You are on page 1of 10

BAB V PEMBAHASAN Farmakognosi merupakan cara pengenalan ciri-ciri atau karakteristik obat yang berasal dari bahan alam.

Farmakognosi mencakup seni dan pengetahuan pengobatan dari alam yang meliputi tanaman, hewan, mikroorganisme, dan mineral. Perkembangan farmakognosi saat ini sudah melibatkan hasil penyarian atau ekstrak yang tentu akan sulit dilakukan indentifikasi zat aktif jika hanya mengandalkan mata. Dengan demikian, cara identifikasi juga semakin berkembang dengan menggunakan alat-alat cara kimia dan fisika. Adapun beberapa parameter yang dilakukan sebagai standar mutu tanaman, meliputi pemeriksaan organoleptis, pengamatan terhadap morfologi dan anatomi, serta identifikasi kandungan kimia. Berdasarkan hal tersebut, untuk Pengamatan morfologi dilakukan dengan mengamati bentuk fisik dari simplisia yakni ukuran, warna dan bentuk simplisia dan merupakan salah satu cara dalam memperkenalkan tanaman karena mengingat tanaman yang sama belum tentu mempunyai bentuk morfologi yang sama pula. Pengamatan anatomi dilakukan untuk mengamati bentuk sel dan jaringan yang diuji berupa sayatan melintang, membujur, dan serbuk dari simplisia. Dari pemeriksaan diperoleh pada anatomi daunnya terdiri dari epidermis, hypodermis, sklerenkim, trikoma, xilem, floem. Pada batang terdiri dari epidermis, hypodermis, sklerenkim, xylem, floem, berkas pengangkut tipe kolateral. Pada akar terdapat epidermis, eksodermis, parenkim korteks, floem, dan xilem. Identifikasi kandungan kimia Simplisia yang diuji berupa simplisia tunggal baik dalam bentuk rajangan, serbuk, ekstrak, yang ditambahkan dengan pereaksi tertentu, dan reaksi warna dilakukan untuk pemastian identifikasi Identifikasi simplisia yang akan dilakukan secara :

Organoleptik meliputi pengujian morfologi, yaitu berdasarkan warna, bau, dan rasa, dari simplisia tersebut. Makroskopik merupakan pengujian yang dilakukan dengan mata telanjang atau dengan bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ tanaman yang digunakan untuk simplisia. Mikroskopik, pada umumnya meliputi pemeriksaan irisan bahan atau serbuk dan pemeriksaan anatomi jaringan itu sendiri. Pada praktikum farmakognosi ini dilakukan pemeriksaan simplisia secara mikroskopik, organoleptis dan makroskopik pada 34 sampel dari serbuk simplisia yang mengandung karbohidrat, glikosida, minyak atsiri (minyak menguap), tanin, alkaloid, resin atau damar, lipid dan vitamin. Pemeriksaan serbuk simplisia ini dilakukan secara organoleptis, secara mikroskopik dan secara makroskopik. Pemeriksaan secara organoleptis, dilakukan dengan mengamati warna, bau, dan rasa. Pemeriksaan secara mikroskopik dilakukan dengan melihat anatomi jaringan dari serbuk simplisia yang ditetesi larutan kloralhidrat kemudian dipanaskan di atas lampu spiritus (jangan sampai mendidih). Kemudian pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah ( 4x10 ) dan perbesaran kuat. Sedangkan khusus untuk uji amilum hanya ditetesi dengan aquadest. Hal ini disebabkan karena penetesan kloralhidrat pada amilum dapat menghilangkan butir-butir amilum. Kloralhidrat juga dapat digunakan untuk menghilangkan kandungan sel seperti protein. Sedangkan pemeriksaan secara makroskopik dilakukan dengan melihat simplisia dan serbuk simplisia secara langsung dengan mata telanjang, memperhatikan bentuk dari simplisia. Dari hasil pengamatan berikut ini merupakan penjabaran secara organoleptis, makroskopis, dan mikroskopis dari simplisia yang praktikan amati : 1. Sampel yang mengandung karbohidrat a. Amilum Manihot ( pati singkong )

Organolepis : Warna putih , tidak berbau, tidak berasa. Makroskopik : Habur putih. Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu butir pati sebagian besar tunggal, ada yang bergerombol dua atau tiga, hilus terlihat berupa titik atau garis bercabang

b. Amilum Maydis ( pati jagung ) Organolepis : Warna putih , tak berbau, tek berasa. Makroskopik : Habur putih. Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu butir pati ada yang

bergerombol/majemuk, ada yang tunggal, hilus terlihat berbentuk titik dan bercabang c. Amilum Oryzae ( Pati beras ) Organolepis : Warna putih, tidak berbau, tidak berasa Makroskopik : Hablur putih Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu butir pati majemuk dan hilus berupa titik d. Amilum Solanni ( pati Kentang ) Organolepis : Warna putih, tidak berbau, tidak berasa Makroskopik : Hablur putih Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu butir pati tunggal dan majemuk dua atau lebih , berbentuk bulat telur dan hilus berupa titik pada ujung e. Amilum Sagu ( Pati sagu ) Organolepis : Warna putih, tidak berbau, tidak berasa Makroskopik : Hablur putih Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu butir pati tunggal

2. Sampel yang mengandung glikosida

a.

Daun Asam

b. Biji Jinten Hitam c. Organolepis : Makroskopik : Mikroskopik : Herba Pegagan

3. Sampel yang mengandung minyak atsiri a. Rimpang temulawak Organolepis : kuning muda-kecoklatan, bau sedikit menyengat, rasa pahit. Makroskopik : Kuning pucat pada bagian dalam, coklat muda pada bagian luar, bentuknya bulat dan agak Mikroskopik : serabut sklerenkim, rabut penutup,berkas pembuluh dan butir pati.

b. Rimpang Kencur Organolepis : Warna coklat kemerahan, bau khas aromatik, rasa hambar Makroskopik : Rimpang bulat sembarang, kulit coklat dan bagian dalam berwarna putih pucat. Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu pembuluh kayu dengan penebalan spiral, butir pati, parenkim dan sel minyak c. Rimpang Lengkuas Organolepis : Warna kecoklatan, tidak berbau, rasanya hambar Makroskopik : Warnanya coklat muda , berbentuk agak lonjong Mikroskopik : Anatomi jaringan ini mempunyai ciri yaitu memiliki jaringan berkas pembuluh. Anatomi jaringan yang dapat diamati praktikan meliputi parenkim dengan butir pati, jaringan berkas pembuluh, dan butir pati d. Ketumbar

Organolepis : Warna kecoklatan, tidak berbau, rasanya hambar Makroskopik : Warnanya coklat muda , berbentuk agak lonjong Mikroskopik : Anatomi jaringan ini mempunyai ciri yaitu memiliki jaringan berkas pembuluh. Anatomi jaringan yang dapat diamati praktikan meliputi parenkim dengan butir pati, jaringan berkas pembuluh, dan butir pati

e. -

Kayu Cendana Organolepis : Warna coklat keoranyean, bau aromatik, rasa tidak berasa Makroskopik : Batang berkayu kecoklatan Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu serabut, hablur kalsium oksalat, seludang hablur kalsium oksalat.

4. Sampel yang mengandung Damar/Resin a. Biji kedawung

b. Daun Pacar Cina c. Rimpang Alang-alang

d. Rimpang Jahe Organolepis : Warna coklat muda dengan bau aromatik dan rasa pedas. Makroskopik : Warna kuning pucat pada bagian dalam dan berserat, coklat pucat pada bagian luar, Mikroskopik : Anatomi jaringan ini mempunyai ciri serabut, pembuluh kayu dan berkas pembuluh. Anatomi yang dapat diamati yaitu butir pati, serabut, parenkim dengan sel ekskresi, berkas pembuluh. f. Herba sambiloto Organolepis : Warna coklat kehijauan, bau agak menyengat, rasa sangat pahit. Makroskopik : Daun kecil berwarna hijau tua berserat.

Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu sistolit, fragmen epidermis, fragmen epidermis bawah, fragmen kulit buah.

e. -

Bunga cengkeh Organolepis : Warna coklat muda, bau khas aromatik, rasa tidak berasa. Makroskopik : Bunga berbentuk silinder dengan ujung tajam, dan ujung yang lain, terdapat kelopak, berwarna coklat tua.

Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu serabut sklerenkim, calsium oksalat, sel batu dan sklereida

5. Sampel yang mengandung alkaloid a. Kulit batang delima

b. Buah lada putih Organolepis : Warna putih, bau khas, rasa pedas. Makroskopik : Bulat kecil berwarna putih Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu kelompok sel batu, fragmen perisperm, butir pati. c. Buah lada hitam Organolepis : Warna hitam, bau khas, dan rasanya pedas Makroskopik : Bulat kecil berwarna hitam Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu jafragmen perisperm, fragmen mesokarp, butir pati. d. Cabe Jawa e. Daun Pepaya Organolepis : Daun berwarna hijau tua dengan tulang daun menjari. Makroskopik : Warna hijau tua, bau aromatik, rasa agak pahit.

Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu epidermis atas, hablur kalsium oksalat, fragmen mesofil.

6. Sampel yang mengandung Tanin a. Rimpang kunyit

b. Rimpang Dringo c. Daun Salam

d. Daun Teh e. Daun Kumis Kucing

7. Sampel yang mengandung lipid a. Biji pala Organolepis : Warna coklat muda, bau khas aromatik, rasa tidak berasa Makroskopik : Biji bulat lonjong, berwarna coklat muda bergelombang Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu peristem sekunder, butir pati, endosperm, berkas pembuluh b. Buah adas c. Jinten Putih

8. Sampel yang mengandung vitamin a. Biji kacang hijau

b. Buah cabe c. Daun Seledri Organolepis : Warna coklat kehijauan , bau aromatik, dan rasa asin sedikit pedas, lama lama timbul rasa tebal di lidah. Makroskopik : Daun coklat kehijauan, berbentuk seperti kipas dan tepi daun bergerigi.

Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu stomata, kristal kalsium oksalat, fragmen xilem dengan floem dan dengan penebalan cincin.

d. Daun Ubi jalar e. Daun Bayam Merah

Tentunya banyak simplisia yang memiliki perbedaan yang jelas jika dibandingkan dengan simplisia yang lain. Hal ini disebabkan simplisia tersebut memiliki ciri khas yang diakibatkan oleh adanya perbedaan anatomi dan morfologi. Namun ciri khas tersebut dapat pula tidak nampak karena kesalahan dalam melakukan pemeriksaan dan penyimpnan simplisia yang relatif lama. Pada pemeriksaan simplisia dan serbuk simplisia hanya beberapa simplisia berhasil dikerjakan dengan baik, Perbedaan literatur dan hasil pengamatan disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya yaitu : 1. Simplisia satu dengan yang lainnya memiliki bentuk, warna, dan bau yang hampir mirip pada sebagian besar simplisia. 2. Pada saat pemanasan, terkadang kloralhidrat pada objek gelas mendidih, sehingga pada saat diamati dibawah mikroskop, objek menjadi tidak jelas. 3. Ketidaktelitian praktikan dalam menggunakan alat sehingga antara pengamatan simplisia satu dengan yang lainnya dapat tercampur dan dapat mempengaruhi pemeriksaan. 4. Cara Pembuatan simplisia 5. Penyiapan preparat simplisia, keterbatasan waktu yang disediakan, atau dapat juga dikarenakan bahan simplisia yang terlalu lama

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

1.

Praktikum farmakognosi dilakukan pemeriksaan secara organoleptis, makroskopik dan mikroskopik terhadap simplisia dari tanaman tertentu

2. Pemeriksaan secara organoleptik meliputi pengujian morfologi, yaitu berdasarkan warna, bau dan rasa. 3. Pemeriksaan secara makroskopik pengujian dilakukan dengan mata telanjang atau dapat juga dengan bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ tanaman yang digunakan sebagai simplisia. 4. Pemeriksaan secara mikroskopik dilakukan dengan melihat anatomi jaringan dari serbuk simplisia di bawah mikroskop

B. Saran 1. Laboratorium Sebaiknya Alat untuk praktikum diperbanyak seperti mikroskop dan objek glass serta deg glass 2. Praktikum a. lebih tepat waktu

b. Sebaiknya pembagian kelompok mempunyai anggota yang kurang lebih 5 orang, agar mempermudah jalannya praktikum

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1975. Materia Medika Indonesia, Jilid I, Departemen Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 1977. Materia Medika Indonesia, Jilid II, Departemen Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid V, Departemen Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid VI, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Anonim, 2008, Buku Ajar Mata Kuliah Farmakognosi, Jurusan Farmasi Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar Tim Penyusun, 2010, Penuntun Praktikum Farmakognosi, Laboratorium Farmakognosi - Fitokimia Jurusan Farmasi Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar

You might also like