You are on page 1of 22

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Diabetes Mellitus Penyakit diabetes mellitus merupakan satu penyakit kronik yang berlaku

bila pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup atau tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin yang diproduksikan secara efektif, dan ini mengakibatkan konsentrasi glukosa dalam darah kita meningkat (WHO, 2009).

2.2.

Klasifikasi

2.2.1. Prediabetes: Prediabetes adalah suatu kondisi dimana kadar gula darah terlalu tinggi untuk dianggap normal, tetapi tidak cukup tinggi untuk dilabelkan sebagai diabetes. Orang- orang dikatakan sebagai prediabetes jika kadar gula darah puasa mereka adalah antara 101 mg / dL dan 126 mg / dL atau jika tingkat gula darah mereka 2 jam setelah tes toleransi glukosa adalah antara 140 mg / dL dan 200 mg / dL. Mengidentifikasi orang yang prediabetes adalah sangat penting karena mereka mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk menderita penyakit Diabetes Mellitus pada masa depan. Penurunan berat badan dari 5 sampai 10% melalui diet dan latihan dapat mengurangkan risiko terkena diabetes pada masa depan dengan signifikan (Merck, 2008).

2.2.2. Tipe 1: Pada diabetes tipe 1 (sebelumnya disebut sebagai diabetes insulindependent atau diabetes onset-remaja), lebih dari 90% dari sel pankreas yang memproduksi insulin mengalami kerusakan secara permanen. Oleh karena itu, insulin yang diproduksi adalah sedikit atau langsung tidak dapat diproduksikan. Namun, hanya sekitar 10% dari semua penderita Diabetes Mellitus menderita Diabetes Tipe 1. Kebanyakan Diabetes Tipe 1 mengembangkan sign dan simptom sebelum usia 30. Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan seperti infeksi virus atau faktor gizi pada masa kanak-kanak atau awal dewasa dapat

Universitas Sumatera Utara

menyebabkan sistem kekebalan menghancurkan sel penghasil insulin di pankreas. Faktor genetik dapat membuat sebagian orang lebih rentan terhadap ancaman faktor lingkungan (Merck, 2008).

2.2.3. Tipe 2: Pada diabetes tipe 2 (sebelumnya disebut sebagai diabetes non-insulindependent atau diabetes onset-dewasa), pankreas adalah normal dan dapat terus menghasilkan insulin, bahkan kadang-kadang pada tingkat lebih tinggi dari normal. Akan tetapi, tubuh manusia resisten terhadap efek insulin, sehingga tidak ada insulin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Diabetes tipe 2 jarang sekali wujud pada anak-anak dan remaja tetapi menjadi lebih umum pada kebelakangan ini. Namun, diabetes tipe 2 biasanya bermula pada pasien yang umurnya lebih dari 30 dan menjadi semakin lebih umum dengan peningkatan usia. Sekitar 15% dari orang yang lebih tua dari 70 tahun menderita diabetes tipe 2. Ras dan etnis menjadi salah satu faktor resiko diabetes tipe 2. Peningkatan risiko menderita diabetes tipe 2 setinggi 2 kali lipat terjadi pada penduduk asli Amerika dan Hispanik yang tinggal di Amerika Serikat. Riwayat keluarga juga memainkan peranan yang penting dalam peningkatan risiko menderita daibetes tipe2. Obesitas adalah faktor risiko utama untuk diabetes tipe 2, setinggi 80% sampai 90% dari penderita diabetes tipe 2 mengalami obesitas. Obesitas dapat menyebabkan resistensi insulin, makanya, orang obesitas memerlukan insulin yang berjumlah sangat besar untuk mengawali kadar gula darah yang normal.

Gangguan tertentu dan obat-obatan dapat mempengaruhi cara tubuh menggunakan insulin d an dap at menyebabkan diabet es t ipe 2 secara t idak langsung. Kortikosteroid berdosis tinggi (pada penyakit Cushing atau pengambilan obat

kortikosteroid) dan kehamilan (diabetes gestasi) adalah penyebab yang paling umum mengganggu fungsi dan efektivitas insulin. Diabetes juga dapat terjadi pada pasien dengan kelainan hormon seperti kelebihan hormon pertumbuhan (Akromegali) atau pada orang yang dengan tumor mensekresi hormon tertentu. Pankreatitis berat atau berulang serta gangguan lain yang dapat merusak pankreas dapat menyebabkan diabetes (Merck, 2008).

Universitas Sumatera Utara

2.3.

Faktor Resiko Menurut Wijayakusuma (2004), penyakit Diabetes Melitus dapat

disebabkan oleh beberapa hal : a. Pola Makan Pola makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya Diabetes Melitus. Hal ini disebabkan jumlah atau kadar insulin oleh sel pankreas mempunyai kapasitas maksimum untuk disekresikan. b. Obesitas Orang yang gemuk dengan berat badan melebihi 90 kg mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk terserang Diabetes Melitus dibandingkan dengan orang yang tidak gemuk. c. Faktor genetik Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab Diabetes Melitus orang tua. Biasanya, seseorang yang menderita Diabetes Melitus mempunyai anggota keluarga yang juga terkena. d. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan Bahan kimiawi tertentu dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas. Peradangan pada pankreas dapat menyebabkan pankreas tidak berfungsi secara optimal dalam mensekresikan hormon yang diperlukan untuk metabolism dalam tubuh, termasuk hormon insulin. e. Penyakit dan infeksi pada pankreas Mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat menginfeksi pankreas sehingga menimbulkan radang pankreas. Hal itu menyebabkan sel pada pankreas tidak bekerja secara optimal dalam mensekresi insulin.

Universitas Sumatera Utara

2.4.

Patofisiologi

2.4.1 Diabetes tipe 1 DM tipe 1 adalah penyakit autoimun kronis yang berhubungan dengan kerusakan sel-sel Beta pada pankreas secara selektif. Onset penyakit secara klinis menandakan bahwa kerusakan sel-sel beta telah mencapai status terakhir. Beberapa fitur mencirikan bahwa diabetes tipe merupakan penyakit autoimun. Ini termasuk: (a) kehadiran sel-immuno kompeten dan sel aksesori di pulau pankreas yang diinfiltrasi. (b) asosiasi dari kerentanan terhadap penyakit dengan kelas II (respon imun) gen mayor histokompatibilitas kompleks (MHC; leukosit manusia antigen HLA); (c) kehadiran autoantibodies yang spesifik terhadap sel Islet of Lengerhans; (d) perubahan pada immunoregulasi sel-mediated T, khususnya di CD4 + Kompartemen; (e) keterlibatan monokines dan sel Th1 yang memproduksi interleukin dalam proses penyakit. (f) respons terhadap immunotherapy, dan (g) sering terjadi reaksi autoimun pada organ lain yang pada penderita diabetes tipe 1 atau anggota keluarga mereka. Mekanisme yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh untuk berespon terhadap sel-sel beta sedang dikaji secara intensif. ( Al Homsi and Lukic, 1993). 2.4.2 Diabetes tipe 2 DM tipe 2 memiliki hubungan genetik lebih besar dari tipe 1 DM. Satu studi populasi kembar yang berbasis di Finlandia telah menunjukkan rate

konkordansi pada kembar yang setinggi 40%. Efek lingkungan dapat menjadi faktor yang menyebabkan tingkat konkordansi diabetes tibe 2 lebih tinggi daripada tipe 1 DM. Studi genetika molekular pada diabetes tipe 2, menunjukkan bahwa mutasi pada gen insulin mengakibatkan sintesis dan sekresi insulin yang abnormal, keadaan ini disebut sebagai insulinopati. Sebagian besar pasien dengan insulinopati menderita hiperinsulinemia, dan bereaksi normal terhadap

administrasi insulin eksogen. Gen reseptor insulin terletak pada kromosom yang mengkodekan protein yang memiliki alfa dan subunit beta, termasuk domain transmembran dan domain tirosin kinase. Mutasi mempengaruhi gen reseptor insulin telah diidentifikasi dan asosiasi mutasi dengan diabetes tipe 2 dan

Universitas Sumatera Utara

resistensi insulin tipe A telah dipastikan. Insulin resistensi tidak cukup untuk menyebabkan overt glucose intolerance, tetapi dapat memainkan peranan yang signifikan dalam kasus obesitas di mana terdapat penurunan fungsi insulin. Insulin resistensi mungkin merupakan event sekunder pada diabetes tipe 2, karena juga ditemukan pada individual obese non-diabetik. Namun, gangguan dalam sekresi insulin barulah faktor primer dalam diabetes tipe 2. Banyak faktor berkontribusi kepada ketidakpekaan insulin, termasuk obesitas dan durasi obesitas, umur, kurangnya latihan, peningkatan pengambilan lemak dan kurangnya serat dan faktor genetik. Obesitas dapat disebabkan oleh faktor genetika bahkan faktor lingkungan, namun, ini memiliki efek yang kuat pada pengembangan diabetes tipe 2 DM seperti yang ditemukan di negara-negara barat dan beberapa etnis seperti Pima Indian. Evolusi obesitas sehingga menjadi diabetes tipe 2 adalah seperti berikut:(a) augmentasi dari massa jaringan adiposa, yang menyebabkan peningkatan oksidasi lipid; (b) insulin resistensi pada awal obesitas, dinampakkan dari klem euglycemic, sebagai resistent terhadap penyimpanan glukosa insulinmediated dan oksidasi. Seterusnya memblokir fungsi siklus glikogen; (c) meskipun sekresi insulin dipertahankan, namun, glikogen yang tidak terpakai mencegah penyimpanan glukosa yang lebih lanjut dan mengarah ke diabetes tipe 2; (d) kelehan sel beta yang menghasilkan insulin secara komplet. Dari prosesproses ini, dapat dinyatakan bahwa obesitas lebih dari sekedar faktor risiko sahaja, namun dapat memiliki efek kausal dalam pengembangan diabetes tipe 2 (Al Homsi and Lukic, 1993).

2.5 Gejala klinis


Adanya penyakit Diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dari tidak disadari oleh penderita. Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian ialah : Keluhan Klasik a. Penurunan berat badan Penurunan berat badan yang berlangsung dalam waktu relatif singkat harus menimbulkan kecurigaan. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk

Universitas Sumatera Utara

ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain iaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.

b. Banyak kencing Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.

c. Banyak minum Rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan. Dikira sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita minum banyak.

d. Banyak makan Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisme menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita selalu merasa lapar.

Keluhan lain : a. Gangguan saraf tepi / Kesemutan Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu malam, sehingga mengganggu tidur.

b. Gangguan penglihatan Pada fase awal penyakit Diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar ia tetap dapat melihat dengan baik.

Universitas Sumatera Utara

c. Gatal / Bisul Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka ini dapat timbul akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti.

d. Ganggua Ereksi Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan masalah seks, apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang.

e. Keputihan Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan.

2.6.

Diagnosis Tes berikut ini digunakan untuk diagnosis Fasting plasma glucose (FPG) test digunakan untuk mengukur glukosa darah pada orang yang tidak makan apa-apa untuk minimal 8 jam. Tes ini digunakan untuk mendeteksi diabetes dan pre-diabetes

Oral glucose tolerance test (OGTT) digunakan untuk mengukur glukosa darah setelah seseorang puasa minimal 8 jam dan 2 jam setelah seseorang diberi minuman yang mengandungi glukosa. Tes ini dapat digunakan untuk mendiagnosa diabetes dan pre-diabetes.

Universitas Sumatera Utara

Random plasma glucose test, disebut juga tes glukosa plasma kasual, mengukur glukosa darah tanpa memperhatikan apa yang dikonsumsi oleh orang yang sedang diuji. Tes ini, bersama dengan penilaian gejala, digunakan untuk mendiagnosa diabetes tetapi bukan pre-diabetes.

*Hasil pengujian yang menunjukkan bahwa seseorang menderita diabetes harus dikonfirmasi dengan tes yang kedua pada hari yang berbeda.

2.6.1. FPG Test Tes FPG adalah ujian yang lebih disukai untuk mendiagnosis diabetes karena nyaman dan biayaan yang rendah. Namun, tes ini akan melalaikan beberapa diabetes atau pre-diabetes yang dapat ditemukan dengan OGTT. Tes FPG adalah yang paling dapat dipercayai bila dilakukan di pagi hari. Hasil dan interpretasi ditunjukkan pada Tabel. Orang dengan tingkat glukosa puasa setinggi 100 sampai 125 miligram per desiliter (mg / dL) menderita sejenis pre-diabetes yang disebut sebagai gangguan glukosa puasa (IFG). Memiliki IFG berarti seseorang memiliki peningkatan risiko diabetes tipe 2. Tingkat sekitar 126 mg / dL atau lebih, dikonfirmasi dengan mengulang uji pada hari lain, berarti seseorang menderita diabetes.

Tabel 2.6. Tabel Hasil Tes FPG dan Interprestasi Hasil Glukosa Plasma (mg/dL) 99 dan ke bawah 100 sampai 125 126 dan ke atas Diagnosis Normal Pre-diabetes Diabetes*

*harus dikonfirmasikan lagi dengan mengulangi tes pada hari yang berbeda.

Universitas Sumatera Utara

2.6.2. OGTT Penelitian telah menunjukkan bahwa OGTT lebih sensitif dibandingkan dengan pengujian FPG untuk mendiagnosa pre-diabetes, tapi kurang nyaman untuk administer. OGTT memerlukan puasa minimal 8 jam sebelum ujian. Tingkat glukosa plasma diukur segera sebelum dan 2 jam setelah seseorang minum cairan yang mengandung 75 gram glukosa yang dilarutkan dalam air. Hasil dan interpretasi diperlihatkan pada Tabel. Jika kadar glukosa darah adalah antara 140 dan 199 mg / dL 2 jam setelah minum glukosa(TGT). Setelah TGT, seperti memiliki IFG, berarti seseorang memiliki peningkatan risiko diabetes tipe 2. Tingkat glukosa 2 jam 200 mg / dL atau lebih, dikonfirmasi dengan mengulang uji pada hari lain, berarti seseorang telah menderita diabetes.

Tabel 2.6.2. Tabel Hasil OGTT dan Interprestasi Hasil Glukosa Plasma 2 Jam. (mg/dL) 139 dan ke bawah 140-199 200 dan ke atas Diagnosa Normal Pre-diabetes Diabetes*

*harus dikonfirmasikan lagi dengan mengulangi tes pada hari yang berbeda.

Diabetes kehamilan juga dapat didiagnosis berdasarkan nilai glukosa plasma yang diukur selama OGTT, caranya adalah menggunakan 100 gram glukosa dalam cairan untuk ujian. Kadar glukosa darah diperiksa empat kali selama tes. Jika kadar glukosa darah di atas normal setidaknya dua kali pada saat tes, wanita itu dikatakan menderita diabetes kehamilan. Tabel menunjukkan hasil di atas normal untuk OGTT untuk diabetes kehamilan (National Diabetes Information Clearinghouse).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.6. Tabel Hasil OGTT Diabetes Kehamilan dan Interpretasi Hasil Glukosa Plasma (mg/dL) Pada puasa Pada 1 jam Pada 2 jam Pada 3 jam Diagnosis 95 atau ke atas. 180 atau ke atas. 155 atau ke atas. 140 atau ke atas.

Catatan: Beberapa laboratorium menggunakan nomor lain untuk tes ini. * Angka-angka ini untuk tes menggunakan minuman dengan 100 gram glukosa. (National Diabetes Information Clearinghouse)

2.7. Penatalaksanaan Penatalaksanaan Diabetes Melitus dapat dilakukan dengan cara

pengelolaan yang baik. Tujuan pengelolaan secara umum menurut Perkeni (2006) adalah meningkatkannya kualitas hidup penderita Diabetes. Penatalaksanaan dikenal dengan empat pilar utama pengelolaan Diabetes Melitus, yang meliputi : edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan intervensi farmakologis. Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat, adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan. Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia dan cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien, sedangkan pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus.

Universitas Sumatera Utara

2.7.1.

Edukasi Diabetes Melitus umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku

telah terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan partisipasi aktif penderita, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan harus mendampingi penderita dalam menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif pengembangan ketrampilan dan motivasi. Edukasi secara individual dan pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku yng berhasil. Perubahan perilaku hampir sama dengan proses edukasi yang memerlukan penilaian, perencanaan, implementasi, dokumentasi dan evaluasi (PERKENI, 2006).

2.7.2. Terapi medis gizi Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal kabohidrat, protein, lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut: Kabohidrat : 60 70% Protein : 10 15% Lemak : 20 25 % Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari berat badan ideal dikali kebutuhan kalori basal (30 Kkal/kg BB untuk laki-laki dan 25 Kkal/kg BB untuk wanita). Kemudian ditambah dengan kebutuhan kalori untuk aktifitas, koreksi status gizi, dan kalori yang diperlukan untuk menghadapi stres akut sesuai dengan kebutuhan. Pada dasarnya kebutuhan kalori pada diabetes tidak berbeda dengan non diabetes yaitu harus dapat memenuhi kebutuhan untuk aktifitas baik fisik maupun psikis dan untuk mempertahankan berat badan supaya mendekati ideal (PERKENI, 2006).

Universitas Sumatera Utara

2.7.3. Latihan jasmani Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur. (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti: jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan. (PERKENI, 2006)

Tabel 2.7. Tabel Aktivitas Harian

Universitas Sumatera Utara

2.7.4. Pengelolaan farmakologis Sarana pengelolaan farmakologis diabetes dapat berupa : 1. Obat hipoglikemik oral (OHO) Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan: A. pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan glinid B. penambah sensitivitas terhadap insulin: metformin, tiazolidindion C. penghambat glukoneogenesis (metformin) D. penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa (PERKENI, 2006).

A. Pemicu Sekresi Insulin 1. Sulfonilurea Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas, dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurang, namun masih boleh diberikan kepada pasien dengan berat badan lebih. Untuk menghindari hipoglikemia berkepanjangan pada berbagai keadaaan seperti orang tua, gangguan faal ginjal dan hati, kurang nutrisi serta penyakit kardiovaskular, tidak dianjurkan penggunaan sulfonilurea kerja panjang (PERKENI, 2006). . 2. Glinid Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea, dengan penekanan pada meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu: Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati (PERKENI, 2006).

Universitas Sumatera Utara

B. Penambah sensitivitas terhadap insulin Tiazolidindion Tiazolidindion (rosiglitazon dan pioglitazon) berikatan pada Peroxisome Proliferator Activated Receptor Gamma (PPAR-), suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak. Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga

meningkatkan ambilan glukosa di perifer. Tiazolidindion dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung klas I-IV karena dapat memperberat edema/retensi cairan dan juga pada gangguan faal hati. Pada pasien yang menggunakan tiazolidindion perlu dilakukan pemantauan faal hati secara berkala (PERKENI, 2006).

C. Penghambat glukoneogenesis Metformin Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati (glukoneogenesis), di samping juga memperbaiki ambilan glukosa perifer. Terutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk. Metformin

dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (serum kreatinin > 1,5 mg/dL) dan hati, serta pasien-pasien dengan kecenderungan hipoksemia (misalnya penyakit serebro- vaskular, sepsis, renjatan, gagal jantung). Metformin dapat memberikan efek samping mual. Untuk mengurangi keluhan tersebut dapat diberikan pada saat atau sesudah makan (PERKENI, 2006).

D. Penghambat Glukosidase Alfa (Acarbose) Obat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di usus halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan. Acarbose tidak menimbulkan efek samping hipoglikemia. Efek samping yang paling sering ditemukan ialah kembung dan flatulens. Mekanisme kerja OHO, efek samping utama, serta pengaruh obat terhadap penurunan A1C dapat dilihat pada tabel (PERKENI, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.7. Tabel Penegelolaan Farmakologis

2.8. Komplikasi 2.8.1. Komplikasi akut Diabetes Mellitus a) b) Hipoglikemi Ketoasidosis Ketoasidosis diabetikum (KAD) - Hiperosmolar non ketotik (HONK)

Ketoasidosis Kriteria diagnostik KAD: klinis: adanya riwayat diabetes mellitus sebelumnya, kesadaran menurun,

nafas kussmaul dan berbau aseton, adanya tanda-tanda dehidrasi. aktor pencetus yang biasa menyertai: infeksi akut, IMA dan stroke. Lab: Gula darah > 250mg/dl, asidosis metabolik (pH <7,3, bikarbonat < 15 meq/L), ketosis (ketonemia dan ketouria). Kriteria diagnostik HONK: Orang tua umur > 40 tahun. Adanya hiperglikemia disertai osmolaritas darah yang tinggi >320 Osm. Tanpa disertai asidosis dan ketosis.

Universitas Sumatera Utara

2.8.2. Komplikasi kronik diabetes mellitus 1. Komplikasi Vaskuler

a. microvaskuler - Mata : Retinopati Neurophati (non poliferatif/ poliferatif) Macular edema Katarak Glaukoma - Neuropati : sensorik dan motorik (mononeuropati dan polineuropati) - Autonomik

2.

Komplikasi nonvaskuler - Gastrointestinal: diare gastroparesis - Genitourinary: disfungsi ereksi ejakulasi retrograde - manifestasi dermatologik

3.

Ulkus Diabetikum (Harrison, 2008)

2.9. Pencegahan komplikasi i. Atur jumlah karbohidrat dengan hati-hati Terkena Diabetes bukan berarti harus menghindari makan karbohidrat sama sekali. Karbohidrat memberikan energi bagi tubuh entah itu dari biji-bijian, kacang-kacangan, kacang-kacangan, sayuran segar dan buah-buahan. Dan kita juga dapat makan buah meskipun itu rasanya manis. Ini tentang pola makan yang benar dengan pengaturan jumlah karbohidrat setiap kali makan. Seorang ahli diet dapat membantu dalam mengatur dan mempelajari seberapa banyak kalori dan nutrisi yang tepat (Jevuska, 2010).

Universitas Sumatera Utara

ii.

Turunkan berat badan jika memang diperlukan Menurunkan berat badan dengan perlahan dan mulai dari yang terkecil

sekitar 4 6 kg dapat mengurangi risiko komplikasi dari diabetes. Hal ini sangat membantu menurunkan gula darah dan tekanan darah. Dengan ini, kita akan memiliki lebih banyak energi. Tujuannya untuk membakar lebih banyak kalori

yang makan. Untuk memulai, haruslah mengurangi makanan dengan kadar lemak yang tinggi seperti keripik atau kentang goreng (Jevuska, 2010). iii. Cukup Tidur Tidur yang sangat sedikit dapat meningkatkan kadar glukosa darah dan mendorong seseorang untuk makan makanan dengan karbohidrat tinggi. Ini dapat menyebabkan penambahan berat badan, meningkatkan risiko komplikasi seperti penyakit jantung dan ginjal. Jika seseorang memiliki kesulitan untuk tidur, dia harus mengatasi dan konsultasi dengan ahlinya. Memperbaiki pola tidur dapat menurunkan kadar gula darah (Jevuska, 2010). iv. Aktif berolahraga Berolahraga dapat membantu tubuh untuk mengurangkan glukosa yang lebih. Lakukan setengah jam sehari; bahkan saat bekerja. Latihan dapat membantu menurunkan risiko penyakit jantung, kolesterol, tekanan darah, dan menjaga berat badan. Olahraga juga dapat mengurangi stres dan dapat membantu mengurangi konsumsi obat diabetes (Jevuska, 2010). v. Pantau Gula darah setiap hari Memantau dengan benar-benar mengecek kadar glukosa darah, dapat membantu menghindari komplikasi diabetes, seperti nyeri saraf, dan

mencegahnya semakin bertambah buruk. Monitor kadar gula darah juga dapat

Universitas Sumatera Utara

membantu kita memantau apakah makanan, aktivitas dan pengobatan dapat mengkontrol kadar glukosa darah. Ini turut memudahkan dokter untuk menetapkan target tingkat glukosa darah (Jevuska, 2010). vi. Manajemen Stress Stres dapat menyebabkan kadar glukosa darah kita naik. Singkirkan sebisa mungkin apa pun yang menekankan fisik atau mental. Teknik relaksasi seperti latihan pernapasan, yoga, dan meditasi dapat sangat efektif jika seseorang memiliki diabetes tipe 2 (Jevuska, 2010). vii. Kurangkan konsumsi Garam Mengurangi garam dalam diet/makanan. Ini dapat membantu menurunkan tekanan darah dan melindungi ginjal. Sebagian besar garam seperti dalam makanan Amerika berasal dari makanan olahan. Hindari makanan buatan dan makan makanan dari bahan-bahan segar sebisa mungkin. Gunakan bumbu dan rempah-rempah untuk menggantikan garam bila memasak (Jevuska, 2010). viii. Penyakit Jantung dan Diabetes Penyakit jantung dapat menjadi komplikasi dari diabetes yang sangat serius. Awasi resiko terjadinya komplikasi penyakit jantung dengan sistem ABC: A1C level (Kadar hemoglobin). Ini menunjukkan ukuran rata-rata kontrol gula darah selama 2-3 bulan.Seseorang yang menderita diabetes harus memeriksakan dua kali atau lebih dalam setahun. Konsultasikan dengan dokter tentang pengaturan dan tujuannya juga diperlukan. Blood pressure (Tekanan darah). Targetnya di bawah 130/80 mm Hg. Cholesterol (Kolesterol). Targetnya kadar LDL di bawah 100 mg/dl; HDL di atas 40 mg/dl, dan trigliserida di bawah 150 mg/dl (Jevuska, 2010).

Universitas Sumatera Utara

ix. Perawatan luka, pembengkakan dan lebam Diabetes meningkatkan risiko infeksi dan memperlambat penyembuhan, jadi obati dan rawat luka dan goresan dengan cepat. Bersihkan luka benar, gunakan krim antibiotik dan perban steril. Konsultasikan kepada Dokter jika luka tidak membaik dalam beberapa hari. Periksa kaki setiap hari untuk lecet, lukaluka, kemerahan, atau bengkak. Membuat kaki menjadi sedikit lembab mencegah terjadinya retakan pada kaki (Jevuska, 2010). x. Berhentilah dari kebiasaan merokok Menurut penelitian, berhenti merokok dengan tiba-tiba dapat juga berpengaruh pada resiko terjadinya diabetes. Jadi lakukankan dengan perlahan

untuk berhenti merokok. Orang dengan diabetes yang merokok tiga kali lebih mungkin cepat meninggal karena penyakit jantung daripada mereka yang tidak. Berhenti merokok membantu jantung dan paru-paru. Ini menurunkan tekanan darah dan risiko stroke, serangan jantung, kerusakan saraf, dan penyakit ginjal. Tanyakan kepada dokter tentang bantuan untuk berhenti merokok (Jevuska, 2010). xi. Makan makanan super, bukan supersize Tidak makanan tunggal untuk diet diabetes. Tapi ada dasar-dasar diet yang perlu kita ketahui: Nikmati makanan super seperti buah beri, kentang manis, ikan yang kaya omega-3 fatty acids, sayur-sayuran dengan daun hijau tua. Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan lemak trans. Sebaliknya, pilihlan makanan dengan lemak tak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda seperti minyak zaitun. Seorang ahli diet yang terdaftar dapat membantu mengatur jenis makanan yang cocok (Jevuska, 2010). xii. Atur jadwal kunjungan dan konsultasi ke dokter

Universitas Sumatera Utara

Cobalah mengatur jadwal konsultasi dan kunjungi dokter dua sampai empat kali dalam setahun. Jika seseorang menggunakan insulin atau memerlukan bantuan untuk menyeimbangkan kadar gula darah, dia harus mengunjungi dokter sesering mungkin. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan mata juga diperlukan setahun sekali. Diskrining untuk mata, saraf, kerusakan ginjal, dan komplikasi lainnya digalakkan. Kunjungi pula dokter gigi dua kali setahun. Dan pastikan untuk memberitahu semua penyedia layanan kesehatan bahwa memiliki penyakit diabetes. (Jevuska, 2010) 2.10. Pengetahuan 2.10.1. Pengertian Pengetahuan Menurut Bahasa Indonesia, pengetahuan (Knowledge) bererti hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan atau Kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Apabila suatu pembuatan didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan, dan apabila manusia mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang tersebut akan terjadi proses sebagai berikut: Awarness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tertentu disini sikap subjek sudah mulai muncul. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya terhadap stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. Trial dimana subjek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

Universitas Sumatera Utara

Adoption,

dimana subjek

telah

berperilaku

baru

sesuai dengan

pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. 2.10.2. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang dicakup dalam bidang atau ranah kognitif mempunyai enam tingkatan bergerak dari yang sederhana sampai pada yang kompleks yaitu: 1. Jenjang C1 mengetahui/Tahu (Know) Mengetahui berdasarkan mengingat kepada bahan yang sudah dibelajari sebelumnya. Mengetahui dapat menyangkut bahan yang luas atau sempit seperti fakta (sempit) dan teori (luas). Namun, apa yang diketahui hanya sekadar informasi yang dapat disingkat saja. Oleh karena itu pengetahuan merupakan tingkat yang paling rendah. 2. Jenjang C2 Pemahaman (Comprehension) Pemahaman adalah kemampuan memahami arti sebuah ilmu seperti menafsirkan, menjelaskan atau meringkas tentang sesuatu. 3. Jenjang C3 Penerapan/Aplikasi (Aplication) Penerapan adalah kemampuan menggunakan atau menafsirkan suatu ilmu yang sudah dibelajari ke dalam situasi baru seperti menerapkan suatu metode, konsep, prinsip atau teori. 4. Jenjang C4 Analisa (Analisis) Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan suatu sama lainnya. Seperti yang menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5. Jenjang C5 Sintesis (Synthesis) Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas,

Universitas Sumatera Utara

menyelesaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6.

Jenjang C6 Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkenaan dengan kemampuan menggunakan pengetahuan untuk membuat penelitian terhadap suatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu. Misalnya dapat membandingkan, menanggapi dan dapat menafsirkan dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

You might also like