You are on page 1of 4

Ovariohisterektomi(OH) adalah operasi pengambilan atau pemotongan ovarium dan uterus dari rongga abdomen.

Pada umumnya operasi ini bertujuan untuk strerilisasi kucing betina, ditujukan untuk penekanan jumlah populasi, peningkatan kesejahteraan hewan, dan peningkatan kualitas perawatan terhadap hewan untuk memenuhi animal welfare terhadap hewan peliharaan. OH juga dilakukan untuk tujuan teraphi, diantaranya adalah tumor ovary, pyometra, cyste ovary. Selain tu OH dilakuakn untuk memberikan perubahan efek tingkah laku agar hewan tersebut lebih jinak. OH biasa dilakukan pada hewan domestik dan hewan pelihara, namun jarang dilakukan pada hewan ternak. Operasi ovariohisterektomi dilakukan dengan terlebih dahulu memeriksa keadaan hewan. Harus dalam keadaan yang sehat. Sehingga kemungkinan untuk kematian pasca operasi dapat diminimalisir. Kemudian persiapan hewan (preparasi), pemeriksaan kardiorespirasi, suhu, dan berat badan yang digunakan sebagai indicator selama operasi dan sesudah operasi, untuk pemeriksaan terakhir digunakan untuk menentukan dosis obat bius yang akan diberikan terhadap hewan. perhitungan dosis untuk maintenance ketika hewan mulai tersadar juga harus diperhatikan untuk kelancaran dalam proses operasi. Persiapan hewan dilakukan dengan pemeriksaan status fisiologi, setelah itu dilakukan pencukuran dan pembersihan disekitar abdomen medianus bagian posterior sebagai tempat target dilakukan pembedahan untuk operasi ini. Perhitungan dalam penentuan dosis harus diperhatikan, untuk kelancaran operasi. Setelah itu masuk kepada proses anastesi, dilakukan untuk menghilangkan kesadaran hewan, menghilangkan rasa sakit, memudahkan proses operasi, dan menjaga keamanan operator maupun hewan tersebut. Pemilihan anastesi umum harus sesuai dengan ketentuannya, yaitu 1. Tidak bergantug pada mekanisme metabolisme untuk menghancurkan dan

mengeliminasinya. 2. Kedalaman anastesiyang dapat diubah dan dan masa pemulihannya yang cepat 3. Tidak menekan pusat respirasi dan jantung 4. Tidak mengiritasi jaingan tubuh 5. Murah, stabil, tidak mudah rusak, tahan lama, tidak mudah meledak dan terbakar

6. Aplikasi yang mudah 7. Memilki durasi yang lama dengan onset yang cepat Anastetikum umum yang digunakan pada praktikum ini adalah ketamine. Merupakan golongan anastetikum disosiatif yang memiliki margin of safety, namun memiliki efek mendepres pernafasan dan menimbukan efek menelan. Pemberian ketamine dikombinasikan dengan pemberian sedative xylazine yang memiliki efek hipnotikum, anoksia, analgesik, relaksasi otot, namun berpengaruh terhadap kardiorespirasi. Sebelum diberikan anastetikum, dilakukan premedikasi berupa atropine sulfa. Bekerja sebagai anti kolinergik yang dapat menghambat kerja dari asetilkholin pada terminal-terminal ganglion dan syaraf otonom, menekan produksi saliva, meningkatkan kerja jantung, dan depress pencernaan. Tujuan utama dilakukannya preanastetik adalah untuk meningkatkan batas aman, mengurangi rasa takut, menenangkan pasien, mengurangi sekresi kelenjar saliva dan kelenjar selaput lender saluran pernafasan, mengurangi pergerakan lambung sehingga dapat mengantisipasi muntah ketika keadaan tidak sadar. Pada pemeriksaan sebelum operasi didapatkan hewan dalam kondisi estrus, dapat diduga hewan memiliki ovarium membesar dalam vaskularisasi dari pembuluh darah yang sedang aktif. Setelah persiapan operasi telah selesai dilaksanakan, hewan siap untuk dilakukan operasi. Langkah pertama yangdilakukan adalah penyayatan pada laparatomi medianus bagian posterior sekitar 4 cm, dengan orientasi penyayatan dilakukan satu cm dibawah umbilical, dan penyayatan dilakukan tepat pada linea alba. Stelah penyayatan mencapai linea alba insisi otot, perhatikan agar tidak mengenai organ lainnya. Setelah mencapai peritoneum kemudian omentum dan usus lakukan eksplorasi kebagian dorso-caudal untuk menemukan ovarium dan uterus. Orientasi yang digunakan dengan menemukan vesica urinaria, uterus tepat berada diatasnya. Setelah menemukan VU dapat ditemukan ovarium dan cornua uteri, kemudan ovarium ditark keluar. Penarikan uterus dapat dibantu dengan penggunaan ovariohisterektomi hook, sehingga dapat meminimalisir penyayatan, namun pada operasi ini penarikan ovarium dan uterus dilakukan dengan manual. Untuk proses pengangkatan ovarium lakukan klem pada pembuluh darah, dan perusakan pada penggantung mesosalphinx kearah atas dan bawah ditujukan untuk mempermudah fiksir uterus dan ovarium, setelah klem pembuluh darah pada mesovarium

lakukan pemotongan, hal yang sama dilakukan pada ovarium sebelanya. Pada pemotongan uterus, organ orientasi yang digunakan adalah pada servix, lakukan klem pada bagian uterus setelah servix, kemudian lakukan pemotongan. Dalam melakukan pemotongan hal yang harus diperhatikan adalah pada pengikatan untuk pembuluh darah, terutama pada uterus. Klem pada uterus sebaiknya tidak menggunakan tang arteri, karena dapat mengakibatkan rusaknya uterus hingga putus, terutama pada kucing yang memiliki dinding uterus yang kecil. Proses penjahitan dilakukan sama halnya dengan laparotomi, penjahitan bertingkat dari peritoneum, otot, hingga bagian terluar kulit. Pemberian antibiotic(penisilin) dilakukan pada setiap tingkat penjahitan, mulai dari uterus dan penggantung ovarium bagian dalam, lapisan peritoneum, dan terakhir pada penutupan otot menggunakan penisilin. Setelah penjahitan selesai berikan antbiotik oxytetrasiklin(im) dan iodin pada luka untuk memperkecil infeksi dan mempercepat persembuhan. Pemberian antibiotic diberikan secara per oral selama 5 hari berturut-turut setelah operasi. Dari hasil pengamatan pasca operasi, hewan mulai sadar pada 4 jam setelah operasi, dan mulai mencoba untuk berdiri, 2 jam kemudian hewan mulai minum, beberapa saat kemudian urinasi. Hewan tidak mengalami muntah, namun defekasi setelah 2 hari pasca operasi dengan kosistensi lembek, diduga akibat factor stress dan nafsu makanan yang belum membaik, hari ke3 dan seterusnya feces mulai mengeras. Pada proses persembuhan luka, hari keempat jahitan sudah mulai kering dan tidak terlihat tanda-tanda terjadinya peradangan. Tabel pengamatan pasca operasi Senin sore Jantung/menit 84 Napas/menit 28 Suhu C 36.9 Nafsu makan Senin malam 96 40 40.9 + Selasa pagi 92 36 39.9 ++ Selasa siang 88 28 38.3 +++ Selasa malam 100 28 38.6 +++ Rabu pagi 100 32 38.2 +++ Rabu siang 104 36 38.6 +++

Dari hasil pengamatan operasi, didapatkan proses perkembangan yang baik dari hewan, pada hari pertama dan kedua, terjadi peningkatan suhu yang cukup tinggi, diduga ini adalah fase kritis dari hewan setelah melewati operasi, dan suhu mulai menurun pada selasa sore dan terus

menuju keadaan normal pada hari berikutnya dengan suhu berkisar 38 C. dari kardiorespirasi juga mengalami perkembangan yang baik. Pada frekuensi jantung didapatkan frekuensi yang terus meningkat hingga 100 kali permenit, meskipun sempat turun pada hari selasa, namun tdak terlalu jauh pada frekuensi sebekum dan sesudahnya. Pada respirasi didapatkan frekuensi yang cukup tinggi pada hari pertama hal ini diduga akibat proses adaptasi dari pasien dalam melewati fase kritirnya dan mulai menurun secara perlahan hingga mencapai kondisi normalnya 30-36 kali permenit. Sempat menurun pada hari ke 2 namun masih dalam normalnya. Pasien sudah mulai makan pada hari ke 2 meskipun dalam jumlah yag sangat sedikit, hal ini diduga dari keadaan yang tidak nyaman dan rasa sakit dari pasien, mengakibatkan menurunnya nafsu makannya. Nafsu makan mulai normal pada hari kedua siang harinya, dan kembali normal pada hari berikunya. Dalam proses persembuhan tidak ditemukan kelainan dalam proses persembuhan pasien, hanya peningkatan suhu pada hari pertama hingga hari kedua. Pada hari ke 4 luka sudah mulai kering, dan pasien sudah mulai kembali pada keadaan normalnya. Pada perubahan tingkah laku pasca operasi ovariohisterektomi yang merupakan salah satu dampaknya, terlihat tidak terlalu signifikan perubahan tingkah laku dari hewan tersebut. Diduga karena rentang waktu pelaporan masih terlalu dekat dari proses operasi, dan beberapa efek metebolisme hormon didalam tubuh hewan masih tersisa.

Ganisma SG. 1995. Farmakologi dan Terapi. FKUI. Jakarta Deni,noviana.Ovariohisterektomi. [http://web.ipb.ac.id/~bedahradiologi/images/pdf/Ovariohisterectomy] diakses tanggl 18 april 2013 Sahal, Mehmet. 2011. Generalized Tetanus in A dog After Ovariohysterectomy . Ankara University. Turkey Yuniarti, Wiwik Misaco. Gambaran Histopatologik Ginjal Tikus Putih. Universitas Airlangga. Surabaya

You might also like