You are on page 1of 8

A BSES PARU

PENDAHULUAN Abses paru adalah kerusakan parenkim paru dalam bentuk infeksi oleh organisme-organisme piogenik yang terjadi dalam nekrosis jaringan dan pernanahan. Abses paru bisa tunggal dan bisa juga ganda dan mungkin juga ditemukan dalam tuberkulosis yang disebabkan oleh organisme bukan bakteri termasuk jamur dan protozoa.1 Abses paru dapat disebabkan oleh variasi besar dari organisme yang berbeda dan yang umum untuk memperoleh untuk memperoleh bakteri gabungan yang tumbuh dari abses tunggal bila nanah tertahan. Bila abses paru diikuti terangnya aspirasi trakeobronkial, frekwensi dengan organisme khusus atau kelompok organisme ditemukan berhubungan dengan infeksi yang terjadi di rumah sakit. Kemudian hanya anaerob yang terisolasi dalam 69% dari masalah yang didapat komunitas, dimana kasus di rumah sakit diperoleh dalam kultur murni dalam 7% kasus, organisme lain misalnya staphylococcus aureus, klebsiella pneumonia dan pseudomonas aeruginosa memainkan peranan utama. Aerobik gabungan dan infeksi anaerobik ditemukan dalam 92% dariu semua kasus.

DEFINISI Abses paru adalah suatu infeksi penyakit di sebagian paru dimana terdiri dari suatu rongga yang berisi nanah yang berdinding tipis yang dikelilingi suatu proses peradangan. Dalam Abses paru didapatkan banyaknya percabangan bronkus dimana rongga abses berhubungan dengan satu atau lebih sehingga nanah bisa keluar melalui bronkus dan ada pula rongga yang berisikan udara, biasanya akan tampak air fluid level. Abses paru yang mengandung udara dan cairan bisa dalam bentuk ganda dengan diameternya yang kurang dari 2 cm.1,2,3

ETIOLOGI Abses paru bisa bersifat kronis dan multiple bila etiologinya adalah staphylococcus sp, tetapi bisa juga yang tunggal bila penyebabnya aspirasi. Abses paru bisa : a) Infeksi dengan proses nekrosis : bakteri piogenik, mikobakterium,fungus, parasit (amuba). b) Infark paru yang mengalami peronggaan : bland embolisme/emboli septik/vaskulitis.
1

c) Keganasan yang mengalami lisis : karcinoma bronkhogenik/metastasis karcinoma. d) Faktor kausal tambahan : gizi buruk, karcinomatosis. e) Lain-lain : kista terinfeksi,lesi-lesi nekrotik yang bersatu (silikosis,pneumokoniosis).4

PATOGENESIS Prevalensi tertinggi abses paru berasal dari saluran pernafasan, mikroorganisme merupakan penyebab yang paling umum dimana bermacammacam kuman berasal dari flora mulut, hidung,tenggorokan, termasuk kumankuman aerob dan anaerob seperti streptokokus sp, basil fusiform,spirochaeta,proteus,dan yang lain. Ada beberapa cara infeksi pyogenic yang bisa mencapai paru, namun jauh lebih penting dan penyebab yang paling umum dari abses paru adalah aspirasi kandungan oropharyngeal. Aspirasi Saliva adalah kekayaan secara khusus dalam bakteri anaerob dengan konsentrasi yang bisa mencapai 10 /ml pada orang sehat. Tingkat perhitungan ini bisa bertambah menjadi 1000 kali dalam subjek dengan sepsis dental atau peridontal dan sekitar 350 spesies bakteri yang berbeda yang telah diperhitungkan. Berbagai organisme pyogenik aerobik bisa juga mengkolonisasi mulut orang yang mudah diserang penyakit tersebut. Teknik tracer radioaktif telah dipergunakan untuk memperlihatkan sejumlah kecil saliva yang teraspirasi kedalam paru selama selama tidur dalam 45% dari orang sehat dandalam 75% dari pasien yang tingkat kesadarannya tertekan pada berbagai alasan. Pasien khususnya nyata memberikan aspirasi kandunga oropharyngeal mereka termasuk tingkat kesadaran dan batuk sebagai akibat anestesia umum, alkohol berlebiuh atau obat-obat sedatif lainnya, luka kepala, kecelakaan cerebrovaskular, epileptic seizures, coma diabetic atau sakit prostat yang lain, termasuk terjadi dalam ventilas mekanik pada unit perawatan intensif. Walaupun kelompok yang terakhir ini pasien telah mengalami endotrakeal atau cheostomy ditempat itu, ini jelas bahwa beberapa dari sekresi di atas cuffs menimbulkan cara mereka ke dalam radang pernafasan bawah. Jika tingkat kesadaran tertekan dalam beberapa situasi ini, isi perut yang teraspirasi dan ph rendah yang dapat menyebabkan pneumonitis kimia yang merupakan peluang predisposisi penting untuk infeksi bakteri. Spill dalam trachea yang diinginkan oleh abnormalitas dari deglutisi, apakah ini merupakan mekanik, sebagai permulaan disfungsi neuromuscular seperti dalam bulbar palsy atau esofagal akalasia. Adanya sepsis dental atau ginggivitis yang dapat meningkatkan aspirasi pneumonitis dan abses paru sebagai ekstraksi dental dalam anestesia umum, menimbulkan kandungan bakteri anaerobik dalam saliva dari banyak pasien ini. Sebaliknya, hanya 10 15% dari pasien dengan abses paru anaerobik yang nyata atau predisposisi lain untuk aspirasi. Ini dari catatan bahwa abses paru jarang ditemukan dalam pasien karsinoma paru yang harus disuspeksi jika mereka ada. Dukungan selanjutnya untuk pentingnya aspirasi dari kandungan oropharyngeal dalam menyebabkan pneumonia nekrotisasi yang bisa menimbulkan pembentukan abses paru yang diberikan oleh pengamatan 75% dari abses yang terjadi seperti ini dalam segmen posterior dari lobus kanan atas atau segmen apikal untuk bahan teraspirasi yang telah diperlihatkan untuk gravitat dalam supine subjek. 3

Keadaan dari abses yang sedang berkembang menimbulkan aspirasi yang mungkin dipengaruhi oleh kuantitas, kandungan bakteri dan ph bahan teraspirasi, dan kualitas dari ketahanan paru pasien. Kemudian termasuk kejelasan mekanik dan kompetensi selular dan humoral, pasien mengambil kortikosteroid atau agen supresif immuno yang lain yang lebih rentan. Kolonisasi oropharyngeal dengan basil gram negatif telah ditemukan menjadi lebih umum dalam subjek yang diobati dengan histamin H2-reseptor dan ini telah diklaim bahwa pasien menerima tipe pengobatan ini seperti profilaksis terhadap stress ulcerasi peptis dimana dapat unit terapi intensif lebih baik dikembangkan sepsis paru terhadap aspirasi dengan menerima sukralfat (yang memiliki sedikit aktivitas antasid) untuk tujuan yang sama. FAKTOR PREDISPOSISI 1). Adanya sumber infeksi di saluran pernafasan. Berupa : infeksi mulut, tumor laring yang terinfeksi, bronkitis,bronkiekstasi,dan kanker paru yang terinfeksi. 2). Daya tahan saluran pernafasan yang terganggu. Pada paralisa laring, aspirasi cairan lambung,akalasia,kanker esophagus,gangguan ekspektorasi dan gangguan pergerakan silia. 3). Obstruksi mekanik saluran pernafasan karena aspirasi bekuan darah, nanah,bagian gigi yang menyumbat makanan, dan tumor bronkus. Lokalisasi abses tergantung pada posisi saat terjadi aspirasi dimana dalam posisi tegak bahan aspirasi akan mengalir menuju ke lobus medius atau segmen posterior lobus inferior paru kanan, tetapi dalam keadaan berbaring aspirasi akan menuju ke segmen apikal lobus superior atau segmen superior lobus interior paru kanan.1,6

PATOLOGI Bila terjadi aspirasi, kuman klebsiella pneumonia sebagai kuman komensal saluran pernafasan atas ikut masuk ke saluran pernafasan bawah dengan aspirat tidak dapat dikeluarkan dan pertahanan saluran pernafasan menurun sehingga terjadi proses peradangan. Suatu proses peradangan dimulai dari bronkus, menyebar ke parenkim paru yang kemudian dikelilingi oleh jaringan granulasi.Luasnya peradangan ke paru atau hubungannya dengan bronkus sering terjadi berupa nanah atau jaringan nekrotik.2,4 GAMBARAN KLINIS Gambaran yang dapat diberikan pada abses paru dapat ditetapkan dari gejala-gejala yang diasosiasikan dengan proses penyakit, misalnya obstruksi kanker paru,obstruksi oesophagal pada aklasia,endokarditis. Bisa juga akibat tekanan aspirasi dalam faktor predisposisi. Gejala klinis : 4

1. Batuk dengan sputum yang purulen. 2. Demam. 3. Nyeri dada. Gejala akan terus meningkat sampai menimbulkan sesak nafas dan sianosis serta penurunan berat badan. Bila gejala terus meningkat sampai kurang lebih dari 10 hari, penderita mendadak batuk dengan mengeluarkan nanah dan bercampur darah dalam jumlah banyak. Gejala yang khas tidak selalu ada biasanya bervariasi dari ringan sampai sedang seperti flu yang timbul perlahanlahan.5 PEMERIKSAAN FISIK Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan adalah : berupa tanda-tanda konsolidasi seperti redup pada perkusi, suara bronkial dengan ronki basah atau krepitasi pada lokasi abses dan mungkin ditambah dengan efusi pleura.1,3 PEMERIKSAAN LABORATORIUM Pada pemeriksaan darah didapatkan laju endap darah meningkat, leukositosis (20.000 30.000 mm) dan shift to the left. Dari pemeriksaan laboratorium dahak berupa nanah dengan pengecatan gram terlihat penuh dengan leukosit dan bermacam-macam kuman.3 PEMERIKSAAN RADIOLOGI Pada pemeriksaan radiologi akan tampak gambaran konsolidasi seperti infiltrat yang padat pada suatu lobus dengan suatu cavitas di dalamnya, kemudian pada hari ke sepuluh jaringan nekrotik yang dijumpai akan meninggalkan cavitas dengan air fluid level yang khas.6,7

DIAGNOSIS Untuk mendiagnosis perlu mencari faktor predisposisi. Letak dan proses macam kelainan fisik mudah diketahui melalui pemeriksaaan fisik yang didukung oleh gambaran radiologis dan pemeriksaan laboratorium.3 PENATALAKSANAAN Untuk keberhasilan penatalaksanaan terlebih dahulu keadaan umum harus di perbaiki juga keadaan gizi dari penderita. Infeksi harus diatasi berdasarkan hasil pembiakan kuman. Penataalaksaan selanjutnya berupa punksi atau drainase untuk mengeluarkan pus (nanah). Adapun terapi lanjutan jika proses penyakit ini berlanjut yaitu lobektomi kecuali bila terjadi perdarahan maka tindakan konservatif tidak dapat diatasi.2,3,4

KESIMPULAN Abses paru adalah suatu infeksi yang menyebabkan kerusakan pada parenkim paru yang terdiri dari suatu rongga yang berisikan pus atau nanah dengan dinding tipis yang dikelilingi proses peradangan. Abses paru bisa terjadi tunggal ataupun ganda, proses peradangannya pun bisa menjadi kronis. Insiden terjadinya abses paru lebih banyak disebabkan kurangnya higiene juga infeksi pada saluran pernafasan dimana mikroorganisme atau kuman-kuman yang aerob dan anaerob dapat berkembang biak. Dalam mendiagnosis suatu abses paru perlu ditelusuri faktor predisposisi, letak dari pada proses peradangan, kelainan fisik yang dijumpai dari pemeriksaan fisik, gambaran radiologi,gambaran makroskopis dan mikroskopis dari pemeriksaan sputum dan laboratorium.

DAFTAR RUJUKAN 1. Amin M, Alsagaff H, Saleh Taib Wbm. Ilmu Penyakit Paru. Air langga University Press, 1989 : 50 53 2. Seaton D. Lung Abscess. In : Seaton A, Seaton D, Leicth AG. Crofton and Douglass Respiratory Disease I. London, 2000 ; 5 : 473-460 3. RAB Tabrani.Ilmu Penyakit Paru. Jakarta. Hipokrates, 1996 : 136-140

4. Stark JE, Shnerson JM, Higenbotam T, Flower CDR. Manual Ilmu Penyakit Paru. Bina Rupa Aksara. Jakarta Barat, 1990 : 127 132 5. Levi Itzchak, Rubinstein Ethan. In : Grass C. ed Pulmonary Disease. England, 1999 : 143 148 6. Light RW. Pleural Disease. Lange Books. Baltimore, Maryland, 1995 : 27 29 7. Jong WD, Buku ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1997 : 570 - 571

11,2,3 4 1,6 2,4 5 1,3 3 6,7 3 2,3,4

You might also like