You are on page 1of 7

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH

OLEH: NI PUTU PANDE SATYA SYSTA DEWI 1102105058

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2012

I. Kasus ( Masalah Utama) Gangguan konsep diri; harga diri rendah II. Proses Terjadinya Masalah (dalam bentuk narasi) Pengertian Penilaian negative seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang di ekspresikan secara langsung atau tidak langsung. ( Schult dan Videbeck, 1998 dalam Nita Fitria, 2009, hal 5 ) Gangguan harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan yang negative terhadap diri sendiri, dalam kepercayaan diri dan merasa gagal mencapai keinginan. ( Soejono Riyadi dan Teguh Purwanto, 2009 : hal 76 ) Harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhaadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri. ( Stuat dan Sundeen, 1998 menurut Townsend, 1998 hal 189 ) Tanda dan Gejala Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 : 20) 1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker 2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri. 3) Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa 4) Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri. 5) Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih alternatif tindakan. 6) Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

Faktor Predisposisi Biologis :Kondisi fisik yang mempengaruhi kerja hormone yg berdampak pada keseimbangan neuritransmiter di otak. Psikologis : Pola asuh & kemampuan individu menjalankan peran & fungsi Sosial Kultural :Status ekonomi, Tuntutan peran sesuai kebudayaan

Faktor Presipitasi Sifat HDR - Biologi: berasal perubahan fisisk - Psikologi:trauma, perasaan tidak percaya - Sosial:penerimaan keluarga dan interaksi dengan orang lain Asal HDR - Eksternal:adanya penolakan - Internal: penyakit fisik Penyebab Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi secara : Situasional Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba). Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena : Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perneal). Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/ sakit/ penyakit. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan. Kronik Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan

respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh kembang, misalnya sering disalahkan, kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima dalam kelompok (Yosep, 2007) Tanda dan Gejalanya : Data subjektif : mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan orang lain dan mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak melakukan sesuatu. Data objektif : tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih dan tidak melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah tampak murung.

Akibat Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak mampu bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 1998 : 336). Tanda dan gejala : Data Subyektif : a. b. c. Mengungkapkan untuk memulai hubungan/ pembicaraan Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain

Data Obyektif : a. Kurang spontan ketika diajak bicara b. Apatis c. Ekspresi wajah kosong d. Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara

Pohon Masalah

Gangguan interaksi sosial Isolasi sosial : menarik diri Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah Koping individu tidak efektif

Core Problem

III.Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji a. Isolasi sosial: menarik diri Data yang perlu dikaji: Data Obyektif Apatis, ekspresi sedih, afek datar, menyendiri, berdiam diri di kamar, banyak diam. Data Subyektif Ekspresi wajah kosong, tidak ada kontak mata, suara pelan dan tidak jelas. b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah Data yang perlu dikaji: Data Subyektif Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri Data Obyektif

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup. c. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan Data subjektif Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya. Data objektif Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya. IV. Diagnosa Keperawatan o Isolasi sosial: menarik diri o Harga diri rendah o Resiko mencederai diri sendiri

DAFTAR PUSTAKA

Keliat,Budi A. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC. Purwaningsih, Wahyu. Karlina, Ina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha Medika Press. Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatn Edisi 8. Jakarta : EGC. Stuart, Gail Wiscarz dan Sandra J. Sundeen. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta : EGC. Townsend, Mary C.1998.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri: Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta.: EGC.

You might also like