You are on page 1of 53

LBM 1 SGD 7 Tingkah Laku Aneh STEP 1 1.

Waham - Gambaran seperti keyakinan yang dimiliki oleh seseorang menurut pikirannya sendiri yang menurutnya hal itu adalah nyata. - Keyakinan kokoh yang salah/tidak sesuai realita tapi tetap dipertahankan oleh dirinya sendiri, namun menurut orang yang normal hal itu tidak masuk akal. 2. GFA (Global Functional Assessment) - Salah satu metode untuk menilai apakah seseorang mengalami disfungsional kepribadian, berdasarkan skor. - Kriteria/tolak ukur seberapa parahkah seseorang mengalami gangguan kejiwaan (dari skor 0-100) - Skala penentuan kejiwaan seseorang, dipakai secara luas, sebagai tolak ukur dalam pekerjaan, sosial, dan psikologi.

STEP 2 1. 2. 3. 4. 5. Mengapa pasien tersebut sering marah2 tanpa sebab sejak 2 bulan yll? Mengapa penderita mengalami waham tersebut? Bagaimana syarat2 waham! Jelaskan macam2 waham! Apa yang dimaksud dengan pikiran yang dapat disiarkan dan bagaimana cara mengetahuinya? 6. Bagaimana hubungan keluhan pasien dengan riwayat penggunaan NAPZA? 7. Bagaimana pengaruh stressor pekerjaan terhadap keluhan yang dialami sekarang? 8. Faktor pencetus yang mungkin bisa menyebabkan keadaan pasien? 9. Apakah ada kaitan usia produktif dg keluhan? 10. Pemeriksaan fisik dan lab apa yang dimaksud dalam scenario? 11. Bagaimana dokter bisa mengklasifikasikan bahwa pasien mengalami gangguan jiwa berat? 12. Jika keluarga memiliki riwayat yang sama, berapa besar odd ratio keturunannya bisa mengalami hal yang sama? 13. Apa yang dimaksud dengan gangguan jiwa berat (psikotik)? 14. Bagaimana penjabaran tentang GAF?

STEP 3 1. Mengapa pasien tersebut sering marah2 tanpa sebab sejak 2 bulan yll? - Pasien mungkin mengalami waham cara mempertahankan dirinya dengan marah2. - Stressor pekerjaan gangguan psikis adanya pemberontakan diaplikasikan dengan marah2. - Gambaran perubahan hormonal dan neurotransmitter (biokimiawi) oleh karena stressor yang berat perubahan mood memacu otak untuk memunculkan gambaran2 yang tidak nyata, keluarnya saat dalam keadaan sadar. - Orang waham lebih sensitif, lebih peka. - Bagaimana satu orang dengan orang lain berbeda dalam memaknai stressor??? Faktor apa yang menyebabkan? - Otak yang sebelah mana yang mempengaruhi perubahan mood? dopamine (neurotransmitter di otak) yang mana diatur juga oleh hormon prolaktin.

2. Mengapa penderita mengalami waham tersebut? Gangguan pada neurotransmitter dan hormonal gangguan penyampaian dan penerimaan pesan pada SSP, dipengaruhi oleh beberapa faktor: stressor (pekerjaan dan lingkungan). Stressor pemikiran tidak stabil oleh karena kecemasan mengkhawatirkan kehidupan. - Bagaimana mekanisme normal sesuatu bisa dipersepsikan dengan baik dan benar (faktor2)? Kenapa bisa terjadi perubahan persepsi? Dimana terjadi perubahan tersebut? Bagaimana mekanisme stressor bisa mempengaruhi keluhan/waham? - Pusat persepsi diotak. - Gangguan di SSP: gangguan hormon tiroksin, LCS ??? Apakah waham itu berhubungan sama ilusi atau halusinasi? Waham gangguan jiwa psikotik bisa berhubungan dengan halusinasi (pada skizofren)

3. Bagaimana syarat2 waham! - Pikirannya berdasarkan persepsi sendiri

Pikirannya tidak sesuai dengan logika Merasa bahwa pikirannya disiarkan ke orang lain Pikirannya tetap dipertahankan, tidak bisa dirubah oleh orang lain meskipun salah.

4. Jelaskan macam2 waham! a. Waham bizzare: waham tidak masuk akal b. Waham sesuai mood: pemikiran orang lain sama dengan pemikirannya c. Waham tidak sesuai mood: orang lain tidak sama pemikirannya dengan dirinya. d. Waham nihilistic: bahwa semuanya tidak ada. e. Waham agama: keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan f. Waham kebesaran: keyakinan terhadap suatu kekuasaan g. Waham curiga: h. Waham siar pikir: i. Waham control pikir: j. Waham sisip pikir: k. Waham somatic: l. Waham cemburu: merasa bahwa pasangannya tidak memperhatikannya m. Waham mempengaruhi: yakin bahwa dia yang mengontrol semua n. Waham rujukan: yakin bahwa ada arti dalam semua peristiwa, dan semua perilaku orang lain ditujukan untuk dirinya. 5. Apa yang dimaksud dengan pikiran yang dapat disiarkan dan bagaimana ca ra mengetahuinya? - pikiran yang dapat disiarkan merasa bahwa pikirannya diketahui oleh orang lain. - Cara mengetahui: dengan anamnesis bisa diketahui dari jawaban pasien dan keluarga. Jawabannya hal2 umum tapi menurut dia hanya dia yang mengetahui (persepsi sendiri)., menjawab pertanyaan ya/tidak dan cerita tentang hal yang dialami. 6. Bagaimana NAPZA bisa mempengaruhi kejiwaan seseorang? - Penyalahgunaan NAPZA kecanduan kalo tidak dipenuhi keinginannya marah2 (salah satu gejala waham) - NAPZA bekerja pada neurotransmitter mempengaruhi respon terhadap sesuatu. 7. Bagaimana pengaruh stressor pekerjaan terhadap keluhan yang dialami sekarang?

Pekerjaan terlalu berat dan terlalu lama (stressornya menumpuk) reaksi/respon menghindar dengan cara marah2. - Perempuan gangguan hormonal juga mempengaruhi - Tipe kepribadian dalam memaknai stressor. Mungkin pada pasien ini 8. Faktor pencetus yang mungkin bisa menyebabkan keadaan pasien seperti skenario? - Stressor a. Biologis b. Psikologis c. Sosial: keluarga, lingkungan, pekerjaan. - Obat-obatan 9. Apakah ada kaitan usia produktif dg keluhan? Usia produktif hormon dan neurotransmitter masih bekerja secara baik. Usia produktif berhubungan dengan stressor. Apa hubungan pengalaman dengan neurotransmitter dan hormonal? (Rama) 10. Pemeriksaan fisik dan lab apa yang dimaksud dalam scenario? 11. Bagaimana dokter bisa mengklasifikasikan bahwa pasien mengalami gangguan jiwa berat? 12. Jika keluarga memiliki riwayat yang sama, berapa besar odd ratio keturunannya bisa mengalami hal yang sama? 13. Apa yang dimaksud dengan gangguan jiwa berat (psikotik)? - Gangguan jiwa adalah: adanya waham dan halusinasi, disertai perilaku kacau, ketidakmampuan individu dalam menilai keadaan. 14. Bagaimana penjabaran tentang GAF? STEP 4 Mapping

Panca Indera Kematangan psikis

Persepsi

Stressor

neurotransmitter

Gangguan persepsi

Hormonal

Waham2

STEP 7 1. Mengapa pasien tersebut sering marah2 tanpa sebab sejak 2 bulan yll?

Umumnya manusia memiliki kemampuan untuk menyusaikan diri dengan baik, namun ada juga individu yang mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian dengan persoalan yang dihadapi. Kegagalan dalam memberikan koping yang sesuai dengan tekanan yang dialami dalam jangka panjang mengakibatkan individu mengalami berbagai macam gangguan mental. Gangguan mental tersebut sangat bervariatif, tergantung dari berat ringannya sumber tekanan, perbedaan antara individu, dan latar belakang individu yang bersangkutan (Siswanto, 2007). Rentang Respon Neurobiologis 1. Pengertian Respon neurobiologis merupakan berbagai respon perilaku klien yang terkait dengan fungsi otak. Gangguan neurobiologist ditandai dengan gangguan sensori persepsi : halusinasi dan gangguan proses pikir : waham atau umumnya dikenal dengan penyakit psikotik. 2. Psikodinamika Gangguan respon neurobiologis atau respon neurobilogis yang maladaptif terjadi karena adanya : Lesi pada area frontal, temporal dan limbic sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan pada otak dalam memproses informasi. Ketidak mampuan otak untuk menyeleksi stimulus.

Ketidak seimbangan antara dopamin dan neurotransmitter lainnya. Respon neurobiologis individu dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon adaptif sampai dengan respon maladaptif.

Respon neurobiologis yang sering muncul adalah gangguan isi pikir : waham. Isi Pikir Gangguan isi pikir merupakan ketidak mampuan individu memproses stimulus internal dan eksternal secara akurat. Gangguan ini diidentifikasi dengan adanya waham, yaitu keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan realitas (Haber, 1982). Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat intelektual dan latar belakang budayanya (Rawlin, 1993) dan tidak dapat digoyahkan atau diubah dengan alasan yang logis (Cook & Fontaine, 1987) serta keyakinan tersebut diucapkannya berulang kali. Penyebab Waham Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu Gangguan konsep diri : harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif

terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai keinginan. Tanda dan Gejala : Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi) Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri) Gangguan hubungan sosial (menarik diri) Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan) Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya. Faktor predisposis:

Bagaimana satu orang dengan orang lain berbeda dalam memaknai stressor??? Faktor apa yang menyebabkan?

Agar individu tidak berespon secara maladaptive maka setiap individu harus mempunyai mekanisme pertahanan koping yang baik. Menurut seorang ahli medis dalam penelitiannya memberikan definisi tentang mekanisme koping yaitu semua aktivita kognitif dan motorik yang dilakukan oleh seseorang yang sakit untuk mempertahanakan intrgritas tubuh dan psikisnya, memulihkan fungsi yang rusak dan membatasi adanya kerusakan yang tidak bisa dipulihkan ( Dipowski, 2009). Mekanisme koping dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara reakstik tuntunan situasi stress. a. Prilaku mnyerang, digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. b. Prilaku menarik diri, digunakan baik secara fisik maupun psikologic untuk memindahkan seseorang dari sumber stress. c. Prilaku kompromi, digunakan untuk mengubah cara seseoprang mengoprasikan, mengganti tujuan atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang. 2. Mekanisme pertahanan ego, merupakan mekanismne yang dapat membantu mengatasi cemas ringan dan sedang, jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan disorientasi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptive terhadap stress.

Mekanisme koping adalah usaha individu untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima tubuh dan beban tersebut menimbulkan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik yaitu stres. Apabila mekanisme koping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap perubahan atau beban tersebut (Ahyar, 2010). Menurut Keliat (1999, dalam Suliswati, 2005), mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam. Mekanisme koping merupakan cara pemecahan masalah. Menurut Suliswati dkk (2005) dan Stuart dan Sundeen (1997), individu dapat menanggulangi stres dan kecemasan dengan menggunakan sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan interpersonal. Sumber tersebut adalah aset ekonomi, kemampuan memecahkan masalah, dukungan sosial, dan keyakinan budaya. Dengan sumber tersebut individu dapat mengambil strategi koping yang efektif. Apabila individu sedang mengalami kecemasan ia akan mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang digunakan yaitu menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri dengan orang lain. Mekanisme Koping dan Strategi Koping Mekanisme koping terbentuk melalui proses belajar dan mengingat, yang dimulai sejak awal timbulnya stressor dan saat mulai disadari dampak stressor tersebut. Kemampuan belajar ini tergantung pada kondisi eksternal dan internal, sehingga yang berperan bukan hanya bagaimana lingkungan membentuk stressor tetapi juga kondisi temperamen individu, persepsi, serta kognisi terhadap stressor tersebut. Mekanisme koping bersumber dari ego, sering di sebut sebagai mekanisme pertahanan mental, yaitu yang terdiri dari; denial ( menyangkal) menghindarkan realitas ketidak setujuan dengan mengabaikan atau menolah untuk mengenalinya, projeksi yaitu mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain, regresi yaitu menghindarkan stres terhadap

karakteristik perilaku dari tahap perkembangan yang lebih awal, displacement (mengisar) yaitu mengalihkan emosi yang seharusnya diarahkan pada orang atau benda tertentu ke benda atau orang yang netral atau tidak membahayakan, mencari dukungan sosial seperti keluarga mencari dukunga atau bantuan dari kelurga, tetangga, teman atau keluarga jauh, reframing yaitu mengkaji ulang kejadian stres agar lebih dapat menanganinya dan menerimanya, mencari dukungan spiritual seperti mencari dan berusaha secara spiritual, berdoa, menemui pemuka agama atau aktif pada pertemuan ibadah, dan yang terakhir adalah menggerakkan keluarga untuk dapat menerima bantuan, keluarga berusaha mencari sumber-sumber komunitas dan menerima bantuan orang lain. Sedangkan mekanisme koping yang berorientasi pada tugas di gunakan untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan konflik dan memenuhi kebutuhan dasar. Terdapat 3 macam reaksi yang berorientasipada tugas yaitu; prilaku menyerang (Fight), prilaku menarik diri (withdrawl), dan kompromi (Rasmun, 2004). Selain mekanisme koping, juga di kenal istilah strategi koping. Strategi koping adalah cara yang dilakukan untuk merubah lingkungan atau situasi atau menyelesaikan masalah yang sedang dirasakan/dihadapi (Rasmun, 2004). Menurut Stuart dan Sundeen (1995) Mekanisme koping juga dapat di golongkan menjadi 2 (dua) yaitu: mekanisme koping adaptif dan mekanisme koping maladaptif. 1. Mekanisme koping adaptif merupakan mekanisme yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif (kecemasan yang dianggap sebagai sinyal peringatan dan individu menerima peringatan dan individu menerima kecemasan itu sebagai tantangan untuk di selesaikan). 2. Mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme yang menghambat fungsi integrasi, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar dan aktivitas destruktif (mencegah suatu konflik dengan melakukan pengelakan terhadap solusi). Para ahli menggolongkan dua strategi coping yang biasanya digunakan oleh individu, yaitu: problem-solving focused coping, dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari

masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres; dan emotionfocused coping, dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan diitmbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan. Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari (Lazarus & Folkman, 1984).

Stress merupakan respon yang muncul karena terjadinya tekanan (Stressor). Ketika seseorang mengalami stress karena stressor yang didapatkan, maka diperlukan koping untuk menghadapi stress tersebut. Otak yang sebelah mana yang mempengaruhi perubahan mood? dopamine (neurotransmitter di otak) yang mana diatur juga oleh hormon prolaktin.

Proses emosi yang terjadi diatur oleh berbagai zat kimia otak yang disebut neurotransmiter. Neurotransmiter merupakan lini pertama pengatur mood kita. Emosi-emosi positif seperti tertawa, rasa senang maupun berbagai emosi negatif, seperti cemas, amarah, dan depresi, semuanya terkait dengan fungsi neurotransmitter. Pada otak terdapat beberapa jenis Neurotransmiter dengan berbagai fungsi yang kompleks sebagai pengatur mood, seperti misalnya : Neurotransmiter GABA dan Serotonin membantu kita lebih rileks sedangkan Neurotransmiter Dopamin memberikan efek stimulasi. Adanya keseimbangan berbagai neurotransmiter ini membuat respon mood kita sesuai situasi dan keadaan.

I.

Sistem Dopaminergik

Sampai tahun 1959, dopamin belum dianggap sebagai neurotransmitter didalam sistem saraf pusat melainkan sebagai prekursor norepinephrin. Lima sistem atau alur penting dopaminergik telah diketahui pada otak.3 Sistem pertama, yang paling terkait dengan perilaku adalah mesolimbikmesokortikal, yang berawal dari badan-badan sel dekat substantia nigra menuju sistem limbik dan neokorteks. Sistem yang kedua, alur nigrostriatal, terdiri dari neuron-neuron yang berawal dari substantia nigra ke nukleus kaudatus dan putamen; yang berperan dalam koordinasi pergerakan di bawah kesadaran. Sistem ketiga, sistem tuberoinfundibuler menghubungkan nukleus arkuatus dan neuron preifentrikuler ke hipotalamus dan pituitary posterior. Dopamin yang dilepaskan oleh neuron-neuron ini secara fisiologis menghambat sekresi prolaktin. Sistem dopaminergik keempat, alur medulari-periventrikuler, terdiri dari neuronneuron di nukleus Vagus yang proyeksinya tidak diterangkan dengan jelas. Sistem ini mungkin berperan dalam perilaku makan. Sistem kelima, alur insertohipotalamus, membentuk hubungan di dalam hipotalamus dan dengan nukleus septum lateralis. Fungsinya belum diketahui. II. Fungsi dopamin Dopamin memiliki banyak fungsi di otak, termasuk peran penting dalam perilaku dan kognisi, gerakan dopamin, motivasi dan penghargaan, penghambatan produksi prolaktin (yang terlibat dalam laktasi), tidur, mood, perhatian, dan belajar. Neuron dopaminergik (yaitu, neuron yang utama adalah neurotransmitter dopamin) yang hadir terutama di daerah tegmental ventral (VTA) dari otak tengah, substantia nigra pars kompakta, dan nukleus arkuata dari hipotalamus.7 Anatomi Neuron dopaminergik membentuk dopamin neurotransmitter yang berasal substantia nigra pars kompakta, daerah tegmental ventral (VTA), dan hipotalamus. Akson ini proyek ke daerah-daerah besar dari otak melalui empat jalur utama:

Jalur mesokortikal menghubungkan daerah tegmental ventral lobus frontal korteks pre-frontal. Neuron dengan somas di wilayah akson ventral tegmental proyek ke korteks pre-frontal.

Jalur mesolimbik membawa dopamin dari daerah tegmental ventral ke nukleus akumbens melalui amigdala dan hipokampus. Para somas neuron proyek berada di daerah tegmental ventral.

Jalur nigrostriatal berjalan dari subtansia nigra ke neostriatum. Somas dalam substantia nigra proyek akson ke dalam nukleus kaudatus dan putamen. Jalur ini terlibat dalam loop motor ganglia basal.

Jalur tuberoinfundibular ialah dari hipotalamus ke kelenjar dopamin. Persarafan ini menjelaskan banyak efek dari mengaktifkan sistem dopamin.

Sebagai contoh, jalur mesolimbik menghubungkan VTA dan nukleus akumbens; keduanya pusat sistem otak yang memberi imbalan. Gerakan Melalui reseptor dopamine, D 1-5, dopamin mengurangi pengaruh dari jalur tidak langsung, dan meningkatkan tindakan jalur langsung dalam ganglia basal. Kurangnya biosintesis dopamin dalam neuron dopaminergik dapat menyebabkan penyakit Parkinson, di mana seseorang kehilangan kemampuan untuk mengeksekusi halus, gerakan terkontrol. Kognisi dan korteks frontal Di lobus frontal, dopamin mengontrol arus informasi dari daerah lain di otak. Gangguan dopamin di wilayah otak dapat menyebabkan penurunan fungsi neurokognitif, terutama memori, perhatian, dan pemecahan masalah. Berkurangnya konsentrasi dopamin di korteks prefrontal diperkirakan akan memberikan kontribusi terhadap gangguan defisit perhatian. Telah ditemukan bahwa reseptor D1 serta reseptor D4 bertanggung jawab atas efek kognitif-meningkatkan dopamin. Oleh itu, obat anti-psikotik bertindak sebagai antagonis dopamin dapat digunakan dalam

pengobatan gejala positif skizofrenia, meskipun, yang lebih dulu disebut tipikal antipsikotik yang paling sering bertindak pada reseptor D2, sedangkan obat atipikal juga bertindak pada reseptor D1, D3 dan D4. Mengatur sekresi prolaktin Dopamin adalah neuroendokrin penghambat utama yang menghambat sekresi prolaktin dari kelenjar hipofisis anterior. Dopamin dihasilkan oleh neuron dalam nukleus arkuata hipotalamus yang kemudiannya dikeluarkan ke pembuluh darah hipotalamohipofisial median eminence, yang kemudiannya masuk ke kelenjar pituitary. Sel-sel lactotrope yang menghasilkan prolaktin, dalam ketiadaan dopamin, akan mensekresi prolaktin terus menerus. Dalam hal ini, dopamine berfungsi untuk menghambat sekresi prolaktin. Dengan demikian, dalam konteks mengatur sekresi prolaktin, dopamin kadang-kadang disebut faktor penghambat prolaktin (PIF),-hormon penghambat prolaktin (PIH), atau prolaktostatin.

Motivasi dan kesenangan Dopamin ini umumnya terkait dengan sistem kesenangan otak, memberikan perasaan senang dan sumber motivasi seseorang secara proaktif untuk melakukan kegiatan tertentu. Dopamin dilepaskan (terutama dari daerah seperti nukleus akumbens dan korteks prefrontal) yang mana secara alami bertanggungjawab terhadap pengalaman berharga seperti makanan, seks, obat-obatan, dan netral rangsangan yang menjadi terkait dengan mereka. Studi terbaru menunjukkan bahwa agresi juga dapat merangsang pelepasan dopamin dengan cara ini. Teori ini sering dibahas dalam obatobatan seperti kokain, nikotin, dan amfetamin, yang secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan peningkatan dopamin di jalur imbalan mesolimbik otak, dan dalam kaitannya dengan teori neurobiologis dari kecanduan kimia (tidak harus bingung dengan ketergantungan psikologis), dengan alasan bahwa jalur dopamin patologis ini akan terubah pada orang yang kecanduan.

2. Mengapa penderita mengalami waham tersebut? - Bagaimana mekanisme normal sesuatu bisa dipersepsikan dengan baik dan benar (faktor2)? Kenapa bisa terjadi perubahan persepsi? Dimana terjadi perubahan tersebut? Bagaimana mekanisme stressor bisa mempengaruhi keluhan/waham? - Pusat persepsi diotak.

Proses terjadinya stimulus mengenai alat indra merupakan proses.stimulus yang diterima alat indra diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak, proses ini yang disebut sebagai proses Fisiologis. Kemudian terjadilah proses diotak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, didengar ataupun diraba.hal inilah yang dilihat sebagai proses psikologis.dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan dalam persepsi itu.Hal ini dikarenakan bukan hanya satu stimulus tetapi berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan disekitarnya namun tidak semua stimulus mendapatkan respons individu untuk dipersepsi. Stimulus mana yang akan dipersepsi atau mendapatkan respons dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan .( Pengantar psikologi pendidikan,Walgito Bimo,hal: 91 ) Proses sensorik diawali dengan penerimaan input (registration), yaitu individu menyadari akan adanya input. Proses selanjutnya adalah (orientation), yaitu tahap dimana individu memperhatikan input yang masuk. Tahapberikutnya, kita mulai mengartikan input tersebut (interpretation). Selanjutnya adalah tahap (organization), yaitu tahap dimana otak memutuskan untuk memperhatikan atau mengabaikan input ini. Tahap

terakhir adalah (execution), yaitu tindakan nyata yang dilakukan terhadap input sensorik tadi (Williamson dan Anzalone, 1996). Proses sensoris akan berlangsung dengan baik apabila memenuhi faktor faktor sebagai berikut: Keadaan indera yang sehat dan sempurna akan mempengaruhi kesempurnaan proses sensoris. Perhatian yang tertuju pada objeknya yang memudahkan persepsi dan apabila perhatian kurang akan mengganggu konsentrasi sehingga proses sensoris tidak sempurna. Rangsangan yang sangat lemah ataupun sangat kuat akan mengganggu proses sensoris. Saraf dan pusat saraf dalam keadaan baik dan sehat.

SENSORI Resepsi dan persepsi sensori adalah dua komponen dari proses sensori, yang keduanya dikontrol oleh sistem saraf. Normalnya sistem saraf dapat menerima ratusan stimulus. Diawali oleh stimulus yang memacu receptor sensori, stimulus kemudian akan diteruskan oleh neuron sensori I kepada sistem saraf pusat. Dari spinal cord atau batang otak, impuls kemudian diteruskan oleh neuron sensori II kepada thalamus. Disini neuron sinaps dengan neuron sensori III bertemu dan menghantarkan impuls dari thalamus ke area somatosensori dari postcentral gyrus lobus parietal otak, yang juga disebut dengan area sensori primer. Segera setelah itu, jaras sensori mulai berproses dan meneruskan sensasi dari sisi yang berlawanan dari tubuh. Biasanya proses tersebut terjadi pada tingkat neuron sensori II. Kesadaran terhadap stimulus terletak pada korteks serebri, dimana stimulus dipersepsikan dan diinterpretasikan. Untuk dapat menerima dan menginterpretasikan stimulus, otak harus terjaga. Reticular activating system (RAS) pada batang otak berperan dalam menyalurkan mekanisme desakan (arousal). Tingkat aktivitas dari RAS tergantung dari besarnya stimulus sensori yang diterima. Nyeri, dapat meningkatkan aktivitas RAS. Setelah stimulus ditangkap oleh RAS kemudian diteruskan ke korteks serebri. Peran dari korteks adalah memproses, menginterpresikan, menggunakan dan menyimpan data yang masuk dan mengorganisasikannya. Peran dari thalamus adalah pusat distribusi sinyal dan sinyal kembali dan selanjutnya diantara korteks serebri dan thalamus.

Formasio Retikularis menghubungkan semua jenis informasi neuronal melalui kolateralnya. Disini berbagai masukan diterima dan kemudian disebarluarkan serta dilakukan organisasi respon nya.

Ascending Reticular Activating system (ARAS) dari formasio retikularis bertanggungjawab untuk kesadaran dan bangun. Perjalanan nya melalui nuclei tak spesifik dari talamus hingga ke korteks otak; kerusakan pada bagian ini dapat menyebabkan koma. Formasio Retikularis mengirimkan impuls kebagian sensorik, motorik dan bagian autonom dari sistem saraf ditulang belakang yang menerima masukan dari bagian sensoris yang ada disana, keluar dari masing-masing preganglion saraf autonom, dan keluar dari sistem saraf motorik bagian tepi (LMN). Formasio Reticularis mengirimkan secara luas hubungan dengan inti yang ada dibatang otak (seperti nucleus tractus solitarius) dan pusat regulator autonom dan nukleus yang memodulasi fungsi viseral.

Proyeksi bagian Efferen formasio retikularis ke hipotalamus, nukleus di septum dan area limbic di otak depan membantu untuk memodulasi fungsi autonom bagian visceral, pengeluaran sistem saraf endokrin dan bertanggungjawab pada emosi dan perilaku. Proyeksi Bagian efferent formasio reticularis ke serebelum bersama dengan ganglia basalis untuk memodulasi sistem motorik bagian atas (UMN) dan sistem motorik bagian bawah (LMN) Area lainnya yang dapat menggambarkan aktivitas penting di otak adalahreticular inhibitory area (RIA) yang berlokasi pada medulla. Area ini dapat menurunkan jumlah sinyal nervus yang sedang turun pada spinal cord ke otot dan menurunkan aktivitas yang lebih tinggi dari pusat otak. Otak mempunyai kapasitas adaptasi terhadap stimulus sensori.

Gangguan di SSP: gangguan hormon tiroksin, LCS ???

Apakah waham itu berhubungan sama ilusi atau halusinasi? Waham gangguan jiwa psikotik bisa berhubungan dengan halusinasi (pada skizofren)

Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan halusinasi pendengaran. (Keliat, 1991) 3. Bagaimana syarat2 waham! - Buah pikiran ini selalu mengenai diri sendiri (egosentris) - Selalu bertentangan dengan realitas - Selalu bertentangan dengan logika (pikiran sehat) - Penderita percaya 100% kepada kebenaran pikirannya. - Tidak dapat dirubah oleh orang lain sekalipun dengan jalan yang logis dan rasional. 4. Jelaskan macam2 waham! 1. Waham curiga a. Waham kejaran Dimana yang ersangkutan merasa yakin bahwa ada orang lain yang akan berniat jahat kepadanya tanpa suatu dasar yang bisa memberikan alasan yang realistis terhadap kepercayaannya. b. Waham cemburu Tanpa alasan yang jelas, ia menuduh bahwa pasangannya tidak setia padanya(selingkuh). Waham cemburu akan menjadi hebat sehingga ia memaksa pasangannya untuk mengaku. Banyak yang menggunakan kekerasan dalam membuktikan pasangannya selingkuh atau tudak. c. Waham dituduh Seseorang merasa bahwa orang-orang menghina dia. 2. Waham kebesaran Yang bersangkutan merasa dirinya mempunyai keistimewaan tertentu yang sebenarnya tidak sesuai dengan kenyataan. 3. Waham cinta Yang bersangkutan merasa bahwa ia dicintaioleh orang tertentu padahal sebenarnya orang tersebut tidak ada hubungannya sama sekali, misalnya pada seorang artis. 4. Waham nihilistik Dimana yang bersangkutan sudah merasa bahwa dirinya dan hidupnya tidak berarti. 5. Waham dikendalikan Yang bersangkutan merasa bahwa pikiran dan tindakannya dipengaruhi atau dikendalikan oleh kekuatan luar. 6. Waham dosa/bersalah

Yang bersangkutan merasa bahwa telah melakukan hal yang berdosa dan sangat besar, dan ia merasa tidak diampuni. 7. Thougth Insertion : pikirannya dimasukkan oleh kekuatan luar Thougth with drawl : pikirannya disedot oleh kekuatan luar Thougth broadcasting : pikirannya sisiarkan oleh kekuatan luar 5. Apa yang dimaksud dengan pikiran yang dapat disiarkan dan bagaimana cara mengetahuinya? - pikiran yang dapat disiarkan merasa bahwa pikirannya diketahui oleh orang lain. - Cara mengetahui: dengan anamnesis bisa diketahui dari jawaban pasien dan keluarga. Jawabannya hal2 umum tapi menurut dia hanya dia yang mengetahui (persepsi sendiri)., menjawab pertanyaan ya/tidak dan cerita tentang hal yang dialami. - Pertanyaan seperti: apakah anda yakin mereka dapat mengetahui pikiran anda? Apakah anda melihat dengan mata kepala sendiri kalau mereka membicarakan anda? Apakah anda mendenger dengan telinga anda sendiri ataukah hanya perasaan Anda? Apakah ada hal yang special dalam diri anda sehingga anda merasa mereka membicarakan anda? dll 6. Bagaimana NAPZA bisa mempengaruhi kejiwaan seseorang? Narkoba atau NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan / psikologi seseorang ( pikiran, perasaan dan perilaku ) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Yang termasuk dalam NAPZA adalah : Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya. Penyalahguanaan adalah : penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial. Ketergatungan adalah : keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA yang makin bertambah ( toleransi ), apabila pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus obat ( withdrawal symptom ).

NAPZA berpengaruh pada tubuh manusia dan lingkungannya :

1. Komplikasi Medik : biasanya digunakan dalam jumlah yang banyak dan cukup lama. Pengaruhnya pada : a. Otak dan susunan saraf pusat : - gangguan daya ingat - gangguan perhatian / konsentrasi - gangguan bertindak rasional - gagguan perserpsi sehingga menimbulkan halusinasi - gangguan motivasi, sehingga malas sekolah atau bekerja - gangguan pengendalian diri, sehingga sulit membedakan baik / buruk. b. Pada saluran napas : dapat terjadi radang paru ( Bronchopnemonia ). pembengkakan paru ( Oedema Paru ) c. Jantung : peradangan otot jantung, penyempitan pembuluh darah jantung.

Jika terjadi kebergantungan narkotika maka bidang yang paling bertanggung jawab adalah psikiatri, karena akan terjadi gangguan mental dan perilaku yang disebabkan zat narkotika mengganggu sinyal penghantar syaraf yang disebut system neurotransmitter didalam susunan syaraf sentral (otak). Gangguan neurotransmitter ini akan mengganggu: 1) fungsi kogitif (daya pikir dan memori), 2) fungsi afektif (perasaan dan mood), 3) psikomotorik (perilaku gerak), 4) komplikasi medik terhadap fisik seperti kelainan paru-paru, lever, jantung, ginjal, pancreas dan gangguan fisik lainnya.

7. Bagaimana pengaruh stressor pekerjaan terhadap keluhan yang dialami sekarang? - Sudah diatas. 8. Faktor pencetus yang mungkin bisa menyebabkan keadaan pasien seperti skenario? Faktor predisposis:

9. Apakah ada kaitan usia produktif dg keluhan?

Usia produktif hormon dan neurotransmitter masih bekerja secara baik. Usia produktif berhubungan dengan stressor. Apa hubungan pengalaman dengan neurotransmitter dan hormonal? 10. Pemeriksaan fisik dan lab apa yang dimaksud dalam scenario? 11. Bagaimana dokter bisa mengklasifikasikan bahwa pasien mengalami gangguan jiwa berat? 1. Assessment dan Diagnosis

Proses assessment dan diagnosis klinis sangat penting bagi studi dan penanganan psikopatologi. Assessment klinis: evaluasi dan pengukuran secara sistematik terhadap faktor psikologis, biologis dan social pada diri individu yang diduga mengalami gangguan psikologis. Daignosis: Proses menentukan apakah masalah tertentu yang menimpa individu memenuhi semua kriteria gangguan psikologis tertentu.

2. Pemeriksaan Status Kejiwaan


Melibatkan observasi sistematik terhadap perilaku seseorang. Pemeriksaan status kejiwaan meliputi 5 kategori:

a. Penampilan dan perilaku b. Proses berpikir c. Suasana perasaan dan afek d. Fungsi intelektual e. Sensorium

Penampilan dan perilaku --- perilaku yang tampak, cara berpakaian dan penampilan, postur tubuh, dan ekspresi. Proses berpikir --- kecepatan berbicara, kontinuitas pembicaraan, dan isi pembicaraan. Suasana perasaan dan afek --- keadaan perasaan yang dominan, keadaan perasaan yang menyertai ucapan individu.

Fungsi intelektual --- Tipe kosakata, ingatan, pengukuran, abstraksi dan metafor (kiasan-kiasan). Sensorium --- keasadaran akan keadaan sekitar, yaitu terhadap orang (diri sendiri dan terapis), waktu dan tempat.

3. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan bila klien belum pernah mengalami pemeriksaan selama satu tahun terakhir. Dilakukan dengan perhatian khusus terhadap kondisi-kondisi medic yang berhubungan dengan masalah psikologis tertentu. Bila ditemukan adanya kondisi medic tertentu, maka selanjutnya perlu dipastikan apakah kondisi tersebut merupakan gejala penyerta atau penyebab.

4. Asesment Behavioral

Merupakan tindak lanjut dari pemeriksaan status kejiwaan dengan cara melakukan observasi langsung dan formal untuk mengukur pikiran, perasaan dan perilaku individu dalam situasi atau konteks tertentu yang berhubungan dengan masalah. Fokus pada ABC --- Antecedent (penyebab atau hal yang melatar belakangi),BehaviorConsequence (konsekuensi perilaku). (Perilaku), dan

5. Tes Psikologi

Merupakan tes yang standar untuk mengakses adanya gangguan psikologis tertentu. Tes psikologi yang bersifat khusus dapat mengungkap respon kognitif, emosional, dan perilaku yang mungkin berhubungan dengan gangguan tersebut. Tes kepribadian proyektif maupun non proyektif Tes intelegensi --- menentukan struktur dan pola kognisi Tes neuropsikologis --- mengetahui kemungkinan kontribusi kerusakan atau disfungsi otak tertentu kondisi pasien. Tes neurobiologis --- menggunakan gambar-gambar untuk menilai struktur dan fungsi otak.

6. Diagnosis Pendekatan dalam diagnosis a. Pendekatan kategori klasik Metode klasifikasi yang didasari asumsi mengenai adanya perbedaan yang jelas diantara berbagai macam gangguan, masing-masing dengan penyebab yang diketahui berbeda. Lebih cocok untuk diterapkan dibidang medis daripada untuk mendiagnosa gangguan psikologi yang begitu kompleks. b. Pendekatan dimensional Membuat kategori berbagai karakteristik berdasarkan kontinum. Mencatat beragam kognisi, suasana perasaan dan perilaku klien dan mengkuantifikasinya kedalam suatu skala. Kurang memuaskan karena tidak ada kesepakatan mengenai berapa banyak dimensi yang diperlukan. c. Pendekatan prototipikal Sistem kategori gangguan dengan menggunakan ciri-ciri penentu esensial, dan sejumlah variasi pada beberapa karakteristik lainnya. Kelamahannya: batas-batas kategori tidak jelas dan ada beberapa gangguan yang memiliki kesamaan gejala (komorbiditas). DSM DSM (Diagnostic and statistical manual of mental disorder). Merupakan pengembangan dan perluasan darimodel penggolongan Emil Kraepelin. Diperkenalkan pertama kali pada tahun 1952 dan versi terakhir pada tahun 2000, DSM IV-TR (Text Revision). DSM V dalam proses penyusunan. DSM bersifat deskriptif, yang menguraikan ciri-ciri diagnostic dari perilaku abnormal, tidak menjelaskan penyebabnya.

Ciri-ciri DSM a. Menggunakan kriteria diagnostic yang spesifik --mendeskripsikan ciri-

ciri esensial (kriteria yang harus ada) dan ciri-ciri asosiatif (kriteria yang sering diasosiasikan dengan gangguan tapi tidak esensial). b. Pola perilaku abnormal yang memiliki ciri-ciri klinis yang sama dikelompokkan menjadi satu. c. Sistem bersifat multiaksis --- menggunakan system yang multidimensional sehingga memiliki jangkauan informasi yang luas tentang keberfungsian individu. I. Aksis I : Gangguan klinis dan kindisi lain yang mungkin menjadi focus perhatian. II. Gangguankepribadian dan Retarasi Mental III. Kondisi medis umum IV. Problem psikososial dan lingkungan V. Assessment fungsi secara global Catatan: Aksis I:

Gangguan klinis: pola perilaku abnormal (gangguan mental) yang meenyebabkan hendaya fungsi dan perasaan tertekan pada individu. Kondisi lain yang mungkin menjadi focus perhatian: masalah lain yang menjadi focus diagnosis atau pandangan tapi bukan gangguan mental, seperti problem akademik, pekerjaan atau social, factor psikologi yang mempengaruhi kondisi medis.

Aksis II:

Gangguan kepribadian: mencakup poa perilaku maladaptive yang sangat kaku dan betahan, biasanya merusak hubunganantar pribadi dan adaptasi social. Retardasi Mental Seseorang bias memenuhi aksis I atau II, atau memenuhi kedua aksis.

Aksis III:

Kondisi medis umum dan kondisi medis yang mugkin penting bagi pemahaman atau penyembuhan atau penanganan gangguan mental individu. Meliputi kondisi klinis yang diduga menjadi penyebab atau bukan penyebab gangguan yang dialami individu.

Aksis IV:

Problem psikososial dan lingkungan. Mencakup peristiwa hidup yang negative maupun positif; kondisi lingkungan dan social yang tidak menguntungkan, dll

Aksis V:

Assessment fungsi secara global. Mencakup assessment menyeluruh tentangfungsi psikologis social dan pekerjaan klien. Digunakan juga untuk mengindikasikan taraf keberfungsian tertinggi yang mungkin dicapai selama beberapa bulan pada tahun sebeelumnya.

7. Sindrom Terkait Budaya Merupakan pola perilaku abnormal yang muncul hanya pada suatu atau beberapabudaya. Menunukkan bahwa budaya dan lingkungan social mempunyai pengaruh penting didalam perkembangan perilaku abnormal.

12. Jika keluarga memiliki riwayat yang sama, berapa besar odd ratio keturunannya bisa mengalami hal yang sama? Gangguan jiwa yang merupakan bawaan dalam bentuk genetic, adalah gangguan yang diwariskan dalam bentuk gen, kepada keturunan. Biasanya gen yang diturunkan bisa bersifat dominan ataupun resesif. Jika gen tersebut dominan, maka akan memperlihatkan gejala gangguan jiwa pada orang tersebut. Tetapi jika gen tersebut resesif, maka individu bersangkutan merupakan pembawa (carrier), yang bisa

diturunkan pada keturunan selanjutnya, walaupun pada dirinya sendiri tidak menunjukkan adanya gangguan perilaku.

Seseorang dengan riwayat keluarga gangguan jiwamempunyai peluang 32,66 kali lebih besar untuk menderita gangguan jiwa dibandingkandengan yang tidak mempunyai riwayat keluarga yang gangguan jiwa (FAKTOR RESIKO HEREDITER TERHADAP TERJADINYAGANGGUAN JIWA PADA PASIEN DI POLIKLINIK JIWARUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH KELAS APROPINSI SULAWESI UTARA) Secara genetik seseorang yang mempunyai riwayat keluarga dengan gangguan jiwa maka dia mempunyai vulnerabilitas terhadap gangguan jiwa. Gangguan tidak selalu muncul, hanya muncul bila terdapat trigger factor yang biasanya merupakan gabungan dari interaksi gen dan faktor lain seperti: trauma psikologis dan stresor lingkungan sehingga seseorang yang punya kerentanan dapat muncul gejalanya. 8,9 Peranan gen dalam tiap individu berbeda-beda. Beberapa individu memiliki faktor genetika yang kuat sehingga dapat memunculkan gejala walaupun tanpa trigger lingkungan, tetapi ada juga yang memiliki faktor genetika lemah, yang perlu adanya trigger lingkungan agar gejalanya muncul. (Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 25, No. 4, Desember 2009)

13. Apa yang dimaksud dengan gangguan jiwa berat (psikotik)? - PSIKOSIS (PSIKOTIK) adalah suatu kondisi ggn jiwa/mental berat ditandai dengan hilangnya daya nilai realita dan gangguan fungsi mental lain (halusinasi, waham inkoherensi, konfusi, disorientasi, gangguan ingatan, perilaku teragitasi, dll) serta terdapat hendaya berat dlm fungsi global penderita, sepert fungsi peran, sosial dan pribadi. Dibagi menajdi : psikotik organic dan psikotik fungsional.

o Gangguan jiwa psikotik : ditandai hilangnya kemampuan menilai realitas, ditandai waham (delusi) dan halusinasi, misalnya schizophrenia. o Gangguan jiwa neurotik : tanpa ditandai kehilangan kemampuan menilai realitas, terutama dilandasi konflik intrapsikis atau peristiwa kehidupan yang menyebabkan kecemasan (ansietas), dengan gejala-gejala obsesi, fobia, dan kompulsif Gangguan jiwa fungsional : tanpa kerusakan struktural atau kondisi biologis yang diketahui dengan jelas sebagai penyebab kinerja yang buruk. Gangguan jiwa organik : ketidakberesan kesehatan disebabkan oleh suatu penyebab spesifik yang membuahkan perubahan struktural di otak, biasanya terkait dengan kinerja kognitif, delirium, atau demensia, misalnya pada penyakit Pick. Istilah ini tidak digunakan dalam DSM-IV-TR karena ia merangkum pengetian bahwa beberapa gangguan jiwa tidak mengandung komponen biologis Gangguan jiwa primer : tanpa penyebab yang diketahui disebut pula idiopatik atau fungsional 6. Gangguan jiwa sekunder : diketahui sebagai sutu manifestasi simtomatik dari suatu gangguan sistemik, medis atau serebral, misalnya delirium yang disebabkan oleh penyakit infeksi otak.

Ggn mental organik, F0-9 Ggn mental organik, ggn mental simtomatik: (F00.Demensia alzheimer. F01 D.vaskuler, F04.Sindrom Amnesik organik, F05 Delirium dan Ggn mental organik lain) F10-19 Ggn mental dan perilaku akibat alkohol dan zat psikoaktif: 1. (Ggn Mental dan Perilaku akibat penggunaan Alkohol, 2. Opioida/Kanabioida/Kokain, Hipnotika-Sedativa 3. Halusinogenika, Tembakau/pelarut yg mudah menguap 4. atau zat multipel dan zat psikoaktif lain)

Ggn mental psikotik, F20-29 Skizofrenia, ggn skizotipal & ggn waham: 1. Skizofrenia, ggn skizotipal, psikotik akut dan

2. 3. 4.

sementara, ggn waham menetap, ggn waham terinduksi, ggn skizoafektif, ggn psikosis non organik lainnya atau YTT.

F30-39 Ggn suasana perasaan Mood/afektif: 1. 2. 3. Episode manik, ggn afektif bipolar, episode depresi, ggn depresif berulang, ggn mood/afektif menetap lainnya/ YTT.

Gangguan neurotik dan ggn kepribadian, F40-49 Ggn Neurotik, ggn somatoform dan ggn terkait stres = ggn ansietas fobik, ggn ansietas lainnya, ggn obsesif-kompulsif, reaksi thd stres berat dan ggn penyesuaian, ggn disosiatif (konversi), ggn somatoform, ggn neurotik lainnya. F50-59 Sindrom perilaku yg berhub dg ggn fisiologis dan faktor fisik: ggn makan, ggn tidur non organik, disfungsi seksual, ggn mental dan perilaku masa nifas, faktor psikologis dan perilaku yg berhub dg ggn/penyakit YDK, sindrom perilaklu ytt. F60-69 Ggn kepribadian dan perilaku masa dewasa: ggn

kepribadian khas, ggn kebiasaan dan impuls, ggn identitas jenis kelamin, ggn preferensi seksual, ggn kepribadian dan perilaku lainnya.

Ggn masa anak- remaja dan perkembangan F40-49 Ggn Neurotik, ggn somatoform dan ggn terkait stres = ggn ansietas fobik, ggn ansietas lainnya, ggn obsesif-kompulsif, reaksi thd stres berat dan ggn penyesuaian, ggn disosiatif (konversi), ggn somatoform, ggn neurotik lainnya.

F50-59 Sindrom perilaku yg berhub dg ggn fisiologis dan faktor fisik: ggn makan, ggn tidur non organik, disfungsi seksual, ggn mental dan perilaku masa nifas, faktor psikologis dan perilaku yg berhub dg ggn/penyakit YDK, sindrom perilaklu ytt. F60-69 Ggn kepribadian dan perilaku masa dewasa: ggn

kepribadian khas, ggn kebiasaan dan impuls, ggn identitas jenis kelamin, ggn preferensi seksual, ggn kepribadian dan perilaku lainnya. (PPDGJ III)

14. Bagaimana penjabaran tentang GAF? Cara menilai : 1. 100-91 : gejala tdk ada, berfungsi maksima, tdk ada masalah yg tak tertanggulangi 2. 90-81 : gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tdk lebih dari masalah harian yg biasa 3. 80-71 : gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dlm social,pekerjaan, sekolah, dll 4. 70-61 : Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dlm fungsi, secara umum masih baik 5. 60-51 : Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang 6. 50-41 : Gejala berat, disabilitas berat 7. 40-31 : Beberapa disabilitas dlm hubungan dg realita dan komunikasi , disabilitas berat dlm beberapa fungsi 8. 30-21 : Disabilitas berat dlm komunikasi dan daya nilai, tdk amapu berfungsi hampir semua bidang 9. 20-11 : Bahaya mencederai diri sendiri/ orang lain, disabilitas sangat berat dalam berkomunikasi dan mengurus diri 10. 10-1 : seperti diatas persisten dan lebih serius 11. 0 : informasi tdk adekuat (PPDGJ III)

100-91

Fungsi superior dalam berbagai aktivitas, masalah kehidupan tidak pernah keluar kendali, dicari oleh orang lain karena kualitas positifnya banyak. Tidak ada gejala. Tidak ada gejala atau gejala minimal (misalnya, kecemasan ringan sebelum ujian), fungsi baik dalam semua bidang, tertarik dan terlibat dalam berbagai aktivitas, efektif secara social, biasanya puas dengan kehidupan, tidak lebih dari masalah atau kekhawatiran setiap hari (missal, kadang berdebat dengan keluarganya) Jika ditemukan gejala, gejalanya adalah sementara dan merupakan reaksi yang dapat diperkirakan terhadap stressor psikososial (missal, sulit berkonsenrasi setelah berdebat dengan keluarga), tidak lebih dari gangguan ringan pada fungsi social, pekerjaan, atau sekolah (missal, kadang-kadang tertinggal dalam pelajaran sekolah) Beberapa gejala ringan (missal, mood terdepresi dan insomnia ringan) atau beberapa kesulitan dalam fungsi social, pekerjaan, atau sekolah (missal, kadang-kadang membolos, atau mencuri di dalam rumah) tetapi biasanya berfungsi cukup baik, memiliki hubungan interpersonal yang penuh arti Gejala sedang (misalnya, afek datar dan bicara sirkumstansialitas, kadang-kadang serangan panic) atau kesulitan sedang dalam fungsi social, pekerjaan, atau sekolah(missal, sedikit teman, konflik dengan teman) Gejala serius (missal, ide bunuh diri, sering mencuri) atau tiap gangguan yang serius pada fngsi social, pekerjaan, atau sekolah (missal, tidak memiliki teman, tidak mampu bertahan kerja) Beberapa gangguan dalam tes realitas atau komunikasi (missal, bicara kadang-kadang tidak logis, tidak jelas, atau tidak relevan) atau gangguan berat pada beberapa bidang seperti pekerjaan atau sekolah, hubungan dengan keluarga, berpikir, mood (missal, orang terdepresi menghindari teman, menelantarkan keluarga) Perilaku dipengaruhi oelh waham dan halusinasi atau gangguan serius pada komunikasi atau pertimbangan (missal, kadang-kadang inkoheren, tindakan jelas tidak sesuai, preokupasi bunuh diri) atau

90-81

80-71

70-61

60-51

50-41

40-31

30-21

ketidakmampuan untuk berfungsi pada hamper semua bidang (missal, tinggal di tempat tidur sepanjang hari, tidak memiliki pekerjaan, rumah, atau teman) 20-11 Terdapat bahaya melukai diri sendiri atau orang lain (missal, usaha bunuh diri tanpa harapan yang jelas akan kematian, sering melakukan kekerasan, kegembiraan manic) atau kadang-kadang gagal untuk mempertahankan hygiene pribadi yang minimal (missal, mengusap feses) atau gangguan yang jelas dalam komunikasi (missal, sebagian besar inkoheren atau membisu) Bahaya melukai diri sendiri atau orang lain persisten dan parah (missal, kekerasan rekuren) atau ketidakmampuan persisten untuk mempertahankan hygiene pribadi yang minimal, atau tindakan bunuh diri yang serius tanpa harapan akan kematian yang jelas Informasi tidak adekuat (Buku saku diagnosis gangguan jiwa, PPDGJ-III)

10-1

Sumber: http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/125/jtptunimus-gdl-heriyawang-6201-2-babii.pdf http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2d3keperawatan/207301015/bab2.pdf http://satriadwipriangga.blogspot.com/2011/11/askep-pasien-dengan-gangguan-waham.html : 1. Modul Pelatihan Asuhan Keperawatan Jiwa oleh Tim MPKP RSMM & FIK UI, 2. Buku Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa I oleh DEPARTEMEN KESEHATAN RI (2000), 3. Internet situs Google, WAHAM Rona Khatulistiwa https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&ved=0CHgQ FjAH&url=http%3A%2F%2Fimjuly.files.wordpress.com%2F2012%2F03%2Fjulitugas.doc&ei=yYBDUeOaAsWGrAegioCgBg&usg=AFQjCNEwPX9q7gTCyASe37qkfx8KDaexUg&bv m=bv.43828540,d.bmk http://www.psychologymania.com/2012/08/mekanisme-koping.html http://www.scribd.com/doc/120458395/HUBUNGAN-SKIZOFRENIA-DENGAN-KADAR-DOPAMIN

http://blog.unsri.ac.id/download1/14772.pdf http://psikologi.or.id/mycontents/uploads/2012/01/pengertian-gangguan-jiwa1.pdf

SKIZOFRENIA

Definisi

PPDGJ III skizofrenia adalah: Suatu deskripsi sindrom dg variasi penyebab dan per jalanan penyakit yg luas serta sejumlah akibat yang tergantung pd perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh pe- nyimpangan yg fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi serta oleh afek yg tidak wajar atau tumpul, kesadaran yg jernih dan kemampuan intelektual biasanya terpelihara, kemunduran kognitif tertentu dpt berkembang kemudian.

Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang akan membebani masyarakat sepanjang hidup penderita, dikarakteristikan dengan disorganisasi pikiran, perasaan, dan perilaku (Lenzenweger & Gottesman, 1994) System limbic (amigdala, hipokampus, gyrus parahipokampus)pusat

patofisiologi skozofrenia Sejarah : o Emil Kraepelin Demensia prekokssuatu gangguan proses kognitif yang jelas (demensia) dan onset yang awal (prekoks)mengalami

perjalanan jangka panjang yang memburuk dan gejala klinis umum berupa halusinasi dan waham. o Eugen Bleuler Skizofrenia menggantikan demensia prekoksperpecahan

(schism) antara pikiran, emosi, dan perilaku Bedanya : perjalanan yang memburuk tidak diperlukan dalam konsep skizofrenia, seperti pada demensia prekoks. Gejala fundamental (primer)4 Aasosiasi (asosiasi longgar), afektif, autism, ambivalensi o Gejala pelengkap (sekunder)halusinasi, dan waham

Gabriel Langfeldt Pasien dengan gejala psikotik berat dibagi menjadi dua kelompokskizofrenia sesungguhnya dan psikosis skizofreniform Skizofrenia sesungguhnya (nuclear skizofrenia)depersonalisasi, autism, penumpulan emosi, onset yang perlahan-lahan,

derealisasi Etiologi dan Faktor resiko

Model diastesis-stres Integrasi antara factor biologis, psikososial, dan lingkungan Seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diastesis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang stress, memungkinkan perkembangan gejala

menimbulkan skizofrenia o Factor biologis

Daerah otak utama yang terlibat dalam skizofrenia adalah struktur limbic, lobus frontalis, dan ganglia basalis

Hipotesis dopamineskizofrenia disebabkan terlalu banyaknya aktivitas dopaminergikterlalu banyaknya pelepasan dopamine, terlalu banyaknya reseptor dopamine, atau kombinasi mekanisme tsb

Traktus dopaminergik dalam system saraf pusat : Traktus nigrostriatalgejala motorik, mood Traktus mesolimbik-mesokortikalemosi Traktus anterior tuberoinfundibularinhibisi prolaktin hipofifi

Peningkatan aktivitas serotonin, norepinefrin, hilangnya GABA Penurunan ukuran daerah amigdala, hipokampus, gyrus

parahipokampus Gangguan pada ganglia basalistimbulnya gerakan-gerakan aneh o o Genetika Factor psikososial

Diagnosis Simptom skizofernia dibagi dalam 5 dimensi : 1. Simptom positif Menggambarkan fungsi normal yg berlebihan dan khas, meliputi waham, halusinasi, disorganisasi pembicaraan dan perilaku katatonia atau agitasi. 2. Simptom negatif Ada 5 tipe gejala

Affective Flattening : ekspresi emosi yg terbatas, dalam rentang dan intensitas. Alogia : keterbatasan pembicaraan dan pikiran, dalam kelancaran dan produktivitas. Avolition : keterbatasan perilaku dalam menentukan tujuan. Anhedonia : berkurangnya minat dan menariki diri dari seluruh aktivitas yg menyenangkan dan biasa dilakukan oleh penderita. Gangguan atensi : penurunan fungsi normal pada penderita skizofernia seperti afek tumpul, penarikan emosi (emosional withdrawal). 3. Simptom kognitif Yg paling berat dan paling sering Ganngguan verbal fluency Ganngguan serial learning Ganngguan dalam vigilance Ganngguan eksekutif 4. Simptom agresif dan hostile Tumpang tindih dgn simptom positif. Menekankan pd masalah pengendalian impuls. Hostilitas pd SKZ berupa penyerangan secara fisik aau verbal terhadap org lain. 5. Simptom depresi dan anxious

Kriteria Diagnostik Skizofrenia menurut DSM IV-TR A. Terdapat 2 atau lebih gejala di bawah ini selama satu bulan atau kurang dari sebulan jika pengobatan berhasil. 1. Waham 2. Halusinasi

3. Bicara disorganisasi 4. Perilaku disorganisasi atau katatonik yang jelas 5. Simptom negatif contohnya afek datar, alogia atau avolition Dapat hanya 1 gejala bila dijumpai waham bizarre atau halusinasi dengar berupa mengkomentari perilaku pasien (commentary) atau dua atau lebih suara yang berbicara (voices conversing). B. Disfungsi sosial atau pekerjaan C. Durasi: gangguan terus menerus selama 6 bulan D. Disingkirkan gangguan skizoafektif dan gangguan mood E. Disingkirkan gangguan penggunaan zat atau kondisi medis umum F. Jika terdapat gangguan perkembangan pervasif, diagnosis tambahan skizofrenia dibuat bila waham dan halusinasi menonjol.

SUBTIPE SKIZOFRENIA MANURUT DSM-IV TR 1. Tipe Katatonik Terdapat 2 atau lebih gejala berikut ini: a. Immobilitas motorik (berupa katalepsi, waxy fleksibilitas, atau stupor) b. Aktivitas motorik yang berlebihan, tetapi tidak memiliki tujuan dan tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal. c. Negativisme yang ekstrim, mutisme. d. Gerakan volunter yang aneh, seperti yang ditunjukkan oleh posturing, gerakan stereotipik, manerisme atau grimacing (seringai) yang menonjol. e. Ekolalia atau ekopraksia.

2. Tipe Disorganisasi (Hebrefenik) Semua criteria di bawah ini terpenuhi, yaitu:

a. Menonjolnya disorganisasi bicara dan perilaku, afek datar atau afek tidak sesuai. b. Criteria skizofrenia tipe katatonik tidak terpenuhi.

3. Tipe Paranoid Semua kriteria di bawah ini terpenuhi, yaitu: a. Preokupais dengan waham atau halusinasi dengar yang menonjol. b. Kriteria skizofrenia tipe disorganisasi tidak terpenuhi.

4. Tipe Tidak Tergolongkan (Undifferentiated Typed) Tidak memenuhi criteria untuk tipe paranoid, disorganisasi, ataupun tipe katatonik.

5. Tipe Residual a. Tidak terdapat waham, halusinasi, disorganisasi bicara, perilaku katatonik atau disorganisasi yang menonjol. b. Terdapat terus-menerus gangguan seperti yang ditunjukkan oleh adanya gejala negative atau dua atau lebih gejala dari criteria a menuruit DSM IV-TR dari skizofrenia dalam bentuk yang lebih ringan (misalnya keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim).

6. Skizofrenia Simpleks (Gangguan Deterioratif Sederhana) Criteria diagnostic menurut DSM-IV TR: a. Perkembangan yang bersifat progresif dan sudah beerlangsung minimal 1 tahun, dapat berupa: 1. Penurunan yang nyata dalam fungsi pekerjaan atau akademik 2. Penampakan dan pendalaman secara bertahap dari simpton negative 3. Rapport interpersonal yang buruk, isolasi social atau penarikan social

b. Criteria a untuk skizofrenia tidak pernah terpenuhi.

Kriteria Diagnostik Skizofrenia menurut PPDGJ III (F20) 1. Apabila terdapat 1 atau lebih gejala yang amat jelas (biasanya 2 atau lebih gejala kurang jelas atau kurang tajam), dari gejala-gejala di bawah ini: a. Though echo, though insertion atau withdrawal, atau though broadcasting b. Delusion of control, delusion of influence atau delusionof passivity c. Halusinasi suara (berupa komentar terus-menerus atau mendiskusikan tentang pasien). d. Waham menetap jenis lain yang tidak sesuai dengan budaya. 2. Minimal terdapat ua gejala dari gejala-gejala di bawah ini, apabila semua gejala di atas tidak ditemukan yaitu: e. Halusinasi yang menetap f. Arus pikir terputus atau mengalami sisipan sehingga inkoheren atau pembicaraan yang tidak relevan g. Perilaku katatonik h. Gejala negative 3. Gejala-gejala tersebut di atas (gejala a,b,c,d,e,f,g,h) khas dan berlangsung 1 bulan atau lebih. Kriteria ini tidak dapat digunakan apabila penderita masih fase prodromal dari skizofrenia. 4. Skizofrenia tidak dapat ditegakkan jika terdapat: gejala-gejala depresif atau manic secara luas, penyakit otak yang nyata atau epilepsi (penyakit otak lain), intoksikasi atau withdrawal zat. 5. Apabila gejala skizofrenia dan gejala afektif bekembang bersama-sama secara seimbang dan sama banyak maka gangguan tersebut dikenal dengan Gangguan skizoafektif.

Tipe Skizofrenia menurut PPDGJ III 1. Tipe Paranoid (F20.0) a. Merupakan tipe skizofrenia yang paling sering ditemukan. b. Gambaran klinisnya didominasi oleh waham stabil disertai halusinasi dan gangguan persepsi. c. Kriteria diagnosis: halusinasi atau waham harus menonjol gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik yang tidak nyata halusinasi pendengaran (berupa ancaman atau perintah terhadap pasien), atau halusinasi tanpa bentuk verbal seperti bunyi peluit, mendenggung atau bunyi tawa. Halusinasi penciuman atau pengecapan rasa atau bersifat seksual. 2. Waham yang berupa dikendalikan, dipengaruhi, passivity atau kejar.

Tipe Hebefrenik (F20.1) Perlu observasi selama 2 sampai 3 bulan untuk melihat apakah gejala-gejala tersebut tetap bertahan atau tidak. Terdapat gangguan afektif, dorongan kehaendak, dan gangguan proses piker yang menonjol. Cirri khas adanya perilaku tanpa tujuan dan tanpa maksud (empty of purpose).

3. Tipe Katatonik (F20.2) a. Jarang ditemukan b. Criteria diagnosis: Terpenuhi criteria diagnosis skizofrenia

Terdapat 1 atau lebih gejala berikut: stupor atau mutisme, kegelisahan, posturing, negativism, rigiditas, waxy fleksibilitas, atau command

outomatisme. c. Apabila pasien tidak komunikatif sementara diagnosis ditunda dulu. 4. Tipe Tak Terinci (Undifferentiated) (F20.3) Terpenuhi criteria diagnosis skizofrenia, tetapi tidak memenuhi criteria tipe paranoid, hebefrenik, katatonik, residual, atau paska skizofrenia. 5. Tipe Residual (F20.5) a. Tipe ini merupakan stadium kronis dari skizofrenia. b. Kriteri diagnosis: Gejala negative skizofrenia yang menonjol Adanya riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lalu yang memenuhi criteria skizofrenia Paling sedikit melampaui kurun waktu satu tahun, intensitas dan frekuensi gejala yang nyata sangat berkurang dan telah menimbulkan sindrom negative. Tidak terdapat dimensia, penyakit otak organic atau depresi kronis.

6. Tipe Simpleks (F20.6) a. Simpton negative bersifat berlahan-lahan tetapi progresif. b. Tidak terdapat waham atau halusinasi c. Kurang nyata gejala psikotik jika dibandingkan dengan skizofrenia tipe lain d. Simpton negative timbul tanpa didahului oleh gejala-gejala psikotik yang nyata. 7. Tipe Depresi Pasca Skizofrenia (F20.4) a. Skizofrenia sudah berlangsung selama 12 bulan (I tahun) b. Gejala skizofrenia masih tetap ada

c. Terdapat gejala-gejala depresif yang menonjol dan mengganggu, memenuhi episode depresif dan berlangsung minimal 2 minggu.

Pola perjalanan skizofrenia menurut PPDGJ III dengan kode lima karakter: F20.X.0 : berkelanjutan F20.X.1 : episodic dengan kemunduran progresif F20.X.2 : episodic dengan kemunduran stabil F20.X.3 : episodic berulang F20.X.4 : remisi tidak sempurna F20.X.5 : remisi sempurna F20.X.8 : lainnya F20.X.9 : periode pengamatan kurang 1 tahun

You might also like