You are on page 1of 17

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Seks merupakan topic yang telah lama dibicarakan pada kalangan umum. Namun hal itu berlangsung menjadi hal yang dianggap tabu. Banyak klien dewasa yang kurang paham dan kurang mengerti tentang pengetahuan seksualitas, bahkan mereka enggam bertanya tentang pengetahuan seksualitas. Para tenaga kesehatan hendaknya juga memberikan pengetahuan tentang seksualitas kepada kliennya. Namun, bahkan ada tenaga kesehatan yang juga kurang mengetahui, kurang merasa nyaman, dan kurang percaya diri dalam mengemukakan masalah seksual. Untuk mendiskusikan masalah seksualitas dalam praktik, pemberi perawatan harus mempunyai dasar pengetahuan yang diperlukan, keterampilan dalam pengkajian dan komunikasi, dan sikap perawat yang sensitive. Penting juga bahwa pemberi perawatan mengenali bahwa masalah seksual mempunyai nilai. Pengaruh penyuluhan keagamaan, peran gender yang diharuskan secara cultural, keyakinan tentang orientasi seksual, pengaruh social dan lingkungan masa lalu, dan saat ini mempengaruhi sistem nilai baik dari pihak pemberi perawatan maupun klien. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa perbedaan seks dan seksualitas? 1.2.2 Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi seksualitas? 1.2.3 Bagaimana gambaran seksualitas pada masa anak-anak, remaja, pubertas, masa dewasa dan klimakterium? 1.2.4 Kondisi kesehatan yang bagaimana yang dapat mempengaruhi seksualitas seseorang? 1.2.5 Bagaimana siklus respon seksual pada manusia (pria dan wanita )? 1.2.6 Apa saja kelainan-kelainan yang dapat terjadi pada fungsi seksual pria ? 1.2.7 Apa saja kelainan-kelainan yang dapat terjadi pada fungsi seksual wanita ? 1.2.8 Apa perbedaan homoseksual dan heteroseksual ? 1.2.9 Apa perbedaann transeksual dan transvestite? 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Untuk mengetahui perbedaan seks dan seksualitas 1.3.2 Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi seksualitas 1

1.3.3 Untuk mengetahui gambaran seksualitas pada masa anak-anak, remaja, pubertas, masa dewasa dan klimakterium 1.3.4 Untuk mengetahui kondisi kesehatan yang bagaimana yang dapat mempengaruhi seksualitas seseorang 1.3.5 Untuk mengetahui siklus respon seksual pada manusia (pria dan wanita ) 1.3.6 Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang dapat terjadi pada fungsi seksual pria 1.3.7 Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang dapat terjadi pada fungsi seksual wanita 1.3.8 Untuk mengetahui perbedaan homoseksual dan heteroseksual 1.3.9 Untuk mengetahui perbedaann transeksual dan transvestite

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perbedaan Seks dan Seksualitas a. Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut jenis kelamin yaitu penis pada laki-laki dan vagina pada perempuan. Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis berkaitan dengan organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual. b. Seksualitas, dilain pihak, adalah istilah yang lebih luas. Seksualitas diekspresikan melalui interaksi dan hubungan dengan individu dari jenis kelamin yang berbeda atau sama dan mencakup pikiran, pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, fantasi dan emosi. Seksualitas berhubungan dengan bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang dilakukannya,seperti sentuhan,pelukan, ciuman, dan senggama seksual, dan melalui perilaku yang lebih halus, seperti isyarat gerak tubuh, etiket, berpakaian, dan perbendaharaan kata (Denney & Quadagno,1992;Zawid,1994). Seksualitas adalah tentang bagaimana seseorang mengalami, menghayati dan mengekspresikan diri sebagai makhluk seksual, dengan kata lain tentang bagaimana seseorang berpikir, merasa dan bertindak berdasarkan posisinya sebagai makhluk seksual. Hubungan seks hanyalah salah satu aspek. Seksualitas mencakup banyak hal diluar itu. Segala sesuatu yang ada kaitannya dengan seks (ada kaitan dengan kelamin) tercakup didalamnya. 2.2 Faktor faktor yang mempengaruhi seksualitas a. Faktor Fisik Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik, karena bagamanapun aktivitas seks bisa menimbulkan nyeri dan ketidaknyamanan. Kondisi fisik dapat berupa penyakit ringan/berat, keletihan, medikasi maupun citra tubuh. Citra tubuh yang buruk, terutama disertai penolakan atau pembedahan yang mengubah bentuk tubuh menyebabkan seseorang kehilangan gairah. b. Faktor Hubungan Masalah dalam berhubungan (kemesraan, kedekatan) dapat mempengaruhi hubungan seseorang untuk melakukan aktivitas seksual.

Hal ini sebenarnya tergantung dari bagimana kemampuan mereka dalam berkompromi dan bernegosiasi mengenai perilaku seksual yang dapat diterima dan menyenangkan. c. Faktor Gaya Hidup Gaya hidup disini meliputi penyalahgunaan alkohol dalam aktivitas seks, ketersediaan waktu untuk mencurahkan perasaan dalam berhubungan, dan penentuan waktu yang tepat untuk aktivitas seks. Penggunaan alkohol dapat menyebabkan rasa sejahtera atau gairah palsu dalam tahap awal seks dengan efek negatif yang jauh lebih besar dibanding perasaan eforia palsu tersebut. Sebagian klien mungkin tidak mengetahui bagaiman mengatur waktu antara bekerja dengan aktivitas seksual, sehingga pasangan yang sudah merasa lelah bekerja merasa kalau aktivitas seks merupakan beban baginya. d. Faktor Harga Diri Jika harga-diri seksual tidak dipelihara dengan mengembangkan perasaan yang kuat tentang seksual-diri dan dengan mempelajari ketrampilan seksual, aktivitas seksual mungkin menyebabkan perasaan negatif atau tekanan perasaan seksual. Harga diri seksual dapat terganggu oleh beberapa hal antara lain: perkosaan, inses, penganiayaan fisik/emosi, ketidakadekuatan pendidikan seks, pengaharapan pribadi atau kultural yang tidak realistik. 2.3 Gambaran seksualitas pada masa anak-anak, remaja, pubertas, masa dewasa dan klimakterium Crain (2002) menyatakan bahwa Freud dalam teori psychosexualnya membagi perkembangan seksual seseorang dalam beberapa tahap, yaitu: a. Oral stage (0-1 tahun) Rangsangan seksual pada masa ini terletak pada mulutnya. Kegiatan menghisap puting payudara ibunya atau menghisap jempolnya merupakan kesenangan bagi seorang bayi. b. Anal stage (1-3 tahun) Pusat rangsangan pada masa ini terletak pada anusnya. Dimana anak merasakan kesenangan ketika melakukan buang air besar karena telah mampu mengontrol otot sphincter-nya. Mereka kadang-kadang mencoba memasukan kembali atau menahan fesesnya dengan cara menambah tekanan pada rektum. Mereka juga sering tertarik dengan feses yang telah dikeluarkan dengan menjadikannya sebagai alat mainan. 4

c.

Phallic or Oediphal stage (3-6 tahun) Anak laki-laki

Dimulai dengan adanya ketertarikan terhadap penisnya. Hal ini disebabkan penis merupakan organ yang mudah dirangsang, mudah berubah, dan kaya akan rangsangan. Mereka ingin membandingkan penisnya dengan laki-laki lain atau dengan binatang, sehingga ia senang memperlihatkan penisnya. Dia mungkin juga mencium ibunya secara agresiv, ingin tidur malam bersama ibunya atau membayangkan ia menikahinya. Akan tetapi ia belum membayangkan untuk melakukan senggama sehingga merasa bingung apa yang akan dilakukan bersama ibunya. Anak perempuan

Pada fase ini ia merasa kecewa dan marah besar dengan ibunya karena tidak memmpunyuai penis. Ia menganggap ibunya melahirkan kedunia dengan keadaan kurang lengkap Ia juga memiliki kedekatan yang lebih terhadap ayahnya. Hal ini mungkin disebabkan ayahnya mulai mengagumi kecantikannya, memanggilnya little princess serta senang bermain-main dengannya. d. Latency stage (6-11 tahun) Pada fase ini, sebagian besar fantasi seksual tersembunyi di alam bawah sadar mereka. e. Puberty (Genital Stage) Pada anak laki-laki dimulai umur 13 tahun sedangkan anak perempuan dimulai pada usia 11 tahun. Pada saat ini anak ingin melepaskan dirinya dari orang tua. Bagi anak laki-laki masa ini adalah saat melepaskan pertalian dengan ibunya untuk mendapatkan wanita lain sebagai penggantinya. Dia juga harus mengakhiri rivalitas dengan ayahnya dan membebaskan diri dari dominasi ayahnya. Bagi anak perempuan mempunyai tugas yang sama, ia harus berpisah dari orang tuanya dan menentukan jalan hidupnya sendiri. f. Adolescence Pada saat ini seseorang mulai merasakan cinta dan kasih saying satu sama lain. Adolescence mempunyai perhatian yang lebih mengenai siapa mereka, bagaimana mereka di mata orang lain, dan akan menjadi apakah mereka. Mereka mulai merasakan ketertarikan secara seksual antara satu dengan yang lain, sampai dengan jatuh cinta.

Sedangkan dalam buku

Fundamental of Nursing

(Potter & Perry. 2005),

dijelaskan perkembangan seksual meliputi: 1. Masa Bayi (0-1 Tahun) - Bayi perempuan dan laki-laki memiliki kapasitas untuk kesenangan dan respon seksual, dimana bayi laki-laki berespon terhadap stimulasi dengan ereksi sedangkan perempuan dengan lubrikasi vagina. - Bayi laki-laki mengalami ereksi nokturnal spontan tanpa stimulasi - Perilaku dan respon itu TIDAK berhubungan dengan kontak PSIKOLOGI EROTIK seperti pada masa pubertas. - Orang tua seharusnya memahami dan menerima perilaku eksplorasi bayi sebagai langkah perkembangan identitas diri yang positif dengan cara: Memberikan stimulasi taktil lainnya melalui menyusui, memeluk, dan menyentuh atau membuainya. 2. Masa Usia Bermain dan Prasekolah (1- 5/6 Tahun) - Pada masa ini anak mulai menguatkan rasa identitas jender dan membedakan perilaku sesua dengan jender yang didefinisikan secara sosial. - Proses pembelajaran terjadi melalui: o Interaksi anak dengan orang dewasa o Boneka yang diberikan o Pakaian yang dikenakan o Permainan yang dilakukan o Respon yang dihargai - Anak mulai meniru tindakan orang tua yang berjenis kelamin sama, mempertahankan dan memodifikasi perilaku yang didasarkan umpan balik orang tua. - Ekspolorasi seksual meliputi o Mengelus diri sendiri o Manipulasi genital o Memeluk boneka,hewan peliharaan, atau orang sekitarnya o Percobaan sensual lainnya. - Anak sudah bisa diajarkan perbedaan perilaku yang bersifat pribadi atau publik. - Pertanyaan darimana bayi berasal yang diamati harus dijelaskan dengan terbuka, 6

jujur dan sederhana. 3. Masa Usia Sekolah ( 6 10 tahun) - Pada masa ini edukasi dan penekanan tentang seksualitas bisa datang dari orang tua atau gurunya disekolah, tapi yang paling signifikan berasal dari teman sebayanya. - Anak juga akan terus mengajukan pertanyaan tentang seks dan menunjukan kemandirian mereka dengan menguji perilaku yang sesuai, misalnya

menggunakan kata-kata kotor atau menceritakan guyonan yang berkonotasi seksual sambil mengamati reaksi orang dewasa Anak-anak mulai mempunyai keinginan dan kebutuhan privasi.

- Pada usia 10 tahun, banyak anak gadis dan sebagian sudah mulai mengalami perubahan pubertas, terjadi perubahan pada tubuh mereka. Dengan demikian mereka membutuhkan informasi yang akurat dari rumah maupun sekolah mengenai perubahan tubuh yang dialami. Karena jika tidak mungkin anak akan ketakutan dengan menstruasi atau emisi nokturnal yang dianggapnya sebagai suau penyakit yang menakutkan. - Pada usia sekolah dini, anak harus diberikan informasi untuk berhati-hati terhadap potensi adanya penganiayaan seksual. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah pelecehan seksual terhadap anaka antara lain: Ajarkan kepada anak mengenai perbedaan antara sentuhan yang baik dengan sentuhan yang buruk dari orang dewasa. Beritahu anak mengenai bagian tubuh tertentu yang tak boleh disentuh oleh orang dewasa kecuali saat mandi atau pemeriksaan fisik oleh dokter. Ajarkan kepada anak untuk mengatakan tidak jika merasa tidak nyaman dengan perlakuan orang dewasa dan menceritakan kejadian itu kepada orang dewasa yang meraka percaya. Ajarkan bahwa orang dewasa tidak selalu benar, dan semua orang mempunyai kontrol terhadap tubuh mereka, sehingga ia dapat memutuskan siapa yang boleh atau tidak boleh untuk memeluknya. 4. Pubertas dan Masa Remaja a. Perubahan fsik 1) Perempuan 7

Ditandai dengan perkembangan payudara, bisa dimulai paling muda umur 8 tahun sampai akhir usia 10 tahun. Meningkatnya kadar estrogen mempengaruhi genitalia, antara lain: uterus membesar; vagina memanjang; mulai tumbuhnya rambut pubis dan aksila; dan lubrikasi vagina baik spontan maupun akibat rangsangan.

Menarke sangat bervariasi, dapat terjadi pada usia 8 tahun dan tidak sampai usia 16 tahun. Siklus menstruasi pada awalnya tidak teratur dan avulasi mungkin tidak terjadi saat menstruasi pertama.

2) Laki-laki Meningkatnya kadar testosteron ditandai dengan peningkatan ukuran penis, testis, prostat, dan vesikula seminalis; tumbuhnya rambut pubis, wajah Walaupun mengalami orgasme, tetapi mereka tidak akan mengalami ejakulasi, sebelum organ seksnya matur yaitu sekitar usia 12 14 tahun. Ejakulasi terjadi pertama kali mungkin saat tidur (emisi nokturnal), dan sering diinterpretasikan sebagai mimpi basah dan bagi sebagian anak hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat memalukan. Oleh karena itu anak laki-laki harus mengetahui bahwa meski ejakulasi pertama tidak menghasilkan sperma, akan tetapi mereka akan segera menjadi subur. b. Perubahan psikologis/emosi Periode ini ditandai oleh mulainya tanggungjawab dan asimilasi pengharapan masyarakat Remaja dihadapkan pada pengambilam sebuah keputusan seksual, dengan demikian mereka membutuhkan informasi yang akurat tentang perubahan tubuh, hubungan dan aktivitas seksual, dan penyakit yang ditularkan melalui aktivitas seksual. Yang perlu diperhatikan terkadang pengetahuan yang diadapatkan tidak diintegrasikan dengan gaya hidupnya, hal ini menyebabkan mereka percaya kalau penyakit kelamin maupun kehmilan tidak akan terjadi padanya sehingga ia cenderung melakukan aktivitas seks tanpa kehati-hatian. Masa ini juga merupakan usia dalam mengidentifikasi orientasi seksual, 8

banyak dari mereka yang mengalami setidaknya satu pengalaman homoseksual. Remaja mungkin takut jika pengalaman itu merupakan gambaran seksualitas total mereka, walaupun sebenarnya anggapan ini tidak benar karena banyak individu terus berorientasi heteroseksual secara ketat setelah pengalaman demikian. Remaja yang kemudian mengenali preferensi mereka sebagai homoseksual yang jelas akan merasa dan kebingungan sehingga membutuhkan banyak dukungan dari berbagai sumber (Bimbingan Konselor, penasihat spiritual, keluarga, maupun profesional kesehatan mental). 5. Masa Dewasa - Pada masa ini telah mencapai maturasi akan tetapi terus mengeksplorasi untuk menemukan maturasi emosional dalam hubungan. - Teknik stimulasi hendaknya memperhatikan agama, nilai dan sikap keluarga tentang seksualitas karena kalau tidak menimbulkan efek emosional residual seperti rasa bersalah, cemas, atau perasaan berdosa. - Pada akhir masa dewasa diperlukan pembaruan kembali keintiman diantara pasangan., namun demikian jika salah satu atau keduanya mengalami ancaman gambaran diri karena tubuh yang menua, dan mungkin mencoba menemukan kemudaannya dengan melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang jauh lebih muda. - Untuk mecegah hal tersebut, jika diinginkan pasangan dapat dibantu untuk menemukan hal atau kegairahan baru dalam hubungan mereka, baik dengan posisi, teknik seksual, maupun fantasi. 6. Masa Lanjut Usia - Seksualitas pada masa ini beralih dari penekanan prokreasi menjadi lebih kerah pertemanan , kedekatan fisik, komunikasi intim, dan hubungan fisik mencari kesenangan. Walaupun demikian mereka juga bisa tetap aktif.melakukan aktivitas seks jika memang menginginkan. - Perubahan fisik yang dialami menyebabkan perubahan perilaku seksual, sehingga perlu dijelaskan perubahan yang terjadi bersama dengan proses penuaan. - Demikian pula lansi dengan kekuatiran masalah kesehatan yang mengganggu aktivitas seksual, dianjurkan untuk menyesuaikan tindakan seksual dengan kondisinya tersebut.

2.4 Kondisi kesehatan yang dapat mempengaruhi sexualitas seseorang a. b. c. d. e. Pembatasan kelahiran Impotensi dan nafsu/birahi seksual Penyakit infeksi menular seksual Bodi image Kenikmatan seksual

Diatas adalah beberapa hal yang dapat mempengaruhi kesehatan seksual.Kondisi badan yang fit dan kesehatan otak sangat berpengaruh terhadap seksualitas karena otak yang terganggu dapat menggangu sel hormon sehingga mengurangi libido dan nafsu seksual seseorang,kesehatan otak adalah yang paling utama,selain dari kesehatan jiwa dan fisk yang juga harus terjaga. 2.5 Siklus respon seksual pada manusia Menurut Masters dan Johnson (1966) siklus respon seksual terdiri dari fase excitement, plateu, orgasmus, dan, resolusi. Pada dasarnya fase-fase tersebut diakibatkan oleh vasokonstriksi dan miotania, yang merupakan respons fisiologis dasar dari rangsangan seksual. Perbandingan siklus respon pada wanita dan pria dapat dilihat pada tabel berikut ini WANITA Lubrikasi vaginal: dinding vaginal Ereksi penis berkeringat Penebalan dan elevasi skrotum Ereksi sensitivitas dan Ekspansi 2/3 bagian dalam lorong Elevasi dan perbesaran moderat testis vagina. Peningkatan Ereksi puting dan tumescence PRIA

I. EXICETEMENT : peningkatan bertahap dalam rangsangan seksual

(pembengkakan)

pembesaran klitoris serta labia puting dan peningkatan

ukuran payudara

II. PLATEU : penguatan respons fase Exitement Retraksi klitoral 10 klitoris di bawah topi Peningkatan ukuran glans (ujung) penis Peningkatan intensitas warna glans

Pembentukan

platform

orgasmus: Elevasi dan peningkatan 50% ukuran testis. Emisi mukoid kelenjar cowper,

pembengkakan 1/3 luar vagina dan labisa minora Elevasi serviks dan uterus: efek tenting Perubahan warna kulit yang tampak Seks Pembesaran areola dan payudara Peningkatan pernafasan Peningkatan frekuensi denyut tegangan otot dan

kemungkinan oleh sperma Peningkatan pernafasan tegangan otot dan

hidup pada labia minora: Kulit Peningkatan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan

jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan III. ORGASME: penyaluran kumpulan darah dan tegangan otot Kontraksi involunter platform Penutupan sfingter urinarius internal Kontraksi seminalis ejakulatorius frekuensi dan jantung, Relaksasi frekuensi eksternal Memuncaknya Ejakulasi IV. RESOLUSI: fisiologis dan psikologis kembali kedalam keadaan tidak terangsang. Relaksasi bertahap dinding vagina Kehilangan ereksi penis Perubahan warna yang cepat pada Periode refraktori ketika dilanjutkan labia minora Berkeringat stimulasi menjadi tidak enak Reaksi berkeringat frekuensi jantung, sfingter kandung kemih orgasmik, uterus, rektal dan spingter Sensasi ejakulasi yang tidak tertahankan uretral, dan kelompok otot lain Hiperventilasi frekuensi jantung Memuncaknya tekanan pernafasan darah, dan peningkatan duktus prostat deferens dan vesikel duktud

tekanan darah, dan frekuensi pernafasan

Secara bertahap frekuensi jantung, Penurunan testis

11

tekanan

darah,

dan

frekuensi Secara

bertahap

frekuensi

jantung,

pernafasan kembali normal Wanita mampu kembali mengalami orgasme karena tidak mengalami periode refraktori seperti yang terjadi pada pria.

tekanan darah, dan frekuensi pernafasan kembali normal

2.6 Kelainan yang dapat terjadi pada fungsi seksual pria Kelemahan ereksi (disorders of erection) Yang termasuk dalam kelemahan ereksi adalah impoten.Impoten adalah

ketidakmampuan seseorang untuk mendapatkan ereksi atau mempertahankan ereksi penis untuk terlaksananya aktivitas hubungan seksual yang normal. Ada dua klasifikasi impoten : Impoten primer adalah pria dengan impotensi primer tidak pernah mampu melakukan senggama. Impoten sekunder adalah pria dengan impotensi sekunder mengalami disfungsi ereksi setelah sebelumnya mempuyai fungsi seksual yang normal. Penyebab gangguan fungsi ereksi :

Penyakit pembuluh darah ( artherosclerosis ) Gangguan saraf Faktor psikologis (stres, depresi, kecemasan dengan penampilan fisiknya) Cedera penis Penyakit kronis Kelainan penis ( Peyronies disease = jaringan parut pada penis )

Ejakulasi (disturbance of ejaculation) 1. Ejakulasi prematur ( ejakulasi dini ) : ejakulasi terjadi sebelum atau segera setelah terjadi penetrasi penis 2. Ejakulasi terhambat : ejakulasi tak kunjung datang atau terlambat 3. Ejakulasi retrograde : Saat orgasme, ejakulasi terjadi kedalam kandung kemih dan bukannya keluar melalui urethrae dan di ujung penis Pada sejumlah kasus, ejakulasi terhambat dapat disebabkan oleh faktor psikologi antara lain :

12

Pandangan religius kolot yang memandang aktivitas seksual adalah perbuatan dosa Perasaan tidak menarik bagi lawan jenis Pasca trauma Ejakulasi dini merupakan bentuk disfungsi seksual pada pria yang paling sering

terjadi dan disebabkan oleh perasaan gugup dan ketidak fahaman mengenai bagaimana melakukan aktivitas seksual yang benar. Sejumlah obat antidepresan dapat mengganggu proses ejakulasi sebagaimana yang terjadi pada kerusakan saraf tulang belakang. Ejakulasi retrograde :

Sering terjadi pada penderita diabetes neuropati akibat gangguan saraf pada kandung kemih dan 'bladder neck'

Pasca pembedahan prostat atau 'bladder neck' Operasi abdominal lain Obat-obat penenang seringkali menyebabkan terjadinya gangguan ejakulasi.

Gangguan pada hasrat seksual (libido) Hilangnya hasrat seksual atau hilangnya libido adalah penurunan hasrat atau ketertarikan untuk melakukan aktivitas seksual. Penurunan libido dapat disebabkan oleh :

Faktor fisik dan atau psikologi. Rendahnya kadar hormon testosterone. Faktor psikologi antara lain depresi dan kecemasan serta keretakan rumah tangga Penyakit tertentu (diabetes, hipertensi) Obat-obat tertentu (antidepresan)

Disfungsi seksual dapat dibagi berdasarkan siklus respon seksual yaitu : Disfungsi Libidinis ( Impotensia konkupisiensi) yaitu berkurangnya atau lemahnya gairah seksual dan perangsangan seksual. Disfungsi ereksionisyaitu ketidakmampuan untuj mendapatkan ataumempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan hubungan seksual yang normal. Disfungsi ejakulasionis yaitu gangguan dalam ejakulasi. Disfungsi satisfactionis yaitu ketidakmampuan pria merasakan kepuasan

(orgasme)setelah hubungan seks. 2.7 Kelainan yang dapat terjadi pada fungsi seksual wanita Disfungsi seksual yang umum pada wanita adalah : Disfungsi orgasmik preorgasmik (primer) adalah kerusakan kemampuan wanita untuk menagalami orgasmus. 13

Disfungsi orgasmic sekunder adalah kerusakan kemempuan wanita untuk mengalami orgasmus saat ini tetap mempunyai riwayat mengalami orgasmus. Vaginismus adalah kontruksi involunter dari sepertiga bagian luar kemampuan untuk

vagina,sehingga menyebabkan penetrasi kedalam vagina menjadi tidak munkin. Dispareunia adalah hubungan senggama yang sangat nyeri. Kurang gairah adalah kehilangan minat dalam melakukan hubungan seksual. Penyebab disfungsi seksual pada wanita Penyebabnya dapat bersifat fisik dan psikologis. Kelainan fisik yang dapat menimbulkan kluhan seksual pada wanita antara lain diabetes mellitus,sakit jantung,kelainan syaraf,pasca operasi sanggul,trauma panggul,sakit ginjal kronis,alcohol,merokok,penyalahgunaan obat,nyeri sendi,dan efek samping obat. Factor psikologis yang mendasai gangguan seksual pada wanita antara lain konflik interpersonal,misalnya tabu berdasrkan agama,norma social,konflik identitas social,tipe kepribadian,pandangan tentang seksual dan hubungan seksual,pengalaman (pemerkosaan,korban masa pelecehan lalu yang menyebabkan kondisi kejiwaan trauma yang

seksual),dan

membuat stress/depresi.Keadaan-keadaan seperti ini akan mempengaruhi psikis seorang wanita. Selain itu efek obat-obatan dapat pula menimbulakn gangguan fungsi seksual seperti obat psikoaktif,obat anoreksia,obat kontrasepsi,narkotik dan obat jantung. Disfungsi seksual wanita dikelompokan menjadi : Gangguan Dorongan (desire) seksual Dapat berupa dorongan seksual hipoaktif yaitu lenyapnya dorongan seksualsehingga tidak merasa bergairah melakukan aktivitas seksual atau dapat berkembang pula menjadi gangguan seksual aversi yang berarti timbulnya perasaan tidak suka melakukan aktifitas seksual sehingga cenderung menghindar atau menolak.

14

Gangguan bangkitan (AROUSAL)SEKSUAL Kelainan arousal(rangsangan )berupa ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan rangsanganseksual,tidak ada lubrikasi sehingga vagina kering.

Gangguan orgasme Dapat berarti hambatan dalam mencapai orgasme atau hanya dapat mencapai orgasme dengan cara tertentu.Orgasme merupakan puncak dari respons seksual,oto-otot vagina dan uterus berkontraksi,juga otot rectum sehingga timbul rasa yang sangat menyenangkan.

Gangguan yang menimbulkan rasa nyeri Nyeri yng terjadi dari dis pareunia(nyeri senggamavaginismus(kejang otot sekitar vagina yang menghalangi penetrasi penis).

Disfungsi seksual di sebabkan oleh faktor-faktor : Vaskular Hipertensi,kadar kolesterol tinggi,kencing manis,merokok dan penyakit jantung seringkali dihubungkan dengan disfungsi seksual baik pada wanita maupun pria. Neurologi Kelainan neurologi yang menyebabkan disfungsi reksi pada pria maupun wanita Psikogenik Pada wanita selain faktor kelainan organic,faktor emosi dan hubungan dengan pasangan juga memegang peranan penting dalam terjadinya disfungsi seksual,masalah harga diri,keadaan tubuh,serta kemampuan mengkomunikasikan berpengaruh. 2.8 Perbedaan homoseksual dan heteroseksual Homoseksual adalah interaksi seksual atau hubungan seksual antara individu yang satu dengan yang lainnya yang berkelamin sama. Biasanya istilah gay adalah suatu istilah tertentu yang digunakan untuk merujuk pada pria homoseks. Sedangkan lesbian adalah istilah tertentu yang digunakan kepada wanita homoseks. kebutuhan seksual pada pasangan sangat

15

Orientasi seksual yang ditandai dengan kesukaan seseorang dengan orang lain yang mempunyai kelamin sejenis secara biologis atau identitas gender yang sama.

Perilaku seksual dengan seseorang dengan gender yang sama tidak peduli orientasi seksual atau identitas gender. Identitas seksual atau identifikasi diri yang mungkin dapat mengacu kepada perilaku homoseksual.

Heteroseksual adalah hubungan seksual satu individu lain dengan jenis kelamin berbeda, seperti hubungan seks antara pria dan wanita, ini adalah seksual yang banyak terdapat di masyarakat dan dianggap normal dibandingkan dengan orientasi seksual yang lain. Secara biologi, heteroseksual menjamin terjadinya pelestarian suatu spesies dengan memunculkan generasi berikutnya. 2.9 Perbedaan transeksual dan transvestite 1) Transeksual Adalah orang yang identitas seksual atau jendernya berlawanan dengan seks biologisnya. Seorang pria mungkin berfikir tentang dirinya sebagai seorang wanita dalam tubuh pria, atau seorang wanita mungkin menggambarkan dirinya sebagai pria yang terperangkap dalam tubuh wanita. Perasaan terperangkap ini disebut juga dengan disforia jender. Transeksual merupakan bentuk prilaku seseorang yang tidak menginginkan jenis kelaminnya sehingga merelakan untuk dioperasi kelamin untuk memperoleh kepuasan seksualnya. Kelainan ini seudah dapat terprediksi mulai usia kanakkanak, seperti kesukaannya bermain dengan lawan jenisnya sehingga sifat lawan jenisnya ada pada dirinya. 2) Transvestive Transvestite adalah istilah yang diberikan kepada seorang laki-laki heteroseksual yang menginginkan memakai pakaian perempuan. Tujuannya untuk

membangkitkan rangsangan seksual dan kemudian dapat memperoleh kepuasan seksualnya. Kelainan ini merupakan gangguan psikoseksual.

16

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan Jadi, kebutuhan seksual itu penting baik anak-anak hingga tua, karena kebutuhan seksualitas mengacu pada pertumbuhan dan perkembangan seorang indivu. Tetapi tetap harus berhati-hati terhadap pergaulan seks bebas karena dapat menimbulkan penyakit. Dan perlu adanya anticipatory guidance orang tua terhadap anaknya, agar tidak terjerumus dalam pergaulan seks bebas, oleh karena itu diperlukannya pendidikan seksualitas sejak dini agar mereka tau tentang definisi serta fungsi dan cara mencegah seks bebas.

17

You might also like