You are on page 1of 18

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Viskositas

Viskometer merupakan peralatan yang digunakan untuk mengukur viskositas suatu
fluida. Model viskometer yang umum digunakan berupa viskometer bola jatuh, tabung
( pipa kapiler ) dan sistem rotasi. Viskometer rotasi silinder sesumbu (concentric
cylinder) dibuat berdasarkan 2 standar, sistem, dimana silinder bagian dalam berputar
dengan silinder bagian luar diam dan sistem Couette dimana bagian luar silinder yang
diputar sedangkan bagian dalam silinder diam. Fluida yang akan diukur ditempatkan
pada celah diantara kedua silinder.

2.1.2 Hubungan Fluida Dan Viscositas

Fluida ( zat alir ) adalah zat yang dapat mengalir, misalnya zat cair dan gas. Fluida
dapat digolongkan dalam dua macam, yaitu fluida statis dan dinamis.
Didalam fluida yang tidak diidealisir terdapat aktivitas molekuler antara
bagian-bagian lapisannya. Salah satu akibat dari adanya aktivitas ini adalah timbulnya
gesekan internal antara bagian-bagian tersebut, yang dapat digambarkan sebagai gaya
luncur diantara lapisan-lapisan fluida tadi. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan
kecepatan bergerak lapisan-lapisan fluida tersebut. Bila pengamatan dilakukan
terhadap aliran fluida makin mengecil ditempat-tempat yang jaraknya terhadap
dinding pipa semakin kecil, dan praktis tidak bergerak pada tempat di dinding pipa.
Sedangkan kecepatan terbesar terdapat ditengah-tengah pipa aliran.
Viskositas suatu fluida adalah sifat yang menunjukkan besar dan kecilnya
tahanan dalam fluida terhadap gesekan. Fluida yang mempunyai viscositas rendah,
misalnya air mempunyai tahanan dalam terhadap gesekan yang lebih kecil
dibandingkan dengan fluida yang mempunyai viscositas yang lebih besar.




Universitas Sumatera Utara
5

Gaya Kecepatan V cm/detik
F dyne

L cm


Gambar diatas merupakan 2 lapisan fluida sejajar dengan masing-masing
mempunyai luas A cm
2
dan jarak kedua lapisan L cm. Bila lapisan atas bergerak
sejajar dengan lapisan bawah pada kecepatan V cm/detik relatif terhadap lapisan
bawah, supaya fluida tetap mempunyai kecepatan V cm/detik maka harus bekerja
suatu gaya sebesar F dyne. Dari hasil eksperimen didapatkan bahwa gaya F
berbanding lurus dengan kecepatan V, luas A dan berbanding terbalik dengan jarak L.
Persamaannya :
L
A V
F
. . q
=
; q = Tetapan viscositas (
ik cm
gr
det .
)

=

(2.1)
Gejala ini dapat dianalisis dengan mengintrodusir suatu besaran yang disebut
kekentalan atau viscositas (viscosity). Oleh karena itu, viscositas berkaitan dengan
gerak relatif antar bagian-bagian fluida, maka besaran ini dapat dipandang sebagai
ukuran tingkat kesulitan aliran fluida tersebut. Makin besar kekentalan suatu fluida
makin sulit fluida itu mengalir.
Viscositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan alir
cairan. Beberapa zat cair dan gas mempunyai sifat daya tahan terhadap aliran ini,
dinyatakan dengan Koefisien Viscositas ().
Viscositas ialah besarnya gaya tiap cm
2
yang diperlukan supaya terdapat
perbedaan kecepatan sebesar 1 cm tiap detik untuk 2 lapisan zat cair yang parallel
dengan jarak 1 cm. Viscositas dapat dihitung dengan rumus Poiseville.


LV
R
4
8
T P
=
t
q
.......................................................................................2.2
A cm
2
A cm
2
Universitas Sumatera Utara
6

Dengan :
R = Jari-jari pipa dialiri cair (cm)
T = Waktu alir (detik)
P = Tekanan yang menyebabkan zat cair mengalir (
2
cm
dyne )
V = Volume zat cair (liter)
L = Panjang pipa (cm)
q = Koefisien Viscositas (centipoise)
Makin besar kekentalannya, makin sukar zat cair itu mengalir dan bila makin
encer makin mudah mengalir.

Q =
q
1
...(2.3)
dengan : Q = Fluiditas
Fluiditas yaitu kemudahan suatu zat cair untuk mengalir. Dari rumus diatas
dapat dilihat bahwa Fluiditas berbanding terbalik dengan kekentalan (Koefisien
Viscositas).

2.1.3 Macam-Macam Viscositas

Alat yang dipakai untuk menentukan Viscositas dinamakan Viscometer. Ada beberapa
jenis Viscometer, diantaranya :
a) Viscometer Ostwald
b) Viscometer Lehman
c) Viscometer bola jatuh dari Stokes.

2.1.3.1 Viscometer Ostwald
Cara penggunaannya :
Jika air dipakai sebagai pembanding, mula-mula air dimasukkan melalui
tabung A kemudian dihisap agar masuk ke tabung B tepat sampai batas a kemudian
dilepaskan dan siapkan stopwatch sebagai pengukur waktu.
Umpamanya waktu yang diperlukan air untuk bergerak dari permukaan a
sampai b sama dengan t
1
, setelah itu percobaan diganti dengan zat cair lain dengan
cara yang sama seperti gambar di bawah.
Universitas Sumatera Utara
7








Gambar 2.1 Viscometer Ostwald
Umpamanya diperlukan t
2
dengan menggunakan rumus Poiseville karena V, L
dan R sama maka didapat persamaan

2 2
1 1

q
q
T
T
=
2
1
(2.4)
Dengan :
1
= Massa jenis air

2
= Massa jenis zat cair yang dicari
Pada Ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh
sejumlah cairan tertentu untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang
disebabkan oleh berat cairan itu sendiri, jadi waktu yang dibutuhkan oleh cairan untuk
melalui batas a dan b dapat diukur menggunakan stop watch.

2.1.3.2 Viscometer Lehman

Nilai viscositas Lehman didasarkan pada waktu kecepatan alir cairan yang akan diuji
atau dihitung nilai viscositasnya berbanding terbalik dengan waktu kecepatan alir
cairan pembanding, dimana cairan pembanding yang digunakan adalah air.
Persamaannya adalah sebagai berikut :

Tair
Tcairan
= q
.(2.5)




Universitas Sumatera Utara
8

2.1.3.3 Viscometer Bola Jatuh Stokes

Terhadap sebuah benda yang bergerak jatuh didalam fluida bekerja tiga macam gaya,
yaitu :
1. Gaya gravitasi atau gaya berat (W). gaya inilah yang menyebabkan benda
bergerak ke bawah dengan suatu percepatan.
2. Gaya apung (buoyant force) atau gaya Archimedes (B). arah gaya ini keatas dan
besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda itu.
3. Gaya gesek (Frictional force) Fg, arahnya keatas dan besarnya seperti yang
dinyatakan oleh persamaan :

Fg = kV ....................................................................................(2.6)

Dengan: Fg = Gaya gesek
k = Konstanta
V = Kecepatan benda (m/s
2
)
Benda yang jatuh mempunyai kecepatan yang makin lama makin besar, tetapi
dalam medium ada gaya gesek yang makin besar bila kecepatan benda jatuh makin
besar. Benda yang bentuknya tidak beraturan dan rumit serta besar akan menghasilkan
harga k yang besar.
Fluida yang viscositasnya besar akan menghasilkan harga k yang besar
pula.untuk benda yang berbentuk bola dengan jari-jari R dan fluida dengan viscositas
q
besarnya k dapat dinyatakan sebagai berikut ;
k = 6R ....................................................................................(2.7)
Hubungan ini diberikan oleh Stokes dan berlaku untuk aliran fluida yang
laminer. Jika kedua rumus digabungkan, maka akan diperoleh gaya gesek ;
Fg = 6RV ................................................................................2.8
Alat ini terdiri dari sebuah tabung yang di bagian dinding luarnya diselubungi
dengan air agar suhu di dalamnya konstan. Digunakan untuk menentukan Viscositas
cairan yang kental tetapi yang tembus cahaya agar dapat mengamati jatuhnya bola
besi sampai ke dasar tabung.. menurut hokum Stokes :
Universitas Sumatera Utara
9

( )
V
gR
9
2
1
2

q

=
.......(2.9)

Keterangan:
q = Koefisien Viscositas (centipoise)
R = Jari-jari bola (cm)
= Massa jenis bola peluru
1
= Massa jenis zat cair
V = Kecepatan (
ik
m
det
)
g = Kecepatan gravitasi (m/s
2
)

2.1.4 Pengaruh Temperatur Terhadap Viscositas

Viscositas merupakan besaran yang harganya tergantung terhadap temperatur. Pada
kebanyakan fluida cair, bila temperatur naik viscositas akan turun, dan sebaliknya bila
temperatur turun maka viscositas akan naik. Pada Dinyatakan dengan rumus
B
T
A
+ = q Log
(2.10)

A dan B tetapan untuk cairan tertentu
T = Temperatur mutlak
Rumus ini dapat dipakai untuk cairan murni, adapun rumus untuk sistem
beberapa cairan adalah

C LogT B
T
A
+ + = q Log
(2.11)

A, B dan C adalah tetapan







Universitas Sumatera Utara
10

2.1.5 Standart Minyak Pelumas

Standarisasi minyak pelumas untuk mesin kendaraan bermotor pertama kali dilakukan
oleh Society of Automotif Engineering (SAE) pada tahun 1911 dengan kode SAE
J300. Minyak pelumas dikelompokkan berdasarkan tingkat kekentalannya. Dalam
kemasan atau kaleng pelumas, biasanya dapat ditemukan kode angka yang
menunjukkan tingkat kekentalannya, seperti : SAE 40, SAE 90, SAE 10W-50, dsb.
Semakin tinggi angkanya semakin kental minyak pelumas tersebut. Ada juga kode
angka multi grade seperti 10W-50, yang dapat diartikan bahwa pelumas memiliki
tingkat kekentalan sama dengan SAE 10 pada suhu udara dingin (W= Winter) dan
SAE 50 pada udara panas.

2.2 Mikrokontroler AVR ATMEGA8535

Tidak seperti sistem komputer, yang mampu menangani berbagai macam program
aplikasi (misalnya pengolah kata, pengolah angka dan lain sebagainya),
mikrokontroler hanya bisa digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan
lainnya terletak pada perbandingan RAM-nya dan ROM.
Pada system computer perbandingan RAM dan ROM-nya besar, artinya
program-program pengguna disimpan dalam ruang RAM yang relative besar,
sedangkan rutin-rutin antarmuka perangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang
kecil. Sedangkan pada mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar
artinya program control disimpan dalam ROM (bisa Masked ROM atau Flash
PEROM) yang ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai
tempat penyimpanan sementara, termasuk register-register yang digunakan pada
mikrokontroler yang bersangkutan.

2.2.1 Arsitektur Mikrokontroler AVR ATMEGA8535

AVR termasuk kedalam jenis mikrokontroler RISC (Reduced Instruction Set
Computing) 8 bit. Berbeda dengan mikrokontroler keluarga MCS-51 yang
berteknologi CISC (Complex Instruction Set Computing). Pada mikrokontroler
dengan teknologi RISC semua instruksi dikemas dalam kode 16 bit (16 bits words)
Universitas Sumatera Utara
11

dan sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1 clock, sedangkan pada teknologi
CISC seperti yang diterapkan pada mikrokontroler MCS-51, untuk menjalankan
sebuah instruksi dibutuhkan waktu sebanyak 12 siklus clock. Secara garis besar,
arsitektur mikrokontroler ATMEGA8535 terdiri dari :
1. 32 saluran I/O (Port A, Port B, Port C dan Port D)
2. 10 bit 8 Channel ADC (Analog to Digital Converter)
3. 4 Channel PWM
4. 6 Sleep Modes : Idle, ADC Noise Reduction, Power-save, Power-Down, Standby
and Extended Standby
5. 3 buah timer/counter.
6. Analog Compararator
7. Watchdog timer dengan osilator internal
8. 512 byte SRAM
9. 512 byte EEPROM
10. 8 kb Flash memory dengan kwmampuan Read While Write
11. Unit interupsi (internal dan external)
12. Port antarmuka SPI8535 memory map
13. Port USART untuk komunikasi serial dengan kecepatan maksimal 2,5 Mbps
14. 4,5 V sampai 5,5 V operation, 0 sampai 16 MHz













Universitas Sumatera Utara
12




























Gambar 2.2 Arsitektur ATMEGA8535






Universitas Sumatera Utara
13

2.2.2 Konfigurasi Pin Mikrokontroler AVR ATMEGA8535
Mikrokontroler ATMega8535 memiliki 40 pin untuk model PDIP, dan 44 pin untuk
model TQFP dan PLCC. Nama-nama pin pada mikrokontroler ini adalah :
1. VCC : merupakan pin yang berfungsi sebagai pin masukan catu daya
2. GND : merupakan pin ground.
3. Port A (PA0...PA7) : merupakan pin I/O dan pin masukan ADC
4. Port B (PB0 PB7) : merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu
sebagai Timer/Counter, komperator analog dan SPI.
5. Port C (PC0 PC7) : merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu
TWI, komperator analog, input ADC dan Timer Osilator.
6. Port D (PD0 PD7) : merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu
komperator analog, interupsi eksternal dan komunikasi serial.
7. RESET : merupakan pin yang digunakan untuk mereset mikrokontroler.
8. XTAL1 dan XTAL2 : merupakan pin masukan clock eksternal.
9. AVCC : merupakan pin masukan tegangan untuk ADC.
10. AREF : merupakan pin tegangan referensi ADC







Gambar 2.3 IC Mikrokontroler ATMEGA8535

Universitas Sumatera Utara
14

2.3 Kumparan Deteksi
Kumparan deteksi ini menggunakan sebuah induktor yang terbuat dari lilitan
tembaga pada sebuah silinder (bukan logam) sehingga membentuk sebuah solenoida.
Banyaknya lilitan (N), diameter kumparan (2a) dan panjang lilitan (b) dapat
ditentukan dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:




Gambar 2.4 Lilitan Tembaga
Besarnya induktansi pada induktor yang dibuat berupa solenoid dapat di
hitung dengan menggunakan rumus:
=

2

...............................................................................(2.12)
Keterangan:
L = Nilai induktansi (H)
o = 4 x 10
-7
(H/m)
A = Luas penampang (m
2
)
n = Jumlah lilitan
b = Panjang lilitan (m)
Panjang lilitan ditentukan berdasarkan besarnya nilai induktansi, panjang
lilitan berpengaruh terhadap banyaknya lilitan yang digunakan pada media untuk
menghasilkan induktansi yang diinginkan.
Menurut Hukum Ohm, untuk menghitung nilai hambat induktor (f) yang
disebut reaktansi induktif (X
L
) dapat di rumuskan:

X
L
= L atau X
L
= 2fL ...............................................................(2.13)

Universitas Sumatera Utara
15

2.4 Sensor Pendeteksi Besi

Detektor logam secara umum dapat dikatakan sebagai alat yang dapat mendeteksi
adanya logam pada jarak tertentu dari sensor. Metode yang digunakan untuk
membangun sebuah rangkaian detektor logam sangat beragam tergantung dari
aplikasinya. Maksud dari aplikasinya adalah apa yang akan dideteksi oleh sensor,
apakah itu logam yang dalam atau logam yang dangkal, atau juga benda non logam.
Jadi detektor logam bukan berarti hanya digunakan untuk mendeteksi adanya logam,
yang penting lagi bahwa sensornya dapat mendeteksi objek yang dipilih. Ada 3 (tiga)
metode yang dipakai untuk mendeteksi logam yaitu :
a. Beat Frequency Oscilator (BFO)
b. Fix Frequency Oscilator (FFO)
c. Magnetometer
Dari ketiga metode diatas yang, metode yang dipakai dalam percobaan ini yaitu
metode Beat Frequency Oscilator (BFO), karena yang diperlukan dalam percobaan ini
yaitu perubahan frekuensi yang dihasilkan oleh kumparan dengan bola besi.

2.4.1 Beat Frequency Oscilator (BFO).

Prinsip yang digunakan adalah terjadinya perubahan karakteristik pada sensor akibat
mendeteksi adanya logam. Detektor bekerja berdasarkan frekuensi resonan yang telah
diatur berubah-ubah ketika terdapat objek berupa logam yang letaknya cukup dekat
dengan sensor search coil. Rangkaian tuning (tune circuit) harus merupakan bagian
dari rangkaian osilator sehingga jika koil sensor didekati oleh logam tertentu maka
frekuensi output dari rangkaian osilasi akan berubah. Variasi perubahan frekuensi
output ini tergantung dari frekuensi yang dipilih.







Search coil
Search
coil
oscilator
Mixer
Audio
Frequency
Amplifier
Output
Buffer
Beat
Frequency
Oscilator
Meter
drive
Circuit
Speaker
Gambar 2.5
Blok diagram detektor logam dengan Beat Frequency Oscilator
Universitas Sumatera Utara
16

2.4.2 Fix Frequency Oscilator (FFO)/detektor resonansi dengan frekuensi tetap

Pada prinsipnya metode ini hampir sama dengan metode BFO tetapi sedikit berbeda
pada rangkaian tune circuitnya. Disini perubahan karakteristik pada search coilnya
akan menyebabkan perubahan nilai Q, sehingga osilator dengan frekuensi tetap akan
berubah-ubah amplitudonya.











2.4.3 Magnetometer

Sistem ini menggunakan sensor magnet buatan yang sangat kuat dengan sensor yang
berbentuk U.










Search Coil
Tuned
Circuit
Rectifier/
Filter
Voltmeter Speaker
Oscilator
Gambar 2.6
Detektor Resonansi dengan Frekuensi tetap
Ke rangkaian
Level Detector
Oscilator
dan
Rangkaian
Driver
Gambar 2.7
Blok diagram detektor logam dengan metode Magnetometer
Universitas Sumatera Utara
17

Pada sensor itu terdapat dua kumparan, kumparan yang satu merupakan
kumparan penghasil medan listrik kuat untuk menimbulkan medan magnit kuat pada
sensor itu. Kumparan yang lain dihubungkan ke rangkaian level detektor yang akan
mendeteksi adanya perubahan level tegangan pada sensor tersebut. Detektor dengan
metode magnetometer ini tidak kebal terhadap adanya gangguan yang disebabkan oleh
medan-medan listrik dan medan-medan magnet liar yang disebabkan oleh jaringan
listrik atau bahan-bahan magnetik.

2.5 LCD (Liquid Crystal Display)

LCD berfungsi menampilkan suatu nilai hasil sensor, menampilkan teks, atau
menampilkan menu pada aplikasi mikrokontroler. LCD yang digunakan adalah jenis
LCD M1632. LCDM1632 merupakan modul LCD dengan tampilan 16 x 2 baris
dengan konsumsi daya rendah. M1632 adalah merupakan modul LCD dengan
tampilan 16 x 2 baris dengan konsumsi daya yang rendah.
Modul ini dilengkapi dengan mikrokontroler yang didisain khusus untuk
mengendalikan LCD. Kegunaan LCD banyak sekali dalam perancangan suatu sistem
dengan menggunakan mikrokontroler. LCD dapat berfungsi untuk menampilkan suatu
nilai hasil sensor, menampilkan teks, atau menampilkan menu pada aplikasi
mikrokontroler. Pada bab ini akan dibahas antarmuka LCD dengan mikrokontroler
ATMega8535.

Gambar 2.8 LCD (Liquid Crystal Display)

Urutan pin (1), umumnya, dimulai dari sebelah kiri (terletak di pojok kiri atas)
dan untuk LCD yang memiliki 16 pin, 2 pin terakhir (15 & 16) adalah anoda dan
katoda untuk back-lighting.


Universitas Sumatera Utara
18

Tabel 2.1 Fungsi pin-pin pada Liquid Crystal Display


Sebagaimana terlihat pada kolom deskripsi (symbol and functions), interface
LCD merupakan sebuah parallel bus, dimana hal ini sangat memudahkan dan sangat
cepat dalam pembacaan dan penulisan data dari atau ke LCD. Kode ASCII yang
ditampilkan sepanjang 8 bit dikirim ke LCD secara 4 atau 8 bit pada satu waktu. Jika
mode 4 bit yang digunakan, maka 2 nibble data dikirim untuk membuat sepenuhnya 8
bit (pertama dikirim 4 bit MSB lalu 4 bit LSB dengan pulsa clock EN setiap
nibblenya). Berikut adalah contoh LCD (216) yang umum digunakan :



Gambar 2.9 LCD M1632
Jalur kontrol EN digunakan untuk memberitahu LCD bahwa mikrokontroller
mengirimkan data ke LCD. Untuk mengirim data ke LCD program harus menset EN
ke kondisi high (1) dan kemudian menset dua jalur kontrol lainnya (RS dan R/W) atau
juga mengirimkan data ke jalur data bus. Saat jalur lainnya sudah siap, EN harus diset
ke 0 dan tunggu beberapa saat (tergantung pada datasheet LCD), dan set EN kembali
ke high (1). Ketika jalur RS berada dalam kondisi low (0), data yang dikirimkan ke
LCD dianggap sebagai sebuah perintah atau instruksi khusus (seperti bersihkan layar,
posisi kursor dll). Ketika RS dalam kondisi high atau 1, data yang dikirimkan adalah
data ASCII yang akan ditampilkan dilayar. Misal, untuk menampilkan huruf pada
Universitas Sumatera Utara
19

layar maka RS harus diset ke 1. Jalur kontrol R/W harus berada dalam kondisi low (0)
saat informasi pada data bus akan dituliskan ke LCD. Apabila R/W berada dalam
kondisi high (1), maka program akan melakukan query (pembacaan) data dari LCD.
Instruksi pembacaan hanya satu, yaitu Get LCD status (membaca status LCD), lainnya
merupakan instruksi penulisan. Jadi hampir setiap aplikasi yang menggunakan LCD,
R/W selalu diset ke 0. Jalur data dapat terdiri 4 atau 8 jalur (tergantung mode yang
dipilih pengguna), mereka dinamakan DB0, DB1, DB2, DB3, DB4, DB5, DB6 dan
DB7. Mengirim data secara parallel baik 4 atau 8 bit merupakan 2 mode operasi
primer. Untuk membuat sebuah aplikasi interface LCD, menentukan mode operasi
merupakan hal yang paling penting. Mode 8 bit sangat baik digunakan ketika
kecepatan menjadi keutamaan dalam sebuah aplikasi dan setidaknya minimal tersedia
11 pin I/O (3 pin untuk kontrol, 8 pin untuk data). Sedangkan mode 4 bit minimal
hanya membutuhkan 7 bit (3 pin untuk kontrol, 4 untuk data). Aplikasi dengan LCD
dapat dibuat dengan mudah dan waktu yang singkat, mengingat koneksi parallel yang
cukup mudah antara kontroller dan LCD.

2.6 Perangkat Lunak

2.6.1 Bahasa Pemrograman

Pada perancangan program pada alat, program yang digunakan adalah pemrograman
bahasa C. Untuk dapat memahami bagaimana suatu program ditulis, maka struktur
dari program harus dimengerti terlebih dahulu, atau sebagai pedoman penulis program
(programmer) bagaimana seharusnya program tersebut ditulis. Struktur dari program
C dapat diihat sebagai kumpulan dari sebuah atau lebih fungsi-fungsi. Fungsi pertama
yang harus ada di program C yang sudah ditentukan namanya, yaitu fungsi main().
Artinya program C minimal memiliki satu fungsi (fungsi main()). Fungsi-fungsi lain
selain fungsi utama bisa dituliskan setelah atau sebelum fungsi utama dengan
deskripsi prototype fungsi pada bagian awal program. Bisa juga dituliskan pada file
lain yang apabila kita ingin memakai atau memanggil fungsi dalam file lain tersebut,
kita harus menuliskan header file-nya, dengan preprocessor directive #include. File ini
disebut file pustaka (library file). Struktur bahasa C dapat dilihat pada contoh dibawah
ini:
Universitas Sumatera Utara
20

Main ()
{
Statement_1;
Statement_2;
}
Fungsi_lain ()
{
Statement_statement;
}
Contoh program bahasa C menghitung viskositas dengan hukum Stokes

q = F/ 6(3,14).R.V
q = m.g / 6(3.14).R.V
Keterangan :
m = 0,15 kg
g = 10 m/s
2

r = 0,02 m
v = 2 m/s
q = ? (dalam poise)
#include <mega8535.h>
#include <delay.h>
#define ADC_VREF_TYPE 0x00
#include <stdio.h>
#define sensor_a PORTB.1
ADMUX=ADC_VREF_TYPE & 0xff;
ADCSRA=0x83;
SFIOR&=0xEF;
while (1)
{
// Place your code here
if ( sensor_a == 1 )
{
koe = ( 0,15 * 10 ) / ( 6 * 3,14 * 0,02 * 2 );
PORTA = 0x55;
}
}




2.6.2 CodeVisionAVR

CodeVisionAVR merupakan software compiler yang khusus digunakan untuk
mikrokontroller keluarga AVR. Meskipun CodeVisionAVR termasuk software
komersial, namun kita tetap dapat menggunakannya dengan mudah karena terdapat
versi evaluasi yang disediakan secara gratis walaupun dengan kemampuan yang
dibatasi.
Dari beberapa software kompiler C yang pernah digunakan, CodeVisionAVR
merupakan yang terbaik jika dibandingkan dengan kompiler-kompiler yang lain
karena memiliki beberapa kelebihan yang dimiliki oleh CodeVisionAVR antara lain :
Universitas Sumatera Utara
21

1. Menggunakan IDE (Integrated Development Environment)
2. Fasilitas yang disediakan lengkap (mengedit program, mengkompile program,
mendownload program) serta tampilannya terlihat menarik dan mudah dimengerti
3. Mampu membangkitkan kode program secara otomatis dengan menggunakan
fasilitas CodeWizardAVR
4. Memiliki fasilitas untuk mendownload program langsung dari CodeVisionAVR
dengan menggunakan hardware khusus seperti Atmel STK500, Kanda System
STK200+/300 dan bebarapa hardware lain yang telah didefenisikan oleh
CodeVisionaAVR
5. Memiliki fasilitas debugger sehingga dapat menggunakan software compiler lain
untuk mengecek kode assemblernya, contoh AVRStudio
6. Memiliki terminal komunikasi serial yang terintegrasi dalam CodeVisionAVR
sehingga dapat digunakan untuk membantu pengecekan program yang telah dibuat
khususnya yang menggunakan fasilitas komunikasi serial USART.



Gambar 2.10 Tampilan CodeVisionAVR
Universitas Sumatera Utara

You might also like