You are on page 1of 12

1.

Pengaturan atau Pengendalian Motor DC dengan PWM

a. Pengendali Kecepatan Motor DC dengan PWM Metode Pulse Width Modulation (PWM) adalah metode yang cukup efektif untuk mengendalikan kecepatan motor DC. PWM ini bekerja dengan cara membuat gelombang persegi yang memiliki perbandingan pulsa high terhadap pulsa low yang telah tertentu, biasanya diskalakan dari 0 hingga 100%. Gelombang persegi ini memiliki frekuensi tetap (biasanya max 10 KHz) namun lebar pulsa high dan low dalam 1 periode yang akan diatur. Perbandingan pulsa high terhadap low ini akan menentukan jumlah daya yang diberikan ke motor DC.

Gambar 1. Gelombang Persegi PWM

Untuk menjalankan motor DC dengan PWM tidak dapat digunakan relay, melainkan harus digunakan rangkaian driver motor DC lainnya. Rangkaian ini yang paling sederhana berupa transistor yang disusun secara Darlington. Transistor yang dipakai dapat berupa transistor jenis NPN tipe BC547. Rangkaian ini mampu mengalirkan sampai arus 100 mA DC.

Gambar 2. Rangkaian Motor DC

b. Pengaturan Arah Putaran Motor DC dengan PWM

Gambar 3. Rangkaian Driver Motor Menggunakan H Bridge

Rangkaian pada Gambar 3 dikenal dengan H bridge (jembatan H). Rangkaian ini terdiri dari empat komponen switching (dapat menggunakan transistor bipolar thyristor atau MOSFET) Rangkaian ini berfungsi untuk menggerakkan motor DC dengan arah putaran yang dapat diubah. Empat buah komponen switching ini bekerja secara berpasangan (a dengan a dan b

dengan b) serta bergantian tergantung fungsinya. Ketika pasangan a-a diberi tegangan 5 volt serta b-b 0 volt, maka motor listrik akan dialiri arus dengan arah ke kanan, sebaliknya ketia pasangan a-a diberi tegangan 0 volt dan b-b adalah 5 volt, maka aliran arus listriknya adalah ke kiri. Dengan demikian maka putaran motornya juga akan berlawanan dengan sebelumnya. Sinyal untuk pasangan a-a dan b-b dapat diatur besar kecil teganganya menggunakan metode PWM menggunakan rangkaian pada Gambar 2. Rangkaian berikut berfungsi untuk memutar motor dengan arah putaran yang dapat dibalik serta kecepatan putaran yang dapat diatur. Ketika input kontrol bertegangan 5 volt maka motor akan dialiri arus listrik PWM oleh pasangan b-b, sedangkan ketika input bertegangan 0 volt maka motor akan dialiri arus listrik PWM oleh pasangan a-a. Arus listrik yang mengaliri motor DC adalah arus listrik dengan besaran yang berubah-ubah tergantung duty cycle sinyal PWM.

Gambar 4. Rangkaian Pembalik Putaran Motor DC Mode PWM.

c. Mengatur kecepatan dengan rheostat Cara kedua dalam mengatur kecepatan Motor DC ialah dengan merangkai rheostat dengan armature motor secara

seri.Arus rheostat menyebabkan tegangan sumber (Es) turun,yang menyebabkan tegangan supply ke armature juga ikut menurun. Hal ini menyebabkan putaran motor menjadi semakin lambat.Metode ini dapat digunakan untuk mendapatkan putaran dibawah putaran nominal motor DC.

Gambar 5. Mengatur Kecepatan Motor DC dengan Rheostat d. Mengatur kecepatan dengan Field flux Dengan mempertahankan nilai tegangan armature

konstan,maka kecepatan Motor DC dapat diatur dengan mengubah nilai flux .Jika flux diperbesar maka kecepatan putar akan berkurang dan sebaliknya sesuai dengan persamaan. Untuk

mengontrol flux dilakukan dengan merangkai rheostat secara seri dengan field ,seperti gambar dibawah:

Gambar 6. Motor DC Shunt dengan Field Rheostat

Gambar diatas adalah rangkaian sebuah Motor DC shunt yang diseri dengan field rheostat.Bila resistansi dari rheostat diperbesar,maka arus eksitasi (Ix) dan flux () akan berkurang sehingga akan mereduksi besarnya tegangan armature Eo yang menyebabkan arus armature I meningkat.Peningkatan pada arus armature disebabkan karena selisih antara Es dengan Eo yang semakin besar,sesuai dengan persamaan:

I=

(1)

Ini menyebabkan kenaikan pada torsi keluaran sesuai dengan persamaan


I 6.28

(2)

2. Konstruksi Push Button On-Off Switch Push Button adalah saklar tekan yang berfungsi untuk menghubungkan atau memisahkan bagian-bagian dari suatu instalasi listrik seperti rangkaian pengendali dan pengaturan. Suatu sistem saklar tekan push button terdiri dari saklar tekan start, Stop, reset dan saklar tekan untuk emergency. Push button memiliki kontak NC (normally close) dan NO (normally open).

Gambar 7. Macam - macam Push Button

Pada umumnya Push Button NO berwarna hijau dan untuk Push Button NC berwarna merah. Prinsip kerja Push Button NO adalah apabila dalam keadaan normal (tidak ditekan) maka kontak tidak berubah atau bisa dikatakan jika tidak ditekan maka tidak akan ada aliran listrik namun apabila di tekan maka akan ada aliran listrik yang lewat. Sedangkan prinsip kerja Push Button NC adalah kebalikan dari Push Button NO yaitu sebelum ditekan aliran listrik sudah ada (mengalir) namun jika ditekan berarti kita memutuskan aliran listrik teresebut. Kontak NC akan berfungsi sebagai stop dan kontak NO akan berfungsi sebagai start biasanya digunakan pada sistem pengontrolan motor-motor induksi untuk menjalankan mematikan motor pada industri. Push Button pada umumnya memiliki konstruksi yang terdiri dari kontak bergerak dan kontak tetap. Dari konstruksinya, maka push button dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu: a. Tipe Normally Open (NO) Tombol ini disebut juga dengan tombol start karena kontak akan menutup bila ditekan dan kembali terbuka bila dilepaskan. Bila tombol ditekan maka kontak bergerak akan menyentuh kontak tetap sehingga arus listrik akan mengalir.

Gambar 8. PB NO b. Tipe Normally Close (NC) Tombol ini disebut juga dengan tombol stop karena kontak akan membuka bila ditekan dan kembali tertutup bila dilepaskan. Kontak bergerak akan lepas dari kontak tetap sehingga arus listrik akan terputus.

Gambar 9. PB NC

c. Tipe NC dan NO Tipe ini kontak memiliki 4 buah terminal baut, sehingga bila tombol tidak ditekan maka sepasang kontak akan NC dan kontak lain akan NO, bila tombol ditekan maka kontak tertutup akan membuka dan kontak yang membuka akan tertutup.

Gambar 10. PB NO & NC

Pada gambar 15 posisi push button pada kondisi normal (belum ditekan) maka lampu 1(hijau) yang akan hidup (on) dan lampu 2 (merah) akan mati (off). Setelah ditekan, posisi push button akan berubah, sehingga lampu 1 (hijau) yang akan mati (off) dan lampu 2 (merah) akan hidup (on).

Gambar 11. Saklar Normal dan Saklar Setelah Ditekan.

3. Konstruksi Kontaktor Motor-motor listrik yang mempunyai daya besar harus dapat dioperasikan dengan momen kontak yang cepat agar tidak menimbulkan loncatan bunga api pada alat penghubungnya. Selain itu, dalam pengoperasian yang dapat dilengkapi dengan beberapa alat otomatis dan alat penghubung yang paling mudah adalah dengan menggunakan sakelar magnet yang biasa dikenal dengan kontaktor magnet. Kontaktor magnet yaitu suatu alat penghubung listrik yang bekerja atas dasar magnet yang dapat menghubungkan antara sumber arus dengan muatan. Bila inti koil pada kontaktor diberikan arus, maka koil akan menjadi magnet dan menarik kontak sehingga kontaknya menjadi terhubung dan dapat mengalirkan arus listrik. Sebuah kontaktor harus mampu mengalirkan dan memutuskan arus dalam keadaan kerja normal. Arus kerja normal ialah arus yang mengalir selama pemutusan tidak terjadi. Sebuah kontaktor dapat memiliki koil yang bekerja pada tegangan DC atau AC. Pada tegangan AC, tegangan minimal adalah 85% tegangan kerja, apabila kurang maka kontaktor akan bergetar. Ukuran dari kontaktor ditentukan oleh batas kemampuan arusnya.Biasanya pada kontaktor terdapat beberapa kontak, yaitu kontak normal membuka (Normally Open = NO) dan kontak normal menutup (Normally Close = NC). Kontak NO berarti saat kontaktor magnet belum bekerja kedudukannya membuka dan bila kontaktor bekerja kontak itu menutup/menghubung. Sedangkan kontak NC berarti saat kontaktor belum bekerja kedudukan kontaknya menutup dan bila kontaktor bekerja kontak itu membuka. Jadi fungsi kerja kontak NO dan NC berlawanan. Kontak NO dan NC bekerja membuka sesaat lebih cepat sebelum kontak NO menutup.

Gambar 12. Kontak Kontaktor

Pada gambar diatas, kontak 3 dan 4 adalah NC sedangkan kontak 1 dan 2 adalah NO. Apabila tidak ada arus maka kontak akan tetap diam. Tetapi apabila arus dialirkan dengan menutup switch maka kontak 3 dan 4 akan menjadi NO sedangkan kontak 1 dan 2 menjadi NC. Fungsi dari kontak-kontak dibuat untuk kontak utama dan kontak bantu. Kontak utama tendiri dari kontak NO dan kontak bantu terdiri dan kontak NO dan NC.Konstruksi dari kontak utama berbeda dengan kontak bantu, yang kontak utamanya mempunyai luas permukaanyang luas dan tebal. Kontak bantu luas permukaannya kecil dan tipis.

Gambar 13. Kontaktor

Kontaktor pada umumnya memiliki kontak utama untuk aliran 3 fasa. Dan juga memiliki beberapa kontak bantu untuk berbagai keperluan. Kontak utama digunakan untuk mengalirkan arus utama,yaitu arus yang diperlukan untuk beban,misalnya motor listrik, pesawat pemanas dan sebagainya. Sedangkan kontak bantu digunakan untuk mengalirkan arus bantu yaitu arus yang diperlukan untuk kumparan magnet, alat bantu

rangkaian, lampu lampu indikator, dan lain-lain. Notasi dan penomoran kontak-kontak kontaktor sebagai berikut:

Gambar 14. Notasi dan Penomoran Kontak Kontaktor Penandaan kontak-kontak mempunyai aturan sebagai berikut: Penomoran kontak utama adalah 1, 3, 5 dan 2, 4, 6. Penomoran kontak bantu adalah: a) *1 - *2 untuk NC, contoh 11-12, 21-22, 31-32 dan seterusnya. b) *3 - *4 untuk NO, contoh 13-14, 23-24, 33-34 dan seterusnya. Tabel 1 Notasi dan penomoran kontaktor

Dewasa ini kontaktor magnet lebih banyak digunakan di bidang industri dan laboratonium. Hal ini karena kontaktor mudah dikendalikan dari jarak jauh. Selain itu, dengan perlengkapan elektronik dapat mengamankan rangkaian listrik. Keuntungan menggunakan kontaktor ialah: a. Pelayanannya mudah b. Momen kontak cepat Sedangkan Kerugiannya:

a. Mahal harganya, b. Perawatannya cukup sukar, c. Jika saklar putus sedangkan kontaktor dalam keadaan bekerja,maka kontaktor akan lepas dengan sendirinya.

Kontaktor tidak akan bekerja lagi walaupun sakelar induk telah disambung kembali sebelum tombol start ditekan lagi. Tidak seperti sakelar mekanis, dalam merakit dan menggunaan kontaktor harus dipahami rangkaian pengendali (control) dan rangkaian utama. Rangkaian pengendali ialah rangkaian yang hanya menggambarkan bekerjanya kontaktor dengan kontak-kontak bantunya. Sedangkan rangkaian utama ialah rangkaian yang khusus memberikan hubungan beban dengan sumber tegangan (jaIa-jala) 1 fasa atau 3 fasa. Bila kedua rangkaian itu dipadu akan menjadi rangkaian pengawatan (circuit diagram).

Gambar 15. Konstruksi Kontaktor Magnet

Konstruksi umum sebuah kontaktor dapat dilihat pada gambar diatas. Kontaktor memiliki kontak diam dan kontak-kontak yang bergerak apabila koil

mendapat arus dari sumber. Kontaktor akan bekerja selama koil mendapat arus. Apabila arus terputus maka kontaktor akan kembali ke posisi semula. Perhitungan Rating Kontaktor I = In/80 % .

You might also like