You are on page 1of 8

Resum Perubahan Sensori Pada Lansia Disusun Oleh : Nurul, Ira dan Mega A.

Perubahan Sensori Pada Lansia 1. Mata atau penglihatan a) Proses perubahan Kornea, lensa, iris, aquous humormvitrous humor akan mengalami perubahan seiring bertambahnya usia., karena bagian utama yang mengalami perubahan/ penurunan sensifitas yang bisa menyebabkan lensa pada mata, produksi aquous humor juga mengalami penurunan tetapi tidak terlalu terpengaruh terhadap keseimbangan dan tekanan intra okuler lensa umum. Bertambahnya usia akan mempengaruhi fungsi organ pada mata seseorang yang berusia 60 tahun, fungsi kerja pupil akan mengalami penurunan 2/3 dari pupil orang dewasa atau muda, penurunan tersebut meliputi ukuran-ukuran pupil dan kemampuan melihat dari jarak jauh. Proses akomodasi merupakan kemampuan untuk melihat benda-benda dari jarak dekat maupun jauh. Akomodasi merupakan hasil koordinasi atas ciliary body dan otot-otot siliary, gangguan akomodasi ini akibat kelemahan otot-otot siliaris sehingga otot ini mengalami kekenduran dan diikuti dengan sklerosis pada lensa kristalis, sehingga seseorang terutama pada lansia terjadi penurunan untuk memusatkan penglihatan jarak dekat presbiopi (stanley, beare: 2006) b) Manifestasi klinik Kerusakan dalam membaca huruf-huruf kecil Penyempitan lapang pandang Penglihatan kabur Sensitivitas terhadap cahaya Penurunan penglihatan pada malam hari Kesukaran dengan presepsi kedalaman 2. Telinga atau pendengaran a) Proses perubahan Gangguan pendengaran ini merupakan masalah kesehatan kedua yang sering dialami lansia. Gangguan ini terjadi pada usia 65 tahun (55%) > 80 tahun mencapai 66%, gangguan pendengaran tidak hanya terjadi karena adanya penambahan usia, namun juga akibat dari konsumsi obat. Secara umum gangguan pendengaran ada 3 macam yaitu : a) gangguan pendengaran konjungtiva. b) ganguan pendengaran sensori c) Gangguan pendengaran campuran ( konjungtiva dan campuran ). Ganguan pendengaran konjungtiva terjadi karena adanya gangguan telinga dibagian luar dan tengah, seseorang dapat terjadi tuli konduksi apabila terjadi gangguan pada meatus acustivus eksternus, membran tympani/ossiculas (maleus, incus, stapes) jika terjadi gangguan pada organ salah satu tersebut maka akan mengalami gangguan pendengaran konjungtiva. Pada lansia penurunan pendengaran sensorineural terjadi saat telinga bagian dalam dan komponensaraf tidak berfungsi dengan baik ( saraf pendengaran, batang otak, atau jalur kortikal pendengaran). Manifestasi klinik Ketidakmampuan untuk mendeteksi volume suara (presbiokusis) Ketidakmampuan untuk mendeteksi suara dengan nada frekuansi tinggi. Berbicara dengan intonasi tinggi

Merapat kearah pembicara Suka bertanya dan menyuruh pembicara untuk mengulangi pembicaraan Respon tidak sesuai dengan percakapan 3. Pengecap a) Proses perubahan Terjadi penurunanan jumlah serta kerusakan kuncup-kuncup perasa pada lidah,kuncup-kuncup perasa mengalami regenerasi sepanjang kehidupan manusia, namun pada lansia mengalami suatu penurunan sensitivitas terhadap rasa manis, asam, asin dan pahit. Selain itu keadaan kebiasaan merokok, defesiensi vitamin D, dan penurunan produksi saliva, gigi palsu, defisit orfal hygine dan pengobatan tertentu juga dapat menumpulkan sensasi rasa. (stanley and beare. 2006) b) Manifestasi klinik Kehilangan sensasi rasa Penurunan nafsu makan Penurunan ketajaman rasa Suka menambahkan perasa makanan di makanannya Resiko hipertensi, DM 4. Pembau atau sistem penghidu a) Proses perubahan Nervous olfaktorius diperkirakan dapat melakukan regenerasi. Terdapat faktor predisposisi yang juga dapat menyebabkan kehilangan sensasi pembauberupa, pilek, influenza, merokok, obstruksi hidung, sinusitis kronik, epistaksis, penuaan dan faktor lingkungan. b) Manifestasi klinik Penurunan sensasi bau Penurunan nafsu makan Defesit perawatan diri B. Masalah perubahan sensoris akibat penuaan: 1. Mata penglihatan a. Masalah yang terjadi Gangguan yang sering terjadi pada sistem penglihatan yang dialami lansia yaitu: Penurunan kemampuan penglihatan ARMD ( agp- relaed macular degeneration ) Glaucoma Katarak Entropion dan ekstropion a) Penurunan kemampuan penglihatan Penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah progesifitas dan pupil kekuningan pada lensa mata, menurunnya vitous humor.pada lansia yang berusia lebih dari 60 tahun lensa mata akan semakin keruh, beberapa orang tidak mengalami atau jarang mengalami penurunan penglihatan seiring dengan bertambahnya usia. b) ARMD ( Age- related macular degeneration ) ARMD terjadi pad usia 50-65 tahun dibeberapa kasus ini mengalami peningkatan makula berada dibelakang lensa sedangkan makula sendiri berfungsi untuk ketajaman penglihatan dan penglihatan warna, kerusakan makula akan menyebabkan sesorang mengalami gangguan pemusatna

penglihatan. Tanda dan gejala ARMD meliputi : penglihatan samarasamar dan kadang-kadang menyebabkan pencitraan yang salah. Benda yang dilihat tidak sesuai dengan kenyataan, saat melihat benda ukuran kecil maka akan terlihat lebih kecil dan garis lurus akan terlihat bengkok atau bahkan tidak teratur. Pada dasarnya orang yang ARMD akan mengalami gangguan pemusatan penglihatan, peningkatan sensifitas terhadap cahaya yang menyilaukan, cahaya redup dan warna yang tidak mencolok. Dalam kondisi yang parah dia akan kehilangan penglihatan secara total. Pendiagnosaan dilakukan oleh ahli oftomologi dengan bantuan berupa test intravena fluorerensi angiografy. Treatment Beberapa kasus dalam ARMD dapat dilakukan dengan tembok laser (apabila akondisi tidak terlalu parah) pelaksanaan dalam keperawatan adalah membantu aktifitas sehari-harinya, membantu perawatan diri dan memberikan pendidikan tentang ARMD. c) Glaukoma dapat terjadi pada semua usia tapi resiko tinggi pada lansia usia 60 tahun keatas, kerusakan akibat glaukoma sering tidak bisa diobati namun dengan medikasi dan pembedahan mampu mengurangi kerusakan pada mata akibat glaukoma. Glaukoma terjadi apabila ada peningkatan tekanan intra okuler ( IOP ) pada kebanyakan orang disebabkan oleh peningkatan tekanan sebagai akibat adanya hambatan sirkulasi atau pengaliran cairan bola mata (cairan jernih berisi O2, gula dan nutrisi), selain itu disebabkan kurang aliran darah kedaerah vital jaringan nervous optikus, adanya kelemahan srtuktur dari syaraf. Populasi yang berbeda cenderung untuk menderita tipe glaukoma yang berbeda pula pada suhu Afrika dan Asia lebih tinggi resikonnya di bandinng orang kulit putih, glaukoma merupakan penyebab pertama kebutaan di Asia. Tipe glaukoma ada 3 yaitu : 1. Primary open angle Gloueoma (glaukoma sudut terbuka) 2. Normal tenion glukoma (glaucoma bertekanan normal) 3. Angel clousure gloukoma (Glaukoma sudut tertutup) 1. Primary open angel gloukoma Tipe ini merupakan yang paling umum terjadi terutama lansia usia> 50 tahun. Penyebabnya adalah peningkatan tekanan di dalam bola mata yang berfungsi secara perlahan, rata-rata tekanan normal bola mata adalah 14- 16 mmHg.Tekanan 20mmHg masih dianggap normal namun bila lebih dari 22 diperkirakan menderita glaukoma dan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.Tekanan bola mata yang meningkat dapat membahayakan dan menghacurkan sel-sel mata. Setelah terjadi kehancuran sel-sel tersebut maka munculah bintik-bintik yang akan lapang pandang bintik ini dimulai dari tepi atau daerah yang lebih luar dari satu lapang pandangan. Tidak ada gejala yang nyata dengan glaukoma sudut terbuka, sehingga susah untuk didiagnosa. Penderita tidak merasakan adanya nyeri dan sering tidak disadari. 2. Normal tention glukoma Glukoma bertekanan normal adalah suatu keadaan dimana terjadi kerusakan yang progesif pada syaraf optikus dan kehilangan lapang pandangan meskipun tekanan bola mata normal.Tipe glaukoma ini diperkirakan ada hubunganya (meski kecil) dengan kurangnya sel syaraf

optikus yang membawa impuls ke retina menuju otak.Glukoma bertekanan normal ini sering terjadi pada orang yang mempunyai riwayat penyakit pembuluh darah, kebanyakan pada orang jepang atau wanita. 3. Angel closure glaucoma Sudut antara iris dan kornea adalah menyempit, adanya gangguan pada cairan bola mata, peningkatan tekanan boala mata sangat cepat karena saluran cairan bola mata terhambat, tandatandanya muncul secara tiba-tiba dan penanganan secara cepat dibutuhkan untuk kerusakan mata secara permanen. Diliteratur lain disebutkan bahwatipe glaukoma selain di atas antara lain pigmentary glukoma, congenitak glukoma, secondary glaukoma. Secara umum tanda dan gejala yang muncul pada open gloukoma adalah sulit untuk diidentifikasi, kejadiannya berjalan sangat lambat, kehilangan sudut pandang dari tepi, penurunan kemampuan penglihatan.Sedangkan pada class gloukoma adalah munculsecara tiba-tiba adanya nyeri pada mata, sudut mata menyempit, mata memerah, kabur, neusea, vomite atau brodykardia bisa terjadi karena adanya nyeri pada mata. Treatment Ketika tanda dan gejala sudah muncul segera lakukan pemeriksaan alatnya berupa tanometer ) Penangananya berupa : Tetes mata : cara ini merupakan cara umum dan sering dan harus dilakukan, sebagian klien dapat mendaptkan respon yang bagus dari obat namun beberapa juga tidak ada respon pemberian obat harus sesuai dengan tipe glaukoma. Bedah laser : ( trabukulopasty) ini dilakuka jika obat tetes mata tidak menghentikanglaukoma. Walaupun sudah dilaser obat harus diberikan Pembedahan (trabekulectomy) sebuah saluran dibuat untuk memungkinkan caira keluar,tindkan ini dapat menyelamatkan sisa penglihtan yang ada. Obat yang diperlukan : Pilocarpine atau timololmalatYaitu untuk mencegah keparahan glaukoma dan menurunkan produk cairan yang yang menyebabkan gangguan pulmo dan detak jantung menurun.Betaxolol (betotik) direkomendasi bagi klien yang ,enderita asma atau eapisima, pilocarpine menyebabkan miosiskontriksi pupil tetapi mempu menormalkan tekanan bola mata, obat lain seperti : Brimohidrine, untuk menurunkan aquous humor. Oral karbonik anhydrase inhibitor seperti acitamolamide (diamox ) yaitu untuk mengurangi cairan, obat ini menyebabkan depresi, fatique latorgy. d) Katarak. Katarak adalah tertutupnya lensamata sehingga pencahayaan dari fokusing terganggu (retina) katarak terjadi pada semua umur namun yang sering terjadi pada usia> 55 tahun. Tanda dan gejalanya berupa: Bertambahnya gangguan penglihatan, pada saat membaca/beraktifitas memerlukan pencahayaan yang lebih, kelemahan melihat dimalam hari, penglihatan ganda.

Penanganan yang tepat adalah pembenahan untuk memperbaiki lensa mata yang rusak pembedahan dilakukan bila katarak sudah mengganggu aktifitas namun bila tidak mengganngu tidak perlu dilakukan pembedahan. e) Entropi dan eutropi Entropi dan eutropi terjadi pada lansia, kondisi ini tidak menyebabkan gangguan penglihatan namun menyebabkan gangguan kenyamanan.Entropi adalah kelopak mata yang terbuka melebar ini menyebabkan mata memerah, entropi terjadi karena adanya kelemahan pada otot konjungtifa.Ektropi adalah penyempitan konjungtifa. b. Akibat yang ditimbulkan Akibat yang dapat saja terjadi akibat masalah penglihatan pada usia lanjut dimana apabila terjadi sensitivitas terhadap cahaya dapat mengakibatkan kecendrungan lansia untuk tetap tinggal di dalam ruangan, atau sering menggunakan kacamata hitam, dan apabila terdapat lingkaran cahaya dapat mempengaruhi dalam mengemudi, keadaan ini sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kemunduran dalam aktifitas sosial serta kesukaran dalam mengemudi dan ambulansi, selain itu akibat katarak yang dialami juga mengakibatkan gangguan presepsi kedalaman sehingga dapat menyebabkan kesalahan presepsi ketinggian, kesukaran dalam membedakan warna menyebabkan kesukaran dalam menentukan warna hal ini sangat mengganggu bagi mereka yang kadang salah mencari dan dan menetapkan suatu objek. 2. Telinga Atau Sistem Pendengaran (presbialusi) a. Masalah yang terjadi Terdapat dua masalah fungsional pendengaran pada lansia (stanley. 2006) yaitu: Ketidak mampuan untuk mendeteksi volume suara Ketidak mampuan untuk mendeteksi suaru dengan nada frekuansi tinggi. Tuli Persepsi sensori terjadi apabila seseorang mengalami kelainan pada organ korti, saraf VIII (Vestibulocochelaris N) pusat pendengaran otak, keadaan pada seseorang yang tuli persepsi terjadi gangguan mendengar baik melalui hantaran udara maupun tulang. Secara umum kehilangan pendengaran pada lansia disebut sebagai presbikusis yang merupakan penyakit simetris bilateral pada pendengaran yang progresif lambat. Faktor penyebab presbikusis adalah: nutrisi, faktor genetika, suaru gaduh atau ribut, hipertensi, stress emosional, danbarteriosklerosis. Tinnitus Selain yang disebutkan diatas, gangguan pendengaran yang lain adalah tinnitus, tinnitus merupakan gangguan pendengaran berupa ada suara di telinga (suara nging). Tinitus terjadi karena adanya gangguan pendengaran konduktif atau sensoris.Suara yang muncul seperti suara bising atau segala sesuatu yang membikin tidak nyaman. Tinnitus bisa juga terjadi karena adanya otoskelorosis atau karena adanya ototxic obat yang dikonsumsi seperti gentamisin atau aspirin (terlampir). Tinnitus bukan merupakan sebuah penyakit namun sebuah gejala dari

adanya gangguan pendengaran bagaimanapun juga kondisi ini memunculkan banyak masalah, tinnitus kadang tidak dirasakan dalam lingkungan yang ramai namun akan sangat terasa dilingkungan yang sepi. Beberapa orang tinnitus dapat menyebabkan kecemasan besar suara musik yang pelan adanya gaduhnya lingkungan dapat membantu mengalihkan suara dengung ditelinga. b. Akibat yang di timbulkan Yang dapat terjadi saat para lansia mengalami perubahan dan gangguan pada pendengaran dimana para lansia dapat mengalami keadaan menarik diri dari lingkungan sosial akibat dari penurunan sensitifitas pendengaran dan pemberian respon yang tidak sesuai atau kurangnya respon saat diajak berbicara, ansietas. Selain itu kurangnya sensitifitas pendengaran menyebabkan lansia sering meningkatkan volume suara TV atau radio hal ini dapat mengganggu kenyamanan lingkungan sekitar, dan lambatnya respon terhadap menghindari bahaya bila terdapat kendaraan dapat menyebabkan keadaan ambulasi. (stanley, beare: 2006) c. Treatment Management perawatan gangguan pendengaran pada lansia tergantung dari jenis gangguannya alat bantu pendengaran hanya bisa digunakan walupun sedikit pada lansia dengan ganguan pendengaran konduktif dan tidak bisa digunakan untuk gangguan pendengaran sensori. Kebersihan liang telinga dari penumpukan serumen sangat membantu pendengaran lansia. Pembersih serumen dapat dilakukan dengan irigasi normal yang saling dihangatkan. Alat bantu pendengaran bisa membantu fungsi pendengaran lansia yang telah berkurang. Namun, alat pendengaran tidak bisa menyelesaikan masalh karena pmakaian alat bantu pendengaran bagi beberapa orang menyebabkan rasa malu (sehingga tidak mau pakai). Hal ini membutuhkan bantuan dari ahli audiologi untuk dijadikan support dari sumber sugesti bagi penderita. 3. Hidung atau sistem pembau a. Masalah yang terjadi Kerusakan yang terjadi pada nervus olfaktorius akibat penuaan serta faktor pendukung seperti pilek, influenza, merokok, obstruksi hidung, sinusitis kronik, epistaksis, penuaan dan faktor lingkungan mengakibtakan terjadinya kehilangan kemampuan sensasi pembau. b. Akibat yang di timbulkan Gangguan persepsi bau dapat mempengaruhi kualitas hidup dengan berkurangnya kemampuan penciuman terhadap sesuatu tanda peringatan bahaya dan berkurangnya kenikmatan pada hal-hal yang positif. Defisit kemampun pembau mempunyai bahaya yang tidak bisa dipisahkan dan pengaturan harus dibuat untuk menghindari konsekuensi yang mungkin terjadi, sebagai contoh penderita dan keluarga harus memperhatikan tempat tinggal dari kebocoran gas hal ini akan sangat fatal terhadap keselamatan.Selain itu penurunan sensasi pembau dapat

menyebabkan ketidak mampuan lansia untuk mengindentifikasi keadaan makanan apakah masih baik atau sudah rusak yang berhubungan dengan pemenuhan nutrisi lansia. 4. Lidah atau sistem Pengecap a. Masalah yang terjadi Kerusakan dan penurunanan jumlah kuncup-kuncup perasa pada lidah yang meyebabkan penurunan sensitivitas terhadap rasa. b. Akibat yang ditimbulkan Ketika usia seseorang bertambah tua mereka cenderung untuk mempertahankan keinginan terhadap makanan-makanan yang mereka anggap sangat menyenangkan pada masa muda, walaupun ketajaman rasanya mengalami penurunan, banyak lansia mempertahankan rasa makanan yang manis, dan menkonsumsi karbohidrat dalam jumlah besar karena dianggap memiliki rasa yang enak, mudah dikunya hal ini dapat mengakibatkan peningkatan masalah patofiologis yang tejadi di dalam tubuh. 5. Vertigo Vertigo adalah perasan tidak seimbang. Seseorang yang mengalami vertigo akan merasa bahwa lingkungannya terlihat berputar-putar sehingga menyebabkan seseorang jatuh. Vertigo terjadi karena adanya ganguan syaraf pendengaran (labirint) sesorang yang mengalami vertigo (lansia) memungkinkan mengalami gangguan pendengaran,cardiovaskuler, keseimbangan cairan elektrolit, alkohol dan penggunaan obat. Treatment Usahakan klien untuk banyak istirahat dan duduk Bantuklien untuk beraktifitas Usahakan untuk bergerak pelan-pelan ketiak ingin beraktifitas dan bergerak Berikan alat bantu jalan seperti tongkat, walker, kursi roda. 1. Gangguan otak besar (sindroma serebral) Adalah kumpulan gejala yang terjadi akibat perubahan otak pada lansia terjadi pengecilan otak besar dalam batas tertentu masih dianggap normal orang dewasa +50 cc/ 100 gram/menit apabila kurang dari separuhnya akan menimbulkan gejala otak besar. Gangguan sirkulasi ini dapat disebabkan karena hipertensi atau darah tinggi mengerasnya vaso penyempitan akibat proses pengerasan pembuluh, yang dipercepat dengan tingginya kolesterol kencing manis , merokok dan darah tinggi. 2. Bingung (konfusio) tiba-tiba Adalah suatu akibat gangguan fungsi pengertian, derajat, kesadaran, kewaspadaan dan gangguan proses berfikir,bingung waktu,tempat san orang istilah lain gagal otak akut. Gangguan memori jangka pendek, mungkin jangka panjang. Ada ganguan angan-angan melihat sesuatu yang tidak ada (halusinasi) atau salah penglihatan dan sebagainya. Ada 2 syarat yang harus terpenuhi antaa lain : 1. Derajat kesadaran yang menurun 2. Gangguan cipta (persepsi) 3. tergangunya siklus bangun, sulit tidur (insomnia), aktifitas fisik bisa meningkat dan menurun, Bingung, gangguan memori tidak mampu belajar materi baru.

3.Gangguan saraf mandiri Pada lanjut usia yang perlu diperhatikan adalah terjadi perubahan listrik kepusat mandiri yang mengakibatkan tekanan darah rendah (hipotensi) pada posisi tegak, gangguan pengaturan : suhu, gerak, kandung kemih,saluran makan di leher dan usus besar. 4. Gangguan pengaturan suhu Akibat kurang baiknya kerja bagian otak besar (hipotalamus) sebagai pengatur suhu (termostat) untuk menetapkan ke suatu suhu tertentu. Bila termostat menetap tinggi pada suhu rendah akan merangsang tegaknya rambut kulit (pilokontraksi) penyempitan pembuluh darah tepi menggigil dan perasaan dingin, lansia tersebut ingin berbaju tebal untuk manyamai suhu yang ditetapkan oleh pengatur suhu tersebut, sebaliknya bila suhu ditetapkan rendah, maka terjadi mekanisme pelebaran pembuluh darah, berkeringat dan melepaskan baju untuk menyamakan suhu yang di tetapkan oleh termostat tersebut lansia dapat terkena. a. Panas tinggi (hipertermia) Suhu tubuh menjadi > 40,60 c, bisa terjadi gangguan fungsi susunan saraf hebat (psikosis/ngacau, delirium/ kesadaran menurun, koma/tidak sadar) dan gejala anhidrosis/kulit panas dan kering, hipertermi dapat terjadi karena beberapa hal : infeksi, dimulai dari gejala yang tidak spesifik seperti rasa gemetar, ras hangat, anoreksia/ tidak mau makan, mual, muntah, nyeri kepal dan sesak. b. Hipotermia Apabila suhu tubuh rektal / anus, esofagial / pangkal lidah atau telinga menjadi < 35 c hal ini dapat dipicu dari paparan hawa dingin. Perlu dipikirkan tempat yang sejuk tidak langsung kena AC. Gejal awl biasanya ringan dan tidak jelas (32-350 C) seperti rasa capai/ fatingue, lemah, langkah melambat, apatis, bicara pelo, bingung, menggigil, kulit dingin, dapat disebabkan oleh hipotiroidesme terutama bila disebabkan bekas operasi tiroiddilehernya, pengobatan sementara diberikan selimut hangat dan minuman hangat.

You might also like