You are on page 1of 37

SKABIES

I. Gambaran Umum Kulit Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Luas kulit pada manusia rata-rata 2 meter persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak atau beratnya sekitar 16 % dari berat badan seseorang. Kulit memiliki fungsi melindungi bagian tubuh dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit ari yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat serta pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultra violet matahari. Pada permukaan kulit terlihat adanya alur-alur atau garis-garis halus yang membentuk pola yang berbeda di berbagai daerah tubuh serta bersifat khas bagi setiap orang, seperti yang ada pada jari-jari tangan, telapak tangan dan telapak kaki atau dikenal dengan pola sidik jari (dermatoglifi).

II.

Anatomi Kulit Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu : epidermis (kulit ari), dermis (kulit jangat atau

korium) dan lapisan subkutan. Sebagai gambaran, penampang lintang dan visualisasi struktur lapisan kulit tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

1.

Epidermis (kulit ari)

Gambar : Penampang Lapisan Kulit Ari (Epidermis) Epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling menarik untuk diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik dipakai pada bagian epidermis. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,05 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit. Tidak ada terdapat pembuluh darah pada epidermis. Epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis. Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu : a. Lapisan tanduk (stratum corneum) Merupakan lapisan epidermis yang paling atas, dan menutupi semua lapisan epiderma lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Pada telapak tangan dan telapak kaki jumlah baris keratinosit jauh lebih banyak, karena di bagian ini lapisan tanduk jauh lebih tebal. Lapisan tanduk ini sebagian besar terdiri atas keratin yaitu sejenis protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Lapisan ini dikenal dengan lapisan horny, terdiri dari milyaran sel pipih yang mudah

terlepas dan digantikan oleh sel yang baru setiap 4 minggu, karena usia setiap sel biasanya hanya 28 hari. Pada saat terlepas, kondisi kulit akan terasa sedikit kasar sampai muncul lapisan baru. Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung sepanjang hidup, menjadikan kulit ari memiliki self repairing capacity atau kemampuan memperbaiki diri. Bertambahnya usia dapat menyebabkan proses keratinisasi berjalan lebih lambat. Ketika usia mencapai sekitar 60 tahunan, proses keratinisasi, membutuhkan waktu sekitar 45 - 50 hari, akibatnya lapisan tanduk yang sudah menjadi lebih kasar, lebih kering, lebih tebal, timbul bercak-bercak putih karena melanosit lambat bekerja dan penyebaran melanin tidak lagi merata serta tidak lagi cepat digantikan oleh lapisan tanduk baru. Daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat kecil, dan lapisan ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya penguapan air dari lapis-lapis kulit lebih dalam sehingga mampu memelihara tonus dan turgor kulit, tetapi lapisan tanduk memiliki daya serap air yang cukup besar. b. Lapisan bening (stratum lucidum) Disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di bawah lapisan tanduk, dan dianggap sebagai penyambung lapisan tanduk dengan lapisan berbutir. Lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Proses keratinisasi bermula dari lapisan bening. c. Lapisan berbutir (stratum granulosum) Tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang mengandung butir-butir di dalam protoplasmanya, berbutir kasa dan berinti mengkerut. Lapisan ini tampak paling jelas pada kulit telapak tangan dan telapak kaki. d. Lapisan bertaju (stratum spinosum) Disebut juga lapisan malphigi terdiri atas sel-sel yang saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling

berlepasan, maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju normal, tersusun menjadi beberapa baris. Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut banyak (polygonal), dan makin ke arah permukaan kulit makin besar ukurannya. Di antara sel-sel taju terdapat celah antar sel halus yang berguna untuk peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-butir melanin. Selsel di bagian lapis taju yang lebih dalam, banyak yang berada dalam salah satu tahap mitosis. Kesatuankesatuan lapisan taju mempunyai susunan kimiawi yang khas; inti inti sel dalam bagian basal lapis taju mengandung kolesterol, asam amino dan glutation e. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale) Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina basalis cukup besar terhadap pengaturan metabolisme demo-epidermal dan fungsi-fungsi vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel epidermis bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam lapisan benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau melanosit) pembuat pigmen melanin kulit. 2. Dermis

Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Sel-sel umbi rambut

yang berada di dasar kandung rambut, terus-menerus membelah dalam membentuk batang rambut. Kelenjar palit yang menempel di saluran kandung rambut, menghasilkan minyak yang mencapai permukaan kulit melalui muara kandung rambut. Kulit jangat sering disebut kulit sebenarnya dan 95 % kulit jangat membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan antara 1 - 2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak mata serta yang paling tebal terdapat di telapak tangan dan telapak kaki. Susunan dasar kulit jangat dibentuk oleh seratserat, matriks interfibrilar yang menyerupai selai dan sel-sel. Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat, memungkinkan membedakan berbagai rangsangan dari luar. Masing-masing saraf perasa memiliki fungsi tertentu, seperti saraf dengan fungsi mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas, dan dingin. Saraf perasa juga memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-hal yang dapat merugikan diri kita. Jika kita mendadak menjadi sangat takut atau sangat tegang, otot penegak rambut yang menempel di kandung rambut, akan mengerut dan menjadikan bulu roma atau bulu kuduk berdiri. Kelenjar palit yan menempel di kandung rambut memproduksi minyak untuk melumasi permukaan kulit dan batang rambut. Sekresi minyaknya dikeluarkan melalui muara kandung rambut. Kelenjar keringat menghasilkan cairan keringat yang dikeluarkan ke permukaan kulit melalui pori-pori kulit. Di permukaan kulit, minyak dan keringat membentuk lapisan pelindung yang disebut acid mantel atau sawar asam dengan nilai pH sekitar 5,5. sawar asam merupakan penghalang alami yang efektif dalam menangkal berkembang biaknya jamur, bakteri dan berbagai jasad renik lainnya di permukaan kulit. Keberadaan dan keseimbangan nilai pH, perlu terus-menerus dipertahankan dan dijaga agar jangan sampai menghilang oleh pemakaian kosmetika. Pada dasarnya dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastic yang dapat membuat kulit berkerut akan kembali ke bentuk semula dan serat protein ini yang disebut kolagen. Seratserat kolagen ini disebut juga jaringan penunjang, karena fungsinya dalam membentuk jaringanjaringan kulit yang menjaga kekeringan dan kelenturan kulit. Berkurangnya protein akan menyebabkan kulit menjadi kurang elastis dan mudah mengendur hingga timbul kerutan. Faktor lain yang menyebabkan kulit berkerut yaitu faktor usia atau kekurangan gizi. Dari fungsi ini tampak bahwa kolagen mempunyai peran penting bagi kesehatan dan kecantikan kulit. Perlu diperhatikan bahwa luka yang terjadi di kulit jangat dapat

menimbulkan cacat permanen, hal ini disebabkan kulit jangat tidak memiliki kemampuan memperbaiki diri sendiri seperti yang dimiliki kulit ari. Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu kelenjar keringat dan kelenjar palit.

a.

Kelenjar keringat Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu saluran

semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit membentuk pori-pori keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat dipermukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat tertentu. Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu : 1. Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih, yaitu keringat

yang mengandung 95 97 persen air dan mengandung beberapa mineral, seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari metabolism seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di seluruh badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam pada orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.

2.

Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu, pusar,

daerah kelamin dan daerah sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental, berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang. Sel kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon. b. Kelenjar palit (sebasea) Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke dalam kandung rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk sebum atau urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki, kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka. Pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu kelenjar palit atau kelenjar sebasea yang bermuara pada saluran folikel rambut. Pada kulit kepala, kelenjar palit atau kelenjar sebasea menghasilkan minyak untuk melumasi rambut dan kulit kepala. Pada kebotakan orang dewasa, ditemukan bahwa kelenjar palit atau kelenjar sebasea membesar sedangkan folikel rambut mengecil. Pada kulit badan termasuk pada bagian wajah, jika produksi minyak dari kelenjar palit atau kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit akan lebih berminyak sehingga memudahkan timbulnya jerawat. 3. Lapisan Subkutan / jaringan penyambung

Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan. Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian tubuh yang sebelumnya berisi banyak lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan mengendur serta makin kehilangan kontur. Sel lemak ini dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan terdalam banyak mengandung sel limposit yang menghasilkan banyak lemak. Disebut juga panikulus adiposa yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Sel lemak berfungsi juga sebagai bantalan antara kulit dan setruktur internal seperti otot dan tulang. Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas.Sebagai bantalan terhadap trauma. Tempat penumpukan energi. 4. Vaskularisasi Kulit Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran epidermis. Vaskularisasi dikulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus superfisialis dan pleksus profunda. III. Fisiologi Kulit

A. Fungsi kulit Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D. 1. Fungsi proteksi Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut:

Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia. Keratin merupakan struktur yang keras, kaku, dan tersusun rapi dan erat seperti batu bata di permukaan kulit. Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan dehidrasi; selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh melalui kulit. Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi membunuh bakteri di permukaan kulit. Adanya sebum ini, bersamaan dengan ekskresi keringat, akan menghasilkan mantel asam dengan kadar pH 5-6.5 yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba. Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang berbahaya. Pada stratum basal, sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke sel-sel di sekitarnya. Pigmen ini bertugas melindungi materi genetik dari sinar matahari, sehingga materi genetik dapat tersimpan dengan baik. Apabila terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin, maka dapat timbul keganasan. Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif. Yang pertama adalah sel Langerhans, yang merepresentasikan antigen terhadap mikroba. Kemudian ada sel fagosit yang bertugas memfagositosis mikroba yang masuk melewati keratin dan sel Langerhans.

2. Fungsi absorpsi Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid seperti vitamin A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida. Permeabilitas kulit terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Selain itu beberapa material toksik dapat diserap seperti aseton, CCl4, dan merkuri. Beberapa obat juga dirancang untuk larut lemak, seperti kortison, sehingga mampu berpenetrasi ke kulit dan melepaskan antihistamin di tempat peradangan. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antarsel atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang melalui muara kelenjar. 3. Fungsi ekskresi Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar eksokrinnya, yaitu kelenjar sebasea dan kelenjar keringat: Kelenjar sebasea

Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat pada folikel rambut dan melepaskan lipid yang dikenal sebagai sebum menuju lumen. Sebum dikeluarkan ketika muskulus arektor pili berkontraksi menekan kelenjar sebasea sehingga sebum dikeluarkan ke folikel rambut lalu ke permukaan kulit. Sebum tersebut merupakan campuran dari trigliserida, kolesterol, protein, dan

elektrolit. Sebum berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri, melumasi dan memproteksi keratin. Kelenjar keringat

Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 mL air dapat keluar dengan cara menguap melalui kelenjar keringat tiap hari. Seorang yang bekerja dalam ruangan mengekskresikan 200 mL keringat tambahan, dan bagi orang yang aktif jumlahnya lebih banyak lagi. Selain mengeluarkan air dan panas, keringat juga merupakan sarana untuk mengekskresikan garam, karbondioksida, dan dua molekul organik hasil pemecahan protein yaitu amoniak dan urea. Terdapat dua jenis kelenjar keringat, yaitu kelenjar keringat apokrin dan kelenjar keringat merokrin. 1. Kelenjar keringat apokrin terdapat di daerah aksila, payudara dan pubis, serta aktif pada usia pubertas dan menghasilkan sekret yang kental dan bau yang khas. Kelenjar keringat apokrin bekerja ketika ada sinyal dari sistem saraf dan hormon sehingga sel-sel mioepitel yang ada di sekeliling kelenjar berkontraksi dan menekan kelenjar keringat apokrin. Akibatnya kelenjar keringat apokrin melepaskan sekretnya ke folikel rambut lalu ke permukaan luar. 2. Kelenjar keringat merokrin (ekrin) terdapat di daerah telapak tangan dan kaki. Sekretnya mengandung air, elektrolit, nutrien organik, dan sampah metabolisme. Kadar pH-nya berkisar 4.0 6.8. Fungsi dari kelenjar keringat merokrin adalah mengatur temperatur permukaan, mengekskresikan air dan elektrolit serta melindungi dari agen asing dengan cara mempersulit perlekatan agen asing dan menghasilkan dermicidin, sebuah peptida kecil dengan sifat antibiotik. 4. Fungsi persepsi Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis, badan taktil Meissner terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik. 5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) melalui dua cara: pengeluaran keringat dan menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler. Pada saat suhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak serta memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga panas akan terbawa keluar dari tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu rendah, tubuh akan mengeluarkan lebih sedikit keringat dan mempersempit pembuluh darah (vasokonstriksi) sehingga mengurangi pengeluaran panas oleh tubuh.

6. Fungsi pembentukan vitamin D Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7 dihidroksi kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet. Enzim di hati dan ginjal lalu memodifikasi prekursor dan menghasilkan calcitriol, bentuk vitamin D yang aktif. Calcitriol adalah hormon yang berperan dalam mengabsorpsi kalsium makanan dari traktus gastrointestinal ke dalam pembuluh darah. Walaupun tubuh mampu memproduksi vitamin D sendiri, namun belum memenuhi kebutuhan tubuh secara keseluruhan sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan. Pada manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya pembuluh darah, kelenjar keringat, dan otot-otot di bawah kulit. B.Keratinisasi kulit Keratinisasi merupakan suatu proses pembentukan lapisan keratin dari sel-sel yang membelah. Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan, lalu sel basal akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel menjadi makin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilang, mengalami apoptosis dan menjadi sel tanduk yang amorf. Sel-sel yang sudah mengalami keratinisasi akan meluruh dan digantikan dengan sel di bawahnya yang baru saja mengalami keratinisasi untuk kemudian meluruh kembali, begitu seterusnya. Proses ini memakan waktu sekitar empat minggu untuk epidermis dengan ketebalan 0.1 mm. Apabila kulit di lapisan terluar tergerus, seperti pada abrasi atau terbakar, maka sel-sel basal akan membelah lebih cepat. Mekanisme pertumbuhan ini terutama dipengaruhi oleh hormon epidermal growth factor (EPF). C. Pembentukan warna pada kulit Warna pada kulit dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pigmentasi epidermis dan sirkulasi kapiler yang ada di lapisan dermis. Pigmentasi epidermis dipengaruhi oleh dua pigmen, yaitu karoten dan melanin: Karoten merupakan pigmen merah-jingga yang berakumulasi di epidermis. Paling banyak terdapat di stratum korneum pada orang berkulit terang, juga di jaringan lemak pada lapisan dermis dan subkutis. Perubahan warna yang diakibatkan oleh karoten paling terlihat pada orang berkulit pucat, sedangkan pada orang berkulit gelap sulit terlihat. Karoten dapat dikonversi menjadi vitamin A yang diperlukan untuk pemeliharaan epitel dan sintesis fotoreseptor di mata. Melanin merupakan pigmen kuning-coklat, atau hitam yang diproduksi oleh melanosit. Melanosit sendiri berada di antara sel-sel basal dan memiliki juluran ke sel-sel di atasnya. Perbandingan jumlah melanosit dan sel basal bervariasi, mulai dari 1:20 sampai 1:4. Badan Golgi melanosit membentuk melanin dari tyrosin dengan bantuan Cu dan oksigen, lalu mengemasnya menjadi vesikel-vesikel melanosom. Melanosom ini akan dihantarkan melalui juluran melanosit dan mewarnai sel-sel keratin di atasnya sampai didegradasi oleh lisosom.

Jumlah melanosit baik pada orang kulit hitam maupun kulit putih adalah sama, yang berbeda adalah aktivitas dan produksi pigmennya (melanosit). Pada orang kulit pucat transfer melanosom hanya sebatas stratum spinosum, sedangkan pada orang berkulit gelap melanosom dapat dihantarkan hingga ke stratum granulosum. Sirkulasi darah yang ada di dalam pembuluh kapiler pada dermis juga berperan dalam menentukan warna kulit. Hemoglobin yang fungsinya untuk mengangkut oksigen adalah bersifat pigmen. Ketika berikatan dengan oksigen, hemoglobin akan berwarna merah terang sehingga memberikan pewarnaan merah pada pembuluh kapiler. Ketika pembuluh-pembuluh tersebut mengalami dilatasi, maka warna merah pada kulit akan semakin jelas. Contohnya jika saat suhu tubuh sedang tinggi, maka pembuluh darah akan melebar untuk melepaskan panas dan pada saat yang sama akan menimbulkan citra merah pada kulit tersebut. Sebaliknya ketika suplai darah berkurang (misalnya pada gagal jantung) maka kulit akan berubah relatif pucat akibat penyempitan pembuluh kapiler. D.Efek penuaan pada kulit Usia yang menginjak 40 tahun akan memberi gambaran penuaan berupa perubahan-perubahan tertentu pada kulit. Kebanyakan perubahan tersebut terjadi di lapisan dermis. Fibroblas, yang memproduksi serat kolagen dan elastin, akan mengalami penurunan jumlah dalam proses penuaan. Serat kolagen menjadi berkurang, mengeras, dan terurai ke dalam bentuk yang tidak beraturan. Sedangkan serat elastin menjadi kehilangan elastisitasnya, menebal dan robek. Sehingga kulit pada penuaan akan menghasilkan gambaran celah yang disebut sebagai kerut. Sel-sel Langerhans akan berkurang jumlahnya dan makrofag menjadi kurang aktif sehingga menurunkan aktifitas imun pada kulit. Produksi keringat berkurang dan kelenjar sebasea akan mengecil sehingga produksi sebum akan berkurang menyebabkan kulit menjadi kering dan lebih rentan terhadap infeksi (karena mantel asam tidak efektif). Melanosit fungsional akan berkurang sehingga menyebabkan rambut berwarna putih (uban) dan pigmentasi yang atipikal. Sedangkan beberapa melanosit lain akan mengalami pembesaran dan menghasilkan ruam-ruam pigmen. Dinding pembuluh darah dermis menjadi lebih tebal dan kurang permeabel. Jaringan lemak adiposa menjadi longgar. Proses migrasi sel basal menjadi sel permukaan berjalan lebih lambat, sehingga penyembuhan apabila ada cedera juga menjadi lama.

E.Proses perbaikan pada kulit yang cedera Kerusakan (cedera) pada kulit akan memicu suatu sekuens yang akan memperbaiki jaringan yang rusak. Terdapat dua jenis penyembuhan: (1) penyembuhan epidermis untuk cedera yang tidak terlalu dalam dan (2) penyembuhan mendalam, yaitu apabila cedera tidak hanya merusak jaringan epidermis saja, tapi juga ikut merusak jaringan dermis dan subkutan. 1. Penyembuhan epidermis Penyembuhan epidermis terjadi apabila cedera terdapat hanya sebatas epidermis. Sel-sel basal yang dipisahkan oleh daerah cedera akan menyatu, dan berkembang mengisi daerah yang mengalami cedera. Mekanisme pengisian daerah cedera ini diperantarai oleh EGF ( epidermal growth factor) yang akan menyebabkan sel basal berproliferasi dan menyebabkan penebalan epidermis yang rusak. 2. Penyembuhan mendalam Penyembuhan mendalam terjadi apabila cedera meliputi hingga ke daerah dermis dan subkutis. Karena cederanya lebih luas dibandingkan dengan cedera epidermis saja, maka proses penyembuhannya lebih kompleks dibanding penyembuhan epidermis. Selain itu, terbentuknya jaringan parut dapat membuat daerah penyembuhan kehilangan fungsi fisiologisnya. Penyembuhan mendalam ini meliputi empat fase: 1. Fase inflamatorik Pada fase inflamatorik, terjadi peristiwa inflamasi (respons selular dan vaskular) yang meliputi antara lain vasodilatasi, peningkatan permeabilitas pembuluh darah, serta rekrutmen sel-sel fagosit untuk mengeliminasi agen penyebab cedera/jejas. Selain itu pada fase inflamatorik juga terjadi penggumpalan darah untuk menyatukan daerah yang terpisah akibat cedera. 2. Fase migratorik Pada fase migratorik, terjadi perpindahan fibroblas untuk membentuk jaringan parut. Juga akan terbentuk keropeng di daerah cedera. 3. Fase proliferatif Pada fase proliferatif, terjadi pertumbuhan sel-sel epitel di bawah keropeng, deposisi fibroblas yang semakin banyak dan pembentukan kapiler-kapiler baru. 4. Fase maturasi Pada fase maturasi, keropeng yang terbentuk akan meluruh dan digantikan dengan jaringan sehat dan kulit kembali ke ketebalannya semula. Kolagen menjadi lebih tersusun, fibroblas berkurang, dan kapiler darah telah normal kembali.

F.Hubungan fisiologi kulit dengan organ-organ lain Sistem kulit membentuk permukaan eksternal tubuh dan melindungi dari dehidrasi, kimia lingkungan, dan pajanan terhadap agen asing. Sistem kulit dipisahkan dari sistem tubuh yang lain oleh jaringan subkutan namun tetap terhubung dengan sistem tubuh yang lain dengan sistem sirkulasi, limfatik serta sistem saraf. Hasilnya, aktifitas fisiologis kulit selalu terintegrasi dengan sistem-sistem tubuh yang lain. 1. Sistem skeletal Kulit mengaktifkan vitamin D3 (calcitriol) yang akan membantu penyerapan kalsium dan fosfor di saluran cerna. Kalsium dan fosfor berfungsi unuk membangun dan memelihara tulang. Sistem skeletal menyediakan dukungan struktural untuk kulit. 2. Sistem muskular Kulit, melalui produksi vitamin D (calcitriol) membantu menyediakan ion kalsium yang berguna untuk kontraksi otot. Kontraksi otot di daerah kulit muka menghasilkan ekspresi wajah.

3. Sistem saraf Ujung saraf pada kulit akan menghantarkan sinyal terkait sentuhan, tekanan, suhu, dan nyeri. Sistem saraf pusat mengatur aliran darah dan pengeluaran keringat untuk termoregulasi. Sistem saraf menstimulasi kontraksi muskulus arektor pili untuk menegakkan rambut.

4. Sistem endokrin Keratinosit pada kulit membantu mengaktivasi vitamin D menjadi calcitriol, sebuah hormon yang mempermudah penyerapan kalsium dan fosfor di saluran cerna. Hormon seks menstimulasi aktivitas kelenjar sebasea, mempengaruhi pertumbuhan, distribusi lemak subkutan, dan aktifitas kelenjar keringat. Hormon adrenal mengatur aliran darah di dermis dan membantu memobilisasi lemak di adiposit.

5. Sistem kardiovaskular Perubahan kimia setempat di kulit (dermis) akan menyebabkan perubahan vaskular (melebar atau menyempit) yang mempengaruhi aliran darah setempat. Sistem kardiovaskular menyediakan oksigen dan nutrien, menghantarkan hormon dan sel-sel imun.

Pembuluh darah menghantarkan karbondioksida, sampah metabolisme, dan toksin. Sistem kardiovaskular menyediakan panas untuk mengatur suhu kulit.

6. Sistem limfatik dan imunologi Kulit adalah pertahanan pertama dalam imunitas, menyediakan sawar mekanik dan sekret kimia untuk menghalau penetrasi mikroba. Sel-sel Langerhans pada epidermis berperan dalam imunologi dengan cara pengenalan antigen terhadap agen asing. Makrofag memfagosit mikroba yang berhasil mempenetrasi permukaan kulit. Sistem limfatik melindungi integumen dengan menyediakan makrofag tambahan dan memobilisasi limfosit.

7. Sistem pernapasan Rambut hidung berfungsi menyaring partikel debu dari udara yang dihirup. Stimulasi pada ujung saraf nyeri dapat mengubah laju pernapasan. Sistem pernapasan karbondioksida. menyediakan oksigen untuk jaringan dan mengeliminasi

8. Sistem pencernaan Kulit mengaktifkan vitamin D3 (calcitriol) yang akan membantu penyerapan kalsium dan fosfor di saluran cerna. Sistem pencernaan menyediakan nutrien untuk sel dan simpanan lipid di adiposit. 9. Sistem saluran kemih Ginjal menerima sebagian hormon vitamin D dari kulit dan mengubahnya menjadi calcitriol. Ekskresi sampah metabolisme melalui kelenjar keringat turut berperan dalam menentukan jumlah ekskresi melalui tubulus ginjal.

10. Sistem reproduksi Ujung saraf di kulit dan subkutan berespon terhadap stimulus erotik dan berkontribusi terhadap kepuasan seksual. Gerakan menghisap bayi pada puting susu ibu menstimulasi ujung saraf di kulit dan menyebabkan keluarnya ASI. Kelenjar susu (modifikasi dari kelenjar keringat) memproduksi ASI.

Kulit mengalami pelebaran (hiperplasia) selama kehamilan terkait pertumbuhan fetus. Hormon-hormon seks mempengaruhi distribusi rambut, sel adiposa dan perkembangan kelenjar payudara.

IV.Histologi kulit

Kulit manusia tersusun atas dua lapisan, yaitu epidermis dan dermis. Epidermis dan dermis dapat terikat satu sama lain akibat adanya papilare dermis dan rabung epidermis. 1. Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang berbeda-beda: 400-600 m untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75 -150 m untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut). Selain sel-sel epitel, epidermis juga tersusun atas lapisan: Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis. Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang, yang merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan merepresentasikan antigen kepada sel Limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans berperan penting dalam imunologi kulit.

Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus. Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling dalam sebagai berikut:

1. Stratum Korneum, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan sitoplasma yang dipenuhi keratin. 2. Stratum Lucidum, terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik yang sangat gepeng, dan sitoplasma terdri atas keratin padat. Antar sel terdapat desmosom. 3. Stratum Granulosum, terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang sitoplasmanya berisikan granul keratohialin. Pada membran sel terdapat granula lamela yang mengeluarkan materi perekat antar sel, yang bekerja sebagai penyaring selektif terhadap masuknya materi asing, serta menyediakan efek pelindung pada kulit. 4. Stratum Spinosum, terdiri atas sel-sel kuboid. Sel-sel spinosum saling terikat dengan filamen; filamen ini memiliki fungsi untuk mempertahankan kohesivitas (kerekatan) antar sel dan melawan efek abrasi. Dengan demikian, sel-sel spinosum ini banyak terdapat di daerah yang berpotensi mengalami gesekan seperti telapak kaki. 5. Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada epidermis, terdiri atas selapis sel kuboid. Pada stratum basal terjadi aktivitas mitosis, sehingga stratum ini bertanggung jawab dalam proses pembaharuan sel-sel epidermis secara berkesinambungan. Dermis, yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki ketebalan yang bervariasi bergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4 mm di daerah punggung. Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum reticular. Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag, dan leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi). Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas jaringan ikat padat tak teratur (terutama kolagen tipe I)

Selain kedua stratum di atas, dermis juga mengandung beberapa turunan epidermis, yaitu folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebacea Rambut, merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi epitel epidermis, yaitu folikel rambut. Pada folikel ini terdapat pelebaran terminal yang berbentuk benjolan pada sebuah papilla dermis. Papila dermis tersebut mengandung kapiler dan ditutupi oleh sel-sel yang akan membentuk korteks rambut, kutikula rambut, dan sarung akar rambut. Kelenjar keringat, yang terdiri atas kelenjar keringat merokrin dan kelenjar keringat apokrin 1. Kelenjar keringat merokrin, berupa kelenjar tubular sipleks bergelung dengan saluran bermuara di permukaan kulit. Salurannya tidak bercabang dan memiliki diameter lebih kecil dari bagian sekresinya 0,4 mm. Terdapat dua macam sel mioepitel yang mengelilingi bagian sekresinya, yaitu sel gelap yang mengandung granula sekretoris dan sel terang yang tidak mengandung granula sekretoris. 2. Kelenjar keringat apokrin, memiliki ukuran lebih besar (3-5 mm) dari kelenjar keringat merokrin. Kelenjar ini terbenam di bagian dermis dan hipodermis, dan duktusnya bermuara ke dalam folikel rambut. Terdapat di daerah ketiak dan anus. 3. Kelenjar sebacea, yang merupakan kelenjar holokrin, terbenam di bagian dermis dengan jumlah bervariasi mulai dari seratus hingga sembilan ratus per centimeter persegi. Sekret dari kelenjar sebacea adalah sebum, yang tersusun atas campuran lipid meliputi trigliserida, lilin, squalene, dan kolesterol beserta esternya. Pada bagian bawah dermis, terdapat suatu jaringan ikat longgar yang disebut jaringan subkutan dan mengandung sel lemak yang bervariasi. Jaringan ini disebut juga fasia superficial, atau panikulus adiposus. Jaringan ini mengandung jalinan yang kaya akan pembuluh darah dan pembuluh limfe. Arteri yang terdapat membentuk dua plexus, satu di antara stratum papilare dan retikulare, satu lagi di antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang-cabang plexus tersebut mendarahi papila dermis. Sedangkan vena membentuk tiga plexus, dua berlokasi seperti arteri, satu lagi di pertengahan dermis. Adapun pembuluh limfe memiliki lokasi sama dengan pembuluh arteri. Untuk mendukung fungsi kulit sebagai penerima stimulus, maka terdapat banyak ujung saraf, antara lain di epidermis, folikel rambut, kelenjar kutan, jaringan dermis dan subkutis, serta papila dermis. Ujung saraf ini tanggap terhadap stimulus seperti rabaan-tekanan, sensasi taktil, suhu tinggi/rendah, nyeri, gatal, dan sensasi lainnya. Ujung saraf ini meliputi ujung Ruffini, Vaterpacini, Meissner, dan Krause. Selain itu turunan kulit yang lain adalah kuku. Kuku merupakan lempeng sel epitel berkeratin pada permukaan dorsal setiap falang distal. Lempeng kuku terletak pada stratum korneum, sedangkan dasar kuku terletak pada stratum basal dan spinosum.

MORFOLOGI KULIT PADA SKABIES

Macula

berbatas tegas berupa perubahan Warna 2 kulit semata

Vesikel

Urtika Pustule

Edema setempat yg timbul mendadak dan hilang perlahan-lahan Vesikel yang berisi nanah, bila nanah mengendap dibagian bawah vesikel disebut hipopion Ruang dinding dan berisi cairan, sel maupun sisa sel. Kista berbentuk bukan akubat peradangan Penonjolan diatas permukaan kulit, sirkumskrip, berukuran diameter lebih kecil dari cm dan berisi zat padat

Likenfikasi

Gelembung berisi cairan serum,beratap,berukuran < 1/2cm garis tgh dan punyai dasar, vesikel berisi darah=vesikel hemoragik Penebalan kulit disertai relief kulit yang makin jelas/berbatas tegas

Bula
Vesikel yang berukuran > besar. Dikenal juga istilah bula hemoragik, bula purulen dan bula hipopion Kumpulan nananh dalam jaringan . batas antara ruangan yang berisi nanah dan jaringan sekitar nya tidak jelas Massa padat srkumskrip terletak dikutan atau subkutan dapat menonjol jika diameter > kecil dari1cm disebut nodus Bila garukan lebih dalam lagi sehingga tergores sampai hujung papil, maka akan terlihat darah yg keluar selaian serum. Kelaianan kulit yg disebabkan oleh hilangnya jaringan sampai dgn stratum papilare disebut ekskoriasi Kelainan kulit akibat kehilangan jaringan kulit yang tidak melampaui stratum basale.contoh bila digaruk sampai stratum spinosum akan keluar cairan sereus akibat bekas garukan

Kista

Abses

Papul

Nodus

krusta

Eritema

Adalah cairan badan yang mongering dapat campur dengan jaringan nekrotik maupun benda asing(kotoran @ obat) 2 warna dapat bermacam :kuning muda berasal dari serum, kuning kehijauan berasal dari pun dan kehitaman berasal dari darah kemerahan pd kulit sbb pelebaran pmblh drah kapiler yg reversible

Ekskoriasi

Erosi

*untuk morfologi kulit yang lain sila rujuk buku ilmu penyakit kulit dan kelamin

SKABIES Definisi Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan infestasi dan sensitisasi terhadap sarcoptes scabies var hominis dan produknya. Beberapa sinonim penyakit ini yaitu: Kudis, The Itch, Gudig, Budukan, Gatal Agogo. Epidemiologi Skabies merupakan penyakit epidemik pada banyak masyarakat. Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemik scabies. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat juga mengenai semua umur. Usia tertinggi 5-16 tahun. Insidensi sama pada pria dan wanita. Insidensi skabies di negara berkembang menunjukan siklus fluktasi yang sampai saat ini belum dapat dijelaskan. Interval antara akhir dari suatu epidemik dan permulaan epidemik berikutnya kurang lebih 10-15 tahun. Insidensinya di Indonesia masih cukup tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di Jawa Barat. Faktor predisposisi Perkembangan skabies dipengaruhi oleh beberapa faktor : Keadaan sosial ekonomi yang rendah. Hygiene perorangan yang buruk Kepadatan penduduk yang tinggi Sering berganti pasangan seksual Minimnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit skabies Kesalahan diagnosa dan penatalaksanaannya

Etiologi Penyebabnya adalah Sarcoptes scabiei. Hospes : manusia a. Klasifikasi

Sarcoptes Scabies terbentuk Filum Arthropoda, kelas Arachida, Ordo Acrarima, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei Var Hominis. Selain Sarcoptes scabiei, misalnya pada kambing dan sapi dapat menginfestasi manusia, tetapi tidak dapat hidup lama. b. Morfologi Tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata.(mcm mouse) Transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Mulut seperti mulut penyu.

Mempunyai chelicera bergigi dan pedipalp. Ukurannya berkisar 330-450 x 250-350 (micron) dan 200-240 x 150-200 (lebih kecil). Bentuk dewasa : 4 pasang kaki; 2 pasang kaki di depan (ambulacra) sebagai alat untuk melekat dan

2 pasang kaki kedua berakhir dengan rambut, pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.

c. Kebiasaan hidup

Sarcoptes scabiei betina dapat hidup di luar pada suhu kamar selama lebih kurang 2-3 hari tanpa hospes. Tempat yang paling disukai oleh kutu betina adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, yaitu daerah sekitar sela jari tangan, siku, pergelangan tangan, bahu dan daerah kemaluan. Pada pria khas ditemukan pada penis sedangkan pada wanita di aerola mammae. Pada bayi yang memeliki kulit serba tipis, telapak tangan, kaki, muka dan kulit kepala sering diserang kutu tersebut. d. Siklus hidup

Scabies hanya terjadi apabila ada Sarcoptes scabiei jantan dan betina masuk ke dalam kulit kopulasi (perkahwinan)Sarcoptes jantan mati dan betina hidup terus s/d 1 blnSarcoptes betina masuk ke dalam kulit membuat lorong di stratum corneum, kecepatan 2-3mm/hari. Didalam terowongan sarcoptes betina kemudian bertelur 2- 4 butir/hari sampai mencapai 40-50 butir. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai tiga pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai dua bentuk, jantan dan betina dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya dari jantan sampai dewasa membutuhkan waktu 8-14 hari. Sarcoptes dewasa akan keluar dari lorong- lorong mencari pasangan biasanya terjadi pada malam hari Gatal pada malam hari Tungau akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau mati setelah kopulasi.

Lingkaran hidup (ringkasan) 1. 2. 3. 4. 5. 6. Membuat terowongan di stratum korneum. Betina : Membuat terowongan pada stratum korneum malam hari. Kecepatan 2-3 mm/hari. Hidup 4-5 minggu. Meletakkan 2-4 telur di setiap terowongan. Total 20-50 butir telur. Jantan : Hidup beberapa minggu dalam terowongan atau Mati setelah kopulasi (perkahwinan). Metamorphosis : tidak sempurna (8-15 hari) Betina : telur larva nimfa 1 nimfa 2 dewasa Jantan : telur larva nimfa dewasa Betina hidup 2-3 hari tanpa hospes dalam suhu kamar. Merupakan ektoparasit tidak selamanya hidup dalam stratum korneum.

Patogenesis Masa sensitisasi 2-4 minggu. Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau. Cara penularan (transmisi) Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-kadang oleh bentuk larva. 1. kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. 2. kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal dll.

Manifestasi klinis Gejala subyektif: Rasa gatal yang sangat terutama pada malam hari atau jika berkeringat/panas gatal semakin bertambah karena Sarcoptes dewasa akan keluar dari lorong- lorong mencari pasangan biasanya terjadi pada malam hari. Gejala Obyektif: Biasanya berupa terowongan yang nampak sebagai garis-garis halus, hitam berkelok-kelok, panjang beberapa mm-1cm, dengan papul kecil pada ujung yang terbuka. Pada tempat predileksi juga nampak bekas garukan, papul, papulovesikula, erosi, ekskoriasi,urtikaria, krusta seperti dermatitis bahkan kadang-kadang disertai dengan infeksi sekunder seperti ektima, impetigo selulitis dan pembesaran kgb. Keadaan ini memberikan gambaran pleimorf . Ada 4 tanda cardinal (kriteria diagnosis) : 1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. 2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier). 3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih/keabu-abuan, berbentuk garis lurus/berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul/vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi dll). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (), umbilicus, bokong, genitalia eksterna () dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. 4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Dasar diagnosis : 2 dari 4 tanda cardinal. Status dermatologikus Lesi skabies primer 1. Terowongan pathognomonic sign. Tungau bergerak menuju lapisan atas daripada kulit dengan mensekresi protease yang mendegradasi stratum korneum. Tungau ini hanya makan jaringan yang hancur dan tidak makan darah hospes. Skibala (feces) ditinggalkan sebaik saja tungau menuju ke epidermis, menghasilkan lesi linear (terowongan/burrow) yang nampak

sebagai garis-garis halus, hitam berkelok-kelok, panjang kira-kira 2mm-10 mm, dengan papul kecil pada ujung yang terbuka (menandakan kehadiran tungau).

burrow 2. Dewasa : 1-3mm papul eritematous dan vesikel ditemukan. Vesikel merupakan lesi berasingan yang berisi cairan jernih dan juga bisa keruh jika vesikel lebih dari beberapa hari. Papul jarang sekali mengandung tungau dan sering menggambarkan sebagai reaksi hipersensitivitas. Papul sering ditemukan pada penis (pria) dan areola mamma (wanita).

Erythematous papules and papulovesicles 3. Anak-anak : papul dan vesikel sering ditemukan pada muka dan leher.

A subtle linear burrow accompanied by erythematous papules on the sole of the foot in a child with scabies. 4. Infant : erupsi eczematous tersebar luas yang biasanya bermula dari badan. Juga mungkin ditemukan 1-3mm papul, vesikel dan pustule pada tapak tangan dan tapak kaki.

Widespread eruption on the back of an infant with scabies 5. Neonates : tidak bisa menggaru maka nodul pink kecoklatan mungkin ditemukan dengan anggaran saiz dari 2-20mm. Tungau jarang ditemukan pada nodul.

Nodular scabies 6. Skabies Norwegian bermanifestasi dengan penebalan dan krusta pada kulit. Lesi sering kali hiperkeratotik, berkrusta dan mengcover area yang besar. Gambaran bersisik sering ditemukan dan pruritus minimal atau tidak ada. Distrofi kuku dan lesi kulit kepala mungkin ada. Dapat mengenai mana-mana lokasi tetapi tangan dan lengan merupakan lokasi yang biasa ditemukan. Jumlah tungau bisa mencapai ribuan hingga jutaan pada kulit. Orang dengan imunosupression dan neurological disorder banyak skali ditemukan.

Crusted scabies Lesi skabies sekunder Hasil dari garukan, infeksi sekunder dan atau respon imun hospes terhadap tungau dan produknya. Karakteristik ditemukan ekskoriasi, eczema yang meluas, krusta yang warnanya seperti madu, hiperpigmentasi post inflamasi, eritroderma, prurigo nodul dan pyoderma. Klasifikasi skabies Terdapat beberapa bentuk skabies apitik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain: 1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated) Terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya cukup. Biasanya sangat sukar ditemukan terowongan. Kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur. Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan. 2. Skabies inkognito Obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda scabies, sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya pengobatan dengan steroid topical yang lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini disebabkan mungkin oleh karena penurunan respon imum seluler.

3. Skabies nodular Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang agtal. Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti skabies dan kortikosteroid. 4. Skabies yang ditularkan melalui hewan Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha,perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan inibersifat sementara (4 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena Sarcoptes scabiei pada binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia. 5. Skabies Norwegia Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah. 6. Skabies pada bayi dan anak Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. 7. Skabies terbaring di tempat tidur (bed ridden) Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas. 8. Skabies yang disertai penyakit menular seksual yang lain Skabies sering dijumpai bersama penyakit menular seksual yang lain seperti gonore, sifilis, pedikulosis pubis, herpes genitalis dan lainnya. Pembantu diagnosis Cara menemukan tungau: Cari terowongan, papul/vesikel dicongkel dengan jarum, letakkan di kaca obyek, tutup dengan kaca penutup, lihat di bawah mikroskop. Kulit disikat dan ditampung pada kertas putih, lihat dengan kaca pembesar Biopsi irisan : lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat irisan tipis dan diperiksa dengan mikroskop cahaya. Biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E.

Melihat adanya sarcoptes dengan cara mikroskopis, yaitu ; Atap vesikelnya diambil lalu diletakkan di atas gelas obyek terus ditetesi KOH 30%, ditutup dengan gelas penutup dan diamati dengan mikroskop. Papula dikorek dengan skalpel pada ujungnya kemudian diletakkan pada gelas obyek lalu ditutup dan diamati dengan mikroskop. Diagnosa dapat ditegakkan dengan ditemukannya kutu melalui pemeriksaan dengan mikroskop yang diambil dari saluran atau terowongan pada lesi kulit. Hati-hati sewaktu memilih lesi kulit untuk diambil spesimennya, pilihlah lesi yang belum pernah digaruk. Pemberian minyak mineral akan memudahkan pengambilan spesimen untuk pemeriksaan mikroskopis. Spesimen diperiksa dibawah mikroskop setelah ditutup denngan dek glass. Lesi pada kulit yang diberi tinta kemudian dicuci akan menyingkap saluran-saluran yang ada.

Gambar Sarcoptes scabiei betina, telur, dan faeces. Metoda diagnostik lain mencakup dermos kopi yang dapat digunakan untuk memeriksa tungau secara in vivo . Pada situasi diagnostik yang sulit dan kasus atipik, polymerase chain reaction (PCR) dapat digunakan sebagai alat diagnostik, dengan cara mendeteksi DNA tungau dari krusta kutaneus. Diagnosis banding Pendapat : the great imitator karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. 1. Prurigo, biasanya berupa papul-papul yang gatal, predileksi pada bagian ekstensor ekstremitas. 2. Pedikulosis korporis, kelainan berupa bekas-bekas garukan pada badan karena gatal baru berkurang dengan garukan yang lebih intensif.

3. Dermatitis/peradangan kulit menimbulkan kelaina klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuam, likenifikasi) dan keluhan gatal. 4. Gigitan serangga, biasanya jelas timbul sesudah ada gigitan, efloresensinya urtikaria papuler. 5. Folikulitis, nyeri berupa pustule miliar dikelilingi daerah yang eritem. Pengobatan Syarat obat yang ideal ialah: 1. 2. 3. 4. Harus efektif terhadap semua stadium tungau. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian. Mudah diperoleh dan harganya murah.

Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati termasuk penderita yang hiposensitisasi. Farmakologis Topical/khusus 1. Permetrin 5% (Elimite lini pertama) dalam krim merupakan obat pilihan untuk saat ini. Aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan. *ivermectin (oral agent antiscabietic) dapat digunakan pada kasus skabies yang tidak efektif dengan permetrin 5% atau skabies berat dengan koreng seluruh tubuh. Mekanisme kerjanya adalah dengan mempengaruhi sel otot dan saraf parasit menyebabkan kelumpuhan dan kematian. Dosisnya adalah 200-250mcg / kgBB 1x / hari diulang setelah 7-14 hari. 2. Krotamion 10% dalam krin atau losio merupakan obat pilihan, mempunyai 2 efek sebagai antiskabies dan antigatal; harus dijauhkan dari mata, mulut dan uretra. 3. Emulsi benzyl-benzoas 20-25%, efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering myebabkan iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. 4. Gama Benzene Heksa Klorida (gameksan/ Lindanelini kedua bila yg lain gagal) kadarnya 1 % dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan dan jarang terjadi iritasi. Tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian. 5. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaanya tidak boleh kurang dari 3 hari, beebau, mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.

6. Malation 0,5% dalam bentuk lotion digunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya diberikan beberapa hari kemudian. Diberikan sekiranya permetrin terbukti tidak efektif. 7. Monosulfiran (Tetmosol) tersedia dalam bentuk lotion 25 %, yang sebelum digunakan harus ditambah 2 3 bagian dari air dan digunakan selam 2 3 hari. Juga terdapat dalam bentuk medicated soap. Sistemik 1. Antihistamin klasik sedatif ringan untuk mengurangi gatal, misalnya klorfeniramin maleat 0.34 mg/kg BB 3 x sehari. 2. Antibiotik bila ditemukan infeksi sekunder misalnya ampisilin, amoksisilin, eritromisin. 3. Kortikosteroid (diberikan 1-2 minggu) sampai lesi mereda. Non-farmakologis (+Pencegahan) Selain menggunakan obat-obatan, yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah upaya peningkatan kebersihan diri dan lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara: 1. Mencuci bersih atau merebus dengan air panas handuk, seprai maupun baju penderita skabies (yg dipakai dalam 5 hari terakhir), kemudian menjemurnya hingga kering. 2. Menghilangkan faktor predisposisi, antara lain dengan penyuluhan mengenai higiene perorangan dan lingkungan. 3. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama. 4. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi memutuskan rantai penularan. 5. Menghindari kontak langsung dengan penderita mengingat parasit mudah menular pada kulit biasa, tidak membahayakan jiwa namun sangat mengganggu kehidupan seharihari

Cara-cara pemberantasan A. Cara-cara pencegahan Lakukan penyuluhan kepada masyarakat dan komunitas kesehatan tentang cara penularan, diagnosis dini dan cara pengobatan penderita scabies dan orang-orang yang kontak B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya 1. Laporan kepada Dinas Kesehatan setempat 2. Isolasi: Siswa sekolah atau pekerja yang terinfeksi dilarang masuk ke sekolah dan pekerja sampai dilakukan pengobatan. Penderita yang dirawat di Rumah Sakit diisolasi sampai dengan 24 jam setelah dilakukan pengobatan yang efektif. 3. Disinfeksi serentak: Pakaian dalam dan sprei yang digunakan oleh penderita dalam 48 jam pertama sebelum pengobatan dicuci dengan menggunakan system pemanasan pada proses pencucian dan pengeringan, hal ini membunuh kutu dan telur. Tindakan ini tidak

dibutuhkan pada infestasi yang berat. Mencuci sprei, sarung bantal dan pakaian pada penderita Norwegian scabies sangat penting karena potensi untuk menularkan sangat tinggi. 4. Karantina: Tidak diperlukan 5. Immunisasi kontak: tidak ada 6. Penyelidikan terhadap penderita kontak dan sumber penularan: Temukan penderita yang tidak dilaporkan dan tidak terdeteksi diantara teman dan anggota keluarga; penderita tunggal dalam satu keluarga jarang ditemukan. Berikan pengobatan profilaktik kepada mereka yang kontak kulit ke kulit dengan penderita (anggota keluarga dan kontak seksual). C. Penanggulangan wabah 1. Berikan pengobatan dan penyuluhan kepada penderita dan orang yang berisiko. Kadangkala diperlukan kerjasama masyarakat dengan otoritas militer. 2. Pengobatan dilakukan secara massal. 3. Penemuan kasus dilakukan secara serentak baik didalam keluarga, didalam unit atau institusi militer, jika memungkinkan penderita dipindahkan. 4. Sediakan sabun, sarana pemandian, dan pencucian umum. Sabun Tetmosol jika ada sangat membantu dalam pencegahan infeksi. D. Implikasi bencana : Kemungkinan besar menimbulkan KLB pada situasi menusia penuh sesak E. Tindakan Internasional : Tidak ada Komplikasi 1. Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis akibat garukan. 2. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis, limfangitis, dan furunkel. 3. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang skabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal. 4. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal ataupun pemakaian yang terlalu sering. 5. Pada orang yang mengalami penurunan kekebalan dan pada pasien lanjutsia gejala sering muncul sebagai dermatitis yang lebih luas dan saluran/terowongan yang terbentuk, bersisik dan kadang-kadang terjadi vesikulasi dan pembentukan krusta (Norwegian scabies); rasa gatal mungkin berkurang atau hilang. 6. Jika dapat terjadi komplikasi dengan kuman hemolytic streptococcus, bisa terjadi glomerulonefritis akut.

Prognosis Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat di berantas dan memberikan prognosis yang baik.

Contoh kasus scabies 1 1. Identitas Pasien Nama : Hafiz Kelamin : Laki-laki Umur : 9 tahun Pekerjaan / pendidikan : pelajar klas 3 SD Alamat : Seberang Padang Selatan No : 67 A, Padang. Latar belakang sosial ekonomi-demografi-lingkungan keluarga Status perkawinan : belum menikah Jumlah Bersaudara : anak pertama dari 2 bersaudara Status ekonomi keluarga : Berasal dari golongan ekonomi yang sedang dengan penghasilan ayah pasien per bulan Rp 1.900.000 yang bekerja sebagai karyawan swasta. Kondisi Rumah : Rumah permanen, 1 kamar tidur, 1 kamar mandi. Ventilasi udara dan sirkulasi kurang cukup. WC di luar rumah. Listrik ada, sumber air (mandi,mencuci): sumur, sumber air minum : (air gallon) Kondisi lingkungan rumah :Perkarangan rumah kurang luas. Sampah dibakar. Septik tank berada 4 m dari belakang rumah. Aspek psikologis di keluarga: Tidak ada yang penting Riwayat penyakit sekarang : Bintik-bintik kemerahan yang terasa gatal di sela-sela jari tangan kanan dan kiri,punggung tangan kanan dan kiri,siku kanan dan kiri, dada, punggung,bokong, punggungkaki kanan dan kiri, dan sela-sela jari kaki kanan dan kiri sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya bintik-bintik kemerahan yang gatal terdapat di sela-sela jari tangan kanan dankiri, lalu bintik-bintik kemerahan ini menyebar ke punggung tangan kanan dan kiri,bokong, punggung kaki kanan dan kiri, dan sela-sela jari kaki kanan dan kiri Gatal terutama dirasakan pada malam hari Seprei dan alas bantal diganti (4bulan sekali) terakhir kali diganti 2 bulan yang lalu Pasien memakai alat mandi bersama (handuk) dengan adiknya (+) Pasien tidur satu tempat tidur dengan adiknya. Pasien mandi dua kali sehari. Pasien mengganti bajunya 2 kali sehari. Pasien sering bermain lari, lompat tali bersama teman di sekolah dan di rumah, kontak dengan tanah (+).

2.

3. 4.

Tidak ada teman-teman pasien yang menderita penyakit yang sama seperti pasien.

5. Riwayat penyakit dahulu : Pasien tidak memiliki riwayat keluhan bintik-bintik kemerahan yang gatal di tubuhsebelumnya. 6. 7. Riwayat penyakit keluarga : Ibu dan ayah pasien mengalami keluhan bintik-bintik kemerahan yang terasa gatalsejak 2 bulan yang lalu dan sudah sembuh setelah mendapatkan pengobatan. Adik pasien juga mengalami bintik-bintik kemerahan yang gatal sejak 3 minggu yang lalu. Pasien dan keluarga tidak ada riwayat bersin-bersin di pagi hari. Pasien dan keluarga tidak ada riwayat nafas menciut. Pasien dan keluarga tidak ada riwayat alergi makanan sebelumnya. Pasien dan keluarga tidak ada riwayat alergi obat sebelumnya. Pemeriksaan Fisik

STATUS GENERALIS Keadaan umum : tidak nampak sakit Kesadaran : compos mentis Nadi : 94 x/minit Suhu :36,8 0C Status gizi : baik Pemeriksaan toraks : dalam batas normal Pemeriksaan abdomen : dalam batas normal STATUS DERMATOLOGIKUS Lokasi : di selasela jari tangan kanan dan kiri, punggung tangan kanan da n kiri, dada, punggung, siku kanan dan kiri, bokong bagian bawah,punggung kaki kanan dan kiri, dan sela-sela jari kaki kanan dan kiri Distribusi : generalisata, bilateral B e n t u k : T i d a k k h a s S u s u n a n : T i d a k k h a s B a t a s : T i d a k t e g a s Ukuran : milier (pada punggung tangan, jari tangan,pu n g g u n g k a k i d a n sela-selajari kaki), numular (siku kanan dan kiri), plakat (bokong bagian bawah ) Efloresensi : Papul eritema, plak eritema, ekskoriasi, skuama kasar Status Venereologikus : Tidak ditemukan kelainan Kelainan Selaput : Tidak Ditemukan Kelainan Kelainan Kuku : Jaringan sekitar kuku tidak ditemukan kelainan Kelainan Rambut : Tidak ditemukan kelainan Nafas : 20 x/minit Berat badan : 28 kg

Kelainan Kelenjar Limfe : Tidak ditemukan pembesaran KGB submandibula, regiocoli, aksila, supraklavikula, infraklavikula, inguinal lateral dan medial. 8. 9. 10. 11. L a b o r a t o r i u m : Pemeriksaan kerokan kulit diharapkan ditemukan telur, kutu Diagnosis Kerja : Skabies Diadnosis banding : miliaria Manajemen :

Preventif : Meminta anggota keluarga ( adik pasien) yang mengalami bintik-bintik kemerahan yang gatal di tubuh turut berobat.Menjaga kebersihan rumah (Pakaian, handuk, seprei, alas bantal yang terkontaminasidicuci dengan air hangat, dijemur di terik matahari sampai kering dan diseterika) Promotif : Memberikan edukasi kepada pasien tentang penyakitnya serta upaya-upaya pencegahanyang harus dilakukan terutama pengobatan terhadap penyakitnya. Edukasi pasien terutama mengenai terapi terhadap penyakitnya (terutama mengenai carapenggunaan salap dengan cara yang benar) Kuratif : Sistemik CTM tablet 4mg 3 x 1/2 tablet Topikal Salap 2-4 Rehabilitatif : Kontrol kembali ke puskesmas 3 hari lagi untuk menilai efek pengobatan Contoh kasus scabies 2 I. Identifikasi

Nama : Widan syakura Umur : 12 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Status : Belum menikah Bangsa/suku : Indonesia/ Gayo (Aceh) Agama : Islam Pekerjaan : Pelajar SMP Kegemaran : Main bola Alamat : Pesantren AR- Raudhatul Hasanah, Setia Budi

II.

Anamnesis : auto/alloanamnesis

K e l u h a n U t a m a : Bintil-bintil kemerahan yang disertai rasa gatal di sela paha, daerah lutut, sela-sela jari tangan hingga ke pergelangan tangan sejak 1 bulan sebelum ke rumah sakit. Keluhan tambahan : Keluhan gatal-gatal terutama dirasakan pada malam hari. Riwayat perjalanan penyakit : 1 bulan yang lalu timbul bintil-bintil kemerahan yang disertai rasa gatal yang h e b a t t e r u t a m a p a d a m a l a m h a r i . A w a l n ya t i m b u l d i s e l a p a h a , k e m u d i a n timbul di daerah lutut, sela-sela jari tangan hingga pergelangan tangan Pasien menggaruk bagian yang terasa gatal seh i n g g a k u l i t l e c e t d a n mengeluarkan cairan jernih atau darah. Pasien mengoleskan krim cannesten untuk mengobati namun tidak m e r a s a k a n perubahan dan tidak kunjung sembuh. T i d a k a d a r i w a ya t a l e r g i d e n g a n m a k a n a n d a n o b a t - o b a t a n t e r t e n t u Tidak ada hubungan keluhan dengan pekerjaaan, hobi, iklim dan cuaca Os tinggal di asrama pesantren dan mengaku teman-teman s e k a m a r n ya b a n ya k yang mengalami keluhan yang sama dengan Os.

Riwayat penyakit keluarga : tidak dijumpai. Riwayat penyakit dahulu : tidak ada. III. Pemeriksaan

Status generalisata : Keadaan umum Kesadaran : compos mentis Gizi : baik Suhu : 36,80C Nadi : 88 x/minit Pernafasan : 20 x/minit Tekanan darah : 110/70 mmHg Status dermatologikus : Lokalis : Regio inguinalis Regio genu anterior bilateral hingga batas bawah regio cruris anterior bilateral Keadaan spesifik Kepala : normal Leher : normal Toraks : normal Abdomen : normal Genetalia : normal Ekstrimitas : normal

Regio genu posterior bilateral Regiones interdigitalis bilateral hingga regio brachii anterior bilateral Regio dorso manus bilateral

Ruam Primer beserta sifat-sifatnya Papul eritema multiple miliar berkelompok dengan letak konfluens g a m b a r a n linier Vesikel multiple miliar soliter dengan letak diskret

Ruam sekunder berserta sifat-sifatnya Skuama halus multiple miliar disseminate dengan letak difus Krusta, erosi dan ekskoriasi miliar disseminate dengan letak diskret

IV. Tes-tes yang dilakukan : Tidak ada dilakukan tes-tes tertentu V. Pemeriksaan laboratorium: R u t i n : T i d a k d i p e r l u k K h u s u s : T i d a k d i p e r l u k a n

VI. Ringkasan: Seorang pasien laki-laki, 12 tahun, belum menikah, datang dengan keluhan timbul bintil-bintil kemerahan yang disertai rasa gatal yang hebat terutama pada malam h a r i s e j a k 1 b u l a n s e b e l u m k e r u m a h s a k i t . A w a l n y a t i m b u l d i s e l a p a h a , kemudian sampai ke batas bawah lutut, sela-sela jari tangan hingga ke pergelangantangan. Oleh pasien sendiri diberi Canesten namun penyakit tidak sembuh. Ostinggal di pesantren dan mengaku teman-teman sekamarnya mengalai hal yangsama juga. Pada ruam dermatologi ditemukan papul, vesikel, skuama, erosi danekskoriasi pada regio subinguinalis, genu anterior dan posterior, cruris anterior, volares digitorium dan regio antebrachii anterior secara bilateral. VII. Diagnosis banding: 1 . S k a b i e s 2 . P r u r i g o 3. Dermatitis

VII. Diagnosis sementara: Skabies IX. Penatalaksanaan: Umum: Meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkungan M e n g h i n d a r i o r a n g - o r a n g y a n g t e r k e n a -Mencuci dan menjemur a l a t - a l a t t i d u r d a n j a n g a n m e m a k a i p a k a i a n d a n h a n d u k bersama

Khusus : - K r i m - A n t i

P e r m e t r i n 5 % h i s t a m i n e

X. Pemeriksaan anjuran: Biopsi Irisan dan Biopsi eksisional dengan pewarnaan H.E. XII. PROGNOSIS A d V i t a m : Ad Funcionam : Ad Sunctionam :

D u b i a a d Dubia ad Bonam Dubia ad Malam

B o n a m

Sekian.. Selamat membaca^_^

You might also like