Professional Documents
Culture Documents
\
|
=
5
10 74 , 9
( Lit 1, hal 7 )
|
.
|
\
|
=
6000
62 , 67
10 74 , 9
5
x T
T = 10976,98 kg mm = 1097,6 kg cm
atau T = 11 kg m
T = 12,2 kg m ( Dari spesifikasi mobil )
Bahan poros di pilih dari bahan yang difinis dingin S45C-D dengan kekuatan tarik
B= 60 kg/mm.
Standard an
macam
Lambang Perlakuan panas Kekuatan tarik
(kg/mm
2
)
Keterangan
Baja karbon
konstruksi mesin
(JIS G 4501)
S30C
S35C
S40C
S45C
S50C
S55C
Penormalan
48
52
55
58
62
66
Batang baja yang
difinis dingin
S35C-D
S45C-D
53
60
Ditarik dingin,
digerinda,
dibubut, atau
gabungan antara
hal-hal tersebut
19
S55C-D 72
Sumber : literature 1 hal 3
Tegangan geser yang di izinkan :
2 1
xSf Sf
B
a
t
t
Dimana :
a = Tegangan geser yang di izinkan poros (kg/mm)
B
= Tegangan tarik izin poros = 60 kg/mm
Sf
1
= Factor keamanan akibat pengaruh massa untuk bahan S-C (baja karbon)
diambil 6 sesuai dengan standart ASME ...............( lit 1 hal 8 )
Sf
2
= factor keamanan akibat pengaruh bentuk poros atau daya spline pada poros,
di mana harga sebesar 1,3- 3,0 maka di ambil 2,5
Maka :
2 1
xSf Sf
B
a
t
t
=
5 , 2 6
60
x
= 4 kg/mm
Pertimbangan untuk momen diameter poros :
rumus :
3
1
1 , 5
(
= T C K ds
b t
a
t
...................................................................( hal 8 )
dimana :
ds = Diameter poros (mm)
T = Momen torsi rencana = 10977 kg mm
C
b
= factor keamanan terhadap beban lentur harganya 1,2-2,3
K
t
= faktor bila terjadi kejutan dan tumbukan besar atau kasar 1,5-3,0
maka :
20
3
1
10977 2 , 1 5 , 1
4
1 , 5
(
= x x x ds
= 29,31 mm
ds = 30 mm ( Sesuai dengan tabel hal 9)
Pada diameter poros di atas 30 mm, maka tegangan geser terjadi pada poros adalah
2
3
/ 1 , 5 mm kg
ds
T
(
= t
2
3
/
30
10977
1 , 5 mm kg
(
= t
= 5,1 x 0,4 kg/mm
t = 2,07 kg/mm
Berdasarkan perhitungan di atas maka poros tersebut aman di pakai karena
tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan yaitu :
2,07 < 4 kg/mm
Table 3.1. diameter poros
4 10 *22,4 40 100 *224 400
24 (105) 240
11 25 42 110 250 420
260 440
4,5 *11,2 28 45 *112 280 450
12 30 120 300 460
31,5 48 *315 480
5 *12,5 32 50 125 320 500
130 340 530
35 55
*5,6 14 33,5 56 140 *335 560
(15) 150 360
6 16 38 60 160 380 600
(17) 170
*6,3 18 63 180 630
19 190
20 200
22 65 220
7 70
*7,1 71
75
8 80
85
9 90
95
sumber : literature 1 hal 9
21
Keterangan :
1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari
bilangan standart.
2. Bilangan di dalam kurung hanya di pakai untuk bagian di mana akan di
pasang bantalan gelinding.
3.2. Spline dan Naff
A. Spline
Spline adalah untuk meneruskan daya putaran yang menerima dari kopling
yang meneruskan ke poros. Sistem ini dapat di jumpai pada kendaraan roda empat.
Gbr 3.2. spline
Spline yang direncanakan atau ketentuan ukuran spline antara lain :
Jumlah spline ( Z ) = 8 buah
Jarak antara spline (S) = (0,5) x 5
Tinggi spline ( H ) = D-ds
2
A.1. Perhitungan spline
Diameter maksimum spline (Diambil ds = 30 )
Dimana :
Ds = 0,81 x D
D = 30_
22
0,81
= 37,03 mm
maka :
L = 1,9 x ds
L = 1,9 x 30 = 57 mm
2
ds D
H
=
2
30 04 , 37
= H
= 1,76 mm
W = 0,5 x ds
= 0,5 x 30
W = 15 mm
Jari-jari spline (rm) dapat di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
4
ds D
rm
+
=
dimana :
rm = Jari-jari rata-rata
D = Diameter spline
ds = Diameter poros = 30 mm
Maka :
4
30 04 , 37 +
= rm
= 16,76 mm
Permukaan kekuatan spline
Besarnya gaya pada spline (Fs) adalah :
Fs = T/rm
Dimana :
Fs = Besarnya gaya-gaya yang berkerja
T = Moment torsi rencana = 10977 kg mm
Rm = Jari-jari spline
Maka :
23
76 , 16
10977
=
S
F
= 654,95 kg
Besarnya gaya yang di terima oleh setiap spline (Fm)
Fm =Fs/z
Dimana :
Z = jumlah spline = 8 buah
Fm = besar gaya yang di terima
Maka :
8
95 , 654
=
m
F
= 81,87 kg
Pemeriksaan tegangan tumbuk
Tegangan tumbuk yang terjadi (c) adalah :
c = Fm/ Ac
dimana :
Ac = luas yang mengalami tumbukan (mm)
Ac = h x L
= 3,52 x 57
Ac = 200,64 mm
maka :
c = FM/ Ac
64 , 200
87 , 81
=
= 0,408 kg/mm
Pemeriksaan tegangan geser
Tegangan geser yang terjadi (Tg)
g = Fm/Ag
Dimana :
24
Ag = W x L
= 15 x 57 mm
Ag = 855 mm
maka :
g = Fm/ Ag
2
855
87 , 81
mm
kg
=
= 0,096 kg/mm
Tegangan kombinasi yang terjadi ()
= ( ) ( )
2 2
g c t t +
= ( ) ( )
2
2
2
2
/ 096 , 0 / 408 , 0 mm Kg mm Kg +
= 0,419 kg/mm
Bahan poros dengan spline di pilih dari baja dengan difinis dingin S45C-D = 60
kg/mm. maka besar tegangan izin ( a ) = 4 kg/mm
Dimana syarat pemakaian aman adalah : a > =4 kg/mm > 0,419 kg/mm
(terpenuhi)
B. Perhitungan Naaf
Naaf yang di rencanakan adalah sebagai berikut :
L = 1,5 x D
= 1,5 x 37,04
= 55,56 mm
Bahan naff di ambil S35C-D dengan kekuatan (
b
) = 52 kg/mm
Tegangan geser ijin naaf (g ) :
2 1
xSf Sf
b
a
t
t =
25
Dimana
:
b
= Tarik beban = 52 kg/mm
Sf
1
= Faktor keamanan untuk baja = 6
Sf
2
= Faktor keamanan untuk alur baja = 1,8
Maka :
8 , 1 6
52
x
a
= t
= 4,815 kg/mm
2
Tegangan gesek yang terjadi pada naaf (g )
WxL
f m
g
t
Dimana :
fm = Gaya yang berkerja pada naaf ( 81,87 )
W = Jarak antara spline dengan yang lain
L = Panjang naaf
Maka :
WxL
f m
g
= t
57 15
87 , 81
x
g
= t
= 0,096 kg/mm
2
Tegangan Kombinasi (
t
)
t
=
2 2
) ( ) ( g c t t +
=
2 2 2 2
) / 096 , 0 ( ) / 408 , 0 ( mm Kg mm Kg +
= 0,419 kg/mm
2
26
Persentase syarat keamanan adalah :
a
>
t
= 4 kg/mm
2
> 0,419 kg/mm
2
(terpenuhi/aman) Tegangan geser yang diizinkan lebih besar dari Tegangan
kombinasi yang terjadi.
3.3. Plat Gesek
Plat gesek berfungsi untuk meneruskan momen akibat terjadinya gesekan
pada plat, sekaligus berfungsi sebagai penahan dan penghindar dari adanya
pembebanan yang berlebihan dan sebagai pembatas momen.
Syarat plat gesek antara lain :
Tahan pada suhu yang tinggi
Tahan pada gesekan
Pada perencanaan ini bahan yang digunakan ialah besi cor dan asbes. Dengan
asumsi material sangat baik untuk menghantar putaran serta tahan pada temperature
tinggi.
Gambar 3.3. Plat gesek
27
3.3.1. Perhitungan ukuran plat gesek
Ukuran palt atau bidang gesek yang di gunakan kopling dapat dihitung dengan :
kgcm
rm Z F
MF
X
|
2
. . 2 . . . 2
=
Adapun jenis-jenis bahan plat gesek dapat di lihat pada table bahan ini :
Material Operating Koefisien Unit pers Max operating
Friction In oil 0,08 6 - 8 250
Hardener In oil 0,06 6 8 250
Cast iron Dry 0,15 2,5 4 300
Cast iron In oil 0,15 4 150
Bronze Dry 0,3 2 3 200
Asbestos Dry 0,4 2 - 3 550
Sumber : Elemen Mesin
Dalam perancanaan ini bahan plat gesek di pilih adalah asbestos dan tebal bahan
tersebut adalah :
Koefisien gesek ( F ) = 0,4 (diambil)
Tekanan permukaan ( ) = 3 kg/mm
2
(diambil)
Perhitungan plat gesek :
cm kg
rm b F
Mtd
X
/
. . 2 . . . 2
2
|
=
Dimana :
Mtd = Moment yang di rencanakan (kg/cm) = 1097,6 kg/cm
F = Koefisien gesek (0,4) (diambil)
= Tekanan permukaan ( 3,5-7,0 kg/mm
2)
atau (0,35- 0,7 kg/mm
2
) = 3 kg/mm
2
Z = Jumlah pasangan yang bergerak = 1 (plat tunggal)
= Faktor kerja plat (1,2-1,5) = 1,5 (diambil)
b = Lebar plat (0,2-0,5) = 0,5 (diambil)
Maka :
cm kg
xrm x x x
/
5 , 1
5 , 0 3 ) 4 , 0 ( 2
6 , 1097
2
=
28
rm
2
= 1097,6 x 1,5
1,2
rm = 10,04 cm
= 100,4 mm
Maka lebar bidang gesek (b) adalah :
b = 0,4 x rm
= 0,4 x 10,04
= 4,016 cm
= 40,16 mm
Jari-jari dalam bidang gesek (r
1
)
2
1
b rm
r
=
2
016 , 4 04 , 10
1
= r
= 8,032 cm
= 8,032 mm
Diameter dalam bidang gesek (D
1
)
D
1
= 2 x r
1
= 2 x 8,032
= 16,06 cm
= 160,6 mm
Jari-jari dalam bidang gesek (r
2
)
2
2
b rm
r
+
=
2
016 , 4 04 , 10 +
=
= 12,05 cm
= 120,5 mm
Diameter luar bidang gesek (D
2)
D
2
= 2 x r
2
= 2 x 12,05
= 24,1cm
= 241 mm
Besar gaya yang menentukan faktor adalah :
29
F = A x Pa
Dimana :
Pa = Tekanan yang diinginkan = 0,007 0,07 ( besi cor dan asbes ) = 0,007
kg/mm
2
( diambil )
A = luas bidang gesek
( ) ( )
(
+ =
2 2
1
2
2
4
.
4
ldp l b n D D A
t t
dimana :
n = jumlah paku keling dan parit = 18
d
p
= Diameter paku keling = 3 mm
b = Panjang parit
karena jumlah paku keling (n) maka total luas permukaan (Lp) adalah :
2
4
dp n Lp
t
=
2
3
4
18 x x
t
=
= 127,23 mm
2
Dimana panjang parit (b)
b =
2
1 2
D D
=
2
6 , 160 241 mm mm
b = 40,2 mm
Maka luas bidang gesek (A) adalah :
( ) ( )
(
+ =
2 2
1
2
2
4
.
4
ldp l b n D D A
t t
( ) ( )
(
+ =
2 2 2
3
4
3 2 , 40 18 6 , 160 241
4
t t
x
= 2317 mm
2
Sehingga :
F = A.x a
= 2317 mm
2
x 0,07Kg/ mm
2
= 16,22 Kg
30
Moment yang terjadi pada plat gesek (mg)
Mg = Md + Mt
Dimana :
Md = Momen dinamis
Mt = Momen torsi
T = Waktu penyambungan kopling ( 3 detik )
W = Kecepatan sudut
Ap = Kerja plat gesek akibat energi kinetic
Maka :
Ap =
12
2 75 100 x x
= 1250 Kg/mm
W =
60
. 2 n t
=
60
6000 14 , 3 2 x x
= 62,8 rad/det
md = 2 x Ap
W x 2
=
2 8 , 62
1250 2
x
x
= 19,90 kg/mm
Maka torsi (mt) adalah :
Mt = 2 x x 0,4 x 0,4 ( rm
2
x Z )
1,5
= 2 x 3 x 0,4 x 0,4 ( 13,8
2
x 2 )
1,5
= 243,8 kg cm
Dari perhitungan di atas maka moment yang terjadi pada plat gesek adalah :
Mg = Md + Mt
= 19,9 Kg cm + 243,8 Kg cm
= 263,7 Kg cm
31
Sehingga beban perbandingan untuk kekuatan dari momen yang terjadi adalah
Mtd > Mg = 1097,6 kg cm > 263,7 kg cm (mtd lebih besar dari Mg)
sehingga konstruksi pemakaian ini cukup aman. Daya yang hilang karena gesekan
(Ng)
Ng = Mg x W x l x Z
F x 75 x 3600
= 263,7 x 62,8 x 2 x 2
1,622 x 75 x 3600
= 0,15 Dk
Daya maximum yang terjadi (Dmax) adalah :
D max = Mtd x n
9,74 x 10
5
= 1097,6 x 6000
9,74 x 10
5
= 6,76 mm
Daya mekanisme adalah :
Nm = D max x 0,5 x 2 + ( 6000-10,3 )
6000
= 6,76 x 0,5 x 2 + 100 ( 6000-10,3 )
6000
= 106,58
Efisiensi Kopling ( K ) adalah :
K = Nm Ng x 100 %
Nm
= 106,58 0,15 x 100 %
106,58
= 99,8 %
3.4. Pegas
Pada pegas kendaraan, baik roda dua maupun roda empat berfungsi
sebagai penarik tumbukan atau kejutan sebagai media pembalik dalam perencanaan
direncanakan dua pegas yaitu : Pegas matahari (diafragma) dan pegas tekan (kejut)
32
3.4.1. Perhitungan Pegas Matahari ( Diafragma )
Pada prinsipnya cara kerja pegas matahari sama dengan sistem cantilever
beam, dimana difleksi pada pegas ini terjadi bila gaya di abaikan oleh penekan
ujung.
Perhitung gaya pada pegas dapat di hitung dengan menggunakan rumus persamaan
sebagai berikut :
n
Q
Q
p
=
Dimana :
Q = gaya untuk melepas kopling
n = jumlah pegas = ( 18 )
untuk mendapat besar Q lebih dahulu di cari besar gaya tekan pegas terhadap plat
gesek ( pd )
pd = Pv x fk
Dimana :
Pv = Tekanan tumbuk izin asbes = 3-4 kg/cm ( 3 kg/cm diambil )
fk = Luas permukaan gesek ( 231,7 cm
2
)
maka :
pd = 3 kg/cm
2
x 231,7 cm
2
= 695,1 kg
Pada prinsipnya kerja pegas matahari mengalami keseimbangan, maka pada pegas
berlaku system keseimbangan : m = 0
Dari gambar di ats dapat di lihat bahwa keseimbangan adalah nol atau m = 0
Q x l = pd x k
Dimana :
L = panjang cutter
K = konstanta pegas
Maka :
Q = 695,1 kg/ 1,5 cm
3 cm
33
= 154,45 kg
Sehingga ;
n
Q
Q
p
=
= 154,45 kg
18
= 8,58 kg
Lenturan atau defleksi yang terjadi pada pegas ( )
= 8 x n x D
3
x Q
D
4
x G
Dimana :
= lendutan atau defleksi pegas ( mm )
Q = gaya pada pegas
G = Modulus geser = 7,5 x 10
3
kg/mm
3
(untuk baja )
D = Diameter lilitan rata-rata = 13 mm
D = Diameter kawat = 2,90mm
Maka :
= 8 x 18 x 13
3
x 204,4 = 64665619,2
2,90
4
x 7,5 x 10
3
530460,75
= 121,9 mm
tegangan lentur yang terjadi (
l
) adalah :
l
= Qp x L x h
b x h
3
Dimana :
l
=
Tegangan lentur yang terjadi ( kg/mm
2
)
Qp = gaya pada pegas
L = panjang pegas ke pin cutter 3 cm = 30 mm
h = Tebal pegas 3,5 mm
B = Tinggi pegas = 6 x h = 6 x 3,5 = 21 mm
Maka :
l
= 8,58 x 30 x 3,5 = 900,9
21 x ( 3,5 )
3
900,4
= 1,0006 kg/mm
2
3.4.2. Perhitungan Pegas Tekan
34
Pegas tekan berfungsi untuk meredam getaran sewaktu kopling bekerja
akibat getaran saat penyambungan maupun getaran akibat pemutusan pada kopling.
Pada perencanaan ini jumlah pegas tekan ( Z= 6 buah )
Gambar 3.5.2. Pegas Tekan
Gaya yang dialami pada pegas tekan
F = Mtd
Rm
Dimana :
Mtd = Moment yang di rencanakan
Rm = jari-jari letak pegas (cm)
Rm = Do Dp
4
= 22,4 -3,2
4
= 4,8cm
Rm = 48 mm
maka :
F = 10977 kg mm
48 mm
= 228,69 kg
Gaya yang di terima setiap pegas ( Fp )
Fp = F
Z
= 228,69 kg
6
Fp = 38,12 kg
Dalam pegas yang di rencanakan adalah bahan SUS 316 WPA (kawat baja poros )
yang memiliki tegangan tarik sebesar (120 145 kg/mm
2
)
35
Dimana :
max = Kd 8 x D x Fp
x d
3
Kd = faktor pegangan pegas dari awal
Kd = (C + 0,5) = 7+0,5 =10,7
C 7
D = Diameter lilitan rata-rata = 22,4 mm
d = diameter kawat = 3,2 mm
maka :
max = 1,07 8 x 22,4 x 38,12
3,14 x 3,2
3
= 71,04 kg/mm
2
Tabel diameter standart dari kawat baja keras dan kawat musik
Tabel.3.5.
0,08 0,50 2,90 *6,50
0,90 0,55 3,20 *7,00
0,1 0,60 3,50 *8,00
0,12 0,65 4,00 *9,00
0,14 0,70 4,50 *10,00
0,16 0,90 5,00
0,18 1,00 5,50
0,2 1,20 6,0
0,23 1,40
0,26 1,60
0,29 1,80
0,32 2,00
0,35 2,30
0,45 2,60
Sumber : lit 1 hal 316
Sedangkan besar tegangan punter (p) pada pegas tekan yaitu :
p = 8 Fp x D
x d
3
= 8 x 38,12 x 22,4
3,14 x (3,2)
3
Tp = 66,39 kg/mm
Dari syarat pemakaian
t > p = 71,04 kg/mm > 66,39 kg/mm
2
(aman digunakan) karena tegangan
izin maksimum lebih besar dari tegangan punter yang terjadi.
36
3.5. Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros yang berbeban
sehingga putaran dan getaran bolak-balik dapat berputar secara halus, dan tahan
lama. Bantalan harus kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesinnya
berkerja dengan baik, jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi
seluruh sistem akan menurun atau tidak berkerja semestinya.
Gambar 3.5. Bantalan Gelinding
3.5. Perhitungan Bantalan
Nomor bantalan Ukuran luar Kapasitas
nominal
dinamis
spesifik C
(kg)
Kapasitas
nominal statis
spesifik Co
(kg)
Jenis
terbuka
Dua sekat Dua sekat
tanpa
kontak
d
D
B
r
6000
6001
6002
6003
6004
6005
6006
6007
6008
6009
6010
6001ZZ
02ZZ
6003ZZ
04ZZ
05ZZ
6006ZZ
07ZZ
08ZZ
6009ZZ
10ZZ
6001VV
02VV
6003VV
04VV
05VV
6006VV
07VV
08VV
6009VV
10VV
10
12
15
17
20
25
30
35
40
45
50
26
28
32
35
42
47
55
62
68
75
80
8
8
9
10
12
12
13
14
15
16
16
0,5
0,5
0,5
0,5
1
1
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
360
400
440
470
735
790
1030
1250
1310
1640
1710
196
229
263
296
464
530
740
915
1010
1320
1430
6200 6200ZZ 6200VV 10 30 9 1 400 236
37
6201
6202
6203
6204
6205
6206
6207
6208
6209
6210
01ZZ
02ZZ
6203ZZ
04ZZ
05ZZ
6206ZZ
07ZZ
08ZZ
6209ZZ
10ZZ
01VV
02VV
6203VV
04VV
05VV
6206VV
07VV
08VV
6209VV
10VV
12
15
17
20
25
30
35
40
45
50
32
35
40
47
52
62
72
80
85
90
10
11
12
14
15
16
17
18
19
20
1
1
1
1,5
1,5
1,5
2
2
2
2
535
600
750
1000
1100
1530
2010
2380
2570
3750
305
360
460
635
703
1050
1430
1650
1880
2100
6300
6301
6302
6303
6304
6305
6306
6307
6308
6309
6310
6300ZZ
01ZZ
02ZZ
6303ZZ
04ZZ
05ZZ
6306ZZ
07ZZ
08ZZ
6309ZZ
10ZZ
6300VV
01VV
02VV
6303VV
04VV
05VV
6306VV
07VV
08VV
6309VV
10VV
10
12
15
17
20
25
30
35
40
45
50
35
37
42
47
52
62
72
80
90
100
110
11
12
13
14
15
17
19
20
23
25
27
1
1,5
1,5
1,5
2
2
2
2,5
2,5
2,5
3
635
760
895
1070
1250
1610
2090
2620
3200
4150
4850
365
450
545
660
785
1080
1440
1840
2300
3100
3650
Sumber : lit 1 hal 143
Dipilih 6306ZZ, didapat d = 30 mm, D = 72 mm, B = 19mm, r = 2 mm. C = 2090
kg, Co = 1440 kg
Dengan demikian beban ekivalen dinamis Pa (Kg) dapat diketahui dengan
menggunakan persamaan :
Pa = X . Fr + Y . Fa...........................................................................................( Lit 1, hal 135 )
Dimana :
Fr = Beban Radial (kg)
Fa = Beban Aksial (kg)
X,Y = Harga harga yang terdapat dalam tabel 4.9
Untuk bantalan bola alur dalam dan berbaris tunggal :
Maka :
Fa/Co = 0,014 (direncanakan)
Dengan ;
Co = 1650 kg ; kapasitas nominal statis spesifik
C = 2380 kg ; kapasitas nominal dinamis spesifik
Sehingga : Fa = Co . C
Fa = 0,014 x 1440 = 20,16 kg
Sedangkan (Fr) dapat diketahui dengan menggunakan persamaan :
38
,
.
e
Fr v
Fa
> untuk baris tunggal
Dimana :
Fr = ,
.e v
Fa
dengan (e) = 0,19 dan (v) = 1,2
Maka :
Fr = Kg
x
42 , 88
19 , 0 2 , 1
16 , 20
=
Harga : X = 0,56
Y = 2,30
Maka :
Pa = X . Fr + Y . Fa
= 0,56 x 88,42 + 2,30 x 20,16
= 95,88 Kg
Jika C (Kg) menyatakan beban nominal dinamis spesifik dan Pa (Kg) beban
ekivalen dinamis, nama faktor kecepatan (fn) untuk bantalan bola adalah:
3
1
33 , 3
|
.
|
\
|
=
n
fn .................................................................................................( Lit 1, hal 136 )
dimana : n = 6000 rpm
Maka :
3
1
6000
33 , 3
|
.
|
\
|
= fn = 0,0056
1/3
= 0,177
Sedangkan faktor umur bantalan adalah :
86 , 3
88 , 95
2090
177 , 0
.
= =
=
x
Pa
C
fn fh
Sehingga umur nominal untuk bantalan bola adalah :
Lh = 500 . (fh)
3
....................................................................................( Lit 1, hal 136 )
= 500 x ( 3,86 )
3
= 28756,228 jam
39
Diperkirakan ketahanan dari bantalan, dilihat dari umur nominal bantalan
( Lh = 28756,228 jam) dan berdasarkan dalam tabel umur bantalan, maka bantalan
ini termasuk pemakaian sebentar sebentar ( tidak terus menerus ).
Dalam perencanaan ini direncanakan pemakaian selama ( 24 jam ) perhari maka :
1198
24
228 , 28756
= hari
Sehingga diperkirakan umur bantalan apabila dipakai secara kontiniu
(24am/hari) maka lamanya pemakaian kira kira 3,273 tahun, dimana 1 tahun 366
hari.
3.6.Baut
Baut merupakan pengikat yang sangat penting untuk mencegah
kecelakaan dan kerusakan pada mesin.
Perencanaan kopling ini memiliki dua macam baut :
a. Baut pengikat poros dengan flywheel ada 8 buah.
b. Buat pengikat rumah kopling dengan flywheel ada 12 buah.
Pemeriksaan baut pengikat poros dengan poros dengan flywheel
R = 40 mm.
Gambar 3.6.A Baut
3.6.1. Perhitungan Baut
A. Baut pengikat poros dengan flywheel
Jumlah baut yang di rencanakan (n) ada 8 buah
Gaya yang di tekan setiap baut (F)
R
Mtc
F =
Dimana:
40
Mtd = moment torsi rencana = 10977 kg/mm
Maka :
F = 10977 kg/mm
40 mm
= 274,4 kg
Sehingga beban tarik aksial (Fb) :
N
F
Fb =
8
4 , 274
= Fb
Fb = 34,3 kg
Bahan terbuat dari SS 50 dengan kekuatan tarik (b) = 55 kg/mm
2
,
Tegangan geser izin (g) adalah :
2 1
xSf Sf
b
g
t
t =
Dimana :
Sf = Faktor keamanan untuk baja karbon tempa = 8
Sf = Faktor keamana untuk baja karbon dengan pengaruh massa 1,3-3,0
= 3,0 (3,0 diambil)
g = 55 kg/mm
2
8 x 2
= 3,43 kg/mm
2
Tegangan tarik yang terjadi (t) adalah :
A
Fb
t
= t
Dimana:
Fb = beban tarik aksial
t
t = Tegangan tarik yang di izinkan
Maka :
W= F
41
d
1
> =
xn
w
t
. 4
d
1
> =
8 14 , 3
4 , 274 4
x
Kg x
= 43,69
d
1
= 43,129 ( Sesuai table 3.6 )
( )
2
1
4
d A
t
=
= 3,14 (43,129)
2
4
A = 1460,19 mm
Sehingga :
t
= 34,3 kg
1460,19 mm
= 0,0235 kg/mm
2
Syarat pemakaian
g
>
t
= 3,43 kg/mm
2
> 0,0235 kg/mm
2
Maka konstruksi baut pengikat poros dengan flywheel aman untuk di pakai dan
spesefikasi yang sudah di dapat atau di rencanakan antara lain :
Diameter luar (D) = 48,000 mm
Diameter Efektif (D
2
)
= 44,752 mm
Diameter dalam (D
1
) = 43,129 mm
Jarak bagi () = 5 mm
Tinggi kaitan (H) = 2,706 mm
B. Baut pengikat rumah kopling dengan flywheel
Jumlah baut yang di rencanakan ada 12 buah
Jarak sumbu ke baut (R) = 60 mm.
42
Gambar 3.6.B Baut
Maka gaya yang di terima oleh setiap baut adalah :
F = Mtd
R
= 10977 kg/mm
60 mm
= 182,95 kg
Sehingga gaya yang di terima oleh setiap baut (fb) adalah :
fb = F
n
= 182,95
12
= 15,245 kg
Bahan baut adalah SS 50 dengan kekuatan tarik (b) adalah 55 kg/mm
2
W= F
d
1
> =
xn
w
t
. 4
d
1
> =
12 14 , 3
95 , 182 4
x
Kg x
= 19,42 mm ( diambil 19,294 )
Maka di peroleh
A = (19,294)
2
4
= 29.22 mm
2
Sehingga :
t
= 15,245 kg
29,22 mm
= 0,52 kg/mm
2
Syarat pemakaian adalah g > t = 3,43 kg/mm
2
> 0,52 kg/mm
2
. tegangan geser
izin lebih besar dari tegangan tarik yang terjadi sehingga aman digunakan.
Maka baut pengikat flywheel dengan rumah kopling aman untuk di pakai dari
spesifikasi yang sudah di dapat dan diperoleh :
Diameter luar (D) = 22,000 mm
Diameter Efektif (D
2
)
= 20,376 mm
43
Diameter dalam (D
1
) = 19,294mm
Jarak bagi () = 2,5 mm
Tinggi kaitan (H) = 1,353mm
Tabel 3.6.
Ulir
Jarak bagi
Tinggi
kaitan H
1
Ulir dalam
Diameter
Luar D
Diameter
efektifD
2
Diameter
dalamD
1
1
2
3
Ulir luar
Diameter
luar d
Diameter
efektif d
2
Diameter
inti d
1
M 6
M 8
M 7
1
1
1,25
0,541
0,541
0,677
6,000
7,000
8,000
5,350
6,350
7,188
4,917
5,917
6,647
M 10
M 9
M 11
1,25
1,5
1,5
0,677
0,812
0,812
9,000
10,000
11,000
8,188
9,026
10,026
7,647
8,367
9,367
M 12
M 16
M 14
1,75
2
2
0,947
1,083
1,083
12,000
14,000
16,000
10,863
12,710
14,710
10,106
11,835
13,835
M 20
M 18
M 22
2,5
2,5
2,5
1,353
1,353
1,353
18,000
20,000
22,000
16,376
18,376
20,376
15,249
17,294
19,294
M 24
M 30
M 27
3
3
3,5
1,624
1,624
1,894
24,000
27,000
30,000
22,051
25,051
27,727
20,752
23,752
26,752
M 36
M 33
M 39
3,5
4
4
1,894
2,165
2,165
33,000
36,000
39,000
30,727
34,402
36,402
29,211
31,670
34,670
M 42
M 48
M 45
4,5
4,5
5
2,436
2,436
2,706
42,000
45,000
48,000
39,007
42,007
44,752
37,129
40,129
42,129
M 56
M 52
M 60
5
5,5
5,5
2,706
2,977
2,977
52,000
56,000
60,000
48,752
54,428
56,428
46,587
50,046
54,046
M 64
M 68
6
6
3,248
3,248
64,000
68,000
60,103
64,103
57,505
61,505
Sumber : literature 1 hal 290
3.7. Paku Keling
Bentuk dan ukuran paku keeling menurut normalisasi Dn 101
diberikan dalam table.
44
Gambar 3.7. Paku Keling
Tabel 3.7.
Jenis dan sketsa Dimensi
D
Qa
N
L
2 mm 37 mm
(1,6 1,8) d
(0,6 0,8) d
(3 10) d
D
Qa
N
L
2,6 mm 31 mm
(1,6 1,8) d
(0,6 0,8) d
5 + (1,5 1,7) d
5 = jlh tebal plat
D
Qa
n
2,3 mm 36 mm
(1,5 2) d
(0,4-0,5) d
3.7.1. Perhitungan Paku Keling
Untuk mengikat plat gesek dengan plat pembawa digunakan sistem sambungan
paku keling.
Pada perencanaan paku keling ini, direncanakan paku keling sebanyak n = 24 buah.
Pada perencanaan paku keling di ambil dari bahan Aluminium dengan kekuatan
tarik
b
= 37 kg/mm
2
, dimana paku keling yang di rencanakan ( 2,3 6 ) atau flat
head river.
Sehingga :
d
p
= diameter paku (direncanakan ) = 3 mm
L = lebar permukaan plat gesek = 2317 mm
V = faktor keamanan ( 8- 10 ) direncanakan = 10
L
p
= jarak antara paku keling ( L
p
= 2,2 . d
p
)
D
kp
= diameter kepala paku keling ( 14,6 . d
k
)
d
k
= 4 (direncanakan )
45
maka : D
kp
= 1,6 x 4 = 6,4 mm
gaya yang berkerja pada paku keling adalah ;
P = M
p
( Lit : 3, hal : 14 )
L
p
Dimana : M
p
= 10977 kg mm
L
p
= 2,2 x d
p
2,2 x 3 = 6,6 mm
Jadi :
P = 10977 = 1663,18 kg mm
6,6
sedangkan gaya yang berkerja pada masing masing paku keling dapat di
asumsikan dengan persamaan berikut ini :
P = P = 10977 = 457,37 kg mm
n 24
dengan faktor keamanan yang di rencanakan sebesar v = 10, maka di peroleh
tegangan izin sebesar :
t =
b
= 37 = 3,7 kg/mm
2
V 10
Sedangkan tegangan geser (g ) adalah :
g = P kg/mm
2
n . F
1
dimana :
P = gaya yang bekerja pada masing masing paku keling
F
1
= luas penampang paku keling
= . d
1
2
4
d
1
= diameter lubang paku keling ( d + 1 = 3 + 1 = 4 mm = 0,4 cm )
n = jumlah paku keling = 24 buah
jadi :
F
1
= . d
1
2
= 3,14 x 4
2
= 12,56 cm
2
4 4
maka :
g = P = 457,37 = 1,517 kg/mm
2
n . F
1
24 x 12,56
sehingga tegangan geser yang di izinkan adalah :
46
gl
= 0,8 . t
= 0,8 x 3,7 = 2,96 kg/mm
2
sehingga diperoleh tegangan geser yang di izinkan lebih besar dari pada
tegangan geser yang terjadi
gl
> g atau 2,96 kg/mm
2
> 1,517 kg/mm
2
, jadi paku
keling aman digunakan terhadap tegangan geser yang terjadi pada satu kopling
yang bekerja.
Tegangan tumbuk yang terjadi pada paku keling adalah :
P = P kg/mm
2
n . Fa . S
Dimana :
F
a
= luas penampang
D
1
= diameter lubang
S = tebal plat
N = jumlah paku keling
Sedangkan tegangan tumbuk izin adalah :
P
1
= 2 .
t Maka :
P
1
= 2 x 3,7 = 7,4 kg/mm
2
Agar konstruksi aman maka :
P
1
> P
P
1
> P___
n . Fa . d
p
7,4 kg/mm
2
> 457,37____
24 x 4 x S
S > 457,37
710,4
S = 0,644 mm
Maka tegangan tumbuk yang terjadi antara paku keling dan plat pembawa
adalah :
P = P kg/mm
2
n . Fa .S
47
= ___ 457,37_____
24 x 4 x 3 x 0,644
= 2,47 kg/mm
2
jadi tegangan tumbuk izin lebih besar dari pada tegangan tumbuk yang
terjadi yakni :
P
1
> P atau 7,4 kg/mm
2
> 2,47 kg/mm
2
, berarti konstruksi paku keling aman
terhadap hanya tumbuk yang terjadi.
48
BAB IV
PERAWATAN MAINTENANCE ( PEMELIHARAAN )
Pemeliharaan yang di butuhkan oleh kopling adalah perawatan berkala yang
di lakukan setiap 6 bulan sekali, meliputi :
- Pembersihan sisa- sisa gesekan plat gesek yang berbahan dasar asbes yang
biasanya meninggalkan sisa di bagian dalam dari rumah kopling.
- Pemberian minyak pelumas pada pegas kopling guna mencegah karat yang
timbul karena usia atau waktu.
- Penggantian karet penekan kopling yang biasanya juga rusak karena waktu
atau jangka pemakaian.
- Pemeliharaan ini haruslah dilakukan di bengkel, hal ini karena untuk
membongkar kopling kita terlebih dahulu haruslah menurunkan rumah
transmisi atau biasa di sebut (transdown).
Dengan pemakaian dari kopling yang tidak terlalu dipaksakan dapat
membuat kopling menjadi lebih tahan lama dan awet.
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dalam perencanaan ini dapat ditarik beberapa kesimpulan:
1. Suatu perncanaan dapatdikatakan aman apabila harga yang didapa tlebih
kecil dari pada harga yang diizinkan
2. Dalam perencanaan ini ukuran-ukuran poros sangat penting karena turut
mempengaruhi perhitungan kopling yang direncanakan.
3. Dalam desain poros dan kopling, bahan poros harus lebih kuat dari pada
bahan untuk kopling
Dari perhitungan rancangan Kopling TOYOTA AVANZA dapat diambil
kesimpulan :
1. Perhitungan Poros
- Moment Torsi (T) = 10977 Kg mm
- Bahan Poros = S45C-D
- Diameter Poros = 30 mm
2. Perhitungan Sline Dan Naaf
- Bahan spline = S45C-D
- Lebar spline (w) = 15 mm
- Kedalaman spline = 3,52 mm
- Jari-Jari spline (d) = 16,76 mm
- Diameter spline (d) = 37,04 mm
- Diameter spline (L) = 57 mm
3. Perhitungan Plat gesek
- Diameter Luar (D2) = 241 mm
- Diameter Luar (D1) = 160,6 mm
- Luas Plat Gesek = 2317 mm
2
4. Perhitungan Pegas
50
- Bahan Pegas Matahari dan Pegas Matahari = SUS 316 WPA
- Panjang Pegas Maksimum = 30 mm
- Jari-jari plat pegas = 6,5 mm
5. Perhitungan Bantalan
- Bahan Bantalan = FC45C-D
- Beban dinamis spesifikasi = 2090 Kg
- Diameter Luar = 72 mm
- Diameter dalam (d) = 30 mm
- Lebar bantalan = 19 mm
6. Perhitungan Baut
- Bahan Baut = S50C-D
- Diameter inti Baut = 43,12 mm
- Jarak Bagi (p) = 5 mm
- Tegangan Geser Ijin = 3,43 Kg/mm
2
- Tegangan Tarik = 0,235 Kg/mm
2
7. Perhitungan Paku Keling
- Bahan Paku Keling = Alumanium
- Diameter paku keling = 3 mm
- Tegangan geser izin = 2,96 kg/mm
- Tegangan geser yang terjadi = 1,517 kg/mm
-
Saran
Dari perhitungan rancangan Kopling TOYOTA AVANZA dapat diambil
kesimpulan :
Untuk perencanaan ini sebaiknya diperhatikan bahan yang
1. Digunakan untuk desain poros dan komponen-komponen kopling.
2. Dalam perencanaan kopling tegangan izin harus lebih besar dari teganagan
yang terjadi.
51
Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka persentase perbandingan antar
tegangan izin dengan tegangan yang terjadi adalah 75 85%.
3. Dalam perencaan tersebut tegangan yang terjadi harus disesuaikan dengan
bahan fungsi dan pemakaian.
4. Untuk memperpanjang masa pemakaian kopling maka perlu diperhatikan
bagian bagian elemen mesin yang perlu diganti sebelum melewati
ketentuan pemakaian dari e;emen mesin tersebut.
5. Perlu perawatan intensif agar kopling dapat bekerja dengan baik.
6. Suatu perncanaan sebaiknya diperhatikan bahwa harga yang Didapat
darihasil perhitungan harus lebih kecil dari pada harga yang diizinkan
52
DAFTAR PUSTAKA
1. Ir. Sularso, MSME dan Kyokatsu Suga, 1983, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin, P.T. Pradya Paramitha Jakarta.
2. Ir. Jack Stolk dan Ir. C. Kros, 1993, Elemen Mesin ( Elemen Kostruksi
Bangunan Mesin ), PENERBIT Erlangga, Jakarta Pusat.
3. Niemann, H. Winter. 1992; Elemen Mesin Jilid 2. Erlangga, Jakarta.