You are on page 1of 61

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang

Ilmu Farmasi Kedokteran (IFK) adalah ilmu yang mempelajari tentang peresepan obat secara rasional yaitu meliputi : pemberian obat yang tepat, pada pasien yang tepat, dengan bentuk sediaan obat yang tepat, dosis obat yang tepat, waktu minum obat yang tepat. Cara pemberian obat yang tepat. Jalur pemakaian obat yang meliputi secara oral, rektal dan parenteral serta yang lainnya harus ditentukan dan ditetapkan sebagai petunjuk tentang dosis-dosis yang dianjurkan bagi pasien dalam berbagai umur, berat dan status penyakitnya serta teknik penggunaannya atau petunjuk pemakaiannya. Bentuk sediaan dan cara pemberian merupakan penentu dalam memaksimalkan proses absorbsi obat oleh tubuh karena keduanya sangat menentukan efek biologis suatu obat sepertu absorbsi, kecepatan absorbsi dan bioavailabilitas (total obat yang diserap), cepat atau lambatnya obat mulai bekerja (onset of action), lamanya obat bekerja (duration of action), intensitas kerja obat, respons farmakologik yang dicapai serta dosis yang tepat untuk memberikan respon tertentu. Setiap cat pemberian obat memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing yang dimana tujuannya obat dapat mencapai reseptor kerja yang diinginkan setelah diberikan melalui rute tertentu yang nyaman dan aman.

B. Tujuan 1. Display berbagai bentuk sediaan obat topikal Mengetahui berbagai bentuk sediaan obat topikal Mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing sediaan Mengetahui dasar pemilihan bentuk sediaan obat topikal

2. Membuat larutan KMnO4 0,02% dan 0,01% sebanyak 50 CC dari larutan induk KMnO4 1% Mampu menjelaskan maksud dan tujuan pembuatan sediaan obat cair Mampu menjelaskan alasan pemilihan bentuk obat cair untuk penggunaan topikal ditinjau dari segi pasien, lokasi yang diobati dan tujuan pengobatan Mampu membuat bentuk obat racikan dari bentuk sediaan obat cair yang masih lazim digunakan Menjelaskan keuntungan dan kerugian bentuk sediaan obat cair dibandingkan sediaan obat lain (padat/ padat) 3. Membuat salep 2-4 dan salep AAV-1 Mampu menjelaskan maksud dan tujuan pembuatan obat setengah padat untuk penggunaan topikal Menjelaskan keuntungan dan kerugian bentuk sediaan obat setengah padat dibandingkan dengan bentuk sediaan obat lain (padat/cair) Mampu membuat obat bentuk sediaan obat setengah padat racikan yang masih lazim digunakan. 4. Untuk mengetahui interaksi obat jadi dengan bahan aktif obat yang menyebabkan krim pecah 5. Untuk mengetahui interaksi obat yang menyebabkan cream berubah warna 6. Daya sebar krim untuk menentukan jumlah obat yang diaplikasikan Mengetahui daya sebar berbagai sediaan obat topikal dan aplikasinya Mengetahui jumlah obat topikal yang diperlukan sesuai luas lesi dan bentuk sediaan obat topikal

C. Alat dan Bahan 1. Display berbagai bentuk sediaan obat topikal berbagai macam bentuk sediaan seperti selep, krim, gel, lotio, bedak, pasta Display :

a. Sediaan padat Kristal KmnO4 Bedak salisil 1%, 2%

b. Sediaan Cair Solusio KmnO4 1:5.000 dan 1:10.000 Lotio Kummerfeldi Bedak kocok

c. Sediaan semisolid/setengah padat Krim hidrokortison 1%, 2,5% Salep 2-4 Salep gentamisin Salep iktiol Bioplacenton gel Pasta lassari Krim untuk Diaper rash

2. Membuat larutan KMnO4 0,02% dan 0,01% sebanyak 50 CC dari larutan induk KMnO4 1% Spuit, gelas ukur, Erlenmeyer/bekerglas, alcohol, aquadest, botol 50cc, Serbet 3. Membuat salep 2-4 dan salep AAV-1 Salep 2-4 : Asam Salisilat 200 mg

Sulfur Praecipitatum 400 mg Vaselin flavum ad 10

Salep AAV -1 : Asam Salisilat Asam Benzoat 3% 6%

Vaselin Album ad 10

4. Interaksi obat jadi dengan bahan aktif obat yang menyebabkan krim pecah Esperson Cream 5 gram Asam Salisilat 5% dari 5gram

5. Interaksi obat yang menyebabkan cream berubah warna Formico Cream 5 gram Asam Salisilat 2% dari 5 gram

6. Daya sebar krim untuk menentukan jumlah obat yang diaplikasikan krim Mycronozale alkohol 70% 2 buah kaca dengan ukuran diameter Penggaris untuk mengukur hasil

D. Cara Kerja 1. Display berbagai bentuk sediaan obat topikal Mencatat berbagai macam dari sediaan obat topikal seperti : nama, bentuk sediaan, konsentrasi,komposisi Lalu foto berbagai macam bentuk sediaan topikal sebagai lampiran 2. Membuat larutan KMnO4 0,02% dan 0,01% sebanyak 50 CC dari larutan induk KMnO4 1% Larutan PK 10% = 100 mg dalam 100 mL Pengenceran 1 = ambil 1 mL larutan PK 10% + 9 mL aquadest menjadi larutan PK 1% Pengenceran 2 = ambil 1 mL larutan PK 1% + 9 mL aquadest menjadi larutan PK 0,01% Ambil 1 mL larutan PK 0,01% + 9 mL aquadest Amati perubahan warna dari tiap pengenceran larutan PK 3. Membuat salep 2-4 dan salep AAV-1 Salep 2-4

1. Timbang semua bahan-bahan 2. Masukan vaselin flavum ad 10 kedalam mortir 3. Masukan asam salisilat 200 mg 4. Masukan sulfur praecipitatum 400 mg 5. Kemudian, aduk hingga homogen dan masukan kedalam pot plastik Salep AAV-1 1. Timbang semua bahan-bahan 2. Masukan Vaselin Album ad 10 kedalam mortir 3. Masukan Asam Benzoat 6% 4. Masukan Asam Salisilat 3% 5. Kemudian, aduk hingga homogen dan masukan kedalam pot plastik 4. Interaksi obat jadi dengan bahan aktif obat yang menyebabkan krim pecah 1) Masukan Esperson Cream 5 gram dengan Asam Salisilat 5% dari 5 gram kedalam mortir. 2) Masukan acidum salicylicum 100 mg (2%), kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam mortir sambil diaduk rata dengan stamper 3) Amati dan catat perubahan yang terjadi pada sediaan obat tersebut. 5. Interaksi obat yang menyebabkan cream berubah warna 1) Masukan Formico Cream 5 gram dengan Asam Salisilat 2% dari 5 gram kedalam mortir 2) Masukan acidum salicylicum 100mg (2%), kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam mortir sambil diaduk rata dengan stamper 3) Lihat interaksi cream berubah warna yang terjadi dalam 1/2 hari 4) Catatan : Jika dalam 1/2 hari Formico Cream berubah warna, itu berarti telah terjadi interaksi 6. Daya sebar krim untuk menentukan jumlah obat yang diaplikasikan 1) Masukan krim ditengah kaca yang telah disiapkan 2) Tindih dengan satu kaca lain yang berukuran sama 3) Kemudian, tindih kaca tersebut dengan alkohol 70%, tunggu 2 menit

4) Lalu, ukur daya sebar krim pada kaca dengan penggaris 5) Setelah itu, catat hasil 6) Bandingkan dengan hasil kelompok lain (krim hidrokortison, krim formico)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. INFORMASI UMUM OBAT Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. Penggolongan Obat Obat dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu : 1. Obat Bebas Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Parasetamol 2. Obat Bebas Terbatas Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : CTM 3. Obat Keras dan Psikotropika Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Asam Mefenamat Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh : Diazepam, Phenobarbital

4. Obat Narkotika Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin Sebelum menggunakan obat, termasuk obat bebas dan bebas terbatas harus diketahui sifat dan cara pemakaiannya agar penggunaannya tepat dan aman. Informasi tersebut dapat diperbolehkan dari etiket atau brosur pada kemasan obat bebas dan bebas terbatas.

Obat topikal terdiri dari vehikulum (bahan pembawa) dan zat aktif. Saat ini, banyaknya sediaan topikal yang tersedia ditujukan untuk mendapat efikasi maksimal zat aktif obat dan menyediakan alternatif pilihan bentuk sediaan yang terbaik. Obat topikal merupakan salah satu bentuk obat yang sering dipakai dalam terapi dermatologi. Definisi topikal Kata topikal berasal dari bahasa Yunani topikos yang artinya berkaitan dengan daerah permukaan tertentu. Dalam literatur lain disebutkan kata topikal berasal dari kata topos yang berarti lokasi atau tempat. Secara luas obat topikal didefinisikan sebagai obat yang dipakai di tempat lesi. Obat topikal adalah obat yang mengandung dua komponen dasar yaitu zat pembawa (vehikulum) dan zat aktif. Zat aktif merupakan komponen bahan topikal yang memiliki efek terapeutik, sedangkan zat pembawa adalah bagian inaktif dari sediaan topikal dapat berbentuk cair atau padat yang membawa bahan aktif berkontak dengan kulit. Idealnya zat pembawa mudah dioleskan, mudah dibersihkan, tidak mengiritasi serta menyenangkan secara kosmetik. Selain itu, bahan aktif harus berada di dalam zat pembawa dan kemudian mudah dilepaskan. Untuk mendapatkan sifat zat pembawa yang demikian, maka ditambahkanlah bahan atau unsur senyawa tertentu yang berperan dalam memaksimalkan fungsi dari zat pembawa.

Secara umum, zat pembawa dibagi atas 3 kelompok, cairan, bedak, dan salep. Ketiga pembagian tersebut merupakan bentuk dasar zat pembawa yang disebut juga sebagai bentuk monofase. Kombinasi bentuk monofase ini berupa krim, pasta, bedak kocok dan pasta pendingin. Cairan Cairan adalah bahan pembawa dengan komposisi air. Jika bahan pelarutnya murni air disebut sebagai solusio. Jika bahan pelarutnya alkohol, eter, atau kloroform disebut tingtura. Cairan digunakan sebagai kompres dan antiseptik. Bahan aktif yang dipakai dalam kompres biasanya bersifat astringen dan antimikroba. Indikasi cairan Penggunaan kompres terutama kompres terbuka dilakukan pada: a. Dermatitis eksudatif; pada dermatitis akut atau kronik yang mengalami eksaserbasi. b. Infeksi kulit akut dengan eritema yang mencolok. Efek kompres terbuka ditujukan untuk vasokontriksi yang berarti mengurangi eritema seperti eritema pada erisipelas. c. Ulkus yang kotor: ditujukan untuk mengangkat pus atau krusta sehingga ulkus menjadi bersih. Bedak Merupakan sediaan topikal berbentuk padat terdiri atas talcum venetum dan oxydum zincicum dalam komposisi yang sama. Bedak memberikan efek sangat superfi sial karena tidak melekat erat sehingga hampir tidak mempunyai daya penetrasi. Oxydum zincicum merupakan suatu bubuk halus berwarna putih bersifat hidrofob. Talcum venetum merupakan suatu magnesiumvpolisilikat murni, sangat ringan. Dua bahan inidipakai sebagai komponen bedak, bedak kocok dan pasta. Indikasi bedak Bedak dipakai pada daerah yang luas, pada daerah lipatan. Salep Salep merupakan sediaan semisolid berbahan dasar lemak ditujukan untuk kulit dan mukosa. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok yaitu: dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang bisa dicuci

dengan air dan dasar salep yang larut dalam air. Setiap bahan salep menggunakan salah satu dasar salep tersebut. Indikasi salep Salep dipakai untuk dermatosis yang kering dan tebal (proses kronik), termasuk likenifi kasi, hiperkeratosis. Dermatosis dengan skuama berlapis, pada ulkus yang telah bersih. Krim Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Formulasi krim ada dua, yaitu sebagai emulsi air dalam minyak (W/O), misalnya cold cream, dan minyak dalam air (O/W), misalnya vanishing cream Krim memiliki kelebihan dibandingkan salep karena nyaman, dapat dipakai di daerah lipatan dan kulit berambut. Indikasi krim Krim dipakai pada lesi kering dan superfi sial, lesi pada rambut, daerah intertriginosa Pasta Pasta ialah campuran salep dan bedak sehingga komponen pasta terdiri dari bahan untuk salep misalnya vaselin dan bahan bedak seperti talcum, oxydum zincicum. Pasta merupakan salep padat, kaku yang tidak meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang diolesi. Efek pasta lebih melekat dibandingkan salep, mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi lebih rendah dari salep. Indikasi pasta Pasta digunakan untuk lesi akut dan superfisial. Bedak kocok Bedak kocok adalah suatu campuran air yang di dalamnya ditambahkan komponen bedak dengan bahan perekat seperti gliserin. Bedak kocok ini ditujukan agar zat aktif

dapat diaplikasikan secara luas di atas permukaan kulit dan berkontak lebih lama dari pada bentuk sediaan bedak serta berpenetrasi kelapisan kulit. Indikasi bedak kocok Bedak kocok dipakai pada lesi yang kering, luas dan superfi sial seperti miliaria. Gel Gel merupakan sediaan setengah padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel organik dan anorganik. Gel dikelompokkan ke dalam gel fase tunggal dan fase ganda. Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul besar yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik (misalnya karbomer) atau dari gom alam (seperti tragakan). Karbomer membuat gel menjadi sangat jernih dan halus. Gel fase ganda yaitu gel yang terdiri dari jaringan partikel yang terpisah misalnya gel alumunium hidroksida. Gel ini merupakan suatu suspensi yang terdiri dari alumunium hidroksida yang tidak larut dan alumunium oksida hidrat. Sediaan ini berbentuk kental, berwarna putih, yang efektif untuk menetralkan asam klorida dalam lambung. Gel segera mencair jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan. Absorpsi pada kulit lebih baik daripada krim. Gel juga baik dipakai pada lesi di kulit yang berambut. Berdasarkan sifat dan komposisinya, sediaan gel memilliki keistimewaan: a. Mampu berpenetrasi lebih jauh dari krim. b. Sangat baik dipakai untuk area berambut. c. Disukai secara kosmetika.

Jelly Jelly merupakan dasar sediaan yang larut dalam air, terbuat dari getah alami seperti tragakan, pektin, alginate, borak gliserin. Losion

Losion merupakan sediaan yang terdiri dari komponen obat tidak dapat larut terdispersi dalam cairan dengan konsentrasi mencapai 20%. Komponen yang tidak tergabung ini menyebabkan dalam pemakaian losion dikocok terlebih dahulu. Pemakaian losion meninggalkan rasa dingin oleh karena evaporasi komponen air. Beberapa keistimewaan losion, yaitu mudah diaplikasikan, tersebar rata, favorit pada anak. Contoh losion yang tersedia seperti losion calamin, losion steroid, losion faberi.

Tanggal Kadaluarsa Tanggal kadaluarsa menunjukkan bahwa sampai dengan tanggal yang dimaksud, mutu dan kemurnian obat dijamin masih tetap memenuhi syarat. Tanggal kadaluarsa biasanya dinyatakan dalam bulan dan tahun. Obat rusak merupakan obat yang mengalami perubahan mutu, seperti : 1. Tablet Terjadinya perubahan warna, bau atau rasa Kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, lubang, sumbing, pecah, retak dan atau terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab. Kaleng atau botol rusak 2. Tablet salut Pecah-pecah, terjadi perubahan warna Basah dan lengket satu dengan lainnya Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan fisik 3. Kapsul Perubahan warna isi kapsul Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu sama lain 4. Cairan Menjadi keruh atau timbul endapan Konsistensi berubah Warna atau rasa berubah Botol plastik rusak atau bocor 5. Salep Warna berubah Pot atau tube rusak atau bocor Bau berubah

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung komponen air dan komponen minyak dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Komponen dalam krim terdiri

dari basis krim, bahan aktif, humektan, antioksidan, dan pengawet. Ada dua tipe krim, krim tipe minyak dalam air (M/A) dan tipe air dalam minyak (A/M). Krim tipe M/A (vanishing cream) adalah suatu krim yang dibuat dengan mendispersikan komponen minyak ke dalam komponen air, sifatnya mudah dicuci dengan air, jika digunakan pada kulit, maka akan terjadi penguapan dan peningkatan konsentrasi dari suatu obat yang larut dalam air sehingga mendorong penyerapannya ke dalam jaringan kulit. Sedangkan tipe air dalam minyak (A/M) suatu krim yang dibuat dengan mendispersikan komponen air ke dalam komponen minyak, sifatnya sukar dicuci dengan air. Sedangkan pengertian krim pelembab adalah suatu krim yang tujuan utamanya adalah melembabkan kulit pemakainya. Pada umumnya untuk krim pelembab orang lebih menyukai tipe A/M, karena penyebarannya lebih baik, walaupun sedikit berminyak tetapi penguapan airnya dapat mengurangi rasa panas di kulit. Pada pembuatan krim digunakan zat pengemulsi, umumnya berupa surfaktan-surfaktan anionik, kationik, dan nonionik. Untuk krim tipe A/M digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, cholesterol, cera. Sedangkan untuk krim tipe M/A digunakan sabun monovalen (Triethanolaminum stearat, Natrium stearat, Kalium stearat, Ammonium stearat); tween; natrium lauril sulfat; kuning telur; gelatin; caseinum.

Uji pada krim Pengujian yang dilakukan terhadap krim terdiri diri uji sifat fisik dan uji mikrobiologi. a. Uji Sifat Fisik 1) Viskositas Pengujian viskositas dilakukan untuk mengetahui besarnya tahanan suatu cairan untuk mengalir. Makin tinggi viskositas, makin besar tahanannya (Martin et.al, 1993). 2) Daya sebar Dilakukan untuk mengetahui kecepatan penyebaran krim pada kulit yang sedang diobati dan untuk mengetahui kelunakan dari sediaan tersebut untuk dioleskan pada kulit. 3) Daya lekat

Pengujian tehadap daya lekat dilakukan untuk mengetahui kemampuan krim melekat pada kulit. 4) Pengukuran pH sediaan. Digunakan untuk mengetahui pH krim apakah sesuai dengan pH kulit. 5) Uji mikrobiologi. Untuk mengetahui besarnya pelepasan zat aktif untuk menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara mengukur diameter hambatan pertumbuhan bakteri.

KONTROL KUALITAS SALEP 1. Pemeriksaan kestabilan fisik, 2. Sediaan salep diamati secara organoleptis untuk mengetahui homogenitas, warna dan bau setiap minggu selama delapan minggu pada suhu kamar. 3. Uji pelepasan obat, sesuai kadar obatnya 4. Uji proteksi(warna) 5. Uji daya lekat 6. Uji menyebar

Salep 2-4 dapat digunakan untuk pengobatan Skabies. Salep 2-4 (salep salisil sulfur), yaitu campuran antara asam salisilat dan belerang (sulfur) 5-10%. Asam salisilat untuk merusak terowongan dan belerang digunakan membunuh tungaunya.

2.1 Sediaan Topikal Sediaan topikal adalah sediaan yang penggunaannya pada kulit dengan tujuan untuk menghasilkan efek lokal, contoh : lotio, salep, dan krim. Lotio merupakan preparat cair yang dimaksudkan untuk pemakaian pada bagian luar kulit. Pada umumnya pembawa dari lotio adalah air. lotio dimaksudkan untuk digunakan pada kulit sebagai pelindung atau untuk obat karena sifat bahan-bahannya. Kecairannya memungkinkan pemakaian yang merata dan cepat pada permukaan kulit. Setelah pemakaian, lotio akan segera kering dan meninggalkan lapisan tipis dari komponen obat pada permukaan kulit. Fase terdispersi pada lotio cenderung untuk memisahkan diri dari pembawanya bila didiamkan sehingga lotio harus dikocok kuat setiap akan digunakan supaya bahan-bahan yang telah memisah terdispersi kembali. (Ansel, 1989) Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. Salep tidak boleh berbau tengik. Menurut pemikiran modern salep adalah sediaan semipadat untuk pemakaian pada kulit dengan atau tanpa penggosokan. Oleh karena itu salep dapat terdiri dari substansi berminyak atau terdiri dari emulsi lemak atau lilin yang mengandung air dalam proporsi relatif tinggi. (Anief, 1999)

2.2. Krim Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Krim mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air. Prinsip pembuatan krim adalah berdasarkan proses penyabunan (safonifikasi) dari suatu asam lemak tinggi dengan suatu basa dan dikerjakan dalam suasana panas yaitu temperatur 700- 800C. (Dirjen POM,1995). Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan ke bagian kulit badan. Obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui mulut, kerongkongan, dan ke arah lambung. Menurut defenisi tersebut yang termasuk obat luar adalah obat luka, obat kulit, obat hidung, obat mata, obat tetes telinga, obat wasir dan sebagainya. ( Anief, 1999 ). Ada beberapa tipe krim seperti emulsi, air terdispersi dalam minyak (A/M) dan emulsi minyak terdispersi dalam air (M/A). sebagai pengemulsi dapat digunakan surfaktan anionik, kationik dan non anionik. Untuk krim tipe A/M digunakan : sabun monovalen, tween, natrium laurylsulfat, emulgidum dan lain-lain. Krim tipe M/A mudah dicuci. (Anief,1994).

Dalam pembuatan krim diperlukan suatu bahan dasar. Bahan dasar yang digunakan harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Kualitas dasar krim yang diharapkan adalah sebagai berikut : a. Stabil b. Lunak c. Mudah dipakai d. Dasar krim yang cocok e. Terdistribusi merata Fungsi krim adalah: a. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit b. Sebagai bahan pelumas bagi kulit c. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak langsung dengan zat-zat berbahaya. (anief,1999)

2.3 Obat Kulit Obat kulit yang umum digunakan mengandung obat-obat golongan antibiotika, kortikosteroid, antiseptik lokal, antifungi dan lain-lain. Obat topikal kulit dapat berupa salep, krim, pasta dan obat cair. Pemilihan bentuk obat kulit topikal dipengaruhi jenis kerusakan kulit, daya kerja yng dikehendaki, kondisi penderita, dan daerah kulit yang diobati. Obat kulit topikal mengandung obat yang bekerja secara lokal. Tapi pada beberapa keadaan, dapat juga bekerja pada lapisan kulit yang lebih dalam, misalnya pada

pengobatan penyakit kulit kronik dengan obat kulit topikal yang mengandung kortikosteroid. Kortikosteroid mencegah reaksi alergi, mengurangi peradangan, dan menghambat pembelahan sel epidermis. Kortikosteriod secara topikal dapat mengganggu pertahanan kulit alami terhadap infeksi sehingga dikombinasikan dengan obat antibiotika. Obat kulit digunakan untuk mengatasi gangguan fungsi dan struktur kulit. Gangguan fungsi struktur kulit dapat dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu : 1. Kerusakan Kulit Akut : kerusakan yang masih baru dengan tanda bengkak, berdarah, melepuh, dan gatal. 2. Kerusakan Kulit Sub Akut : gangguan fungsi dan struktur kulit, yang telah terjadi antara 7-30 hari, dengan tanda-tanda antara lain bengkak yang makin parah dan sudah mempengaruhi daerah sekelilingnya. 3. Kerusakan Kulit Kronik : kerusakan yang telah lama terjadi dan hilang serta timbul kembali, dari beberapa bulan sampai bertahun-tahun. Biasanya kulit menjadi tebal, keras dan retak-retak. (Sartono, 1996). Salah satu obat produksi dari PT. Kimia Farma (Persero)Tbk Plant Medan yang digunakan melalui kulit adalah krim hidrokortison. Hidrokortison merupakan suatu senyawa turunan dari kortikosteroid. Hidrokortison dalam bentuk krim biasanya dikombinasikan dengan suatu asam, misalnya bila dikombinasikan dengan suatu asam asetat maka nama dari sediaan tersebut adalah hidrokortison asetat. Hidrokortison asetat (C23H32O6) digolongkan ke dalam obat antiinflamantori

analgesik yaitu obat untuk penyakit yang ditandai dengan adanya rasa nyeri, bengkak, kekakuan, dan gangguan alat fungsi penggerak. (Anief,1996). Untuk mengatasi gangguan fungsi dan struktur kulit, digunakan obat topikal yang mengandung ob-obat seperti golongan antibiotika, kortikosteroid, antiseptik lokal, Pemilihan bentuk obat topikal dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, parahnya kerusakan kulit, daya kerja obat yang dikehendaki, kondisi penderita, dan daerah kulit yang diobati. Biasanya obat topikal mengandung obat yang dimaksudkan untuk bekerja pada lapisan kulit yang lebih dalam dari permukaan kulit, misalnya pada opengobatan penyakit kulit kronik dengan obat topikal yang mengandung kortikosteroid.( Sartono, 1996)

2.4 Hidrokortison Hidrokortison adalah golongan kortikosteroid yang mempunyai daya kerja antialergi dan antiradang. Kortikosteroid bekerja dengan cara mencegah reaksi alergi, mengurangi peradangan, dan menghambat sel epidermis. Krim Hidrokortison dapat mengurangi radang, rasa gatal, dan rasa sakit pada kulit.indikasi krim ini ,menekan reaksi radang pada kulit yang bukan diseba kulit 2-3 kali sehari. ( Anief, 1996 )

2.4.1 Sifat Fisika Kimia

C O CH
2

CH2 OH

OH CH
3

O H

H O Rumus molekul erat molekul : 362,47

: C21H30O5

Nama kimia : 11, 17, 21 trihydroxypregn 4 - ena 3,20 dion Nama lain Pemerian Kelarutan : Cortisol : Serbuk hablur/kristalin,Putih, Tidak berbau dan rasa pahit : Sangat Sukar larut dalam air, dalam eter, agak sukar larut dalam aseton dan dalam etanol, sukar larut dalam kloroform. (Dirjen POM,1995)

2.4.2. Pengujian Hidrokortison 2.4.2.1. Uji Kualitatif Cara-cara pemeriksaan hidrokortison dapat dilakukan dengan metoda

spektrofotometri dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). a. Menggunakan metoda spektrofotometri Hidrokortison dapat diidentifikasi dengan mengukur serapannya pada panjang gelombang tertentu dengan alat spektrofotometri. Dalam pelarut metanol hidrokortison akan memberikan serapan pada panjang gelombang maksimum 242 nm. b. Menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Kromatografi merupakan teknik pemisahan senyawa-senyawa yang berwarna. Cara ini pertama sekali dipaparkan pada tahun 1903 oleh Michael Tswett. Dalam kromatografi, menggunakan dua fase yaitu fase tetap (fase diam atau stationary phase) dan fase gerak (mobile phase), pemisahan senyawa tergantung daripada gerakan dari dua fase ini. Menurut farmakope Indonesia Ed. IV, lempeng yang dilapisi dapat dianggap sebagai kolom kromatografi terbuka dan pemisahan yang tercapai dapat didasarkan pada adsorbsi, partisi, atau kombinasi dari keduanya, tergantung dari jenis zat penyangga, cara pembuatan dan jenis pelarut yang digunakan. Campuran yang akan di kromatografi harus dilarutkan dalam pelarut yang agak nonpolar untuk ditotolkan pada lapisan. Hampir segala macam pelarut dapat dipakai, tapi yang terbaik yang bertitik didih 50-1000C. pelarut yang demikian mudah ditangani dan mudah menguap dari lapisan. Larutan uji ditotolkan pada plat KLT diikuti dengan

penotolan larutan baku. Setelah dilakukan pengelusian, lapisan tersebut kemudian disemprot dengan suatu pereaksi, yang akan menimbulkan bercak warna setelah bereaksi dengan cuplikan. Maka noda larutan uji akan menunjukkan warna dan harga Rf yang sama dengan noda larutan baku. (Gritter, 1991)

2.4.2.2 Uji kuantitatif Pengujian hidrokortison dapat dilakukan dengan secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau High

Perpormance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan suatu tekhnis analisis obat yang paling cepat berkembang. Cara ini ideal untuk analisis beragam obat dalam sediaan dan cairan biologi karena sederhana dan kepekaannya tinggi. KCKT biasanya dilakukan pada suhu kamar, jadi senyawa yang tidak tahan panas dapat ditangani dengan mudah. Peralatan KCKT memiliki kepekaan yang sangat tinggi sehingga menghasilkan data yang lebih akurat dan membutuhkan waktu yang tidak lama. Kemajuan dalam tekhnologi kolom , sistem pompa tekanan tinggi, dan detektor yang sensitif telah menyebabkan perubahan pada KCKT menjadi suatu sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi. KCKT digunakan untuk senyawa-senyawa tidak atsiri, berbobot molekul tinggi, anorganik, tidak tahan panas dan lain sebagainya. Kepekaan dari peralatan KCKT sangat tinggi sehingga menghasilkan data yang lebih akurat dan membutuhkan waktu yang tidak lama. Cepatnya perkembangan KCKT didukung oleh perkembangan peralatan yang handal dan kolom yang efisien. (Munson, 1991)

KCKT pada saat ini merupakan metode kromatografi cair paling akhir. Dalam beberapa tahun terakhir ini tekhnologi KCKT dan pemakaiannya sangat berkembang, walaupun membutuhkan biaya yang relatif tidak sedikit tapi saat ini merupakan suatu tekhnik yang banyak digunakan pada perusahaan obat. Diantaranya adalah PT. Kimia Farma (persero) Tbk. Plant Medan. KCKT merupakan salah satu metode yang mempunyai banyak keuntungan, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Cepat ; untuk analisis yang tidak rumit, dapat dicapai waktu analisis kurang dari 5 menit. 2. Daya pisahnya baik ; kemampuan pelarut berinteraksi dengan fase diam dan fase gerak memberikan parameter pencapaian pemisahan yang dikehendaki. 3. Peka / detector unik ; detector yang dipakai adalah uv 254 nm yang dapat mendeteksi berbagai jenis senyawa dalam jumlah nanogram. 4. Kolom dapat dipakai kembali tetapi mutunya turun. Laju penurunan mutunya bergantung pada jenis cuplikan yang disuntikkan, kemurnian pelarut,dan jenis pelarut yang dipakai. 5. Ideal untuk molekul besar dan ion. Mudah memperoleh kembali cuplikan ; karena detector tidak merusak cuplikan. Pelarut dapat dihilangkan dengan penguapan . (Johnson, 1991)

Pada dasarnya alat KCKT terdiri dari : 1. Sistem Pompa Pompa harus tahan terhadap semua jenis pelarut, dapat mencapai tekanan sampai 6000 psi , harus bebas denyut, dan dapat menghantarkan aliran terukur 0,01 1,0 atau 0,1 - 20 ml/ menit. Selain itu, pompa harus mempunyai batas volume minimum sehingga memungkinkan pergantian pelarut dengan cepat dan elusi landaian secara efisien. Laju aliran biasanya dikendalikan dengan tombol pada pompa normal atau dengan mikroprosesor pada pompa niaga yang lebih canggih. (Gritter,1991) 2. Tandon pelarut Bahan tandon harus lembab terhadap fase gerak berair dan tidak berair. Sehingga baja anti karat dan gelas menjadi pilihan. Baja anti karat jangan dipakai pada pelarut yang mengandung ion halida dan jika tandon harus bertekanan, hindari penggunaan gelas. Daya tampung tandon harus lebih dari 500 ml digunakan selama 4 jam untuk kecepatan alir 1 2 ml / menit. ( Munson, 1991) 3. Pipa Pipa merupakan penyambung dari seluruh bagian sistem. Garis tengah dalam pipa sebelum penyuntik tidak berpengaruh, hanya saja harus lembab, tahan tekanan dan mampu dilewati pelarut dengan volume yang memadai. ( Munson, 1991 )

4. Penyuntik / Sistem penyuntik Cuplikan Teknik penyuntikan harus dilakukan dengan cepat untuk mencapai ketelitian maksimum pada analisis kuantitatif, yang terpenting adalah sistem harus dapat mengatasi tekanan balik yang tinggi tanpa kehilangan terokan ( fase gerak ). Pada saat pengisian terokan, terokan dialirkan melewati keluk dan kelebihannya dikeluarkan ke pembuang. Pada saat penyuntikan, katup diputar sehingga fase gerak mengalir melewati keluk kolom. ( Munson, 1991 ) 5. Kolom Kolom merupakan jantung kromatograf, kebersihan atau kegagalan analisis tergantung pada pilihan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Dianjurkan untuk mamasang penyaring 2 m dijalur antar penyuntik dan kolom, untuk menahan partikel yang dibawa fase gerak atau terokan, hal ini dapat memperpanjang umur kolom. ( Munson, 1991 ) Kolom dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu : a. Kolom analitik : garis tengah dalam 2-6mm. untuk kemasan makropartikel panjang kolom 50 100 cm, untuk kemasan mikropartikel biasanya panjang kolomnya 10-30 cm. b. Kolom preparatif : garis tengah 6 mm atau lebih panjang 25-100 cm. (Johnson,1991).

Pemilihan kolom yang dipakai untuk cuplikan yang sifatnya tidak dikenal berdasarkan pada sifat kimia umum linarut, sifat kelarutan dan ukurannya. Kolom dapat dikemas sendiri atau membeli kolom yang sudah dikemas. KCKT biasanya adalah UV 254 nm. Bila tanggapan detektor lebih lambat dari elusi sampel timbullah pelebaran pita yang memperburuk pemisahan. Pemilihan detektor KCKT tergantung pada sifat sampel, fase gerak dan kepekaan yang tinggi dicapai. ( Gritter, 1991 ) 6. Detektor Detektor harus memberikan cuplikan , tanggapan yang dapat diramalkan , peka, hasil yang efisien dan tidak terpengarung oleh perubahan suhu atau komposisi fase gerak. Detektor yang dipakai pada KCKT biasanya adalah UV 254 nm. Bila tanggapan detektor lebih lambat dari elusi sampel timbullah pelebaran pita yang memperburuk pemisahan. pemilihan detektor KCKT tergantung pada sifat sampel, fase gerak dan kepekaan yang tinggi dicapai. ( Munson, 1991 ) 6. Penguat Sinyal Pada umumnya sinyal yang berasal dari detektor diperkuat terlebih dahulu sebelum disampaikan pada alat perekam otomatik yang sesuai, biasanya berupa suatu perekam potensiometrik. Dapat pula sinyal dikirimkan kepada suatu integrator digital elektronik untuk mengukur luas puncak kromatogram secara otomatik. ( Munson, 1991 )

7.

Perekam Perekam merupakan salah satu dari bagian peralatan yang berfungsi merekam

atau menunjukkan hasil pemeriksaan suatu senyawa berupa peak (puncak).Dari daftar tersebut, secara kualitatif kita dapat mengetahui senyawa apa yang diperiksa (Munson,1991). Dalam pemisahan suatu senyawa secara KCKT biasanya digunakan suatu pelarut landaian yaitu pelarut yang dapat diubah-ubah kepolarannya sesuai dengan kebutuhan. Ada beberapa keuntungan jika digunakan pelarut landaian, diantaranya : a. Waktu analisis keseluruhan dapat berkurang b. Daya pisah keseluruhan persatuan waktu campuran ditingkatkan c. Bentuk puncak diperbaiki (pembentukan ekor lebih kecil) d. Kepekaan efek ditingkatkan karena bentuk puncak kurang beragam. Pada kromatografi cair, susunan pelarut atau fase gerak merupakan salah satu perubahan yang mempengaruhi pemisahan. Berbagai macam pelarut dapat digunakan dalam metode KCKT tetapi harus memenuhi beberapa kriteria berikut ini : 1. Murni tanpa cemaran 2. Tidak bereaksi dengan kemasan 3. Sesuai dengan detektor 4. Dapat melarutkan cuplikan 5. Mempunyai viskositas rendah

6. Mudah memperoleh kembali cuplikan 7. Harganya wajar. (johnson,1991).

Prinsip dari metode KCKT adalah : Bila sampel telah dimasukkan dengan suatu penyuntik KCKT, maka akan dibawa melalui kolom bersama suatu fase gerak akibat adanya tekanan dari pompa. Data yang dihasilkan ditunjukkan berupa puncak oleh suatu perekam.

2.4.3 Pembuatan Krim Hidrokortison 2.4.3.1 Proses pembuatan krim dalam industri Pencampuran dan pengadukan merupakan hal yang kritik dalam pembuatan emulsi. pengadukan dengan kecepatan yang tinggi dapat memasukkan udara ke dalam hasil, dan pengadukan yang lambat tidak membuat emulsi yang baik. Masalah itu terjadi pada pembuatan dalam skala besar. pemasukan udara dapat terjadi pada waktu pencampuran, homogenisasi atau penggilingan. Pemasukan udara dapat dicegah tahap pertama mengemulsi bila fase satu dimasukkan ke dalam fase lain dengan mencegah terjadinya penceburan dan pengaliran. Sistem tertutup mencegah pemasukan udara pada waktu homogenisasi atau penggilingan, dan bila krim dipindahkan ke tangki penyimpanan, bejana atau hopper dari mesin pengisi. Proses yang dapat dilakukan antara lain :

a. Metode peleburan Krim dibuat secara peleburan, obat dilarutkan dalam lemak atau malam yang sedang melebur, atau dalam suatu komponen bahan pembawa, lalu dicampur dengan basis. Masa yang meleleh dicampur sambil didinginkan sebab alkohol lemak, asam lemak dan malam tidak membentuk larutan benar dengan vaselin dan minyak mineral, tetapi mengkristal habis pelelehan bila temperatur turun.

b Pembuatan emulsi Waktu, temperatur dan kerja mekanik merupakan tiga variabel dalam pembuatan emulsi dalam sediaan setengah padat ketiga faktor tersebut saling berhubungan dan perlu dikontrol sungguh sungguh bila batch dalam jumlah besar dan kualitas yang tinggi dan akan dibuat ulangan. Ketel tempat pembuatan harus bersih, sebab sisa batch sebelumnya dan kontaminan asing dapat memberi efek yang berlawanan mengenai stabilitas dan kualitas emulsi. Pembuatan fase air dan minyak, Komponen minyak atau campuran lemak dimasukkan ke dalam ketel terbungkus uap dan terbuat dari baja tak berkarat. Asam stearat, setil alkohol dipilih yang terbentuk flake karena mudah dikerj akan. Vaselin dituangkan dengan cara dilebur dulu, dituang dari drum tempatnya atau dipompa. Memindahkan sejumlah besar vaselin dilakukan dengan pemanasan dalam drum baja atau masukkan drum yang berisi vaselin dalam kamar panas ( 600 620 C). Vaselin yang cair disaring dengan kain saringan untuk menghilangkan kotoran atau zat asing.

c Homogenisasi Alat yang digunakan ialah roller mill, colloid mill, homogenizer tipe katup. Dispersi yang seragam dari obat yang tak larut dalam basis maupun pengecilan ukuran agregat lemak dilakukan dengan melalui homogenizer atau mill pada temperatur ( 300 400 ). krim harus tahan terhadap gaya gesek yang timbul terhadap produk, maupun akibat aksi mekanis dari alat pengisi. ( Anief, 1997 )

2.5 Evaluasi Mutu 2.5.1 Pemerian Pemeriksaan dilakukan terhadap bentuk, warna, bau, dan suhu lebur. Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV pemerian untuk hidrokortison, yaitu serbuk hablur putih sampai praktis putih, tidak berbau, dan melebur pada suhu 213oC disertai peruraian.

2.5.2 Homogenitas Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat proses pembuatan krim bahan aktif obat dengan bahan dasarnya dan bahan tambahan lain yang diperlukan tercampur secara homogen. Persyaratannya harus homogen sehingga krim yang dihasilkan mudah digunakan dan terdistribusi merata saat penggunaan pada kulit. Alat yang digunakan untuk pengujian homogenitas ialah roller mill, colloid mill. Homogenizer tipe katup. Dispersi yang seragam dari obat yang tidak larut dalam basis maupun pengecilan ukuran agregat lemak dilakukan dengan melalui homogenizer atau mill pada temperatur 30-40oC. Krim harus tahan terhadap gaya gesek yang timbul akibat

pemindahan produk, maupun akibat aksi mekanis dari alat pengisi. (Anief, 1995).

2.5.3 Stabilitas Tujuan pemeriksaan kestabilan obat adalah untuk menjamin bahwa setiap batch obat yang didistribusikan tetap memenuhi persyaratan yang ditetapkan meskipun sudah cukup lama dalam penyimpanan. Pemeriksaan kestabilan digunakan sebagai dasar penentuan batas kadaluarsa, cara-cara penyimpanan yang perlu dicantumkan dalam label. (Lachman, 1994).

Ketidakstabilan formulasi dapat dideteksi dengan pengamatan pada perubahan penampilan fisik, warna, bau, rasa, dan tekstur dari formulasi tersebut, sedangkan perubahan kimia yang terjadi hanya dapat dipastikan melalui analisis kimia. (Ansel,1989).

2.5.4 pH Harga pH adalah harga yang ditunjukkan oleh pH meter yang telah dibakukan dan mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH menggunakan elektroda indikator yang peka terhadap aktivitas ion hidrogen, elektroda kaca, dan elektroda pembanding yang sesuai seperti elektroda kalomel dan elektroda perak-perak klorida. Pengukuran dilakukan pada suhu 250C, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi. ( Dirjen POM, 1995 )

2.5.5 Penetapan Kadar Zat Aktif Penetapan kadar dapat dilakukan dengan cara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Krim hidrokortison mengandung hidrokortison Asetat tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket. ( Dirjen, POM, 1995 )

2.5.6 Keseragaman Sediaan Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan dua metode, yaitu keragaman bobot atau keragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan untuk sediaan yang mengandung satu zat aktif dan sediaan yang mengandung dua atau lebih zat aktif.

Persyaratan keragaman bobot diterapkan pada produk yang mengandung zat aktif 50mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih, dari bobot satuan sediaan. Keseragaman dari zat aktif lain, jika dalam jumlah kecil ditetapkan dengan persyaratan keseragaman kandungan. Krim hidrokortison mengandung 2,5% zat aktif. Karena zat aktifnya kurang dari 50% maka keseragaman sediaan ditentukan dengan keseragaman kandungan. (Dirjen POM,1995).

Dasar Salep Hidrokarbon

Dasar salep hidrokarbon ini dikenal sebagai dasar salep berlemak, bebas air, dimana preparat berair mungkin dapat dicampurkan hanya dalam jumlah sedikit saja. Bila lebih, akan susah bercampur. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut/penutup. Dasar salep ini digunakan sebagai emolien dan sifatnya sukar dicuci, tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama. Contoh : vaselin kuning dan putih, salep kuning dan putih, paraffin dan minyak mineral. Vaselin kuning boleh digunakan untuk mata, sedangkan yang putih tidak boleh karena masih mengandung H2SO4.

Vaselin Kuning/Flavum Vaselin kuning adalah campuran yang dimurnikan dari hidrokarbon setengah padat yang diperoleh dari minyak bumi. Dapat mengandung zat penstabil yang sesuai. Pemerian : massa seperti lemak, kekuningan hingga amber lemah; berfluoresensi sangat lemah walaupun setelah melebur, dalam lapisan tipis transparan, tidak atau hampir tidak berbau dan berasa. Kelarutan : tidak larut dalam air, mudah larut dalam benzena, dalam karbon disulfida, dalam kloroform dan dalam minyak terpentin; larutdalam eter, dalam heksana, dan umumnya dalam minyak lemak dan minyak atsiri; praktis tidak larut dalam etanol dingin dan etanol panas dan dalam etanol mutlak dingin. Vaselin Putih/Album Vaselin putih adalah campuran yang dimurnikan dari hidrokarbon setengah padat yang diperoleh dari minyak bumi dan keseluruhan atau hampir keseluruhan dihilangkan warnanya. Dapat mengandung zat penstabil yang sesuai. Pemerian : putih atau kekuningan pucat, massa berminyak transparan dalam lapisan tipis setelah didinginkan pada suhu 0 derajat C. Kelarutan : tidak larut dalam air; mudah larut dalam benzena, dalam karbon disulfida, dalam kloroform, larut dalam heksana, dan dalam sebagian besar minyak lemak dan minyak atsiri, sukar larut dalam etanol dingin dan etanol panas dan dalam etanol mutlak dingin. Parafin Parafin adalah campuran hidrokarbon padat yang dimurnikan, yang diperoleh dari minyak tanah. Pemerian : hablur tembus cahaya atau agak buram, tidak berwarna atau putih, tidak berbau, tidak berasa, agak berminyak. Kelarutan : tidak larut dalam air dan dalam etanol, mudah larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak menguap, dalam hampir semua jenis minyak lemak hangat, sukar larut dalam etanol mutlak.

Salep Kuning Tiap 1000 g mengandung 50 g lilin dan 950 g vaselin kuning. Lilin kuning adalah lilin yang dimurnikan yang dihasilkan dari sarang tawon (Apis mellifera). Lelehkan lilin kuning dalam steam bath, tambahkan vaselin kuning, hangatkan hingga menjadi cair. Hentikan pemanasan dan aduk campuran sampai mengental. Salep putih Tiap 1000 g mengandung 50 g lilin putih dan 950 g vaselin putih. Lilin putih adalah lilin lebah murni yang diputihkan. Lelehkan lilin putih dalam steam bath, tambahkan vaselin putih, hangatkan hingga menjadi cair. Hentikan pemanasan dan aduk campuran sampai mengental. Minyak mineral Minyak mineral adalah campuran hidrokarbon cair yang diperoleh dari minyak tanah. Berguna untuk menggerus bahan yang tidak larut pada preparat salep dengan dasar berlemak. Dapat mengandung bahan penstabil yang sesuai.

Bentuk sediaan Obat Padat Kapsul. Suatu bentuk sediaan obat yang dibungkus dalam cangkang (shell). Cangkang dibuat dari gelatin, methyl celulosa maupun amylum. Bentuk kapsul bulat telur ataupun silinder bersifat kenyal ataupun keras. Tujuan sediaan kapsul menghilangkan bau obat dan menghilangkan rasa. Kapsul dapat dipecah dalam lambung dan bisa juga dipecah dalam usus. Penyimpanan kapsul harus dalam wadah tertutup rapat dan sebaiknya diberikan zat pengering; ditaruh ditempat yang sejuk.

Jenis-jenis kapsul a. Kapsul Keras (hard gelatin capsul) Kapsul ini konsistensinya padat atau keras. Contoh: kapsul tetrasiklin, kapsul ampisilin, kapsul kloramfenikol, dll. b. Sustained Release Capsule. Obat dalam bentuk ini di lepas secara pelan-pelan dan umumnya dimasukan obat-obat dalam bentuk granul.

c. Enteric Capsul Obat ini di pecah di dalam usus yang bertujuan agar tidak dirusak dilambung atau tidak mengiritasi lambung. Agar kapsulnya keras dimasukkan dalam larutan formal dehide d. Kapsul Lunak (elastic capsul) Kapsul ini dibuat dari gelatin. Contoh: hemaviton dan sangobion.

Bedak (Pulveres) Suatu sediaan obat dalam bentuk bubuk atau bedak. Obat dalam bentuk ini dalam talk venetum sacharum lactis, glukosa maupun amilum. Kerugian : sediaan ini rasanya pahit sehingga harus diberikan coringensia seperti glukosa. Keuntungan : pembuatan mudah, mudah diminum dengan air, cepat diabsorbsi dan harganya murah. Tablet Tablet adalah bentuk sediaan padat, umumnya berbentuk bundar, rata atau cembung rangkap. Keuntungan : stabil, penyimpanan dan pemakaiannya mudah. Dalam pembuatan tablet dapat ditambah bahan-bahan seperti amonium bromida, amonium klorida, kalium bikarbonat atau natrium bikarbonat. Dapat pula ditambahkan laktosa, glukosa, bahan pengembang (tepung, pectin, agar), zat pengikat (gelatin, gula).

Pil Suatu sediaan yang bulat mengandung satu atau lebih bahan obat terdiri dari remedia dan bahan tambahan. Bahan tambahan mempunyai lima komponen antara lain : zat pengisi, zat pengikat, zat pembasah, zat penabur dan zat penyalut. Pillula bentuknya kecil, bulat dan juga dapat berupa oval berisi 100-300mg. Penampangnya kurang dari 5mm. Contoh: CTM. Suppostoria Sediaan padat yang digunakan melalui anus, pada umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak atau melelh pada suhu tubuh. Syarat suppostoria; padat pada suhu kamar, cair pada suhu badan, dapat melepaskan remidium yang terkandung didalamnya dan vehicelnyaharus dapat larut dalam air. Contoh vehiculum; lemak coklat dari biji coklat, poly ethylen glycol.

2.1. Suspensi Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat dalam bentuk halus yang tidak larut tetapi terdispersi dalam cairan. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan-lahan endapan haris segera terdispersi kembali. Suspensi umumnya mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitasnya, sebagai stabilisator dapat dipergunakan bahan-bahan disebut sebagai emulgator (joenoes, 1990). Suspensi juga dapat didefenisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat yang terbagi sevara halus (dikenal sebagai suspensoid) disebarkan secara merata dalam pembawa dimana obat menunjukan kelarutan yang sangat minimum. Beberapa suspensi resmi diperdagangkan tersedi dalam bentuk siap pakai, telah disebarkan dalam cairan pembawa dengan atau tanpa penstabil dan bahan tambahan farmasetik lainnya (Ansel, 1989). Bahan obat yangdiberikan dalam bentuk suspensi yntuk obat minum, mempunyai keuntungan bahwa (oleh karena partikel sangat halus) penyarapan zat berkhasiatnya lebih cepat dari pada bila obat diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet, bioavailabilitasnya pun baik. Suspensi dapat dibagi dalam dua jenis yaitu: suspensiyang siap digunakan atau suspensi yang dikonstitusikan dengan jumlah air untuk injeksi atau pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intevena. Pada bentuk sediaan suspensi harus diperhatikan bahawa obatnya betul diminum denagn sendok yang sesuai, sehingga obat diminum dengan dosis yang tepat (loenoes, 1990).

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum
Nama Obat : Transpulmin Komposisi :

Nama Obat : Thrombphob Gel Komposisi :

Nama Obat : Miconazole Komposisi : Nama Obat : Cinolon Komposisi :

Nama Obat : Laroche-Posay Komposisi :

Nama Obat : Zelface Komposisi :

Nama Obat : Bioplacenton Komposisi : Placenta Extract 10% Neomycin sulphate 0,5% Jelly Base q.s

Nama Obat : Formyco Komposisi :

Nama Obat : Acne Feldin Komposisi : Air, Etanol, Sulfur, Precipitated, Camphor,DMDM Hydantoin, Carbomer, Fragrance, Triethanolamine, Calcium Oxide

Nama Obat : Caladine Komposisi : Calamine 5% Zinc Oxide 10% Diphenhydramine HCL 2%

Nama : pHisoHex Komposisi : Triklosan 2% Zat tambahan : Sodium Ensufon, Lanolin kelesterol, Vaselin Putih

Nama Obat : Miconazole Komposisi :

Nama : Cinolon Komposisi :

Nama Obat : Hydrocortisone 2,5 % Komposisi : Tiap gram krim mengandung : -Hidrokortison asetat 25 mg

Nama Obat : Gentamicin 0,1 % Komposisi : Gentamisina 1 mg

Nama Obat : Hydrocortisone Komposisi :

Nama Obat : PK Komposisi :

Nama Obat : Salicyl Komposisi : Tiap 60 gram bedak mengandung : -Talc, Salicylic Acid 2%

Nama Obat : Pasta Lassari Komposisi :

Nama Obat ICHTHAMMOLUM Komposisi :

Salep

ICHTYOL

Nama Obat : pH IsoHex Komposisi :

Nama Obat : Verile Komposisi : Kandungan aktif :Salicyle Acid 0,5%, Borie acid 1%, Resorcinoil 2%, Aliantoin 0,1%, Triclosan 0,1%, dan Alcohol 25%

Daya sebar Lebar : 2 cm Komposisi : Myco-z

Perubahan Warna Komposisi : Formico 5 gram, asam salisilat

Salep 2-4 Komposisi : Vaselin

B. Pembahasan 1. TRANSPULMIN BALSAM 10 G

Tags : pernafasan, hidung, flu, batuk, inflamasi Brand : Transfarma Medica Indah ProductCode : B Komposisi : Eucalyptus oil 100 mg, menthol 50 mg, camphor 25 mg, sage oil 25 mg, extractive subs from camomile flowers 2 mg Indikasi: Penyakit inflamasi pada saluran pernapasan yang disertai batuk, influenza Oleskan 1-4 cm balsem ke bagian dada, punggung, dan leher beberapa kali sehari, selama beberapa menit. Terapi uap hangat : Tambahkan beberapa cm Dosis: balsam ke dalam 1 L air panas, lalu hirup uap yang keluar selama beberapa menit Kemasan: Balsam 10 g x 1

2. Miconazole

Produk Miconazole (KRIM 2%)

Kategori Generic > DERMATOLOGICAL

Deskripsi Miconazole nitrate, a synthetic derivative of 1-phenethyl-imidazole. Is a broadspectrum antifungal and bacreicidal agent. It combines the antifungal activity against the common dermatophytes, yeast and various other fungi with an antibacterial activity against certain gram-positive bacilli and cocci Miconazole has been proven to be effective in secondary mycoses infection which has relapsed or resistant with other treatment. No resistance exists against Miconazole.

Komposisi Each g cream contains of : Miconazole nitrate 20 mg

Indikasi Skin and nail infections caused by dermatophytes, yeastsnand various other fungi, eg. tinea capitis, tinea corporis, tinea manum, tinea pedis (athlete

Golongan : biru

3. Cinolon cream

Tags: dermatitis, infeksi, kulit Brand : Sanbe Product Code : G Komposisi : Fluocinolone acetonide 0.025%, neomycin sulfate 0.5% Indikasi : Dermatitis terinfeksi Dosis : Oleskan 2-4 kali sehari Perhatian : Hindari penggunaan jangka lama pada bayi dan anak. Hamil Efek Samping : Iritasi, rasa terbakar, gatal, kekeringan kulit Kemasan : Cream 10 g x 1

Zelface

Azelaic acid / Asam azelaik.

Akne vulgaris.

Krim 20% x 10 Gram

Oleskan 2 x sehari Tidak lebih dari 6 bulan..

4. Formyco cream Golongan : obat keras Komposisi : ketoconazole Indikasi : tinea corporis, tinea kruris, tinea vesicolor, tinea manus, tinea pedis, dan kandidiasis kulit.

Bioplacenton GENERIK Neomisin sulfat 0,5 %, Ekstrak plasenta 10 %. INDIKASI Luka bakar, ulkus kronis, luka yang lama sembuh dan terdapat granulasi, ulkus dekubistus, eksim pioderma, impetigo, furunkolosis dan infeksi kulit lainnya. KONTRA INDIKASI Perforasi/perlubangan gendang telinga. PERHATIAN Kerusakan kulit yang luas. Golongan Obat keras 5. Caladine lotion Kandungan Krim: Kalamin 10%, sengoksida 2%, kamfer 0,01%; Losion: Difenhidramin-HCI 2%, kalamin 15%, sengoksida 5%, gliserin 5%. Powder: Kalamin 10%, sengoksida 2%, kamfer 0,05%, mentol 0,01%.

Indikasi Krim: Rasa gatal disebabkan gigitan serangga atau sengatan matahari; melindungi kulit pada ekskoriasi ringan; Losion: Rasa gatal pada kulit akibat biang keringat, udara panas dan gigitan serangga; Powder: Biang keringat, sebagai bedak taburkan setelah mandi. 6. Acne Feldin lotion

Precipitated sulfur,Champor 1%.

Acne vulgaris.

Lotion 6.6 % x 110 m

7. Salep Ichtyol Komposisi Tiap gram mengandung ichtammolum 0,1g Deskripsi: Ichtammolum merupakan garam amonium asam sulfonat yang diperoleh dari batuan bitumen, bercampur dengan amonuim sulfat dan air. Ichtammolum bermanfaat sebagai antiseptika lemah. Indikasi: Obat bisul (furunkel) Dosis: dioleskan di sekitar bisul 2 3 kali sehari. Peringatan dan Perhatian : hanya untuk pemakaian luar tubuh, penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi jaringan

8. HYDROCORTISON 2,5 Deskripsi: Hidrokortison asetat merupakan antiinflamasi, anti alergi dan antipruritus pada penyakit kulit. Komposisi: Tiap gram krim mengandung hidrokortison asetat 28 mg setara dengan hidrokortison 25 mg. Indikasi: Menekan reaksi radang pada kulit yang bukan disebabkan infeksi seperti eksim dan alergi kulit seperti : dermatitis atropik, dermatitis kontak, dermatitis alergik, pruritus anogenital dan neuro dermatitis. 9. PHISOHEX Indikasi: pHisoHex formulated sebagai antiseptik pembantu dalam pengobatan jerawat, bisul dan infeksi ringan pada kulit.

Kontra Indikasi: N/A Komposisi: Triklosan 2% b/b Zat tambahan: sodium ensufon, lanolin kolesterol, vaselin putih.

10. Salicyl bedak

Komposisi: - Acetil salicylicum 2 % - Talcum ad 100 Komposisi: - Gentamycin sulpahate 0,1%

Indikasi: - gatal

11. Gentamicyn salep

Indikasi: - infeksi primer & sekunder

12. PASTA LASSARI

Komposisi: - Acid saliculicum 1 mg - Zinc oxide 12,5 mg - Amylum tritici 12,5 mg

Indikasi: - Kutu air

13. Salep 2-4 - Asam salisilat 2% - Sulfur presipitarum 4% - Vaselin kuning ad 100 - Scabies

Bentuk sedian obat berdasarkan konsistensinnya dibagi menjadi : 1. Padat : - pulveres : serbuk yang terbagi-bagi - Pulvis, - Tablet - Kaplet - Kapsul - Supositoria : oleum cacao - Ovula 2. Cair : - solitio : zat aktifnya satu. Cth : solusio KMnO4 1:5000 maksudnya zat aktifnya 1 gr, pelarutnya 5000ml - Mixtura : zat aktif lebih dari satu - Mixtura agitanda : mixtura cocok, zat aktifnya tidak larut sehingga membentuk endapan. Cth : lotio febri untuk biang keringat -Suspensi : zat aktifnya padat sehingga tidak larut perlu adanya zat ke-3, berupa suspending agent sehingga yang tidak larut menjadi larut sempurna. Cth : lotio kemerfeldi untuk akne - Emulsi : zat aktifnya berupa minyak atau lemak

3. Semi padat Mudah menyebar, Proteksi, hidrasi, dan lubrikasi. - salep/ ointment lengket, vehiculumnya vaselin/lemak dan untuk pemakain luar. Cth : acidemsalisilat 2% mengandung 4% sulfur. - Krim : paling cair karena mengandung 60% air. Terbagi menjadi dua : (1) emulsi air dalam minyak (O/W) cold cream, Kurang lengket, emolien, penetrasi tak sebaik salep, menyebar dengan mudah, protektif, penguapan air lambat dan mendinginkan. (2) emulsi minyak dalam air (W/O) vanishing cream, Mengandung air >31% - 80%, diberikan pengawet, bersifat Humektan (gliserin, propilen glikol, polietilen glikol) untuk mencegah kekeringan, banyak dipilih karena tidak lengket, mudah dicuci, mudah menyebar, tidak mengotori baju. Setelah aplikasi fase air akan menguap meninggalkan sejumlah kecil lapisan air-minyak yang mendeposit obat jenuh. - Pasta : mengandung lebih dari 50% zat padat dengan salep dasar hidrokarbon atau emulsi air dalam minyak. Bedak yang digunakan :zinkoksida, kaolin, kalsium karbonat dan talkum. Cth : pasta lestari - Jeli : lebih encer lagi - Linimentum : obat gosok/minyak/campuran Kelebihan dan kekurangan sediaan obat topikal (vehiculum) Jenis sediaan Kelebihan Kekurangan Indikasi Cairan - Jika - Mebersihkan Mengeringkan pengobatan kulit yang sakit luka basah tidak diatur, dari debris luka akan (pus, kusta) Membersihkan menjadi terlalu dan sisa2 obat permukaan kering topikal luka dari mikroorganis sehingga mulai terjadi reepitelisasi - Mengurangi gejala gatal, rasa terbakar, parestesi oleh bermacam2 dermatosis

kontraindikasi -

Salap - Daya - Tidak dapat - Dermatosis yang - Dermatitis

penetrasinya lebih dalam - Lubrikasi, emolien, proteksi

digunakan pada daerah berambut - Tidak dapat digunakan di seluruh tubuh - Di kulit lengket karena lemak, tapi mudah dipbersihkan misalnya lanolin anhidros dan petrolatum hidrofilik.

kering & kronik - Dermatitis yang penetrasi plg kuat - Dermatitis yang berkusta dan bersisik

madidans (basah)

Bedak Mendinginkan - Efek anti pruritus lemah astrigen (ex : kelamin) - Antiinflamasi ringan - Mengurangi pergeseran kulit (daerah intertriginosa, dan kaki) - Proteksi mekanis, antiseptik (ex : zinkosida) - Lubrikasi dan mengeringkan (ex : magnesium silikat) - Penetrasi& daya lekat sedikit sekali (dapat digunakan stearat untuk meningkatkan daya lekat) - Tidak dianjurkan di luka basah dapat menimbulkan iritasi, mengeras, krusta , granuloma - Dapat terisap hidung oleh pemakain - Dermatosis yang kering & superfisial Mempertahank an vesikel/bula agar tidak pecah, misalnya pada varisela dan herpes zoster - Dermatitis yang basah, terutama yang ada infeksi sekunder

Krim - Bisa digunakan di daerah berambut - Indikasi kosmetik - Penetrasi bisa diatur - Memberi rasa sejuk/enak - Penetrasinya lebih rendah daripada salap - Cepat hilang dari kulit - Indikasi kosmetik - Dermatosis yang subakut dan luas yang dikehendaki ialah penetrasi yang lebih besar daripada bedak

Butuh emulgator dan ditambahkan pengawet

- Mudah dibersihkan dari kulit - Sebagai emolien

kocok - Boleh digunakan di daerah berambut

Bedak kocok (campuran air dan bedak) diambahkan gliserin untuk pelekat 1015%

- Bisa digunakan pada luka basah yang superficial

- Tidak bisa digunakan pada daerah berambut

- Dermatosis yang kering, superfisial, dan agak luas, yang diinginkan ialah sedikit penetrasi - Pada keadaan subakut

- Dermatitis madidans - Daeraha badan yang berambut

Pasta (campuran bedak & vaselin)

Mengeringkan luka dan sebagai protektif - Digunakan pada luka agak basah - Tidak punya daya penetrasi mengurangi rasa gatal lokal - Dapat mengikat cairan sekret lesi yang akut - Lebih

- Tidak bisa di daerah berambut - Tidak bisa digunakan pada daerah genitalia eksterna dan lipatan-lipatan badan - Sulit dibersihkan - Tidak boleh digunakan untuk lesi produktif - kurang

- dermatosis yang agak basah

- dermatosis yang eksudatif dan daerah berambut

melekat pada kulit daya kerja lokal tinggi - Daya pengobatannya tinggi - barier impermiabel, proteksi, atau tabir surya.

menutup, lebih kering (dibandingkan salep.)

Linimen (pasta pendingin) campuran cairan , bedak, salap Gel

Dermatosis yang subakut

Dermatosis madidans

- Asorbsi lebih baik dari cream karena krim langsung mencair jika berkontak dg kulit & membentuk suatu lapisan

Hasil : terjadi perubahan warna dari putih menjadi merah muda Tanda-tanda terjadi interaksi : terjadi endapan, perubahan warna, keluar gas, dan perubahan bentuk (pada padat higroskopis kalo meleleh, berarti H2O nya keluar) Vormiko merupakan campuran ketokonazol dan asam salisilat terjadi perubahan warna setelah 1 malam didiamkan bukti telah terjadi interaksi

Daya sebar Hasil praktikum : - salap myco-Z : radius 2 CM Pembahasan : berdasarkan data daya sebar dari salep terdistribusi secara merata menunjukan bahwa zat aktif dalam salep terlah terdistribusi seara merata, terbukti dari tekstur yang tidak terasa kasar. Daya sebar yang besar dan lengket menunjukan bahwa salep tersebut berada lama dikulit dan semakin lama salep tersebut berada dikulit maka salep tersebut dapat memberikan efek terapi yang diinginkan dengan mkasimal. PEMBAHASAN DISPLAY Bentuk sedian obat berdasarkan konsistensinnya dibagi menjadi : 1. Padat : - pulveres : serbuk yang terbagi-bagi - Pulvis, - Tablet - Kaplet - Kapsul - Supositoria : oleum cacao - Ovula

2. Cair : - solitio : zat aktifnya satu. Cth : solusio KMnO4 1:5000 maksudnya zat aktifnya 1 gr, pelarutnya 5000ml - Mixtura : zat aktif lebih dari satu - Mixtura agitanda : mixtura cocok, zat aktifnya tidak larut sehingga membentuk endapan. Cth : lotio febri untuk biang keringat - Suspensi : zat aktifnya padat sehingga tidak larut perlu adanya zat ke-3, berupa suspending agent sehingga yang tidak larut menjadi larut sempurna. Cth : lotio kemerfeldi untuk akne

- Emulsi : zat aktifnya berupa minyak atau lemak

Semi padat Mudah menyebar, Proteksi, hidrasi, dan lubrikasi. - salep/ ointment lengket, vehiculumnya vaselin/lemak dan untuk pemakain luar. Cth : acidemsalisilat 2% mengandung 4% sulfur. - Krim : paling cair karena mengandung 60% air. Terbagi menjadi dua : (1) emulsi air dalam minyak (O/W) cold cream, Kurang lengket, emolien, penetrasi tak sebaik salep, menyebar dengan mudah, protektif, penguapan air lambat dan mendinginkan. (2) emulsi minyak dalam air (W/O) vanishing cream, Mengandung air >31% 80%, diberikan pengawet, bersifat Humektan (gliserin, propilen glikol, polietilen glikol) untuk mencegah kekeringan, banyak dipilih karena tidak lengket, mudah dicuci, mudah menyebar, tidak mengotori baju. Setelah aplikasi fase air akan menguap meninggalkan sejumlah kecil lapisan air-minyak yang mendeposit obat jenuh. - Pasta : mengandung lebih dari 50% zat padat dengan salep dasar hidrokarbon atau emulsi air dalam minyak. Bedak yang digunakan :zinkoksida, kaolin, kalsium karbonat dan talkum. Cth : pasta lestari - Jeli : lebih encer lagi - Linimentum : obat gosok/minyak/campuran

B. Bahan Aktif 1. Asam salsilat (AS) zat keratolitik mengurangi proliferasi epitel dan normalisasi keratinisasi yang terganggu Khasiat : - Kompres: AS 1 bersifat antiseptik - Keratoplasti: AS 2% - Keratolitik: AS 3-20% - Destruktif: AS 30-60% - Memperbaiki penetrasi obat:AS3-5%

2. Sulfur
Khasiat: antisebore, antiakne, antiskabies, antibakteri Gram (+), antijamur Bentuk yang sering: sulfur presipitatum Konsentrasi: 4-20% 3. Ter Merupakan hasil destilasi kering dari: Batubara (likuor karbonis detergen/LKD), Kayu (oleum kadini, oleum rusi), Fosil (iktiol)

Efeksamping: iritasi, folikulitis, akne ter, fototoksik, karsinogenik

4. Asam borat (konsentrasi 3 %)

Tidak dianjurkan untuk dipakai sebagai bedak, kompres atau dalam salap berhubung antiseptiknya sangat sedikit dan dapat bersifat toksik, terutama pada kelainan yang luas dan erosi terlebih-lebih pada bayi.

5. Kortikosteroid
Indikasi: 8 Topikal: dermatitis, psoriasis ringan Intralesi: keloid, parut hipertrofik, alopesia areata, aknekistik, prurigo Kontraindikasi: infeksi, ulkus Lama pakai: lemah: 4-6 minggu, kuat 2 minggu Efek samping Pemakaian potensi kuat, lama, oklusi, berupa: hipo/atrofi kulit, strie, telangiektasia, purpura, derm akneiformis, hipertrikosis,hipopigmentasi, derm perioral, absorbsi perkutan (supresi kelj adrenal)

6. Antibiotik
Indikasi: infeksi bakteri Prinsip: a. Efektif sesuai dengan kuman penyebab b. Tidak dipakai sebagai obat sistemik c. Tidak menimbulkan sensitisasi d. Murah, mudah Jenis2nya : - Basitrasin: (+)(-) Gram - Mupirosin: (+)(-) Gram - Na Fusidat: terutama stafilokokus - Polimiksin: (-) Gram, kecuali proteus, serratia - Neomisin: (+)(-) Gram, dapat sensitisasi

7. Antijamur

Contoh: Nistatin: kandida Siklopiroksolamin: dermatofita, M furfur, kandida Haloprogin: dermatofita, M furfur, kandida Tolnaftat: dermatofita Deriavat imidazol: dermatofita, M furfur, kandida

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Tidak semua obat stabil dalam pencampuran, jadi harus hati-hati saat mencampur obat. Pada sediaan topikal terdiri atas dua zat yaiut, zat pembawa dan zat aktif. Dimana suatu zat pembawa mudah dioleskan, mudah dibersihkan, tidak meng-iritasi dan dapat digunakan secara kosmetik, sedangkan zat aktif dalam pembawa mudah dilepaskan. Pada bentuk sediaan Topikan terdapat berbagai bentuk seperti: cairan, bedak, salep, krim, bedak kocok, pasta, pasta pendingin.. Salep 2-4 biasanya digunakan untuk penyakit kulit scabies (kudis), eksim, pedikulosis, jerawat, tinea(jamur), sedangkan Salep AAV-1 biasanya digunakan untuk tinea nigra, tinea pedis, kadang-kadang tinea kapitis dan Hidrokarsitone topikal (salep atau krim) digunakan sebagai anti radang dan antipruritis.

BAB V DAFTAR PUSTAKA


1. http://pharmacistmuslim.blogspot.com/2010/05/krim-dasar-teori.html 2. http://ritariata.blogspot.com/2011/02/salep.html 3. Yanhendri, Yenny SW. Berbagai Bentuk Sediaan Topikal dalam Dermatologi.

Padang: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas; 2012. 4. Natadisastra D., Agoes R. Parasitologi Kedokteran : Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC. Hal.342. 5. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26573/.../Chapter%20II.pdf 6. https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:tfqQXiihzGoJ:drhmadheedhieya.file s.wordpress.com/2011/10/bentuk-sediaan-obatpadat.pptx+obat+padat&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESjZoJsD858sktIWkIX1I1hJeIDwza87r6LIJyNv3XNBYRtClsMA6YQ5NYuFRhRiDS2lj8KPGLq72A-qXbH2ypuolgQykCwYvf_nSjSmikcaSnRMQiaHF4mVKjZhDn20FMM_P&sig=AHIEtbSEeQh9O_WG1ygI0UPl9dwywbdQtw
7. http://duniafarmasi.com/farmasetika/dasar-salep-

hidrokarbonhttp://duniafarmasi.com/farmasetika/dasar-salep-hidrokarbon
8.

You might also like