You are on page 1of 6

PENDAHULUAN Batuan sedimen yang paling umum dijumpai adalah batuan sedimen klastik.

Namun, batuan lain yang signifikan dan punya arti penting adalah batuan karbonat dan batubara. Ada juga batuan jenis lain, seperti batuan pospat, batuan evaporit (halite, anhydrite, gypsum, dll). SOAL 1. Apakah klasifikasi batuan karbonat menurut Dunham (1962)? Jelaskan klasifikasi ini dalam menentukan jenis batuan! 2. Bagaimana kamu mengidentifikasikan batuan karbonat memiliki porositas primer dan porositas sekunder? 3. Bagaimana cara kamu membedakan antara (klasifikasi Grabau)? a. Calcirudite b. Calcarenite c. Calcisiltite d. Calcilutite

4. Berikan penjelasan tentang klasifikasi batubara berdasarkan rasio H : C yang dikandungnya?

JAWABAN 1. Klasifikasi Dunham (1962) didasarkan pada tekstur deposisi (pengendapan) dari batugamping, karena menurut Dunham dalam sayatan tipis, tekstur deposisional merupakan aspek yang tetap. Kriteria dasar dari tekstur deposisi yang diambil Dunham (1962) berbeda dengan Folk (1959). Menurut Dunham (1962) bahwa tekstur batugamping atau batuan karbonat dapat menggambarkan genesa pembentukannya, sehingga klasifikasi ini dianggap mempunyai tipe genetik dan bukan deskriptif seperti yang dikemukakan oleh Folk (1962). Terdapat empat dasar klasifikasi batuan karbonat menurut Dunham (1962) yaitu kandungan lumpur karbonat (mud), kandungan butiran, keterikatan komponen, dan kenampakan tekstur hasil diagenesis.

Keterangan : Klasifikasi Batuan Karbonat Menurut Dunham (1962)

Tekstur batuan karbonat yang didominasi oleh kehadiran mud (mikrit) atau mud supported terbagi dua yaitu batuan yang mengandung butiran lebih dari 10% dan dimasukkan kedalam mudstone, sedangkan batuan yang kandungan butirannya lebih besar dari 10% dimasukkan kedalam wackestone. Grain supported atau batuan yang didominasi oleh butiran adalah tekstur batuan karbonat yang terendapkan pada lingkungan berenergi sedang tinggi. Tekstur ini terbagi dua yaitu yang masih mengandung digolongkan menjadi packstone dan yang tidak mengandung matriks sama sekali atau grainstone. Kelompok ketiga dalam klasifikasi Dunham adalah batuan dimana komponennya saling terikat satu sama lainnya atau tersusun oleh organisme. Dalam klasifikasi tersebut tekstur seperti ini dimasukkan kedalam boundstone. Selain ketiga kelompok tekstur di atas, maka batuan karbonat juga dikelompokkan berdasarkan diagenetiknya, yaitu jika komponen penyusunnya tidak lagi memperlihatkan tekstur asalnya. Kelompok batuan ini dikenal sebagai kristallin karbonat (calcite crystalline rocks dan dolomite crystalline rocks). Sparit (semen) menurut Dunham (1962) hadir setelah butiran terendapkan. Bila kehadiran sparit memiliki selang waktu, maka butiran akan ikut tersolusi sehingga dapat mengisi grain. Peristiwa ini disebut post early diagenesis. Dasar yang dipakai oleh Dunham untuk menentukan tingkat energi adalah fabrik batuan. Bila batuan bertekstur mud supported diinterpretasikan terbentuk pada energi rendah karena Dunham beranggapan lumpur karbonat hanya terbentuk pada lingkungan berarus tenang. Sebaliknya grain supported hanya

terbentuk pada lingkungan dengan energi gelombang kuat sehingga hanya komponen butiran yang dapat mengendap.

2.

Batuan karbonat memiliki porositas primer dan porositas sekunder. 1. Porositas Primer Porositas primer adalah porositas yang terbentuk pada saat proses sedimentasi berlangsung. Porositas primer dapat berupa : Porositas terumbu Porositas antarpartikel, antarcangkang, dalam cangkang atau kerangka (antaroolit dan antarbutir bioklast) Sedimentasi kompetitif ( fosil terjebak dalam limemud)

2. Porositas Sekunder Porositas sekunder merupakan ruang pori yang terbentuk setelah proses sedimentasi berlangsung. Porositas sekunder dapat berupa : Cetakan (moldic) Gerowong (vug) Burrowing Saluran (channeling) Retakan desikasi/breksi (brecciation) Retakan tektonik/kekar (fracture)

Fabric selective merupakan porositas primer. Perbedaan batuan karbonat yang memiliki porositas primer dapat dilihat dari gambar diatas. Porositas primer ini dibentuk dari kerapatan butirnya bukan dari struktur fisik seperti retakan atau rekahan. berikut penjelasan dari salah satu struktur primer pada gambar. Porositas intercrystaline mempunyai cirri memiliki karakter yang rasio bidang permukaan internal terhadap porositas yang tinggi. Baik kecepatan primer maupun gelombang sekunder akan rendah dan kecepatan ini sangat tinggi bergantung pada tekanan pembebanan efektif atau tekanan pembebanan bersih. Not fabric selective merupakan porositas sekunder. Porositas sekunder ini adalah struktur yang terbentuk akibat perubahan struktur fisik contohnya retakan ataupun rekahan yang membentuk porositas, kita dapat membedakan jenis batuan karbonat yang memiliki porositas sekunder dari gambar di atas.

3. Klasifikasi Grabau (1904) merupakan klasifikasi batu gamping klastik berdasarkan ukuran butir penyusunnya dan juga teksturnya. Menurut Grabau, batu gamping dapat dibagi menjadi beberapa, yaitu: a) Calcirudite, merupakan batu gamping klastik memiliki tekstur butiran >2 mm dalam 25% batuan b) Calcarenite, merupakan batu gamping klastik atau kalsit memiliki tekstur butiran hingga 2 mm didominasi oleh batuan, mempunyai matrix kurang dari 5% c) Calcisiltite, merupakan batu gamping hasil presipitasi kimiawi atau kristalin. Memiliki tekstur butiran utama sebesar hingga mm kalsit, sifatnya kalsit, sifatnya

d) Calcilutite, merupakan batu gamping hasil presipitasi kimiawi atau kristalin. Memiliki tekstur butiran utama sebesar hingga mm

Jadi, untuk membedakan antara calcirudite, calcarenite, calcisilite, dan calculitite dapat kita tentukan dari besarnya butiran yang menyusun batuan tersebut dan teksturnya.

4.

Seiring semakin tinggi kualitas batubara, maka kadar karbon yang terkandung dalam batubara tersebut akan meningkat pula, sedangkan kadar hidrogen dan oksigen akan berkurang. Batubara bermutu rendah, seperti lignite dan sub-bituminous, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin hitam mengkilat. selain itu, kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar. Berikut adalah klasifikasi batubara berdasarkan rasio perbandingan Hidrogen dan Karbon yang terkandung :

1. Gambut memiliki rasio 75% H : 25% C, merupakan tingkatan batubara paling rendah. 2. Lignit memiliki rasio 35% - 75% H : sisanya C, merupakan tingkatan batubara di atas gambut. 3. Sub-bituminus memiliki rasio H > 50% : C < 50% karena mengandung banyak air sehingga kurang efisien untuk pembakaran. 4. Bituminus memiliki rasio 8% - 10% H : 68% - 80% C, merupakan batubara yang paling banyak di tambang di Australia. 5. Antrasit memiliki rasio H < 8% : 86% - 98% C, merupakan tingkatan batubara tertinggi.

You might also like