You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini, mendengar kata HIV/AIDS seperti momok yang mengerikan. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Pada tahun 2007 terdapat 24 ibu hamil yang dinyatakan positif mengidap virus HIV/AIDS. Bila jumlah ibu hamil yang positif HIV bertambah, ada kemungkinan peningkatan balita yang terinfeksi penyakit yang sama. Sebagian besar data dan fakta lapangan bahwa kota Surabaya menduduki peringkat 1 dalam kasus HIV/AIDS di Jawa Timur, terdapat 449 (75,59%) kasus berada di Surabaya dari jumlah total 594 kasus HIV/AIDS di Jawa Timur. Angka kematian akibat HIV/AIDS masih tinggi, 80 persen sudah mengidap AIDS. Di Jatim jumlah akumulasi penderita HIV/AIDS yang meninggal sejak tahun 1989 sampai Agustus 2007 mencapai 339 orang dari 1.445 penderita AIDS. Penyakit AIDS disebabkan karena melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh virus HIV. HIV dapat menular dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayinya. Tanpa upaya pencegahan, kurang-lebih 30 persen bayi dari ibu yang terinfeksi HIV menjadi tertular juga. Ibu dengan viral load tinggi lebih mungkin menularkan HIV kepada bayinya. Namun tidak ada jumlah viral load yang cukup rendah untuk dianggap "aman". Infeksi dapat terjadi kapan saja selama kehamilan, namun biasanya terjadi beberapa saat sebelum atau selama persalinan. Bayi lebih mungkin terinfeksi bila proses persalinan berlangsung lama. Selama persalinan, bayi yang baru lahir terpajan darahibunya. Meminum air susu dari ibu yang terinfeksi dapat juga mengakibatkan infeksi pada si bayi.

Hal. 1|

Maternitas : Asuhan keperawatan pada ibu

hamil dengan AIDS

Penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui tiga cara, dan bisa dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan, dan setelah persalinan. Dalam makalah ini akan dibahas tentang bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan HIV/AIDS sehingga kita sebagai mahasiswa keperawatan diharapkan nantinya bisa memberikan asuhan keperawatan dengan baik.

Hal. 2|

Maternitas : Asuhan keperawatan pada ibu

hamil dengan AIDS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat dialihkatakan sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan. Acquired : didapat, bukan penyakit keturunan Immune : sistem kekebalan tubuh Deficiency : kekurangan Syndrome : kumpulan gejala-gejala penyakit. AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus (HIV). (Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare). Sedangkan di dalam kamus kedokteran Dorlan (2002), menyebutkan bahwa AIDS adalah suatu penyakit retrovirus epidemik menular, yang disebabkan oleh infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas seluler, dan mengenai kelompok risiko tertentu, termasuk pria homoseksual atau biseksual, penyalahgunaan obat intravena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya, hubungan seksual dari individu yang terinfeksi virus tersebut. Menurut Center for Disease Control and Prevention, AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi.

2.2 Etiologi

Penularan virus HIV/AIDS terjadi karena beberapa hal, di antaranya ;


Hal. 3|

Maternitas : Asuhan keperawatan pada ibu

hamil dengan AIDS

1. Penularan melalui darah, penularan melalui hubungan seks (pelecehan seksual). (WHO, 2003) 2. Hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan 3. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian memakai alat suntik. 4. Individu yang terpajan ke semen atau cairan vagina sewaktu berhubungan kelamin dengan orang yang terinfeksi HIV. 5. Orang yang melakukuan transfusi darah dengan orang yang terinfeksi HIV, berarti setiap orang yang terpajan darah yang tercemar melalui transfusi atau jarum suntik yang terkontaminasi.

2.3 Cara Penularan HIV/AIDS dari Ibu ke Anak

Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV/AIDS sebagian besar masih berusia subur, sehingga terdapat resiko penularan infeksi yang terjadi pada saat kehamilan (Richard, et al., 1997). Selain itu juga karena terinfeksi dari suami atau pasangan yang sudah terinfeksi HIV/AIDS karena sering berganti-ganti pasangan dan gaya hidup. Berdasarkan CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01% sampai 0,7%. Apabila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%, sedangkan jika gejala AIDS sudah tampak jelas maka kemungkinannya akan meningkat mencapai 50% (PELKESI, 1995). Penularan ini dapat terjadi dalam 3 periode: 1. Periode kehamilan Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil. Hal ini disebabkan karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus oleh virus itu sendiri. Oksigen, makanan, antibodi dan obat-obatan memang dapat menembus plasenta, tetapi tidak oleh HIV. Plasenta justru melindungi janin dari infeksi HIV. Perlindungan menjadi tidak efektif apabila ibu: a. Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria) pada plasenta selama kehamilan.
Hal. 4|

Maternitas : Asuhan keperawatan pada ibu

hamil dengan AIDS

b. Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan virus pada saat itu c. Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun d. Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tidak langsung berkontribusi untuk terjadinya penularan dari ibu ke anak. 2. Periode persalinan Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika dibandingkan periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan. Semakin lama proses persalinan, maka semakin besar pula resiko penularan terjadi. Oleh karena itu, lamanya persalinan dapat dipersingkat dengan section caesaria. Faktor yang mempengaruhi tingginya risiko penularan dari ibu ke anak selama proses persalinan adalah:Lama robeknya membran a. Chorioamnionitis akut (disebabkan tidak diterapinya IMS atau infeksi lainnya) b. Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi dengan darah ibu misalnya, episiotomi. c. Anak pertama dalam kelahiran kembar 3. Periode Post Partum Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui ASI. Berdasarkan data penelitian De Cock, dkk (2000), diketahui bahwa ibu yang menyusui bayinya mempunyai resiko menularkan HIV sebesar 10- 15% dibandingkan ibu yang tidak menyusui bayinya. Risiko penularan melalui ASI tergantung dari: a. Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan kurang berisiko dibanding dengan pemberian campuran b. Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan putting susu dan infeksi payudara lainnya c. Lamanya pemberian ASI, makin lama makin besar kemungkinan infeksi d. Status gizi ibu yang buruk

2.4 Manifestasi Kinis


Hal. 5|

Maternitas : Asuhan keperawatan pada ibu

hamil dengan AIDS

Manifestasi klinis yang tampak dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Manifestasi Klinis Mayor a. Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan b. Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menerus c. Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 3 tiga bulan d. TBC 2. Manifestasi Klinis Minor a. Batuk kronis selama lebih dari satu bulan b. Infeksi pada mulut dan jamur disebabkan karena jamur Candida Albicans c. Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh d. Munculnya Herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal di seluruh tubuh

2.5 Pemeriksaan

1. VCT (Voluntary Counseling Testing) Definisi VCT VCT adalah suatu pembinaan dua arah atau dialog yang berlangsung tak terputus antara konselor dan kliennya untuk mencegah penularan HIV, memberikan dukungan moral, informasi, serta dukungan lainnya kepada ODHA, keluarga , dan lingkungannya. Tujuan VCT 1. Upaya pencegahan HIV/AIDS 2. Upaya untuk mengurangi kegelisahan, meningkatkan persepsi/pengetahuan mereka tentang faktor-faktor resiko penyebab seseorang terinfeksi HIV 3. Upaya pengembangan perubahan perilaku, sehingga secara dini mengarahkan mereka menuju ke program pelayanan dan dukungan termasuk akses terapi antiretroviral, serta membantu mengurangi stigma dalam masyarakat

Hal. 6|

Maternitas : Asuhan keperawatan pada ibu

hamil dengan AIDS

2. Pemerikasaan Laboratorium a. Tes serologis: tes antibodi serum terdiri dari skrining HIV dan ELISA; tes blot western untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV ; penurunan sel T limfosit; jumlah sel T4 helper; jumlah sel T8 dengan perbandingan 2:1 dengan sel T4; peningkatan nilai kuantitatif P24 (protein pembungkus HIV); peningkatan kadar IgG, Ig M dan Ig A; reaksi rantai polymerase untuk mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler; serta tes PHS (pembungkus hepatitis B dan antibodi,sifilis, CMV mungkin positif). b. Pemeriksaan histologis, sitologis urin ,darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan sekresi. c. Tes neurologis: EEG, MRI, CT Scan otak, EMG. d. Tes lainnya: sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCV tahap lanjut atau adanya komplikasi lain; tes fungsi pulmonal untuk deteksi awal pneumonia interstisial; Scan gallium; biopsy; branskokopi. 3. Tes Antibodi a. Tes ELISA, untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi HIV. b. Western blot asay/ Indirect Fluorescent Antibody (IFA), untuk mengenali antibodi HIV dan memastikan seropositifitas HIV. c. Indirect immunoflouresence, sebagai pengganti pemerikasaan western blot untuk memastikan seropositifitas. d. Radio immuno precipitation assay, mendeteksi protein pada antibodi. 4. Pendeteksian HIV Dilakukan dengan pemeriksaan P24 antigen capture assay dengan kadar yang sangat rendah. Bisa juga dengan pemerikasaan kultur HIV atau kultur plasma kuantitatif untuk mengevaluasi efek anti virus, dan pemeriksaan viremia plasma untuk mengukur beban virus (viral burden).

Hal. 7|

Maternitas : Asuhan keperawatan pada ibu

hamil dengan AIDS

2.6 Penatalaksanaan HIV menyebabkan terjadinya penurunan kekebalan tubuh sehingga pasien rentan terhadap serangan infeksi oportunistik. ARV bisa diberikan pada pasien untuk menghentikan aktivitas virus, memulihkan sistem imun dan mengurangi terjadinya infeksi oportunistik, memperbaiki kualitas hidup dan memperpanjang usia harapan hidup penderita HIV/AIDS. Obat ARV terdiri atas beberapa golongan seperti nucleoside reversetranscriptase inhibitor, nucleotide reverse transcriptase inhibitor, non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor, dan inhibitor protease.

2.7 Pencegahan

Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui tiga cara, dan bisa dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan, dan setelah persalinan. Cara tersebut yaitu: 1. Penggunaan obat Antiretroviral selama kehamilan, saat persalinan dan untuk bayi yang baru dilahirkan. Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load menjadi lebih rendah sehingga jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV. Resiko penularan akan sangat rendah (1-2%) apabila terapi ARV ini dipakai. Namun jika ibu tidak memakai ARV sebelum dia mulai sakit melahirkan, ada dua cara yang dapat mengurangi separuh penularan ini. AZT dan 3TC dipakai selama waktu persalinan, dan untuk ibu dan bayi selama satu minggu setelah lahir. Satu tablet nevirapine pada waktu mulai sakit melahirkan, kemudian satu tablet lagi diberi pada bayi 23 hari setelah lahir. Menggabungkan nevirapine dan AZT selama persalinan mengurangi penularan menjadi hanya 2 persen. Namun, resistansi terhadap nevirapine dapat muncul pada hingga 20 persen perempuan yang memakai satu tablet waktu hamil. Hal ini mengurangi keberhasilan ART yang dipakai kemudian oleh ibu. Resistansi ini juga dapat disebarkan pada bayi waktu menyusui. Walaupun begitu, terapi jangka pendek ini lebih terjangkau di negara berkembang.
Hal. 8|

Maternitas : Asuhan keperawatan pada ibu

hamil dengan AIDS

2. Penanganan obstetrik selama persalinan Persalinan sebaiknya dipilih dengan menggunakan metode Sectio caesaria karena metode ini terbukti mengurangi resiko penularan HIV dari ibu ke bayi sampai 80%. Apabila pembedahan ini disertai dengan penggunaan terapi antiretroviral, maka resiko dapat diturunkan sampai 87%. Walaupun demikian, pembedahan ini juga mempunyai resiko karena kondisi imunitas ibu yang rendah yang bisa memperlambat penyembuhan luka. Oleh karena itu, persalinan per vagina atau sectio caesaria harus dipertimbangkan sesuai kondisi gizi, keuangan, dan faktor lain. 3. Penatalaksanaan selama menyusui Pemberian susu formula sebagai pengganti ASI sangat dianjurkan untuk bayi dengan ibu yang positif HIV. Karena sesuai dengan hasil penelitian, didapatkan bahwa 14 % bayi terinfeksi HIV melalui ASI yang terinfeksi.

Hal. 9|

Maternitas : Asuhan keperawatan pada ibu

hamil dengan AIDS

2.7 Phatway

HIV AIDS Pada Ibu hamil


Etiologi : Infeksi Virus

Faktor Resiko : 1. 2. 3. 4. 5. Seks Bebas Berganti-ganti pasangan Pengguna Narkoba suntik Penerima transfuse darah Tenaga medis

Penularan melalui : 1. 2. Antepartum/ in utero Inpartum Postpartum/ melalui ASI

Ibu hamil-bayi

3.

MK: Ansietas dan isolasi sosial

Ibu

Anak

Efek obat

Sel epitel usus

Sistem imun

Sel hepar dan lien

Infeksi pneomocytis carinii

Mual/muntah

Diare kronis

Imunitas

hepatosplenomegali

MK : Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh

Gampang Sakit

MK : Nyeri

Pneumonia

Sersak Pada babyi gg. Tumbuh kembang MK : Nyeri MK : Pola Nafas tidak efektif

MK : Defisit volume cairan dan kerusakan integritas kulit

MK : Resti infeksi oportunistik

H a l . 10 |

Maternitas : Asuhan keperawatan pada ibu

hamil dengan AIDS

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

Analisa Data DS: biasanya pasien Buang air besar selama berhari-hari, lemas, pusing DO: wajah pucat, matanya cowong, kulit dan mukosa kering, tekanan turgor menurun DS : biasanya pasien mengeluh lemas DO: pasien terlihat kurus DS: biasanya pasien mengeluh nyeri pada bagian perut DO : P: nyeri meningkat ketika beraktifitas Q: nyeri R: nyeri di daerah abdomen kuadran
H a l . 11 |

Etiologi Diare (infeksi virus HIV yang menyerang usus )

Problem Kekurangan volume cairan

Mual. Muntah dan diare yang berlebihan

Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan

Infeksi virus HIV pada usus

Nyeri

Maternitas : Asuhan keperawatan pada ibu

hamil dengan AIDS

kiri bawah S: skala nyeri 8 T: nyeri hilang timbul S : nyeri pada daerah perianal O : kulit perianal terlihat merah dan sedikit lecet S : biasnya pasien mengeluh cemas O : pasien menangis S : merasa cemas dan takut Persepsi ridak dapat diterima masyarakat 3.2 Diagnosa Keperawatan 1. Kekurangan volume cairan b.d diare berat 2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d pengeluaran yang berlebihan ( muntah dan diare berat ) 3. Nyeri b.d infeksi 4. Kerusakan integritas kulit b.d diare berat 5. Ansietas b.d transmisi dan penularan interpersonal ( pada bayi ) 6. Resiko tinggi isolasi sosial b.d persepsi tentang tidak akan diterima dalam masyarakat Resiko tinggi isolasi social Takut bayi akan tertular virus HIV Ansietas Diare yang berlebihan Kerusakan integritas kulit

3.3 Intervensi 1. Kekurangan volume cairan b.d diare berat Tujuan : - Mempertahankan hidrasi Kriteria hasil :
H a l . 12 |

Maternitas : Asuhan keperawatan pada ibu

hamil dengan AIDS

- Membran mukosa pasien lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital stabil, haluaran urine adekuat

Intervensi 1. Pantau tanda-tanda vital, termasuk CVP bila terpasang. Catat hipertensi, termasuk perubahan postural. 2. Catat peningkatan suhu andurasi demam. Berikan kompres hangat sesuai indikasi. Pertahankan pakaian tetap kering. Pertahankan kenyamanan suhu lingkungan

Rasional 1. Indikator dari volume cairan

2. Meningkatkan kebutuhan metabolism dan diaphoresis yang berlebihan yang dihubungkan dengan demam dalam meningkatkan kehilangan cairan

3. Kaji turgor kulit, membran mukosa, dan rasa haus 4. Ukur haluan urine dan berat jenis urine. Ukur/kaji jumlah kehilangan diare. Catat kehilangan kasat mata

3. Indikator tidak langsung dari status cairan 4. Peningkatan berat jenis urin/penurunan haluaran urin menunjukkan perubahan perfusi ginjal/volume sirkulasi. Catatan : pemantauan keseimbangan sulit karena kehilangan melalui gastrointestinal/tak kasat mata

5. Timbang berat badan sesuai indikasi

5. Meskipun kehilangan berat badan dapat menunjukkanpenggunaan otot, fluktuasi tibatiba menunjukkan status hidrasi. Kehilangan cairan berkenaan dengan diare dapat dengan cepat menyebabkan krisis dan mengancam hidup.

H a l . 13 |

Maternitas : Asuhan keperawatan pada ibu

hamil dengan AIDS

6. Pantau pemeriksaan oral dan memasukan cairan sedikitnya 2500ml/hari

6. Mempertahankan keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus, dan melembabkan membrane mukosa

7. Buat cairan mudah diberikan pada pasien; gunakan cairan yang mudah ditoleransi oleh pasien dan yang mengandung elektrolit yang dibutuhkan, mis., Gatorade, air daging 8. Hilangkan yang potensial menyebabkan diare, yakni yang pedas/makanan berkadar lemak tinggi, kacang, kubis, susu. Mengatur kecepatan/konsentrasi yang diberikan perselang, jika diperlukan.

7. Meningkatkan pemasukan. Cairan tertentu mungkin ter rlalu

menimbulkan nyeri untuk dikonsumsi (misal, jeruk asam) karena lesi pada mulut. 8. Mungkin dapat mengurangi diare.

2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d pengeluaran yang berlebihan ( muntah dan diare berat ) Tujuan: - mempertahankan massa otot yang adekuat - mempertahankan berat antara 0,9-1,35 kg dari berat sebelum sakit Kriteria Hasil: - menunjukkan nilai laboratorium dalam batas normal - melaporkan perbaikan tingkat energi Intervensi 1. Tentukan berat badan umum sebelum pasien didiagnosa HIV Rasional 1. Penurunan berat badan dini bukan ketentuan pasti grafik berat badan dan tinggi badan normal. Karenanya penentuan berat badan terakhir dalam hubungannya berat badan dan praH a l . 14 |

Maternitas : Asuhan keperawatan pada ibu

hamil dengan AIDS

diagnosa lebih bermanfaat. 2. Buat ukuran antropometri terbaru. 2. Membantu memantau penurunan dan menentukan kebutuhan nutrisi sesuai dengan perubahan penyakit. 3. Diskusikan/catat efek-efek samping obat-obatan terhadap nutrisi. 3. Identifikasi dari faktor-faktor ini dapat membantu merencanakan kebutuhan individu. Pasien dengan infeksi HIV menunjukkan deficit mineral renik zinc, magnesium, selenium. Penyalahgunaan alcohol dan obat-obatan dapat mengganggu asupan adekuat. 4. Sediakan informasi ,mengenai nutrisi dengan kandungan kalori, vitamin, protein, dan mineral tinggi. Bantu pasien merencanakan cara untuk mempertahankan/menentukan masukan. 5. Tekankan pentingnya mempertahankan keseimbangan/pemasukan nutrisi adekuat. 3. Nyeri b.d diare berat Tujuan: - Pasien bisa mengontrol nyeri/rasa sakit Kriteria Hasil: - Keluhan hilangnya/terkontrolnya rasa sakit - Menunjukkan posisi/ekspresi wajah rileks - Dapat tidur/beristirahat adekuat
H a l . 15 |

4. Umunya obat-obatan yang digunakan menyebabkan anoreksia dan mual/muntah; beberapa mempengaruhi produksi SDM sumsum tulang. 5. Memiliki informasi ini dapat membantu pasien memahami pentingnya diet seimbang. Sebagaian pasien mungkin akan mencoba diet makrobiotik maupun diet jenis lain dengan

Maternitas : Asuhan keperawatan pada ibu

hamil dengan AIDS

Intervensi 1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 1-10), frekuensi, dan waktu. Menandai gejala nonverbal misal gelisah, takikardia, meringitas.

Rasional 1. Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga. Tanda-tanda perkembangan/ resolusi komplikasi. Catatan: sakit yang kronis tidak menimbulkan perubahan autonomic.

2. Dorong pengungkapan perasaan.

2. Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasasakit.

3. Berikan aktivitas hiburan, mis., membaca, berkunjung, dan menonton televisi. 4. Lakukan tindakan paliatif, mis., pengubahan posisi, masase, rentang gerak pada sendi yang sakit. 5. Berikan kompres hangat/lembab pada sisi injeksi pentamidin/IV selama 20 menit setelah pemberian. 6. Instruksikan pasien/dorong untuk menggunakan visualisasi/bimbingan imajinasi, relaksasi progresif, teknik napas dalam. 7. Berikan perawatan oral.

3. Memfokuskan kembali perhatian; mungkin dapat meningkatkan kemampuan untuk menanggulangi. 4. Meningkatkan relaksasi/menurunkan tegangan otot. 5. Injeksi ini diketahui sebagai penyebab rasa sakit dan abses steril. 6. Meningkatkan relaksasi dan perasaan sehat. Dapat menurunkan kebutuhan narkotik analgesik (depresan SSP) dimana telah terjadi proses degenaratif neuro/motor. Mungkin tidak berhasil jika muncul demensia, meskipun minor. 7. Ulserasi/lesi oral mungkin menyebabkan ketidak nyamanan yang sangat.

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan diare berat Tujuan: - Pasien menunjukkan perbaikan integritas kulit Kriteria Hasil:
H a l . 16 |

Maternitas : Asuhan keperawatan pada ibu

hamil dengan AIDS

- Pasien menunjukkan tingkah laku/teknik untuk mencegah kerusakan kulit/meningkatkan kesembuhan - Menunjukkan kemajuan pada luka/penyembuhan lesi.

Intervensi 1. Kaji kulit setiap hari. Catat warna, turgor, sirkulasi, dan sensasi. lambarkan lesi dan amati perubahan. 2. Secara teratur ubah posisi, ganti seprei sesuai kebutuhan. Dorongn pemindahan berat badan secara periodik. Lindungi penonjolan tulang dengan bantal, bantalan tumit/siku, kulit domba. 3. Pertahankan seprei bersih, kering, dan tidak berkerut 4. Gunting kuku secara teratur.

Rasional 1. Menentukan garis dasar diamana perubahan pada status dapat dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat. 2. Mengurangi stress pada titik tekannan, meningkatkan aliran darah ke jaringan dan meningkatkan proses kesembuhan.

3. Fiksasi kulit disebabkan oleh kain yang berkerut dan basah yang menyebabkan iritasi dan potensial terhadap infeksi. 4. Kuku yang panjang/kasar meningkatkan risiko kerusakan dermal.

H a l . 17 |

Maternitas : Asuhan keperawatan pada ibu

hamil dengan AIDS

BAB IV DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta. EGC.

Nursalam dan dwi,Ninuk. 2008. Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta. Salemba medika.

Yasmine Flores, Swabina.2007. Anak dan HIV/AIDS. Jakarta.

H a l . 18 |

Maternitas : Asuhan keperawatan pada ibu

hamil dengan AIDS

You might also like