You are on page 1of 11

BAB 2 HIPERSENSITIVITAS DENTIN

Pada tahun 1982, hipersensitif dentin dianggap sebagai suatu kondisi gigi yang membingungkan, karena seringnya kondisi gigi tersebut ditemukan, tetapi kurangnya penjelasan tentang cara perawatannya. Namun, sekitar 20 tahun kemudian, telah banyak artikel-artikel yang membahas hipersensitif dentin secara jelas.1 Pada bab berikut ini akan dibahas mengenai definisi, mekanisme terjadinya, faktor pemicu, dan cara perawatan hipersensitif dentin.

2.1 Definisi Hipersensitif dentin merupakan suatu kondisi gigi yang umum terjadi dan menyakitkan.1 Hipersensitif dentin digambarkan sebagai rasa nyeri yang berlangsung singkat dan tajam yang timbul akibat dentin yang terpapar terkena rangsangan seperti panas, dingin, uap, sentuhan, atau kimiawi, yang tidak dapat dianggap berasal dari kerusakan gigi atau keadaan patologis gigi lainnya (Karies, fraktur, atau trauma karena oklusi).1-10 Secara klinis, didefinisikan sebagai rasa nyeri yang akut, terlokaliser, cepat menyebar, dan berdurasi singkat.11 Walaupun rangsangan yang memicu rasa nyeri tersebut bisa bermacam-macam, tetapi rangsangan dingin merupakan pemicu yang paling sering dikeluhkan.1-3 Hipersensitif dentin bisa terjadi pada daerah gigi manapun, tetapi daerah yang paling sensitif adalah daerah servikal dan permukaan akar gigi.1 Secara makroskopis tidak terlihat adanya perbedaan antara dentin yang hipersensitif dengan dentin yang tidak sensitif.1,2,10 Secara histologis,

Universitas Sumatera Utara

dentin yang sensitif menunjukkan adanya pelebaran tubulus dentin dua kali lebih lebar dibandingkan tubulus pada dentin normal (Gambar 1).1,2,10

A B Gambar 1. (A) Permukaan akar gigi dengan tubulus dentin yang tertutup dan (B) Permukaan akar gigi dengan tubululus dentin yang terbuka (Addy M. Int Dent J 2005; 55: 264)

2.2 Mekanisme Terjadinya Hipersensitivitas Dentin Beberapa hipotesa telah dipaparkan untuk menjelaskan mekanisme terjadinya hipersensitif dentin.1,2 Namun, teori hidrodinamik yang disampaikan Brnnstrm dan Astron pada tahun 1964 merupakan teori yang paling sering dipakai untuk menjelaskan mekanisme terjadinya hipersensitif dentin.1-3,7,12 Berdasarkan teori hidrodinamik tersebut, rasa nyeri terjadi akibat pergerakan cairan di dalam tubulus dentin (Gambar 2).1-3,9,10,13 Pergerakan cairan di dalam tubulus dentin diakibatkan adanya rangsangan yang mengakibatkan perubahan tekanan di dalam dentin dan mengaktifkan serabut syaraf tipe A yang ada disekeliling odontoblas atau syaraf di dalam tubulus dentin, yang kemudian direspon sebagai rasa nyeri (Gambar 3).1,3,5,7,8,13 Aliran hidrodinamik ini akan meningkat bila ada pemicu

Universitas Sumatera Utara

seperti perubahan temperatur (panas atau dingin), kelembaban, tekanan udara dan tekanan osmotik atau tekanan yang terjadi di gigi.3,5,14

Gambar 2. Timbulnya rasa nyeri disebabkan oleh pergerakan cairan dalam tubulus dentin (Chu CH,Lo EC. Hong Kong Dent 2010;7: 18)

Rangsangan ke permukaan akar

Tubulus Dentin

Pergerakan cairan

Odontoblas

Pulpa Syaraf Pulpa

Gambar 3. Teori hidrodinamik menjelaskan aspirasi odontoblas ke dalam tubulus dentin sebagai efek dari rangsangan yang mengenai tubulus yang terbuka (Strassler HE.http://images.benco.com/pdf_files/cecourses/inoffice_mgmnt _dentin.pdf 3 Oktober 2010)

Universitas Sumatera Utara

2.3 Faktor Pemicu Hipersensitif dentin terjadi ketika terpaparnya dentin ke lingkungan rongga mulut akibat hilangnya enamel dan/atau sementum. Hal tersebut menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien, baik secara fisik maupun psikologis, dan didefinisikan sebagai rasa nyeri akut berdurasi pendek yang disebabkan oleh terbukanya tubulus dentin pada permukaan dentin yang terpapar tadi.2 Rangsangan yang memicu timbulnya rasa nyeri dapat berupa rangsangan panas atau dingin, kimiawi, taktil atau sentuhan, serta rangsangan udara atau uap.1-10 1. Rangsangan dingin Rangsangan dingin merupakan pemicu utama terjadinya hipersensitivitas dentin (Gambar 4).1-3 Berdasarkan teori hidrodinamik, aliran cairan tubulus dentin akan meningkat keluar menjauhi pulpa sebagai respon dari rangsangan dingin dan menstimulus rasa nyeri (Gambar 5). Perangsangan tersebut terjadi melalui respon mekanoreseptor yang mengubah syaraf pulpa.1

Gambar 4. Contoh minuman dingin sebagai pemicu terjadinya hipersensitif dentin (http://www.google.co.id/images?client=firefox-a&rls=org.mozilla:enUS:official&channel=s&hl=id&q=cold+beverages&um=1&ie=UTF8&source=og&sa=N&tab=wi&biw=1024&bih=601 22 Okt 2010)

Universitas Sumatera Utara

Gambar 5. Teori hidrodinamik menunjukkan pergerakan cairan menjauhi pulpa sebagai respon dari rangsangan dingin (Addy M.Int Dent J 2002; 52: 369)

2. Rangsangan panas Selain rangsangan dingin, hipersensitif dentin juga dipicu oleh rangsangan panas (Gambar 6). Rangsangan panas akan menyebabkan pergerakan cairan ke dalam menuju pulpa. Meskipun demikian, rangsangan panas sebagai pemicu hipersensitif dentin lebih jarang dilaporkan, kemungkinan karena pergerakan cairan tubulus dentin akibat rangsangan panas relatif lebih lambat dibandingkan dengan rangsangan dingin (Gambar 7).1

Gambar 6. Contoh minuman panas sebagai pemicu terjadinya hipersensitif dentin (http:// www.google.co.id/images?um=1&hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla% 3Aen-US%3Aofficial&channel=s&biw=1024&bih=601&tbs=isch%3A1&sa=

Universitas Sumatera Utara

1&q=hot+beverages&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai= 22 Oktober 2010)

Gambar 7. Teori hidrodinamik menunjukkan pergerakan cairan menuju pulpa sebagai respon dari rangsangan panas (Addy M.Int Dent J 2002;52:369)

3. Rangsangan kimiawi Rasa nyeri juga dapat dipicu oleh rangsangan kimiawi seperti mengkonsumsi makanan yang mengandung asam yaitu buah-buahan terutama buah jeruk; minuman bersoda yang mengandung asam karbonat dan asam sitrat; saus salad; teh herbal; dan alkohol (Gambar 8).12 Bahan-bahan dengan pH rendah tersebut dapat menyebabkan hilangnya jaringan keras gigi (enamel dan dentin) melalui reaksi kimia tanpa melibatkan aktivitas bakteri, yang disebut erosi (Gambar 9).2,12 Lingkungan rongga mulut yang asam juga akan menyebabkan terbukanya tubulus dentin lebih banyak lagi yang mengakibatkan terjadinya peningkatan sensitivitas gigi.2,9

Universitas Sumatera Utara

Gambar 8. Contoh makanan yang mengandung asam (http://www.google.co.id/images?um=1&hl=id& Client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&channel=s&biw=1024&bih=601 &tbs=isch%3A1&sa=1&q=acidic+foods&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai= 22 Okt 2010)

Gambar 9. Erosi pada gigi akibat sering mengkonsumsi minuman yang asam (Chu CH, Lo EC. Hong Kong Dent J 2010; 7: 18)

Universitas Sumatera Utara

4. Rangsangan taktil atau sentuhan Rasa nyeri biasanya terjadi ketika pasien menyentuh daerah sensitif dengan kuku jari atau bulu sikat selama penyikatan gigi.2 Selain itu, pemeriksaan gigi dengan alat-alat tertentu yang terbuat dari logam, seperti sonde dan eksplorer, juga dapat meningkatkan sensitivitas pada gigi.8 5. Rangsangan udara Terhirupnya udara bebas pada pasien dengan kebiasaan bernapas melalui mulut, terutama pada cuaca dingin,2 atau semprotan udara dari syringe atau kompresor ketika prosedur pengeringan permukaan gigi, juga dapat memicu timbulnya rasa nyeri pada kasus hipersensitif dentin.2,8 Resesi gingiva merupakan salah satu etiologi terjadinya hipersensitif dentin.7 Resesi gingiva adalah terpaparnya permukaan akar gigi oleh karena hilangnya jaringan gingiva dan/atau penyusutan margin gingiva dari mahkota gigi. Resesi gingiva umumnya terjadi pada orang dewasa berumur lebih dari 40 tahun, tetapi bisa juga mulai terjadi dari masa remaja. Resesi gingiva bisa diikuti oleh resesi tulang alveolar ataupun tidak.15 Hipersensitif dentin juga dilaporkan sebagai efek dari pemutihan gigi (tooth bleaching). Mekanisme yang menyebabkan terjadinya hipersensitif dentin setelah bleaching belum dapat ditentukan secara pasti. Diperkirakan mediator inflamasi menjadi faktor penting terkait masalah tersebut.3

Universitas Sumatera Utara

2.4 Perawatan Hipersensitivitas Dentin Hipersensitif dentin mempunyai beberapa gejala yang sama dengan penyakit gingiva dan karies gigi. Oleh karena itu, diagnosa dan penyebab hipersensitif dentin harus ditegakkan dengan tepat agar perawatan yang diberikan memberikan efek yang tepat pula.5 Ada dua cara utama perawatan hipersensitif dentin yaitu pertama menghalangi syaraf merespon rasa nyeri (Gambar 10) dan yang kedua menutup tubulus dentin untuk mencegah terjadinya mekanisme hidrodinamik (Gambar 11).5,8 Perawatan tersebut juga harus dapat menghilangkan faktor-faktor predisposisi penyebab hipersensitif dentin, sekaligus mencegah terjadinya rekurensi. Perawatan hipersensitif dentin bisa bersifat invasif dan non-invasif.4

Gambar 10. Ion-ion potassium menghalangi syaraf untuk merespon rasa nyeri (Chu CH. Dental Bulletin 2010;15(3):22)

Universitas Sumatera Utara

Gambar 11. Penutupan tubulus dentin yang terbuka untuk mencegah rangsangan dari luar memicu rasa nyeri (Chu CH. Dental Bulletin 2010;15(3):23)

2.4.1 Perawatan yang Bersifat Non-Invasif Berdasarkan teori hidrodinamik yang telah dipaparkan di atas, rata-rata kasus hipersensitif dentin bersifat reversible dan dapat ditangani dengan perawatan noninvasif yang sederhana.16 Perawatan non-invasif tersebut bisa dilakukan sendiri oleh pasien di rumah, dan bisa pula dilakukan oleh dokter gigi.14 Perawatan yang dilakukan yang dirumah meliputi penggunaan pasta gigi desensitisasi, obat kumur dan permen karet. Pasta gigi desensitisasi mengandung potassium nitrate, potassium chloride atau potassium citrate. Ion potassium dipercaya dapat berdifusi sepanjang tubulus dentin dan akan mengurangi rangsangan terhadap syaraf-syaraf intradental dengan cara mengubah potensial membran syaraf-syaraf tersebut.14 Perawatan hipersensitif dentin yang dilakukan di klinik dokter gigi meliputi topikal aplikasi bahan desensitisasi seperti fluoride, potassium nitrate, calcium phosphates, dan oxalate, penambalan permukaan akar yang menyebabkan sensitivitas serta memberikan rekomendasi untuk menggunakan night guard atau retainer jika

Universitas Sumatera Utara

pasien mempunyai kebiasaan buruk seperti bruksism.14 Saat ini telah dikembangkan pula bahan desensitisasi terbaru yaitu Pro-Argin yang mengandung arginine dan calcium carbonate, dan terbukti lebih efektif untuk menutup tubulus dentin yang terbuka pada pasien hipersensitif dentin.3,8,13 Penjelasan lebih lanjut tentang

mekanisme kerja dan cara pengaplikasian Pro-Argin akan dibahas pada bab berikutnya.

2.4.2 Perawatan yang Bersifat Invasif Karena resesi gingiva dan terpaparnya permukaan akar gigi merupakan faktor utama terjadinya hipersensitif dentin, maka perlu dilakukan cangkok gingiva sebagai rencana perawatan, terutama pada resesi yang progresif.7 Ketika terpaparnya permukaan akar yang sensitif juga diikuti dengan kehilangan permukaan akibat abrasi, erosi, dan abfraksi, maka dipertimbangkan pula pemberian bahan restorasi resin atau ionomer kaca (glass ionomer). Restorasi tersebut akan mengembalikan kontur gigi dan menutup tubulus dentin yang terbuka.2,7 Perawatan invasif lainnya adalah dengan laser. Terapi laser direkomendasikan oleh Kimura dkk untuk mengatasi hipersensitif dentin dengan tingkat keefektifan antara 5,2% dan 100%, tergantung pada tipe laser yang digunakan.2 Salah satunya adalah perawatan dengan menggunakan Neodymium:Yttrium-Aluminium-Garnet Laser atau laser Nd:YAG. Penyinaran dengan laser Nd:YAG akan menyatukan dentin dan mengurangi hipersensitif pada permukaan akar tanpa merusak permukaan dentin.17

Universitas Sumatera Utara

You might also like