You are on page 1of 15

BAB 1 TINJAUAN TEORI 1.1 Tinjauan Medis 1.1.

1 Pengertian Otitis eksterna adalah inflamasi telinga yang terjadi di saluran telinga luar, otitis eksterna dapat terjadi pada individu yang rentan setelah berenang atau setelah jenis lain pajanan telinga luar terhadap air. (Corwin, 2009) Otitis eksterna adalah radang telinga akut maupun kronik yang disebabkan oleh bakteri yang sering timbul bersama penyebab lain seperti jamur, alergi, dan virus ( Junadi, 2001) 1.1.2 Etiologi Faktor penyebab dari otitis eksterna adalah streptococus aereus dan staphilococcus albus. Adapun faktor predisposisi terjadinya penyakit yaitu: 1. Udara yanhg hangat dan lembab 2. PH liang telinga 3. Trauma ringan 4. Berenang 1.1.3 Fisiologi Gelombang suara yang datang melewati saluran telinga membentur membran telinga sehingga timbul getaran. Malleus yang melekat pada permukaan dalam membran tymphani menerima getaran dan meneruskan melalui incus kestapes. Dimana stapes oleh ligamentum anulare bergerak seperti piston setelah menerima getaran yang datang. Organ korti merubah getaran dari impuls syaraf. Dan melalui syaraf pendengaran, impuls ini sampai keotak dan cerebelum pada pusat pendengaran yang menginterpestasikan suara apa ini. 1.1.4 Klasifikasi Otitis eksterna dibedakan atas 2 yaitu: 1) Otitis eksterna sirkum skripta Adalah radang telinga yang disebabkan oleh streptococcus aereus dan staphilococcus albus.

2) Otitis eksterna difus Adalah terjadinya sekunder pada OMSK dan OMA 1.1.5 Pathofisiologi Saluran telinga yang tidak dikeringkan /berenang/ basah Kurang perawatan diri Gatal Terjadi iritasi Infeksi Terjadi pembengkakan Hipertermi Gangguan rasa nyaman nyeri

Adanya/keluar cairan yang dapat menjadi nanah yang dapat menjadi nanah/furunkel Cairan / nanah terakumulasi dalam MAE

Kurang pendengaran Hambatan komunikasi

Hambatan interaksi sosial

Keterangan : Saluran telinga yang basah/berenang karena kurangnya perawatan diri akan

mengakibatkan rasa gatal dan grebeg-grebeg yang lama-kelamaan akan terajdi iritasi. Iritasi ini bisa menyebabkan infeksi, lalu terjadi pembengkakan akan mengakibatkan nyeri. Dalam proses infeksi akan terjadi peningkatan suhu tubuh mengakibatkanperubahasan rasa nyaman. Selain itu dalam proses infeksi juga menggeluarkan cairan / nanah, yang mana cairan / nanah ini kalau tidak bisa mengalir keluar terakumulasi dalam MAE. Dan kalau sampai terjadi akumulasi dalam MAE maka hantaran suara akan terhalang sehinga terjadi penurunan pendengaran. 1.1.6 Manifestasi Klinis 1. Rasa nyeri yang hebat. 2. Pendengaran menurun. 3. Liang telinga tampak bengkak. 4. Terdapat sekret/nanah dan berbau 5. Demam. 1.1.7 Penatalaksanaan 1. Terapi antibiotik dalam bentuk salep seperti neomisin, polimiksin B atau basitrasin. 2. Pembersihan liang telinga dengan penghisap yang biasanya asam menjadi basa. 3. Penilaian terhadap sekret, edema dinding kanalis dan membran tymphani. 4. Diaspirasi secara steril bila menjadi abces. 5. Pemberian antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol 2%) 6. Pemilihan obat lokal 1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan 1.2.1 Pengkajian 1 Anamnesa Kaji riwayat dari gejala- gejala (misal: gatal, nyeri, bengkak), awitan ? dicetuskan oleh? Tanyakan adanya nyeri telinga Tanyakan adanya cairan yang mengalir dari telinga warna, jumlah, konssistensi kekentalan cairan Tanyakan faktor-faktor yang memperberat Riwayat kopoken

Riwayat sering mengorek kuping dengan japit Sering menyiram telinga dengan air Kaji faktor-faktor yang berhubungan Adanya faktor penyebab (misal kurangnya perawatan dan seringnya mengorek telinga dengan japit dan adanya riwayat kopoken) Faktor-faktor lingkungan (misal: lingkungan yang bising dan ramai) 2 Pemeriksaan Fisik Status kesehatan umum : Keadaan umum, kesadaran dan perawatan diri Pemeriksaan fisik data fokus telinga dan hidung: Nyeri bila disentuh dan dilakukan irigasi telinga tidak tembus dihidung Iritasi Pemeriksaan adanya urunkel/kotoran Memeriksa keluarnya cairan dan telinga

1.2.2 Rencana Asuhan Keperawatan 1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya pembengkakan pada liang telinga yang ditandai dengan pasien mengatakan nyeri pada telinga, pasien tampak kesakitan saat disentuh, cemas dan adanya pembengkakan pada telinga. Tujuan : Selama perawatan dirumah, pasien menunujukkan perbaikan nyeri. Kriteria hasil : - Nyeri hilang terkontrol - Pasien menunjukkan rileks Intervensi : 1. Kaji tingkat nyeri . R : mengetahui tingkat nyeri dan unutuk menentukan tindakan selanjutnya 2.Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya R : dengan mengetahui sebab dan akibat diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri 3. Berikan tindakan irigasi untuk menghilangkan kotoran yang menumpuk R : kotoron yang manumpuk dan melekat merupakan faktor terjadi nyeri 4. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat antupiretik R : dengan cepet dapat menghilangkan / mengurangi nyeri 2) Hipertermi berhubungan dengan infeksi telinga ( otitis externa )yang ditandai dengan pasien mengatakan badan meriang dan panas, suhu > 37,5 0C, hangat

waktu disentuh dan terjadi takikardi. Tujuan : Suhu tubuh pasien dapat kembali normal 370C Kriteria hasil : 1. 2. 3. 4. 5. pasien tidak merasa meriang Suhu tubuh kembali normal S: 370C Tidak terjadi komplikasi Patau suhu pasien R : suhu 38,90 C- 410 C menunjukan adanya penyebaran infeksi Berikan perawatan di rumah dengan kompes dingin / hangat R : membantu mengurangi demam Ajurkan memakai selimut penghangat / pendingin di rumah R : pertahankan suhu tubuh yang tetap dalam lingkungan Anjurkan menghindari fator penyabab R : faktor penyabab dapat mengakibatkanberkembanganya infeksius Kolaborasi dalam pemberian antipiretik R: mengurangi demam dengan aksi sentralnya hanya pada hipotalamus 3) Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan komunikasi sekunder akibat kurang pendengaran. Tujuan : Fungsi pendengaran dapat kembali normal Kriteria Hasil : Pasien dapat kembali berinteraksi tanpa hambatan pendengaran Intervensi : 1. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik dan tindakan irigasi R : Untuk mematikan bakteri dalam telinga luar dan untuk membersihkan kanalis auditorius eksterna 2. Kurangi kegaduhan lingkungan R : Ketenangan lingkungan dapat membantu kelancaran komunikasi 3. Anjurkan pasien untuk menggunakan tanda non verbal dan bentuk komunikasi lainnya R : Merupakan alternative lain untuk mempermudah komunikasi dengan orang lain 4. Anjurkan keluarga dan orang terdekat praktik komunikasi yang efektif R : Mampu berkomunikasi baik dengan pasien

Intervensi :

BAB 2 TINJAUAN KASUS 2.1 Pengkajian 2.1.1 Biodata : Nama Umur Jenis kelamin Agama Alamat Pendidikan Pekerjaan Diagnosa Medis Tanggal Pengkajian 2.1.2 Keluhan utama Telinga kanan nyeri, grebek-grebek, buntu dan selalu terlambat menjawab sat komunikasi, sudah berlangsung 5hari yang lalu 2.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang Sejak tanggal 05-09-2005, pasien mengatakan telinga kanan nyeri dan grebeggrebeg, skala nyeri 5, telinga kanan biasanya keluar cairan berwarna jernih. Kemidian tanggal 13-09-2005, pasien periksa kePoliklinik THT dan Dokter mengangkat diagnosa medis Otitis Exsterna, dan Dokter menyarankan untuk kontrol lagi. Tanggal 14 -09-2005, Pasien periksa kePoliklinik THT dan Dokter melakukan irigasi telinga. 2.1.4 Riwayat Masa Lalu Sebelumnya pasien belum pernah menderita penyakit kopoken Pasien mengatakan sering korek korek telinga : Sdr. S : 36 tahun :Laki-laki : Islam :Ds. Ngeyang Pandarya Batu : SLTA : Karyawan : Otitis Exsterna : 14 -09-2005 Jam 10.45 No Reg : 10477434

2.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga tidak ada yang menderita penyakit kopoken atau penyakit keturunan. 2.1.6 Riwayat Psikososial Dan Spiritual Pasien beragama isalam dan menjalankan ibadah dengan baik, Pasien menyadari bahwa penyakitnya dapat disembuhkan. Pasien merupakan anak yang ke tiga dari ketiga bersaudara. Hubungan pasien dengan keluarganya berjalan dengan baik dan juga lingkungan kerjanya. 2.1.7 Pola aktivitas Sehari-hari Dirumah Makan : 3x / hari dengan nasi, sayur dan lauk. Minum : 8 gelas perhari Eliminasi : BAB : 1X/ hari BAK : 4-5 x/ hari Istirahat tidur : 6-8 jam / hari Personal hygine : mandi 2x/ hari Aktivitas : berkerja sebagai karyawan 2.1.8 Keadaan / Penampilan / Kesan Umum Pasien Pasien tampak menyeringai kesakitan 2.1.9 Tanda-tanda Vital Denyut nadi : 100 x / menit TD Respirasi : 130 / 90 mmHg : 24 x/ menit

2.1.10 Pemeriksaan Fisik Inspeksi : Kepala : rambut : hitam dan bersih Mata : sklera putih, konjungtiva merah muda Hidung : tidak terdapat polip hidung, konka hidung -/-, sekret -/Mulut : tidak ada peradangan tonsil Telinga: terdapat kotoran pada saluran telinga kanan, terdapat pembenggakan pada telinga kanan

2.1.11 Pemeriksaan Status Mental Pasien dapat berkomunikasi dengan lancar meskipun pendengaran sedikit menurun.

2.1.12 Pelaksanaan Terapi BT Vesiklon 3 x 1 Otopain 3 x 1 prn gatal Nutrifet 3 x 1 2.1.13 Harapan klien / keluarga sehubungan dengan penyakitnya Pasien berharap telinganya dapat sembuh dan dapat mendengar kembali seperti sediakala

ANALISA DATA Nama : Sdr. S Umur : 36 tahun No Reg: 10477434 Data gayut Data Subyektif Data Obyektif Ds: Pasien mengatakan nyeri Perubahan Masalah Kemungkinan Penyebab nyaman Adanya

pada telinga kanan Do:- Pasien tampak menyeringai waktu diperiksa - Pasien tampak cemas - Terdapat pembengkakan pada liang telinga kanan - TD : 130/90 mmHg - Nafas : 24 x/menit - Nadi : 100 x.menit - Skala nyeri : 5

nyeri akut sedang

pembengkakan pada telinga sekunder externa kanan otitis

DIAGNOSA KEPERAWATAN Nama : Sdr. S Umur : 36 tahun No Reg: 10477434 No 1. Diagnosa keperawatan Perubahan nyaman nyeri akut sedang sehubungan dengan adanya pembengkakan pada telinga kanan sekunder otitis externa ditandai dengan Pasien tampak menyeringai waktu diperiksa, pasien tampak cemas, terdapat pembengkakan pada liang telinga kanan, TD : 130/90 mmHg, nafas : 24 x/menit, nadi : 100 x.menit, skala nyeri : 5 TTD

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Nama : Sdr. H Umur : 27 tahun No Reg: 10475235 No DIAGNOSA KEPERAWATAN Perubahan nyaman nyeri akut Setelah sedang sehubungan dengan tindakan TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TTD

dilakukan 1. Kaji keperawatan nyeri

tingkat 1. Mengetahui tingkat nyeri klien dalam sebab 2. dengan akibat menentukan mengetahui dalam tindakan sebab dan klien erawatan selanjutnya.

adanya pembengkakan pada maka pasien melaporkan telinga kanan sekunder otitis nyeri berkurang / hilang 2. Jelaskan

12

externa ditandai dengan Pasien dengan kreteria hasil : tampak diperiksa, menyeringai pasien waktu 1. Pasien tampak rileks tampak 2. TTV normal TD : 120/90 mmHg N : 20 x/ menit P : 80 x/menit 3. Skala nyeri 1-2 dalam batas

dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya 3. Anjurkan untuk dalam 4. berikan untuk nafas

diharapkan

berpartisipasi

untuk mengurangi nyeri. klien 3. nafas dalam dapat merelaksasikan otot-otot nyeri. sehingga mengurangi yang rasa

cemas, terdapat pembengkakan pada liang telinga kanan, TD : 130/90 mmHg, nafas : 24 x/menit, nadi : 100 x.menit, skala nyeri : 5

irigasi 4. pembersihan menumpuk

kotoran memberikan

menghilangkan kotoran menumpuk 5. Kolaborasi dengan medis : BT, Vesiklon 3 x 1, Otopain 3 x 1 prn gatal, Nutrifet 3 x 1 tim dalam yang

nyaman dan

pemberian terapi

TINDAKAN KEPERWATAN Nama : Sdr. S Umur : 36 tahun No Reg: 10477434 No No. DX 1. 1. Tanggal/jam 14 -09-2005 11.00 Tindakan keperawatan 1. Mengkaji tingkat nyeri pasien 2. Menjelaskan kepada pasien tentang sebab dan akibat 3. Mengajurkan pasien untuk nafas dalam 4. Memberikan tindakan irigasi untuk menghilangkan kotoran yang menumpuk 5. Menganjurkan untuk memberikan tetes telinga sesuai dengan indikasi yang diberikan . . oleh Dokter Tanda Tangan

14

EVALUASI Nama : Sdr. S Umur : 36 tahun NoReg:10477434 No 1. No Diagnosa 1. Tanggal/jam 14 -09-2005 11.30 Evaluasi S : Pasien mengatakan masih nyeri tapi telinganya agak teras enak setelah kotorannya keluar O :- pasien mengerti bahwa nyeri tersebut berasal dari infeksi pasien menyeringai masih pembenggakan telinga kanan pasien bisa melakukan nafas dalam A : Tujuan tercapai sebagian P : Intervensi dilanjutkan dirumah pemberian kontrol sampai sembuh obat rutin dari dokter sesuai indikasi terdapat pada tampak Tanda Tangan

15

DAFTAR PUSTAKA

Boeis,Adam, 1994, Buku Ajar Penyakit THT, Jakarta: EGC. Corwin. 2009. Pathofisiology. Jakarta : EGC Junadi, Purn awan, 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media

Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Price, Sylvia Anderson, 1985, Pathofisiologi Konsep klinik proses-proses penyakit, Jakarta: EGC.

You might also like