dimana pengkaji menggambarkan kondisi atau situasi klien sebelumnya dan saat ini sehingga informasi tersebut bisa digunakan untuk memprediksi dimasa yang akan datang. b. Metode pengkajian 1) Pengkajian keluarga model Friedman Asumsi yang mendasarinye adalah keluarga sebagai sistem sosial, merupakan kelompok kecil dari masyarakat. Friedman memberikan batasan 6 kategori dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan saat melakukan pengkajian : a) Data pengenalan keluarga. b) Riwayat dan tahapan perkembangan keluarga. c) Data lingkungan. d) Struktur keluarga. e) Fungsi keluarga. f) Koping keluarga. 2) Pengkajian keluarga model Calgary 14

Pengkajian model Calgary mengembangkan konsepdan teori sistem, komunikasi dan konsep berubah. Teori sistem memberikan kerangka kerja bahwa keluarga sebagai bagian dari suprasistem dan terdiri dari beberapa subsistem. Komunikasi merupakan teori bagaimana individu melakukan interaksi secara berkelanjutan. Konsep berubah menjadikan kerangka kerja bahwa perubahan satu anggota keluarga akan mempengaruhi kezehatan anggota keluarga yang lain. 3) Tahapan-tahapan pengkajian Untuk mempermudah perawat keluarga saat melakukan pengkajian, dipergunakan istilah penjajakan. a) Penjajakan I Data-data yang dikumpulkan pada penjajakan I antara lain: 1. Data umum. 2. Riwayat dan tahapan perkembangan. 3. Lingkungan. 4. Struktur keluarga. 5. Fungsi keluarga. 6. Stress dan koping keluarga. 7. Harapan keluarga. 8. Data tambahan. 9. Pemeriksa fisik. Dari hasil pengumpulan data tersebut maka akan dapat diidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi keluarga. Contoh : 1. Anggota keluarga dengan masalah kesehatan sistem pencernaan. 2. Anggota keluarga dengan masalah kesehatan sistem pernafasan. 3. Anggota keluarga dengan masalah kesehatan cairan elektrolit. 4. Anggota keluarga dengan masalah kesehatan kehamilan resiko tinggi. 5. Anggota keluarga dengan masalah kesehatan malnutrisi. 6. Anggota keluarga dengan masalah kesehatan hipertensi. 7. Anggota keluarga dengan masalah kesehatan penyakit kronik. 15

8. Anggota keluarga dengan masalah kesehatan penyakit terminal. 9. Anggota keluarga dengan masalah mental psikiatri. b) Penjajakan II Pengkajian yang tergolong dalam penjajakan II diantaranya pengumpulan data-data yang berkaitan dengan ketidak mampuan keluarga dalam mengahadapi masalah kesehatan sehingga dapat ditegakkan diagnosa keperawatan keluarga. Adapaun ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah diantaranya: 1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. 2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan. 3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarganya. 4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan. 5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas keluarga.

2. Analisa Data dan Perumusan Diagnosa Keperawatan a. Definisi Analisa Data 1) Analisa data merupakan kegiatan pemilahan data dalam rangka proses klarifikasi dan validasi informasi untuk mendukung penegakan diagnosa keperawatan keluarga yang akurat. 2) Review data yang dapat menghubungkan antara penyebab dan masalah yang ditegakkan. 3) Menghubungkan data dari pengkajian yang berpengaruh kepada munculnya suatu masalah. Contoh : Data subjektif : a) Ny. N belum pernah mendapatkan informasi perawatan masa nifas. b) Ny. N mengatakan bahwa ia tidak tahu bagaimana masa nifas yang normal. c) Ny. N mengatakan bahwa proses melahirka dibantu dukun beranak. d) Ny. N mengeluh pusing. e) Ny. N mengatakan agak takut kalau mau bergerak. Data objektif :

16

a) Ny. N terlihat bingung saat dilakukan pengkajian. b) Ny. N terlihat banyak bertanya mengenai masalah nifas. c) Ny. N masa nifas minggu pertama. Diagnosa keperawatan: Kurang pengetahuan pada Ny. N (23thn) dikeluarga Tn. K (30 thn) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masa nifas. b. Defini Diagnosa Keperawatan Keluarga Diagnosa keperawatan merupakan kumpulan pernyataan, uraian dari hasil wawancara, pengamatan langsung dan pengukuran dengan menunjukkan status kesehatan mulai dari potensial, resiko tinggi, sampai masalah aktual. c. Struktur Kiagnosa Keperawatan Keluarga Struktur diagnosa keperawatan terdiri atas : 1) Problem / masalah. 2) Etiologi / penyebab. 3) Sign dan symptom / tanda dan gejala. d. Tipe Diagnosa Keperawatan Keluarga Tipe-tipe diagnos akperawatan keluarga sebenarnya ada beberapa, diantaranya : 1) Aktual. 2) Resiko tinggi. 3) Potensial. 4) Sindrom. 5) Kemungkinan. e. Tipe Dan Komponen Diagnosa Keperawatan Keluarga 1) Masalah keperawatan actual Masalah ini memberikan gambaran berupa tanda dan gejala yang jelas mendukung bahwa masalah benar-benar terjadi. Contoh : a) Tidak efektifnya bersihan jalan nafas. b) Ganggan pola nafas. c) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. d) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. 17

e) Perubahan pola istirahat tidur. f) Kurang pengetahuan. g) Cemas. 2) Masalah keperawatan resiko tinggi Masalah ini sudah ditunjang dengan data yang akan mengarah pada tombulnya masalah kesehatan bila tidak segera ditangani. Contoh : a) Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. b) Resiko tinggi injuri. c) Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang. 3) Masalah keperawatan potensial / sejahtera Status kesehatan berada pada kondisi sehat dan ingin meningkat lebih optimal. Contoh : a) Potensial peningkatan prose keluarga. b) Potensial kehamilan dengan status kesehatan normal. f. Menetapkan Etiologi Menentukan penyebab atau etiologi dalam perumusan diagnosa keperawatan dengan model single diagnosis diangkat dari 5 tugas keluarga antaralain : 1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. 2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan. 3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga. 4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan. 5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. g. Prioritas masalah Prioritas masalah didasari atas 3 komponen : 1) Kriteria. 2) Bobot. 3) Pembenaran. h. Kriteria penilaian 18

1) Sifat masalah terdiri atas : a) Aktual dengan nilai 3. b) Resiko tinggi dengan nilai 2. c) Potensial dengan nilai 1. pembenaran mengacu pada masalah yang sedang terjadi, baru menunjukkan tanda dan gejala atau bahkan dalam kondisi sehat. 2) Kemungkinan masalah untuk diubah : a) Mudah dengan nilai 2. b) Sebagian dengan nilai 1. c) Tidak dapat denagan nilai 0. Pembenaran mengacu pada : masalah, sumber daya keluarga. Sumber daya perawat dan sumber daya lingkungan. 3) Potensial masalah untuk dicegah: a) Tinggi dengan nilai 3. b) Cukup dengan nilai 2. c) Rendah dengan nilai 1. Pembenaran mengacu pada : berat ringannya masalah, jangka waktu terjadinya masalah, tindakan yang akan dialkukan, kelompok resiko tinggi ynag bisa dicegah. 4) Menonjolnya masalah : a) Segera diatasi dengan nilai 2. b) Tidak segera diatasi dengan nilai 1. c) Tidak dirasakan ada masalah dengan nilai 0. Pembenaran mengacu kepada : persepsi keluarga terhadap masalah. i. Bobot 1) Sifat masalah dengan bobot 1. 2) Kemungkinan masalah untuk diubah denagn bobot 2. 3) Potensial masalah untuk dicegah dengan bobot 1. 4) Menonjolnya masalah denagn bobot 1. j. Pembenaran 1) Alan pembenaran subkriteria. 2) Dampak terhadap kesehatan keluarga. 19

3) Ditunjang dari data pengkajian. Contoh: Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sifat masalah : aktual Pembenaran: Gangguan pemenuhan nutrisi sudah terjadi dilihat dari hasil pengamatan TB dan BB, keluhan menurunnya nafsu nakan, mual, dan muntah. Masalah ini akan menyebabkan komplikasi lebih lanjut jika tidak segera ditangani. k. Cara penghitungan 1) Skor / angka tertinggi dikalikan dengan bobot. 2) Jumlahkan skor. 3) Skor tertinggi menjadi prioritas. Contoh : a) Tidak efektifnya bersihan jalan nafas dengan jumlah skor 5. b) Perubahan pola istirahat tidur dengan jumlah skor 3. c) Resiko tinggi pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan jumlah skor 4. Maka yang menjadi prioritas masalah adalah : tidak efektifnye bersihan jalan nafas. 3. Penyusunan Rencana Perawatan a. Definisi ANA (1995) mendefinisikan intervensi sebagai rencana tindakan perawat untuk kepentingan klien atau keluarga. b. Indikasi intervensi Wright dan Leahey dalam Friedman (1998) menganjurkan bahwa intervensi keperawatan keluarga dapat dilakukan pada : 1) Keluarga dalam satu masalah yang mempengaruhi anggota keluarga lainnya. 2) Keluarga denagn anggota keluarga berpenyakit yang berdampak pada anggota keluarga lainnya. 3) Anggota keluarga yang mendukung permasalahan kesehatan yang muncul.

20

4) Salah satu anggota keluarga menunjukan perebaikan atau kemunduran dalam status kesehatan. 5) Anggota keluarga yang didiagnosis penyakit pertamakali. 6) Perkembangan anak atau remaja secara emosinal. 7) Keluarga denagn penyakit kronik. 8) Keluarga dengan penyakit mematikan. c. Klasifikasi intevensi Friedman (1998) memeberikan gambaran berkaitan dengan klasifikasi intervensi antara lain : 1) Suplemental Intervensi yang terkait dengan rencana pemberian pelayanan secara lagsung pada keluarga sebagai sasaran. Contoh : a) Imunisasi pada balita. b) Imunisasi TT pada ibu hamil. c) Perawatan luka dengan anggota keluarga DM. d) Pembelajaran pembuatan obat tradisional untuk klien dengan hipertensi. 2) Fasilitatif Intervensi ini terkait dengan rencana dalam mebantu mengatasi hambatan dari keluarga dalam memperoleh pelayana medis, kesejahteraan sosial dan transportasi. 3) Depelovmental Intervensi ini terkait dengan rencana perawat membantu keluarga dalam kapasitasnya untuk menolong dirinya sendiri (membuat keluarga belajar mandiri) denagn kekuatan dan sumber pendukung yang terdapat pada keluarga. d. Menetapkan tujuan intervensi 1) Tujuan umum

21

Tujuan umum merupakan tujuan yang lebih menekankan pada pencapaian akhir sebuah masalah dimana perubahan perilaku dari yang merugikan kesehatan kearah perilaku yang menguntungkan kesehatan. Tujuan umum ini lebuh mengarah pada kemandirian klien keluarga sebagai sasaran asuhan keperawatan keluarga. Contoh : a) Setelah dilakukan kunjungan keluarga pemenuhan nutrisi pada An. B (5 thn) dengan malnutrisi kembali optimal. b) Setelah dilakukan kunjungan keluarga bersihan jalan nafas pada An. A (3 thn) denagn ISPA kembali normal. c) Setelah dilakukan kunjungan keluarga pada Tn. K (55 thn) denagn hipertensi rasa nyaman terpenuhi. 2) Tujuan khusus Tujuan khusus dalam rencana perawatan lebih menekankan pada pencapaian hasil dari masing-masing kegiatan. Contoh: Setelah dilakukan tindakan selama 1x45 menit diharapkan keluarga mampu : a) Menyebutkan arti gizi. b) Menyebutkan arti kurang gizi. c) Menyebutkan jenis-jenis makanan yang bergizi. d) Menyebutkan penyebab malnutrisi pada anak. e. Menetapkan intervensi 1) Rencana tindakan yang disusun harus berorientasi pada pemecahan masalah. 2) Rencana tindakan yang dibuat dapat dilakukan mandiri oleh keluarga. 3) Rencana tindakan yang dibuat berdasarkan masalah kesehatan. 4) Rencana tindakan sederhana dan mudah dilakukan. 5) Rencana tindakan perawatan dapat dilakukan secara terus-menerusoleh keluarga. f. Domain intervensi Ada tiga domain yang dapat kita gunakan dalam menyusun intervensi (Calgary), yaitu: 1) Domain kognitif 22

Intervensi dengan domain kognitif ditujukan untuk memberikan informasi, gagasan, motivasi dan saran kepada keluarga sebagai target asuhan keperawatan keluarga. 2) Domain afektif Intervensi ini dutujukan untuk membantu keluarga dalam berespon emosional, sehingga dalam keluarga terdapat perubahan sikap terhadap masalah yang dihadapi. 3) Domain psikomotor Intervensi ini ditujukan untuk membantu anggota keluarga dalam perubahan perilaku ynag menguntungkan.

g. Hambatan-hambatan intervensi Menurut Bailon dan Maglaya (1978) hambatan yang sering kali dihadapi perawat keluarga saat melakukan intervensi keparawatan adalah : 1) Kurangnya informasi yang diterima keluarga. 2) Tidak meneyeluruhnya informasi yang diterima oleh keluarga. 3) Informasi yang diperoleh keluarga tidak dikaitkan dengan masalah yang dihadapi. 4) Keluarga tidak menghadapi situasi. 5) Keluarga berusaha mempertahankan pola kebiasaan yang sudah ada. 6) Kegagalan mengaitkan tindakan dengan sasaran keluarga. 7) Kurang percaya pada tindakan yang diusulkan.

4. Implementasi Implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Prinsif yang mendasari implementasi keperawatan keluarga adalah : a. Implementasi mengacu pada rencana perawatan yang dibuat.

23

b. Implementasi dilakukan dengan tetap memperhatikan prioritas masalah. c. Kekuatan-kekuatan keluarga berupa finansial, motivasi, dan sumber-sumber pendukung lainnya jangan diabaikan. d. Pendokumentasian implementasi keperawatan keluarga janganlah terlupakan dengan menyertakan tanda tangan petugas sebagai bentuk tanggung gugat dan tanggung jawab profesi.

5. Evaluasi a. Sifat evaluasi Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan keluarga. Evaluasi merupakan tahapan yang menentukan apakah tujuan dapat tercapai sesuai yang ditetapkan dalam tujuan direncana perawatan. Apabila setelah dilakukan evaluasi tujuan tidak tercapai maka ada beberapa kemungkinan yang perlu ditinjau kembali yaitu : 1) Tujuan tidak realistis. 2) Tindakan keperawatan tidak tepat. 3) Faktor-faktor lingkungan yang tidak bisa diatasi. b. Kriteria dan standar Kriteria akan memberikan gambaran tentang faktor-faktor tidak tetap yang memberikan petunjuk bahwa tujuan telah tercapai. Standar telah menunjukkan tingkat pelaksanaan yang diinginkan untuk membandingkan denagn pelaksanaan yang sebenarnya. Contoh : Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mampu memberikan perawatan pada Tn. K dengan hipertensi. Kriteria : keluarga membuatkan perasaan belimbing buah untuk Tn. K (domain psikomotor). Standar : keluarga membuat obat tradisional dengan mengikuti langkah-langkah yang dicontohkan perawat. 24

Contoh 2 : Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mampu mengambil keputusan untuk membawa anaknya berobat ISPA. Kriteria : pernyataan sikap dari keluarga tentang keputusan membawa anaknya dengan ISPA untuk berobat (domain efektif). Standar : keluarga akan segera membawa anaknya kepelayanan kesehatan setelah mengetahui manfaat berobat dan akibat lanjut jika ISPA tidak segera ditangani.

c. Evaluasi kuantitatif dan kualitatif Dalam evaluasi kuantitatif menekankan pada jumlah pelayanan atau kegiatan yang telah diberikan, misalnya : jumlah imunisasi, kunjungan ANC pada ibu hamil. Evaluasi kuantitatif kelemahannya hanya mementingkan jumlah, padahal belum tentu banyaknya kegiatan yang dilakukan akan berbanding lurus dengan hasil yang memuaskan.

Evaluasi kualitatif dapat dilihat pada : 1) Evaluasi struktur Berhubungan dengan tenaga atau bahan yang diperlukan dalam suatu kegiatan. Contoh : a) Penguasaan materi bagi petugas. b) Sumber-sumber keluarga. c) Penyediaan media untuk keluarga. d) Tersedianya tempat. 2) Evaluasi proses Evaluasi yang dilakukan selama kegiatan berlansung. Contoh : a) Penyuluhan sesuai dengan strategi penyampaian. b) Waktu pelaksanaan tepat. c) Keluarga antusias saat penyuluhan berlansung. 25

3) Evaluasi hasil Merupakan hasil dari pemberian asuhan keperawatan. Contoh : a) Keluarga mampu menyebutkan kembali pengertian ISPA dengan

menggunakan bahasa sendiri. b) Keluarga mampu mendemontrasikan cara mengompres yang benar. c) Keluarga mampu membuat obat tradisional berupa rebusan daun salam untuk hipertensi. 4) Metode-metode evaluasi a) Observasi langsung. b) Memriksa laporan atau dokumentasi. c) Wawancara atau angket. d) Latihan stimulasi.

5) Catatan perkembangan Catatan perkembangan keperawatan keluarga merupakan indikator keberhasilan tindakan keperawatan yang diberikan pada keluarga oleh petugas kesehatan. Karaakteristik evaluasi denagn pedoman SOAP m,emberikan tuntunan pada perawat dengan uraian sebagai berikut : a) Subjektif Pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain tentang perubahan yang dirasakan baik kemajuan ataupun kemunduran setelah diberikan tindakan keperawatan. b) Objektif Data yang bisa diamati dan diukur melalui teknik observasi, palpasi, perkusi atau auskultasi sehingga dapat dilihat kemajuan atau kemunduran pada sasaran perawatan sebelum dan setelah diberikan tindakan keperawatan. c) Analisa 26

Pernyataan yang menunjukkan sejauhmana masalah perawatan dapat tertanggulangi. d) Planing Rencana yang ada dalam catatan perkembangan merupakan rencana tindakan hasil evaluasi tentang dilanjutkan atau tidak rencana tersebut sehingga diperlukan inovasi dan modifikasi bagi perawat.

27

You might also like