You are on page 1of 24

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT LANSIA DI KOMUNITAS

1. Konsep lansia 1.1 Pengertian lansia Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad selanjutnya (Potter & Perry, 2005). Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004). Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri dan mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia meliputi usia pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah kelompok usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun.

Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena perbedaan fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi pada tingkat kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang aktif, terlibat, dan produktif. Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan untuk merawat diri sendiri, bingung atau merusak diri, dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan mereka.

1.2 Batasan Usia Lansia Menurut Nugroho (2008), tidak ada batasan yang pasti tentang pembagian usia pada lansia. Menurut pendapat beberapa ahli batasan usia dapat dibedakan sebagai berikut. a. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) ada empat tahap, antara lain: 1) Usia pertengahan (middle age) (45-59 tahun) 2) Lanjut usia (elderly) (60-74 tahun) 3) Lanjut usia tua (old) (75-90 tahun) 4) Usia sangat tua (very old) (di atas 90 tahun) b. Menurut Masdani (Tanpa Tahun), lanjut usia merupakan kelanjutan usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu: 1) Fase iuventus, antara usia 25-40 tahun 2) Fase verilitas, antara usia 40-50 tahun 3) Fase prasenium, antara usia 55-65 tahun 4) Fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usia c. Menurut Setyonegoro (Tanpa Tahun), lanjut usia dikelompokkan sebagai berikut: 1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) (usia 18/20-25 tahun) 2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas (usia 25-60/65 tahun) 3) Lanjut usia (geriatric age) (usia lebih dari 65/70 tahun), terbagi: Usia 70-75 tahun (young old) Usia 75-80 tahun (old) Usia lebih dari 80 tahun (very old)

d.

Menurut Bee (1996), tahapan masa dewasa adalah sebagai berikut: 1) Usia 18-25 tahun (masa dewasa muda) 2) Usia 25-40 tahun (masa dewasa awal) 3) Usia 40-65 tahun (masa dewasa tengah) 4) Usia 65-75 tahun (masa dewasa lanjut) 5) Usia >75 tahun (masa dewasa sangat lanjut)

e.

Menurut Hurlock (1979), perbedaan usia lansia terbagi dalam dua tahap, antara lain: 1) Early old age (usia 60-70) 2) Advanced old age (usia 70 tahun ke atas)

f.

Menurut Burnside (1979), ada empat tahap lansia, antara lain: 1) Young old (usia 60-69 tahun) 2) Middle age old (usia 70-79 tahun) 3) Old-old (usia 80-89 tahun) 4) Very old-old (usia 90 tahun ke atas)

1.3 Teori-Teori Proses Penuaan Menurut Nugroho (2008), proses menua bersifat individual, yaitu tahap proses menua terjadi pada seseorang dengan usia yang berbeda, setiap lansia memiliki kebiasaan yang berbeda dan tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua. Menurut Potter dan Perry (2005), teori-teori yang menjelaskan tentang proses menua biasanya dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan teori psikososial. a. Teori Biologis 1) Teori Genetik a) Teori Genetic Clock Teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa di dalam tubuh terdapat waktu biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu.

Setiap spesies di dalam inti selnya memiliki suatu waktu genetik atau jam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar, ia akan mati (Nugroho, 2008). b) Teori Mutasi Somatik Penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel. Menurut Azizah (2011), terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut. 2) Teori Non-Genetik a) Teori Radikal Bebas (Free Radical Theory) Menurut Nugroho (2008), teori ini dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh karena adanya proses metabolisme atau proses pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini menyebabkan sel tidak dapat beregenerasi. Radikal bebas dianggap sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti asap

kendaraan bermotor, asap rokok, zat pengawet makanan, radiasi dan sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses menua. b) Teori Rantai Silang (Cross Link Theory) Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada membran plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis dan hilangnya fungsi pada proses menua (Nugroho, 2008). c) Teori Imunologis (Auto-Immune Theory) Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya (self

recognition). Jika mutasi yang merusak membran sel, akan menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga akan dirusak.

d) Teori Fisiologis Terdiri atas teori dipakai-aus (wear and tear) dan teori oksidasi stress. Di sini terjadi kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal) (Nugroho, 2008). Menurut Stanley (2006), teori ini mengutarakan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi yang dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi molekular dan akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal.

e)

Teori Riwayat Lingkungan Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan seperti karsinogen dari industri, sinar matahari, trauma dan infeksi dapat membawa perubahan dalam proses penuaan. Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder (Stanley & Beare, 2006).

f)

Teori Metabolisme Telah dibuktikan dalam berbagai percobaan hewan, bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat

pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat

memperpendek umur (Nugroho, 2008). Perpanjangan umur karena jumlah kalori tersebut disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi penurunan pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel misalnya insulin dan hormon pertumbuhan. Modifikasi cara hidup yang kurang aktif menjadi lebih aktif mungkin dapat juga

meningkatkan umur panjang (Azizah, 2011). g) Teori Keracunan Oksigen Teori ini menjelaskan tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahanan diri tertentu. Ketidakmampuan mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur membran sel mengalami perubahan dari rigid, serta terjadi kesalahan genetik (Azizah, 2011). h) Teori Stres Teori ini mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan

usaha dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh tidak dapat melakukan regenarasi (Maryam et al, 2008).

b. Teori Psikososial a) Teori Pembebasan/Penarikan Diri (Disengagement Theory) Menurut Nugroho (2008), teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Teori ini pertama kali diajukan oleh Cumming dan Henry (1961), menyatakan bahwa dengan bertambah lanjutnya usia, apalagi ditambah dengan adanya kemiskinan, lansia berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga sering para lansia mengalami kehilangan peran, hambatan kontak sosial dan berkurangnya komitmen. Menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses menua yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematiannya. b) Teori Aktivitas Menurut Nugroho (2008), teori ini mengemukakan ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan lansia secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial, lansia akan merasakan kepuasan bila dapat tersebut melakukan selama aktivitas mungkin dan dan

mempertahankan

aktivitas

mempertahankan hubungan antara sistem sosial-individu agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia. Stanley dan Beare (2006), berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. c) Teori Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)

Nugroho (2008) menyatakan, dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lansia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan demikian, pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku dan harapan seseorang ternyata tidak berubah, walaupun ia telah berusia lanjut. d) Teori Interaksi Sosial (Social Exchange Theory) Menurut Nugroho (2008), teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuannya bersosialisasi. Pokok-pokok teori ini yaitu masyarakat terdiri atas pelaku sosial yang berupaya mencapai tujuannya masing-masing dan untuk mencapai tujuan akan terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan waktu.

1.4 Perubahan pada Lansia Semakin bertambahnya usia manusia, pasti akan mengalami proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan pada diri manusia. Perubahan yang terjadi meliputi perubahan fisiologis, kognitif, psikososial dan spiritual (Azizah, 2011). a. Perubahan Fisiologis Perubahan fisiologis setiap lansia bervariasi, baik secara umum atau khusus. Perubahan fisiologis ini bukan bersifat patologis. Perubahan ini terjadi pada semua orang tetapi kecepatan yang berbeda dan bergantung pada keadaan dalam kehidupan sebelumnya (Potter dan Perry, 2005).

Perubahan keadaan sel-sel pada lansia sangat berpengaruh terhadap fungsi-fungsi dari sistem tubuh lansia. Perubahan-perubahan yang terjadi terkait sel yaitu, jumlah sel menurun, sel mengalami hipertrofi, jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang, jumlah sel otak menurun, mekanisme perbaikan sel terganggu, otak menjadi atrofi (berkurang 510%) dan lekukan otak akan menjadi lebih dangkal (Nugroho, 2008). Perubahan pada sistem indra berpengaruh besar pada keadaan lansia. Pada sistem penglihatan pada lansia erat kaitannya dengan presbiopi, lensa kehilangan elastisitas dan kaku, otot penyangga lensa lemah, ketajaman penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh atau dekat berkurang. Sistem pendengaran lansia mengalami hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam (presbiakusis), suara tidak jelas, kata-kata sulit dimengerti, hal tersebut 50% terjadi pada usia di atas 60 tahun. Sistem integumen, lansia mengalami atrofi, kendur, tidak elastis, kering, berkerut, kulit mengalami kekurangan cairan sehingga menjadi tipis (Azizah, 2011). Sistem muskuloskeletal pada lansia biasanya kehilangan tonus otot, serat otot berkurang ukurannya dan kekuatan otot berkurang. Wanita pasca menopause memiliki laju demineralisasi tulang yang lebih besar daripada pria lansia. Wanita yang mempertahankan masukan kalsium selama hidup dan kemudian masuk pada tahap menopause mengalami demineralisasi tulang kurang dari wanita yang tidak pernah melakukannya (Potter dan Perry, 2005). Perubahan pada sistem kardiovaskuler lansia mengalami penurunan kekuatan kontraktil miokardium yang menyebabkan penurunan curah jantung, massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan penumpukan lipofusin. Konsumsi oksigen pada tingkat maksimal berkurang sehingga kapasitas paru menurun. Latihan berguna untuk meningkatkan tekanan oksigen agar lebih tekanan darah dan berat badan (Azizah, 2011). maksimum, mengurangi

Pada sistem pernafasan, perubahan yang terjadi yaitu otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan ealstisitas, kapasitas residu meningkat, ukuran alveoli melebar dan jumlahnya berkurang, oksigen pada arteri menurun, kemampuan batuk berkurang (Bandiyah, 2009). Umur tidak berhubungan dengan perubahan otot diafragma, apabila terjadi perubahan otot diafragma, maka otot toraks menjadi tidak seimbang dan menyebabakan distorsi toraks selama respirasi berlangsung (Azizah, 2011). Sistem pencernaan pada lansia yang mengalami perubahan, yaitu kehilangan gigi, indera pengecap menurun (80%), adanya iritasi selaput lendir, hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah, esofagus melebar, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, peristaltik melemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorpsi dan organ hati semakin mengecil (Nugroho, 2008). Penuaan menyebabkan peningkatan jumlah jaringan lemak pada tubuh dan abdomen, akibatnya terjadi peningkatan ukuran abdomen. Karena tonus dan elastisitas menurun, hal ini menyebabkan abdomen lebih membuncit (Potter dan Perry, 2005). Berbeda dengan sistem perkemihan, sistem ini mengalami perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, misalnya laju filtrasi, ekskresi dan reabsorpsi oleh ginjal. Hal ini memberikan efek dalam pemberian obat pada lansia, karena lansia kehilangan kemampuan untuk mengekskresi obat atau produk

metabolisme obat. Pola berkemih yang tidak normal, biasanya sering berkemih pada malam hari, hal ini menunjukkan bahwa inkontinensia urin meningkat (Azizah, 2011). Sistem susunan saraf mengalami atrofi yang progresif pada serabut saraf. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Penuaan menyebabkan penurunan persepsi sensori dan respon motorik pada susunan saraf pusat dan penurunan reseptor proprioseptif, hal ini terjadi karena susunan saraf pusat

pada lansia mengalami perubahan morfologis dan biokimia, perubahan tersebut mengakibatkan penurunan fungsi kognitif (Azizah, 2011). Menurut Nugroho (2008), perubahan yang terjadi pada sistem persarafan yaitu menurunnya berat otak sekitar 10-20%, respon dan waktu untuk bereaksi lambat khususnya terhadap stress, saraf yang berhubungan dengan panca indera mengecil, kurang sensitif terhadap sentuhan dan defisit memori. Perubahan pada struktur dan fungsi sistem reproduksi terjadi sebagai akibat hormonal. Menopause pada wanita berkaitan dengan penurunan respon ovarium terhadap hipofisis dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Pada pria, tidak ada penghentian fertilitas tertentu dikaitkan dengan penuaan. Spermatogenesis mulai menurun selama dekade keempat, tetapi kontinu sampai dekade kesembilan. Kurangnya frekuensi aktivitas seksual dapat diakibatkan oleh penyakit, kematian pasangan seksual, penurunan sosialisasi dan

kehilangan minat seksualnya (Potter & Perry, 2005). Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia yang memproduksi hormon. Perubahan-perubahan pada sistem endokrin ini yaitu sekeresi hormon kelamin (progesteron, estrogen, testosteron) menurun, produksi aldosteron menurun, fungsi paratiroid dan sekeresinya tidak berubah, kelenjar pankreas mengalami penurunan dalam

memproduksi insulin dan hormon-hormon lain di dalam tubuh manusia mengalami penurunan fungsi (Nugroho, 2008). Pada pengaturan suhu, hipotalamus bekerja sebagai termostat. Kemunduran terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya, yaitu temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis 35oC akibat metabolisme menurun, sehingga lansia akan menggigil, pucat dan gelisah. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot (Nugroho, 2008).

2. Konsep Hipertensi 1.1. Pengertian hippertensi Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui Hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya Hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab Hipertensi tidak diketahui (Hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan peningkatan volume aliran darah. Secara umum seseorang dikatakan menderita Hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg). 1.2. Penyebab hipertensi Berdasarkan penyebabnya, Hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu : 1. Hipertensi esensial atau primer Penyebab pasti dari Hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab Hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan). Kurang lebih 90% penderita Hipertensi tergolong Hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong Hipertensi sekunder.

2.

Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder adalah Hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain lain. Karena golongan terbesar dari penderita Hipertensi adalah Hipertensi

esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita Hipertensi esensial. Berdasarkan faktor akibat Hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara: 1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya 2. Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat usia lanjut. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. 3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh.Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.

Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dibedakan atas yang tidak dapat dikontrol seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Pada 70-80% kasus Hipertensi primer, didapatkan riwayat Hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat Hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan Hipertensi primer lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar

monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi. Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga berpengaruh terhadap timbulnya Hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas. Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota. Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya Hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan Hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan Hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal. 1.3 Tanda dan Gejala Gejala-gejala Hipertensi antara lain pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, dan lain-lain. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh Hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan.

Pengkajian berdasarkan Anderson Mc.Farlen: Inti Komunitas a. Sejarah Desa Pondokrejo merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember. Desa Pondokrejo merupakan wilayah yang terdiri dari pemukiman, persawahan, perkebunan, kuburan, pekarangan, taman, perkantoran dan prasarana umum lainnya. Desa Pondokrejo dibagi menjadi empat dusun yaitu Dusun Sumberjo, Dusun Pondokmiri, Dusun Glantangan dan Dusun Kombongan. dan Terdapat 227 warga usia lansia yang berusia > 56 tahun tahun di Desa Pondokrejo. Dari Hasil distribusi lansia berdasarkan kebiasaan merokok didapatkan bahwa sebagian besar orang dewasa memiliki kebiasaan merokok, yaitu sebanyak 64 orang (38,1%) dan lansia sebanyak104 orang(61,9%) tidak memiliki kebiasaan merokok. Hasil distribusi lansia berdasarkan alasan lansia tidak merokok didapatkan bahwa untuk menjaga kesehatan, yaitu sebanyak 76 orang (45,2%), karena pemborosan sebanyak 3 orang (1,80%) dan karena lain-lain 24 orang (14,3%). Hasil distribusi lansia berdasarkan diagnosa media didapatkan bahwa sebagian besar lansia diagnosa medisnya pusing, yaitu sebanyak 18 orang (10,7%)

b. Demografi Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan, terdapat 504 KK yang dikaji yang terdiri dari1697 penduduk. Perbandingan sex ratiodari jumlah penduduk yang dilakukan pengkajian. Sebagian besar penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 825 orang (48.62%) dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 872 orang (51.38%). Hal ini menggambarkan pertumbuhan penduduk perempuan lebih tinggi. komposisi jumlah penduduk berdasar rentang usia dari 1697 penduduk yang dilakukan pengkajian. Sebagian besar penduduk yang dikaji terdiri dari kelompok

usia dewasa sebanyak 931 penduduk (54.9%) dan sebagian kecil terdiri dari kelompok bayi, batita, balita sejumlah 164 penduduk (9.7%). Data tersebut menjelaskan kelompok usia produktif menempati urutan jumlah tertinggi sehingga angka ketergantungan semakin kecil.

c. Etnisitas Suku di Desa Pondokrejo mayoritas adalah suku Madura. Beberapa tokoh masyarakat mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat mengkonsumsi makanan yang asin-asin karena faktor budaya

d. Nilai dan Keyakinan Penduduk di desa Pondokrejo mayoritas beragama Islam. Banyak berdiri masjid dan musholla di sekitar perumahan warga. Para kader posyandu mengatakan bahwa diadakan posyandu lansia tapi tidak semuanya posyandu diselenggarakan.dan pada umum nya lansi laki di desa tempurejo memiliki kebiasaan merokok .dan banyak lansia yang mengalami hipertensi .

Subsistem Komunitas a. Lingkungan Desa Pondokrejo memiliki luas wilayah 1.601.053,62 ha merupakan wilayah yang terdiri dari pemukiman 43.835 ha, persawahan 12,50 ha, perkebunan 1.600.017 ha, kuburan 3,50 ha, pekarangan 42,835 ha, taman 20 ha, perkantoran 2,70 ha dan prasarana umum lainnya 10,25 ha. Desa Pondokrejo merupakan wilayah dengan dataran rendah dengan sebagian besar wilayahnya digunakan untuk pemukiman dan perkebunan . b. Pelayanan Kesehatan dan Sosial Distribusi kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit ke Puskesmas sebanyak 261warga (42,86%). Kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit ke dokter praktik sebanyak 64warga (12,70%).

Kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit ke perawat sebanyak 101warga (20,01%). Kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit ke bidan sebanyak 107 warga (21,23%). Kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit ke ke fasilitas lain sebanyak 9 warga (1,79%).Beberapa tokoh masyarakat mengatakan bahwa sebagian besar lansia terutama lakilaki memiliki kebiasaan merokok.dan juga tokoh masyarakat mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat mengkonsumsi makanan yang asin-asin karena faktor budaya.di desa pondok rejo sudah memiliki posyandu namun tdak semua posyandu terdapat posyadu lansia .dan para lansia di pondok rejo mengatakn tidak ada kegiatan rutin untuk kesehatan lansia di masyarakat . c. Ekonomi Sebagian besar mata pencaharian penduduk yaitu buruh tani sebanyak 807 orang dan karyawan sebesar 654 orang. . d. Transportasi dan Keamanan Transportasi di Kecamatan tempurejo desa pondok rejo mayoritas menggunakan kendaraan roda dua. Sebagian penduduk juga ada yang menggunakan kendaraan roda empat dalam melakukan mobilisasi, dan ada juga yang hanya berjalan kaki dalam mengakses pelayanan kesehatan.

e. Politik dan Pemerintahan Untuk meminimalisir terjadinya hipertensi pada lansia,pemeritahan desa tempurojo mengadakan posyandu lansia .walaupun tidak semua posyandu terdapat posyandu lansia namun hal tersebut dapat membantu mengendalikan hipertensi pada lansia. Dan juga banyak dilaksanakan program pendidikan kesehatan mengenai hipiertensi,dan juga kerja sama dengan dinas pendidikan sehingga desa tempurejo di jadikan tempat untuk mahasiswa PSIK untuk melakukan praktik profesi ners,yang di harapkan mampu menambah pengetahuan warga tentang kesehatan

.sehingga derajat kesehatan desa pempurojo menjadi lebih baik.khususnya pada masalah hipertensi yang di alami oleh lansia . f. Komunikasi Kecamatan tempurojo desa pondok rejo tidak memiliki telepon umum, karena masyarakat sebagian besar menggunakan ponsel untuk saling berkomunikasi antar masyarkat. g. Pendidikan Tingkat pendidikan masyarakat Desa Pondokrejo sebagian besar adalah yang sedang sekolah yaitu sejumlah 530 orang (76,3 %). Sedangkan penduduk yang belum TK sebesar 26 orang, penduduk TK 96 orang dan tamat S-1 43 orang h. Rekreasi Desa Pondokrejo tidak memiliki tempat rekreasi atau fasilitas rekreasi. Masyarakat Sukowono biasanya pergi ke pantai, atau ke taman hiburan lain yang letaknya berada di Kecamatan lain.

3.1. Diagnosa Ketidakefektifan koping komunitas pada kelompok lansia di Desa Pondokrejo Kecamatan Tempurejo terkait dengan adanya masalah kesehatan seperti pusing, hipertensi, dengan kurangnya informasi

tentang kesehatan lansia di masyarakat.

3.2. Intervensi No Diagnosa Keperawatan Tgl Pemb uatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Nam a dan tanda tanga n 1 Ketidakefektifan 17 Tujuan: Setelah diberikan pendidika n kesehatan tentang hipertensi, para lansia dapat mengetahu i tentang 1. Anjurkan tenaga kesehatan untuk mengadakan posyandu lansia setiap posyandu di desa pondok rejo 2. Berikan pendidikan kesehatan tentang bahaya Kriteria hasil: Minimal 85% peserta penyuluha n dan mampu hadir 3. Berikan pendidikan kesehatan tentang makanan makanan yang dapat hipertensi di

koping komunitas Juli pada lansia kelompok 2013 di Desa

Pondokrejo Kecamatan Tempurejo terkait dengan masalah kesehatan seperti pusing, hipertensi, dengan kurangnya informasi tentang kesehatan lansia adanya

penyakit hipertensi

di masyarakat.

menjelask an tentang hipertensi

membuat hipertensi karena warga pondok rejo sangat makanan asin 4. Lakukan pemantauan kesehatan lansia yang suka

mengalami hipertensi 5. Anjurkan pemeriksan tekanan darah untuk mencegah hipertensi

3.3. Implementasi Komponen implementasi dalam proses keperawatan mencakup penerapan keterampilan yang diperlukan untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan yang telah dibuat. Implementasi dilakukan sesuai intervensi yang telah dibuat.

3.4. Evaluasi Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.dengan kriteria Minimal 85% peserta
penyuluhan hadir dan mampu menjelaskan tentang hipertensi.dan standart yg di gunakan adalah :

1.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pembentukan Komisi Daerah Lanjut Usia Dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penanganan Lanjut Usia Di Daerah

2.

Klasifikasi Hipertensi: Hipertensi ringan (sistolik 140-159 mmHg) dan (distolik 90-99 mmHg), Hipertensi sedang (sistolik 160-179 mmHg) dan (distolik 100-109 mmHg).

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T. & Mc. Farlane, J.M. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas : Teori dan Praktek. Jakarta: EGC.. Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4.Volume 2. Jakarta: EGC. Friedman, M. Marliyin. 2010. Family Nursing Research. Theory and Practice. (5th Ed). CT : Appleton-Century-Cropts. Sri Rahayu dkk. 2000. Nutrisi untuk klien Hipertensi. Jakarta: EGC Mansjoer, Arief. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius EGC Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. 2002 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC].

Kushariyadi. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika

Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta: EGC

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

NAMA KK : ____________________________________ ALAMAT : _______________________No___________ RT____________RW______KEL__________

PETUNJUK PENGISIAN 1. Isilah label komposisi keluarga dengan benar 2. pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda ( ) 3. Jawaban dapat lebih dari satu untuk pertanyaan menulis. 4. mengisi titik-titik sesuai pertanyaan.

A. Komposisi Keluarga No . Nama Hubungan dengan KK Umur L/P Tingkat pendidikan Pekerjaan Agama Ket.

1.

Anggota keluarga yang meninggal 5 bulan terakhir ________________

2. Penyebab kematian _________________________________________ 3. Umur ____________________________________________________ B. Bila dalam Keluarga Terdapat Lansia/ Lanjut Usia (> 55 Tahun) 1. Berapa jumlah lansia dalam rumah saat ini : ( )1 ( )2 ( )

2. Adakah penyakit keturunan dalam keluarga : ( ) jantung ( ) Hipertensi ( ) Asma ( ) Diabetes

3. Pernahkah melakukan pemeriksaan gula darah dalam 3 bulan terakhir : ( ) pernah ( ) tidak

4. Bila pernah sebutkan /berapa hasil pemeriksaannya__________________

5. Bagaimana kondisi lansia saat ini : ( ) Sehat ( ) Sakit

6. Bila sakit, apa yang dikeluhkan lansia/diagnosis medisnya _____________ 7. Apa yang telah dilakukan untuk mengatasi penyakit lansia ____________ ( ) Ke pelayanan kesehatan ( ) Minum obat warung ( ) didiamkan saja ( ) Alternatif

8. Apakah kegiatan lansia sehari-hari _______________________________ 9. Apakah perlu dibentuk lansia (atau posyandunya sudah ada, jelaskan ________ ( ) ya, alasannya ____________________________________________ ( ) Tidak, alasannya _________________________________________

You might also like