You are on page 1of 51

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pembangunan Nasional menurut UU RI No. 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Salah satu visi dari pembangunan nasional adalah tercapainya Indonesia Sehat melalui pembangunan di bidang kesehatan. Pembangunan di bidang kesehatan yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional menurut Kepmenkes No. 128/Menkes/II/2004

diselenggarakan secara berkelanjutan, terencana, terarah dan mempunyai tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan serta kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Menurut Hendrick L. Blumm derajat kesehatan yang optimal dapat tercapai jika tidak hanya tersedia pelayanan kesehatan yang meliputi sarana dan prasarana kesehatan saja. Derajat kesehatan harus didukung juga oleh tenaga-tenaga yang kompeten terutama untuk tenaga dokter dan tenaga keperawatan (www.jabarprov.go.id : 2010) Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat

keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spritual yang komprehensif serta ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia (Lokakarya keperawatan Nasional 1986). Keperawatan menurut SK No 427/ dikti/ kep/ 1999 tentang landasan dibentuknya pendidikan keperawatan adalah sebuah profesi yang di dalamnya terdapat sebuah body of knowledge yang jelas. Profesi Keperawatan memiliki dasar pendidikan yang kuat, sehingga dapat dikembangkan setinggi-tingginya. Hal ini menyebabkan Profesi Keperawatan selalu dituntut untuk

mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalam Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia dalam upaya meningkatkan profesionalisme keperawatan agar dapat memajukan pelayanan masyarakat akan kesehatan di negeri ini (http://haluankepri.com : 2012) Sistem pelayanan kesehatan meliputi sistem pemberian asuhan

keperawatan yang diberikan secara terus menerus sejak pertama kali pasien mengalami masalah kesehatan sampai kepada ketika status kesehatan pasien dinyatakan pulih kembali. Proses untuk memberikan pelayanan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu aksesibilitas terhadap pelayanan, kualitas pemberian pelayanan, dan sistem pembayaran yang ditetapkan. Pelayanan keperawatan profesional dilaksanakan di berbagai tatanan pelayanan kesehatan, menjangkau seluruh golongan dan lapisan masyarakat yang memerlukan, baik di tatanan pelayanan kesehatan di masyarakat, maupun di

tatanan pelayanan rumah sakit. Adanya kebutuhan peningkatan pelayanan kesehatan yang berkualitas di rumah sakit dan dalam rangka mencapai pelayanan keperawatan profesional, maka dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan asuhan keperawatan. Upaya tersebut salah dalam satunya pelayanan adalah dengan

mengembangkan

metode

penugasan

keperawatan.

(www.fkep.unpad.ac.id : 2010) Metode penugasan dalam pelayanan keperawatan berkembang menuju layanan profesional. Metode penugasan menggunakan beberapa metode pemberian asuhan keperawatan mulai dari metode kasus, metode fungsional, metode tim, dan metode keperawatan primer serta manajemen kasus. Metode yang paling memungkinkan dalam pemberian asuhan keperawatan profesional adalah metode yang menggunakan the breath of keperawatan primer yaitu Metode Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) (Ratna Sitorus, 2006). MPKP adalah sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan keperawatan tersebut. MPKP pada awalnya dikembangkan oleh Sudarsono (2000) di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo dan beberapa rumah sakit lain. Dalam MPKP terdapat perawat yang bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien yang disebut sebagai perawat primer (PP) dan dalam pelaksanaannya terdapat perawat asosiet (PA). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk terselenggaranya MPKP dengan baik yaitu dengan

terdapatnya fasilitas meliputi : badge atau kartu nama tim, papan nama dan papan MPKP, dan kegiatan rutin yang mendukung berjalannya MPKP meliputi : operan tiap shift, konferensi, kontrak atau orientasi dengan klien atau keluarga, ronde keperawatan, rencana harian perawat primer. Hasil yang diharapkan dari model praktek keperawatan profesional yaitu mutu asuhan, kepuasan perawat, kepuasan pasien (Ratna Sitorus, 2006 : 70) Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkannya (Imbalo S, Pohan, 2007 : 156). Kepuasan pasien adalah keluaran (outcome) layanan kesehatan. Kepuasan pelanggan merupakan salah satu tujuan dari peningkatan mutu layanan kesehatan. Jika kita akan melakukan upaya peningkatan mutu layanan kesehatan, pengukuran tingkat kepuasan pasien ini diperlukan. Melalui pengukuran tersebut dapat diketahui sejauh mana dimensi-dimensi mutu layanan kesehatan yang telah diselenggarakan dapat memenuhi harapan pasien. Hasil pengukuran kepuasan pasien bagi manajemen rumah sakit dapat digunakan sebagai dasar untuk mendukung perubahan sistem layanan kesehatan dan memberikan gambaran seberapa mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien, sehingga perlu dilakukan survei kepuasan pasien secara berkala. (Imbalo. S. Pohan : 2007) Penelitian oleh Desire Farlinda Supit tahun 2011 tentang Efektifitas Penerapan MPKP di ruang rawat inap Rumah Sakit Advent Bandung diperoleh hasil bahwa penerapan MPKP berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan

pasien

dibanding

ruangan

dengan

metode

penugasan

fungsional

(http://etd.ugm.ac.id : 2011) Rumah Sakit Santo Borromeus merupakan rumah sakit tipe B dengan kapasitas 379 tempat tidur. BOR rata-rata Rumah Sakit Santo Borromeus bulan Januari-Maret 2012 adalah 83,4%. Di Rumah Sakit Santo Borromeus penerapan MPKP sudah dimulai sejak tahun 2007. Jenis MPKP yang diterapkan di Irene 4-5 yaitu Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP).

Pelaksanaannya dapat dilihat dari adanya badge atau kartu nama tim, papan nama papan MPKP, terdapatnya kegiatan operan antar shift, konferensi, ronde keperawatan, kontrak atau orientasi dengan klien atau keluarga, rencana harian perawat primer, yang hasil akhirnya diharapkan adanya peningkatan kepuasan pasien. Survei kepuasan pasien sudah dilakukan di Rumah Sakit Santo Borromeus secara berkala setiap 6 bulan yaitu setiap bulan Januari dan bulan Juli. Hasil survei bulan Januari di Irene 4-5 menunjukkan nilai 83,4 dimana target yang ingin dicapai adalah 92. Jumlah pasien Irene 4-5 selama Bulan Januari-Maret 2012 rata-rata 140 pasien perbulan. Survei tersebut dilakukan oleh bagian Humas yang meliputi survei kepuasaan pasien terhadap pelayanan keperawatan, pelayanan medis, pelayanan gizi dan pelayanan kebersihan, sedangkan survei kepuasan pasien terhadap penerapan metode praktek keperawatan profesional belum pernah dilakukan. Kepuasan yang dialami selama

pasien dirawat dapat juga dilihat dari tingginya BOR rumah sakit. BOR Ruang Irene 4-5 bulan Januari-Maret rata-rata 82,4%. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada tersebut maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis dengan judul : Hubungan Pelaksanaan Metode Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) Dengan Kepuasan Pasien atau Keluarga Di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka penulis ingin mengetahui tentang : Apakah ada Hubungan Pelaksanaan MPKP Dengan Kepuasan Pasien atau Keluarga Di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengidentifikasi hubungan pelaksanaan MPKP dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 1.3.2.2 Mengidentifikasi adanya badge atau kartu nama tim Mengidentifikasi adanya papan nama

1.3.2.3 1.3.2.4 1.3.2.5 1.3.2.6

Mengidentifikasi adanya papan MPKP Mengidentifikasi adanya operan tiap shift Mengidentifikasi adanya konferensi tim Mengidentifikasi adanya kontrak atau orientasi dengan klien atau keluarga

1.3.2.7 1.3.2.8

Mengidentifikasi adanya ronde keperawatan Mengidentifikasi adanya pembuatan rencana harian perawat primer (PP)

1.3.2.9

Mengidentifikasi hubungan badge atau kartu nama tim terhadap kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung

1.3.2.10 Mengidentifikasi hubungan papan nama dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung 1.3.2.11 Mengidentifikasi hubungan papan MPKP dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung 1.3.2.12 Mengidentifikasi hubungan operan tiap shift dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung

1.3.2.13

Mengidentifikasi hubungan konferensi tim dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung

1.3.2.14

Mengidentifikasi hubungan kontrak atau orientasi dengan klien atau keluarga dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung

1.3.2.15

Mengidentifikasi

hubungan

ronde

keperawatan

dengan

kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung 1.3.2.16 Mengidentifikasi hubungan pembuatan rencana harian perawat primer (PP) dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat secara teoritis Hasil penelitian dapat digunakan untuk memperkuat teori yang sudah ada mengenai praktik keperawatan profesional dengan metode penugasan MPKP.

1.4.2

Manfaat secara praktis 1.4.2.1 STIKes Santo Borromeus Hasil penelitian dapat menambah referensi dan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya tentang indikator MPKP yang paling berpengaruh terhadap kepuasan pasien. 1.4.2.2 Mahasiswa Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa dalam

memahami hubungan pelaksanaan metode praktik keperawatan profesional dengan kepuasan pasien atau keluarga. 1.4.2.3 Rumah Sakit Santo Borromeus Hasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam menilai mutu pelayanan di rumah sakit. 1.4.2.4 Peneliti Peneliti mendapatkan pengalaman nyata dengan melakukan penelitian mengenai hubungan pelaksanaan metode praktik keperawatan profesional dengan kepuasan pasien atau keluarga di ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah mengenai hubungan pelaksanaan MPKP dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus. Penelitian akan dilaksanakan Bulan Juli 2012. Penelitian ini

10

dilaksanakan karena berdasarkan studi awal diketahui bahwa hasil survei kepuasan pelanggan Bulan Januari di Irene 4-5 menunjukkan nilai 83,4 dimana target yang ingin dicapai adalah 92. Survei tersebut merupakan survei umum yang dilakukan oleh bagian Humas yang meliputi survei kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan, pelayanan medis, pelayanan gizi dan pelayanan kebersihan, sedangkan survei kepuasan pasien secara khusus terhadap pelaksanaan metode praktik keperawatan profesional belum pernah dilakukan. Metode penelitian yang dilakukan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan melihat korelasi antara pelaksanaan metode praktik keperawatan profesional dengan kepuasan pasien atau keluarga.

11

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Metode Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) 2.1.1 Pengertian 2.1.1.1 Menurut Hoffart dan Woods (1996) Metode Praktik Keperawatan Profesional adalah sebuah sistem yang meliputi struktur, proses, dan nilai profesional yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan dan mengatur

lingkungan untuk menunjang asuhan keperawatan (Ratna Sitorus, 2006) 2.1.1.2 Menurut Gillies (1989) Model praktik keperawatan profesional atau keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan, dimana terdapat hubungan yang dekat dan berkesinambungan antara klien dan seorang perawat tertentu yang bertanggung jawab dalam perencanaan, pemberian dan koordinasi asuhan keperawatan klien selama klien dirawat (Ratna Sitorus, 2006)

12

2.1.2

Tujuan pengembangan model praktik keperawatan profesional 2.1.2.1 Meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui penataan sistem pemberian asuhan keperawatan 2.1.2.2 Memberikan kesempatan kepada perawat untuk belajar

melaksanakan praktik keperawatan profesional. 2.1.3 Model praktik keperawatan profesional Menurut Sudarsono (2000), MPKP dikembangkan beberapa jenis sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang ada yaitu: 2.1.3.1 Model Praktik Keperawatan Profesional III Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional dan ada yang sudah doktor. Di ruangan tersebut juga dilakukan penelitian keperawatan khususnya penelitian khusus. 2.1.3.2 Model Praktik Keperawatan Profesional II Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini mempunyai kemampuan spesialis yang dapat memberikan konsultasi kepada perawat primer. Di ruangan ini digunakan hasil-hasil penelitian keperawatan dan melakukan penelitian keperawatan. 2.1.2.3 Model Praktik Keperawatan Profesional I Model ini menggunakan 3 komponen utama yaitu ketenagaan, metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi

keperawatan. Metode yang digunakan pada model ini adalah

13

kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim yang disebut tim primer. 2.1.2.4 Model Praktik Keperawatan Profesional Pemula Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal pengembangan yang akan menuju profesional I.

2.1.4

Penetapan jenis tenaga dalam MPKP Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan pada MPKP adalah metode modifikasi keperawatan primer. Tenaga yang terdapat dalam satu ruang rawat meliputi kepala ruang rawat, clinical care manager (CCM), perawat primer (PP), dan perawat asosiet (PA). 2.1.4.1 Kepala ruang rawat Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruang rawat adalah perawat dengan kemampuan DIII Keperawatan yang berpengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah perawat dengan kemampuan Skp atau Ners yang berpengalaman. 2.1.4.2 Clinical care manager Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, clinical care manager (CCM) adalah Skp atau Ners dengan pengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah seorang ners spesialis. Pada MPKP tingkat II, jumlah ners spesialis lebih dari satu orang tetap disesuaikan dengan kekhususan (Majoring) kasus yang ada.

14

2.1.4.3 Perawat primer Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, perawat primer (PP) pemula adalah perawat lulusan DIII Keperawatan dengan pengalaman minimal 4 tahun. PP dapat berdinas pagi, sore atau malam hari, namun sebaiknya PP hanya bertugas pada pagi atau sore saja. Tugas dan tanggungjawab PP : 1) Melakukan kontrak dengan klien atau keluarga pada awal masuk ruangan sehingga tercipta hubungan terapeutik. 2) Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi pengkajian yang sudah dilakukan PP pada sore, malam atau hari libur. 3) Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis standar rencana perawatan sesuai dengan hasil pengkajian. 4) Menjelaskan rencana perawatan yang sudah ditetapkan kepada PA di bawah tanggung jawabnya sesuai dengan klien yang dirawat (pre konferensi). 5) Menetapkan PA yang bertanggungjawab pada setiap klien, setiap pergantian shift. 6) Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek) PA dalam melakukan tindakan keperawatan, apakah sesuai dengan SOP. 7) Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA.

15

8) Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA 9) Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium 10) Melakukan kegiatan serah terima klien dibawah tanggung jawabnya bersama dengan PA 11) Mendampingi dokter visit klien di bawah tanggung jawabnya 12) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan perkembangan klien setiap hari. 13) Melakukan pertemuan dengan klien atau keluarga minimal setiap 2 hari untuk membahas kondisi keperawatan klien (tergantung kondisi klien) 14) Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien atau keluarga 15) Membuat perencanaan pulang 16) Bekerja sama dengan CCM dalam mengidentifikasi issu yang memerlukan pembuktian sehingga tercipta evidence based practice (EBP) 2.1.4.4 Perawat asosiet Perawat asosiet (PA) pada MPKP pemula atau MPKP tingkat I sebaiknya adalah perawat dengan kemampuan DIII Keperawatan. Pada beberapa kondisi bila belum semua tenaga mendapat pendidikan tambahan, PA adalah perawat dengan pendidikan SPK tetapi mempunyai pengalaman cukup lama di rumah sakit tersebut.

16

2.1.5

Proses Pelaksanaan MPKP 2.1.5.1 Fasilitas 1) Badge atau kartu nama tim Badge atau kartu nama tim merupakan kartu identitas tim yang berisi PP dan PA dalam tim tersebut. Kartu ini digunakan pertama kali saat membuat kontrak dengan klien atau keluarga. Tabel 2.1 Contoh kartu tim RUANG MPKP IRNA BIV KANAN TIM I Perawat Primer : Riri Maria, SKp Perawat Asosiet : 1. Sr. Yuni 2. Sr. Rini 3. Sr. Tuti 2) Papan nama Papan nama ini menunjukkan daftar nama klien dan PP serta digunakan untuk menempelkan semua dokumentasi

keperawatan yang terkait dengan klien. Papan nama ini biasanya terbuat dari papan dengan ukuran 90x100 cm dan diletakkan di sisi tempat tidur klien. 3) Papan MPKP Papan MPKP ini berisi daftar nama-nama klien, PP, PA dan dokter yang merawat klien. Papan ini memudahkan seseorang yang ingin mengetahui dengan cepat tentang klien, tim, dan

17

dokter yang merawat klien. Papan ini biasanya diletakkan di kantor perawat agar mudah dilihat. (Tabel 2.2) Tabel 2.2 Contoh papan MPKP Kamar 305-1 305-2 Dst. Nama klien Tn. Andi Tn. Ahmad Dokter Dr. Oky Dr. Nirmala PP Ns. Rini, SKep Ns. Riri, SKep Keterangan DM, 20 Juni 2004 CKD, 18 Juni 2004

2.1.5.2 Kegiatan rutin a. Operan 1) Pengertian Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu keadaan klien. 2) Tujuan a) Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien b) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya c) Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya 3) Langkah-langkah a) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap b) Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal apa yang harus disampaikan. (laporan) yang berkaitan dengan

18

c) Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab shift yang selanjutnya meliputi : keadaan umum klien, tindak lanjut dan rencana kerja. d) Penyampaian operan dinas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru e) Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersamasama secara langsung melihat keadaan klien. 4) Prosedur operan Hal-hal yang harus diperhatikan dalam prosedur ini meliputi: a) Persiapan (1) Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap (2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan b) Pelaksanaan Operan dilaksanakan oleh perawat primer kepada perawat primer yang mengganti jaga pada shift berikutnya : (1) Operan dilaksanakan setiap pergantian shift (2) Dari nurse station operan yang perawat dengan berkaitan berdiskusi mengkaji tentang untuk secara masalah

melaksanakan komprehensif

keperawatan pasien, rencana kegiatan yang sudah dan

19

belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan. (3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat jaga berikutnya. (4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat operan adalah : identitas pasien dan diagnosa medis, masalah keperawatan, tindakan keperawatan, intervensi, rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin. (5) Perawat yang melakukan operan dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang di operan-kan dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas. (6) Penyampaian pada saat operan secara singkat dan jelas (7) Lama operan untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.

20

(8) Pelaporan untuk operan dituliskan secara langsung pada buku laporan ruangan oleh perawat primer. c) Alur operan Bagan 2.1 Alur operan
Pasien Diagnosa medis masalah kolaboratif Rencana tindakan Yang telah dilakukan Yang akan dilakukan Diagnosa keperawatan

Perkembangan keadaan pasien

Rencana tindakan : Teratasi, belum, sebagian, baru

b. Konferensi tim Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan setelah melakukan operan dinas pagi, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas PP. Konferensi bertujuan untuk : 1) Membahas masalah setiap klien berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat PP

21

2) Menetapkan klien yang menjadi tanggung jawab masingmasing PA. 3) Membahas rencana tindakan keperawatan untuk setiap klien pada hari itu. Rencana tindakan didasarkan pada rencana keperawatan yang ditetapkan oleh PP 4) Mengidentifikasi tugas PA untuk setiap klien yang menjadi tanggung jawabnya. Konferensi terbagi 2 : 1) Pre konferensi yaitu komunikasi PP dan PA setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada hari tersebut yang dipimpin oleh PP atau penanggung jawab (PJ) tim. 2) Post konferensi Post konferensi yaitu komunikasi PP dan PA tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut.

c. Kontrak atau orientasi dengan klien atau keluarga Kontrak antara perawat dan klien atau keluarga merupakan kesepakatan antara perawat dan klien atau keluarganya dalam pemberian asuhan keperawatan. Kontrak ini diperlukan agar hubungan saling percaya antara perawat dan klien dapat

22

terbina. Kontrak diawali dengan pemberian orientasi bagi klien dan keluarganya. Panduan bagi PP dalam melakukan kontrak atau orientasi dengan pasien atau keluarga : 1) Orientasi dilakukan saat pertama kali klien datang (24 jam pertama) dan kondisi klien sudah tenang 2) Orientasi dilakukan oleh PP. Bila PP tidak ada, PA dapat memberikan orientasi untuk klien dan keluarga.

Selanjutnya orientasi harus dilengkapi kembali oleh PP sesegera mungkin. Hal ini penting karena PP yang bertanggung jawab terhadap semua kontrak atau orientasi yang dilakukan 3) Orientasi diberikan kepada klien dan didampingi oleh anggota keluarga yang dilakukan di kamar klien dengan menggunakan format orientasi. 4) Setelah orientasi, berikan daftar nama tim atau badge kepada klien dan keluarga kemudian gantungkan daftar nama tersebut pada laci klien. 5) Orientasi ini diulang kembali minimal setiap dua hari oleh PP atau yang mewakili, terutama tentang daftar nama tim yang sudah diberikan, sekaligus menginformasikan

23

perkembangan

kondisi

keperawatan

klien

dan

mengidentifikasi kebutuhan klien. 6) Pada saat pergantian dinas (dikamar klien), ingatkan klien nama perawat yang bertugas saat itu. Bila perlu anjurkan klien atau keluarga melihat pada daftar nama tim.

d. Ronde keperawatan 1) Pengertian Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan mengatasi masalah klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan klien untuk membahas dan

melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan atau konsuler, kepala ruangan, perawat asosiet yang perlu juga

melibatkan seluruh anggota tim. 2) Tujuan a) Menumbuhkan cara berpikir secara kritis b) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah klien c) Meningkatkan validitas data klien d) Menilai kemampuan justifikasi e) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja

24

f) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan 3) Langkah-langkah Langkah-langkah yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah sebagai berikut : Bagan 2.2 Langkah-langkah ronde keperawatan
PP Tahap pra ronde

Penetapan pasien

Proposal

Persiapan pasien : Informed consent Hasil pengkajian/intervensi data Persiapan pasien : Informed consent Hasil pengkajian/intervensi data

Penyajian masalah

Validasi data Tahap ronde pada bed pasien Diskusi karu, PP, perawat konselor Tahap ronde pada bed pasien Analisa data

Masalah teratasi

Aplikasi hasil analisa dan diskusi

25

a) Persiapan (1) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde (2) Pemberian informed consent kepada klien atau keluarga b) Pelaksanaan ronde (1) Penjelasan tentang klien oleh perawat primer. (2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut (3) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau perawat konselor atau kepala ruangan tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan (4) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan akan ditetapkan.

e. Rencana Harian PP Rencana harian PP adalah rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat primer yang dibuat pada setiap shift. Isi rencana harian PP adalah: 1) Penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada tim yang menjadi tanggung jawabnya. 2) Melakukan supervisi perawat pelaksana. 3) Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain. 4) Alokasi pasien sesuai perawat yang dinas.

26

Kegiatan tersebut meliputi antara lain: 1) Operan 2) Pre konferensi dan post konferensi 3) Merencanakan asuhan keperawatan 4) Melakukan supervisi perawat pelaksana. 5) Menulis dokumentasi 6) Memeriksa kelengkapan dokumentasi askep 7) Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas

2.2 Kepuasan Pasien 2.2.1 Pengertian 2.2.1.1 Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkannya dengan apa yang

diharapkannya (Imbalo S, Pohan, 2007). 2.2.1.2 Kepuasan adalah tingkat kepuasan sesorang setelah

membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya. Kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan (Triatmojo, 2006).

27

2.2.1.3 Kepuasan

adalah

tingkat

perasaan

sesorang

setelah

membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya. (Imbalo S, Pohan, 2007).

2.2.2

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien Wijono (1999) mengemukakan bahwa kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain : kinerja (performance), pelayanan (service ability), keandalan (reliability), daya tahan (durability), kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specification), ciri-ciri kesitimewaan tambahan (features), kualitas yang dipersiapkan (perceived quality), estetika.

2.2.3

Dimensi mutu 2.2.3.1 Reliabilitas (reliability) Reliabilitas (reliability) adalah kemampuan memberikan pelayanan dengan segera, tepat (akurat), dan memuaskan. Secara umum dimensi reliabilitas merefleksikan konsistensi dan kehandalan (hal yang dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan) dari penyedia pelayanan. Reliabilitas berarti sejauh mana jasa mampu

memberikan apa yang telah dijanjikan kepada pelanggannya dengan memuaskan. Hal ini berkaitan erat dengan apakah perusahaan atau instansi memberikan tingkat pelayanan yang sama dari waktu ke

28

waktu, apakah perusahaan atau instansi memenuhi janjinya, membuat catatan yang akurat dan melayani secara benar. 2.2.3.2 Daya tanggap (responsiveness) Daya tanggap (responsiveness) yaitu keinginan dari para karyawan atau staf membantu semua pelanggan serta berkeinginan dan melaksanakan pemberian pelayanan dengan tanggap. Dimensi ini menekankan pada sikap dari penyedia jasa yang penuh perhatian, cepat dan tepat dalam menghadapi permintaan, pertanyaan dan masalah dari pelanggan. Dimensi ketanggapan ini merefleksikan komitmen perusahaan atau instansi untuk memberikan pelayanan yang tepat pada waktunya dan persiapan perusahaan atau instansi sebelum memberikan pelayanan. 2.2.3.3 Jaminan (assurance) Jaminan (assurance) artinya karyawan atau staf memiliki

kompetensi, kesopanan dan dapat dipercaya, bebas dari bahaya, serta bebas dari resiko dan keragu-raguan. Dimensi-dimensi ini merefleksikan kompetensi perusahaan, keramahan (sopan santun) kepada pelanggan dan keamanan operasinya. Kompetensi ini berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilan dalam memberikan jasa.

29

2.2.3.4 Empati (empathy) Dalam hal ini karyawan atau staf mampu menempatkan dirinya pada pelanggan, dapat berupa kemudahan dalam menjalin hubungan dan komunikasi termasuk perhatiannya kepada

pelanggannya serta dapat memahami kebutuhan pelanggan. Dimensi ini menunjukkan derajat perhatian yang diberikan kepada setiap pelanggan dan merefleksikan kemampuan pekerja

(karyawan) untuk menyelami perasaan pelanggan. 2.2.3.5 Bukti fisik atau bukti langsung (tangible) Dapat berupa ketersediaan sarana dan prasarana termasuk alat yang siap pakai serta penampilan atau staf yang menyenangkan.

2.2.4

Tingkat kepuasan pasien Nursalam (2003) menyatakan bahwa untuk dapat mengukur tingkat kepuasan pasien dapat menggunakan beberapa indikator, yaitu : a. b. c. d. Sangat Puas (SP) Puas (P) Tidak Puas (TP) Sangat Tidak Puas (STP)

Kepuasan pasien diukur dengan indikator berikut : a. b. Kepuasan terhadap akses layanan kesehatan Kepuasan terhadap mutu layanan kesehatan

30

c.

Kepuasan terhadap proses layanan kesehatan, termasuk hubungan antar manusia

d.

Kepuasan terhadap sistem layanan kesehatan

2.3 Metode Praktik Keperawatan Profesional dan Kepuasan Pasien Metode Praktik Keperawatan Profesional adalah sebuah sistem yang meliputi struktur, proses, dan nilai profesional yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan dan mengatur lingkungan untuk menunjang asuhan keperawatan. Metode praktik keperawatan profesional bagi dunia keperawatan bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme dalam pelayanan keperawatan. Model praktik keperawatan profesional juga sebagai upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di Indonesia. Hasil primer model merupakan hasil yang diharapkan dari praktik profesional yaitu mutu asuhan, kepuasan perawat dan kepuasan klien. Hasil sekundernya adalah konsumen, organisasi dan tenaga kesehatan lain. Apabila klien puas terhadap asuhan yang diberikan, reputasi pemberi asuhan dan institusi terkait akan meningkat dan akan memberikan dampak terhadap peningkatan penampilan kerja rumah sakit (Ratna Sitorus : 2006)

31

2.4 Kerangka Konsep Bagan 2.3 Kerangka konsep Variabel independen Variabel dependen

Pelaksanaan metode praktik keperawatan profesional : - Fasilitas : badge atau kartu nama tim, papan nama, papan MPKP - Kegiatan operan antar shift, konferensi, ronde keperawatan, kontrak atau orientasi dengan klien atau keluarga, rencana harian perawat primer

Tingkat kepuasan pasien : - Sangat puas - Puas - Tidak puas - Sangat tidak puas

2.5 Uji Hipotesa 2.5.1 Hipotesa mayor Ho : tidak ada hubungan pelaksanaan metode praktik keperawatan profesional dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung Ha : ada hubungan pelaksanaan metode praktik keperawatan profesional dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung

32

2.5.2

Hipotesa minor a. Ho : tidak ada hubungan badge atau kartu nama tim dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung Ha : Ada hubungan badge atau kartu nama tim dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung b. Ho : tidak ada hubungan papan nama dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung Ha : Ada hubungan papan nama dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung c. Ho : tidak ada hubungan papan MPKP dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung Ha : Ada hubungan papan MPKP dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung d. Ho : tidak ada hubungan operan tiap shift dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung Ha : Ada hubungan operan tiap shift dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung e. Ho : tidak ada hubungan konferensi tim dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung

33

Ha : Ada hubungan konferensi tim dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung e. Ho : tidak ada hubungan kontrak atau orientasi dengan pasien atau keluarga dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung Ha : Ada hubungan kontrak atau orientasi dengan pasien atau keluarga dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung f. Ho : tidak ada hubungan ronde keperawatan dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung Ha : Ada hubungan ronde keperawatan dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung g. Ho : tidak ada hubungan pembuatan rencana harian perawat primer (PP) dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung Ha : Ada hubungan pembuatan rencana harian perawat primer (PP) dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung

34

35

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kuantitatif dan analisa hubungan atau korelasional. Menurut Sukardi (2009 : 140) penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan kegiatan penelitian. Penelitian deskriptif ini juga disebut penelitian pra eksperimen karena dalam penelitian ini dilakukan eksplorasi, menggambarkan dengan tujuan untuk dapat menerangkan dan memprediksi terhadap suatu gejala yang berlaku atas dasar data yang diperoleh di lapangan. Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubunganhubungannya. Menurut Arikunto (2006 : 270) penelitian korelasi bertujuan untuk menemukan ada atau tidaknya hubungan. Penelitian ini melalui pemberian kuesioner pada pasien yang dirawat di Ruang Irene 4-5, kemudian dilakukan analisis dengan dicari ada tidaknya hubungan pelaksanaan metode praktik keperawatan profesional dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 45.

36

3.2 Variabel Penelitian Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang bila dalam suatu saat berada bersama dengan variabel lain, variabel yang terakhir ini berubah (atau diduga berubah) dalam variasinya. Variabel tergantung (dependent variable) adalah variabel yang berubah karena variabel bebas (Ahmad Watik, 2010). Dalam penelitian yang menjadi variabel independen adalah pelaksanaan metode praktik keperawatan profesional, variabel dependen adalah kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi adalah merupakan seluruh subyek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan di teliti (Aziz Alimul, 2007 : 32). Populasi adalah keseluruhan objek atau objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang dirawat di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus selama bulan Juli 2012 dengan jumlah pasien rata-rata 140 perbulan. 3.3.2 Sampel Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Azis Alimul, 2007 : 32). Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek

37

yang diteliti dan dianggap mewakili populasi. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik sampling jenuh yaitu dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel. Pada penelitian ini semua anggota populasi yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan sebagai sampel.

3.4 Kerangka Kerja Penelitian


Pasien yang dirawat di Ruang Irene 4-5 atau keluarga yang menunggu pasien di Ruang Irene 4-5 Kriteria Inklusi : 1. Pasien yang berusia 12 tahun yang dirawat di Ruang Irene 4-5 atau keluarga yang menunggu pasien di Ruang Irene 4-5 2. Pasien yang sadar 3. Pasien atau keluarga yang mampu baca dan menulis 4. Pasien atau keluarga yang dapat bekerja sama dan bersedia diteliti Kriteria Eksklusi : 1. Pasien berusia 12 yang tahun tidak dirawat di Ruang Irene 4-5 atau keluarga yang tidak menunggu pasien di Ruang Irene 4-5 2. Pasien yang tidak sadar 3. Pasien atau keluarga yang tidak mampu baca dan menulis 4. Pasien atau keluarga yang tidak dapat bekerja sama dan bersedia diteliti

Pendataan

Analisa data

Pengolahan data

Laporan penelitian

Bagan 3.2 Kerangka kerja penelitian Keterangan :


: yang diteliti : yang tidak diteliti

38

3.5 Definisi Operasional


No 1 Variabel Sub variabel Variabel Badge Independen: atau Pelaksanaan kartu metode prak nama tek kepera- tim watan profesional Papan nama pasien Definisi Cara ukur operasional Kartu identitas Observasi tim yang berisi perawat primer dan perawat asosiet di Ruang Irene 4-5 Menunjukkan daftar nama klien, PP dan digunakan untuk meletakkan dokumentasi keperawatan yang terkait dengan klien di Ruang Irene 4-5 Papan berisi daftar nama-nama klien, PP, dan timnya serta dokter yang merawat klien di Ruang Irene 4-5 Serah terima pasien dengan menyampaikan dan menerima laporan yang berkaitan dengan keadaan klien di Ruang Irene 4-5 Pertemuan tim yang dilakukan setiap hari setelah melakukan operan dinas pagi, sore atau malam di Ruang Irene 4-5 Observasi Alat ukur Check list Skala ukur Dilakukan : > mean Nominal /median Tidak dilakukan : < mean/media Hasil ukur

Check list

Dilakukan : > mean /median Tidak dilakukan : < mean/media

Nominal

Papan MPKP

Observasi

Check list

Dilakukan : > mean /median Tidak dilakukan : < mean/media

Nominal

Operan tiap shift

Observasi, pengisian kuesioner

Check list Dilakukan : > mean Kuesioner /median Tidak dilakukan : < mean/media

Nominal

Konferensi

Observasi, pengisian kuesioner

Check list Dilakukan : > mean Kuesioner /median Tidak dilakukan : < mean/media

Nominal

39

Kontrak atau orientasi de ngan pasien atau keluarga Ronde keperawatan

Rencana harian perawat primer.

Variabel dependen : Kepuasan pasien

Kesepakatan anta ra perawat dan klien atau keluarganya dalam pemberian asuhan keperawatan di Ruang Irene 4-5. Kegiatan yang bertujuan mengatasi masalah klien yang dilaksanakan oleh perawat, dengan melibatkan klien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan di Ruang Irene 4-5. Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh pera wat primer yang dibuat pada setiap shift di Ruang Irene 4-5. Tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang di peroleh nya setelah membandingkannya dengan apa yang diharapkannya di Ruang Irene 4-5.

Observasi, pengisian kuesioner

Check list Dilakukan : > mean Kuesioner /median Tidak dilakukan : < mean/media

Nominal

Observasi, pengisian kuesioner

Check list Dilakukan : > mean Kuesioner /median Tidak dilakukan : < mean/media

Nominal

Observasi, pengisian kuesioner

Check list Dilakukan : > mean Kuesioner /median Tidak dilakukan : < mean/media

Nominal

Pengisian kuesioner

Kuesioner Puas : 75 % Cukup : 60%-74% Kurang : < 60 % (Arikunto, 2007)

Ordinal

40

3.6 Metode dan Tehnik Pengumpulan Data a. Metode dari bentuknya menggunakan chek list dan kuesioner , dimana peneliti tinggal memberikan tanda check () pada daftar tersebut yang menunjukkan adanya gejala atau ciri dari sasaran pengamatan ( Soekidjo, 2010 : 137 ). b. Dilakukan pemilihan tempat penelitian yaitu di Ruang Irene. Dua ruangan menjadi tempat penelitian yaitu Ruang Irene 4 dan Ruang Irene 5. c. Dilakukan observasi terhadap fasilitas dalam pelaksanaan metode praktik keperawatan profesional dengan menggunakan check list. d. Pengisian kuesioner oleh pasien atau keluarga terhadap kegiatan dalam pelaksanaan metode praktek keperawatan professional. e. Pengisian kuesioner oleh pasien atau keluarga tentang pelaksanaan metode praktik keperawatan profesional berhubungan dengan kepuasan pasien atau keluarga. Pengukuran pelaksanaan metode praktik keperawatan profesional dan tingkat kepuasan pelanggan menggunakan Skala Likert dengan poin : Pertanyaan positif : 1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak setuju : 4 : 3 : 2 Pertanyaan negative : 1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Tidak setuju :1 :2 :3

4) Sangat tidak setuju : 1

4) Sangat tidak setuju : 4

41

3.7 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dan checklist. Kuesioner merupakan alat ukur dengan beberapa pertanyaan. Checklist adalah lembar observasi yang digunakan dalam melakukan pengamatan terhadap responden (Azis Alimul, 2007).

3.8 Uji Instrumen 3.8.1 Uji Validitas Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam mengukur data. Uji validitas dilakukan untuk menguji kevalidan setiap item pertanyaan dalam mengukur instrumennya. Dalam hal ini untuk mengetahui apakah instrumen yang telah disiapkan benarbenar dapat mengukur aspek yang ingin diukur. Dalam penelitian ini yang ingin diukur adalah hubungan pelaksanaan metode praktik keperawatan profesional dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5, maka pertanyaan yang diberikan adalah mencakup fasilitas dan kegiatan dalam pelaksanaan metode praktik keperawatan profesional. Uji validitas akan dilakukan dengan tehnik analisis Koefisien Korelasi Pearson Product Moment, dengan rumus : nXY - X Y rxy =

(n X2 - ( X )2) (n Y2 (Y)2)

42

Dimana: rxy : Koefisien korelasi Pearson antara item instrumen yang akan

digunakan dengan variabel yang bersangkutan X Y n : Skor item instrumen yang akan digunakan : Skor semua item instrumen dalam variabel tersebut : Jumlah responden

Suatu pertanyaan dikatakan valid jika skor pertanyaan tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Keputusan uji, bila r hitung masing-masing pernyataan (dilihat pada output data) lebih besar dari r tabel maka Ho ditolak yang berarti valid dan jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka Ho diterima yang berarti pertanyaan tidak valid.

3.8.2

Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu konsistensi suatu hasil pengukuran. Pengujian reliabilitas diawali dengan pengujian validitas terlebih dahulu. Jadi jika sebuah pertanyaan tidak valid, maka pertanyaan tersebut dibuang. Pertanyaan-pertanyaan yang sudah valid kemudian baru secara bersama diukur reliabilitasnya. Untuk mengetahui reliabilitas suatu variabel, maka kita membandingkan r tabel dengan r hasil (nilai Alpha pada output data). Ketentuannya bila r Alpha lebih besar daripada r tabel maka pertanyaan tersebut reliable dan sebaliknya. Uji reliabilitas menggunakan Koefisien reliabilitas Cronbachs Alpha, dengan rumus :

43

k S2 j 1 2 = k 1 S x
Keterangan : = koefisien reliabilitas alpha k = jumlah item Sj = varians responden untuk item I Sx = jumlah varians skor total

3.9 Prosedur Penelitian 3.9.1 Persiapan a. Mendapatkan masalah untuk diangkat dalam penelitian b. Membuat judul berdasarkan masalah c. Mengirimkan surat izin untuk penelitian d. Membuat proposal penelitian e. Melakukan proses bimbingan atau konsultasi f. Membuat lembaran check list g. Membuat kuesionar h. Melakukan presentasi proposal i. Melakukan perbaikan lembaran check list dan kuesionar sesuai masukan saat sidang proposal 3.9.2 Pelaksanaan

a. Mendapatkan sampel

44

b. Melakukan observasi dan pembagian kuesioner 3.9.3 Penyelesaian

a. Melakukan pengolahan dan analisa data b. Menarik kesimpulan c. Membuat laporan hasil penelitian d. Menyajikan hasil pengolahan data

3.10

Teknik Analisis Data

3.10.1 Analisa univariat Analisa data dengan deskriptif yaitu suatu prosedur pengolahan data dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik serta menyajikan dalam bentuk prosentase (Nursalam, 2003 : 124) a. Hasil penilaian observasi dan kuesioner pelaksanaan MPKP : 1) Hasil rekapitulasi penilaian observasi dan kuesioner berupa : ya, tidak. 2) Total skor dari jumlah pertanyaan berdasarkan subvariabel dikonversikan dengan penghitungan berdasarkan masing-masing variabelnya. Langkah selanjutnya data dituangkan dalam bentuk tabel dengan perhitungan analisis rumus sebagai berikut : P = a x 100% b

45

Keterangan : P = Prosentase a = Jumlah responden dalam kategori tertentu b = Jumlah keseluruhan responden

b. Hasil penilaian kuesioner kepuasan pasien : 1) Hasil rekapitulasi penilaian kuesioner berupa : sangat puas, puas, tidak puas, sangat tidak puas. 2) Diinterpretasi berdasarkan standar kriteria objektif (Arikunto, 2007), sebagai berikut : Puas Cukup Kurang : 75% : 60-74% : <60%

3.10.2 Analisa bivariat Menurut Arikunto (2006 : 270) penelitian korelasi bertujuan untuk menemukan ada atau tidaknya hubungan atau pengaruh, dan apabila ada berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut. Untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi atau keterkaitan dalam penelitian ini digunakan perangkat lunak (komputer) dengan

menggunakan uji korelasi Chi Square.

46

Kemudian hasil diandingkan antara 2 hitung dengan 2 tabel : Jika 2 hitung 2 tabel maka Ho ditolak artinya signifikan. Jika 2 hitung 2 tabel maka Ho diterima artinya tidak signifikan.

3.11 Metode Pengolahan Data Pengolahan data penelitian dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak komputer dengan langkah-langkah sebagai berikut : 3.11.1 Tahap Editing Pada tahap ini dilakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap, merupakan jawaban dari responden. 3.11.2 Tahap Coding Pada tahap ini data berbentuk huruf diubah menjadi data berbentuk angka atau bilangan. 3.11.3 Tahap Processing atau Entry Data Setelah data selesai dikoding, maka langkah selanjutnya melakukan entry data, dilakukan dengan cara memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam komputer. 3.11.4 Tahap Cleaning Pada tahap ini dilakukan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan.

47

3.12 Etika Penelitian Pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan menurut PP no 39/1995 wajib dilakukan dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan jiwa manusia, keluarga dan masyarakat yang bersangkutan. Secara internasional disepakati bahwa prinsip dasar penerapan etik penelitian kesehatan adalah : 3.12.1 Respect for person Prinsip respect for person mensyaratkan peneliti untuk memperoleh persetujuan dari peserta penelitian, untuk melindungi peserta dengan kapasitas yang kurang dalam pengambilan keputusan, dan menjaga kerahasiaan. Peserta penelitian bukan sumber data yang pasif, tetapi individu yang hak dan kesejahteraannya harus dihormati. Penelitian dilakukan setelah mendapatkan ijin dari Rumah Sakit Santo Borromeus. 3.12.2 Beneficience & non maleficiency Prinsip beneficience mensyaratkan bahwa rancangan penelitian secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan dan resiko penelitian dapat diterima dalam kaitannya dengan manfaat yang diharapkan. Resiko terhadap peserta mencakup bahaya fisik dari intervensi penelitian dan juga kerugian psikososial seperti pelanggaran kerahasiaan, stigma, dan diskriminasi. Resiko berpartisipasi dalam penelitian dapat dikurangi misalnya dengan skrining calon peserta untuk

menyingkirkan mereka yang mungkin rentan mengalami efek

48

samping. Efek samping kerugian yang mungkin ditimbulkan dari penelitian adalah ketidaknyamanan responden untuk memberikan pendapat, maka peneliti memberikan kebebasan pada responden untuk menentukan keikutsertaannya dalam penelitian hubungan pelaksanaan MPKP dengan kepuasan pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung. 3.12.3 Justice Prinsip justice mensyaratkan bahwa manfaat dan beban penelitian didistribusikan secara adil. Populasi rentan, seperti orang dengan akses perawatan pengambilan kesehatan yang kurang, kurang, mereka dan dengan penghuni kapasitas lembaga

keputusan

yang

kemasyarakatan, mungkin mempunyai kapasitas yang kurang untuk membuat pilihan yang cermat dan bebas tentang berpartisipasi dalam penelitian. Responden yang mengalami kedukaan, kehilangan atau dalam keadaan emosi tidak stabil akibat penyakit yang diderita sehingga tidak mampu memberikan pendapat hubungan pelaksanaan MPKP dengan kepuasan pelanggan sehingga tidak diikutsertakan dalam penelitian ini.

3.13 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian : Bulan Juli 2012

49

Tempat penelitian : Penelitian dilakukan terhadap pasien atau keluarga di Ruang Irene 4-5 Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.

50

DAFTAR PUSTAKA

Text Book :

Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika .. 2003. Riset Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Ahmad Watik Pratinya. 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Rajagrafindo Persada Fr. Maria Susila,dkk. 2007. Belajar Mudah SPSS Untuk Penelitian Kesehatan. Bandung : Dewa Ruci Imbalo S. Pohan. 2007. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta : EGC Kelana Kusama Dharma. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta : Trans Info media Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktek Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC Najmah. 2011. Manajemen dan Analisa Data Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktek Keperawatan Profesional. Jakarta : Salemba Medika Priharjo Robert. 2008, Konsep dan Perspektif Praktik Keperawatan Professional. Jakarta : EGC Ratna Sitorus, Yulia. 2006. Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah SakitPanduan Implementasi. Jakarta : EGC .. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit. Jakarta : EGC Supranto. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Jakarta : Rineka Cipta

51

Website : Desire Farlinda Supit. 2011. Efektivitas Penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Advent Bandung. Diunduh dari http://etd.ugm.ac.id. Tanggal 13 juni 2012 pukul 22.00 Irman Soemantri. 2012. Konsep Model Asuhan Keperawatan Profesional. Diunduh dari www.fkep.unpad.ac.id. Tanggal 3 April 2012 pukul 20.00. Pemerintahan Propinsi Jawa Barat. 2010. Status Pembangunan Manusia Propinsi Jawa Barat. Diunduh dari www.jabarprov.go.id tanggal 3 April 2012 pukul 20.00. Tukimin. 2005. Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Dalam Implementasi Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati Cirebon. Diunduh dari http://eprints.undip.ac.id. Tanggal 16 Juni 2012 pukul 20.00 Yenni Yulita. 2012. Pendidikan dan Profesi Keperawatan. Diunduh dari http://haluankepri.com. Tanggal 29 Mei 2012 pukul 23.00

You might also like