You are on page 1of 3

Chapter 9 Inquiry Methods and Fraud Reports

Auditor Investigatif selama melakukan wawancara harus mengumpulkan informasi yang penting bagi investigasinya dan informasi mengenai perilaku dari orang yang diwawancarai (behavioral information), seperti: perilaku orang yang diwawancarai pada waktu menjawab pertanyaan, bagaimana cara duduknya, kontak mata dengan yang mewawancarai, ekspresi wajahnya, cara memberikan jawaban, pilihan kata atau kalimat. Hal itu semua dapat memberi petunjuk apakah orang yang diwawancarai jujur atau tidak. Pada akhirnya pewawancara harus menilai kredibilitas dari jawaban yang diberikan oleh orang yang diwawancarai melalui evaluasi atas sikapnya selama wawancara, seiring dengan penilaian atas substansi informasi yang diberikan. Pada umumnya wawancara dilakukan oleh auditor investigatif apabila bukti-bukti sudah terkumpul, namun kadang-kadang wawancara sudah dimulai pada saat gambaran kasar tentang suatu kasus sudah dimiliki dengan asumsi bahwa wawancara adalah untuk mengumpulkan/menambah informasi. 1. Wawancara Dalam Audit Investigatif

Audit investigatif dilakukan apabila sudah terdapat indikasi adanya unsur melawan hukum dan adanya indikasi kerugian keuangan negara yang biasanya dilakukan dengan telaah 5W dan 1H. Setelah dilakukan telaah baru dimulai dengan audit investigatif dengan tujuan untuk mengumpulkan buktibukti/informasi dalam rangka pembuktian atas kasus yang terjadi. Informasi harus sebanyak-banyaknya dikumpulkan, karena informasi merupakan nafas dan darahnya audit investigatif. Informasi tersebut diperoleh melalui

pengumpulan bukti-bukti seperti: Pemeriksaan Fisik, Dokumen, Konfirmasi, Prosedur Analitis, Penghitungan Ulang. Observasi maupun Tanya Jawab. Semua bukti-bukti tersebut biasanya dikumpulkan dulu sebelum dilakukan

wawancara. Karena kalau bukti-bukti tersebut belum lengkap auditor investigatif belum mempunyai bekal, fakta atau informasi yang banyak mengenai permasalahan/kasus tersebut sehingga sulit untuk dilanjutkan dengan wawancara. Setelah auditor investigatif mengetahui banyak fakta dan informasi melalui bukti-bukti yang telah diperoleh, maka tahap berikutnya adalah wawancara dalam rangka meyakinkan bukti-bukti yang telah diperoleh betul-betul bukti audit yang kompeten dan bisa digunakan sebagai dasar penyusunan Laporan Hasil Audit Investigasi (LHAI). Wawancara biasanya

dilakukan untuk memverifikasi bukti-bukti audit yang sudah diperoleh dalam tahap sebelumnya., sehingga dapat dikatakan wawancara merupakan teknik audit yang tepat/jitu untuk meyakinkan auditor dalam perolehan bukti audit investigatif. Untuk memperoleh hasil wawancara yang memadai, maka wawancara seharusnya dilakukan oleh auditor investigatif yang mempunyai karakteristik berikut (BPKP;2007) yaitu: a. b. c. Orang yang mudah bergaul, berbakat dalam berinteraksi Ingin membuat orang lain ingin berbagi informasi Pewawancara tidak akan mengiterupsi responden dengan pertanyaan yang tidak penting d. Dapat menyusun pertanyaan yang spesifik yang dapat membuat responden secara sukarela memberikan informasi e. Menunjukkan keseriusan dan perhatian atas jawaban yang diberikan responden f. g. Cara mengajukan pertanyaan tidak dengan sikap yang menyalahkan Pewawancara harus tepat waktu, berpakaian rapi dan bersikap fair dalam berinteraksi dengan responden. Namun dalam kenyataan sering wawancara dilakukan oleh auditor yang tidak mempunyai karakteristik seperti tersebut diatas, sehingga hasil wawancaraya kurang berhasil atau justru tidak berhasil, yang mengakibatkan hasil audit investigasinya kurang meyakinkan. Hal itu banyak disebabkan kurangnya auditor investigatif yang tersedia di instansi tersebut. Selain kriteria tersebut diatas auditor investigatif dalam melaksanakan auditnya harus selalu dilandasi dengan sikap mental dan independensi serta integritas yang tinggi untuk menghindarkan adanya penyimpangan yang dilakukan oleh auditor, misalnya adanya penyuapan.

Teknik pertanyaan informasi: 1.Mulailah dengan memberikan pertanyaan yang tidak membuat responden merasa tertekan atau menolak. 2.Tanyakanhanyasatupertanyaandalam sekalibertanya, agar dapat memperoleh jawaban yang dibutuhkan. 3. Berikan kesempatan kepada responden untuk menjawab dan jangan menyela. 4.Cobalah membantu responden untuk mengingat kembali kejadian tertentu tetapi jangan memberikan saran jawaban.

MEMBUAT CATATAN 1.Tetap pertahankan kontak mata denang responden. 2.Jangan memberikan opnin disaat sedang membuat catatan. 3.Tulislah semua pertanyaan dalam wawancara. 4. Segera setelah wawancara selesai, segera dokumentasikan hasil wawancara tersebut.

MENGAMATI REAKSI RESPONDEN 1.Proxemics. Digunakan untuk mengurangi jarak interpersonal diantara pewawancara dengan responden. 2.Chrocemics. Menggunakan waktu dalam hubungan interpersonal dalam penyampaian

maksud,perilaku dan keinginan. 3.Kinetics. Menggunakan gerak tubuh dalam penyampaian maksud. 4.Paralinguistic. Menggunkana volume suara intonasi dan kualitas suara dalam penyampaian maksud.

You might also like