You are on page 1of 7

BATUBARA Batu bara adalah endapan fosil tumbuh-tumbuhan yang telah mengalami perubahan dari bentuk asalnya, ini

disebabkan oleh bekerjanya mikroorganisme, tekanan panas, waktu dan pengaruh lingkungan. Dengan adanya proses geokimia maka terjadi pembusukan pada sisa tumbuhan, dimana akan diubah menjadi endapan hitam kecoklatan yang disebut batu bara. Dalam batu bara juga terdapat unsur anorganik dan unsur Nitrogen serta Belerang yang merupakan unsur pengotor dimana pada saat pembakaran akan tersimpan abu. Batu bara merupakan batuan hidrokarbon padat yang terbentuk dari tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen, serta terkena pengaruh tekanan dan panas yang berlangsung sangat lama. Proses pengubahan tumbuh-tumbuhan menjadi batubara ini dikenal dengan coalitification. Dengan urutan zat yang dihasilkan berupa tumbuhtumbuhan yaitu mulai dari gambut, Lignit, Sub Bituminous, Bituminous, Semi Antrasit, Antrasit, Meta Antrasit. a. Gambut Iklim bumi selama zaman batubara adalah tropis dan berjenis-jenis tumbuhtumbuhan subur di daerah rawa membentuk suatu hutan tropis. Setelah banyak tumbuhan yang mati dan menumpuk di atas tanah, tumpukan itu semakin lama semakin tebal menyebabkan bagian dasar dari rawa turun secara perlahan-lahan dan material tetumbuhan tersebut diuraikan oleh bakteri dan jamur. Tahap ini merupakn tahap awal dari rangkaian pembentukan batubara yang ditandai oleh reaksi biokimia yang luas. Selama proses penguraian tersebut, protein, kanji, dan selulosa mengalami penguraian lebih cepat bila dibandingkan dengan penguraian material kayu (lignin) dan bagian tetumbuhan yang berlilin (kulit ari daun, dinding spora, dan tepung sari). Karena itulah dalam batubara yang muda masih terdapat ranting, daun, spora, bijih, dan resin, sebagai sisa tumbuhan. Bagian-bagian tumbuhan itu terurai di bawah kondisi aerob menjadi karbon dioksida, air dan amoniak, serta dipengaruhi oleh iklim. Proses ini disebut proses pembentukan humus dan sebagai hasilnya adalah gambut. Jumlah air dalam gambut ini sangat besar dan jumlah kandungan air tersebut berkisar antara 80-90 % ketika baru ditambang. Penggunaannya sebagai bahan bakar dalam timber karena akan menghasilkan nyala yang lebih panjang dengan suhu yang relative rendah (Pitojo. S,

1983). Berdasarkan lingkungan tumbuhan dan pengendapan gambut di Indonesia dapat dibagi atas dua jenis yaitu:

Gambut Ombrogenus, yaitu gambut yang kandungan airnya hanya berasal dari air hujan. Gambut jenis ini dibentuk dalam lingkungan pengendapan dimana tumbuhan pembentuk dimasa hidupnya hanya tumbuh dari air hujan, sehingga kadar abunya adalah asli (Inherent) dari tumbuhan itu sendiri.

Gambut Topogenus, yaitu gambut yang kandungan airnya berasal dari air permukaan. Jenis gambut ini diendapkan dari sisa tumbuhan yang semasa hidupnya tumbuh dari pengaruh air permukaan tanah, sehingga kadar abunya juga dipengaruhi oleh bagian yang terbawa oleh air permukaan tersebut.

Daerah gambut topogenus lebih bermanfaat untuk lahan pertanian bila dibanding dengan daerah gambut ombrogenus karena gambut topogenus mengandung lebih banyak nutrisi. b. Lignit Lignit yaitu suatu nama yang digunakan pada tahap pertama lapisan Brown Coal. Pada umumnya lignit mengandung material kayu yang sedikit mempunyai struktur yang lebih kompak bila dibandingkan dengan gambut. Lignit mempunyai warna yang berkisar antara coklat sampai kehitaman, lignit segar mempunyai kandungan air antara 20-45. c. Batubara Sub Bituminous Jenis batubara ini berwarna hitam mengkilap dan mempunyai kilapan logam. Batubara ini saat ditambang kandungan air yang terkandung mencapai 45 % dan mempunyai nilai kalor bakar sangat rendah, kandungan karbon sedikit, kandungan abu banyak dan kandungan sulfur yang banyak. d. Batubara Bituminous Batubara bituminous merupakan jenis batubara yang terpenting dan dipakai sebagai bahan bakar karena memiliki nilai kalor, kandungan karbon yang relative tinggi, sedangkan kandungan air, kandungan abu, dan kandungan sulfur yang relative rendah. Jenis batubara ini juga digunakan sebagai bahan bakar dalam pembuatan kokas dan pabrik gas. e. Batubara Semi Antrasit Batubara semi antrasit ini merupakan batubara yang memiliki sifat antara batubara bitumen yang mempunyai kandungan zat terbang rendah dibanding

dengan batubara antrasit yang mempunyai zat terbang yang tinggi berkisar antara 6-14 %. Batubara ini mudah terbakar dan warna nyalanya sedikit kekuningkuningan. f. Batubara Antrasit Batubara antrasit biasanya disebut batubara keras (hard coal) penamaan ini berdasarkan atas dasar kekerasan dan juga kekuatannya antrasit. Batubara antrasit ini mudah untuk ditambang karena letak lapisan didalam kerak bumi yang tidak pasti, dimana letak lapisannya kadang-kadang tegak dan kadang-kadang juga vertikal bahkan kadang-kadang juga berlekuk. Sifat batubara ini ditentukan dari derajat kilap atau warna. Batubara antrasit mempunyai nilai kalor dan kandungan karbon sangat tinggi dan memiliki kandungan air atau sulfur yang relative rendah dan kandungan zat terbang tinggi berkisar antara 8,0 %. g. Meta Antrasit Batubara Meta Antrasit adalah batubara dengan kelas yang sangat tinggi dimana nilai kalorinya sangat tinggi, berkisar antara 8000-9000 kalori. Kadar air (Water content) sangat kecil kurang dari 1 %, warna hiam mengkilat, pecahan concoidal, tidak mengotori tangan bila dipegang, menghasilkan api yang biru bila dibakar, tidak mengeluarkan asap, tidak berbau, kadar abu dan sulfur juga sangat rendah. Batubara jenis ini adalah antrasit yang mengalami pengaruh tekanan dan suhu yang tinggi akibat proses tektonik maupun aktivitas vulkanik yang ada di dekat endapan. Batubara jenis ini terdapat di daerah Pensylvania, Amerika Serikat. Reaksi Pembentukan Batubara Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang sudah mati, komposisi utama terdiri dari cellulose. Proses pembentukan batubara dikenal sebagai proses pembatubaraan (coalification). Factor fisika dan kimia yang ada di alam akan mengubah cellulosa menjadi lignit, subbitumina, bitumina atau antrasit. Reaksi pembentukan batubara adalah sebagai berikut : 5(C6H10O5) Cellulose C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO lignit gas metan

Keterangan :

Cellulosa (senyawa organik), merupakan senyawa pembentuk batubara. Unsur C pada lignit jumlahnya relatif lebih sedikit dibandingkan jumlah unsur C pada bitumina, semakin baik kualitasnya. Unsur H pada lignit jumlahnya relatif banyak dibandigkan jumlah unsur H pada bitumina, semakin banyak unsur H pada lignit semakin rendah kualitasnya. Senyawa gas metan (CH4) pada lignit jumlahnya relatif lebih sedikit dibandingkan dengan bitumina, semakin banyak (CH4) lignit semakin baik kualitasnya.

Kandungan Batubara Disamping unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, belerang, dan nitrogen di dalam batubara ditemukan pula unsur-unsur logam yang berasal dari pengotor batubara, yaitu lapisan batubara yang tersisip dan terperangkap diantara lapisan batubara. Secara kimia, batubara tersusun atas tiga komponen utama, yaitu : 1. air yang terikat secara fisika, dapat dihilangkan pada suhu sampai 105 0C, disebut moisture. 2. senyawa batubara atau coal substance atau coal matter, yaitu senyawa organik yang terutama terdiri atas atom karbon, hidrogen, oksigen, sulfur, dan nitrogen. 3. zat mineral atau mineral matter, yaitu suatu senyawa anorganik. a. Moisture Dalam batubara, moisture paling sedikit terdiri atas satu senyawa kimia tunggal. Wujudnya dapat berbentuk air yang dapat mengalir dengan cepat dari dalam sampel batubara, batubara. Moisture didefinisikan sebagai air yang dapat dihilangkan bila batubara dipanaskan sampai 105 0C. Semua batubara mempunyai pori-pori berupa pipa kapiler. Dalam keadaan alami, pori-pori ini dipenuhi oleh air. Didalam standar ASTM, air ini disebut moisture bawaan (inherent moisture). Ketika batubara ditambang dan diproses, air dapat teradsorpsi pada permukaan kepingan batubara, dan standar ASTM menyebutnya sebagai moisture permukaan (surface moisture). senyawa teradsorpsi, atau sebagai senyawa yang terikat secara kimia. Sebagian moisture merupakan komponen zat mineral yang tidak terikat pada

Moisture yang datang dari luar saat batubara itu ditambang dan diangkut atau terkena hujan selama penyimpanan disebut free moisture (istilah ini dikemukakan dalam standar ISO) atau air dry loss (istilah yang digunakan oleh ASTM). Moisture ini dapat dihilangkan dari in air batubara dried dengan sample cara dianginkan atau residual atau dikeringudarakan. Moisture (ISO) moisture (ASTM)

ialah moisture yang hanya dapat dihilangkan bila sampel batubara kering-udara yang berukuran lebih kecil dari 3 mm (istilahnya batubara ukuran minus 3 mm atau -3 mm) dipanaskan hingga 105 0C. moisture. Penjumlahan Dalam antara free batubara, moisture dan residual yang ditentukan moisture disebut total analisis

hanya moisture yang terikat secara fisika, sedangkan yang terikat secara kimia (air hidratasi) tidak ditentukan. Jenis-jenis moisture yang biasanya ditentukan dalam analisis batubara adalah : 1) 2) 3) 4) 5) Total Moisture (TM) Free Moisture (FM) atau Air Dry Loss (ADL) Residual Moisture (RM) atau Moisture in air dried sample (MAD) Equilibrium moisture (EQM) atau Moisture holding capacity (MHC) Moisture in the analysis sample (dalam analisis proksimat, disingkat Mad).

Total Moisture (TM), disebut pula sebagai as received moisture (istilah yang digunakan oleh pembeli batubara) atau as sampled moisture (istilah yang digunakan oleh penjual batubara), menunjukkan pengukuran jumlah semua air yang tidak terikat secara kimiawi, yaitu air yang teradsorpsi pada permukaan, air yang ada dalam kapiler (poripori) batubara, dan air terlarut (dissolved water). Total Moisture didefinisikan sebagai penjumlahan dari air dry loss (free moisture) dan residual moisture (misture in air dried sample). b. Zat mineral Zat mineral atau mineral matter terdiri atas komponen-komponen yang dapat dibedakan secara kima dan fisika. Zat mineral terdiri atas ash (abu) dan zat anorganik yang mudah menguap (inorganic volatile matter). Apabila batubara dibakar akan terbentuk ash yang terdiri atas berbagai oksida logam pembentuk batuan, sedangkan zat anorganik yang mudah menguap akan pecah menjadi gas karbon dioksida (dari karbonat-karbonat), sulfur (dari pirit), dan air yang menguap dari lempung. Material anorganik, yaitu mineral bukan karbonat yang merupakan bagian dari struktur tumbuhan, adalah zat mineral bawaan di dalam batubara yang persentasenya

relatif kecil. Zat mineral dari luar yang kemungkinana berasal dari debu atau serpih yang tebawa air atau yang larut dalam air selama pembentukan gambut atau tahapan selanjutnya dari pembentukan batubara persentasenya lebih besar dan bervariasi, baik jumlah maupun susunannya. Mineral terbanyak di dalam batubara, yaitu kaolin, lempung, pirit, dan kalsit. Semua mineral itu akan mempertinggi kadar silikon lainnya. Oksida alumunium, besi, dan kalsium, di dalam ash. Kemudian menyusul berbagai senyawa magnesium, natrium, kalium, mangan, fosfor, dan sulfur yang didapatkan dalam ash dengan persentase yang berbeda-beda. c. Senyawa batubara Senyawa batubara terdiri atas zat organik yang mudah menguap dan fixed carbon. Zat organik yang mudah menguap kebanyakan tersusun atas (1) gas-gas yang dapat terbakar seperti hidrogen, karbonmonoksida, dan metan, (2) uap yang dapat mengembun, seperti tar dengan sedikit kandungan gas yang dapat terbakar, dan (3) uap seperti karbon dioksida dan air, yang terbentuk dari penguraian senyawa karbon secara termis. Kandungan volatile matter (gabungan zat organik dan anorganik yang mudah menguap) berkaitan sekali dengan peringkat batubara dan merupakan parameter yang penting dalam mengklasifikasikan batubara. Fixed carbon merupakan residu yang tersisa setelah moisture dan volatile matter dihilangkan. Senyawa ini yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, sulfur, dan nitrogen, dapat dibakar. Gasifikasi batu bara Coal gasification adalah sebuah proses untuk mengubah batu bara padat menjadi gas batu bara yang mudah terbakar (combustible gases), setelah proses pemurnian gasgas ini karbonmonoksida (CO), karbondioksida (CO2), hidrogen (H), metan (CH4), dan nitrogen (N2) dapat digunakan sebagai bahan bakar. hanya menggunakan udara dan uap air sebagai reacting-gas kemudian menghasilkan water gas atau coal gas, gasifikasi secara nyata mempunyai tingkat emisi udara, kotoran padat dan limbah terendah. Tetapi, batu bara bukanlah bahan bakar yang sempurna. Terikat di dalamnya adalah sulfur dan nitrogen, bila batu bara ini terbakar kotoran-kotoran ini akan dilepaskan ke udara, bila mengapung di udara zat kimia ini dapat menggabung dengan

uap air (seperti contoh kabut) dan tetesan yang jatuh ke tanah bentuk asam sulfurik dan nitrit, disebut sebagai "hujan asam" acid rain. Disini juga ada noda mineral kecil, termasuk kotoran yang umum tercampur dengan batu bara, partikel kecil ini tidak terbakar dan membuat debu yang tertinggal di coal combustor, beberapa partikel kecil ini juga tertangkap di putaran combustion gases bersama dengan uap air, dari asap yang keluar dari cerobong beberapa partikel kecil ini adalah sangat kecil setara dengan rambut manusia.

You might also like