You are on page 1of 21

TEORI AKUNTANSI POSITIF Bab I Pendahuluan Teori menurut Tuanakotta (1984) adalah seperangkat azas hipotesis, konseptual dan

pragmatis yang terjalin satu sama lain, yang membentuk suatu kerangka acuan untuk suatu bidang pengetahuan. Teori merupakan hasil dari kristalisasi fenomena empiris, yang diambil dari berbagai riset, dan pada suatu kesimpulan yang bersifat universal, logis, konsisten, prediktif, dan objektif. Teori akan berguna apabila rumusan teori tersebut dateori akuntansi positif dijadikan sebagai alat untuk memprediksi sesuatu yang mungkin terjadi dimasa mendatang. Dari pengertian di atas, teori merupakan sebuah proses yang didesain menjadi seperangkat azas hipotesis, konseptual dan pragmatis yang saling berhubungan yang menjadi pengertian yang berfungsi sebagai dasar untuk menilai praktik dan menjelaskan fenomena yang sedang terjadi maupun fenomena yang akan terjadi. Atas dasar pengertian di atas, Tuanakotta lebih lanjut mendefinisikan teori akuntansi sebagai suatu penalaran logis dalam bentuk seperangkat azas atau prinsip yang (1) merupakan kerangka acuan untuk menilai praktik-praktik akuntansi dan (2) pedoman bagi pengembangan praktik-praktik dan prosedur yang baru. Suwardjono (2005:2) menyatakan hal yang sama, teori akuntansi menjadi landasan untuk memecahkan masalah-masalah akuntansi secara beralasan atau bernalar yang secara etis dan ilmiah dateori akuntansi positif dipertanggungjawabkan. Fungsi teori akuntansi adalah: 1. Sebagai pedoman bagi lembaga penyusun standar akuntansi, 2. Memberikan kerangka acuan dalam menyelesaikan masalah akuntansi yang tidak ada standar resminya, 3. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pembaca terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, 4. Agar laporan keuangan dateori akuntansi positif diperbandingkan, dan 5. Memberikan kerangka acuan dalam menilai prosedur dan praktik akuntansi. Dengan demikian dalam teori akuntansi positif dijelaskan bahwa teori akuntansi merupakan sebuah proses yang didesain menjadi seperangkat azas hipotesis, konseptual dan pragmatis yang saling berhubungan yang menjadi pengertian yang berfungsi sebagai dasar atau kerangka acuan untuk menilai praktik-praktik akuntansi dan menjadi pedoman bagi pengembangan praktik-praktik dan prosedur akuntansi yang baru serta menjelaskan fenomena yang sedang terjadi maupun fenomena yang akan terjadi. Teori akuntasi sebagaimana dijelaskan di atas ada yang bersifat normatif (preskripsi) dan positif (deskripsi).
1

Teori akuntansi positif dirumuskan sebagai suatu susunan konsep, defenisi, dan dalil yang menyajikan secara sistematis gambaran fenomena akuntansi, serta menjelaskan hubungan antar variabel dalam struktur akuntansi, dengan maksud untuk dateori akuntansi positif memprediksi fenomena yang muncul (fenomena sosial dan ekonomi). Sedangkan Suwardjono (2005) menyatakan, teori akuntansi positif dapat pula diartikan sebagai suatu penalaran logis (logical reasoning) yang melandasi praktik (berupa tindakan, kebijakan, atau peraturan) dalam kehidupan nyata Beberapa saat yang lalu, kita telah membahas mengenai teori akuntansi normatif, pendekatan normatif yang telah berjaya selama satu dekade tidak dan teori akuntansi positif menghasilkan teori akuntansi yang siap pakai dalam praktik sehari-hari. Sebagai akibatnya muncul anjuran untuk memahami secara deskriptif berfungsinya sistem akuntansi di dalam praktik nyata. Watts dan Zimmmerman kemudian menambahkan bahwa dasar pemikiran untuk menganalisis teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat. Untuk mengurangi kesenjangan dalan teori akuntansi normatif, maka Watts dan Zimmerman mengembangkan pendekatan positif yang lebih lebih berorientasi pada penelitian empiris untuk menjustifikasi beberapa teknik atau metode akuntansi yang sekarang digunakan atau mencari model baru untuk pengembangan teori akuntansi di kemudian hari. Pertanyaan: 1. Sejauh mana teori akuntansi positif berperan penting dalam perkembangan praktis teori akuntansi?

Bab II Pembahasan Konsep Teori Positif

Teori akuntansi awalnya dikenal dengan teori akuntansi normatif dimana teori ini menganggap bahwa praktik akuntansi yang dilaksanakan telah sesuai dengan aturan yang telah diterapkan, aturan itu dinamakan praktek akuntansi berterima umum (PABU), sementara pada kenyataannya praktek akuntansi berbeda dengan aturan tersebut. Ada beberapa praktek akuntansi yang sekarang ini sering terjadi, diantaranya yaitu : creative accounting yang didalamnya membahas mengenai earning management; big bath yang didalamnya membahas income smoothing dan Kaizen yang membahas tentang ABC. Teori akuntansi positif berangkat dari adanya teori keagenan dan hipotesis pasar efisien, seperti yang telah diketahui teori keagenan menjelaskan mengenai hubungan antara principal (pemilik perusahaan) sebagai pihak yang memberikan wewenang dan agent (manajemen perusahaan) sebagai pihak yang menjalankan wewenang, dengan asumsi bahwa agen berkerja sesuai dengan keinginan principal. Sementara itu hipotesis pasar efisien (EMH) merupaka asumsi yang menyatakan bahwa harga saham sekarang telah mencerminkan seluruh informasi yang ada. Teori Akuntansi Positif Teori positif adalah sebuah teori yang berusaha untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena tertentu. Menurut Watt (1995), penggunaan istilah riset positif dipopulerkan dalam
3

ekonomi oleh Friedman (1953) dan digunakan untuk membedakan riset yang berusaha menjelaskan dan memprediksi, dari riset yang berusaha memberikan preskripsi. Teori Akuntansi Positif, topik yang dibahas dalam bab ini dan teori yang dipopulerkan oleh Watt dan Zimmerman, adalah salah satu dari beberapa teori positif akuntansi. Scott (2009:284-294) menjelaskan bahwa teori akuntansi positif adalah berkenaan dengan prediksi beberapa perusahaan akan merespon pengajuan standar akuntansi yang baru. Dari pengertian di atas, teori akuntansi positif bertujuan untuk menjelaskan dan memprediksi praktik akuntansi. Milton Friedman menyatakan: Tujuan teori positif adalah mengembangakan teori atau hipotesa yang menghasilkan prediksi yang valid dan bermakna untuk prediksi atau phenomena yang belum pernah diamati, sedangkan Watt & Zimmerman menyatakan bahwa tujuan teori positif adalah memprediksi dan menjelaskan praktek akuntansi Keunggulan teori akuntansi positif jika dibandingkan dengan teori normatif, ada dua, yang pertama, mengatasi kelemahan standar prescriptive yang dilandasi dari observasi empiris. Kedua, teori normatif dilandasi kebijakan yang mungkin menyebabkan ketidak sesuaian dengan keadaan yang sebenarnya. Pengembangan dari ruang lingkup teori akuntansi positif Untuk melihat pengembangan ruang lingkup teori akuntansi positif, dapat dilihat dalam dalam dua tahap. Tahap pertama dan secara kronologis merupakan tahap awal yang melibatkan penelitian dalam akuntansi dan perilaku pasar modal. Literatur dari tahap ini tidak menjelaskan praktek akuntansi, melainkan, menginvestigasi hubungan antara pengumuman data akuntansi dan reaksi pasar. Tahap kedua berusaha untuk menjelaskan dan memprediksi praktik akuntansi seluruh perusahaan. Ada dua fokus utama di sini. Yang pertama, ada upaya untuk menjelaskan apakah perusahaan membuat piihan akuntansi tertentu untuk alasan oportunis. Kedua mengasumsikan bahwa perusahaan memilih praktek akuntansi untuk alasan efisiensi, kebijakan akuntansi ditempatkan dalam ex ante untuk mengurangi biaya kontrak antara pemilik dan claimholder. Melibatkan penelitian akuntasi dan perilaku pasar modal Penjelasan dan prediksi praktek akuntansi yang dilakukan berbagai perusahaan Hipotesis Teori Akuntansi Positif Teori akuntansi positif melahirkan tiga hipotesis, yaitu hipotesis perencanaan laba yang didalamnya menjelaskan hubungan antara manajemen dengan pemilik (Bonus plan hypothesis); hipotesis perjanjian hutang (Debt covenant Hypothesis) yang di dalamnya menjelaskan
4

hubungan antara manajemen dengan kreditur; serta hipotesis biaya proses politik (politic process hypothesis) yang di dalamnya menjelaskan hubungan antara manajemen dan pemerintah. Hipotesis-hipotesis ini nantinya akan menghasilkan standar dan praktek akuntansi yang berlandaskan pada data empiris. 1. Hipotesis Rencana Bonus (Plan Bonus Hypothesis), Para manajer perusahaan dengan rencana bonus akan lebih memungkinkan untuk memilih prosedur akuntansi yang dapat menggantikan laporan earning untuk periode mendatang ke periode sekarang atau dikenal dengan income smoothing. Dengan hipotesis tersebut apabila manajer dalam sistem penggajiannya sangat tergantung pada bonus akan cenderung untuk memilih metode akuntansi yang dapat memaksimalkan gajinya, misalnya dengan metode acrual. 2. Hipotesis Perjanjian Hutang (Debt Convenat Hypothesis), Manajer perusahaan yang mempunyai ratio leverage (debt/equity) yang besar akan lebih suka memilih prosedur akuntansi yang dapat menggantikan laporan earning untuk periode mendatang ke periode sekarang. Dengan memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan pengakuan laba untuk periode mendatang ke periode sekarang maka perusahaan akan mempunyai leverage ratio yang keciI, sehingga menurunkan kemungkinan default technic. Seperti diketahui bahwa banyak perjanjian hutang mensyaratkan peminjam untuk mematuhi atau mempertahankan rasio hutang atas modal, modal kerja, ekuitas pemegang saham dll.selama masa perjanjian, jika perjanjian tersebut dilanggar perjanjian hutang mungkin memberikan penalti, seperti kendala dalam deviden atau pinjaman tambahan. 3. Hipotesis Biaya Proses Politik (Politic Process Hypothesis), Semakin besar biaya Politik perusahaan, semakin mungkin manajer perusahaan untuk memilih prosedur akuntansi yang menangguhkan laporan earning periode sekarang ke periode mendatang. Hipotesis ini berdasarkan asumsi bahwa perusahaan yang biaya politiknya besar lebih sensitif dalam hubungannya untuk mentransfer kemakmuran yang mungkin lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang biaya politiknya keciI Dengan kata lain perusahaan besar cenderung lebih suka menurunkan atau mengurangi laba yang dilaporkan dibandingkan perusahaan kecil. Asal dan Perkembangan Teori Akuntansi Positif Riset positif dalam akuntansi mulai menonjol sekitar pertengahan tahun 1960an dan nampak menjadi paradigma riset dominan pada tahun1970an dan 1980an. Sebelum masa ini, jenis riset akuntansi dominan adalah riset akuntansi normative riset yang berusaha memberikan preskripsi berdasarkan perspektif theorist mengenai sasaran akuntansi yang mendasari. Peneliti normative dengan profil tinggi masa ini meliputi Steerling, Edward dan Bell, dan Chamber. Riset normative ini tidak bergantung pada pengujian praktek yang ada yakni, tidak bersifat empiris.
5

Satu perkembangan teori akuntansi positif dari tahun 1960an yang penting adalah karya theorist seperti Fama, khususnya karya yang berhubungan dengan perkembangan Eficient Market Hypothesis (EMH). EMH didasarkan pada asumsi bahwa pasar modal bereaksi secara efisien dan tidak bias terhadap informasi yang tersedia secara publik. Perspektif yang diambil adalah bahwa harga sekuritas mencerminkan kandungan informasi dari informasi yang tersedia secara publik dan informasi ini tidak terbatas pada disklosur akuntansi. Pada tahun 1970an dan tahun-tahun selanjutnya, banyak studi-studi lain dipublikasikan yang mendokumentasikan hubungan diantara earning akuntansi dan return sekuritas. Namun, ketika mendukung EMH, literatur ini tidak bisa menjelaskan mengapa metode akuntansi tertentu punya kemungkinan untuk dipilih sebagai metode yang akan digunakan. Kunci untuk menjelaskan pilihan manajer pada metode akuntansi tersebut berasal dari Teori Agensi. Teori agensi memberikan penjelasan mengapa seleksi metode akuntansi tertentu menjadi persoalan, dan ini adalah salah satu aspek penting dalam pengembangan teori akuntansi positif. Teori agensi fokus pada hubungan antara principal dan agen, sebuah hubungan, yang karena berbagai asimetri informasi, menciptakan banyak ketidakpastian. Teori agensi menerima bahwa biaya transaksi dan biaya informasi itu ada. Ini diasumsikan dalam Teori Agensi, bahwa principal akan beranggapan bahwa agen (seperti prinsipal) akan digerakkan oleh kepentingan pribadi, dan sehingga principal akan memperkirakan bahwa manajer akan melakukan aktivitas yang menguntungkan diri sendiri yang bisa merusak kesejahteraan ekonomi dari principal. Dalam literatur Teori Agensi, perusahaan sendiri dianggap sebagai nexsus kontrak dan kontrak ini digunakan dengan tujuan memastikan bahwa semua pihak, bertindak dalam kepentingan yang sama dan memiliki motivasi untuk memaksimalkan nilai organisasi. Literatur tahun 1970an juga mengajukan bahwa pasar, memberikan insentif bagi manajer untuk bekerja untuk kepentingan pemilik. Pandangan bahwa agen memiliki insentif memberikan informasi untuk menunjukkan mereka bekerja untuk kepentingan principal, dan pandangan bahwa pasar efisien, digunakan sebagai dasar untuk argument melawan regulasi akuntansi. Agen dianggap memiliki insentif untuk memberikan informasi yang paling baik dalam mencerminkan kinerja entitas yang mendasari. Pada pertengahan sampai akhir tahun 1970an, teori dikembangkan, dan mengajukan bahwa pasar adalah efisien dan susunan kontraktual digunakan sebagai dasar untuk mengontrol usaha-usaha agen yang berkepentingan pribadi. Riset ini memberikan dasar yang dibutuhkan untuk pengembangan teori akuntansi positif. Teori akuntansi positif menekankan peran akuntansi dalam mengurangi biaya agensi dari sebuah organisasi.

Bidang penerapan akuntansi positif I. The Efficient Market Hypothesis and Capital Asset Pricing Model

Hipotesis pasar efisien melahirkan literatur empiris mengenai hubungan antara laba akuntansi dan harga saham, serta hubungan antara perubahan dalam prosedur akuntansi dan harga saham. Hipotesis pasar efisien juga menyebabkan perubahan dasar pemikiran terhadap pengaturan pengungkapan perusahaan. Ekonomi berbasis literature yang empiris digunakan untuk menyelidiki implikasi dari hipotesis pasar efisien (EMH) dan capital asset pricing model (CAPM) dengan menggunakan angka akuntansi dalam memasok informasi kepasar modal untuk tujuan penilaian. The Efficient Market Hypothesis Persaingan klasik mengenai teori harga (mikro ekonomi) menggerakkan keuntungan ekonomi ke titik nol. Keuntungan ekonomi dihitung setelah dikurangi tingkat pasar untuk pengembalian Bunga atas modal. EMH pada dasarnya adalah perpanjangan dari kondisi keseimbangan laba nol terhadap perilaku dinamis atas harga pasar yang kompetitif di bawah ketidak pastian. EMH telah diuji sehubungan dengan seperangkat/himpunan informasi tertentu dengan ketentuan apakah rata-rata tingkat pengembalian normal pada titik nol dapat diperoleh dengan perdagangan (publikasi) di perangkat informasi tertentu. Uji EMH biasanya diklasifikasikan menjadi tiga kategori inti, kategori tersebut mencerminkan biaya dari himpunan informasi (0,) yang digunakan untuk menguji efisiensi pasar. Kategori tersebut antara lain 1. Weak form test, dalam pengujian ini, himpunan informasi (0,) mengandung harga securitas dan/ atau volume perdagangan di masa lalu. Data ini merupakan kenyataan yang tersedia untuk semua orang dengan biaya yang sangat rendah, sehingga diharapkan tidak ada tingkat pengembalian sistematik yang dapat diamati dalam uji tersebut. Hipotesis harga surat berharga saat ini betul-betul menggambarkan seluruh informasi yang terkandung dalam harga-harga surat berharga di masa lalu. 2. Semistrong form test, dalam pengujian ini, himpunan informasi (0,)berisi semua informasi yang dipublikasikan saat ini (misalnya laba yang dilaporkan). Data ini juga tersedia dengan biaya yang rendah sehingga diharapkan tidak ada tarif normal terhadap tingkat pengembalian dalam pengujian ini. Hipotesis bahwa harga surat berharga betul-betul menggambarkan seluruh informasi yang dipublikasikan di pasar modal.
7

3. Strong form test, dalam pengujian ini, himpunan informasi (0,) mencakup semua informasi yang diketahui siapapun pada saat ini (misalnya, rencana manajemen terhadap investasi produk di masa depan dan kebijakan harga). Beberapa orang mengharapkan bentuk EMH konsisten terhadap data Hipotesis bahwa harga surat berharga benar-benar menggambarkan seluruh informasi baik yang dipublikasikan maupun tidak. Secara umum, pasar modal sesuai dengan hipotesis semistrong form test (weak form test merupakan bagian tertentu dari semistrong form) dan pada umumnya diterima oleh peneliti sebagai deskriptif. Biasanya, referensi semistrong form test ini memenuhi syarat untuk EMH . EMH dan literatur sebelumnya Hipotesis umum yang mendasari literature akuntansi pada tahun 1960-an menyatakan bahwa laporan akuntansi perusahaan adalah satu-satunya informasi yang ada pada sebuah organisasi. Hal ini dikarenakan hanya laporan keuangan yang merupakan sumber informasi oleh karenanya manajer memperoleh fleksibilitas dalam memilih prosedur akuntansi, hal iini memungkinkan para manajer untuk melaporkan informasi pada laporan keuangan yang mereka inginkan dan dapat menyesatkan pasar. Dengan menggabungkan pendapatan yang dilaporkan, manajer dapat menyebabkan perusahaan memiliki saham yang dinilai terlalu tinggi. Hipotesisnya adalah bahwa akuntansi merupakan satu-satunya informasi yang dipublikasikan di pasar saham dan obligasi (pasar modal) yang menyebabkan kritik terhadap perhitungan laba akuntansi. EMH memiliki implikasi penting yang berargumen bahwa tidak ada keseragaman dalam prosedur akuntansi yang memungkinkan manajemen secara sistematis menyesatkan pasar modal dan laba akuntansi dengan nilai yang berarti. EMH menyiratkan bahwa jika ada hubungan empiris antara laba dan harga saham, maka laba dapat berguna bahkan jika laba tersebut tidak dihitung secara konsisten dalam pendapatan formal perusahaan. Inti dari EMH adalah kompetisi dalam informasi. Kompetisi mendorong investor dan analisis keuangan untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan dari berbagai sumber diluar laporan keuangan perusahaan dan bahkan diluar perusahaan itu sendiri. Harga sekuritas rata-rata, dalah harga pasar saham yang efisien disesuaikan dengan tingkat pengembalian pasar yang diharapkan dan merupakan perkiraan yang tepat dari nilai saham dimasa depan (yaitu, perkiraan objektif mengenai nilai masa depan). Implikasi dari pasar yang efisien jelas bertentangan dengan hipotesis yang menyatakan bahwa laporan akuntansi merupakan satu-satunya sumber informasi dalam pasar modal. Kontradiksi-kontradiksi ini menyebabkan peneliti akuntansi menangani dua pertanyaan, yaitu: apakah perubahan metode akuntansi dan pengaruuh pendapatannya secara sistematis
8

menyesatkan pasar saham?; dan apakah laba akuntansi berhubungan dengan harga saham atau perubahan harga saham?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentunya berhubungan dengan harga saham, sementara peneliti akuntansi secara resmi menentukan model yang mendasari laba atau hubungan harga saham yang mereka uji. Mereka menggunakan CAPM dan menguji hubungan yang konsisten dengan model tersebut. Tak diragukan lagi bahwa peneliti akuntansi dipengaruhi oleh CAPM. Himpunan informasi (0,) dalam uji ini berisi mengenai semua informasi yang dipublikasikan di pasar modal pada saat ini. Data ini juga tersedia dengan biaa yang rendah sehingga diharapkan tidak ada tariff normal sistematis terhadap tingkat pengembalian yang diamati dalam uji iini. The CAPM CAPM pada dasarnya merupakan generalisasi dari model keppastian terhadap kesempurnaan Fisher. Kepastian terhadap model yang sempurna berasumsi bahwa: 1. Semua arus kas pada saat sekarang dan untuk masa depan dapat diramalkan oleh individu dan perusahaan (yaitu kepastian yang sempurna) 2. Pasar modal yang sempurna berarti bahwa: a. Tidak ada debitur individual atau pemberi pinjaman di pasar modal yang cukup kaya untuk memiuliki efek pada tingkat suku bunga pasar (tidak ada individu yang dapat mempengaruhi harga pasar pinjaman). b. Setiap individu dapat meminjam dan meminjamkan sumber daya yang mereka miliki di suka bunga pasar. c. Informasi pada pasar modal gratis, tanpa biaya dan tersedia untuk semua orang. d. Tidak ada biaya transaksi atau pajak. e. Semua aset yang tak terhingga terbagi dalam pasar modal. CAPM pada dasarnya merupakan model satu periode, dimana investasi yang dibuat terjadi pada awal periode dan arus kas diterima di akhir periode. Model ini berdasarkan pada asumsi berikut: 1. Tingkat pengembalian aset memiliki distribusi yang dapat sepenuhnya dijelaskan oleh tingkat pengembalian yang diharapkan dan beberapa ukuran ukuran varians. Alternative, preferensi individu pada tingkat pengembalian dan varians adalah satu-satunya parameter dari distribusi tingkat pengembalian yang menarik bagi orang-orang. 2. Pasar yang sempurna, berarti bahwa : a. Investor tidak cukup kaya untuk memiliki pengaruh terhadap harga pasar tas aset apapun dan tidak ada perusahaan yang cukup besar untuk memiliki pengaruh terhadap sakumpulan kesempatan yang tersedia untuk investor.
9

b. Tidak ada biaya transaksi atau pajak yang dipungut. c. Semua aset yang tak terhingga terbagi. 3. Investor secara rasional menghindari resiko dan memaksimalkan utilitas yang diharapkan oleh konsumen. 4. Investor berasumsi bahwa orang lain juga bertindak rasional 5. Semua individu di pasar memiliki akses yang sama terhadap informasi tanpa biaya dan stabil terhadap tingkat pengembalian aset yang diharapkan dan pengembalian varians, sehingga investor memiliki harapan homogeny. 6. Terdapat aset tanpa resikodan semua individu dapat meminjam dan meminjamkan pada tingkat tanpa resiko. II. Accounting earnings and stock prices Kadar informasi dalam pendapatan (earnings) Ada banyak sumber informasi alternatif dalam cash flow perusahaan yang dapat mengurangi kadar informasi dalam laporan pendapatan. Beberapa sumber tersebut ada yang bersifat formal dan berasal dari perusahaan itu sendiri, contoh seperti the wall street journal. Ada juga yang bersifat non formal contoh seperti interview analis terhadap pihak perusahaan tentang kondisi dan prospek perusahaan kedepan. Pada bagian ini kami meringkas dan menganalisa literatur-literatur empiris/penelitian mengenai hubungan antara aspek aspek pendapatan (earnings) dan aspek-aspek harga saham (stock prices). Dimulai dari penelitian yang dilakukan oleh Ball dan Brown (1968), dan kemudian berlanjut pada penelitian-penelitian lainnya. Sinyal dari pendapatan tak terduga dan rata-rata dari abnormal returns Ball dan brown (1968) melakukan investigasi mengenai hubungan antara sinyal pendapatan tak terduga dan rata-rata tingkat pengembalian abnormal. Pada tahun tersebut, Ball dan Brown melakukan serangkaian prediksi dan menghasilkan bahwa peningkatan pendapatan tak terduga diiringi oleh tingkat pengembalian abnormal yang bersifat positif. Prediksi ini berasal dari asumsi bahwa pendapatan merupakan sebuah pengganti arus kas dan dinilai melalui capital asset pricing model (CAPM). Ball dan brown menginvestigasi laporan pendapatan tahunan untuk menguji apakah pendapatan tahunan tersebut mencerminkan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Mereka mengambil hipotesis bahwa laporan pendapatan tahunan memiliki informasi-informasi dalam pasar yang diuji menggunakan tingkat pengembalian abnormal pada bulan dikeluarkannya laporan tersebut.
10

Berikut adalah beberapa hasil dan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Ball dan Brown, antara lain: 1. Tingkat pengembalian abnormal (abnormal rate of return) dapat diprediksi 2. Penyesuaian harga sering terjadi pada waktu sebelum di umumkannya pendapatan (earnings announcement) 3. 85%-90% perubahan harga saham yang berkaitan dengan pendapatan tak terduga terjadi pada waktu sebelum pengumuman/pelaporannya. 4. Hubungan antara sinyal pelaporan pendapatan dan tingkat pengembalian abnormal, tidak signifikan. 5. Hubungan sinyal perubahan pendapatan dan sinyal tingkat pengembalian abnormal pada saat pelaporan pendapatan, signifikan. Besaran (magnitude) pendapatan tak terduga dan rata-rata pengembalian abnormal Di atas telah dibahas mengenai investigasi hubungan antara sinyal pendapatan tak terduga dan sinyal tingkat pengembalian abnormal. Masih dalam dasar asumsi yang sama, Beaver, Clarke dan Wright juga mengharapkan (expect) akan adanya hubungan antara besaran pendapatan tak terduga dan besaran tingkat pengembalian abnormal. Mereka akhirnya melakukan penelitian untuk menguji hal tersebut, dan memperoleh hasil bahwa hubungan kedua variabel tersebut signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara besaran perubahan pendapatan tak terduga dan tingkat pengembalian abnormal. Laporan Pendapatan dan Varians Pengambalian Abnormal Rata-rata (mean) pengembalian abnormal bukanlah satu-satunya alat untuk mengukur reaksi harga saham terhadap pelaporan pendapatannya. Beberapa peneliti juga dapat menggunakan varians abnormal return sebagai alat pengukur kadar informasi dalam pelaporan pendapatan. Beaver lah yang pertama kali menggunakan varians tersebut. Kesimpulan yang didapat Beaver atas hasil penelitiannya adalah 1. bahwa kadar informasi pelaporan pendapatan tahunan relevan dengan penilaian atas saham-sahamnya. 2. Meskipun varians pengembalian abnormal lebih besar dari pengembalian normal, tapi hal tersebut tidak bertentangan dengan hipotesis pasar efisien (eficient markets hypothesis) Laporan pendapatan dan varians pengembalian yang tersirat didalamnya Pada penelitian ini, peneliti menaruh harapan pada pasar untuk dapat mengantisipasi pengeluaran/isu-isu mengenai informasi pada saat terjadinya pelaporan pendapatan. Harga pasar tidak dapat menyesuaikan dengan informasi prioritas dalam pelaporan tersebut karena jumlah
11

pendapatannya tidak diketahui, tetapi pasar harus mengharapkan informasi tersebut untuk dikeluarkan dan varians tingkat pengembalian mengalami peningkatan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa pasar mengharapkan peningkatan varians pengembalian pada pelaporan pendapatan dapat diuji menggunakan call option. Yang dimaksud call option disini adalah hak untuk membeli sejumlah saham dari sebuah perusahaan pada tingkat harga tertentu. Pattel dan Wolfson (1979, 1981) menggunakan call option untuk menguji apakah pasar mengantisipasi peningkatan varians pada saat dilaporkannya pendapatan. Hasil dari penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Rata-rata varians mengalami peningkatan diantara dua tanggal pelaporan pendapatan. 2. Rata-rata varians mengalami penurunan selama periode pelaporan 3. Terdapat sebuah korelasi ordinal antara peningkatan besaran rata-rata varians dan penigkatan variasi harga saham dalam periode pelaporannya Laporan pendapatan dan volume perdagangan Beaver (1968) juga melakukan investigasi mengenai perubahan dalam volume perdagangan yang berhubungan dengan pelaporan pendapatannya. Hasil dari penelitian tersebut adalah, bahwa rata-rata volume perdagangan dalam minggu dilakukannya pelaporan lebih besar jika dibandingkan pada saat periode tidak dilakukannya pelaporan dan minggu lain dalam periode pelaporan tersebut. Beaver juga menginvestigasi volume perdagangan setelah dilakukannya penyesuaian pada volume pasar, dan hasilnya kurang lebih sama dengan yang diatas bahwa memiliki nilai yang lebih besar pada minggu dilakukannya pelaporan pendapatan. III. Discriminating between competing hypothesis

Sebuah hipotesis pengujian umum dalam literatur akuntansi sebelum pengenalan dari EMH, CAPM, dan teori positif adalah bahwa pasar saham disesatkan oleh perubahan dalam prosedur akuntansi. Seperti hipothesis yang bertentangan dengan EMH, yang menyiratkan bahwa pasar saham bereaksi dengan cara yang objektif untuk semua informasi, termasuk informasi pada prosedur akuntansi yang telah berubah. Hasil alami, mengingat kepatuhan para peneliti empirisis sebelumnya untuk methodology ilmiah, merupakan upaya untuk membedakan secara empiris antara dua hipotesis pengujian. EMH tidak memiliki prediksi mengenai arah atau tanda perubahan harga saham terkait dengan perubahan akuntansi. EMH hanya memprediksikan bahwa setiap perubahan harga saham yang menyertai perubahan akuntansi sedemikian rupa sehingga harga saham yang dihasilkan adalah perkiraan objektif tentang nilai masa depan saham. Prediksi perubahan harga saham
12

membutuhkan model penilaian. Dipengaruhi oleh literatur keuangan, para peneliti awal mengadopsi CAPM dan asumsinya tidak ada biaya informasi dan transaksi. Dampak potensi arus kas hanya berpengaruh pada aliran prosedur akuntansi yang diasumsikan pajak. Dengan demikian mereka memperkirakan bahwa perubahan harga saham tidak akan menemani perubahan akuntansi kecuali perubahan yang terkena pajak. Hipotesis pengujian bersaing (hipotesis pengujian mekanistik) memiliki prediksi bertentangan (yaitu, bahwa perubahan akuntansi yang meningkatkan kenaikan laba harga saham). Para peneliti sebelumnya berusaha untuk membedakan antara dua prediksi bertentangan. Kaplan dan Roli (1672) menyelidiki perubahan harga saham terkait dengan perubahan dalam prosedur untuk kredit pajak investasi dan switchbacks penyusutan menggunakan metodologi event study yang diperkenalkan untuk akuntansi oleh Ball dan Brown, (1968). Ball (1972) meneliti dampak harga saham dari semua jenis perubahan pajak, dengan alasan bahwa harga saham efek dari perubahan yang mempengaruhi pajak tidak akan mempengaruhi prediksi. Kedua studi mengungkapkan bahwa masalah metodologis terkait dengan penggunaan event studi untuk menguji dampak dari perubahan harga saham akuntansi. Masalah diamati dalam kedua hasil adalah seleksi bias dalam hal pendapatan kontemporer yang tak terduga yang mencegah "rata-rata" dari variabel lain selain perubahan akuntansi. Masalah kedua hadir pada studi Kaplan dan Roll, yang mengelompokkan pengamatan dalam industri dan waktu. Pengelompokan juga menyebabkan hasil pada variabel lain selain perubahan akuntansi tidak rata-rata keluar. Masalah ketiga penelitian Ball juga melibatkan pelanggaran asumsi ceteris paribus perubahan risiko saham perusahaan ketika terjadi perubahan prosedur akuntansi. Penelitian sebelumnya berkonsentrasi pada pengujian hipopengujianis mekanistik, Namun, kegagalan untuk menolak hipopengujianis null yang menyediakan bukti yang sangat lemah pada no-effect hypopengujianis. Masalah metodologis ini di paragraf sebelumnya mengurangi kemampuan dari Penelitian sebelumnya untuk membedakan antara no-effect dan hipopengujianis mekanistik. Sebuah pengujian yang lebih kuat dari no-effect hypopengujianis adalah pengujian prediksi perubahan harga saham. Seperti prediksi yang dapat dihasilkan dari noeffect hypopengujianis untuk perubahan akuntansi yang mempengaruhi pajak. Sunder (1973, 1975) memimpin literatur dalam arah ini dengan mencoba untuk membedakan antara dua hipopengujianis bersaing dengan menggunakan perubahan LIFO dan FIFO. Studi Sunder, bagaimanapun, adalah tunduk pada clustering dan masalah pemilihan bias laba kontemporer tak terduga. Akhirnya, studi berusaha untuk membedakan antara hipopengujianis yang menggunakan perubahan LIFO dan mengendalikan bias laba kontemporer tak terduga. Ricks (1982) mengontrol masalah bias seleksi dengan cara mencocokkan perusahaan yang berubah menjadi LIFO dengan perusahaan yang tidak berubah, tetapi memiliki
13

perubahan pendapatan yang sama. Dia menemukan bukti yang konsisten dengan hipopengujianis mekanistik dan bukti yang tidak konsisten dengan no-effect hypopengujianis. Biddle dan Lindahl (1982) berpendapat bahwa prosedur pencocokan memperkenalkan seleksi bias sendiri yang dapat menjelaskan hasil Ricks itu. Mereka berkonsentrasi pada perubahan LIFO perusahaan, mengendalikan bias seleksi laba yang menggunakan pendapatan tak terduga sebagai variabel penjelas ketika menguji efek LIFO terhadap penghematan pajak pada tingkat pengembalian abnormal. Hasil Biddle dan Lindahl adalah konsisten dengan noeffect hypopengujianis dan tidak konsisten dengan hipopengujianis mekanistik. Namun, hasil tersebut tidak pasti karena efek harga saham dari penghematan pajak terkonsentrasi di perempat awal dan karena masalah clustering. Cara pengujian diskriminatif dikembangkan menggambarkan cara studi yang membangun studi sebelumnya. Masalah ditemukan dalam satu studi yang ditangani oleh sebuah studi setelahnya. Literatur secara bertahap dikembangkan kea rah pengujian yang lebih kuat, pengujian yang dapat membedakan lebih baik. Tidak ada studi awal bisa berharap untuk menjadi definitif. Proses pengembangan menunjukkan bahwa kemajuan yang dibuat dengan mencoba untuk menjawab pertanyaan -pertanyaan. Pengujian lebih kuat digunakan oleh Biddle dan Lindahl yang dimungkinkan karena upaya perintis, seperti Kaplan dan Roll, Ball dan Sunder. Literatur ini menyebabkan artikel terkemuka yang diringkas dalam bab ini, memiliki efek penting yang belum dibahas: hal ini menyebabkan peneliti untuk mengajukan pertanyaan yang terkait, tetapi literatur yang berbeda pada efek perubahan harga saham akuntansi. Salah satu pertanyaan yang muncul adalah, mengapa perubahan seluruh prosedur akuntansi industri (misalnya, kertas dan baja di dalam sampel Kaplan dan Roll) ketika perubahan tersebut mahal dan tidak memiliki dampak yang menguntungkan pada harga saham? Pertanyaan-pertanyaan, menyebabkan beberapa peneliti untuk menjatuhkan informasi lainnya dan asumsi biaya transaksi yang digunakan dalam studi dibahas pada bab ini dan menggunakan biaya -biaya untuk mencoba menjelaskan per ubahan akuntansi. Penelitian empiris pengaruh informasi dan biaya transaksi pada pilihan manajer dalam prosedur akuntansi yang dilaporkan dalam Bab 11. Penelitian dampak perubahan harga saham dalam prosedur akuntansi dirangkum dalam Bab 12. Dorongan liter atur yang menjelaskan prosedur akuntansi, untuk tidak melakukan diskriminasi antara EMH dan hipotesis dimana pasar disesatkan oleh perubahan akuntansi IV. Accounting data, bankruptcy, and risk

Data akuntansi nonproduktif berguna dalam menilai sekuritas. Data tersebut dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan. Selain itu, juga terdapat hubungan antara data

14

akuntansi dengan resiko sistematis yang dimiliki oleh saham. Data akuntansi juga memiliki hubungan dengan rating obligasi dan harga obligasi. Data Akuntansi dan Kebangkrutan Sifat Kebangkrutan Kebangkrutan perusahaan adalah proses pengambil alihan di bawah hukum kebangkrutan ketika sebuah perusahaan tidak dapat membayar atau memperoleh kesepakatan dengan kreditur di luar pengadilan (Warner,1977,p.241). Proses kebangkrutan dimulai ketika perusahaan mengarsipkan untuk bantuan pengadilan dalam penyelesaian klaim perusahaan. Kreditur atau perwakilannya dapat membuat arsip ketika perusahaan telah melakukan sebuah tindakan kebangrutan seperti kegagalan untuk mencapai pembayaran yang diminta sesuai surat perjanjian kontrak (misalnya pembayaran bunga). Pengadilan biasanya menentukan seorang wakil yang akan bertanggungjawab untuk mengelola perusahaan. Peran Data Akuntansi dalam Memprediksi Kebangkrutan Satu alasan mengapa data akuntansi mungkin dapat berguna dalam memprediksi kebangkrutan adalah bahwa surat perjanjian kontrak dan perjanjian pinjaman sering kali menggunakan rasio akuntansi untuk membatasi tindakan manajer. Beberapa penelitian menympulkan bahwa rasio akuntansi dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan. Apakah rasio akuntansi dapat memprediksi dengan lebih baik disbanding harga saham, hal itu merupakan sebuah pertanyaan terbuka. Bagaimanapun, ditunjukkan bahwa model menggunakan rasio akuntansi berguna untuk memprediksi kebangkrutan pada perusahaan yang tidak terdaftar dalam bursa efek dan oleh karena itu, berguna untuk memprediksi arus kas yang diharapkan oleh perusahaan. Data Akuntansi dan Risiko Saham Dari bukti yang ada, variabel akuntansi memiliki hubungan dengan penilaian resiko berbasis pasar dan dapat digunakan untuk membuat estimasi resiko bagi sekuritas yang tidak terdaftar di burasa efek. Artinya, data akuntansi berguna. Secara jelas, data akuntansi dapat digunakan untuk meningkatkan model estimasi resiko pasar untuk sekuritas yang terdaftar. Data Akuntansi dan Risiko Obligasi Rating dan Risiko Obligasi Rating obligasi yang diumumkan oleh agen rating secara luas digunakan oleh wakil gadai dan regulator untuk menilai risiko obligasi perusahaan dan pemerintah kota. Bukti menunjukkan

15

bahwa dalam menilai risiko obligasi, tidak hanya menggunakan agen rating, namun mereka juga menggunakan data akuntansi Bukti bahwa Agen Rating Menggunakan Data Akuntansi Wakeman (1981,p.5) mengemukakan tiga bukti bahwa agen menggunakan data akuntansi perusahaan yang tersedia untuk mengukur obligasi perusahaan. 1. Penjelasan yang diberikan oleh agensi; 2. Waktu perubahan rating; dan 3. Studi empiris yang mencoba untuk menjelaskan rating atau perubahan rating. Rating Obligasi dan Efisiensi Pasar Jika rating obligasi semata-mata hanya berdasarkan pada data akuntansi yang tersedia secara umum, dan jika pasar modal efisien, maka, kecuali jika analisis agen rating obligasi dapat menggunakan data tersebut lebih baik daripada pihak lainnya di pasar, pasar obligasi seharusnya tidak bereaksi pada perubahan rating pada waktu rating tersebut dibuat. Malah, perubahan harga obligasi terkait dengan perubahan risiko yang direfleksikan oleh perbaikan rating harus terjadi sebelum pengumuman perubahan rating. Penelitian oleh Weinstein (1977) dan Wakeman (1981) menemukan bahwa tidak terdapat efek harga obligasi pada saat perubahan rating. Penelitian ini menunjukkan bahwa data akuntansi berguna dalam mengestimasi risiko obligasi. Bagaimanapun, penilaian risiko dikalkulasi dari data akuntansi yang tersedia secara umum, telah tercermin dalam harga obligasi dan saham. V. Forecasting earnings

relevansi prediksi laba Faktor yang paling penting menentukan nilai saham sekarang dianggap masa depan ratarata daya produktif. Rata-rata estimasi laba untuk jangka masa depan tahun. Nilai intrinsik kemudian akan ditemukan dengan terlebih dahulu peramalan ini kekuatan pendapatan dan kemudian mengalikannya prediksi "faktor kapitalisasi" yang tepat. mendapatkan model ekspektasi laba Dalam menggunakan model deret waktu untuk memprediksi laba untuk digunakan dalam model penilaian, pengganti yang diperoleh untuk ekspektasi pasar terhadap laba masa depan atau lebih tepatnya, dari arus kas masa depan menjelaskan pilihan pengelolaan teknik akuntansi

16

Namun, pada pertengahan 1960-an Gordon mengajukan beberapa teori pilihan manajerial teknik akuntansi. Dalam artikel itu, Gordon mengasumsikan bahwa: 1. Manajer perusahaan memaksimalkan peralatan atau sumber daya yang dimilikinya 2. Harga saham perusahaan adalah fungsi dari tingkat, tingkat pertumbuhan, dan varians dari perubahan laba akuntansi 3. Kompensasi manajer perusahaan bergantung pada harga saham korporasi Dalam asumsi 2, Gordon mengadopsi mekanistik hipotesis-pasar saham bisa "tertipu" oleh prosedur akuntansi. Oleh karena itu, Gordon menunjukkan bahwa manajer memilih prosedur akuntansi untuk meningkatkan laba yang dilaporkan dan tingkat pertumbuhan laba yang dilaporkan dan untuk mengurangi varians dari perubahan laba Gordon, Horwitz dan Meyers (1966) tes Gordon proposisi, khususnya dalil bahwa manajer mencoba untuk mengurangi varians perubahan laba untuk kelancaran laba yang dilaporkan. Kertas Gordon, Horwitz dan Meyers tunduk pada masalah metodologis banyak, sehingga sulit untuk menginterpretasikan hasil. Tes empiris dari hipotesis "perataan laba" biasanya menguji suatu hipotesis gabungan, yaitu, dengan tidak adanya manipulasi oleh manajemen, laba akuntansi mengikuti proses tertentu dan manajer mengadopsi atau mengubah prosedur akuntansi untuk mengurangi varians dari proses itu. Model deret waktu alternatif Kurangnya Teori Mengembangkan teori adalah tugas yang sangat sulit yang, untuk kenyamanan dalam eksposisi, dapat dipisahkan menjadi dua bagian dasar: 1. Menjelaskan arus kas perusahaan 2. Menjelaskan pilihan perusahaan dari prosedur akuntansi yang memproses kas perusahaan mengalir untuk menentukan laba yang dilaporkan. Sederhana Jenis Model Seri Waktu Proses pertama di mana laba masa depan independen terhadap pendapatan saat ini dapat diwakili oleh model deterministik, sedangkan model kedua dimana laba masa depan hanya bergantung pada pendapatan saat ini dapat diwakili oleh model random walk. Model deterministik meramalkan masa produktif menjadi deterministik dan tidak tergantung pada pendapatan yang diamati.
17

Model random walk menghasilkan ekspektasi pendapatan masa depan yang hanya bergantung pada pengamatan laba terbaru. Implikasi untuk harga saham dan hipotesis smoothing Hubungan Antara Laba dan Harga Saham Jika proses menghasilkan laba akuntansi merupakan indikasi dari aliran proses penghasil kas, proses menghasilkan laba memiliki implikasi untuk besarnya perubahan harga saham terkait dengan pendapatan yang tak terduga. The "Smoothing" Hipotesis Sifat dari proses menghasilkan laba yang dilaporkan memiliki implikasi penting bagi hipotesis smoothing. Bukti tentang time series laba tahunan dan implikasinya Awal Studi Pada tahun 1962 Raynes diselidiki laju pertumbuhan dalam pendapatan akuntansi perusahaan Inggris. Mereka menemukan tingkat pertumbuhan menjadi acak dan tepat berjudul kertas mereka "pontang-panting Pertumbuhan" dan "pontang-panting Pertumbuhan Lagi". Lintner menyelidiki tingkat pertumbuhan penghasilan dari 309 perusahaan AS dan menemukan hubungan yang sangat kecil antara tingkat pertumbuhan periode berturut-turut. Hasil ini menunjukkan bahwa perubahan dalam pendapatan adalah acak. Studi Ball dan Watts Karena mereka tidak memiliki teori untuk memprediksi perilaku perubahan laba, Watts tunduk sampel mereka ke berbagai tes untuk dependensi berbeda statistik dalam pendapatan. Selanjutnya Bukti Pendapatan Tahunan 1. Kecenderungan Hasil Watss yang ambigu tentang pentingnya istilah trend. Lev (1976) menghasilkan beberapa bukti bahwa tren ada setidaknya di 1.958-1.967. 2. Rate Of return Proses perusahaan individu dapat berbeda secara signifikan dari random walk bahkan jika laba perusahaan pada umumnya mengikuti random walk. Watts (1970) menyelidiki apakah proses perusahaan individu berbeda dari random walk. Namun, ketika watt membandingkan prediksi model estimasi kepada mereka berjalan acak dan random walk dengan model tren dalam
18

beberapa tahun di luar periode estimasi, ia menemukan bahwa model random walk memprediksi serta model estimasi.

Bab III Kesimpulan

19

Akhirnya dari semua pembahasan yang diberikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa teori akuntansi positif berperan penting dalam perkembangan teori akuntansi praktis. Karena pada awal perkembangan teori akuntansi, hanya menggunakan pendekatan teori normatif, dimana teori ini menganggap bahwa praktek akuntansi telah sesuai dengan aturan yang ada, yaitu PABU. Namun seiring waktu berjalan, pada kenyataannya praktek-praktek akuntansi berkembang melampaui ekspektasi PABU (sehingga terkadang tidak sesuai dengan PABU) seperti praktek-praktek akuntansi yang membahas mengenai creative accounting, big bath, kaizen, dan lain-lain. Lingkup masalah pada teori akuntansi positif pun sangat luas dan dapat menjelaskan masalah-masalah yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan menggunakan teori akuntansi positif (contoh seperti masalah keagenan). Hal membuat teori akuntansi secara keseluruhan menjadi kian lengkap, yakni tidak hanya berada pada kajian aturan-aturan normatif, tetapi juga meliputi kajian-kajian empiris yang ditemukan dilapangan melalui pendekatan positif.

Daftar Pustaka

20

Watts L. Ross, Zimmerman L Jerold, 1986, Positive Accounting Theory. Prentice/Hall International, USA Salampessy Zulkarim, 2007, Kritik Terhadap Teori Akuntansi Positif, Universitas Brawijaya. Malang Januarti Indira, 2004, Pendekatan dan Kritik Teori Akuntansi Positif, Universitas Diponegoro, Semarang

21

You might also like