You are on page 1of 20

KONSEP MEDIK PERILAKU KEKERASAN I. PENGERTIAN Menurut Patricia D.

Barry (1998:140) yang dikutip oleh Yosep (2009) menyatakan perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Hal ini didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, ke dalam diri atau secara dekstruktif. Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan defenisi tersebut maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan. (Damaiyanti,2008) . II. PENYEBAB a. FAKTOR PREDISPOSISI Ada berapa teori yang berkaitan dengan timbulnya perilaku kekerasan. (Yosep, 2009): 1) Teori biologic a) Neurologic factor, beragam komponen dari system syaraf seperti synap, neurotransmitter, dendrite, axon terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau menghambat rangsangan dan pesan-pesan yang akan mempengaruhi sifat agresif. System limbic sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya prilaku bermusuhan dan respon agresif. b) Genetic factor, adanya factor gen yang diturnkan melalui orang tua, menjadi potensi prilaku agresif. Menurut riset kazoo murakami(2007) dalam gen manusia terdapat dormant (potensi agresif yang sedang tidur) dan akan bangun jika terstimulasi oleh factor eksternal. Menurut penelitia genetic tipe kario XYY, pada umumnya dimiliki oleh penghuni prilaku tindak criminal serta orangorang yang terlibat prilaku hukum agresif. 1

c) Cyrcardian individu.

Rhytm (irama sirkadian),

memegang peranan pada manusia mengalami

Menurut penelitan, jam-jam tertentu

peningkatan cortisol terutama pada jam-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan menjelang berakhirnya pekerjaan sekitar jam 9 dan jam 13. Pada bersikap agresif. d) Biochemistry Faktor (factor biokimia tubuh) neurotransmitter di otak (epinephrine, noripinephrin, dopamine, asetilkolin dan serotonin) sangat berperan dalam menyampaikan informasi melalui persyarafan dalam tubuh, adanya stimulus dari luar tubuh yang mengancam atau membahayakan otak dan akan di hantar melalui implus neurotransmitter ke melalui implus neurotransmitter dan meresponnya jam tertentu orang lebih mudah terstimulasi untuk

meresponnya melalui serabut an hormonefferent. Peningkatan hormon androgen dan neropinephrin serta penurunan serotonin terjadi prilaku agresif. e) Brain Area Disorder ganguan pada system limbic dan lobus temoral, sindrom otak orgaik, tumor otak, trauma otak, penyakit ensefpalitis, epilepsy di temukan sagat berpengaruh terhadap prilaku agresif dan tindak kekerasan. dan GABA pada cairan cerebrospinal vertebra dapat menjadi factor predisposisi

2) Teori psikologik a) Teori psikoanalisa Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang seseorang . teori ini menjelaskan bahwa adanya ketidak puasan fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapat kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup cendrung mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai kompensasi adanya ketidak percayaan pada lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah . perilaku agresif dan tindak kekerasan 2 merupakan pengungkapan secara

terbuka terhadap rasa ketidak berdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan. b) Imitation, modeling,and imfomation processing theory; Menurut teori ini prilaku kekerasan biasa berkembang dalam

lingkungan yang mentolerir kekerasan . adanya contoh, model dan prilaku yang ditiru dari media atau lingkungan sekitar memungkinkan individu meniru prilaku tersebut. Dalam suatu penelitian beberapa anak dikumpulkan untuk menonton tayangan pemukulan pada boneka dengan reward positif (makin keras pukulannya akan diberi coklat), anak lain menonton tayangan cara mengasihi dan mencium boneka tersebut dengan reward positif juga ( makin baik belaiannya mendapat hadiah coklat). Setelah anak-anak keluar dan diberi boneka ternyata masing-masing anak berprilaku sesuai dengan tontonan yang pernah dialaminya.

c) Learning theory Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap

lingkungan terdekatnya . ia mengamati bagaimana respon ayah saat menerima kekecewaan dan mengamati bagaimana respon ibu saat marah. Ia juga belajar bahwa dengan agresivitas lingkungan sekitar menjadi peduli, bertanya, menanggapi, dan menganggap bahwa dirinya eksis dan patut untuk diperhitungkan.

3) Teori sosiokultural Dalam budaya tertentu seperti rebutan berkah , rebutan uang receh , sesaji atau kotoran kerbau dikeraton, serta ritual-ritual yang cendrung mengarah kepada kemusrikan secara tidak langsung turut memupuk sikap agresif dan ingin menang sendiri. Control masyarakat yang rendah dan kecendrungan menerima perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat merupakan factor predisposisi terjadinya prilaku kekerasan . hal 3

ini dipicu juga dengan maraknya demonstrasi , film-film kekerasan , mistik ,tahayul, dan perdukunan dalam tayangan televisi

4) Aspek religiusitas Dalam tinjauan religiusitas , kemarahan dan agresivitas merupakan dorongan dan bisikan syetan yang sangat menyukai kerusakan agar manusia menyesal. Semua bentuk kekerasan adalah bisikan syetan melalui pembuluh darah ke jantung, otak dan organ vital manusia lain yang dituruti manusia sebagai bentuk kompensasi bahwa kebutuhan dirinya terancam dan harus segera dipenuhi tetapi tanpa melibatkan akal(ego) dan norma agama(super ego).

b. FAKTOR PRESIPITASI Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan; - Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau symbol solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian massal, dan sebagainya - Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi social ekonomi - Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan dialog untuk memecahakan masalah cendrung melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik - Ketidak siapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidak mampuan menempatkan dirinya sebagai seorang yang dewasa - Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan obat atau alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi 4

- Kematian

anggota

keluarga

yang

terpenting

kehilangan

pekerjaan

,perubahan tahap perkembangan , atau frustasi terhap perkembangan kelurga. (Yosep,2009) III. PROSES TERJADINYA PERILAKU KEKERASAN Stres, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari- hari yang harus di hadapi setiap individu. Stres dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan. (Beck, Rawlins, williams, 1986, dalam Keliant,1996). Berikut ini digambarkan proses kemarahan Proses terjadinya Perilaku Kekerasan / Amuk

Melihat gambar diatas, bahwa respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui tiga cara yaitu Mengungkapkan secara verbal, menekan dan menantang. Dari ketiga cara ini cara yang pertama adalah konstruktif, sedangkan dua cara yanmg lain adalah destruktif. Dengan melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan dan bila cara ini dipakai terus menerus, maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri sendiri dan lingkungan dan akan tampak sebagai depresi dan psikomatik atau agresif dan amuk.

IV. RENTANG Adaptif asertif

RESPON Maladaptif frustasi pasif agresif perilaku kekerasn/amuk atau

- Perilaku asertif merupakan perilaku individu yang mampu menyatakan

mengungkapkan rasa marahnya atau tidak setuju tanpa menyakti orang lain. - Frustrasi merupakan respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan. Frustrasi dapat di alami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan. - Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan marah, yang sedang dialami. - Agresif merupakan suatu perilaku yang menyertai marah. Klien mengespresikan secara fisik tapi masih terkontrol, mendorong orang lain dengan ancaman - Kekerasan/amuk merupakan rasa marah dan bermusuhan yang kuat, dan disertai kehilangan kontrol yang dapat merusak diri,orang lain dan lingkungan (Riyadi Sujono, 2009 : 114) V. TANDA DAN GEJALA 1. Fisik a) Muka merah dan tegang 6

b) c) d) e) f)

Mata melotot/ pandangan tajam Tangan mengepal Rahang mengatup Postur tubuh kaku Jalan mondar- mandir

2. Verbal a) b) c) d) e) f) Bicara kasar Suara tinggi, membentak atau berteriak Mengancam secara verbal atau fisik Mengumpat dengan kata-kata kotor Suara keras Ketus

3. Perilaku a) b) c) d) e) 4. Emosi Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, dan berkelahi, menyalahkan dan menuntut. 5. Intelektual Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme 6. Spiritual Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, tidak peduli dan kasar 7. Sosial Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran 8. Perhatian Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual. Melempar atau memukul benda atau orang lain Menyerang orang lain Melukai diri sendiri/orang lain Merusak lingkungan Amuk/ agresif

VI. PERILAKU Perubahan perilaku merupakan sebagai tanda awal dari ganguan fisik dan mental. Pengkajiaan perilaku meliputi ; pendekatan perilaku,Frekuensi,Durasi dari faktor Presipitasi, saat terjadi perubahan perilaku penting untuk menganalisa pemikiran. Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain : 1. Menyerang atau menghindar (fight of flight). Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan saraf otonom beraksi terhadap sekresi epineprhin yang menyebabkan tekanan darah meningkat , tacicardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCL meningkat, peristaltik gaster menurun,pengeluaran urin dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat disertai ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku, dan disertai refleks yang cepat. 2. Menyatakan secara asertif (assertivenes). Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengespresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif, dan asertif 3. Memberontak (acting out) Perilaku yang muncul biasanya diertai akibat konflik perilaku accting out untuk menarik perhatian orang lain 4. Perilaku kekerasan Tindakan kekerasan atau amuk yang ditunjukan pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.

VII.MEKANISME KOPING Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan meknisme koping yang konstruktif dalam mengespresikan marahnya. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme koping pertahanan ego seperti displacement, sublimasi, proyeksi, represi, denial, dan reaction formation. Displacement : melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan pada objek yang tidak begitu berbahaya.

Sublimasi : menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara normal

Proyeksi : kemarahan dimana secara verbal mengalihkan kesalahan diri sendiri pada orang lain yang dianggap berkaitan Represi : individu merasa seolah olah tidak marah dan tidak kesal. Ia tidak mencoba menyampaikannya kepada orang terdekat sehingga rasa marahnya tidak terungkap dan ditekan sampai ia lupa

Denial : mengingkari kenyataan. Reaction formation dengan : mencegah keinginan sikap yang dan berbahaya perilaku bila yang ekspresikan melebih-lebihkan

berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN Pemeberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara Perawat dengan klien, keluarga dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal ( Carpenito, 1989 dikutip oleh Keliat, 1991). Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan prose keperawatan yang meliputi 5 tahapan yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaulasi. Masingmasing berkesinambungan serta memerlukan kecakapan keterampilan profesional tenaga keperawatan. Proses keperawatan klien marah adalah sebagai berikut : 1. Pengkajian Pengkajian merupakan langkah awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpiulan data, klasifikasi data, analisa data dan perumusan masalah atau kebutuhan klien. 1.1 pengumpulan data Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual - Aspek biologis Respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah, tacicardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urin menibgkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya 9

kewaspadaan, ketegangan otot, seperti rahang terkatiup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat - Aspek emosional Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, frustasi, dendam,ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan, dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut. - Aspek intelektual Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab marah, bagaimana informasi di proses, diklaeifikasi, dan diintegrasikan. - Aspek sosial Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi, marah sering merangsang kemarahan orang. Klien sering kali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehiungga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara aturan. - Aspek spiritual Kepercayaan, nilai dan moral, mempengaruhi hubungan individu dan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa. Dari uraian tersebut diatas jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji individu secara komprehensip meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual yang secara singkat dapat dilukiskan sebagai berikut : Aspek fisik terdiri dari : muka merah, pandangan tajam, napas pendek dan cepat, sakit fisik, berkeringat,penyalah gunaan zat, tekanan darah meningkat. Aspek emosi : tidak adekuat, tidak aman, dendam, jengkel. Akpek intelektual mendominasi bawel, sartasme, berdebat, meremehkan. Aspek sosial : penolakan, kekerasan, ejekan, humor. keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu tersendiri menjauhkan duiri dari orang lain, menolak mengikuti

10

1.2 Klasifikasi data Data yang didapat pada pengumpulan data, dikelompokan menjadi dua yaitu data subjektif dan data objektif Data subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga. Data ini didapat melalui wawancara perawat dengan klien dan keluarga Data objektif adalah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapat melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawatt 1.3 Analisa data Dengan melihat data subjektif dan objektif dapat menentukan permasalahan yang dihadapi klien dan dengan memperhatikan pohon masalah dapat diketahui penyebab sampai pada efek dari masalah tesebut

Pohon masalah/masalah keperawatan (Keliat, 2006)

AKIBAT

Resiko Perilaku Kekerasan

MASALAH UTAMA

Perilaku kekerasan/ amuk

11

PENYEBAB

Gangguan konsep Diri : Harga Diri Rendah

2. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual dan potensial kesehatan dari individu, keluarga atau masyarakat tehadap masalah Adapun ( Carpenito, 1996 di kutip oleh Keliat, 2006 ).

kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :

Perilaku Kekerasan

Resiko Perilaku kekerasan Gangguan konsep diri : harga diri rendah

3. Intervensi / rencana tindakan keperawatan Intervensi / rencana tindakan disesuaikan dengan standar asuhan keperawatan jiwa yang mana membagi karateristik tindakan menjadi ; Tindakan konseling / psikoterapeutik. Pendidikan kesehatan Perawatan mandiri dan aktifitas hidup sehari-hari Terapi modalitas keperawatan Perawatan berkelanjutan (Continuity care) Tindakan kolaborasi (terapi somatik dan psikofarmaka) Pada dasarnya tindakan keperawatan terdiri dari tindakan observasi dan pemantauan (monitoring),terapi keperawatan,pendidkan kesehatan dan tindakan kolaborasi. Tindakn keperawatan mencakup tindakan mandiri Perawat,kerja sam dengan klien,kerja sama dengan keluarga, kerjasama dengan kelompok dan kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa yang lain.

Strategi Pelaksanaan 12

No 1.

Pasien SP1. P Mengidentifikasi penyebab PK SP1. K

Keluarga Mendiskusikan dirasakan masalah yang dalam PK,

keluarga

2.

Mengidentifikasi gejala PK

tanda

merawat pasien dan Menjelaskan pengertian terjadinya PK yang Menjelaskan pasien PK

tanda dan gejala, serta proses PK cara merawat

3. 4. 5. 6.

Mengidentifikasi

dilakukan Mengidentifikasi akibat PK Menyebutkan cara mengontrol PK Membantu mempraktekkan latihan pasien cara

7.

mengontrol PK secara fisik 1 Menganjurkan pasien memasukkan harian SP2. P dalam kegiatan SP2. K jadwal kegiatan Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan PK

1.

Mengevaluasi harian pasien

2.

Melatih pasien mengontrol PK Melatih keluarga melakukan cara dengan cara fisik 2 merawat langsung kepada pasien PK pasien

3.

Menganjurkan kegiatan harian SP3. P

memasukkan ke dalam jadwal SP3. K jadwal kegiatan Membantu jadwal termasuk 2. keluarga di minum membuat rumah obat pasien

1.

Mengevaluasi harian pasien

aktivitas

(discharge planning) Melatih pasien mengontrol PK Menjelaskan follow up dengan cara verbal setelah pulang 13

3.

Menganjurkan kegiatan harian SP4. P

pasien

memasukkan ke dalam jadwal

1. 2. 3.

Mengevaluasi

jadwal

kegiatan

harian pasien Melatih pasien mengontrol PK dengan cara spiritual Menganjurkan memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian SP5. P pasien

1. 2. 3.

Mengevaluasi

jadwal

kegiatan

harian pasien Melatih pasien mengontrol PK dengan minum obat Menganjurkan kegiatan harian Intervensi atau perencanaan merupakan suatu pedoman bagi perawat dalam melakukan implementasi yang tepat. 3.1 Tujuan Umum Klien mampu mengekspresiakn rasa marah nya secara efektif 3.2 Tujuan Khusus Klien dapat menciptakan hubungan saling percara Tindakan Bina hubungan saling percaya : mengungkapkan salam terapeutik, perkenalan diri, menjelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang , buat kontrak waktu, tempat dan topik penbijaraan yang jelas Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan nya Ciptakan lingkunga yang aman pada klien dan selalu bersikap empati Rasional Dengan adanya hubungan saling percaya pasien merasa nyaman dan aman saat berintraksi dengan perawat Klien mengetahui penyebab marah 14 pasien

memasukkan ke dalam jadwal

Tindakan Beri kesempatan untuk menceritakan perasaannya Bantu klien untuk mengungkapkan faktor penyebab perasaan jengkel atau kesal Rasional Dengan pengungkapan perasaan klien, dapat di selesaikan masalahnya Klien mengetahui tanda dan gejala marah Tindakan Anjurkan klien menceritakan rasa marah atu jengkel sesuai dengan apa yang dirasakan Lihat tanda dan gejala perilaku klien Tentukan bersama mengenai masalah uang klien alami Rasional Dengan melihat gejala dan perilaku dapat membantu mengontrol dan membuat tindakan pada klien Klien mengetahui respon marahnya Tindakan Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang bisa dilakukan klien baik verbal pada orang lain,pada lingkungan,bahakan pada diri sendiri. Anjurkan klien bermain peran sesuai denagn perilaku kekerasan yang biasa dilakukan Komunikasi dengan klien tentang respon marahnya Rasional Dengan mengkomunikasikan respon klien, klien mengetahui respon marahnya Klien Tindakan Bicarakan keuntunga dan kerugian dengan perilaku kekerasannya Bersama klien memberi simpulan keuntungan dan kerugian marahnya Rasional Menumbuh kembangkan pengetahuan klien keuntungan dan kerugian marahnya. 15 dapat mengidentifikasi keuntungan atu kerugian marahnya

4. IMPLEMENTASI Implementasi keperawatan. tinadakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan,

Perawat perlu mengvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan di butuhkan oleh klien saat ini ( Here and Now ). Perawat juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual dan tehnikal yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan. ( Keliat, 2006 : 17 ) 4.1 Tindakan Keperawatan Pada Emergenci Psikofarmaka Manajemen krisis: Pembatasan gerak Pengekangan fisik

4.2 Tindakan keperawatan untuk Pasien a. Tujaan o o o o o Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan Pasien dapat mengidentifikasikan tanda-tanda perilaku kekerasan Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah di lakukannya Pasien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekersannya Pasien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,spiritual,sosial dan dengan terpai phisikofarmaka b. Tindakan o o Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu Diskusikan persaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik Diskusikan pshikologi Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual 16 tanda dan gejala perilaku kekerasan secara

Diskusikan intelektual

tanda

dan

gejala

perilaku

kekerasan

secara

Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa di lakukan pada saat marah secara verbal, terhadap orang lain,terhadap diri sendiri,terhadap lingkungan.

o o o

Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik,obat,sossial atau verbal dan spiritual. Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ; Latihan nafas dalam dan pukul kasur bantal,susn jadwal latihan nafas dalam dan pukul kasur bantal.

Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosila atu verbal ; Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik,latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal ; menolak dengan baik,meminta dengan baik,mengunkapkan perasaan dengan baik.

o o

Susun jadwal latihan mengkupkan marah secara verbal. Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual Diskusikan Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan sosial atau verbal. Latihan shalat atau berdoa Buat jadwal latihan shalat atau berdoa

Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar ( benar nama pasien,benar nama obat,benar cara minum obat,benar waktu minum obat,benar dosis obat ) di sertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat. Susun jadwal minum obat secara teratur

4.2.

Tinadakan keperawatan Untuk Keluarga a. Tujuan. Keluarga dapat merawat pasien di rumah b. Tindakan

17

Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan dari perilaku tersebut ) Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan Anjurkan keluarga untuk memotifasi pasien

penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat

melakukan

tindakan yang telah di ajarkan oleh perawat Ajarka keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus di lakukan bila pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera di laporkan kepada perawat seperti melempar atau memukul benda atau orang lain. 5. EVALUASI Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dibagi dua yaitu; Evaluasi proses/formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil/sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara respons klien dan tujuan khusus seta umum yang telah ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir. S : Respons Subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan menanyakan ; Bagaimana perasaan anda setelah latihan napas dalam? O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku klien pada saat tindakan dilakukan, atau menanyakan kembali apa yang telah diajarkan atau memberi umpan balik sesuai hasil observasi. A : Analaisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah

18

baru atau data yang kontraindikasi dengan masalah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan. P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan oleh Perawat. Evaluasi yang dilakukan pada pasien : a. Pasien mampu menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan akibat dari poerilaku kekerasan yang dilakukan. b. Pasien mampu menggunakan cara mengontrol perilaku kekerasan secara teratur sesuai jadwal : Secara fisik, secara sosial atau verbal, secara spiritual, dengan terapi pshikofarmaka. Evaluasi yang dilakukan pada Keluarga : a. Keluarga mampu mencegah terjadinya perilaku kekerasan b. Keluarga mampu menunjukan sikap yang mendukung dan menghargai pasien c. Keluarga mampu memotifasi pasien dalam melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan d. Keluarga mapu mengidentifikasi perilaku pasien yang harus di laporkan pada Perawat 6. TERAPIK Tearapi Medik Pasien melakukan kekerasan di tenangkan dengan sedative atu anti pshikotik yang sesuai, seperti ; Diazepam ( Valium ) 5 10 mg, Lorazepam ( Ativan ) 2 4 mg di berikan dengan cara intravena. Terapi aktivitas kelompok (TAK) Terapi aktivitas kelompok yang dapat diberikan untuk klien dengan PK adalah: TAK STIMULASI PERSEPSI Sesi I : mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan Sesi II : mencegah perilaku kekerasan fisik Sesi III: Mencegah perilaku kekerasan social Sesi IV : Mencegah perilaku kekerasan spiritual obat Sesi V :Mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengkonsumsi 19 hasil analisis pada respons klien yang terdiri dari tindak lanjut klien, dan tindak lanjut

DAFTAR PUSTAKA Keliat, Budi ana, 2005, Modul BC-CMHN. Riyadi Sujono, 2009, Asuhan Keperawatan Jiwa , Graha Medika Kusumawati, farida, 2010, Buku Ajar Kerperawatn Jiwa, Salemba Medika Suliswati, 2005,. Konsep dasar Keperawatn kesehatan Jiwa, EGC. Jakarta. Damaiyanti,Mukhripah. 2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktek Keperawatan . Refika Aditama. Jakarta Keliat, Budi Ana. 2006. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 2. EGC. Jakarta Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Refika Aditama. Bandung File;///D: Asuhan- Keperawatan- pada- klien -dengan htm, 20 ;00., tanggal 03 05 2011 File; /// D:/ Askep Perilakuu Kekerasan, 20;00 tanggal 03-05-2011

20

You might also like