You are on page 1of 22

Asuhan Keperawatan Sosial Lansia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan dampak taraf positif hidup penduduk dari lansia pada dasarnya angka Namun, juga merupakan dan lain pembangunan. harapan tidak Pembangunan meningkatkan kematian disisi

masyarakat, usia secara

menurunkan hidup. langsung

meningkatkan pembangunan kurang baik

berdampak Lansia ini

negatif sering

melalui perubahan nilai-nilai dalam keluarga yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga yang lansia. selama kehilangan pertalian diharapkan.

Perubahan yang terjadi juga menyebabkan berkurangnya peran dan status lansia dalam keluarga. Selain itu juga mulai terlihat hilangnya bentuk - bentuk dukungan keluarga terhadap lansia (Junaidi, 2007). Penduduk lansia di Indonesia tahun 2006 sebesar 19 juta jiwa, dengan usia harapan hidup 66,2 tahun, tahun 2010 diperkirakan jimlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan usia harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020 jumlah lansia diperkirakan sebesar 28,8 juta jiwa dengan usia harapan hidup 71,1 tahun. Peningkatan jumlah penduduk lansia disebabkan oleh tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, kemajuan dibidang pelayanan kesehatan dan tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat (MENKOKESRA, 2007). Meningkatnya jumlah lansia membutuhkan penanganan yang serius karena secara alamiah lansia itu mengalami kemunduran baik dari fisik, biologis, maupun mentalnya. Hal ini tidak terlepas perlu dari masalah peran ekonomi, dan sosial dukungan yang dan dari budaya organ, sehingga dalam lansia atau dan adanya serta keluarga akut

penanganannya. menjadi kronis. rentan Ada

Menurunnya terhadap

fungsi penyakit terjadi

berbagai penyakit

bersifat

kecenderungan

degeneratif

penyakit metabolik (Nugroho, 2000).

Selain penyakit degeneratif, masalah psikologis merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi keterasingan kurang Hal dan yang kehidupan dari percaya tersebut kemampuan bersahabat kehidupan lansia, diri, dapat untuk dan seharidiantaranya adalah: kesepian, lingkungan,

ketidakberdayaan, dukungan hasrat, merasakan bahkan dari harapan,

ketergantungan, anggota yang keluarga. dapat

keterlantaran terutama bagi lansia yang miskin serta kurangnya mengakibatkan depresi menghilangkan kebahagiaan,

ketenangan hidup,

pikiran hubungan

ketenangan

menghilangkan

keinginan

menikmati

hari. Sedangkan pada perubahan sosial antara lain terjadinya penurunan aktivitas, peran dan partisipasi sosial (Partini, 2002). Permasalahan yang dihadapi lansia memerlukan pemecahan sebagai upaya untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi terhadap masalah dan tekanan yang menimpa mereka. Konsep untuk memecahkan masalah ini disebut dengan mekanisme koping. Koping dilakukan untuk menyeimbangkan emosi individu dalam situasi yang penuh tekanan. Koping merupakan reaksi terhadap tekanan yang dibutuhkan Dukungan sebagai lansia untuk memecahkan, sangat mengurangi, diperlukan Namun memahami dan ada dan menggantikan kondisi yang penuh tekanan (Hawari, 1997). sosial bagi lansia selama dalam dan pula lansia masih mampu memahami makna dukungan sosial tersebut penyokong ada atau penopang lansia sosial kehidupannya. yang mampu optimal kenyataanya memanfaatkan orang sosial yang kecewa, 2002). Dukungan perilaku dan sosial sikap dari positif keluarga yang merupakan segala bentuk kepada diberikan keluarga lain, tetapi kesal sebagian

dukungan sehingga masih dan

dengan ia

lansia yang kurang mampu memahami adanya dukungan sosial dari meskipun saja telah yang menerima dukungan seperti, menunjukkan perilaku adanya ketidakpuasan, (Kuntjoro,

ditampilkan

dengan

maladaptif lainnya

perilaku

menyimpang

salah satu anggota keluarga yang lansia.

Dukungan keluarga

memegang peranan penting dalam menentukan bagaimana mekanisme koping yang akan ditunjukkan oleh lansia. Adanya dukungan dari keluarga dapat membantu lansia menghadapi masalahnya. Dari permasalahan tersebut penyusun akan membahas dalam makalah ini dengan batasan pengertian Sosial, peran sosial lansia, dan asuhan keperawatan terkait masalah sosial lansia. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan masalah-masalah berikut ini : 1.Apa pengertian sosial? 2.Bagaimana peran sosial lansia? 3.Apa masalah Kesehatan Jiwa Lansia? 4.Apa Faktor yang Memepengaruhi Kesehatan Jiwa Lansia? 5.Bagaimana asuhan keperawatan sosial lansia? 1.3 TUJUAN PENULISAN 1.3.1 1.3.2 2. 3. Tujuan Umum Untuk mengetahui asuhan keperawatan lansia dari aspek sosial Tujuan Khusus Semoga Sebagai makalah bahan ini bisa dan dijadikan bahan referensi yang 1. Agar penyusun lebih mengetahui tentang peran sosial lansia. terkait mengenai askep lansia. belajar pengetahuan tentang penanganan lansia dalam lingkungan sosial. 4. Mahasiswa lebih mengetahui masalah kesehtan jiwa kesehatan lansia. 1.4 MANFAAT 1.4.1 1. 2. Bagi Institusi Digunakan Sebagai sebagai bahan buku bacaan di perpustakaan tentang agar bisa yang para pembaca. bandingan persepsi masalah

bermanfaat bagi menyertai lansia.

1.4.2 2. 1.4.3 1. 2.

Bagi Profesi 1. Perawat lebih mengetahui penanganan sosial lansia. lebih memahami tentang penatalaksanaan dan asuhan Perawat

keperawatan lansia dari aspek sosial. Bagi Penyusun Sebagai Lebih ilmu pengetahuan tentang masalah yang yang dihadapi lansia di

lansia. tahu ,tentang permasalahan dialami lingkungan sosial.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Sosial 2.1.1 Sosial Sosial dapat berarti kemasyarakatan. Sosial adalah keadaan dimana terdapat kehadiran orang lain. Kehadiran itu bisa nyata anda lihat dan anda rasakan, namun juga bisa hanya dalam bentuk imajinasi. Setiap anda bertemu orang meskipun hanya melihat atau mendengarnya saja, itu termasuk situasi sosial. Begitu juga ketika anda sedang menelpon, atau chatting (ngobrol) melalui adanya internet. orang Pun bahkan misalkan setiap kali anda pacar, membayangkan lain, melamunkan

mengingat ibu bapa, menulis surat pada teman, membayangkan bermain sepakbola bersama, mengenang tingkah laku buruk di depan orang, semuanya itu termasuk sosial. Sekarang, coba anda ingat-ingat situasi dimana anda betul-betul sendirian. Pada saat Jadi, hampir sosial. Sosial disini yang dimaksudkan adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai acuan dalam berinteraksi antar manusia dalam konteks masyarakat atau komuniti, sebagai acuan berarti sosial bersifat abstrak yang berisi simbol-simbol berkaitan dengan pemahaman sebagai terhadap anggota lingkungan, yang suatu dan berfungsi oleh Sehingga untuk dengan mengatur individu tindakan-tindakan dimunculkan masyarakat. individuitu anda tidak benar aspek sedang kata dalam pengaruh sang berada siapapun. filsuf dalam Bisa dipastikan anda akan mengalami kesulitan menemukan situasinya. memang semua Aristoteles, manusia Yunani, situasi tatkala mengatakan bahwa manusia adalah mahluk sosial, karena kehidupan

demikian, sosial haruslah mencakup lebih dari seorang individu yang terikat pada satu kesatuan interaksi, karena lebih dari seorang individu berarti terdapat hak dan kewajiban dari

masing-masing lainnya.

individu

yang

saling

berfungsi

satu

dengan

2.1.2 Interaksi Sosial Interaksi Aktivitas senyum, mengobrol, sosial adalah beragam, keadaan mulai dimana saling berjabat seseorang melempar tangan, dalam melakukan hubungan saling berbalas respon dengan orang lain. interaksinya saling sampai dari dan melambaikan bersaing tangan dalam

olahraga.

Termasuk

interaksi sosial adalah chatting di internet dan bertelpon atau saling sms karena ada balas respon antara minimal dua orang didalamnya. Berdasarkan sifat interaksi antara pelakunya, interaksi sosial dibedakan menjadi dua, yakni interaksi yang bersifat akrab atau pribadi dan interaksi yang bersifat non-personal atau tidak akrab. Hal itu saling Dalam interaksi sosial akrab terdapat dan derajat keakraban yang tinggi dan adanya ikatan erat antar pelakunya. anaknya mencakup interaksi antara orangtua yang menyayangi, interaksi antara sepasang

kekasih, interaksi antara suami dengan istri, atau interaksi antar teman dekat dan saudara. Sebagian besar interaksi sosial manusia adalah interaksi sosial adalah tidak akrab. Umumnya interaksi dalam juga situasi ketika kerja anda interaksi tidak akrab. Termasuk

mengobrol dengan orang yang baru saja anda kenal, interaksi antar sesama penonton sepakbola di stadion, interaksi dalam wawancara kerja, interaksi antara penjual dan pembeli, dan sebagainya. 2.2 Peran pada Lansia Sama seperti orang berusia madya harus belajar untuk memainkan peranan baru demikian juga dengan kaum lansia. Dalam kebudayaan dewasa ini, dimana efisiensi, kekuatan, kecepatan dan kemenarikan bentuk fisik sangat dihargai, mengakibatkan

orang lansia sering dianggap tidak ada gunanya lagi. Karena mereka tidak dapat bersaing dengan orang-orang yang lebih muda dalam berbagai bidang tertentu dimana kriteria nilai sangat diperlukan, menyenangkan. Lebih jauh lagi, orang lansia diharapkan untuk mengurangi peran aktifnya dalam urusan masyarakat dan sosial. Demikian juga dengan dunia usaha dan profesionalisme. Hal ini mengakibatkan pengurangan jumlah kegiatan yang dapat dilakukan oleh lansia, dan karenanya perlu mengubah beberapa peran yang masih dilakukannya. Karena sikap sosial yang tidak menyenangkan bagi kaum lansia, pujian yang mereka hasilkan dihubungkan dengan peran usia tua bukan dan dengan keberhasilan lagi mereka. bagi Perasaan tidak berguna tidak diperlukan lansia menumbuhkan dan sikap sosial terhadap mereka tidak

perasaan rendah diri dan kemarahan, yaitu suatu perasaan yang tidak menunjang proses penyesuaian sosial seseorang. 2.2.1 Peran dalam Keluarga Kehidupan merupakan ketahun. radikal hal yang dalam keluarga serius perubahan dan pada usia lanjut yang untuk semakin prestise paling adalah keharusan dan

melakukan perubahan peran. Mereka semakin sulit dari tahun Semakin perubahan radikal tersebut tersebut semakin berkurang

peran tersebut, maka semakin besar pula penolakan terhadap perubahan. Pria atau wanita yang telah terbiasa dengan peran sebagai kepala keluarga akan menemukan kesulitan untuk hidup bergantung dirumah anaknya. Seperti juga halnya dengan pria yang memperoleh kedudukan dan prestise serta tanggung jawab dalam dunia kerjanya, merasa akan sulit menghadapi fakta sebagai pembantu istrinya apabila sudah pensiun. Peran ini

dirasakan akan menghilangkan otoritas dan kejantanannya 2.2.2 Peran dalam Sosial Ekonomi

Walaupun mereka sudah mempersiapkan diri untuk pensiun, tetapi lansia menghadapi masalah yang oleh Erikson disebut krisis identitas (identity mereka menimpa sibuk kadang-kadang sebagai setelah orang crisis), yang tidak sama dengan sebagai Krisis sebagai anak-anak identitas akibat dan yang untuk yang telah sering krisis identitas yang dihadapi dimasa dewasanya, pada waktu diperlakukan orang dewasa. adalah pensiun kadang-kadang

melakukan perubahan peran yang drastis dari seseorang yang dan penuh optimis, dan menjadi yang seorang sudah pernah pengngangur yang tidak menentu. dan lebih lebih lanjut lagi bahwa perubahan terhadap dilakukan kebiasaan sepanjang pola mantap hidup yang dialaminya,

mengakibatkan perasaan yang traumatik bagi lansia. 2.2.3 Peran dalam Sosial Masyarakat Sebagian besar tugas perkembangan usia lanjut lebih banyak berkaitan diri dan dengan kehidupan pribadi dan seseorang menurunnya daripada kesehatan maupun kehidupan orang lain. Orang tua diharapkan untuk menyesuaiakan dengan menurunkan peran kekuatan, pernah secara bertahap. Hal ini sering diartikan sebagai perbaikan perubahan menganti yang dilakukan didalam diluar rumah. Mereka juga diharapkan untuk mencari kegiatan untuk tugas-tugas terdahulu yang menghabiskan sebagian besar waktu dikala masih muda dahulu. Bagi beberapa lansia berkewajiban mengikuti rapat yang

meyangkut kegiatan sosial dan kewajiban sebagai warga negara sangat sulit dilakukan karena kesehatan dan pendapatan yang menurun setelah mereka pensiun. Akibat dari menurunnya kesehatan dan pendapatan, maka mereka perlu menjadwalkan dan menyusun kembali pola hidup yang sesuai dengan keadaan saat itu, yang berbeda dengan masa lalu. 2.3 Masalah Kesehatan Jiwa Lansia Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan

Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari aspek dan penduduk segala aspek dan masalah sosial, lansia, kultural, 1992:6) dampak meliputi ekonomi Peningkatan fisiologis, lansia psikologis, pada dasarnya

lain-lain

(Depkes.RI, merupakan

positif dari pembangunan. Pembangunan meningkatkan taraf hidup masyarakat, menurunkan angka kematian dan meningkatkan usia harapan hidup. Namun, di sisi lain pembangunan secara tidak langsung juga berdampak negatif melalui perubahan nilai-nilai dalam keluarga yang berpengaruh kurang baik terhadap kesejahteraan lansia. Ada tiga dampak pembangunan yang berpengaruh kurang baik terhadap kesejahteraan lansia. Pertama, peningkatan prevalensi migrasi desa-kota. ke Kedua, meningkatnya modern. bentuk Hal aktivitas ini ekonomi wanita dan yang terakhir adalah perubahan sistem perekonomian tradisional menyebabkan dari perekonomian keluarga. Tiga selanjutnya lansia dari lansia terjadinya pemisahan/ keluarnya penduduk

struktur

pemisahan

struktur keluarga tersebut adalah ; 1. Spatial Separation Peningkatan banyak penduduk prevalensi lansia migrasi desa-kota, oleh menyebabkan keluarganya. yang ditinggal

Meningkatnya mobilitas penduduk yang pada umumnya dilakukan oleh penduduk usia muda menyebabkan banyak penduduk lansia tidak dapat lagi menjadi semacam satu ini dengan jelas keluarga sangat (spatial separation). Kondisi menyulitkan

untuk tetap menyantuni orang tua mereka pada usia lanjut. 2. Cultural Separation Pembangunan juga berdampak pada peningkatan pendidikan nilai waktu tersebut wanita. wanita Peningkatan di luar pendidikan akan akan lebih menyebabkan tinggi. waktu Hal untuk rumah

menyebabkan

berkurangnya

alokasi

pekerjaan-pekerjaan kerumahtanggaan, termasuk mengurus orang

tua. Selain pendidikan wanita, peningkatan pendidikan generasi muda secara keseluruhan dan juga akibat kemajuan komunikasi menyebabkan terjadi perbedaan nilai budaya yang cukup tajam antara penduduk usia muda dan lanjut usia. Perbedaan tersebut akan mengakibatkan Fenomena keluarga luas, luas beban ini sosial kesulitan disertai dan untuk menggabungkan bentuk Dalam keduanya dari dalam satu kehidupan. perubahan inti. keluarga suatu menjadi keluarga ekonomi keluarga

keluarga

dapat

ditanggung

bersama antara orang tua dan anak. Sementara itu, dalam usia lanjut, tugas perawatan orang tua dapat dilakukan oleh anak. Akan tetapi, dalam keluarga inti hal semacam itu telah berubah sama sekali akibat terjadinya perges-eran fungsi sosial dan ekonomi. pekerjaan orang tua Peran rumah yang anak di bidang akan usia. sosial seperti oleh membantu lain, lagi tangga, lanjut digantikan Peran orang tidak

biasanya pembantu. Demikian juga dalam menemani dan merawat tersebut dilakukan oleh anak tetapi akan diambil alih oleh institusi atau pemerintah. Apabila hal ini yang terjadi maka lansia pada akhirnya bukan lagi bagian dari suatu keluarga. 3. Economic Separation Bersamaan dengan proses pembangunan, sistem perekonomian akan mengalami perubahan dari perekonomian orang tua tradisional tinggi muda ke perekonomian modern. Hal modern. ini Peranan yang kerja dalam dengan

ekonomi secara tradisional, akan berkurang dalam masyarakat disebabkan angkatan pendidikan lebih baik lebih mampu menyesuaikan diri dengan teknologi baru dan akan mempunyai penghasilan yang lebih baik dari orang tuanya. perubahan telah Peningkatan sikap mobilitas dan vertikal aspirasi rasa telah mereka tanggung menyebabkan diperkirakan perilaku

terhadap aspek-aspek sosial budaya dan bahkan ekonomi. Hal ini menyebabkan berkurangnya jawab untuk menyantuni keluarga pada usia lanjut. Dilihat dari segi ekonomi, ada kecenderungan bahwa rumah tangga sebagai a

unit

of

production produksi

shared

telah

berubah. bahkan

Terlihat

adanya ke

pemilahan

antargenerasi,

cenderung

antarindividu. Hal ini jelas akan menyebabkan penduduk lanjut usia akan mengalami kesulitan dalam ekonomi. Selain itu dalam masyarakat modern peranan orang tua sebagai sumber pengetahuan dan kebijaksanaan telah berkurang. Dalam masyarakat tradisional, peranan orang tua sangat penting dalam meneruskan formal pengetahuan seperti secara lisan kepada anaknya. dan mass Dalam era modern, pengetahuan disalurkan melalui institusiinstitusi sekolah, perpustakaan, media. Oleh karenanya para orang tua merasa kehilangan rasa keintiman dan hubungan antar individu dalam keluarga, sehingga mereka merasa diasingkan. Berkaitan dengan semua perubahan-perubahan tersebut, status orang tua juga mengalami perubahan yang berarti. Status orang tua yang tinggi dalam masyarakat dengan sistim keluarga luas, akan cenderung rendah pada masyarakat dengan keluarga inti. Status penduduk tua cenderung tinggi di masyarakat pertanian, akan rendah di masyarakat industri Berdasarkan hal tersebut terlihat perubahan yang terjadi menyebabkan berkurangnya peran dan status lansia dalam keluarga. Selain itu juga mulai terlihat hilangnya bentukbentuk dukungan sosial-ekonomi secara tradisional. 2.4 Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa Lansia Ada kesehatan beberapa jiwa faktor yang sangat berpengaruh tersebut terhadap hendaklah lansia. Faktor-faktor

disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut: 1. Penurunan Kondisi Fisik Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis

berganda

(multiple

pathology),

misalnya

tenaga

berkurang,

enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi lansia kegiatan harus yang mampu bersifat memforsir fisiknya. Seorang

mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang. 2. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti : 1. Gangguan jantung 2. Gangguan metabolisme, misal diabetes mellitus 3. Vaginitis 4. Baru selesai operasi : misalnya prostatektom 5. Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang 6. Penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer, serta 7. Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain : Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya Pasangan hidup telah meninggal

Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb

3. Perubahan Aspek Psikososial Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, fungsi tindakan, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan yang menjadi lansia reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara psikomotorik dengan koordinasi, adanya (konatif) dorongan yang meliputi kehendak bahwa hal-hal lansia tersebut, yang berhubungan seperti gerakan,

berakibat kedua

kurang cekatan. Dengan juga penurunan fungsi mengalami perubahan aspek psikososial berkaitan

dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia (lihat artikel MemahamiTipe Kperibadian Lansia)sebagai berikut: 1) Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua. 2) Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya 3) Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat keluarga dipengaruhi selalu kehidupan maka keluarga, pada masa apabila kehidupan harmonis

lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya. 4) Tipe tipe Kepribadian ini setelah Bermusuhan memasuki (Hostility tetap personality), merasa tidak pada puas lansia

dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak

diperhitungkan

secara

seksama

sehingga

menyebabkan

kondisi

ekonominya menjadi morat-marit. 5) Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya. 4. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering setelah diartikan peran, orang sebagai kehilangan status pensiun penghasilan, dan harga lebih kedudukan, Reaksi dari jabatan, kegiatan, diri.

memasuki

masa

tergantung

model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas. 5. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat Akibat pendengaran, Misalnya penglihatan, berkurangnya gerak fisik dan fungsi indera maka sebagainya

muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. badannya menjadi Hal bungkuk, itu pendengaran dicegah selama akan dan sangat dengan yang berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan selalu keterasingan. mereka jika sebaiknya mengajak melakukan aktivitas, terjadi lain

bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. menolak Karena keterasingan dengan semakin kadanguntuk berkomunikasi orang

kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil. Dalam (budaya menghadapi ketimuran) berbagai masih permasalahan beruntung di atas pada umumnya lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita sangat karena anggota

keluarga

seperti

anak,

cucu,

cicit,

sanak

saudara

bahkan

kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar.

2.5 Permasalahan Sosial terkait Kesejahteraan Lansia Berbagai pencapaian berikut : 1. Permasalahan Umum a. Masih besarnya jumlah Lajut Usia yang berada dibawah garis kemiskinan. b. Makin melemahnya nilai kekerabatan, sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dan dihormati, berhubung terjadi perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara fisik lebih mengarah pada bentuk keluarga kecil. c. Lahirnya kelompok masyarakat industri, yang memiliki ciri lugas kehidupan dan d. yang lebih yang bertumpu secara kepada individu untung dan rugi, menjalankan kehidupan efisien, Masih berdasarkan perhitungan tidak permasalahan sosial Usia, yang berkaitan lain dengan sebagai kesejahteraan Lanjut antara

langsung

merugikan tenaga

kesejahteraan lanjut usia. rendahnya kuantitas usia dan dan kualitas profesional berbagai usia. e. Belum membudaya dam melembaganya kegiatan pembinaan kesejateraan lanjut usia 2. Permasalahan Khusus pelayanan bidang lanjut masih terbatasnnya lanjut

sarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi lanjut usia dengan pelayanan pembinaan kesejahteraan

Menurut berbagai a.

Departemen permasalahan

Sosial khusus proses

Republik yang menjadi

Indonesia berkaitan tua, yang

(1998), dengan berakibat

kesejahteraan lanjut usia adalah sebagai berikut: Berlangsungnya timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial. Mundurnya keadaan fisik yang menyebabkan penuaan peran sosialnya dan dapat menjadikan mereka lebih tergantung kepada pihak lain. b. Berkurangnya dan integrasi sosial Lanjut Usia, akibat ini produktivitas kegiatan Lanjut Usia menurun. Hal

berpengaruh negatif pada kondisi sosial psikologis mereka yang merasa sudah tidak diperlukan lagi oleh masyarakat lingkungan sekitarnya. c. Rendahnya produktivitas kerja lanjut usia dibandingkan dengan tenaga kerja muda dan tingkat pendidikan tidak serta dapat dan ketrampilan d. yang rendah, lanjut menyebabkan usia yang mereka miskin,

mengisi lowongan kerja yang ada, dan terpaksa menganggur. Banyaknya terlantar cacat, sehingga diperlukan bantuan dari berbagai pihak agar mereka tetap mandiri serta mempunyai penghasilan cukup. e. kepada Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah Lanjut tatanan masyarakat individualistik, sehingga

Usia kurang dihargai dan dihormati serta mereka tersisih dari kehidupan masyarakat dan bisa menjadi terlantar. f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan seperti dampak lingkungan, polusi dan urbanisasiyang dapat mengganggu kesehatan fisik lanjut usia 2.6 Asuhan Keperawatan Lansia A. Pengkajian Keperawatan 1. Identitas Klien Meliputi nama perkawinan, klien , umur , MRS jenis , kelamin , status

agama,

tangggal

informan,

tangggal

pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien. 2. Orang-orang terdekat

Status perkawinan, kebiasaan pasien di dalam tugas-tugas keluarga dan fungsi-fungsinya, pengaruh orang terdekat, proses interaksi dalam keluarga. 3. Kultural Latar belakang etnis, tingkah laku mengusahakan kesehatan (sistem rujukan penyakit), nilai-nilai yang berhubungan dengan kesehatan dan keperawatan, faktor-faktor kultural yang dihubungkan dengan penyakit secara umum dan respons terhadap rasa sakit, kepercayaan mengenai perawatan dan pengobatan. 4. Keluhan Utama Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari hari , dependen. 5. Faktor predisposisi Kehilangan, perpisahan ,harapan orang tua yang tidak realistis ,kegagalan /frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba ( misalnya harus dioperasi ,dituduh , kecelakaan dipenjara dicerai tiba suami tiba) ,putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi korban perkosaan KKN, perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama. 6. Aspek fisik / biologis Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhafisik yang dialami oleh klien 7. Aspek Psikososial a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi b. Konsep diri; 1) Citra tubuh : 2) Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi

negatip

tentang

tubuh.

Preokupasi

dengan

bagia

tubuh

yang

hilang , mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan. 3) Identitas diri Ketidakpastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan 4) Peran Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses menua , putus sekolah, PHK. 5) Ideal diri Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi. 6) Harga diri Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri , gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan kurang percaya diri. c. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga sosialdengan d. orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat. Keyakinan klien terhadap tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual) 8. Status Mental Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan orang lain , Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup. 9. Mekanisme Koping Klien apabila nya mendapat pada masalah orang takut lain atau ( tidak mau menceritakan 10. Aspek Medik Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor,therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas. B. Diagnosa Keperawatan orang lebih sering

menggunakan koping menarik diri)

1. Harga diri rendah berhubungan dengan merasakan/mengantisipasi kegagalan pada 2. Koping peristiwa-peristiwa kehidupan. tidak sistem tingkah efektif saraf; laku berhubungan kehilangan adaptif dan dengan memori; kemampuan individu

ketidakseimbangan ketidakseimbangan memecahkan masalah. 3.

Ansietas berhubungan dengan krisis situasional/maturasional. keyakinan kesehatan,nilai spiritual, pengaruh kultural.

4. Ketidakpatuhan berhubungan dengan sistem penghargaan pasien; C. Rencana Keperawatan 1. Intervensi Diagnosa 1: a. Dorong pengungkapan perasaan, menerima apa yang dikatakannya. Rasionalnya: membantu pasien/orang terdekat untuk memulai menerima perubahan dan mengurangi ansietas mengenai perubahan fungsi/gaya hidup. b. diharapkan Bantu dan pasien dengan tersebut menjelaskan mungkin di hal-hal perlukan yang untuk hal-hal memberi dan

dilepaskan atau dirubah. Rasionalnya: kesalahan c. komunitas. Rasionalnya: memungkinkan pasien untuk berhubungan dengan grup yang diminati dengan cara yang membantu dan perlengkapan pendukung, pelayanan dan konseling. 2. Intervensi Diagnosa 2: a. perasaan. Rasionalnya: jika individu memiliki kemampuan koping yang berhasil dilakukan dimasa lampau, mungkin dapat digunakan Kaji munculnya kemampuan koping positif, misalnya penggunaan teknik relaksasi keinginan untuk mengekspresikan kesempatan mulai untuk mengidentifikasi pilihan-pilihan; konsep melihat

meningkatkan orientasi realita. Berikan informasi dan penyerahan ke sumber-sumber

sekarang untuk mengatasi tegangan dan memelihara rasa kontrol individu. b. pasien Rasionalnya: membantu mengidentifikasi dan membenarkan persepsi realita dan memungkinkan dimulainya usaha pemecahan masalah. 3. Intervensi diagnosa 3: a. Pahami rasa takut/ansietas Rasionalnya: perasaan adalah nyata dan membantu pasien untuk terbuka sehingga dapat mendiskusikan dan menghadapinya. b. ansietas. Rasionalnya: respon individu dapat bervariasi tergantung pada pola kultural yang dipelajari. Persepsi yang menyimpang dari situasi mungkin dapat memperbesar perasaan. c. terjadi Dorong pasien untuk berbicara mengenai apa yang saat ini dan apa yang telah terjadi untuk Kaji tingkat realita bahaya bagi pasien dan tingkat Perbaiki kesalahan konsep yang mungkin dimiliki

mengantisipasi perasaan tidak tertolong dan ansietas. Rasionalnya: menyediakan petunjuk untuk membantu pasien dalam mengembangkan kemampuan koping dan memperbaiki ekuilibrium. 4. Intervensi diagnosa 4: a. kesehatan. Rasionalnya: b. c. memberikan wawasan akan mengenai pemikiran/faktorpersepsi pasien faktor yang berhubungan dengan situasi individu. Kepercayaan meningkatkan tentang situasi dan partisipasi dalam regimen keperawatan. Kaji sistem pendukung yang tersedia bagi pasien. adanya dapat keluarga/orang membantu terdekat dalam yang proses pasien Rasionalnya: penyembuhan. D. Implementasi Tentukan kepercayaan kultural, spiritual dan

memperhatikan/peduli

1. Intervensi Diagnosa 1: a. b. c. Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya.. Membantu untuk menjelaskan pada pasien hal-hal yang Memberikan informasi dan penyerahan ke sumber-sumber

mungkin perlu dirubah. komunitas. 2. Intervensi Diagnosa 2: c. koping. d. benar. 3. Intervensi diagnosa 3: d. e. f. terjadi Memahami rasa takut/ansietas pasien. Melakukan tindakan tingkat realita bahaya bagi Memperbaiki konsep yang dimiliki pasien ke arah yang Melakukan tindakan untuk memunculkan mekanisme

pasien dan tingkat ansietas. Memotivasi pasien untuk berbicara mengenai apa yang saat ini dan apa yang telah terjadi untuk

mengantisipasi perasaan tidak tertolong dan ansietas. 4. Intervensi diagnosa 4: d. e. pasien f. pasien. E. Evaluasi 1. Pasien mampu mengidentifikasi adanya kekuatan dan pandangan diri sebagai orang yang mampu mengatasi masalahnya. 2. Pasien mampu menunjukkan kewaspadaan dari koping pribadi/kemampuan memecahkan maslah. 3. Pasien mampu melakukan relaksasi dan melaporkan berkurangnya ansietas ke tingkat yang dapat diatasi. Mengarahkan ketentuan kepercayaan kultural, spiritual dan kesehatan. Meningkatkan kepercayaan akan meningkatkan persepsi situasi dan partisipasi pendukung yang dalam regimen bagi tentang

keperawatan. Mengkaji sistem tersedia

Pasien dapat menunjukkan pengetahuan yang akurat akan penyakit dan pemahaman regimen pengobatan
http://firmansyahjf.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan-sosial-lansia.html

You might also like