You are on page 1of 43

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat.

Mutu hidup, produktivitas tenaga kerja, angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada bayi dan anak-anak, menurunnya daya kerja fisik serta terganggunya perkembangan mental adalah akibat langsung atau tidak langsung dari masalah gizi kurang. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu masalah gizi yang paling utama pada saat ini di Indonesia adalah kurang kalori dan protein, hal ini banyak ditemukan pada bayi dan anak yang masih kecil. Keadaan juga diperparah karena anak dan bayi merupakan golongan rentan. Terjadinya kerawanan gizi pada bayi selain disebabkan makanan yang kurang juga karena Air Susu Ibu (ASI) banyak diganti dengan susu formula dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. Hal ini pertanda adanya perubahan sosial dan budaya yang negatif dipandang dari segi gizi. Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar enam bulan. Setelah itu, ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein, vitamin, dan mineral utama untuk bayi yang telah mendapat makanan tambahan yang berupa beras. Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin, yaitu sejak masih bayi, salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di masa depan. Akhir-akhir ini sering dibicarakan tentang peningkatan penggunaan ASI. Dukungan politis dari pemerintah terhadap peningkatan penggunaan ASI termasik ASI EKSLUSIF telah memadai, hal ini terbukti dengan telah dicanangkannya Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (GNPP-ASI) oleh Bapak Presiden pada hari Ibu tanggal 22 Desember 1990 yang bertemakan "Dengan ASI, kaum ibu mempelopori peningkatan kualitas manusia Indonesia". Dalam pidatonya presiden menyatakan juga bahwa ASI sebagai makanan tunggal harus diberikan sampai bayi berusia enam bulan. Pemberian ASI tanpa pemberiaan makanan lain ini disebut dengan menyusui secara ekslusif. Selanjutnya bayi perlu mendapatkan makanan pendamping ASI kemudian pemberian ASI di teruskan sampai anak berusia dua tahun.
1

ASI merupakan makanan yang bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan komposisi. Disamping itu ASI mudah dicerna oleh bayi dan langsung terserap. Diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata mampu menghasilkan air susu dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya secara penuh tanpa makanan tambahan selama enam bulan pertama. Bahkan ibu yang gizinya kurang baik pun sering dapat menghasilkan ASI cukup tanpa makanan tambahan selama tiga bulan pertama. ASI sebagai makanan yang terbaik bagi bayi tidak perlu diragukan lagi, namun akhirakhir ini sangat disayangkan banyak diantara ibu-ibu meyusui melupakan keuntungan menyusui. Selama ini dengan membiarkan bayi terbiasa menyusu dari alat pengganti, padahal hanya sedikit bayi yang sebenarnya menggunakan susu formula. Kalau hal yang demikian terus berlangsung, tentunya hal ini merupakan ancaman yang serius terhadap upaya pelestarian dari peningkatan penggunaan ASI. Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003, didapati data jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan hanya mencakup 64% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi. Yakni, 46% pada bayi usia 2-3 bulan dan 14% pada bayi usia 4-5 bulan. Yang lebih memprihatinkan, 13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan. Penelitian Dr. Parma dkk di Rumah Sakit Umum Dr. M. Jamil Padang tahun 1978 1979 di dapatkan bahwa lama pemberian ASI saja sampai 4-6 bulan pada ibu yang karyawan adalah 12,63% dan pada ibu rumah tangga sebanyak 21,27%. Apabila dilihat dari pendidikannya ternyata 75% dari ibu-ibu yang berpendidikan tamat SD telah memberikan makanan pendamping ASI yang terlalu dini pada bayi. Berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibu mengapa keliru dalam pemanfaatan ASI secara eksklusif kepada bayinya, antara lain adalah produksi ASI kurang, kesulitan bayi dalam menghisap, keadaan puting susu ibu yang tidak menunjang, ibu bekerja, keinginan untuk disebut modern dan pengaruh iklan/promosi pengganti ASI dan tidak kalah pentingnya adalah anggapan bahwa semua orang sudah memiliki pengetahuan tentang manfaat ASI. 6 Dari data laporan bulanan Puskesmas Ps. Kuok bulan Januari- Juni tahun 2013, didapatkan angka pencapaian pemberian ASI eksklusif sebanyak 47,40% dari target yang seharusnya dicapai sebanyak 70 % .Oleh karena itu pentingnya upaya untuk meningkatkan pencapaian pemberian ASI Eksklusif.

1.2 Perumusan Masalah 1. Apa saja faktor yang menyebabkan angka pemberian ASI eksklusif masih rendah di wilayah kerja puskesmas Pasar Kuok? 2. Apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif di wilayah puskesmas Pasar Kuok?

1.3 Tujuan Penulisan 1. Mengidentifikasi masalah pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kuok. 2. Menemukan penyebab utama rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kuok. 3. Menentukan pemecahan masalah agar pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kuok dapat terlaksana dengan baik.

1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Bagi puskesmas Sebagai masukan bagi petugas Puskesmas Pasar Kuok sehingga dapat dijadikan sebagai pemecahan masalah dalam rangka meningkatkan pencapaian pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kuok. 1.4.2 Bagi Masyarakat Untuk meningkatkan pengetahuan dan peran serta masyarakat dalam pemberian ASI eksklusif. 1.4.3 Bagi Penulis Sebagai bahan pembelajaran dan menambah pengetahuan penulis dalam menganalisis dan memberikan solusi pada permasalahan yang di hadapi Puskesmas.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air Susu Ibu (ASI) Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garamgaram anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. Sedangkan ASI Ekslusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur 6 (enam) bulan tanpa makanan dan ataupun minuman lain kecuali sirup obat. ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.

2.2 Kebaikan ASI dan Menyusui ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut: a. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah dicerna dan memiliki komposisi zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi. b. ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Di dalam usus laktosa akan difermentasi menjadi asam laktat yang bermanfaat untuk: Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen. Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin. Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat. Memudahkan penyerahan berbagai jenis mineral, seperti calsium, magnesium. c. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin. d. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi. e. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga dapat memberikan keuntungan bagi ibu, yaitu:

a. Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan kehidupan kepada bayinya. b. Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak. c. Dengan menyusui, bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan pengembalian keukuran sebelum hamil d. Mempercepat berhentinya pendarahan post partum. e. Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberapa bulan sehingga dapat menjarangkan kehamilan. f. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang. g. Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan, sehingga h. Memberi jarak antar anak yang lebih panjang alias menunda kehamilan berikutnya i. Karena kembalinya menstruasi tertunda, ibu menyusui tidak membutuhkan zat besisebanyak ketika mengalami menstruasi j. Ibu lebih cepat langsing. Penelitian membuktikan bahwa ibu menyusui enam bulan lebih langsing setengah kg dibanding ibu yang menyusui empat bulan. Selain itu, pemberian ASI juga bermanfaat bagi keluarga, yaitu : a. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, botol susu kayu bakar atau minyak untuk merebus air, susu atau peralatan. b. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam perawatan kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit. c. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi LAM dari ASI eksklusif. d. Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat. e. Memberikan ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab ASI selalu siap tersedia. f. Lebih praktis saat akan bepergian, tidak perlu membawa botol, susu, air panas, dll.

2.3 Produksi ASI Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada puting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar Pituitari Anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan pengeluaran ASI. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down Reflex, dimana hisapan puting dapat merangsang kelenjar Pituitary Posterior untuk menghasilkan hormon oksitosin, yang dapat merangsang

serabut otot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar. Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk menampung air susu sangat jarang terjadi. Payudara secara fisiologis merupakan tenunan aktif yang tersusun seperti pohon tumbuh di dalam puting dengan cabang yang menjadi ranting semakin mengecil. Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-cabang besar menuju saluran ke dalam puting. Secara visual payudara dapat digambarkan sebagai setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yang mengsekresi dimana setiap selnya mampu memproduksi susu, bila sel-sel Myoepithelial di dalam dinding alveoli berkontraksi, anggur tersebut terpencet dan mengeluarkan susu ke dalam ranting yang mengalir ke cabangcabang lebih besar, yang secara perlahan-lahan bertemu di dalam areola dan membentuk sinus lactiferous. Pusat dari areola (bagan yang berpigmen) adalah putingnya, yang tidak kaku letaknya dan dengan mudah dihisap (masuk kedalam) mulut bayi. Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:1 A. Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak. Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi. Komposisi colostrum dari hari ke hari berubah. Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI Mature. Merupakan suatu laksatif yang ideal untuk membersihkan mekonium usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya. Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI Mature, tetapi berlainan dengan ASI Mature dimana protein yang utama adalah casein sedangkan pada colostrum protein yang utama adalah globulin, sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi. Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama. Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI Mature.

Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58 kalori/100 ml colostrum. Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah. Bila dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak. PH lebih alkalis dibandingkan ASI Mature. Lemaknya lebih banyak mengandung Cholestrol dan lecitin di bandingkan ASI Mature. Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi menjadi kurang sempurna, yangakan menambah kadar antobodi pada bayi. Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam. B. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi) Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI Mature. Disekresi dari hari ke 4 hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu ke 3 ke 5. Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi. Volume semakin meningkat. C. Air Susu Mature ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan. Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yangs sehat ASI merupakan makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi. ASI merupakan makanan yang mudah didapat, selalu tersedia, siap diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai untu bayi. Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung casienat, riboflavum dan karoten. Tidak menggumpal bila dipanaskan. Volume: 300 850 ml/24 jam Terdapat anti microbaterial factor, yaitu: Antibodi terhadap bakteri dan virus. Cell (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type T)
7

Enzim (lysozime, lactoperoxidese) Protein (lactoferrin, B12 Ginding Protein) Faktor resisten terhadap staphylococcus. Complement ( C3 dan C4)

2.4 Volume Produksi ASI Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah ini akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia minggu kedua. Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menyusui bayinya selama 46 bulan pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi kebutuhan gizinya. Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan. Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan/penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit. Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi sekitar 700800 ml ASI setiap hari. Akan tetapi penelitian yang dilakukan pada beberpa kelompok ibu dan bayi menunjukkan terdapatnya variasi dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama. Konsumsi ASI selama satu kali menysui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil ASI. Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6 bulan kedua, dan 300-500 ml dalamtahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi selama menyusui. Akan tetapi kadang-kadang terjadi bahwa peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat
8

meningkatkan produksi air susunya. Produksi ASI dari ibu yang kekurangan gizi seringkali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan akibat yang fatal bagi bayi yang masih sangat muda. Di daerah-daerah dimana ibu-ibu sangat kekurangan gizi seringkali ditemukan marasmus pada bayi-bayi berumur sampai enam bulan yang hanya diberi ASI.

2.5 Komposisi ASI Kandungan colostrum berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum lebih banyak mengandung imunoglobin A (IgA), laktoferin dan sel-sel darah putih, yang sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi terhadap serangan penyakit (Infeksi), lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak, mengandung vitamin dan lebih banyak mengandung mineral-mineral natrium (Na) dan seng (Zn). Berdasarkan sumber dari food and Nutrition Boart, National Research Council Washington tahun 1980 diperoleh perkiraan komposisi Kolostrum ASI dan susu sapi untuk setiap 100 ml seperti tertera pada tabel 1. Perbandingan komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi dapat dilihat pada tabel 1. Dimana susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein daripada ASI. Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya berupa protein whey yang larut. Kandungan kasein yang tinggi akan membentuk gumpalan yang relatif keras dalam lambung bayi. Bila bayi diberi susu sapi, sedangkan ASI walaupun mengandung lebih sedikit total protein, namun bagian protein wheynya lebih banyak, sehingga akan membetuk gumpalan yang lunak dan lebih mudah dicerna serta diserapoleh usus bayi. Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak, yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi dibandingkan dengan lemak susu sapi, sebab ASI mengandung lebih banyak enzim pemecah lemak (lipase). Kandungan total lemak sangat bervariasi dari satu ibu ke ibu lainnya, dari satu fase laktasi air susu yang pertama kali keluar hanya mengandung sekitar 1 2% lemak dan terlihat encer. Air susu yang encer ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air susu berikutnya disebut Hand milk, mengandung sedikitnya tiga sampai empat kali lebih banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak memperoleh air susu ini.

Tabel 1. Komposisi Kolostrum, ASI dan Susu Sapi untuk setiap 100 ml Zat-zat Gizi Energi (K Cal) Protein (g) - Kasein/whey - Kasein (mg) - Laktamil bumil (mg) - Laktoferin (mg) - Ig A (mg) Laktosa (g) Lemak (g) Vitamin - Vit A (mg) - Vit B1 (mg) - Vit B2 (mg) - Asam Nikotinmik (mg) - Vit B6 (mg) - Asam pantotenik - Biotin - Asam folat - Vit B12 - Vit C - Vit D (mg) - Vit Z - Vit K (mg) Mineral - Kalsium (mg) - Klorin (mg) - Tembaga (mg) - Zat besi (ferrum) (mg) - Magnesium (mg) - Fosfor (mg) - Potassium (mg) 85 40 70 4 14 74 48 35 40 40 100 4 15 57 1,9 30 75 183 0,06 0,05 0,05 5,9 1,5 39 75 14 40 160 12-15 246 0,6 0,1 0,1 5 0,04 0,25 1,5 41 43 145 82 64 340 2,8 ,13 0,6 1,1 0,02 0,07 6 130 108 14 70 12 120 145 58 Kolostrum 58 2,3 140 218 330 364 5,3 2,9 151 ASI 70 0,9 1 : 1,5 187 161 167 142 7,3 4,2 Susu Sapi 65 3,4 1 : 1,2 4,8 3,9

10

- Sodium (mg) - Sulfur (mg)

22

15 14

30

Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat dalam air susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi dan terdapat lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi. Di samping fungsinya sebagai sumber energi, juga di dalam usus sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat. Di dalam usus asam laktat tersebut membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan juga membantu penyerapan kalsium serta mineral-mineral lain. ASI mengandung lebih sedikit kalsium daripada susu sapi tetapi lebih mudah diserap, jumlah ini akan mencukupi kebutuhan untuk bahan-bahan pertama kehidupannya. ASI juga mengandung lebih sedikit natrium, kalium, fosfor dan chlor dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan bayi. Apabila makanan yang dikonsumsi ibu memadai, semua vitamin yang diperlukan bayi selama empat sampai enam bulan pertama kehidupannya dapat diperoleh dari ASI. Hanya sedikit terdapat vitamin D dalam lemak susu, tetapi penyakit polio jarang terjadi pada anak yang diberi ASI, bila kulitnya sering terkena sinar matahari. Vitamin D yang terlarut dalam air telah ditemukan terdapat dalam susu, meskipun fungsi vitamin ini merupakan tambahan terhadap vitamin D yang terlarut lemak.

2.6 Manajemen Laktasi Manajemen laktasi adalah upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya Adapun upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut pada masa kehamilan (antenatal): Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, di samping bahaya pemberian susu botol. Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan puting susu, apakah ada kelainan atau tidak. Di samping itu, perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil. Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.
11

Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trimester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat belum hamil.

Pada masa segera setelah persalinan (prenatal) a. Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menyusui yang baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melekatkan bayi pada payudara ibu. b. Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal. c. Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000S1) dalam waktu dua minggu setelah melahirkan. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal) a. Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 6 bulan pertama usia bayi, yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya. b. Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 kali lebih banyak dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari. c. Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat. d. Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang keberhasilan menyusui. e. Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada permasalahan menysusui seperti payudara banyak disertai demam. f. Menghubungi kelompok pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui bagi mereka. g. Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan, berikan MP ASDI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas.

Betapapun tingginya dan baiknya mutu ASI sebagai makanan bayi, manfaatnya bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat ditentukan oleh jumlah ASI yang dapat diberikan oleh ibu. Kebaikan dan mutu ASI yang dapat dihasilkan oleh ibu tidak sesuai dengan kebutuhan bayi, dan akibatnya bayi akan menderita gangguan gizi. ASI sebagai makanan tunggal harus diberikan sampai bayi berumur 6 bulan. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan PP-ASI yaitu ASI diberikan selama 2 tahun dan baru pada usia 4 bulan bayi mulai di beri makanan pendamping ASI, paling lambat usia 6 bulan karena ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi pada 6 bulan pertama.
12

Adapun makanan bayi umur 0-6 bulan adalah sebagai berikut Susui bayi segera dalam 30 menit setelah lahir (Inisiasi dini) Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI. Pada periode ini, ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, karena ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu. Dengan menyusui akan terjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan anak. Berikan Kolostrum Berikan ASI dari kedua payudara, kiri dan kanan secara bergantian, tiap kali sampai payudara terasa kosong. Payudara yang dihisap sampai kosong merangsang produksi ASI yang cukup. o Berikan ASI setiap kali meminta/menangis tanpa jadwal. o Berikan ASI 8-12 kali setiap hari, termasuk pada malam hari.

2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI Adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah: a. Makanan Ibu Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi, jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI. Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tamabahan disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur. Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tamabahan makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dan walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein

13

seperti ikan, telur dan kacang-kacangan. Bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI. b. Ketentraman Jiwa dan Pikiran Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya. Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui bayinya, reflek tersebut adalah: Reflek Prolaktin Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan neurohormonal pada puting susu dan aerola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hypophyse melalui nervus vagus, terus ke lobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan sampai pada kelenjar kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI. Let-down Refleks (Refleks Milk Ejection) Refleks ini membuantu melancarkan keluarnya ASI. Bila bayi didekatkan pada payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu. Refleks memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut: rooting reflex (reflex menoleh). Bayi secara otomatis menghisap puting susu ibu dengan bantuan lidahnya. Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa, dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI dan akan menangis. Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin mengganggu let down reflex. c. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitikberatkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah pemberian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekitar kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan.

14

d. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron. Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan. Oleh karena itu, alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oksitosin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI. e. Perawatan Payudara Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan apablia terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar.

2.8 Upaya peningkatan Pemberian ASI Eksklusif 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui : 1. 2. 3. Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui. Melatih semua staf pelayanan kesehatan dengan ketrampilan. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan

penatalaksanaannya melalui unit rawat jalan kebidanan dengan memberikan penyuluhan: manfaat ASI dan rawat gabung, perawatan payudara, makanan ibu hamil, KB, senam hamil dan senam payudara. 4. Membantu ibu-ibu mulai menyusui bayinya dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat narkose umum, bayi disusui setelah ibu sadar. 5. Memperlihatkan kepada ibu-ibu bagaimana cara menyusui dan cara

mempertahankannya, melalui penyuluhan yang dilakukan di ruang perawatan. 6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir. 7. Melaksanakan rawat gabung yang merupakan tangung jawab bersama antara dokter, bidan, perawat dan ibu. 8. 9. Memberikan ASI kepada bayi tanpa dijadwal. Tidak memberikan dot atau kempeng.

15

Membentuk dan membantu pengembangan kelompok pendukung ibu menyusui, seperti adanya pojok laktasi yang memantau kesehatan ibu nifas dan bayi, melanjutkan penyuluhan agar ibu tetap menyusui sampai anak berusia 2 tahun, dan demonstrasi perawatan bayi, payudara.

16

BAB 3 METODE DAN LANGKAH LANGKAH PELAKSANAAN PROGRAM

3.1 Identifikasi Masalah Kesehatan di Puskesmas Pasar Kuok Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan observasi dan wawancara dengan kepala puskesmas dan staf pemegang program di Puskesmas Pasar Kuok dan juga melalui data sekunder berupa laporan bulanan dari masing masing program dan evaluasi

pencapaian kegiatan program puskesmas pada tahun 2013. Untuk data sekunder, terdapat kesulitan dalam mengumpulkan data sekunder Puskesmas Pasar Kuok. Hal ini disebabkan laporan tahunan Puskesmas Pasar Kuok tidak ada. Sehingga terdapat kesulitan dalam merekap masalah di puskesmas. Oleh karena itu, data sekunder hanya diambil dari rekap laporan bulanan dari Januari- juni 2013. Beberapa potensi masalah yang didapatkan di Puskesmas Pasar Kuok, diantaranya yaitu :

3.1.1 Masih rendahnya angka penjaringan suspek TB paru Penemuan kasus TB merupakan salah satu upaya untuk menekan angka kejadian TB, dimana Indonesia menduduki peringkat ke-3 terbanyak kasus TB di dunia. Jika angka penemuan masih rendah, maka penularan TB akan terus terjadi di masyarakat, sehingga kejadian TB di Indonesia tetap akan mengalami peningkatan. Di Puskesmas Pasar Kuok, pencapaian penemuan angka penjaringan suspek TB Paru pada bulan Januari Juni tahun 2013 mencapai 62% dari target yang seharusnya dicapai adalah 100%. Dibawah ini adalah tabel target dan penemuan kasus BTA positif tahun 2013. Tabel 2. Target Suspek dan Penemuan Kasus BTA Positif Tahun 2013 Puskesmas Pasar Kuok Target Suspek TBC Target BTA (+)

No

Nama Kampung

Jumlah Penduduk

1 2 3 4 5

Tanjung Kandis Koto Keduduk Koto Panjang Ujung Batu Taluak Limpaso

655 749 333 700 1609 37 4 28 3

17

6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Koto Baru Koto Nan Tigo Limau manis Bukit Tb. Tulang Limau Sundai Koto Tuo Inunang Pasar Kuok Jalamu Induring Anakan Sapan Taluak Kasai Sungai Bungin Labuan Baru Taluak Betung R. Patambuan Jumlah

1271 1042 543 2257 1030 1002 406 1748 705 170 2213 1406 1195 365 105 621 710 20.835 331 36 21 2 27 3 58 6 50 5 36 16 23 4 2 2 46 5

Tabel 3. Capaian Suspek dan Penemuan Kasus BTA Positif Tahun 2013 Puskesmas Pasar Kuok TRIWULA N I II TOTAL TARGET SUSPEK 83 83 166 SUSPEK DIPERIKSA 73 30 103 % 88% 36.1% 62% PENEMUAN BTA (+) 7 2 9 % 9,5% 6,7% 8,7 %

(Sumber : Laporan bulanan (januari-Juni) Puskesmas Ps. Kuok 2013)

Pada tahun 2013, DKK telah menetapkan target penjaringan kasus TB di Puskesmas Pasar Kuok dalam 1 tahun sebanyak 331 dari 20.835 jumlah penduduk. Dari tabel diatas, diketahui bahwa jumlah suspek tuberkulosis yang diperiksa dari triwulan I ( 88% ) dan triwulan II ( 36,1% ) tidak pernah mencapai target yang telah ditetapkan oleh DKK yaitu
18

100% . Dari jumlah suspek tuberkulosis yang diperiksa selama semester awal tahun 2013, didapatkan hanya 62% dari jumlah target yang ditentukan. Hal ini masih jauh dari target yang ditetapkan DKK. Selain itu, dari jumlah suspek yang diperiksa, jumlah penemuan BTA positif dari suspek yang diperiksa belum mencapai target yaitu sebesar 10%.

3.1.2 Rendahnya Cakupan Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif Berdasarkan data bagian gizi puskesmas Ps. Kuok, pencapaian pemberian ASI eksklusif pada bayi dari bulan januari juni tahun 2013 masih jauh dari target ( 70% ). Pencapaian ASI eksklusif dari bulan januari juni 2013 adalah 47,40 %. Berikut ini adalah Pencapaian ASI Ekslusif puskesmas Pasar Kuok Kecamatan Batang Kapas dari bulan januari juni 2013 : a. Bulan Januari Tabel 4. Pencapaian ASI Ekslusif puskesmas Pasar Kuok Kecamatan Batang Kapas bulan januari NO Kampung Jumlah Sasaran (Bayi 0-5 bulan) (orang) Jumlah Bayi yang Diberi ASI Ekslusif (orang) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Kuala Indah R Patambuhan Jalamu Ps. Kuok Koto Tuo Limau Sungai Bk. Tb Tulang Anakan Sapan Taluak Kasai Sungai Bungin Koto Nan Tigo Limau Manih Koto Baru Tanjung Limpaso Ujung Batu 9 14 10 13 6 12 7 19 4 15 9 15 6 11 8 5 3 3 7 8 1 6 4 4 4 14 4 7 3 4 4 2
19

17 18 19 20

Koto Kaduduk Koto Panjang Tanjung Kandis Inunang Jumlah Persentase

3 4 8 6 180 45,56%

1 3 4 4 82

b. Bulan Februari Tabel 5. Pencapaian ASI Ekslusif puskesmas Pasar Kuok Kecamatan Batang Kapas bulan Februari NO Kampung Jumlah Sasaran (Bayi 0-5 bulan) (orang) Jumlah Bayi yang Diberi ASI Ekslusif (orang) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Kuala Indah R Patambuhan Jalamu Ps. Kuok Koto Tuo Limau Sungai Bk. Tb Tulang Anakan Sapan Taluak Kasai Sungai Bungin Koto Nan Tigo Limau Manih Koto Baru Tanjung Limpaso Ujung Batu Koto Kaduduk Koto Panjang Tanjung Kandis Inunang 10 14 10 12 6 12 10 12 8 13 4 14 6 7 9 5 6 3 9 2 3 3 6 8 1 6 7 3 5 8 4 6 3 3 5 4 3 3 6 2
20

Jumlah Persentase

172 51,74%

89

c. Bulan Maret Tabel 6. Pencapaian ASI Ekslusif puskesmas Pasar Kuok Kecamatan Batang Kapas bulan Maret NO Kampung Jumlah Sasaran (Bayi 0-5 bulan) (orang) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Kuala Indah R Patambuhan Jalamu Ps. Kuok Koto Tuo Limau Sungai Bk. Tb Tulang Anakan Sapan Taluak Kasai Sungai Bungin Koto Nan Tigo Limau Manih Koto Baru Tanjung Limpaso Ujung Batu Koto Kaduduk Koto Panjang Tanjung Kandis Inunang Jumlah Persentase 9 14 10 14 6 12 7 23 4 15 9 22 6 11 8 5 3 4 12 6 180 45,56% Jumlah Bayi yang Diberi ASI Ekslusif (orang) 3 3 7 13 1 6 4 8 4 14 5 7 3 4 4 2 1 2 6 3 82

21

d. Bulan April Tabel 7. Pencapaian ASI Ekslusif puskesmas Pasar Kuok Kecamatan Batang Kapas bulan April NO Kampung Jumlah Sasaran (Bayi 0-5 bulan) (orang) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Kuala Indah R Patambuhan Jalamu Ps. Kuok Koto Tuo Limau Sungai Bk. Tb Tulang Anakan Sapan Taluak Kasai Sungai Bungin Koto Nan Tigo Limau Manih Koto Baru Tanjung Limpaso Ujung Batu Koto Kaduduk Koto Panjang Tanjung Kandis Inunang Jumlah Persentase 4 12 6 101 42,57% 2 4 3 43 9 22 5 8 10 23 6 4 15 11 Jumlah Bayi yang Diberi ASI Ekslusif (orang)

e. Bulan Mei Tabel 8. Pencapaian ASI Ekslusif puskesmas Pasar Kuok Kecamatan Batang Kapas bulan Mei NO Kampung Jumlah Sasaran (Bayi 0-5 bulan) (orang) Jumlah Bayi yang Diberi ASI Ekslusif (orang)
22

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Kuala Indah R Patambuhan Jalamu Ps. Kuok Koto Tuo Limau Sungai Bk. Tb Tulang Anakan Sapan Taluak Kasai Sungai Bungin Koto Nan Tigo Limau Manih Koto Baru Tanjung Limpaso Ujung Batu Koto Kaduduk Koto Panjang Tanjung Kandis Inunang Jumlah Persentase 98 48,98% 48 4 12 2 4 26 10 14 6 9 23 5 7 14 10

f. Bulan Juni Tabel 9. Pencapaian ASI Ekslusif puskesmas Pasar Kuok Kecamatan Batang Kapas bulan Juni NO Kampung Jumlah Sasaran (Bayi 0-5 bulan) (orang) 1 2 3 4 Kuala Indah R Patambuhan Jalamu Ps. Kuok 14 5 Jumlah Bayi yang Diberi ASI Ekslusif (orang)

23

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Koto Tuo Limau Sungai Bk. Tb Tulang Anakan Sapan Taluak Kasai Sungai Bungin Koto Nan Tigo Limau Manih Koto Baru Tanjung Limpaso Ujung Batu Koto Kaduduk Koto Panjang Tanjung Kandis Inunang Jumlah Persentase 44 50% 22 4 1 26 16

Capaian ASI Ekslusif Puskesmas Pasar Kuok Bulan Januari- Juni Tahun 2013
60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Januari Februari Maret April Mei Juni Capaian ASI Ekslusif Puskesmas Pasar Kuok Bulan Januari- Juni Tahun 2013

Grafik 1. Capaian ASI Eksklusif Puskesmas Pasar Kuok Bulan Januari- Juni 2013

24

3.1.3 Pencapaian N/D Posyandu masih rendah Berikut ini ditampilkan laporan bulanan angka N/D Puskesmas Pasar Kuok tahun 2013.

Tabel 10. Angka N/D Puskesmas Pasar Kuok semester pertama tahun 2013 Tahun 2013 USIA JUMLAH Januari N Bayi Baduta 2-5 tahun 423 421 1257 223 181 358 762 D Februari N D 235 266 678 1179 Maret N 272 223 576 1071 D 312 269 685 1266 April N 287 220 495 1002 D 332 345 676 1353 Mei N 275 255 560 1090 D 326 390 809 1525 Juni N 294 286 678 1258 D 330 385 759 1474

251 213 224 240 465 572 940 1025

JUMLAH 2101 N/D ( % )

81,06

86,94

84,60

74,06

71,48

85,35

N/D adalah jumlah anak yang berat badan ditimbang yang naik dibanding dengan jumlah anak yang datang ke Posyandu. Angka N/D merupakan indakator status gizi anak di suatu wilayah dalam hal ini bertujuan untuk menjaring kasus buruk di suatu wilayah. Pada program gizi di Puskesmas Pasar Kuok ditemukan angka N/D yang masih rendah, selama tahun 2013 dari bulan Januari sampai bulan Juni, hanya dua bulan yang mencapai target N/D yaitu pada bulan Februari (86,94%) dan bulan Juni (85,35%). Sedangkan pada empat bulan selebihnya pada tahun 2013, angka N/D masih belum mencapai target. Angka N/D terendah didapat pada bulan Mei (71,48%). Hal ini menunjukkan tidak semua balita yang ditimbang mengalami kenaikan berat badan. Selain itu, dari data yang didapat dari bulan Januari sampai bulan Juni terdapat ketidakstabilan angka N/D disetiap bulan. Hal ini tentu mengganggu upaya penjaringan kasus gizi buruk di Puskesmas Pasar Kuok, sehingga sulit untuk menentukan status gizi di wilayah kerja PuskesmasPasar Kuok. Untuk itu diperlukan adanya penyuluhan tentang pentingnya penimbangan berat badan bayi dan balita setiap bulan dan upaya peningkatan gizi bayi dan balita di setiap posyandu.

3.1.4 Rendahnya Angka Ibu Hamil Resiko Tinggi Persentase pencapaian deteksi ibu hamil resiko tinggi memiliki target sebesar 20%. Dari laporan bulanan semester awal ( Januari Juni ) tahun 2013, pencapaian sekitar 5,9 %. Angka deteksi resti yang masih rendah ini, akan menyebabkan kehamilan resiko tinggi yang
25

tidak terdeteksi akan terlambat ditangani dan diantisipasi oleh petugas kesehatan sehingga mengakibatkan kegawatan bagi ibu dan janin,dan bisa menyebabkan kematian ibu dan anak. Tabel 11. Jumlah Ibu Hamil Resiko Tinggi di Puskesmas Pauh tahun 2013 (Januari Juni ) K1 No DESA SASARAN BUMIL 16 14 16 4 39 15 9 26 CAPAIAN 8 5 4 1 9 12 6 11 % 50 36 25 25 23 80 67 42 SASARAN BUMIL RESTI 3 3 4 1 8 3 2 6 CAPAIAN BUMIL RESTI Oleh Nakes 0 0 2 0 1 3 0 1 4 1 2 0 2 1 5 1 0 4 0 0 1 0 27 % 0 0 50 0 12,5 100 0 16,7

1 2 3 4 5 6 7 8

R. Patambuan Taluak Betung Jalamu Induring Pasar Kuok Koto Tuo Inunang Limau Sundai Bukit Tb

9 10 11 12 13 14 15 16 17

Tulang Anakan Sapan Taluak Kasai Sungai Bungin Labuan Baru Koto Nan Tigo Limau Manis Koto Baru Taluak

50 49 31 27 8 2 26 12 28

27 15 16 12 3 4 13 9 11

54 31 59 46 38 200 50 75 42

10 10 6 5 2 0 5 2 6

40 10 33,3 0 100 100 50 0

18 19 20 21 22

Limpaso Ujung Batu Koto Keduduk Koto Panjang Tanjung Kandis JUMLAH

36 16 17 8 16 456

15 8 2 7 10 209

42 56 13 88 67 46

7 3 3 1 3 93

57,1 0 0 100 0 29,03%

(Sumber : Laporan Bulanan ( Jan- Jun) Puskesmas Ps. Kuok 2013)


26

Dari tabel diatas ditemukan bahwa dari 22 desa di daerah kerja Puskesmas Ps. Kuok, 4 desa dapat mencapai target deteksi ibu resti sebanyak 20% yaitu desa Koto Panjang, Koto Nan Tigo, Sungai Bungin, dan Koto Tuo. Sedangkan 9 desa lainnya tidak dapat mencapai deteksi ibu resti sama sekali ( kasus 0%). Rendahnya kasus ibu hamil dengan resiko tinggi mengakibatkan tenaga kesehatan tidak dapat mendeteksi . Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan ibu hamil akan pentingnya menjaga asupan gizi selama kehamilan, rendahnya kesadaran Ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan Antenatal Care selama kehamilan terutama bagi Ibu yang memiliki riwayat komplikasi selama kehamilan, persalinan maupun nifas, dan masih rendahnya taraf ekonomi sebagian besar masyarakat. Selain itu, hal ini kemungkinan disebabkan oleh kurangnya kerja sama antara Puskesmas dengan Bidan Praktek Swasta dalam hal pelaporan kasus resti sehingga Puskesmas tidak dapat mendeteksi semua kasus resti yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kuok.

3.1.5 Rendahnya Pencapaian K4 Pencapain K4 Puskesmas Pasar Kuok bulan Januari-Juni tahun 2013 belum mencapai target (45%). Pencapaian K4 Puskesmas Pasar Kuok bulan Januari-Juni tahun 2013 adalah 29%. Berikut ini adalah tabel pencapaian program K4 Puskesmas Pasar Kuok:

Tabel 12. Pencapaian K4 bulan Januari- Juli 2013 NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Sasaran Ibu Hamil (orang) 456 456 456 456 456 456 K4 (orang) 28 12 19 26 25 23 Persentase (%) 6 9 13 18 24 29

27

3.2 Prioritas Masalah Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program dan kegiatan di Puskesmas tidak memungkinkan untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya, karena terbatasnya sumber daya dan dana sehingga perlu ditentukan prioritas masalah yang merupakan masalah utama yang memang benar-benar bisa dilakukan intervensi. Dalam hal ini metode yang digunakan adalah teknik scoring, yaitu : - Urgensi: merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan Nilai 1 : tidak penting Nilai 2 : kurang penting Nilai 3 : cukup penting Nilai 4 : penting Nilai 5 : sangat penting - Intervensi Nilai 1 : tidak mudah Nilai 2 : kurang mudah Nilai 3 : cukup mudah Nilai 4 : mudah Nilai 5 : sangat mudah - Biaya Nilai 1 : sangat mahal Nilai 2 : mahal Nilai 3 : cukup murah Nilai 4 : murah Nilai 5 : sangat murah - Kemungkinan meningkatkan mutu Nilai 1 : sangat rendah Nilai 2 : rendah Nilai 3 : cukup sedang Nilai 4 : tinggi Nilai 5 : sangat tinggi

28

Tabel 13. Prioritas Masalah Kriteria Masih rendahnya angka penjaringan suspek TB paru Rendahnya Cakupan Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif Pencapaian N/D Posyandu masih rendah Rendahnya Angka Ibu Hamil Resiko Tinggi Rendahnya Pencapaian K4 Urgensi Intervensi 4 2 Biaya 2 Mutu 4 Total 12 Rank IV

17

4 4

4 2

3 2

3 3

14 11

II V

13

III

3.3 Analisis Sebab Akibat Masalah Berdasarkan analisa masalah di atas, penulis mencoba untuk meningkatkan pencapaian target pemberian ASI Eksklusif. Berikut ini merupakan rincian analisa masalah yang penulis temukan : 1. Lingkungan. 2. Semakin banyaknya iklan-iklan mengenai susu formula

Manusia. Pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat tentang Asi ekslusif yang masih rendah. Belum semua kader posyandu mendapatkan pelatihan tentang ASI eksklusif. Motivasi yang masih kurang dari petugas untuk mengingatkan pemberian ASI eksklusif. Banyaknya ibu yang bekerja Adanya anggapan di masyarakat yang berkembang bahwa susu formula lebih baik dari pada ASI

3.

Material Media dan alat peraga, seperti leaflet, poster mengenai pemberian ASI eksklusif jumlahnya masih kurang.
29

Alat peraga yang masih konvensional belum menggunakan audio visual

4. Metode Promosi pemberian ASI eksklusif ke masyarakat berupa sosialisasi melalui penyuluhan masih kurang. Pelaksanaan Konseling Laktasi di Puskesmas belum optimal

Untuk menunjukkan hubungan sebab akibat, maka dibuat diagram sebab akibat (diagram tulang ikan) sebagai berikut :
Manusia :

Pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat tentang Asi ekslusif yang masih rendah. Belum semua kader posyandu mendapatkan pelatihan tentang ASI eksklusif. Motivasi yang masih kurang dari petugas untuk mengingatkan pemberian ASI eksklusif. Banyaknya ibu yang bekerja Adanya anggapan di masyarakat yang berkembang bahwa susu formula lebih baik dari pada ASI Lingkungan Semakin iklan-iklan susu formula banyaknya mengenai

Tingkat Pemberian ASI Ekslusif yang Rendah di Wilayah Kerja Puskesmas Ps. Kuok

Material Media dan alat peraga, seperti leaflet, poster mengenai pemberian ASI

Metode Promosi pemberian ASI eksklusif ke masyarakat berupa sosialisasi melalui penyuluhan masih kurang. Pelaksanaan Konseling Laktasi di Puskesmas belum optimal

eksklusif jumlahnya masih kurang. Alat peraga yang masih konvensional belum menggunakan audio visual

30

3.4 Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan penetapan prioritas masalah tersebut maka dapat diuraikan upaya pemecahan masalah pada program serta kegiatan yang belum terpapai pada tabel 14 . Tabel 14. Tabel Alternatif Pemecahan Masalah
No 1 Permasalahan Pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat tentang Asi ekslusif yang masih rendah. Belum semua kader posyandu mendapatkan pelatihan tentang ASI eksklusif. Motivasi yang masih kurang dari petugas untuk mengingatkan pemberian ASI eksklusif. Banyaknya ibu yang bekerja Adanya anggapan di masyarakat yang berkembang bahwa susu formula lebih baik dari pada ASI Semakin banyaknya iklan-iklan mengenai susu formula Alternatif Pemecahan Masalah Penyuluhan terhadap masyarakat tentang ASI eksklusif di posyandu, kelas ibu dan balita serta konseling laktasi di Puskesmas Dilaksanakan pelatihan tentang ASI eksklusif terhadap kader posyandu Pemberian pelatihan dan motivasi bagi setiap kader agar turut serta mengingatkan masyarakat akan pentingnya ASI eksklusif Pemberian edukasi dan pelatihan kepada ibu untuk memerah susu di Posyandu Penyuluhan terhadap masyarakat tentang ASI eksklusif di posyandu, kelas ibu dan balita serta konseling laktasi di Puskesmas Kerja sama dengan lintas sektor seperti Bidan Praktek Swasta yang ada di wilayah kerja Puskesmas tentang digalakkannya ASI Eksklusif Penambahan pengadaan media dan alat peraga, seperti leaflet, poster mengenai pemberian ASI eksklusif Pengadaan video ASI eksklusif oleh pihak puskesmas Padang Karambia Penyuluhan terhadap masyarakat tentang ASI eksklusif setiap kunjungan posyandu. Mengoptimalkan pelaksanaan konseling laktasi di klinik gizi puskesmas padang karambia

4 5

8 9

10

Media dan alat peraga, seperti leaflet, poster mengenai pemberian ASI eksklusif jumlahnya masih kurang. Alat peraga yang masih konvensional belum menggunakan audio visual Promosi pemberian ASI eksklusif ke masyarakat berupa sosialisasi melalui penyuluhan masih kurang. Pelaksanaan Konseling Laktasi di Puskesmas belum optimal

3.5 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Penetapan Prioritas alternatif pemecahan masalah ditetapkan berdasarkan teknik scoring. Kriteriah nilai yang digunakan adalah waktu pelaksanaan , dana untuk kegiatan dan SDM pelaksana sebagai berikut : 1. Waktu a. nilai 1 = sangat lama b. nilai 2 = lama c. nilai 3 = cukup d. nilai 4 = cepat e. nilai 5 = sangat cepat
31

2. Dana a. nilai 1 = sangat maksimal b. nilai 2 = maksimal c. nilai 3 = cukup d. nilai 4 = minimal e. nilai 5 = sangat minimal 3. Sumber Daya Manusia (SDM) a. nilai 1 = tidak memadai b. nilai 2 = kurang memadai c. nilai 3 = cukup d. nilai 4 = memadai e. nilai 5 = sangat memadai

Tabel 15. Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah


Alternatif Pemecahan Masalah No 1 2 Penyuluhan terhadap masyarakat tentang ASI eksklusif di posyandu Penyuluhan terhadap masyarakat tentang ASI eksklusif di kelas ibu hamil dan kelas ibu balita Konseling laktasi di klinik gizi Puskesmas Pelatihan kader posyandu tentang ASI eksklusif Kerja sama dengan lintas sektor seperti Bidan Praktek Swasta di wilayah kerja Puskesmas tentang digalakkannya ASI Eksklusif Pembuatan leaflet mengenai pemberian ASI eksklusif Pengadaan media dan alat peraga seperti pamflet dan video ASI eksklusif oleh pihak puskesmas Ps. Kuok Pemberian edukasi dan pelatihan kepada ibu untuk memerah susu di Posyandu Waktu 5 4 Dana 5 5 SDM 5 5 Hasil (WxDxS) 125 120 Rangking I II

3 4 5

3 3 3

5 2 3

4 4 3

60 24 27

IV VII VI

6 7

4 3

4 2

4 3

64 18

III VIII

8.

48

IV

Keterangan : Poin 1,2 dan 6 Poin 3,4,5 dan 7,8 : prioritas alternatif pemecahan masalah : saran untuk puskesmas

32

3.6 Rencana Kegiatan Sebelum intervensi telah disusun rencana kegiatan sebagai berikut :

Tabel 16. Plant of Action ASI Eksklusif Puskesmas Ps. Kuok No 1. Kegiatan Penyuluhan terhadap masyarakat tentang eksklusif posyandu Pelaksana - Dokter internship - Koordinator kepala puskesmas ASI - Bidan desa di - Kader posyandu Sasaran Tempat Waktu Pelaksanaan 14 Agustus 2013

Peserta Posyandu Ps. posyandu Kuok (ibu hamil dan ibu menyusui) Posyandu di jalan baru

15 Agustus 2013

2.

Penyuluhan - Dokter internship terhadap - Koordinator KIA masyarakat tentang ASI eksklusif di kelas ibu hamil (Pertemuan ke-2)

Peserta kelas Desa Anakan ibu hamil

21 Agustus 2013

Desa Sapan

21 Agustus 2013

3.

Pembuatan - Dokter internship leaflet, poster tentang pemberian ASI eksklusif

Peserta penyuluhan Pengunjung puskesmas

Posyandu Ps. Agustus 2013 Kuok

3.7 Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan terhadap masyarakat tentang ASI eksklusif di posyandu a. Waktu Tempat Pelaksana Bidan Desa : 15 Agustus 2013 : Posyandu Ps. Kuok : dr. Dini Amalia dan dr. Fenty Novera : Mega, Amd. Keb

Kader posyandu

33

Gambar 1. Penyuluhan di Posyandu Ps. Kuok

b. Waktu Tempat Pelaksana Bidan desa

: 16 Agustus 2013 : Posyandu Melati II : dr. Desfarina dan dr. Ryan : Bidan Rita

Kader posyandu

Gambar 2. Penyuluhan di Posyandu Melati II


34

Penyuluhan terhadap masyarakat tentang ASI eksklusif di kelas ibu hamil (Pertemuan ke-2) a. Desa Anakan Waktu Tempat : 21 Agustus 2013 : Desa Anakan

Pelaksana : dr. Dini Amalia, dr. Fenty Novera, Hj. Musmarni, Amd Keb, Hafizah, Amd Keb

Gambar 3. Penyuluhan di kelas ibu Hamil di desa Anakan

b. Kelurahan Koto Tuo Waktu Tempat : 22 Agustus 2013 : Desa Sapan

Pelaksana : dr. Desfarina, dr. Dini Amalia, Hafizah, Amd Keb

35

Gambar 4. Penyuluhan di kelas ibu Hamil di desa Sapan

36

BAB 4 GAMBARAN UMUM PUSKESMAS

4.1 Kondisi Geografis Puskesmas Pasar Kuok terletak di Jalan Baru Kampung Bukit Tambun Tulang Kecamatan Batang Kapas, wilayah kerja Puskesmas Pasar Kuok berkisar seluas 167 km2 dengna ketinggian 5 meter dari permukaan laut, suhu berkisar antara 21-32 0C yang berbatasan dengan : Utara Selatan Barat Timur : Kecamatan IV Jurai : Kecamatan Sutera : Lautan Hindia ; Wilayah Kerja Puskesmas IV Koto Mudik

Wilayah puskesmas pasar kuok terdiri dari 5 nagari dan 20 kampung yaitu : a. IV Koto Hilirr b. Taluak Tigo sakato c. Taluk limpaso d. Koto Nan Duo e. Koto Nan Tigo : 7 kampung : 3 kampung : 3 Kampung : 4 kampung : 3 kampung

4.2 Kondisi Demografis Puskesmas Pasar Kuok melayani sebanyak 20.435 jiwa yang terdiri dari 10.331 perempuan dan 10.104 laki-laki, kepala keluarga berjumlah 4.964 KK. Penduduk miskin diwilayah Puskesmas Pasar Kuok sebanyak 7.450 jiwa, berikut rincian jumlah penduduk diwilayah Puskesmas Pasar Kuok.

37

Tabel 17. Tabel Jumlah Penduduk Per Kampung Di Wilayah Puskesmas Pasar Kuok

JML NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 NAMA KAMPUNG Bukit Tb Tulang limau sundai koto tuo pasar kuok Jalamu teluk betung ujung batu koto keduduk tanjung kandis koto panjang taluk limpaso Kalumpang sungai pampan limau manis Anakan Sapan taluak kasai sungai bungin jumlah PNDDK 2310 1332 1452 1595 958 1345 986 592 569 377 1570 674 1117 883 1690 1491 783 765 20.435
BAYI < 1TH ANAK 1-5TH

JUMLAH PENDUDUK
BULIN BUMIL USIA SKLH WUS USILA MISKIN

47 31 27 37 23 36 12 9 24 13 39 10 24 35 42 26 10 28 473 2,3 %

206 116 94 107 82 102 51 36 84 28 106 47 89 129 158 105 30 95 1665 8,1 %

54 35 34 41 19 31 13 16 11 12 57 25 30 8 48 12 25 12 483 2,4 %

57 32 36 43 20 33 13 17 12 12 58 26 32 8 50 12 26 11 498 2,4 %

567 420 363 375 268 345 151 50 237 117 386 134 254 397 486 343 128 305 5326 25,6 %

364 207 172 198 152 190 81 62 146 60 214 81 149 231 294 180 58 170 3009 14,7 %

128 123 99 88 74 52 41 23 39 51 100 33 49 71 120 75 26 38 1230 6%

912 556 493 480 421 552 235 220 213 212 385 200 532 202 402 522 613 300 7450 36,5 %

( Sumber : Data BPS 2011)

4.3 Sarana dan Prasarana A. Sarana Kesehatan 1. Puskesmas 2. Puskesmas pembantu 3. Puskesmas keliling : 1 unit : 4 unit : 1 unit
38

4. Poskesri 5. Posyandu 6. Kader Kesehatan 7. Poswindu lansia 8. Toko obat 9. Bidan praktek swasta

: 20 unit : 38 unit : 190 orang : 3 unit : 4 unit : 7 unit

B. Tenaga Kesehatan Pendidikan dan status kepegawaian tenaga kesehatan di puskesmas pasar kuok memiliki jenjang pendidikan dari SLTP sampai Strata 1 adalah sebagaimana tabel berikut : Tabel 18. Data Jumlah Ketenagaan Puskesmas Pasar Kuok Berdasarkan Tingkat Pendidikan Dan Status Kepegawaian Tahun 2011
JML KETENAGAAN Dokter / Drg Penyuluh Bidan Perawat pengelola obat Penata Labor perawa gigi Gizi Kesling Administrasi Jumlah 4 2 1 4 15 11 7 16 2 1 1 2 S1 PTT TINGKAT PENDIDIKAN D.III SLTA/D1 PTT SKL PNS PTT SKL SLTP PNS

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

PNS 2 1

SKL

PNS

JUMLAH 2 1

10 2

11

1 5

6 3 1 2 1

28 11 3 2 3 1 1 4 55

( Sumber : Data Puskesmas Pasar Kuok )

39

C. Sarana Peran Serta Masyarakat Tabel 19. Data Jumlah UKBM di Wilayah Puskesmas Pasar Kuok Tahun 2011 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 JENIS SARANA Posyandu Poskesri Pos UKK SBH Posbindu Usila BPP Pokmair UKS JUMLAH SARANA PSM UNIT/BANGUNAN 38 20 5 1 3 1 3 25 62 KADER AKTIF 190 40 25 40 12 10 6 250 475

( Sumber : Data Puskesmas Pasar Kuok )

4.4 Kondisi Sosial, dan Ekonomi Penduduk A. Pekerjaan Mata pencarian penduduk diwilayah kerja Puskesmas Pasar Kuok adalah sebagai mana grafik berikut :

DATA PEKERJAAN PENDUDUK


1. PNS/ABRI 3. NELAYAN 10% 70% 5% 10% 15% 2. PEDAGANG 4. PETANI 5% 70% 15%

Grafik 2. Data Pekerjaan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Kuok ( Sumber : Data BPS )

40

B. Tingkat kesejahteraan Tingkat kesejahteraan keluarga di Wilayah Puskesmas Pasar Kuok dapat dilihat pada grafik berikut :

DATA KESEJAHTERAAN KELUARGA DIWILAYAH PUSKESMAS PS. KUOK TAHUN 2011 PRA SEJAHTERA SEJAHTERA III +
3% 1% SEJAHTERA III 12% SEJAHTERA I 35% SEJAHTERA II 49%

Grafik 3. Data Tingkat Kesejahteraan Keluarga Di Wilayah Puskesmas Pasar Kuok ( Sumber : BPS )

C. Sosial budaya Data sarana pendidikan di wilayah Puskesmas Pasar Kuok adalah : 5 6 7 8 TK/PAUD : 10 buah SD SLTP SLTA : 22 buah : 4 buah : 1 buah

Berikut Grafik Tingkat Pendidikan Masyarakat berumur 10 tahun lebih di wilayah Puskesmas Pasar Kuok :

DATA PENDIDIKAN PENDUDUK UMUR 10 TAHUN LEBIH DI WILAYAH PUSKESMAS PASAR KUOK TAMAT PT
TAMAT SLTA 18% TAMAT SLTP 18% 3% TIDAK/BELUM TAMAT SD 31% TAMAT SD 30%

Grafik 4. Data Persentase Pendidikan Pendudukan Lebih 10 Tahun Di Wilayah Puskesmas Pasar Kuok . ( Sumber : BPS )
41

BAB 5 DISKUSI

5.1 Diskusi Pelaksanaan kegiataan mini projek dilaksanakan selama 4 hari. Dari diskusi bersama bidan dan pimpinan Puskesmas Pasar Kuok diambil 4 sampel, yang terdiri dari 2 Posyandu dan 2 kelas ibu hamil. Kegiatan yang dilakukan berupa penyuluhan dan pembagian leaflet dilaksanakan seiring dengan kegiatan posyandu dan kelas ibu hamil yang ada di Puskesmas Pasar Kuok. Pada pelaksanaan penyuluhan pertama di Posyandu Pasar Kuok, kegiatan dihadiri oleh 30 orang ibu menyusui. Selama pelaksanaan penyuluhan, antusias ibu menyusui sangat baik, hal ini terlihat saat respon ibu menyusui pada sesi diskusi dan tanya jawab. Kebanyakan dari ibu menyusui tidak mengetahui bahwa pemberian air putih selama 6 bulan pertama umur bayi tidak diperbolehkan. Selain itu, dari hasil diskusi, masih tingginya tingkat kepercayaan ibu menyusui terhadap mitos-mitos jelek yang masih berkembang di masyarakat mengenai asi eksklusif menyebabkan masih banyaknya ibu menyusui yang tidak memberikan asi eksklusif dan banyak diantaranya yang telah memberikan susu formula pada enam bulan pertama usia bayi. Begitu pula halnya dengan pelaksanaan penyuluhan kedua di Posyandu Melati. Antusias masyarakat selama penyuluhan cukup tinggi dan banyanya pertanyaan yang diajukan oleh ibu menyusui mengenai susu formula. Pada pelaksanaan penyuluhan kelas ibu hamil di Posyandu Anakan, dihadiri oleh 9 ibu hamil. Pertanyaan terutama diajukan oleh Bumil dengan kehamilan pertama. Pertanyaan yang diajukan masih berkaitan dengan mitos mengenai asi aksklusif dan juga cara menyusui yang benar. Pada pelaksanaan kelas ibu hamil di Posyandu Sapan, dihadiri oleh 10 orang ibu hamil. Selama penyuluhan, perhatian dari ibu hamil cukup baik. Kesulitan yang dihadapi selama penyuluhan diakibatkan oleh masih tingginya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap mitos yang berhungan dengan asi eksklusif. Selain itu, masih rendahnya tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan pasar Kuok mengakibatkan rendahnya pengetahuan ibu menyusui mengenai pentingnya pemberian asi eksklusif untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.

42

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan Sesuai dengan kondisi dan situasi yang ditemui pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kuok Kecamatan Batang Kapas, maka dapat disimpulkan rendahnya tingkat pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kuok Kecamatan Batang Kapas disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, manusia, material, dan metode. Pemecahan masalah dalam upaya peningkatan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kuok, diupayakan dari faktor manusia dan lingkungan, seperti Penyuluhan terhadap masyarakat tentang ASI eksklusif di posyandu, kelas ibu dan balita, pengaktifan konseling laktasi di Puskesmas serta Kerja sama dengan lintas sektor seperti Bidan Praktek Swasta demi digalakkannya ASI Eksklusif. Dari segi faktor material, perlunya penyediaan media dan alat peraga, seperti leaflet dan poster serta pembuatan video tentang ASI eksklusif dan manajemen laktasi, Sedangkan dari segi metode, dilakukan penyuluhan kepada masyarakat sesuai waktu yang telah ditentukan dan menggunakan media yang menarik.

6.2 Saran 1. Kerja sama dengan lintas sektor seperti Bidan Praktek Swasta yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kuok tentang digalakkannya ASI Eksklusif. 2. Pengoptimalan pelaksanaan Konseling laktasi di klinik gizi Puskesmas Pasar Kuok. 3. Pengadaan media dan alat peraga seperti pamflet dan video ASI eksklusif oleh pihak puskesmas Pasar Kuok.

43

You might also like