You are on page 1of 18

BLOK I

KETERAMPILAN BELAJAR DAN BERKOMUNIKASI SEMESTER I FK UMP TAHUN AKADEMI 2009/2010 MATERI KULIAH K 3 CARA BELAJAR MANUSIA DEWASA

DOSEN DR.H.SYAHRUL MUHAMMAD, MARS

Pendidikan Orang Dewasa Pendahuluan

Sesuai dengan namanya, pendidikan orang dewasa merupakan pendidikan yang diperuntukan bagi orang dewasa (bukan anak-anak). Pendidikan orang dewasa mempunyai pendekatan, ruang lingkup, tujuan maupun strategi yang berbeda dengan pendidikan untuk anak-anak. Pendidikan orang dewasa menitik beratkan pada belajar secara berkelanjutan sepanjang hayat untuk mempelajari keterampilan yang dapat digunakan dalam mengarahkan diri sendiri. Di dalam menjalankan proses pendidikannya, orang dewasa lebih menyukai belajar dalam kondisi bebas, tidak begitu menyukai hafalan, lebih mengutamakan pemecahan masalah, dan hal-hal yang praktis. Tujuan orang dewasa mengikuti pendidikan bervariasi. Ada yang bertujuan untuk promosi, naik pangkat, dan lain-lain. Ada yang mengikuti pendidikan untuk memperluas interaksi sosial antara sesama peserta atau memperdalam ilmu itu sendiri. Tujuan tersebut sangat menentukan proses belajar orang dewasa. Selain itu, proses belajar orang dewasa juga dipengaruhi berbagai faktor, sepecti faktor kebebasan, tanggung jawab, pengambilan keputusan sendiri, faktor pengarahan diri sendiri, faktor psikologis, faktor motivasi, dan faktor fisik. Peran dosen dalam pendidikan orang dewasa berubah dikarenakan faktor-faktor tersebut. Pada pendidikan orang dewasa dosen diperlukan untuk mengorganisasikan pengalaman-pengalaman dari kehidupan sebenarnya menjadi suatu pengalaman dan pengetahuan baru yang memberi arti baru bagi mahasiswa. Dengan demikian pelaksanaan proses belajar perlu luwes berdasarkan umpan balik yang diberikan mahasiswa. Materi pendidikan cara orang dewasa kemudian menjadi penting dipelajari oleh dosen perguruan tinggi dikarenakan mahasiswa/mahasiswi yang mereka ajar

masuk kategori orang dewasa. Dengan memahami karakteristik orang dewasa, cara dan gaya belajarnya serta tujuan dan harapan mereka mengikuti pendidikan, maka dosen diharapkan dapat mengantisipasi hal-hal yangmungkin timbul pada saat menghadapi mahasiswa. Di samping itu, dengan memahami gaya dan cara belajar orang dewasa, diharapkan akan diperoleh hasil pendidikanyang, optimum sebagaimana yang ditetapkan dalam tujuan instruksional dan tujuan pendidikan. Dengan membaca pembahasan tentang pendidikan orang dewasa, dosen diharapkan dapat: 1. 2. 3. 4. 5. Menjelaskan pengertian pendidikan orang dewasa Menjelaskan tujuan pendidikan orang dewasa Menyebutkan faktor-faktor yang mempengharui proses belajar orang dewasa Menjelaskan cara belajar pada orang dewasa Menjelaskan macam sumber belajar untuk orang dewasa.

Pengertian dan Ruang Lingkup Pendidikan Orang Dewasa

Pengertian Seringkali berbagai macam pertanyaan timbul sehubungan dengan "pendidikan orang dewasa", antara lain: apa itu pendidikan orang dewasa, siapa pendidik orang dewasa, siapa peserta pendidikan orang dewasa, apa maksud diadakannya pendidikan orang dewasa dan lain-lain. Banyak pakar telah menulis tentang pendidikan orang dewasa dan membuat banyak rumusan-rumusan mengenai hal itu sesuai dengan persepsi mereka masing-masing. Pada umumnya para ahli pendidikan memandang pendidikan orang dewasa sebagai salah satu jenis bentuk pendidikan yang pada hakikatnya berbedadengan konsep pendidikan anak-anak di sekolah. Pendidikan orang dewasa mulai diorganisasikan secara sistematis sekitar

tahun 1920. Pada saat itu pendidikan dirumuskan sebagai suatu proses yang menimbulkan keinginan untuk bertanya dan belajar secara berkelanjutan sepanjang hayat. Belajar bagi orang dewasa adalah bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk selalu bertanya dan mencari jawabannya. Pendidikan orang dewasa berbeda dari pendidikan anak-anak (paedagogy). Pendidikan anak-anak akan berlangsung dalam bentuk asimilasi, identifikasi dan peniruan. Pendidikan anak-anak adalah proses pemberian dasar-dasar pengetahuan, pembentukan sikap mental dan moral serta pendidikan kewargaan negara. Sedangkan pendidikan orang dewasa lebih menitikberatkan pada peningkatan kehidupan mereka, memberikan keterampilan dan kemampuan untuk memecahkan problem-problem yang mereka alami dalam hidup mereka dan dalam masyarakat. Kata "Androgogik" berasal dari bahasa Junani aner atau andr yang berarti orang (bukan anak) dan agogus berarti mengarahkan diri. Dengan demikian hasil pendidikan orang dewasa adalah lulusan (orang dewasa) sebagai sasaran pendidikan yang dapat mengarahkan diri sendiri dan menjadi guru untuk dininya sendiri. Pendidikan orang dewasa merupakan proses ketika seseorang, dalam waktu tertentu, mengikuti pendidikan secara teratur berdasarkan pada kebutuhannya untuk memecahkan masalah diri sendiri atau masyarakat karena adanya perubahanperubahah informasi, pengetahuan, atau keterampilan-keterampilan, penghayatan dan sikap-sikap. Menurut Unesco(1976), pendidikan orang dewasa adalah proses pendidikan yang diorganisasikan isinya, tingkatannya, dan metodenya secara formal maupun non formal untuk memenuhi kebutuhan yang melengkapi pendidikan di sekolah dalam rangka meningkatkan kemampuan, memperkaya pengetahuan, mendapatkan keterampilan dan membawa perubahan sikap seseorang sebagai tenaga pembangunan yang mampu berpartisipasi aktif dalam pembangunan ekonomi, sosial dan budaya. Perbedaan antara anak-anak dan orang dewasa mempunyai implikasi yang penting pada proses belajar mengajar. Jika dilihat dari faktor usia, yang berumur di bawah 16 tahun dikategorikan sebagai anak-anak, sementara orang dewasa adalah

mereka yang berumur antara 16 -18 tahun. Beberapa peneliti juga menggolongkan orang dewasa kedalam beberapa kategori yang lebih rinci (lihat tabel berikut ini). Selain dilihat dari faktor usia, pengertian orang dewasa dapat dilihat juga dari segi psikologis dan biologis. Seseorang dikatakan telah dewasa secara psikologis karena ia sudah dapat mengarahkan diri sendiri, tidak terikat pada orang lain, dapat bertanggungjawab terhadap segala tindakannya, mandiri serta dapat mengambil keputusan sendiri. Sementara jika dilihat dari segi biologis, seseorang dikatakan dewasa apabila yang bersangkutan telah memperlihatkan tanda-tanda kelamin sekunder. Pada pria ditandai dengan tumbuhnya "jakun", suara berubah menjadi besar dan berat, dan tumbuhnya bulu-bulu di tubuhnya, seperti kumis, jenggot, cambang, bulu dada, dan sebagainya. Pada wanita ditandai dengan terjadinya menstruasi, tumbuhnya payudara, dan sebagainya. Dari beberapa rumusan tersebut, disimpulkanbahwa pendidikan orang dewasa meliputi bentuk pengalaman belajar yang dibutuhkan oleh pria dan wanita dewasa sesuai dengan minat dan kebutuhannya pada tingkatan kemampuan dan pengetahuan yang berbeda-beda untuk mendukung perubahan peranan serta tanggung jawab dalam kehidupannya. Dengan demikian, proses instruksional di universitas termasuk salah satu bentuk pendidikan orang dewasa, dengan asumsi bahwa mahasiswa dianggap sebagai orang dewasa. Tujuan utama dari pendidikan mahasiswa sebagai orang dewasa adalah untuk membantu setiap mahasiswa sebagai seorang dewasa, untuk mengembangkan diri melalui pendidikan. Tidak ada satu sistem pendidikan orang dewasa yang dapat memenuhi semua kebutuhan belajar dan keinginan mahasiswa. Sekali pun demikian tidak tertutup kemungkinan usaha-usaha untuk membantu setiap mahasiswa untuk mengembangkan potensi (kemampuan) yang mereka miliki sebaik mungkin. Melalui pendidikan orang dewasa, dosen diharapkan mampu mendorong perkembangan mahasiswa ke arah tiga hal, yaitu: a. b. Membangkitkan semangat mahasiswa; Memberikan kemampuan kepada mahasiswa agar dapat berbuat seperti diperbuat

orang lain; c. Memberi kemampuan keyaaa mahasiswa untuk dapat menolak atau menerima hal-hal yang berhubugan dengan perkembangan mereka. Pencapaian ketiga aspek ini mengacu kepada pencapaian rasa percaya diri dan kemampuan hidup mandiri sesuai dengan status seseorang dalam masyarakat. Ketiga aspek tersebut membebaskan orang dari kebodohan agar tidak diperlakukan sebagai robot yang pasif danyang hanya melaksanakan perintah tanpa berpikir. Sebaliknya mahasiswa diharapkan menjadi masa usia kreatif, sensitif, sadar, dapat menjadi anggota masyarakat yang berperan aktif dalam proses pembangunan. Ketiga aspek tersebut merupakan bekal pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang menjadi tujuan akhir pendidikan orang dewasa yang diselenggarakan oleh berbagai institusi. Ketiga aspek itu adalah tujuan akhir dari suatu pendidikan di lembaga pendidikan tinggi. Faktor Faktor Yang Mempengharui Belajar Orang Dewasa Ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar mahasiswa sebagai orang dewasa, yaitu faktor kebebasan, tanggung jawab, pengambilan keputusan, pengarahan diri sendiri, psikologis, fisik, daya ingat, dan motivasi. Mari kita bahas faktor-faktor tersebut satu persatu. Faktor Kebebasan Ciri kedewasaan adalah kebebasan atau ketidak terikatan dengan orang lain. Dalam proses belajar, seorang dewasa cenderung berkeinginan untuk menentukan apa yang ingin dipelajarinya serta membandingkan dan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengalaman-pengalaman belajar yang telah dimiliki sebelumnya. Dengan demikian proses belajar orang dewasa lebih bersifat demokratis. Selain itu, mahasiswa sebagai orang dewasa juga dapat menilai kebenaran informasi yang mereka terima dari dosen. Dengan demikian pendekatan mereka terhadap apa yang

dipelajarinya adalah praktek dan mengarah pada pemecahan masalah. Yang penting bagi mereka adalah bagaimana mengaplikasikan sesuatu dan bagaimana memecahkan masalah, bukan sekedar pengetahuan dan teori-teori. Dengan demikian mereka memerlukan contoh dan noncontoh aplikasi pengetahuan dan teori dalam kehidupan sehari-hari. Proses belajar mahasiswa perlu disesuaikan dengan faktor kebebasan yang dimiliki orang dewasa, misalnya dengan membebaskan mahasiswa untuk memilih tugas yang ingin dikerjakan, meminta mahasiswa untuk menulis opinion papersebagai pemecahan masalah atas suatu kasus. Faktor Tanggung Jawab Faktor tanggung jawab membedakan sifat anak-anak dari sifat dewasa. Orang dewasa bertanggung jawab terhadap tindakannya dan dapat berdiri sendiri. Dalam hal kedewasaan, mahasiswa dan dosennya sebenarnya sama dan sejajar. Perbedaannya bahwa dosen memiliki pengetahuan/ keterampilan tertentu yang belum dimiliki mahasiswa. Karena kesejajaran tersebut mahasiswa cenderung ingin diperlakukan sebagai seseorang yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Mereka senang dianggap sebagai sahabat yang mengerti apa yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan dosen sebagai tempat bertanya jika mereka mengalami masalah dalam melakukan kegiatannya. Dengan demikian, belajar bagi mahasiswa adalah proses saling bertukar pendapat, bukan menunggu perintah/petunjuk. Kegiatan diskusi, tanya jawab, tugas mandiri (penelitian kecil, review literatur), dan ketentuan waktu yang jelas (deadlines) merupakan cara yang dapat membantu membina rasa tanggung jawab mahasiswa terhadap proses belajar. Faktor Pengambilan Keputusan Sendiri Orang dewasa mampu mengambil keputusan sendiri berdasarkan sistem nilai dan pengetahuan yang dimiliki, tanpa ditentukan atau dipengaruhi oleh orang lain. Mereka dapat menentukan mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk diri

mereka. Dikaitkan dengan proses belajar, mahasiswa tidak dapat dipaksa untuk menerima kebenaran-kebenaran dari luar. Mahasiswa menentukan arah pelajaran yang di dapatinya, menghubungkan dengan kebutuhan dirinya dan pengalamannya, dan menilai baik-buruknya. Maka dalam penyajian bahan pelajaran kepada orang dewasa hendaklah dosen lebih mengutamakan pemberian informasi yang relevan dan netral. Peran dosen dalam hal ini sebagai fasilitator yang membantu mahasiswa dalam mengambil keputusan dan menyeleksi informasi yang diterima, tetutama dalam halhal baru. Faktor Pengarahan Diri Sendiri Ciri lain dari kedewasaan adalah orang dewasa mampu mengarahkan diri sendiri, dan mereka mempunyai pandangan sendiri (way of life). Ini berarti dalam proses belajar, mahasiswa mampu untuk berinisiatif dan berkreasi sendiri sesuai dengan pandangan yang dimilikinya. Namun, walaupun mereka mampu mengarahkan diri sendiri, bukan berarti mereka tidak memerlukan orang lain. Interaksi antar mahasiswa dalam proses belajar adalah cukup tinggi, bahkan mungkin lebih tinggi dari interaksi dalam proses belajar anak-anak. Dengan mengenal mahasiswa secara mendalam, dosen dapat memberi kesempatan pada mahasiswanya untuk berinteraksi dengan mahasiswa lain. Dengan memahami pengalanan pendidikan/ kerja mereka, usia mereka, keinginan-keinginan mereka, dosen dapat mengarahkan proses belajar mahasiswa. Melalui cara ini dosen kemudian dapat menyesuaikan program dan memilih metode yang tepat untuk mereka, misalnya metode diskusi kelompok, simulasi, atau studi kasus akan dapat mengakomodasi tingkat interaksi antar mahasiswa dan faktor pengarahan diri di dalam kelompok. Faktor Psikologis Dalam proses belajar orang dewasa, faktor psikologis hendaknya

diperhatikan. Perlu ada kesan bahwa mahasiswa diterima sebagai orang dewasa yang mempunyai kebebasan berekspresi dan berkreasi dan dihargai sebagai sahabat. Yang penting adalah, dosen dan mahasiswa dapat menumbuhkan rasa saling membutuhkan, bukan saling menggurui. Asas humanistik sangat penting dalam hal ini. Faktor Fisik Mahasiswa dewasa membutuhkan situasi belajar yang lebih bebas. Secara fisik ia membutuhkan tempat latihan yang tidak mengikat. Untuk itu tempat dan semua perlengkapan perlu diatur agar 1) memberikan kenyamanan, 2) menyenangkan, 3) bersifat santai tidak kumal (bentuk tata kelas yang klasikal kurang tepat dibanding dengan tata kelas bentuk huruf U), 4) Pengaturan udara di ruangan yang baik, 5) penempatan fasilitas dan media pengajaran yang tepat. Kondisi fisik fasilitas (ruangan dan peralatan) juga harus dibarengi dengan kondisi fisik mahasiswa dan dosen yang baik jumlah mahasiswa jangan terlalu banyak. Jumlah yang ideal adalah antara 15-20 orang, karena memungkinkan untuk dialog dan diskusi antara dosen dengan semua mahasiswa. Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan praktis, jumlah kelas yang tidak terlalu besar memungkinkan setiap mahasiswa mendapat kesempatan untuk menjalankan praktek. Daya ingat orang dewasa juga mempengaruhi proses belajarnya terutama dalam hal menangkap/menerima pelajaran baru, mengingat pengalaman dan pengetahuan yang sudah pernah di dapat menghadirkan kembali yang lama dan menghubungkan dengan yang baru. Daya ingat seseorang menurun jika usianya semakin lanjut. Oleh sebab itu, dosen yang baik tidak akan mengharuskan mahasiswa untuk menghafal bahan pelajaran yang bertumpuk-tumpuk. Yang diperlukan oleh mahasiswa adalah pengertian dan pemahaman terhadap materi yang dipelajarinya, bukan cuma sekedar menghafal saja. Faktor Motivasi Perlu diperhatikan bahwa motivasi orang dewasa untuk mengikuti pendidikan

berbeda-beda. Menurut Houle (1961), motivasi peserta pelatihan orang dewasa dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: Pertama; adalah mereka yang berorientasi pada tujuan (goal oriented), yaitu mereka yang mementingkan penerapan dan pemanfaatan pelajaran sebagai sarana untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya promosi atau naik pangkat, dan lain-lain. Kedua, adalah mereka yang berorientasi pada kegiatan (social orienten), yaitu mereka yang mementingkan interaksi antar sesama peserta dan proses belajar sebagai tujuan belajar. Ketiga; adalah mereka yang berorientasi pada mempelajari ilmu itu sendiri (learning oriented belajar. Dengan mengetahui motivasi belajar mahasiswa, dosen dapat mengarahkan proses belajarmengajar dengan, tepat untuk membantu mahasiswa mencapai tujuan belajarnya. Selanjutnya, dengan mengenal dan memahami faktor-faktor tersebut, dosen perlu meyakinkan bahwa program yang akan disajikan dalam proses belajar sudah memenuhi asumsi dasar sebagai berikut: 1. 2. 3. Mahasiswa sebagai orang dewasa mampu mengarahkan diri sendiri dalam belajar (selfdirecting) Mahasiswa sebagai orang dewasa mempunyai pengalaman hidup yang sangat kaya yang merupakan sumber belajar yang berharga Mahasiswa sebagai orang dewasa cenderung lebih berminat pada proses belajar mengajar yang berhubungan dengan penyelesaian masalah dan tugas-tugas yang dihadapinya. Berdasarkan asumsi-asumsi yang sangat humanistik tersebut, dosen perlumerancang dan melaksanakan proses belajar mengajar yang mempunyai ciri sebagai berikut: 1. Dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berinisiatif dan kreatif

dalam berperan serta dan mengendalikan proses belajar 2. 3. Bersifat demokratif Menghargai dan menempatkan mahasiswa sebagai manusia dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab. Aspek yang penting dalam hal ini adalah bahwa mahasiswa sebagai orang dewasa bukan cuma "passive recepient", atau penerima yang pasif, namun lebih sebagai "active actor" atau individu yang berperan aktif dalarn proses belajar mengajar.

Gaya Belajar Orang Dewasa

Gaya belajar sebagai kondisi belajar Menjadi fasilitator dalam proses belajar orang dewasa tidaklah mudah, sebab mahasiswa merupakan orang-orang yang sudah terbentuk.Mereka sudah dapat menilai program-program yang disajikan, dan juga menilai cara penyajian program oleh dosen. Tidak jarang mahasiswa merasa bosan dan kadang-kadang lesu, sebab bahan yang mereka terima tidak sesuai atau kurang relevan dengan minat dan kebutuhan mereka. Padahal menurut penilaian dosen bahan yang dipilih telah sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Apabila bahan yang disajikan mernenuhi kebutuhan peserta dan disajikan dengan gaya yang sesuai dengan gaya belajar mereka, m3ka mahasiswa akan dengan mudah menguasai bahan tersebut dan dapat mempraktikkannya di masyarakat. Sebaliknya jika penyampaian bahan tidak sesuai dengan gaya belajar peserta, maka tujuan pengajaran akan sukar tercapai. Oleh sebab itu, seorang dosen perlu mengetahui gaya belajar mahasiswanya, antara lain bahwa mereka belajar memerlukan kondisi bebas, mereka tidak menyukai hafalan-hafalan, mereka lebih mengutamakan pemecahan masalah dan hal-hal yang praktis dari pada yang teoritis.

Kegiatan belajar yang berupa kuliah saja tidak menarik bagi mahasiswa, mereka lebih senang terlibat dalam interaksi intelektual dengan teman-temannya seperti dalam diskusi kelompok, latihan-latihan pemecahan masalah yang praktis (studi kasus), observasi, dan penggunaan multi media dalam pengajaran. Dalam proses belajar orang dewasa, fungsi dosen di berubah. Dosen bukan lagi berperan sebagai yang menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan rang yang mengorganisasikan pengalamanman dari kehidupan sebenarnya menjadi suatu pengalaman dan pengetahuan baru yang memberi arti bagi mahasiswa. Pengalaman baru tersebut melibatkan baik dosen maupun mahasiswa untuk hal tersebut, dosen diharapkan terampil untuk: a. Memulai Diskusi Diskusi yang baik dimulai dari pertanyaan-pertanyaan yang memancing dan dapat melibatkan semua mahasiswa. b. Menyediakan Informasi (Acuan) Diskusi yang baik tidak mungkin dimulai tanpa informasi yang cukup. Dosen hendaknya mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan seperti, beberapa banyak dan bilama informasi tersebut diperlukan agar diskusi tidak menjadi macet. c. Meningkatkan Partisipasi Usahakan agar kesempatan berpendapat tidak didominasi oleh satu atau dua orang saja. Parstisipasi dapat ditingkatkan, misalnya dengan cara dosen memberi giliran yang sama kepada semua mahasiswa untuk menjadi ketua kelompok. d. Menentukan Kriteria dan Rambu-Rambu Kriteria dan Rambu-Rambu yang jelas akan mengarahkan proses intruksional. Aktivitas seperti diskusi menjadi jelas tujuan, kriteria dan hasil yang diharapkan. e. Menengahi Perbedaan Perbedaan persepsi atau pendapat dapat menumbuhkan diskusi yang baik, namun perbedaan yang berlarut-larut dapat menyebabkan diskusi tidak mencapai tujuannya. Peran dosen sangat penting untuk menengahi perbedaan tersebut

secara objektif. f. Mengkoordinasi dan Menganalisis Informasi Koordinasi, analisis dan hubungannya yang jelas antara informasi-informasi yang diberikan oleh mahasiswa adalah kunci untuk mempertahannkan kelangsungan diskusi g. yang baik. Dosen perlu menuntun mahasiswa untuk dapat mengkoordinasi dan menganalisis informasi yang diperoleh selama diskusi. Memberi ringkasan / rangkuman Peserta dikusi belum tentu mengerti akan apa yang diperoleh dari diskusi yang dilakukan. Dosen diharapkan mengulang dan menjelaskan kembali hasil tersebut dengan ringkas dan tepat. Proses belajar mahasiswa sebagai orang dewasa biasanya berlangsung melalui beberapa tahap sebagai berikut : a. Kesadaran (awarentess) Tahap pengenalan dan penjelasan tentang konsep dan materi yang akan dipelajari. b. Pengetahuan / pemahaman Tahap penjelasan dan pemahaman terhadap konsep, teori, prosedur dan prinsipprinsip yang berlaku pada materi atau keterampilan yang akan dipelajari. c. Keterampilan Tahap penguasaan suatu keterampilan dan uji coba keterampilan tersebut melalui praktek dan latihan. d. Penerapan keterampilan atau pengetahuan Tahap penerapan pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai pada masalahmasalah yang belum pernah diketahui e. Sikap Tahap menentukan sikap berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki. Perubahan sikap ini tidak mungkin dicapat dala waktu singkat, tetapi memerlukan tahap waktu lama.

Penyelenggaraan Pendidikan Orang Dewasa

Pelaksanaan Perkuliahan Orang Dewasa Betapapun baiknya perencanaan perkuliahan yang telah dibuat, sikap fleksibel tetap diperlukan, karena pada saat pelaksanaan perkuliahan mungkin diperlukan perubahan dari rencana yang sudah ada. Dengan demikian, dalam pelaksanaan perkuliahan, dosen perlu cepat tanggap jika ada hal-halyang tidak dipertimbangkan, sebelumnya untuk kemudian dapat segera menyesuaikan perkuliahan dengan hal-haltersebut. Hal lain yang perlu diperhatikan oleh dosen dalam balik dosen melaksanakan perkuliahan adalah umpan balik (feedback). Umpan balik ini berguna baik bagi mahasiswa maupun dosen untuk melanjutkan proses perkuliahan. Umpan balik dari dosen merupakan cara untuk memberi kempatan kepada mahasiswa memperbaiki proses dirinya. Tidak adanya umpan balik dari dosen dapat menyebabkan mahasiswa frustasi, bosan, dan kehilangan arah. Mereka tidak tahu apa dan di mana kesalahan mereka tidak tahu apa kekurangan mereka, juga tidak mengetahui bagaimana posisi mereka dengan sesama temannya. Oleh sebab itu, umpan balik ini penting sekali bagi mahasiswa untuk tujuan belajarnya. Umpan balik dari mahasiswa terhadap dosen berguna untuk menyesuaikan proses perkuliahan berdasarkan mahasiswa. dan strategi yang sesuai dengan Dewasa belajar mahasiswa. Jika dosen tidak mengetahui mahasiswa tentang proses perkuliahan yang dosen tidak mengerti apa dan di mana perkuliahannya. Umpan balik mahasiswa juga memberi kesempatan kepada dosen untuk bersikap fleksibel terhadap kebutuhan mahasiswa dan rencana perkuliahan yang dibuatnya. Sumber Belajar Orang Dewasa Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, orang belajar dari berbagai

macam sumber. Menurut penelitian Penland (1981), sumber belajar yang paling dianggap penting oleh orang-orang dewasa adalah teman (dan / atau keluarga, tetangga). Hai ini berarti bahwa mahasiswa belajar mengajar orang dewasa harus direncanakan sedemikian rupa sehingga melibatkan interaksi dengan teman yang cukup banyak. Yang dianggap penting setelah teman, adalah pakar atau tenaga ahli atau dosen. Hal ini perlu diingat olah dosen, agar bisa menempatkan diri bukan sebagai sumber tempat informasi yang serba tahu, tetapi lebih menjadi sahabat yang menghargai mahasiswa sebagai orang dewasa. Setelah teman dan dosen, orang dewasa juga menggunakan berbagai jenis buku, media cetak lainnya, dan media non-cetak: Yang termasuk dalam media cetak adalah buku, modul, booklet, leaflet, chart, foto, surat kabar, majalah, dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk dalam media non cetak adalah radio, kaset, OHP, slide, film, video, televisi. Dengan memperhatikan semua karakteristik orang dewasa, gaya belajarnya, dan kebutuhannya, maka dosen dapat memilih sumber belajar yang perlu disediakan dan digunakan dalam pelaksanaan perkuliahan. Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan sumber belajar adalah bahwa kombinasi beberapa sumber belajar yang digunakan dengan tepat akan lebih baik daripada penggunaan satu sumber belajar saja. Belajar pada mahasiswa (orang dewasa) tidak semata-mata tergantung pada dosen, tetapi juga pada kemampuannya belajar mandiri. Oleh sebab itu dalam bab yang akan datang akan dibahas secara khusus tentang konsep belajar mandiri dan cara mengembangkannya pada diri mahasiswa.

Rangkuman Pendidikan orang dewasa adalah pendidikan yang menitik beratkan pada cara bertanya sepanjang hayat dan mempelajari keterampilan untuk mengarahkan diri sendiri. Dalam menjalankan proses belajarnya, orang dewasa menyukai kondiri belajar yang bebas, tidak menyukai hafalan dan lebih mengutamakan pemecahan masalah dan hal-hal praktis. Orang dewasa mengikuti pendidikan karena motivasi yang berbeda-beda, yaitu untuk mencapai tujuan tertentu (goal oriented), untuk memenuhi kebutuhan sosial dan untuk memenuhi kebutuhan pengembangan dirinya (learning oriented). Faktor-faktor yang mempengharui pendidikan orang dewasa adalah faktor-faktor kebebasan, tanggung jawab, pengambilan keputusan, pengaharan diri sendiri, psikologis dan fisik. Dalam pendidikan orang dewasa dosen berfungsi sebagai organisator yang mengorganisasikan pengalaman-pengalaman dari kehidupan mahasiswa sebenarnya menjadi suatu pengalaman dan pengetahuan baru yang memberi arti baru bagi mahasiswa. Pelaksanaan proses belajar mengajar bagi orang dewasa berlangsung fleksibel. Umpan balik menjadi sangat penting dalam meningkatkan interkasi proses belajar mengajar. Sumber belajar yang banyak digunakan oleh orang dewasa adalah temanteman sendiri. Dalam proses belajar, pemanfaatan beberapa sumber belajar yang dikombinasikan dan digunakan dengan tepat akan lebih baik daripada penggunaan satu sumber belajar saja.

LATIHAN

1.

Menurut Anda, apa perbedaan konseptual antara pendidikan orang dewasa dengan pendidikan anakanak di sekolah?

2.

Menurut pendapat Anda, untuk apa orang dewasa mendapatkan pendidikan? Bagaimana pendekatan yang seharusnya digunakan dalam mendidik orang dewasa?

3.

Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi cara belajar orang dewasa? Sebagai dosen, bagaimana Anda dapat mengakomodasikan faktor-faktor tersebut dalam strategi mengajar Anda di dalam kelas?

Daftar Pustaka

Andrews, T.E., Houston, W.R., Bryant, B.L., Adult Learners: A Research Study. Washington D.C., Association of Teacher Educators, 1981. Brookfield, S. Adult Learners, Adult Education and the Community. New York, Teacher College Press. 1984. Houle, C., The Inquiring Mind. Madison, University of Madison Press, 1961. Lovel, R.B. Adult Learning. New York, John Wiley & Sons, 1980. Merriam, S.B. P. Adult Development: Implications for Adult Education. Columbus, Ohio, ERIC Clearing House on Adult, Career, and Vocational Education., 1984. Penland, P.R., Self-Directed Adult Learning: Implications for the Practitioner. Anaheim, California, AEA Commission of Professors Meeting on SelfDirected Adult Learning, 1981. Tamat, T., Dari Pedagogik ke Andragogik: Pedoman bagi Pengelola Pendidikan dan Latihan. Jakarta, Pustaka Dian, 1985.

You might also like