You are on page 1of 54

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KELENJAR TIROID

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

Disusun Oleh : Ajeng kusumaningtyas Dita Amanda Sakti Listyo Bekti Miranti Fania Utami Nurul Fatimah Sri Lestrari P07120111001 P07120111008 P07120111021 P07120111014 P07120111027 P07120111033

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN 2013

KATA PENGANTAR Puji dan syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena kami dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Kelenjar Tiroid. Maksud dari penyusunan Asuhan Keperawatan ini sebagai salah satu tugas yang di berikan kepada mahasiswa sebagai tambahan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan khususnya tentang keperawatan.

Dalam penyusunan makalah ini, kami tidak lupa menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1 2 3

Ibu

Maria

Bakri,

SKM,M.Kes,

selaku

Ketua

Jurusan

Keperawatan Bapak Abdul Majid, S.Kep, Ns., M.Kep. selaku Koordinator Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III. Ibu Ns. Harmilah, S.Pd, S.Kep, M.Kep, Sp. MB, selaku Pembimbing Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III. Mudahmudahan laporan yang kami sajikan ini dapat bermanfaat bagi yang membaca. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih. Yogyakarta, Maret 2013

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

Defisiensi yodium merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius, mengingat dampaknya sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia. Indonesia termasuk negara gondok endemik. Walaupun kasus penyakit gondok sudah menurun tetapi di wilayah tertentu masih terdapat kantungkantung endemik seperti daerah Sumatera, Jawa Tengah khususnya di daerah pegunungan. Jadi penyakit ini memang belum tuntas sama sekali di Indonesia, ujar Dr. Pradana Soewondo, SpPD KEMD (Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrin Metabolik Diabetes). Tak kurang dari 300 juta penduduk dunia mengalami gangguan fungsi kelenjar tiroid. Meski belum terdapat data valid mengenai jumlah penderita tiroid di Indonesia, data dari RS Cipto Mangunkusumo menunjukkan bahwa dalam satu bulan kurang lebih terdapat 288 sampai 300 pasien melakukan kunjungan terkait penyakit tiroid. Jumlah tersebut berada dalam rentang usia antara 20 tahun hingga 50 tahun. Gangguan fungsi tiroid pada wanita terjadi 4-10 kali lebih sering dibandingkan pada pria, khususnya pada masa usia subur, sehingga direkomendasikan untuk melakukan skrining pada wanita secara teratur terutama yang berumur lebih dari 35 tahun, bahkan semakin muda umur semakin baik untuk mempersiapkan kehamilan (Glinoer, 2008; Stockgit, 2010) tetapi di Indonesia tidak biasa dilakukan pemeriksaan rutin sebagai deteksi dini gangguan tersebut termasuk pada wanita hamil (Susanto, 2006). Tidak terdeteksinya wanita usia subur yang menderita hipotiroid akan menimbulkan risiko kehamilan yang berkaitan dengan peningkatan congenital hypothyroidism, kretinisme, keterbelakangan mental, gangguan perkembangan psikomotor dan menurunnya kecerdasan pada anak yang akan dilahirkannya karena IQ anak menjadi lebih rendah 4 sampai 7 poin (Glinoer, 2008; Wiersinga, 2010). Gangguan tiroid merupakan gangguan yang berdampak pada seluruh proses fisiologis tubuh, karena kelenjar tiroid berperan untuk memproduksi dan melepaskan hormon ke dalam sirkulasi darah yang mempengaruhi proses metabolisme basal hampir pada seluruh jaringan tubuh yang dapat bermanifestasi secara klinis dan psikologis melalui tanda dan gejala yang dapat diamati. Hipotiroidisme merupakan keadaan 2 Metode pengukuran gangguan tiroid di Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah melalui dinas kesehatan dan puskesmas masih terbatas pada

pengukuran pembesaran kelenjar tiroid (goiter) melalui kegiatan palpasi dan belum menggunakan pemeriksaan biokimia seperti pengukuran thyroid stimulating hormone (TSH) dan FT4 karena pembiayaan yang sangat mahal. Seperti telah diketahui bersama bahwa goiter merupakan gejala klinis yang bermanifestasi setelah kekurangan atau kelebihan yodium terjadi dalam jangka waktu yang sangat lama, sehingga goiter hanya merupakan fenomena gunung es (Djokomoeljanto, 2008; Min, 2009; Medani et al., 2011). Di Kabupaten Sleman, program palpasi goiter terakhir kali dilakukan pada tahun 2003, dengan prevalensi TGR sebesar 18,1%. Prevalensi ini melebihi batasan yang dinyatakan WHO untuk daerah endemis GAKY sebesar 5%. Sampai saat ini tidak tersedia data hasil pemantauan angka TGR yang terbaru.akan daerah endemis GAKY tingkat berat (Dinkes Sleman, 2003). Selain itu Mutalazimah dan Asyanti (2010), menemukan prevalensi hipotiroid sebesar 70%, normal 20% dan hipertiroid 10 %, pada 3 Anak sekolah dasar di Kecamatan Cangkringan, serta menemukan pula hubungan signifikan antara berbagai sindrom klinis dan psikologis dengan defisiensi yodium. Mahfoud dalam upaya et al. (2011) menyatakan hasil penelitiannya dengan hal bahwa tersebut, pengembangan dan validasi kuesioner untuk skrining, merupakan langkah awal diagnosis selanjutnya. Berkaitan pengembangan instrumen harus didasarkan pada professional judgment group yang bertujuan meningkatkan kualitas validitas isi, meskipun disisi yang lain memerlukan waktu dan proses lebih lama. Dengan dikembangkannya instrumen defisiensi yodium, maka pemantauan terhadap prevalensi gangguan kelenjar tiroid dapat dilakukan secara rutin melalui puskesmas dan dapat segera direncanakan program-program intervensi untuk menanggulangi serta mencegah berlanjutnya gangguan kelenjar tiroid pada kondisi secondary disorder atau progression to overt disease.

BAB II PEMBAHASAN

A 1

LAPORAN PENDAHULUAN Definisi Kelenjar Thyroid Kelenjar thyroid berperan dalam mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon thyroid merangsang konsumsi O2 pada sebagian besar sel tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan normal. Kelenjar thyroid tidak esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya menyebabkan keterlambatan perkembangan fisik dan mental, berkurangnya daya tahan terhadap dingin, serta pada anak-anak timbul retardasi mental dan kecebolan (dwarfisme).

2 a

Anatomi Fisiologi Kelenjar Thyroid Anatomi Kelenjar Thyroid Thyroid adalah suatu kelenjar endokrin yang sangat vaskular, berwarna merah kecoklatan dengan konsistensi yang lunak. Kelenjar thyroid terdiri dari dua buah lobus yang simetris. Berbentuk konus dengan ujung cranial yang kecil dan ujung caudal yang besar. Antara kedua lobus dihubungkan oleh isthmus, dan dari tepi superiornya terdapat lobus piramidalis yang bertumbuh ke cranial, dapat mencapai os hyoideum. Pada umumnya lobus piramidalis berada di sebelah kiri linea mediana. Setiap lobus kelenjar thyroid mempunyai ukuran kira-kira 5 cm, dibungkus oleh fascia propria yang disebut true capsule, dan di sebelah superficialnya terdapat fascia pretrachealis yang membentuk false capsule. Kelenjar thyroid berada di bagian anterior leher, di sebelah ventral bagian caudal larynx dan bagian cranial trachea, terletak berhadapan dengan vertebra C 5-7 dan vertebra Th 1. Kedua lobus bersama-sama dengan isthmus memberi bentuk huruf U. Ditutupi oleh m. sternohyoideus dan m.sternothyroideus. Ujung cranial lobus mencapai linea obliqua cartilaginis thyreoideae, ujung inferior meluas sampai cincin trachea 5-6. Isthmus difiksasi pada cincin trachea 2,3 dan 4. Kelenjar thyroid juga difiksasi pada trachea dan pada tepi cranial cartilago cricoidea oleh penebalan fascia

pretrachealis yang dinamakan ligament of Berry. Fiksasi-fiksasi tersebut menyebabkan kelenjar thyroid ikut bergerak pada saat proses menelan berlangsung.

b 1

Fisiologi Klenjar Thyroid Ada tiga jenis hormon yang dihasilkan oleh tiroid Tiroksin (T4) Hormon Tiroksin (T4 = levothyroxine) adalah hormon utama yang dihasilkan oleh kelenjar gondok (kelenjar Tiroid) yang mempengaruhi metabolisme sel tubuh dan pengaturan suhu tubuh, mengatur metabolisme karbohidrat, mengatur penggunaan oksigen dan karbondioksida serta mempengaruhi perkembangan tubuh dan mental.Kepekatannya minimal 25 kali daripada triiodotironin (T3). Kadar tiroksn serum umumnya digunakan untuk mengukur konsentrasi hormon tiroid dan fungsi kelenjar tiroid. Pada Dewasa nilai normalnya untuk T4 bebas: 1,0-2,3 ng/dl. Sedangkan pada anak bayi baru lahir: 11-23 mikrogram/dl; Usia 1-6 tahun: 5,5-13,5 mikrogram/dl; Usia 6-10 tahun: 5-12,5 mikrogram/dl Pada ibu hamil, hormon tiroksin yang terlalu sedikit memang telah diketahui dapat menimbulkan masalah dalam kehamilan, dan memperbesar risiko keguguran, kelahiran prematur,

hipertensi. Tingkat tiroksin yang rendah saat usia kandungan 36 pekan,berkaitan erat dengan posisi kepala bayi yang tidak normal. Bayi cenderung menghadap ke punggung bukan ke perut ibu. Hal itu membuat proses kelahiran berlangsung lama, sulit, dan biasanya berakhir dengan bantuan peralatan atau operasi.

Triidothyronine (T3) Triidothyronine (T3) adalah hormon tiroid yang ada dalam darah dengan kadar yang sedikit yang mempunyai kerja yang singkat dan bersifat lebih kuat daripada tiroksin (T4). T3 disekresikan atas pengaruh thyroid stimulating hormone (TSH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise dan thyroidreleasing hormone (TRH) yang dihasilkan oleh hipotalamus. T3 didalam aliran darah terikat dengan thyroxine binding globulin(TBG)

sebanyak 38 80%, prealbumin 9 27% dan albumin 11 35%. Sisanya sebanyak 0.2 0.8% ada dalam bentuk bebas yang disebut free T3. Free T3 meningkat lebih tinggi daripada free T4 pada penyakit graves dan adenoma toxic. Free T3 dipakai untuk monitoring pasien yang menggunakan obat anti-tiroid, karena pada pengobatan tersebut, produksi T3 berkurang dan T4 dikonversi menjadi T3. Selain itu, kadar free T3 diprediksi untuk menentukan beratnya kelainan tiroid.

Kalsitonin Kalsitonin adalah hormon yang diproduksi oleh sel parafolikular dari kelenjar tiroid. Kalsitonin dapat mengurangi kadar kalsium dalam aliran darah dengan menghambat aksi perombakan sel tulang oleh osteoklas, sel-sel yang menghancurkan matrix ekstraseluler. Sekresi hormone kalsitonin mengontrol umpan balik negative. Ketika kalsium dalam darah tinggi, kalsitonin menurunkan kalsium dan fosfat dalam darah dengan menghambat resorbsi tulang (pemecahan/penghancuran matrix extraseluler tulang) oleh osteoklas dan meningkatkan uptake kalsium dan fosfat ke dalam matrix ekstraseluler tulang.

Vaskularisasi Kelenjar thyroid memperoleh darah dari arteri thyroidea superior, arteri thyroidea inferior dan kadang-kadang arteri thyroidea ima (kira-kira 3 %). Pembuluh darah tersebut terletak antara kapsula fibrosa dan fascia pretrachealis.8 Arteri thyroidea superior merupakan cabang pertama arteri caroticus eksterna, melintas turun ke kutub atas masing-masing lobus kelenjar thyroid, menembus fascia pretrachealis dan membentuk ramus glandularis anterior dan ramus glandularis posterior. Arteri thyroidea inferior merupakan cabang truncus thyrocervicalis, melintas ke superomedial di belakang caroted sheath dan mencapai aspek posterior kelenjar thyroid. Truncus thyrocervicalis merupakan salah satu percabangan dari arteri subclavia. Arteri thyroidea inferior terpecah menjadi cabang-cabang yang menembus fascia pretrachealis dan memasok darah ke kutub

bawah kelenjar thyroid. Arteri thyroidea ima biasanya dipercabangkan oleh truncus brachiocephalicus atau langsung dipercabangkan dari arcus aortae. Tiga pasang vena thyroidea menyalurkan darah dari pleksus vena pada permukaan anterior kelenjar thyroid dan trachea. Vena thyroidea superior menyalurkan darah dari kutub atas, vena thyroidea media menyalurkan darah dari bagian tengah kedua lobus dan vena thyroidea inferior menyalurkan darah dari kutub bawah. Vena thyroidea superior dan vena thyroidea media bermuara ke dalam vena jugularis interna, dan vena thyroidea inferior bermuara ke dalam vena brachiocephalica.

3 a

Klasifikasi Gangguan Kelenjar Thyroid Hipertiroidisme Hipertiroidisme adalah gangguan yang disebabkan oleh respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan.Bentuk yang umum dari masalah ini adalah penyakit graves,sedangkan bentuk yang lain adalah toksik adenoma , tumor kelenjar hipofisis yang menimbulkan sekresi TSH meningkat,tiroditis subkutan dan berbagai bentuk kenker tiroid.

Hipothyroid Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema.

Struma atau Hipertrofi Kelenjar Thyroid Struma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh penambahan jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar - debar, keringat, gemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan menurun, mata membesar, penyakit ini dinamakan hipertiroid (graves disease).

Etiologi Gangguan Kelenjar Thyroid

Hipertiroidisme Penyebab-penyebabnya antara lain:

1 2 3 4 5 6
708)

Herediter Toksik Adenoma Tumor kelenjar hipofise Tiroiditis sub akut Kanker tiroid Terapi hormon tiroid berlebihan

(Price A, Sylvia, 1995, hal 1074 dan Dongoes E, Marilynn , 2000 hal

b 1

Hipertiroidisme Penyebab hipotiroidisme (Dongoes): Tiroiditis limfositik kronis (tiroiditis hashimoto) Kelenjar tiroid seringkali membesar dan hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah kelenjar yang masih berfungsi

2 3 4 5 6 7

Atrofi kelenjar tiroid yang menyertai proses penuaan. Terapi Hipertiroidime (Iodium radioaktif, tiroidektomi) Obat-obatan ( litium, senyawa iodium, obat-obat antitiroid) Radiasi pada kepala dan leher untuk penanganan kanker kepala dan leher, limfoma. Penyakit infiltratif pada tiroid (amiloidosis, sleroderma) Defisiensi dan kelebihan iodium. Kekurangan yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa). Kekurangan yodium jangka panjang merupakan penyebab tersering dari hipotiroidisme di negara terbelakang.

Struma atau Hipertrofi Klenjar Thyroid

1 a

Struma non toxic Struma non toxic disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : Kekurangan iodium: Pembentukan struma terjadi pada difesiensi sedang yodium yang kurang dari 50 mcg/d.

Sedangkan defisiensi berat iodium adalah kurang dari 25 mcg/d dihubungkan dengan hypothyroidism dan cretinism.

b c d e

Kelebihan yodium: jarang dan pada umumnya terjadi pada preexisting penyakit tiroid autoimun Goitrogen : Obat : Propylthiouracil, litium, phenylbutazone, aminoglutethimide, expectorants yang mengandung yodium. Dishormonogenesis: Kerusakan dalam jalur biosynthetic hormon kelejar tiroid Riwayat radiasi kepala dan leher : Riwayat radiasi selama masa kanak-kanak mengakibatkan nodul benigna dan maligna (Lee, 2004)

2 a b c d

Struma Toxic Nodusa (Davis, 2005) Defisiensi iodium yang mengakibatkan penurunan level T4 Aktivasi reseptor TSH Mutasi somatik reseptor TSH dan Protein G Mediator-mediator pertumbuhan termasuk : Endothelin-1 (ET-1), insulin like growth factor-1, epidermal growth factor, dan fibroblast growth factor.

5 a

Tanda dan Gejala Gangguan Kelenjar Thyroid Hipertiroidisme Menurut Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 1319 dan Price A, Sylvia, 1995, hal 1076), tandanya:

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Apatis Mudah lelah Kelemahan otot Mual Muntah Gemetaran Kulit lembab Berat badan turun Takikardi Mata melotot (Ophthalmophaty), kedipan mata berkurang

b 1 2 3 4 5 6 7 c

Hipotiroidisme Kecemasan,ansietas,insomnia,dan tremor halus Penurunan berat badan walaupun nafsu makan baik Intoleransi panas dan banyak keringat Papitasi,takikardi,aritmia jantung,dan gagal jantung,yang dapat terjadi akibat efek tiroksin pada sel-sel miokardium Amenorea dan infertilitas Kelemahan otot,terutama pada lingkar anggota gerak ( miopati proksimal) Osteoporosis disertai nyeri tulang

Struma

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Berat badan menurun Dispnea Berkeringat Diare Kelelahan otot Tremor (jari tangan dan kaki) Oligomenore/amenore Telapak tangan panas dan lembab Takikardia, denyut nadi kadang tidak teratur karena fibrilasi atrium, pulses seler Gugup, mudah terangsang, gelisah, emosi tidak stabil, insomnia. Gondok (mungkin disertai bunyi denyut dan getaran).

6 a

Patofisiologi Gangguan Kelenjar Thyroid Hipertiroidisme

Autoimun Sel T menghancurkan sel epitel tiroid Aktivitas kelenjar tiroid berkurang Penurunan produksi T3 dan T4 Kegagalan pengendalian umpan balik negative TSH Kenaikan TSH Hipotiroid

Hipotiroidisme

Autoimun TSI (Imunoglobulin) merangsang elenjar tiroid secara abnormal Aktivitas kelenjar tiroid berlebih Produksi hormon tiroksin berlebih

TSI menyerupai kerja TSH pada kelenjar tiroid Kelenjar tiroid aktif berlebih Produksi hormon tiroid berlebih Hipertiroidisme

Struma

LINGKUNGAN Daerah pegunungan Tanah dan air kurang Mengandung iodium Fungsi kelenjar tiroid

KELAINAN METABOLIK KONGENITAL penghambat oleh zat kimia penghambat oleh obat (substansi dalam kol, lobak) (litium, sulfonylurea) geitrogenik kemampuan kelenjar Tiroid Pelepasan TSH T4 Hipofisis

STRUMA (GONDOK)

Non toksik Kel. Tiroid berdivusi Kel. Tiroid >> Penekanan trakea Serak, parau Penekanan esofagus Sulit menelan

toksik Fungsi hormon tiroid Ekstra tiroidal Lemah Goiter Tiroidal Hipertiroid Sekresi Hormon tiroid >

hiperplasi

Gangguan respirasi Gangguan menelan

Iodium Diserap usus halus dan masuk kedalam sirkulasi darah Ditangkap paling banyak oleh kelenjar tiroid Iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif Distimulasi oleh TSH Membentuk T4 dan T3 Pengaruh obat dan lingkungan Menghambat sintesis T4 TSH eningkat Oleh kelenjar hipofise Perbesaran kelenar tiroid Struma (gondok)

Manifestasi Klinis Gangguan Kelenjar Thyroid

Hipertiroiisme Perjalanan penyakit hipertiroid biaanya perlahan-lahan dalam beberapa bulan sampai beberapa tahun. Manifestasi klinis yang paling sering adalah :

Penurunan berat badan Salah satu efek dari hormon tiroid adalah berpengaruh terhadap laju metabolisme. Ini mengakibatkan peningkatan konsumsi bahan bakar daripada penyimpanan bahan bakar. Terjadi penurunan simpanan lemak dan penciutan otot akibat penguraian protein karena tubuh membakar bahan bakar dengan kecepatan yang abnormal sehingga walaupun pasien banyak makan, tapi badan akan tetap kurus. Pasien jugaakan banyak berkeringat walaupun tidak terpapar sinar matahari karena peningkatan metabolisme. Kemungkinan diare karena terjadi peningkatan motilitas usus.

Exoptalmus Kondisi dimana bola mata menonjol keluar. Tanpa ada alasan yang terlalu jelas, dibelakang mata tertimbun karbohidrat kompleks yang menahan air. Retensi cairan di belakang mata mendorong bola mata kedepan, sehingga mata menonjol keluar dari tulang orbita. Kondisi seperti ini rentan terjadi ulkus kornea yang dapat mengakibatkan kebutaan.

Tremor Frekuensi tremor antara 10-50x/menit hal ini karena efek hormone tiroid pada system simpatis.

Takikardi Kisaran nadi antara 90 dan 100 kali permenit, tekanan darah sistolik (bukan diastolic) meningkat. Salah satu fungsi dari hormon tiroid yang diproduksi oleh kelenjar tiroid yaitu adalah untuk mengatur kerja pada sistem kardiovaskuler. Hormon tiroid ini berfungsi untuk meningkatkan kecepatan denyut dan kekuatan kontraksi jantung, sehingga curah jantung meningkat. Mungkin terjadi fibrilasi atrium dan dekompensasi jantung dalam bentuk gagal jantung kongestif, terutama pada pasien lansia.

Pembesaran tiroid.

Pada hipertiroid kelenjar tiroid di paksa mengsekresikan hingga diluar batas sehingga untuk memenuhi kebutuhan sel-sel kelenjar tiroid membesar dan menekan area trakea dan esofagus sehingga terjadi gangguan respirasi, menelan dan sesak nafas juga bisa disebabkan oleh kelemahan otot-otot pernafasan yang dapat menyebabkan dipsnea dan edema.

6
marah, ketakutan, tidak dapat duduk dengan tenang

Ge lisah (peka rangsang berlebihan dengan emosional), mudah

Toleransi terhadap panas buruk dan banyak berkeringat, kulit kemerahan dan mudah menjadi lunak,hangat dan lembab. Terdapat clubbing finger yang disebut plumer nail.

8
reproduksi dan menstruasi

Gangguan Pasien lansia mungkin mengeluhkan kulit kering gatal-gatal menyebar Hipotiroid

9 b 1

Manifestasi klinis hipotiroidisme tidak tergantung pada etiologinya : Pada bayi ditemukan kretinisme disertai retardasi mental, postur kecil, muka dan tangan sembab. Sedangkan pada anak ditandai dengan retardasi mental dan gangguan tumbuh kembang.

2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kelambanan Anemia Perlambatandaya pikir Gerakan yang canggung dan lambat Penurunan frekuensi denyut jantung Pembesaran jantung (jantung miksedema) dan penurunan curah jantung Pembengkakan dan edema kulit, terutama dibawah mata dan dipergelangan kaki Penurunan kecepatan metabolisme Penurunan kebutuhan kalori

11 12 13 14 15

Penurunan nafsu makan dan penyerapan zat gizi Konstipasi Perubahan dalam fungsi reproduksi Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh Kadang dijumpai depresi atau bahkan sangat agitatif yaitu myxedema madness karena gangguan pada system saraf pusat. Biasa terjadi gelisah, paranoid, atau terlalu senang.

Struma Penderita mungkin mengalami aritmia dan gagal jantung yang resisten terhadap terapi digitalis. Penderita dapat pula memperlihatkan bukti-bukti penurunan berat badan, lemah, dan pengecilan otot. Biasanya ditemukan goiter multi nodular pada pasien-pasien tersebut yang berbeda dengan pembesaran tiroid difus pada pasien penyakit Graves. Penderita goiter nodular toksik mungkin memperlihatkan tanda-tanda mata (melotot, pelebaran fisura palpebra, kedipan mata berkurang) akibat aktivitas simpatis yang berlebihan. Meskipun demikian, tidak ada manifestasi dramatis oftalmopati infiltrat seperti yang terlihat pada penyakit Graves (Price dan Wilson, 1994). Gejala disfagia dan sesak napas mungkin dapat timbul. Beberapa goiter terletak di retrosternal (Sadler et al, 1999) Beberapa gambaran umum :

1 2 3

Klien tidak mempunyai keluhan karena tidak ada hipo atau hipertirodisme. Peningkatan metabolisme karena klien hiperaktif dengan meningkatnya denyut nadi. Peningkatan simpatis seperti ; jantung menjadi berdebardebar, gelisah, berkeringat, tidak tahan cuaca dingin, diare, gemetar, dan kelelahan.

4 5

Pembesaran pada leher yang dapat mengganggu nilai penampilan Rasa tercekik di tenggorokan kadang disertai nyeri karena trachea dan esofagus tertekan jaringan yang membesar.

6 7 8 8 a 1

Suara serak karena terdapat timbunan secret dan obstruksi pita suara Kesulitan menelan karena tertekannya saluran esofagus Fotofobia

Komplikasi Gangguan Kelenjar Thyroid Hipertiroidisme Koma miksedema Menggambarkan stadium hipotiroidisme yang paling ekstrim dan berat, dimana pasien mengalami hipotermi dan tak sadarkan diri. ditandai olehe keaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil,hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma.

Miksedema Keadaan dimana asam hialorunat sangat meningkat dan bersama dengan kondroitin sulfat yang terikat dengan protein membentuk jaringan gel yang berlebihan di ruang interestrial dan jaringan gel ini menyebabkan jmlah total cairan interestrial meningkat. Ditandai dengan adanya pelonggaran di bawah mata dan pembengkakan di wajah.

Penyakit jantung Penyakit jantung koronaria paling sering terjadi karena terjadi peningkatan kadar kolesteroldarah. Selain itu iskhemik dan infark miokard juga mungkin terjadi.

Hipotiroidisme

1 2 a b

Aritmia akibat kontraksi otot jantung tidak teratur dan serangan jantung Krisis tirotoksitosis (Thyroid storm) Badai tiroid bisa menyebabkan : Demam, kegelisahan, perubahan suasana hati, kebingungan Kelemahan dan pengisutan otot yang luar biasa

c d

Perubahan kesadaran (bahkan sampai terjadi koma) Pembesaran hati disertai penyakit kuning yang ringan

Badal tiroid merupakan suatu keadaan darurat yang sangat berbahaya dan memerlukan tindakan segera. Tekanan yang berat pada jantung bisa menyebabkan ketidakteraturan irama jantung yang bisa berakibat fatal. (aritmia) dan syok. Badal tiroid biasanya terjadi karena hipertiroid tidak diobati atau karena pengobatan yang tidak adekuat, dan bisa dipicu oleh :

a b c d e f 3

Infeksi Pembedahan Stress Diabetes yangtidak terkendali Ketakutan Kehamilan atau persalinan

Pada kehamilan meliputi morbiditas dan mortalitas pada ibu, janin dan bayi baru lahir. Pada ibu dapat diinduksi hipertensi pada kehamilan, pre-eklamsia, gagal jantung, dan persalinan preterm. Pada janin dan neonatus dapat terjadi kelahiran mati, goiter, hipertiroiditis dan hipotiroiditis.

Struma

1 2

Gangguan menelan atau bernafas Gangguan jantung baik berupa gangguan irama hingga pnyakit jantung kongestif ( jantung tidak mampu memompa darah keseluruh tubuh)

Osteoporosis, terjadi peningkatan proses penyerapan tulang sehingga tulang menjadi rapuh, keropos dan mudah patah.

Pembengkakan

pada

leher

depan

secara

bertahap

membesar dan membentuk benjolan, biasanya tidak sakit, penekanan pada esophagus dan trakea. Pembengkakan kelenjar tiroid (gondok ), sehingga dileher penderita tampak benjolan besar

9 a 1

Pemeriksaan Diagnostik Gangguan Kelenjar Thyroid Tes tiroid terdiri atas: Tiroksin serum (T4) Tes T4 digunakan untuk menentukan suatu hipotiroidisme atau hipertiroidisme, menentukan maintenance dose tiroid pada hipotiroidisme dan memonitor hasil pengobatan antitiroid pada hipertiroidisme. Batas normal:

a b c d a

Dewasa

: 4,5-11,5 g/dl (58,5-150 nmol/L)

Wanita hamil, pemberian kontrasepsi oral: meningkat Anak-anak : diatas 15,0 mg/dl Usila : menurun sesuai penurunan kadar protein plasma.

Interpretasi: Meningkat : hipertiroidisme, tiroditis akut, kehamilan, penyakit hati kronik, penyakit ginjal, diabetes melitus, neonatus, obatobatan: heroin, methadone, estrogen.

Menurun obatan seperti

hipotiroidisme,

hipoproteinemia,

obat-

androgen,

kortikosteroid,

antikonvulsan,

antitiroid (propiltiouracil)

Tri-iodotironin serum (T3) Tes T3 digunakan untuk mendiagnosis hipertiroidisme dengan kadar T4 normal. Batas normal:

a b c a

Dewasa: 1,15-3,10 nmol/L (70-220 ng/dl) Wanita hamil, pemberian kontrasepsi oral meningkat Anak-anak kadarnya lebih tinggi Meningkat : hipertiroidisme, T3 tirotoksikosis. Tiroiditis

Interpretasi akut, peningkatan TBG, obat-obatan: T3 dengan dosis 25mg/hr atau lebih dan obat T4 300mg/hr atau lebih, dextrothyroxine, kontrasepsi oral.

Menurun

: hipotiroidisme, penurunan TBG,

obat-obatan: heparin, propanolol, steroid.

Tes T3 Ambilan Resin Merupakan pemeriksaan untuk mengukur secara tidak langsung kadar TBG (Thyroid-binding Globulin) tidak jenuh. Tujuannya adalah untuk menentukan jumlah hormon tiroid yang terikat dengan TBG. Pemeriksaan ini mrnghasilkan indeks jumlah hormon tiroid yang sudah ada dalam sirkulasi darah pasien. Nilai normal ambilan T3 adalah 25%-35% (fraksi ambilan relatif: 0,25-0,35) yang menunjukkan bahwa kurang lebih sepertiga dari tempat yang ada pada TBG sudah ditempati oleh hormon tiroid. Jika jumlah tempat yang kosong rendah, seperti pada hipertiroidisme, maka ambilan T3 >35% (>0,35). Bila jumlah tempat yang tersedia itu tinggi, seperti pada hipotiroidisme, maka hasil tesnya <25% (<0,25). Ambilan T3 sangat berguna untuk mengevaluasi kadar hormon tiroid pada pasien yang mendapatkan iodium dalam dosis diagnostik atau terapeutik. Hasil tes dapat berubah karena pemberian estrogen, androgen, salisilat, fenitonin, antikoagulan atau steroid.

Kadar T4 bebas (FT4) FT4 lebih sensitif daripada FT3 dan lebih banyak digunakan untuk konfirmasi hipotiroidisme setelah dilakukan tes TSHs. Batas normal : 10-27 pmol/L Interpretasi

a b 5

Meningkat : pada penyakit graves dan tirotoksikosis yang disebabkan kelebihan produksi T4. Menurun : hipertiroidisme primer, hipotiroidisme sekunder, tirotoksikosis karena kelebihan produksi T3.

Kadar T3 bebas (FT3) Batas normal : 4,4-9,3 pmol/L Interpretasi

a b

Meningkat Menurun hipotiroidisme produksi T3.

: pada penyakit graves dan tirotoksikosis : hipertiroidisme primer,

yang disebabkan kelebihan produksi T3. sekunder, tirotoksikosis karena kelebihan

Tes TSH TSHs (Thyroid Stimulating Hormone sensitive) adalah tes TSH generasi ke tiga yang dapat mendeteksi TSH pada kadar yang sangat rendah tunggal sehingga dalam dapat digunakan status sebagai dan pemeriksaan abnormal. Tes TRH digunakan untuk mengukur respon hipofisis terhadap rangsangan TRH, yaitu dengan menentukan kadar TSH serum sebelum dan sesudah pemberian TRH eksogen. Pada hipertiroidisme klinis dan subklinis tidak tampak peningkatan TSH setelah pemberian TRH. Sebaliknya bila pasien eutiroid atau sumbu hipotalamus-hipofisis masih intak, maka hipofisis akan memberikan respon yang adekuat terhadap rangsangan TRH. Tes TRH yang normal menyingkirkan diagnosis hipertiroidisme. Pengukuran konsentrasi TSH serum sangat penting artinya dalam menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan kelainan tiroid, juga untuk membedakan kelainan yang disebabkan oleh penyakit pada kelenjar tiroid itu sendiri dengan kelainan yang disebabkan oleh penyakit pada hipofisis atau pada hipotalamus. Batas normal : 0,4-5,5 mIU/l Interpretasi menentukan tiroid

dilanjutkan dengan tes FT4 hanya bila dijumpai TSHs yang

Meningkat : hipertiroidisme primer, tiroiditis, terapi antitiroid pada hipertiroidisme, hipertiroidisme sekunder karena hiperaktivitas kelenjar hipofisis, stres emosional yang berkepanjangan.

Menurun dopamin.

: hipertiroidisme primer, hipofungsi kelenjar

hipofisis anterior, obat-obatan : aspirin, kortikosteroid, heparin,

Tes TRH Tes TRH hanya dilakukan pada pasien yang dicurigai hipertiroidisme sedangkan kadar Ft4 dan FT3 masih normal atau untuk mengevaluasi kadar TSH yang rendah atau tidak terdeteksi

dengan atau tanpa hiper/hipotiroidisme yang penyebabnya tidak diketahui.

Ambilan Iodium Radioaktif Tes ambilan iodium radioaktif dilakukan untuk mengukur kecepatan pengambilan iodium oleh kelenjar tiroid.

b 1

Tes untuk menunjukkan penyebab gangguan fungsi tiroid: Tes antibodi antitiroid Antibodi tiroglobulin (anti Tg) Anti Tiroglobulin (Tg) merupakan salah satu protein utama tiroid yang berperan dalam sintesis dan penyimpanan hormon tiroid. Tujuan tes: terutama diperlukan sebagai petanda tumor. Kadar Tg akan meningkat pada karsinoma tiroid berdiferensiasi baik dan akan kembali menjadi normal tiroidektomi total, kecuali bila metastasis. Kadar Tg rendah menunjukkan tidak ada jaringan karsinoma atau metastasis lagi. Kadarnya akan kembali jika terjadi metastasis setalah terapi. Batas normal Interpretasi : 3-42 ng/ml

a b 2

Meningkat : hipertiroidisme, subakut tiroditis, kanker tiroid yang tidak diterapi, penyakit graves, tumor benigna, kista tiroid. Menurun : hipotiroidisme neonatal

Antibodi tiroid peroksidase (anti TPO) antibodi mikrosomal Hasil rujukan : nilai tes negatif Adanya antibodi mikrosomal menunjukkan penyakit tiroid autoimun, juga dapat ditemukan pada kanker tiroid. Pada penderita dengan pengobatan tiroksin, bila ditemukan antibodi tiroid memberi petunjuk kegagalan fungsi tiroid.

Thyroid Stimulating Antibodies (TSAb) Batas normal: hasil tes negatif TSAb ditemukan pada 70-80% penderita graves yang tidak mendapatkan pengobatan, 15% pada penyakit hashimoto, 60% pada penderita graves oftalmik dan pada beberapa penderita kanker tiroid.

Pemeriksaan radiologis dengan foto rontgen

Pemeriksaan

radiologis

dengan

foto

rontgen

dapat

memperjelas adanya deviasi trakea, atau pembesaran struma retrosternal yang pada umumnya secara klinis pun sudah bisa diduga, foto rontgen leher [posisi AP dan Lateral diperlukan untuk evaluasi kondisi jalan nafas sehubungan dengan intubasi anastesinya, bahkan tidak jarang intuk konfirmasi diagnostik tersebut sampai memelukan CT-scan leher.

d a b c d e

USG USG bermanfaat pada pemeriksaan tiroid untuk: Dapat menentukan jumlah nodul Dapat membedakan antara lesi tiroid padat dan kistik, Dapat mengukur volume dari nodul tiroid Dapat mendeteksi adanya jaringan kanker tiroid residif yang tidak menangkap iodium, yang tidak terlihat dengan sidik tiroid. Pada kehamilan di mana pemeriksaan sidik tiroid tidak dapat dilakukan, pemeriksaan USG sangat membantu mengetahui adanya pembesaran tiroid.

f g

Untuk mengetahui lokasi dengan tepat benjolan tiroid yang akan dilakukan biopsi terarah Dapat dipakai sebagai pengamatan lanjut hasil pengobatan.

Pemeriksaan ini dapat membedakan antara padat, cair, dan beberapa bentuk kelainan, tetapi belum dapat membedakan dengan pasti ganas atau jinak. Kelainan-kelainan yang dapat didiagnosis dengan USG :

a b c d e

Kista Adenoma Kemungkinan karsinoma Tiroiditis Pemeriksaan Radio-isotop Pemeriksaan tiroid dengan menggunakan radio-isotop dengan

memanfaatkan metabolisme iodium yang erat hubungannya dengan kinerja tiroid bisa menggambarkan aktifitas kelenjar tiroid maupun bentuk lesinya.

Biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration/FNA)

Mempergunakan jarum suntik no. 22-27. Pada kista dapat juga dihisap cairan secukupnya, sehingga dapat mengecilkan nodul (Noer, 1996). Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Biopsi aspirasi jarum halus tidak nyeri, hampir tidak menyababkan bahaya penyebaran sel-sel ganas. Kerugian pemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu karena lokasi biopsi kurang tepat, teknik biopsi kurang benar, pembuatan preparat yang kurang baik atau positif palsu karena salah interpretasi oleh ahli sitologi.

Termografi Metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada suatu tempat dengan memakai Dynamic Telethermography. Pemeriksaan ini dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Hasilnya disebut panas apabila perbedaan panas dengan sekitarnya > 0,9o C dan dingin apabila <0,9o C. Pada penelitian Alves didapatkan bahwa pada yang ganas semua hasilnya panas. Pemeriksaan ini paling sensitif dan spesifik bila dibanding dengan pemeriksaan lain.

Pemeriksaan potong beku (VC = Vries coupe) pada operasi Tiroidektomi diperlukan untuk meyakinkan bahwa nodul yang dioperasi tersebut suatu keganasan atau bukan. Lesi tiroid atau sisa tiroid yang dilakukan VC dilakukan pemeriksaan patologi anatomis untuk memastika n proses ganas atau jinak serta mengetahui jenis kelainan histopatologis dari nodul tiroid dengan parafin block.

10 a

Penatalaksanaan Gangguan Kelenjar Thyroid Hipertiroidisme Terdapat tiga bentuk terapi yang tersedia untuk mengobati hipertiroidisme dan mengendalikan aktivitas tiroid yang berlebihan:

Farmakoterapi dengan obat-obatan yang mempengaruhi sintesis hormon tiroid serta preparat yang mengndalikan manifestasi hipertiroidisme. Tujuan farmakoterapi adalah untuk menghambat satu atau beberapa stadium sintesis atau pelepasan hormon,

tujuan lain adalah untuk mengurangi jumlah jaringan tiroid yang mengakibatkan penurunan produksi hormon tiroid. Farmakoterapi dapat berupa preparat antitiroid, hormon tiroid, iodium.

Penyinaran atau radiasi yang meliputi penggunaan radioisotop I131 atau I125 untuk menimbulkan efek destruktif pada kelenjar tiroid. Tujuan terapi adalah untuk menghancurkan sel-sel tiroid yang berlebihan tanpa membahayakan jaringan lain.

Intervensi bedah dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid maupun pengngkatan jaringan tiroid. Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroidisme. Indikasi :

a b c d b

Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat antitiroid. Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis besar Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif Adenoma toksik atau struma multinodular toksik

Hipotiroidisme Tujuan primer penatalaksanaan hipotiroidisme adalah memulihkan metabolisme pasien kembali kepada keadaan metabolik normal dengan cara mengganti hormon yang hilang. Levotiroksin merupakan preparat terpilih untuk pengobatan hipotiroidisme dan penyakit goiter non toksik.

c 1

Struma Obat antitiroid Indikasi :

Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap, pada pasien muda dengan struma ringan sampai sedang dan tirotoksikosis.

Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan, atau sesudah pengobatan pada pasien yang mendapat yodium aktif.

c d e 2
Obat

Persiapan tiroidektomi Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia Pasien dengan krisis tiroid

Obat antitiroid yang sering digunakan : Dosis awal (mg/hari) Pemelihara an (mg/hari) 5-20 5-20 5-200

Karbimazol Metimazol

30-60 30-60

Propiltourasil 300-600 3 Pengobatan dengan yodium radioaktif Indikasi :

a b c d 4

Pasien umur 35 tahun atau lebih Hipertiroidisme yang kambuh sesudah penberian dioperasi Gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid Adenoma toksik, goiter multinodular toksik

Operasi Terapi dengan pengobatan antitiroid atau beta bloker dapt mengurangi gejala tetapi biasanya kurang efektif dari pada penderita penyakit Graves. Radioterapi tidak efektif seperti penyakit Graves karena pengambilan yang rendah dan karena penderita ini membutuhkan dosis radiasi yang besar. Untuk nodul yang soliter, nodulektomi atau lobektomi tiroid adalah terapi pilihan karena kanker jarang terjadi. Untuk struma multinodular toksik, lobektomi pada satu sisi dan subtotal lobektomi pada sisi yang lain adalah dianjurkan (Sadler et al, 1999)

B 1

ASUHAN KEPERAWATAN Hipertiroidisme

Pengkajian

1 2 a

Identitas Biodata seperti umur, jenis kelamin dan lain-lain. Riwayat Penyakit Keluhan Utama Keluhan klien seperti berat badan turun meskipun napsu makan meningkat, diare, tidak tahan terhadap panas, berkeringat banyak

b c d 3 a

Riwayat Penyakit Sekarang Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keturunan Penyakit hipertyroidisme dapat merupakan penyakit genetis. Pola Kebiasaan Klien Aspek Fisik Biologis

(1

Pola Nutrisi Kehilangan muntah. BB yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak dan sering, kehausan, mual,

(2 (3

Pola Eliminasi Urine dalam jumlah banyak dan diare. Pola Aktivitas dan Istirahat Insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat.

(4 b

Pola seksual Penurunan libido, hipomensanore, amenore dan impoten

Aspek Sosial-Intelektual-Spiritual Kesulitan berkomunikasi karena bicara cepat dan parau, gangguan status mental dan prilaku gelisah, tremor halus pada tangan Mengalami stress yang berat emosional maupun fisik, emosi labil (euforia sedang sampai delirium), depresi.

4 a

Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum

Kesadaran TTV (hipertensi, tachikardi, hipertermi, takipnea) BB TB IMT : kurang dari kebutuhan biasanya

Pemeriksaan Sistematik

(1

Kepala Fokus pada mata Amati wajah klien khususnya kelainan pada mata seperti:

(a i ii iii

Opthalmopati yang di tandai : Eksoftalmus: bulbus okuli menonjol keluar Tanda Stellwag s: mata jarang berkedip Tanda Von Graefes: jika klien melihat kebawah maka palpebra superior sukar atau sama sekali tidak dapat mengikuti bola mata

iv v vi (b (c

Tanda

mobieve:

sukar

mengadakan

atau

menahan konvergensi Tanda joffroy: tidak dapat mengerutkan dahi jika melihat ke atas Tanda rosenbagh : tremor palpebra jika mata menutup Edema palpebra dikarenakan akumulasi cairan di periorbita dan penumpukan lemak di retro orbita Juga akan di jumpai penurunan visus akibat penekanan saraf optikus dan adanya tanda-tanda radang atau infeksi pada konjunktiva dan atau kornea

(d (2

Fotopobia Leher

dan

pengeluaran

air

mata

yang

berlebihan merupakan tanda yang lazim. Terdapat perbesaran tyroid di sekitar leher.

(3

Dada

disritmia

(vibrilasi

atrium),

irama

gallop,

murmur,

peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat, takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis palpitasi, nyeri dada (angina). frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada krisis tirotoksikosis).

(4

Kulit Tidak tahan terhadap panas, kulit akan kemerahmerahan apabila terkena panas.

(5 (6 b

Abdomen Ekstremitas

Diagnosa Keperawatan

1 2 3 4

Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan beban kerja jantung Perubahan Kerusaka nutrisi integritas kurang jaringan dari mata kebutuhan b.d tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat. perubahan mekanisme perlindungan dari mata Perubahan suhu tubuh hipertemi berhubungan dengan status hipermetabolik sekunder terhadap hiperaktivitas kelenjar tiroid.

Intoleransi

aktivitas

berhubungan

dengan

kelelahan

sekunder akibat laju metabolic.

Perencanaa Keperawatan

1 a

Diagnosa I Tujuan : mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh yang ditandai dengan TTV stabil, denyut nadi perifer normal, pengisian kapiler normal, status mental baik, tidak ada disritmia

Perencanaan Rasional Mendeteksi aritmia secara

Intervensi Pantau nadi apikal dan radial sekurang-

kurangnya setiap 4 jam Catat irama nadi minimal 4 jam dan laporkan ketidakteraturan.

lebih baik. Aritmia dapat mengidentifikasi komplikasi yang menuntut intervensi yanag tepat. Kulit yang dingin dan lembab dapat mengidentifikasikan penurunan curah jantung. Suara nafas tambahan atau dispnea dapat mengidentifikasi terbentuknya cairan di paru. Meningkatkan suplai oksigen ke miokardium. Tanda tersebut dapat mengidentifikasi hipoksia serebral. Tanda tersebut dapat mengidentifikasi hipoksia atau cidera miokardial. Obat antiaritmia dapat mengurangi atau menghentikan aritmia. Aktivitas terlalu banyak dapat meningkatkan kebutuhan oksigen miokardial.

Kaji temperatur kulit setiap 4 jam.

Kaji status pernapasan minimal setiap 4 jam. Laporkan adanya dispnea dan kegelisahan

Berikan oksigen sesuai terapi dokter. Laporkan keluahan pusing atau sinkop.

Anjurkan pasien untuk segera melaporkan nyeri dada segera. kolaborasi pemberian obat antiaritmia.

Bantu pasien untuk menghindari aktivitas yang terlalu banyak.

2 a

Diagnosa II Tujuan : Klien dapat mempertahankan intake nutrisi yang adekuat dan sesuai diet makanan

Perencanaan Rasional mengetahui frekuensi Suhu, nadi

Intervensi Observasi vital sign tiap 8 jam

Observasi bising usus tiap pagi Timbang berat badan tiap pagi. Anjurkan Klien untuk Diet tinggi kalori, tinggi protein. Kolaborasi pembeian Suplemen vitamin B Compleks Kolaborasi dengan ahli gizi bila diperlukan

dan tekanan darah klien mengetahui frekuensi bising usus untuk mengetahui berat badan klien Memenuhi kecukupan nutrisi yang tidak terpenuhi Meningkatkan nafsu makan Klien. Mengetahui diet untuk klien.

3 a

Diagnosa III Tujuan : Dapat mempertahakan kelembaban

membran mukosa mata, terbebas dari ulkus. Mampu mengidentifikasi tindakan untuk memberikan perlindungan pada mata dan pencegahan komplikasi.

Perencanaan

(1

Observasi edema peiorbital, gangguan penutupan kelopakmata. Lapang pandang penglihatan yang sempit, air ata yang berlebihan.

(2

Catat adanya fotofobia, rasa adanya benda diluar mata dan nyeri pada mata.

(3

Evaluasi pandangan (diplopia)

ketajaman yang kabur

mata, atau

laporkan pandangan

adanya ganda

(4

Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap ketika bangun dan tutup dengan penutup mata selam atidur sesuai kebutuhan

(5 (6

Bagian kepala tempat tidur ditinggikan dan batasi pemasukan garam jika ada indikasi Berikan kesempatan pasian untuk mendiskusikan perasaan tentang perubahan ganbaran atau betuk tubuh untuk meningkatkan gambaran tubuh

(7

Instruksikan

agar

pasien

melatih

otot

mata

ekstraokular jika memungkinkan

(8 (a (b (c (d 4 a b

Kolaborasi, berikan obat sesuai indikasi : obat tetes mata metilselulosa ACTH, prednison Obat antitiroid Diuretik

Diagnosa IV Tujuan Perencanaa Rasional Dapat membantu penurunan panas yang dialami pasien karena kondisi tubuh yang lembab memicu pertumbuhan jamur sehingga beresiko menimbulkan komplikasi. untuk membantu menjaga suhu tubuh pasien agar dalam keadaan normal membantu menuunkan suhu tubuh pasien Diagnosa V : Klien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal (36-370C)

Intervensi Berikan kompres air hangat sesuai kebutuhan Anjurkan klien menggunakan baju yang dapat menyerap keringat

Pertahankan lingkungan yang sejuk

Kolaborasi dengan TIM medis dalam pemberian obat antipiretik.

5 a b
Intervensi Observasi

Tujuan Perencanaan pasien

Klien dapat melakukan aktifitas sesuai

kebutuhan secara mandiri

respons

terhadap

Rasional Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang. Mendorong aktivitas sambil kesempatan mendapatkan memberikan untuk istirahat

peningkatan aktivitas Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditelerir

Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika

yang adekuat. Memberi kesempatan

pasien berada dalam keadaan lelah.

pada aktivitas

pasien

untuk dalam

berpartisipasi mandiri. Meningkatkan

perawatan perhatian

Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.

tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien.

2 a 1 2

Hipotyroidisme Pengkajian Identitas Biodata seperti umur, jenis kelamin dan lain-lain Keluhan utama Mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh : Kejang, kesemutan, Keadaan kulit kasar,kering, bersisik, kuku menjadi tipis dan rapuh, nyeri abdomen, nyeri tulang, lemah, konstipasi, poliuria.

Riwayat kesehatan klien dan keluarga Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama. Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita.

4 a

Kebiasaan hidup sehari-hari seperti Pola makan Makan menjadi sedikit tetapi mengalami peningkatan berat badan

b c

Pola eliminasi Poliuri Pola aktivitas dan Istirahat tidur Klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur karena klien mudah merasa lelah.

d 5 a

Pola seksual Libido menurun. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan umum

Kesadaran TTV (hipotensi, hipotermi, bradipnea, bradikardi) BB (meningkat) TB IMT

Pemeriksaan sistematis

(1

Kepala wajah klien terhadap adanya edema sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal. Mata Mengeluh gangguan penglihatan dan mata cepat lelah. Lid lag (memandang ke bawah), glovelag, diplopia (penglihatan ganda), dan penglihatan kabur, Rambut halus dan menipis

(2 (3

Leher Dada Mengeluh nyeri dada atau palpitasi. Tekanan darah sistolik meningkat, tekanan diastolik menurun, bradikardi, disritmia dan murmur, dispnea.

(4 (5

Kulit Hangat, kemerahan dan basah Ekstremitas Otot lemah, tonus otot kurang dan sulit berdiri dari posisi duduk. Ekstremitas teraba hangat, terdapat kemerahan dan berkeringat. Postur tubuh tampak pendek.

b 1 2 3

Diagnosa pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi perubahan suhu tubuh, hipotermi berhubungan dengan penurunan status metabolic sekunder konstipasi berhubungan dengan penurunan fungsi gastrointestinal

Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.

5 c

intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan kognitif

Perencanaan Keperawatan

Diagnosa I

a b
Intervensi Observasi

Tujuan Perencanaan

: :

perbaikan

status

respiratori

dan

pertahankan frekuensi nafas dalam batas normal (16-24).

frekuensi;

kedalaman,

Rasional pola Mengidentifikasi pemeriksaan memantau dasar

hasil untuk perubahan

pernapasan; oksimetri denyut nadi

selanjutnya dan mengevaluasi Pelihara saluran napas pasien dengan efektifitas intervensi Penggunaan saluran dan napas

melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi artifisial jika diperlukan Dorong dan ajarkan pasien untuk napas dalam dan batuk Kolaborasi sedatip). pemberikan obat (hipnotik

dukungan

ventilasi mungkin diperlukan jika terjadi depresi pernapasan Mencegah aktifitas dan meningkatkan pernapasan

yang adekuat dan Pasien hipotiroidisme sangat rentan terhadap gangguan pernapasan akibat gangguan obat golongan hipnotik-sedatif.

Diagnosa II

a b

Tujuan perencanaan

: pemeliharaan suhu tubuh dalam batas : Rasional Mendeteksi penurunan suhu miksedema

normal (36-37,50C)

intervensi Observasi suhu tubuh pasien dan melaporkan pasien

penurunannya dari nilai dasar suhu normal tubuh dan dimulainya koma

Berikan

tambahan

lapisan

pakaian

atau Meminimalkan

kehilangan

tambahan selimut. Berikan klien pengetahuan apa saja yang harus dihindari bantal dan bagaimana selimut cara penggunaan sumber panas dari luar (misalnya, pemanas, listrik atau penghangat). Lindungi Klien terhadap pajanan hawa. dingin dan hembusan angin

panas Mengurangi risiko vasodilatasi

pencegah perifer dan kolaps vaskuler.

Meningkatkan kenyamanan menurunkan pasien lebih

tingkat dan lanjut suhu

Kolaborasi dalam pemberian Cairan Rl atau air hangat

kehilangan panas. untuk menormalkan tubuh.

Diagnosa III

Tujuan : Pemulihan fungsi usus yang normal.

Perencanaan Rasional mengetahui berapa frekuensi deteksi pemulihan yang defekasi

Intervensi Auskultasi bisisng Usus Pantau fungsi usus

bising usus klien Memungkinkan konstipasi kepada pola dan

Berikan makanan yang kaya akan serat

normal. Meningkatkan massa feses dan

frekuensi buang air besar Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi Meningkatkan evakuasi feses dalam batas-batas toleransi latihan. Ajarkan kepada klien, tentang jenis-jenis Untuk makanan yang banyak mengandung air peningkatan asupan

cairan kepada pasien agar .

feses tidak keras Kolaborasi : untuk pemberian obat pecahar Untuk mengencerkan fees dan enema bila diperlukan.

Diagnosa IV

Tujuan : Perbaikan proses berpikir.

Perencanaan Rasional meningkatkan pola pikir dan

Intervensi Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya. Berikan stimulasi lewat percakapan aktifitas yang tidak bersifat mengancam

daya ingat klien tentang sesuatu dan Memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien dan

terhadap stres. Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa Meyakinkan pasien perubahan pada fungsi kognitif dan mental keluarga merupakan akibat dan proses penyakit hasil tentang akhir yang jika

penyebab positif dilakukan

perubahan kognitif dan bahwa dimungkinkan

terapi yang tepat Kolaborasi dengan ahli Psikologi tentang Memperbaiki proses berpikir terapy yang cocok untuk masalah Proses Berpikir

Diagnosa V

a b
intervensi Observasi

Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian Perencanaan pasien rasional terhadap Menjaga melakukan pasien agar tidak yang sambil yang pada

respons

peningkatan aktivitas Atur interval waktu antar aktivitas untuk ditelerir. Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika

aktivitas

berlebihan atau kurang. Mendorong aktivitas mendapatkan adekuat. Memberi pasien dalam istirahat

meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat memberikan kesempatan untuk

kesempatan untuk aktivitas

pasien berada dalam keadaan lelah.

berpartisipasi perawatan

mandiri. Berikan stimulasi melalui percakapan dan Meningkatkan perhatian tanpa aktifitas yang tidak menimbulkan stress. terlalu menimbulkan stress pada pasien.

3 a

Struma Pengkajian Perlu ditanyakan apakah penderita dari daerah endemis dan banyak tetangga yang sakit seperti penderita (struma endemik). Apakah sebelumnya penderita pernah mengalami sakit leher bagian depan bawah disertai peningkatan suhu tubuh (tiroiditis kronis). Apakah ada yang meninggal akibat penyakit yang sama dengan penderita (karsinoma tiroid tipe meduler)

Aktivitas/istirahat insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat. atrofi otot.

2 3

Eliminasi urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare. Integritas ego mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik. emosi labil, depresi.

Makanan/cairan kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah.pembesaran tyroid, goiter (gondok)

5 6

Rasa nyeri/kenyamanan nyeri orbital, fotofobia. Pernafasan frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada krisis tirotoksikosis).

Keamanan tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan). suhu meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus : retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.

Seksualitas libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali, impotensi.

9 a

Pemeriksaan Fisik Amati penampilan umum klien, amati wajah klien khususnya kelainan pada mata

(1 (2 (3

eksoftalmus keluar tanda Stellwag s tanda Von Graefes maka palpebra superior dapat mengikuti bola mata

bulbus

okuli

menonjol

: mata arang berkedip : jika klien melihat kebawah sukar atau sama sekali tidak : sukar mengadakan : tidak dapat mengerutkan : tremor palpebra jika mata

(4 (5 (6 b

tanda mobieve atau menahan konvergensi tanda joffroy dahi jika melihat ke atas tanda rosenbagh menutup

Pada daerah leher Pada status lokalis pemeriksaan fisik perlu dinilai (Mansjoer, 2001):

(1 (2 (3 (4

jumlah nodul konsistensi nyeri pada penekanan : ada atau tidak pembesaran gelenjar getah bening Inspeksi dari depan penderita, nampak suatu benjolan

pada leher bagian depan bawah yang bergerak ke atas pada waktu penderita menelan ludah. Diperhatikan kulit di atasnya apakah hiperemi, seperti kulit jeruk, ulserasi. Palpasi dari belakang penderita dengan ibu jari kedua tangan pada tengkuk penderita dan jari-jari lain meraba benjolan pada leher penderita. Pada palpasi harus diperhatikan :

(1 (2 (3 (4 (5 (6

lokalisasi benjolan terhadap trakea (mengenai lobus kiri, kanan atau keduanya) ukuran (diameter terbesar dari benjolan, nyatakan dalam sentimeter) konsistensi mobilitas infiltrat terhadap kulit/jaringan sekitar apakah batas bawah benjolan dapat diraba (bila tak teraba mungkin ada bagian yang masuk ke retrosternal)

b 1 a b c d

Diagnosa keperawatan Pre operasi Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan hyperplasia kelenjar tyroid. Gangguan body image berhubungan dengan involusi kelenjar tyroid. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penekanan pada esofagus, kesulitan menelan. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik. Post operasi

2 a

Resiko tinggi terjadi ketidakefektivan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi trakea, pembengkakan, perdarahan dan spasme laringeal.

b
pita

Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera suara/kerusakan laring, edema jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.

c d

Resiko tinggi terhadap cedera/tetani berhubungan dengan proses pembedahan, rangsangan pada sistem saraf pusat. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dengan tindakan bedah terhadap jaringan/otot dan edema pasca operasi.

Perencanaan keperawatan

1 a

Pre operasi Diagnosa I

(1 (2
INTERVENSI

Tujuan : mengatasi nyeri klien. Perencanaan RASIONAL

Kaji tingkat nyeri klien

Mengetahui tingkat nyeri klien dan sebagai dasar untuk menentu-kan rencana tindakan selanjutnya.

2 3

Anjurkan klien untuk makanan lunak. Menganjurkan klien supaya makan

2
saat

Mengurangi resiko nyeri menelan. Dengan makan sedikitsedikit tidak akan memperberat rasa sakit saat menelan.

sedikit-sedikit tapi sering.

Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik.

Analgetik menekan pusat

dapat nyeri

sehingga impuls nyeri tidak diteruskan ke otak

Diagnosa II

(1

Tujuan : bentuk tubuh mengembangkan

Klien mengerti tentang adanya perubahan dan mau menerima keadaannya masalah serta dan mekanisme pemecahan

beradaptasi dengan baik.

(2
INTERVENSI 1 Diskusi

Perencanaan dengan klien RASIONAL bagaimana 1 Sebagai tambahan masalah. untuk informasi memulai

proses penyakitnya pengaruhnya.

proses metode pemecahan

Kaji kesulitan yang dialami klien

2
hal

Perasaan klien terhadap kondisi fisiknya merupakan yang nyata dimana

perawat meyakinkan

harus klien

bisa bahwa

dengan kemajuan teknologi

Berikan

suport

pada

klien

dalam

masalah klien bisa diatasi.

melakukan pengobatan dan beri pengertian.

Klien tidak menganggap peruba-han yang dialaminya sebagai suatu masalah yang cukup berat.

Diagnosa III

(1 (2

Tujuan : Perencanaan

Pasien mengatakan berat badannya stabil

dan bebas dari tanda-tanda malnutrisi.

INTERVENSI 1 Monitor intake tiap hari

RASIONAL 1 Nutrisi

merupakan

kebutuhan yang harus tetap terpenuhi setiap hari untuk mencegah terjadinya malnutrisi.

Anjuran klien untuk makan makanan yang tinggi kalori dan kaya akan gizi.

Suplemen tersebut mempertahankan kalori stabil. dan

makanan akan jumlah dalam

Kontrol faktor lingkungan seperti bau yang tidak sedap dan hindari makanan yang pedas dan berminyak.

protein

tubuh tetap dalam keadaan

Lingkungan yang buruk akan memperburuk keadaan mual muntah, merupakan individual dan menyebabkan efektifitas hal untuk diet yang dapat

mengatasi adanya mual.

Diagnosa IV

(1

Tujuan : perawatan diri.

Klien dapat melakukan aktifitas sesuai

dengan kemampuannya dan dapat mendemonstrasikan teknik

(2
INTERVENSI 1 Bantuan perawatan diri.

Perencanaan klien dalam RASIONAL melaku-kan 1 Membantu mempertahankan keluarga klien klien untuk untuk klien untk hygiene klien. dalam personal merasa

2 3 4 5

Anjuran Anjuran Bantu

berpartisipasi dalam perawa-tan diri klien. melaku-kan melaku-kan perawatan diri secara bertahap. perawatan diri secara bertahap. HE kepada klien dan keluarganya tentang penting-nya kebersihan.

Klien

tidak

terbebani dalam melakukan perawatan diri.

Mempersiapkan diri klien untuk tidak tergantung pada orang lain karena adnya klien kelemahan fisik.

4
diri.

Mempermudah

dalam melakukan perawatan

Klien dan keluarganya bisa termotifasi untuk tetap menjaga klien. personal hygiene

Diagnosa V

(1 (2

Tujuan : Perencanaan

Klien

dapapt

mengungkapkan

bahwa

kecemasannya sudah berkurang atau sudah tidak cemas lagi.

INTERVENSI 1 Kaji tingkat kecemasan klien.

RASIONAL 1 Sebagai melakukan selanjutnya.

dasar

dalam

intervensi

Berikan dorongan kepada klien untuk mengekspresikan perasaannya.

Dukungan perawat akan membawa klien untuk

mengenal

sedini orang

mungkin untuk

3 4 5

Berikan penjelasan singkat tentang penyakitnya dan prosedur pembedahannya. Beri support positif kepada klien.

perasaannya dan membagi kepada lain mengurangi perasaannya. gangguan singkat akan persepsi tentang dapat untuk untuk spritual menghadapi

Anjurkan kepada klien untuk selalu melakukan pendekatan spritual.

3
dan

Penyelesaian benar salah positif klien koping menghilangkan yang penyakitnya.

Suport membantu melakukan

mengatasi masalah.

Pendekatan tabah dalam

membantu klien untuk tetap penyakitnya.

2 a (1 (2
INTERVENSI 1 Pantau

Post operasi Diagnosa I Tujuan : mencegah aspirasi. Perencanaa frekuensi RASIONAL pernafasan, 1 Pernafasan normal cepat, perna-fasan indikasi karena perdarahan tetapi distres secara berpada trakea atau Mempertahankan jalan napas paten dengan

kedalaman dan kerja perna-fasan

ka-dang-kadang

kembangnya

merupakan edema

kom-presi

Ronchi indikasi

merupakan adanya

Auskultasi suara nafas, catat adanya suara ronchi

obstruksi.spasme

lari-ngeal

yang membutuhkan evaluasi dan intervensi yang cepat

Indikator

obstruksi

trakea/spasme laring yang

3 4

Kaji

adanya

dispnea,

stridor,

dan

membutuhkan evaluasi dan intervensi segera

sianosis. Perhatikan kualitas suara Waspadakan pasien untuk menghindari ikatan pada leher, menyokog kepala dengan bantal

Menurunkan kemungkinan tegangan pada daerah luka karena pembedahan

Bantu dalam perubahan posisi, latihan nafas dalam dan atau batuk efektif sesuai indikasi

Mempertahankan kebersihan jalan nafas dan evaluasi. Namun batuk tidak dianjurkan menimbulkan dan nyeri dapat yang

Lakukan pengisapan lendir pada mulut dan trakea sesuai indikasi, catat warna dan karakteristik sputum

berat, tetapi hal itu perlu untuk membersihkan jalan nafas

Lakukan

penilaian

ulang

terhadap

balutan secara teratur, terutama pada bagian posterior

Edema atau nyeri dapat mengganggu dan kemampuan jalan pasien untuk mengeluarkan membersihkan nafas sendiri

Selidiki

kesulitan

menelan,

penumpukan sekresi oral

Jika terjadi perdarahan, balutan bagian anterior darah mungkin akan tampak kering

Pertahankan alat trakeosnomi di dekat pasien

karena

tertampung/terkumpul pada daerah yang tergantung

Merupakan edema/per-darahan membeku pada

indikasi yang jaringan

sekitar daerah operasi

Terkenanya jalan nafas dapat menciptakan suasana yang mengancam kehidupan yang memerlukan tindakan yang darurat

10

Mungkin diperlukan pem-buluh terus menerus darah

sangat untuk yang

penyambungan/perbaikan mengalami perdarahan yang

Diagnosa II

(1

Tujuan :

Mampu menciptakan metode komunikasi

dimana kebutuhan dapat dipahami

(2

Perencanaan RASIONAL 1 Suara serak dan sakit tenggorok jaringan akibat atau edema kerusakan

INTERVENSI 1 Kaji fungsi bicara secara periodik

karena pembedahan pada saraf laringeal yang berakhir dalam kerusakan dapat beberapa saraf terjadi hari menetap

kelumpuhan

pita suara atau penekanan pada trakea

yang 2 sederhana, beri pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban ya atau tidak Memberikan metode komunikasi

Pertahankan

komunikasi

Menurunkan kebutuhan beres-pon, bicara mengurangi

alternatif yang sesuai, seperti papan tulis, kertas tulis/papan gambar

Memfasilitasi

ekspresi

4 5

Antisipasi kebutuhan sebaik mungkin. Kunjungan pasien secara teratur Beritahu pasien untuk terus menerus membatasi bicara dan jawablah bel panggilan dengan segera

yang dibutuhkan

Menurunnya berkomunikasi.

ansietas

Pertahankan lingkungan yang tenang

dan kebutuhan pasien untuk

Mencegah pasien bicara yang dipaksakan untuk menciptakan bantuan kebutuhan

yang diketahui/me-merlukan

Meningkatkan kemampuan men-dengarkan komunikasi yang pasien perlahan dan menurunkan kerasnya suara harus untuk diucapkan dapat

didengarkan

Diagnosa III

(1 (2

Tujuan : Perencanaan

Menunjukkan tidak ada cedera dengan

komplikasi terpenuhi/terkontrol.

INTERVENSI RASIONAL 1 Pantau tanda-tanda vital dan catat 1 Manipulasi adanya peningkatan suhu tubuh, takikardi (140 200/menit), disrtrimia, syanosis, sakit waktu bernafas (pembengkakan paru)

kelenjar

selama pembedahan dapat mengakibat-kan peningkatan pengeluaran hormon yang menyebabkan krisis tyroid

Evaluasi Observasi misalnya

refleksi adanya

secara peka tersentak,

periodik. rangsang, adanya

gerakan

kejang, prestesia

Hypolkasemia

dengan

tetani (biasanya sementara) dapat ter-jadi 1 7 hari pasca merupakan operasi dan indikasi

Pertahankan posisi yang rendah

penghalang

tempat

hypopara-tiroid yang dapat terjadi sebagai akibat dari trauma yang tidak disengaja pada pengangkatan parsial atau total kelenjar paratiroid selama pembedahan

tidur/diberi bantalan, tmpat tidur pada

Memantau kadar kalsium dalam serum

3 5
(Kolaborasi) Berikan pengobatan sesuai indikasi (kalsium/glukonat, laktat)

Menurunkan kemungkinan adanya trauma jika terjadi kejang

Kalsium membutuhkan pengganti

kurang

dari terapi

7,5/100 ml secara umum

Memperbaiki kekurangan kal-sium yang biasanya sementara tetapi mungkin permanen juga menjadi

Diagnosa IV

(1

Tujuan : Menunjukkan

Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol. kemampuan mengadakan relaksasi dan

mengalihkan perhatian dengan aktif sesuai situasi.

(2

Perencanaan dalam nyeri, pilihan inmenentukan

INTERVENSI RASIONAL 1 Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik 1 Bermanfaat verbal maupun non verbal, catat lokasi, intensitas (skala 0 10) dan lamanya mengevaluasi menentukan tervensi,

Letakkan pasien dalam posisi semi

fowler dan sokong kepala/ leher dengan bantal pasir/bantal kecil

efektivitas terapi

Mencegah leher dan

hiperekstensi melindungi

Pertahankan leher/kepala dalam posisi netral dan sokong selama perubahan posisi. Instruksikan pasien menggunakan tangannya untuk menyokong leher selama pergerakan dan untuk menghindari 3

integritas garis jahitan

Mencegah tegangan otot

stress

pada

hiperekstensi leher

garis jahitan dan menurunkan

4 5

Letakkan bel dan barang yang sering digunakan dalam jangkauan yang mudah Berikan minuman yang sejuk/ makanan yang lunak ditoleransi jika pasien mengalami kesulitan menelan

Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi, seperti imajinasi, musik yang lembut, relaksasi progresif

4
analgetik

Membatasi

ketegangan,

(Kolaborasi) kebutuhannya

Beri

obat

nyeri otot pada daerah operasi

dan/atau analgetik spres tenggorok sesuai

Berikan es jika ada indikasi

Menurunkan tenggorok tetapi

nyeri makanan

lunak ditoleransi jika pasien mengalami kesulitan menelan

Membantu memfokuskan perhatian pasien nyeri/rasa dan untuk tidak obat analgetik

untuk kembali membantu mengatasi nyaman analgetik spres sesuai

secara lebih efektif

Beri dan/atau tenggorok

kebutuhannya

Menurunnya jaringan dan persepsi terhadap nyeri

edema menurunkan

DAFTAR PUSTAKA Barbara, C. Long.1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan ),Yayasan Ikatan Allumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran: Bandung Corwin, E,J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta Carpenitto, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. EGC: Jakarta. Doengos,E marlyn.2002. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta Guyton, Arthur C. & John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Editor: Irawati Setiawan. EGC: Jakarta. Syaifudin. 2006. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC

Suastika, K. 1995. Penyakit Kelenjar Tiroid. EGC : Jakarta

LAMPIRAN

Kelenjar Tiroid

Ophthalmopathy

Struma

Fotofobia

Metode skrining kanker tiroid

You might also like