You are on page 1of 31

Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronis

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting sangat penting dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring darah yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan non-elektrolit, serta mengekskresi kelebihannya sebagai kemih. Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstra sel dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi glomerulus, reabsorbsi dan sekresi tubulus.

Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml darah per menit, suatu volume yang sama dengan 20 sampai 25 persen curah jantung (5.000 ml per menit). Lebih 90% darah yang masuk ke ginjal berada pada korteks, sedangkan sisanya dialirkan ke medulla. Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicable diseases) terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit ginjal kronik, sudah menggantikan penyakit menular (communicable diseases) sebagai masalah kesehatan masyarakat utama. Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem vaskuler sehingga dapat membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasien mengalami komplikasi yang lebih parah seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan penyakit pembuluh darah perifer. Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal yang memerlukan terapi pengganti yang membutuhkan biaya yang mahal. Penyakit ginjal kronik biasanya desertai berbagai komplikasi seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit saluran napas, penyakit saluran cerna, kelainan di tulang dan otot serta anemia. Selama ini, pengelolaan penyakit ginjal kronik lebih mengutamakan diagnosis dan pengobatan terhadap penyakit ginjal spesifik yang merupakan penyebab penyakit ginjal kronik serta dialisis atau transplantasi ginjal jika sudah terjadi gagal ginjal. Bukti ilmiah menunjukkan

bahwa komplikasi penyakit ginjal kronik, tidak bergantung pada etiologi, dapat dicegah atau dihambat jika dilakukan penanganan secara dini. Oleh karena itu, upaya yang harus dilaksanakan adalah diagnosis dini dan pencegahan yang efektif terhadap penyakit ginjal kronik, dan hal ini dimungkinkan karena berbagai faktor risiko untuk penyakit ginjal kronik dapat dikendalikan.

1.2 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari makalah ini kami bedakan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Untuk tujuan umum dari penyusunan makalah ini yaitu untuk memberikan pemahaman mengenai gangguan system perkemihan akibat gagal ginjal kronis, dan untuk mengetahui

bagaimana penerapan asuhan keperawatan terhadap klien dengan gangguan system perkemihan akibat gagal ginjal kronis. Sedangkan tujuan khususnya yaitu: 1. Mengetahui mengenai pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostic dan penatalaksanaan medis yang terjadi pada penyakit gagal ginjal kronis. 2. Mengetahui pengkajian pada pasien dengan gangguan sitem perkemihan akibat gagal ginjal kronis, mengetahui cara menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan akibat gagal ginjal kronis, dapat mengetahui cara membuat rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal kronis, dan dapat mengetahui intervensi keperawatan dan mengevaluasi pasien dengan gangguan sistem perkemihan akibat gagal ginjal kronis.

1.3 Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan dari makalah yang kami susun adalah sebagai berikut: 1. Manfaat pengetahuan Menambah keragaman ilmu pengetahuan bagi dunia keperawatan umumnya, khususnya adalah keperawatan medical bedah. 2. Manfaat pendidikan Memberikan referensi mengenai pembahasan yang menyeluruh meliputi berbagai hal yang berkaitan dengan gangguan pada system perkemihan yang dibahas. 3. Manfaat praktis

a.

Bagi profesi Sebagai salah satu sumber literature dalam pengembangan bidang profesi keperawatan khususnya keperawatan medical bedah tentang penyakit gagal ginjal kronis.

b. Bagi peneliti Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang pembahasan dan proses keperawatan yang dilakukan pada klien dengan gangguan system perkemihan.

1.4 Metodologi Penulisan Adapun metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan mencari sumber dari berbagai literature baik itu buku maupun dari berbagai media elektronik.

1.5 Sistematika Penulisan Adapun sistematika dari penulisan makalah ini terdiri dari: KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I 1.1 Latar belakang 1.2 Tujuan penulisan 1.3 Manfaat penulisan 1.4 Metodologi penulisan 1.5 Sistematika penulisan BAB II BAB III PEMBAHASAN KESIMPULAN SARAN DAFTAR PUSTAKA PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626) Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan menunggu beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996; 368) Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448) Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812) Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit ( toksik uremik ) di dalam darah. (Arif Muttaqin,2011; 166) Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif, dan cukup lanjut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerulus kurang dari 50 ml/menit. (Arjatmo Tjokonegoro,2001;427) 2.2 Etiologi Begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronis. Akan tetapi apapun sebabnya, respon yang terjadi adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif.

Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan dari luar ginjal. 1. Penyakit dari ginjal a. penyakit pada saringan (glomerulus) : glomerulonefritis

b. infeksi kuman : pyelonefritis, ureteritis c. batu ginjal : nefrolitiasis

d. kista di ginjal : polcystis kidney e. f. trauma langsung pada ginjal keganasan pada ginjal

g. sumbatan : tumor, batu, penyempitan/striktur 2. Penyakit umum di luar ginjal a. penyakit sistemik : diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol tinggi

b. dyslipidemia c. infeksi di badan : tbc paru, sifilis, malaria, hepatitis

d. preeklamsi e. f. obat-obatan kehilangan banyak cairan yang mendadak ( luka bakar )

2.3 Patofisiologi Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai dari nefronnefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448). Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu: Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal) Di tandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal dan penderita asimtomatik. Stadium 2 (insufisiensi ginjal) Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia). Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992: 813-814)

2.4 Manifestasi Klinis Karena pada gagal ginjal kronis setiap sisem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan memperhatikan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari, dan usia pasien. Manifestasi kardiovaskuler, pada gagal ginjsl kronis mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi system rennin-angiotenin-aldosteron), gagal jantung kongestif, dan edema pulmoner (akibat cairan berlebihan), dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan pericardial oleh toksin uremik). Gejala dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah (pruritis). Butiran uremik, suatu penumpukan kristal urea di kulit, saat ini jarang terjadi akibat penanganan dini dan agresif terhadap penyakit ginjal tahap akhir. Gejala gastrointestinal juga sering terjadi dan mencakup anoreksia, mual, muantah dan cegukan. Perubahan neuromuskuler mencakup perubahan tingkat kesadaran, ketidak mampuan berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang. Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):

a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi). Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut: a. Sistem kardiovaskuler Hipertensi Pitting edema Edema periorbital Pembesaran vena leher Friction sub pericardial b. Sistem Pulmoner Krekel Nafas dangkal Kusmaull Sputum kental dan liat c. Sistem gastrointestinal Anoreksia, mual dan muntah Perdarahan saluran GI Ulserasi dan pardarahan mulut Nafas berbau ammonia d. Sistem musculoskeletal Kram otot Kehilangan kekuatan otot Fraktur tulang

e.

Sistem Integumen Warna kulit abu-abu mengkilat Pruritis Kulit kering bersisik Ekimosis Kuku tipis dan rapuh Rambut tipis dan kasar

f.

Sistem Reproduksi Amenore Atrofi testis Mekanisme yang pasti untuk setiap manifestasi tersebut belum dapat diidentifikasi. Namun demikian produk sampah uremik sangat dimungkinkan sebagai penyebabnya.

2.5 Pemeriksaan Diagnostic 1. Laboratorium : a. Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah. b. Ureum dan kreatini : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin kurang lebih 20 : 1. Perbandingat meninggi akibat pendarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini berkurang ketika ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes Klirens Kreatinin yang menurun. c. Hiponatremi : Umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunya dieresis d. Hipokalemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis vitamin D3 pada GGK. e. Phosphate alkaline : meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama isoenzim fosfatase lindi tulang. f. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia : umunya disebabkan gangguan metabolisme dan diet rendah protein. g. Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolism karbohidrat pada gagal ginjal ( resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer ).

h.Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan peninggian hormone insulin dan menurunnya lipoprotein lipase. i. Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukan Ph yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organic pada gagal ginjal. 2. Radiology Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal ( adanya batu atau adanya suatu obstruksi ). Dehidrasi karena proses diagnostic akan memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa. 3. IIntra Vena Pielografi (IVP) Untuk menilai system pelviokalisisdan ureter. 4. USG Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih dan prostat. 5. EKG Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia)

2.6 Penatalaksanaan Medis Tujuan penatalaksanaan pada gagal ginjal kronik adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin. Semua factor yang berperan dalam terjadinya gagal ginjal kronik dicari dan diatasi. Adapun penatalaksanaannya yaitu : Penatalaksanaan konservatif, Meliputi pengaturan diet, cairan dan garam, memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, mengendalikan hiperensi, penanggulangan asidosis, pengobatan neuropati, deteksi dan mengatasi komplikasi. Dan penatalaksanaan pengganti diantaranya dialysis (hemodialisis, peritoneal dialysis) transplantasi ginjal. Selain itu tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dan mencegah komplikasi yaitu sebagai berikut :

1. Dialisis Dialysis dapat dlakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialysis memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi sevara bebas, menghilangkan kecenderungan pendarahan, dan membantu menyembuhkan luka. 2. Koreksi hiperkalemi Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama harus diingat adalah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium, pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa. 3. Koreksi anemia Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Transfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, missal pada adanya insufisiensi koroner. 4. Koreksi asidosis. Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Hemodialisis dan dialysis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis 5. Pengendalian hipertensi Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi natrium. 6. Transplantasi ginjal Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL GINJAL KRONIS (GGK)

3.1 Pengumpulan data

Anamnesa Anamnesa adalah mengetahui kondisi pasien dengan cara wawancara atau interview. Mengetahui kondisi pasien untuk saat ini dan masa yang lalu. Anamnesa mencakup identitas pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat imunisasi, riwayat kesehatan lingkungan dan tempat tinggal.

1. Identitas Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis, dan alamat. Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat.

2. Keluhan utama

Kapan keluhan mulai berkembang, bagaimana terjadinya, apakah secara tiba-tiba atau berangsurangsur, apa tindakan yang dilakukan untuk mengurangi keluhan, obat apa yang digunakan. Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari urine output sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau ( ureum ), dan gatal pada kulit.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST ) Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamnesa meliputi palliative, provocative, quality, quantity, region, radiaton, severity scala dan time. Untuk kasus gagal ginjal kronis, kaji onet penurunan urine output, penurunan kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau ammonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji pula sudah kemana saja klien meminta pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan mendapat pengobatn apa. 4. Riwayat Penyakit Dahulu Kaji adanya penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan obatobat nefrotoksik, Benign prostatic hyperplasia, dan prostektomi. Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi system prkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit yang sama. Bagaimana pola hidup yang biasa di terapkan dalam keluarga, ada atau tidaknya riwayat infeksi system perkemihan yang berulang dan riwayat alergi, penyakit hereditas dan penyakit menular pada keluarga.

6. Riwayat Psikososial Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan dialysis akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya

perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan, gangguan konsep diri ( gambaran diri ) dan gangguan peran pada keluarga.

7. Lingkungan dan tempat tinggal Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien, mengenai kebersihan lingkungan tempat tinggal, area lingkungan rumah, dll.

Pemeriksaan Fisik
1. 2. Status Sistem kesehatan umum. respirasi.

Nafas pendek, batuk denga atau tanpa sputum kental dan banyak, tekipnea batuk produktif dengan sputum 3. merah Kulit, darah encer rambut, (edema paru). kuku.

Pada klien GGK ditemukan dalam pemeriksaan pada kulit yaitu kulit kuning, perubahan turgor kulit (kering), bintik-bintik perdarahan kecil dan lebih besar dikulit. Penyebaran proses pengapuran di kulit, pada 4. kuku tipis dan rapuh Kepala, serta pada rambut tipis. leher.

Pada klien GGK mengeluh sakit kepala, muka pucat memerah, tidak adanya pembesaran tiroid. 5. Pada 6. klien GGK Telingga, mata hidung, mengalami mulut, pandangan Mata. kabur. tenggorokan.

Pada GGK telinga hidung dan tenggorokan tidak mengalami gangguan pada mulut ditemukan adanya perdarahan 7. Pada pada thorax gusi dan dan lidah. abdomen.

Pada pemeriksaan abdomen dan thorak ditemukan adanya nyeri pada dada dan abdomen ditemukan disternsi perut (asietas atau penumpukan cairan, pembesaran heper pada stadium akhir). 8. Sistem kardiovaskuler.

GGK berlanjut menjadi tekanan darah tinggi, detak jantung menjadi irreguler ( termasuk detak jantung yang mengancam kehidupan atau terjadi fibrilasi), pembengkakan, gagal ginjal kongestif.

9.

Sistem

genitourinaria.

Karena ginjal kehilangan kesanggupan mengekskresi natrium, penderita mengalami retensi natrium dan kelebihan natrium sehingga penderita mengalami iritasi dan menjadi lemah. Pengeluaran urine mengalami penurunan serta mempengaruhi komposisi kimianya, berkurangnya frekwensi kencing, urine sedikit, urine tidak ada pada gagal ginjal, perut mengembung, diare atau justru sulit BAB, perubahan warna Kuning, coklat, merah, urine gelap, urin misalnya sedikit dan beda : negatif.

10. Sistemgastrointestinal. Pada saluran pencernaan terjadi peradangan ulserasi pada sebagaian besar alat pencernaan. Gejala lainnya adalah terasa metal di mulut, nafas bau amonia, nafsu makan menurun, mual muntah, perut mengembung, 11. Sistemmuskuloskeletal Pada GGK adanya kelemahan otot atau kekuatan otot hilang. Kurangnya respon-respon otot dan tulang. Ketidakseimbangan mineral dan hormon, tulang terasa sakit , kehilangan tulang, mudah patah, defisit kalsium dalam otak, mata, gusi, persendian, jantung, bagian dalam dan pembuluh darah. Fraktur atau otak tulang, penumpukan CaPO4 pada jaringan lunak , sendi pembatasan gerak sendi. 12. Sistem endokrin. diare atau justru sulit BAB.

Pada GGK memberikan pertumbuhan lambat pada anak-anak. Kurang subur serta nafsu sex menurun pada kedua jenis kelamin. Menstruasi berkurang bahkan dapat berhenti sama sekali. Impotensi dan produksi 13. sperma menurun serta peningkatan Sistem kadar gula darah seperti pada diabetes.

persyarafan.

Pada klien GGK sindroma tungkai bergerak-gerak salah satu pertanda kerusakan saraf, rasa sakit seperti terbakar, gatal pada kaki dan tungkai, juga dijumpai otot menjadi kram dan bergerak-gerak, daya ingat berkurang, mengantuk, iritabilitas, bingung, koma dan kejang. (Merlyn E. Doenges, 1990)

1. Keadaan umum dan TTV Keadaan umum : Klien lemah dan terlihat sakit berat Tingkat Kesadaran : Menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat mempengaruhi system saraf pusat

TTV : Sering didapatkan adanya perubahan RR meningkat, tekanan darah terjadi perubahan dari hipertensi ringan sampai berat 2. Sistem Pernafasan Klien bernafas dengan bau urine (fetor uremik), respon uremia didapatkan adanya pernafasan kussmaul. Pola nafas cepat dan dalam merupakan upaya untuk melakukan pembuangan karbon dioksida yang menumpuk di sirkulasi

3. Sistem Hematologi Pada kondisi uremia berat tindakan auskultasi akan menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi pericardial. Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung kongestif, TD meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik, palpitasi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema penurunan perfusiperifer sekunder dari penurunan curah jantungakibat hiperkalemi, dan gangguan kondisi elektrikal otot ventikel. Pada system hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia sebagai akibat dari penurunan produksi eritropoetin, lesi gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saluran GI, kecenderungan mengalami perdarahan sekunder dari trombositopenia. 4. System Neuromuskular Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral, seperti perubahan proses berfikir dan disorientasi. Klien sering didapatkan adanya kejang, adanya neuropati perifer, burning feet syndrome, restless leg syndrome, kram otot, dan nyeri otot. 5. Sistem Kardiovaskuler

Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktivitas system renninangiostensin- aldosteron. Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi pericardial, penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan cairan dan hipertensi. 6. Sistem Endokrin Gangguan seksual : libido, fertilisasi dan ereksi menurun pada laki-laki akibat produksi testosterone dan spermatogenesis yang menurun. Sebab lain juga dihubungkan dengan metabolic tertentu. Pada wanita timbul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi sampaiamenorea. Angguan metabolism glukosa, resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Pada gagal ginjal yang lanjut (klirens kreatinin < 15 ml/menit) terjadi penuruna klirens metabolic insulin menyebabkan waktu paruh hormon aktif memanjang. Keadaan ini dapat menyebabkan kebutuhan obat penurunan glukosa darah akan berkurang. Gangguan metabolic lemak, dan gangguan metabolism vitamin D. 7. Sistem Perkemihan Penurunan urine output < 400 ml/ hari sampai anuri, terjadi penurunan libido berat 8. Sistem pencernaan Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia, dan diare sekunder dari bau mulut ammonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga sering di dapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan. 9. Sistem Muskuloskeletal Di dapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki (memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi, pruritus, demam ( sepsis, dehidrasi ), petekie, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang, deposit fosfat kalsium pada kulit jaringan lunak dan sendi, keterbatasan gerak sendi. Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari anemia dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi.

.8 KOMPLIKASI Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain : 1. Hiperkalemia 2. Perikarditis 3. Hipertensi 4. Anemia 5. Penyakit Tulang (Smeltzer & Bare, 2004)
G.PENATALAKSANAAN 1.Dialisis(cucidarah) 2. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium, furosemid (membantu 3. 4. 5. Transplantasi ginjal anatomi Diit rendah protein Transfusi dan tinggi berkemih) karbohidrat darah

3.2 Diagnosa Keperawatan 1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membrane mukosa mulut. 3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolic,

sirkulasi,sensasi, penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas, akumulasi ureum dalam kulit. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur

5. Gangguan konsep diri ( gambaran diri ) berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh, tindakan dialysis, koping maladaptif 6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi , prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

3.3 Perencanaan Keperawatan

1.

Diagnosa Keperawatan : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium Tujuan : Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan Kriteria Hasil : Klien tidak sesak nafas, edema ekstermitas berkurang, piting edema (-), produksi urine > 600ml/hr

Intervensi Kaji status cairan : a. Timbang berat badan harian

Rasional Pengkajian merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi

b. Keseimbangan masukan dan pengeluaran c. Turgor kulit dan adanya edema

d. Distensi vena leher e. Tekanan darah, denyut dan irama nadi Batasi masukan cairan Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal, keluaran urine, dan respon terhadap terapi Identifikasi sumber potensial

cairan : a. Medikasi dan cairan yang digunakan untuk pengobatan : oral dan intravena b. Makanan Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan

Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi

Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam Bantu pasien dalam menghadapi ketidak nyamanan dalam pembatasan cairan Kenyamanan pasien meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan diet. Tingkatkan dan dorong hygiene oral dengan sering Kolaborasi : Berikan diuretic, contoh : furosemide, spironolakton, hidronolakton Diuretic bertujuan untuk menurunkan volume plasma dan menurunkan Adenokortikosteroid, golongan prednisone Lakukan dialisis retensi cairan di jaringan sehingga menurunkan resikoterjadinya edema paru Adenokortikosteroid, golongan predison digunakan untuk menurunkan proteinuri Higiene oral mengurangi kekeringan membrane mukosa mulut pembatasan cairan

Dialysis akan menurunkan volume

cairan yang berlebih.

2. Diagnosa Keperawatan : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membrane mukosa mulut. Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat Kriteria Hasil : Mempertahankan / meningkatkan berat badan seperti yang diindikasikan oleh situasi individu, bebas edema.

Intervensi Kaji status nutrisi : a. Perubahan berat badan

Rasional Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi

b. Pengukuran antopometrik c. Nilai laboratorium (elektrolit seru, BUN, kreatinin, protein,transferin, dan kadar besi) a.

Kaji pola diet nutrisi pasien : Riwayat diet Pola diet dahulu dan sekarang dapat

b. Makanan kesukaan c. Hitung kalori Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi : a. Anoreksia, mual, atau muntah

dipertimbangkan dalam menyusun menu

Menyediakan informasi mengenai faktor lain yang dapat diubah atau dihilangkan untuk meningkatkan masukan diet

b. Diet yang tidak menyenangkan bagi pasien c. Depresi

d. Kuran memahami pembatasan diet e. Stomatitis

Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batasbatas diet Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis tinggi seperti : telur, produk susu, dan daging Protein lengkap diberikan untuk Anjurkan camilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium, diantara waktu makan mencapai keseimbangan nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan penyembuhan

Mendorong peningkatan masukan diet

Mengurangi makanan dan protein yang dibatasi dan menyediakan kalori

Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu

untuk energy, membagi protein untuk

makan

pertumbuhan dan pertumbuhan jaringan

Timbang berat badan harian

Faktor yang tidak menyenangkan yang berperan menimbulkan anoreksia dihilangkan.

Kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat

Untuk memantau status cairan dan nutris

a.

Pembentukan edema

b. Penyembuhan yang lambat c. Penurunan kadar albumin serum Masukan protein yang tidak adekuat dapat menyebabkan penurunan albumin dan protein lain, pembentukan edema, dan perlambatan penyembuhan

3.

Diagnosa Keperawatan :. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolic, sirkulasi,sensasi, penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas, akumulasi ureum dalam kulit. Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit Kriteria Hasil : Kulit tidak kering, hiperpigmentasi berkurang, memar pada kulit berkurang Intervensi Rasional Kaji terhadap kekeringan kulit, Perubahan mungkin disebabkan oleh pruritis, ekskoriasi, dan infeksi penurunan aktivitas kelenjar keringat atau pengumpulan kalsium dan posfat pada lapisan kutaneus. Kaji terhadap adanya petekie dan purpura Perdarahan yang abnormal sering dihubungkan dengan penurunan jumlah dan fungsi platelet akibat uremia

Monitor lipatan kulit dan area Area-area ini sangat mudah terjadinya yang edema injuri

Gunting kuku dan pertahankan Penurunan curah jantung kuku terpotong pendek dan bersih mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi natrium / air, dan penurunan urine output.

Kolaborasi : Berikan pengobatan antipruritis Mengurangi stimulus gatal pada kulit sesuai pesanan.

4. Diagnosa Keperawatan : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialysis. Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi Kriteria Hasil : Meningkatkan rasa sejahtera, dan dapat berpartisipasi dalam aktivitas

perawatan mandiri yang dipilih

Intervensi

Rasional

Kaji faktor yang menimbulkan Menyediakan informasi tentang keletihan : a. Anemia indikasi tingkat keletihan

b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit c. Retensi produk sampah

d. Depresi Tingkatkan kemandirian dalam Meningkatkan aktivitas ringan/sedang aktivitas perawatan diri yang dan memperbaiki harga diri

dapat ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi Mendorong latihan dan aktivitas Anjurkan aktivitas alternative sambil istirahat dalam batas-batas yang dapat ditoleransi dan istirahat yang adekuat

Istirahat yang adekuat dianjurkan setelah dialysis yang bagi banyak Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisis pasien sangat melelahkan.

5.

Diagnosa Keperawatan :. Gangguan konsep diri ( gambaran diri ) berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh, tindakan dialysis, koping maladaptif Tujuan : Pasien mampu mengembangkan koping yang positif Kriteria Hasil : -Pasien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan,

Mampu menyatakan atau mengomunikaasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi

Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap komunikasi Mengakui dan menggabungkan perubahan kedalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang negatif

Intervensi

Rasional

Kaji perubahan dari gangguan Menentukan bantuan individual persepsi dan hubungan dengan derajat ketidak mampuan dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi

Identifikasi arti dari kehilangan Mekanisme koping pada beberapa atau disfungsi pada pasi pasien dapat menerima dan mengatur perubahan fungsi secara efektif

dengan sedikit penyesuaian diri, sedangkan yang lain mengalami koping maladaptive dan mempunyai kesulitan dalam membandingkan, mengenal, dan mengatur, kekurangan yang terdapat pada dirinya Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan Menunjukan penerimaan, dan membantu pasien untuk mengenal dan mulai menyesuaikan dengan perasaan tersebut Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan Anjurkan orang yang terdekat untuk mengijinkan pasien melakukan sebanyakbanyaknya hal-hal untuk dirinya Dukung perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi Pasien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang peran individu masa mendatang Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu erkembangan harga diri, serta memengaruhi proses rehabilitasi

6. Diagnosa Keperawatan : Kurangnya pengetahuan tentang kondisi , prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi. Tujuan : Meningkatkan pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan Kriteria Hasil : Meningkatkan pengetahuan pasien mengenai penyakit yang dideritanya.

Intervensi Kaji pemahaman mengenai penyebab gagal ginjal, konsekuensinya dan penanganannya : a. Penyebab gagal ginjal pasien

Rasional Merupakan instruksi dasar untuk penjelasan dan penyuluhan lebih lanjut

b. Pengertian gagal ginjal c. Pemahaman mengenai fungsi renal d. Hubungan antara cairan, pembatasan diet dengan gagal ginjal e. Rasional penanganan (hemodialisis, dialysis peritoneal, transplantasi) Jelaskan fungsi renal dan konsekuensi gagal ginjal sesuai Pasien dapat belajar tentang gagal dengan tingkat pemahaman dan kesiapan pasien untuk belajar Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk memahami berbagai perubahan akibat penyakit dan penanganan yang mempengaruhi hidupnya Sediakan informasi baik tertulis maupun secara oral dengan Pasien memiliki informasi yang dapat Pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah akibat penyakit ginjal dan penanganan setelah mereka siap untuk memahami dan menerima diagnosis dan konsekuensinya

tepat tentang : a. Fungsi dan kegagalan renal

digunakan untuk klarifikasi selanjutnya di rumah

b. Pembatasan cairan dan diet c. Medikasi

d. Melaporkan masalah, tanda dan gejala e. f. Jadwal tindak lanjut Sumber di komunitas

g. Pilihan terapi

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan Gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel, dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) Penyebab Infeksi misalnya pielonefritis kronik

Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis Penyakit vaskuler hipertensif Gangguan jaringan penambung Gangguan kongenital dan herediter Penyakit metabolic Nefropati toksik Nefropati obstruktif Tanda dan gejala Gangguan pernafasan Udema Hipertensi Anoreksia Ulserasi usus Stomatitis Proteinuria Hematuria Letargi, apatis, penurunan konsentrasi Anemi Perdarahan Turgor kulit jelek Gatal-gatal pada kulit

Distrofi renal Hiperkalemia Asidosis metabolic Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti yang paling baik, akan tetapi mempunyai beberapa kendala seperti keterbatasan donor, biaya mahal, efek samping obat-obatan imunosupresi dan rejeksi kronik yang belum bisa diatasi. Keuntungan transplantasi ginjal ialah menghasilkan rehabilitas paling baik dibandingkan dialysis.

4.2 Saran Diharapkan makalah ini bisa memerikan masukan bagi rekan- rekan mahasiswa calon perawat, sebagai bekal untuk dapat memahami mengenai penyakit gagal ginjal kronis menjadi bekalkan dalam pengaplikasian dan praktik bila menghadapi kasus yang kami bahas ini.

1.

2.

3. 4. 5. 6.

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien CKD untuk mengetahui penyebab dan daerah yang terkena menurut Doenges (1999), Suzanne C. Smeltzer (2001) adalah sebagai berikut : Urine : Volume kurang dari 40 ml / 24 jam ( oliguria ), warna keruh, berat jenis kurang dari 1.015, osmolalitas kurang dari 350 m.osn/kg, klirens kreatinin agak menurun kurang 10 ml / menit, natrium lebih dari 40 mEq/L, proteinuria. Darah : BUN/kreatinin meningkat lebih dari 10 mg/dl, Ht menurun, Hb kurang dari 7 8 gr/dl, SDM waktu hidup menurun, AGD (pH menurun dan terjadi asidosis metabolic (kurang dari 7.2), natrium serum rendah, kalium meningkat 6,5 mEq atau lebih besar, magnesium/fosfat meningkat, kalsium menurun, protein khususnya albumin menurun. Osmolalitas serum : Lebih besar dari 285 nOsm/kg, sering sama dengan urine. KUB Foto : Menunjukkan ukuran finjal/ureter/kandung kemih dan adanya obstruksi (batu). Elektrokardiografi (ECG) : Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda tanda perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit (hiperkalemia dan hipokalsemia). Ultrasonografi (USG) : Menilai bentuk dan besar ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan paremkim ginjal, ureter proximal, kandung kemih serta prostat. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari adanya faktor yang reversibel, juga menilai apakah proses sudah lanjut.

7.

Foto polos abdomen : Sebaiknya tampa puasa, karena dehidrasi akan memperburuk fungsi ginjal, menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau obstruksi lain. 8. Pielografi Intravena (PIV) : Pada PIV, untuk CKD tak bermanfaat lagi olah karena ginjal tidak dapat mengeluarkan kontras, saat ini sudah jarang dilakukan. 9. Pemeriksaan Pielografi Retrograd : Dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang reversibel. 10. Pemeriksaan Foto Dada : Dapat terlihat tanda tanda bendungan paru akibat kelebihan air (fluid overload), efusi pleura, kardiomegali dan efusi perikardial. 11. Pemerikasaan Kardiologi tulang : Mencari osteoditrofi (terutama tulang atau jari) dan klasifikasi metastatik.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC Supartondo. ( 2001 ). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : Balai Penerbit FKUI

You might also like