Professional Documents
Culture Documents
A. Konsep Dasar 1. Defenisi Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi, sebab kontak dengan suhu rendah. Luka bakar ini dapat
mengakibatkan kematian, atau akibat lain yang berkaitan dengan problem fungsi maupun estetik. (Arif Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga hal. 365). 2. Anatomi dan Fisiologi Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh dan
bersambung dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga dan lubang-lubang masuk. Kulit di bagi menjadi tiga lapisan yaitu : Epidermis tersusun ats epitelium berlapis dan terdiri atas sejumlah lapirasn sel yang disusun atas dua lapisan yang jelas tampak, selapis lapisan tanduk dan selapis zona germinalis. Dermis tersusun atas jaringan fibrus dan jaringan ikat yang elastik
Pada permukaan dermis tersusun pupil-pupil kecil yang berisi ranting-ranting pembuluh darah kapiler. Sub Kutis Kelenjar keringat adalah tube tunggal yang tergulung yang terletak pada jaringan sebcutan dan dengan saluran yang panjang dan terbuka pada permukaan kulit sub kutis mencakup kelenjar
keringat biasa, kelenjar apoksin, kelenjar serumminus dan creaser dan ridges. Fungsi Kulit adalah : Sebagai organ pengatur panas Suhu tubuh seorang adalah tetap meskipun terjadi perubahan lingkungan. Hal ini dipertahankan karena penyesuaian antara panas yang hilang dan panas yang dihasilkan, yang diatur oleh pusat pengatur panas. Sebagai indera peraba Rasa sentuhan yang disebabkan oleh rangsangan pada ujung saraf didalam kulit berbeda-beda menurut ujung saraf yang dirangsang.
penyimpanan air, jaringan adi posa dibawah kulit merupakan tempat penyimpanan yang utama pada tubuh. Mampu melindungi dari kulit Kulit adalah relatif tak tembus air, dalam menghindarkan kehilangan cairan dari arti bahwa ia dan juga
jaringan
(Evelgu Perce, 1989 hal 243, Asuhan dan Fisiologi untuk para medis.
3.
Patofisiologi
Kedalaman luka bakar a. Derajat 1 (luka bakar superfisiol) Luka bakar hanya terbatas pada lapisan epidermis. Luka bakar derajat ini ditandai dengan kemerahan yang biasanya akan sembuh tanpa jaringan perut dalam waktu 5-7 hari. b. Derajat 2 (luka bakar dermis) Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada elemen epitel yang tersisa seperti epitel basah, kelenjar sebasen, kelenjar keringat dan folikel rambut, dengan adanya sisa sel epitel yang sehat ini, luka dapat sembuh sendiri dalam 10-21 hari oleh kareun kerusakan kapiler dan ujung saraf di bandingkan luka bakar superfisial, karena adanya iritasi ujung saraf. c. Luka bakar tingakat III Meliputi kedalaman kulit bisa subkutis atau organ-organ meliputi kedalaman oleh karena tidak ada lagi elemen epitel yang hidup maka untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan
cangkak kulit, luka bakar tingkat ini berwarna keputihan tidak ada buluh dan tidak ada nyeri.
Luas luka Bakar Perthitungan luas luka bakar antara lain berdasarkan rule of nine dari wallace yaitu : Kepala dan leher : 9% Ekstremitas atas : 2 x 9% (kanan dan kiri) Paha dan betis kaki : 4 x 9% (kanan dan kiri) Dada, perut, punggung, bokong : 4 x9% Perineum dan genitalia : 10%
4. Etiologi Therma : air panas, api Kimia, asam, alkali Radiasi Elektrolit
(Arif Mansjoer dkk, 2000 5. Tanda dan gejala Derajat 1 : Kemerahan (erytema ringan), edem ringan, nyeri ringan, penyembuhannya kira-kira 5 hari. Derajat II : Adanya bulla, edema, nyeri yang saat
penyembuhannya kira-kira 10 sampai 2 minggu. Derajat III : Destruksi dari epitel, lemah mata dan tulang. 6. Penatalaksanaan Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan infeksi, mengulangi rasa sakit,
pencegahannya dan pembatasan pembetulan jaringan parut. Tindakan selanjutnya adalah sebagai berikut : a. Lakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan nafas,
pernafasan dan sirkulasi. b. Periksa cedera yang terjadi di seluruh tubuh secara sistematis untuk menentukan adanya luka inhalasi, luas dan derajat luka bakar. c. Berikan analgetik yang efektif adalah morfiu atau petidine diberikan secara intervena. d. Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka dilakukan dengan melakukan dibridement dan memandikan
pasien menggunakan cairan steril dalam bak khusus yang mengandung larutan anti septik. e. Berikan autibiotik topikal pasca pencucian luka dengan tujuan untuk mencegah dan mengatasi infeksi. f. Balut luka dengan menggunakan biasa gulung kering dan steril. g. Berikan serum anti yaitu : ATS 3.000 unit pada orang dewasa dan separuhnya pada enak-enak. (Arif Masjoer, 2000, Kapita selekta kedokteran, Edisi Ketiga)
B. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Aktivitas/istirahat Tanda : Penurunan kekuatan, tahanan, keterbatasan renteng gerak pada area yang sakit. Gangguan massa otot. Sirkulasi Tanda : Hipotensi, syok, perifer distal pada ekstremitas
yang cedera, pembentukan edema jaringan. Nemosensori Gejala : Area kebas, kesemutan Tanda : Perubahan orientasi, efek perilaku Penurunan refleks tendon dalam pada cedera ektremita keamanan aktivitas kejang (syok) laserasi konyeal, kerusakan return ruptur membran timpani (syok listrik). Paralisis (cedera listrik pada aliran saraf) Nyeri/Kenyamanan Tanda : Berbagai nuyeri contoh luka baku derajat pertama secara eksterm sensitif disentuh di tekan gerakan udara dan perubahan suhu luka bahan ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri sementara
respo pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf. Pernafasan Gjala : Terkurung dalam ruang tertutup.
Tanda : Serak, batuk mengi, partikel krubon dalam sputum, ketidak mampuan menelan sekresi oral dan
sianosis, indikasi cedera inhalasi. Keamanan Tanda : Kulit yang tidak terbakin mungkin dingin, lembab pucut dengan penghisap kapiler pada adanya penurunan curah jantung sehubungan kehilangan cairan. 2. Diagnosa Keperawatan Resiko tinggi terhadap tidak efektifnya berisikan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi trakea bronkial edema mukosa dan hilangnya kerja silia (inhalasi asap) luka bakar seputar leher dan dada. Resiko tinggi kehilangan volume berhubungan dengan kehilangan cairan melalui luka. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
10
Nyeri
berhubungan
dengan
kerusakan
kulit/jaringan, pembentukan edema ditandai dengan keluhan nyeri. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan trauma kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit. 3. Rencana Keperawatan Diagnosa Keperawatan 1 Tujuan : jalan nafas kembali normal/stabil
Intervensi : Awasi frekuensi, irama, kedalaman pernafasan. Aruskultasi paru, perhatikan stridoa. Perhatikan adanya pucat atau warna. Tinggikan kepala tempat tirud, hindari penggunaan bantal di bawah kepala. Berikan pelembab melalui cara yang tepat. Rasional Takipnea, penggunaan obat bantu, sianosis dan perubahan sputum menunjukkan terjadinya distress pernafasan dapat terjadi sangat cepat atau lambat.
11
Obstruksi jalan nafas/distres pernafasan dapat terjadi cepat atau lambat. Dugaan adanya hipoksemia atau karbon monoksida. Meningkatkan ekspansi paru optimal/fungsi pernafasan. O2 memperbaiki hipoksemia/asidosis, saluran pelembaban dan
menurunkan
pengeringan
pernafasan
menurunkan viskositar sputum. Diagnosa Keperawatan 2 Tujuan : volume cairan kembali stabil/normal Intervensi : Awasi tanda-tanda vital CVP. Awasi haluaran mine dan berat jenis. Observasi distensi abdomen. Berikan pengganti cairan. Rasional : Memberikan pedoman untuk penggantian cairan respon krediovaskuler. Secina umum penggantian cairan harus diawasi untuk meyakinkan rata-rata pengeluaran 30-50 ml/jam. Stres terjadi pada setengah dari semua pasien yang luka bakar berat.
12
13
Diagnosa Keperawatan 3 Tujuan : Infeksi tidak terjadi Intervensi : Tekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang kontak dengan pasien. Gunakan sarung tangan dan teknik aseptik belum perawatan luka berlangsung. Ganti balutan dan bersihkan area yang terbaku dalam bak khusus. Awasi tanda-tanda vital untuk demam dan peningkatan frekwensi. Rasional : Mencegah kontraminasi silang, menurunkan resiko infeksi. Mencegah terjadinya infeksi. Air melembutkan dan membantu membuang balutan. Indikator sepsis memerlukan evaluasi cepat dan intervensi. Diagnosa Keperawatan 4 Tujuan : Nyeri teratasi Intervensi : Ubah posisi dengan sering dan rentang gerak pasif.
14
Lakukan penggantian balutan dan debridemen. Pertahankan suhu lingkungan nyaman. Rasional : Gerakan dan latihan menurunkan ke kanan sendi dan kelelahan otot. Menurunkan terjadinya ditress fisik dan emosi sehubungan dengan penggantian balutan dan diberi demen. Pengaturan suhu dapat hilang karena luka bakar mayor dan kelelahan otot. Diagnosa Keperawatan 5 Tujuan : Kebutuhan tubuh terpenuhi Intervensi : Pertahankan jumlah kolom. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering. Berikan kebersihan oral sebelum makan. Rasional : Pedoman untuk pemasukan kalori tepat. Membantu mencegah ketidak nyamanan. Mulut bersih meningkatkan nafsu makan.
15
Kaji/ukur warna, kedalaman luka. Berikan perawatan luka bakar yang tepat. Rasional : Memberikan informasi dasar tentang penanaman kulit Menyiapkan jaringan untuk penurunan kulit.
16
BAB III LAPORAN ASKEP A. PENGKAJIAN I. Nama Umur Jenis kelamin Alamat Status Perkawinan Agama Suku Pendidikan Pekerjaan Identitas klien : Ny. S : 40 tahun : Perempuan : Medan : Kawin : Islam : Jawa : SMA : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk ke RS : 17-5-2008 Tanggal pengkajian Sumber informasi : 2 Juni 2008 : Klien dan suami
Keluarga terdekat y ang dapat duhubungi : Suami Pendidikan Pekerjaan Alamat : SMA : Pegawai swasta : Medan
17
II. 1.
B D
C D
B D
C D
Keterangan
: A. Wajah dan leher 4 % B. Ekstremitas atas (kiri dan kanan) 2 x 9% C. Perut, punggung dan bokang : 3 x 9% D. Paha kiri dan kanan : 2 x 9%
III.
Riwayat kesehatan sekarang 1. Polliative : Luka bakar grade II 67,6% akibat terbakar api Nyeri, dirasakan sakit pada daerah luka bakar klien. 3. Region 4. Saverty 5. Time : : : Pada daerah luka bakar. Skala nyeri 4-5 (nyeri sedang) Hal ini terjadi secara mendadak 15 hari yang lalu.
2. Qualitative :
18
IV.
Riwayat Kesehatan yang lalu 1. 2 tahun yang lalu klien pernah menderita penyakit paruparu dan dibawa berobat ke Penang, klien tidak ada riwayat, alergi imunisasi tidak jelas. Namun klien tidak tahu lagi nama obat-obatan yang pernah dikonsumsinya. 2. Pola aktivitas sehari-hari
dengan nasi dan lauk susu 3 x sehari 2000 pauk Minum nafsu makan kalori
baik Klien minum air putih Klien minum air putih 8-9 gelas/hari munum 2 gelas/Hari bila klien teh manis 1 gelas/hari merasa haus minum
Pola elimininasi
kuning, bau khas bau :khas BAK : sering (7-9 x BAK : 2000 cc/24 jam sehari), ciarn konsistensi warna kuning jenirh kuning bau khas
wanra
19
Pola istirahat
tidur
dan Tidur 7-8 jam sehari Tidur 5-6 jam ehari dari jam 21.00 -06.00 dan dapat terbangun wib dapat terbangun bila datang rasa nyeri bila mendengar suara
Pola latihan
aktivitas
ribut-ribut dan Kien bekerja sebagai Kien ibu rumah tangga, bekerja
tidak
dapat
dan susah
tidak pernah mengisi untuk menggerakkan waktu luang Personal hygiene leher, kedua tangan
dan kedua kaki Klien mandi 2x sejari Klien tidak pernah gosok gigi 2 x sehari mandi, hanya saja 2 bila mandi cuci hari sekali klien di
V. Genogram
Riwayat Keluarga
20
VI. Bahasa
klien tentang penyakitnya : Klien sangat cemas dan selalau bertanya apakah penyakitnya lebih baik dapat disembuhkan bila tidak
mati saja daripada harus menderita seperti ini, labil, hubungan klien dengan keluarga baik
keadaan emosi
adanya keuarga yang datang menjenguknya, klien anak ke 11 dan 11 bersaudara, sebelum masuk rumah sakit klien tinggal serumah dengan suami dan 3 anaknya. Sebelum masuk rumah sakit klien taat menjalankan ibadah setelah masuk
21
rumah sakit klien tidak pernah menjalankan ibadah hanya berdor saja.
VII. Pemeriksaan fisik Tanda-tanda vital tanggal 2 Juni 2008 TD Pols Temp RR : 115/60 mmHg : 100 x/i : 37o C : 28 x/i
Kesadaran : Composmentis - Keadaan umum : Lemas, pada dijumpai adanya perut, luka bakar
wajah,
leher,
panggung
bokong, extremitas atas kiri dan kanan kedua paha, bibir tampak kering, klien menyatakan terasa sakit pada luka
bukan (skala nyeri 4-5) dan luka masih tumpah bsah dan bau. - Kepala : Simetris, tidak dijumpai adanya luka bakar di kulit kepala - Mata : Konjungtiva dijumpai anemis, adanya seklera ikterus, tidak fungsi
22
jarak 30 cm, kelopak mata dijumpai adanya mengering - Hidung : Lubang hidung kotor, fungsi penciuman baik dapat membedakan bau jeruk, luka bakar yang sudah
dijumpai adanya luka bakar pada hidung dan pipi - Telinga : Fungsi pendengaran agak terganggu, dijumpai adanya luka bakar yang masih basih di daun telinga dan lubang telinga - Mulut dan tenggorokan : Fungsi pengecapan baik dapat
membedakan rasa asin, asam dan manis dapat menelan dengan baik, jumlah gigi lengkap (32), pada bibir dijumpai adanya luka bakar, pada leher dijumpai adanya luka bakar tidak dijumpai adanya
23
- Sirkulasi
Masih
Basah,
frekwensi
pernafaan
reguler 28x/i - Abdomen : Dijumpai adanya luka bakar yang masih basah dan terasa daerah abdomen - Genitalia : Tidak dijumpai adanya luka bakar, sakit serta nyeri di
bakar yang masih basah yang terasa nyeri serta kedua tangan sudah untuk digerakkan karena masih terasa sakit dan nyeri Ekstremitas bawah dijumpai adanya luka bakar dikedua paha yang masih basah serta sakit, kedua kaki dapat digerakkan tetapi hanya sedikit saja. - Kulit : Turgor kulit kering,dijumpai adanya luka bakar di lapisan kulit
Data laboratorium Pemeriksaan laboratorium tanggal 1 Juni 2008 - Hb : 9,1 gr % Normal : 12-16
24
- Leukosit - Haemotokrit - Trombosit Analisa gas darah PH PCO2 PO2 Bikarbonat Total Co2 Base Exes Saturasi O2 Diagnosa medis Pengobatan
: : :
- Inf. RL s/s NaCl 0,9% 30 gtt/i - Inf. Dextrose 5% 30 gtt/i - Inf. Aminofusin L 600 20 gtt/i - Inj. Ceftriazone 1 gr/12 jam /IV - Inj. Ranitidine 1 amp / 12 jam / IV - Inj. Tramadol 1 amp / 8 jam / IV - Dermazine Salp
25
DS
C D D
C D D
5) DS : Klien mengatakan haus DO : - bibir tampak kering - Luka masih basah Intake : minum1500 cc Cairan inf : 1500
26
cc Output :1100 cc/8 jam Turgor kulit kering Ku : compos mentis TD : 115/65 mmHg Pols : 90 x/i RR : 28x/i 3 DS Temp : 37,5 C : Klien mengatakan Obstruksi terasa telentang DO : - Tanda-tanda vital TD : 115/60 mmHg Pols : 100 x/i RR : : 28x/i Analisa gas darah pH : 7,501 PCO2 : 25,4 PO2 : 153, 4 mmHg Bikarbonat : 19,4 Total Co2 : 20,2 sesak bila trakea bronkial Resiko tinggi terhadap bersikan jalan nafas
27
pada 4 DS
Adanya leher
punggung : Klien
- Luka masih tampak basah dan berbau bakar 67,6% Balutan luka sudah terlihat kotor 103/mm3 5 DS Luka terbuka : Klien mengatakan susah untuk menggerakkan tubuh DO : - Luka bakar grede II 67,6% Immoblisasi yang lama grede Kurangnya pergeakan Resiko terjadinya karakteristik Leukosit:18,9 Luas luka
28
29
C.
Prioritas Diagnosa Keperawatan 1. Kekurangan volume caiaran berhubungan luasanya luka bakar 67,6% ditandai dengan klien mengatakan haus, bibir tampak kering, luka masih basah, intake : Minum 1-2 gelas/h output : 1100 cc, turgor kulit kering 2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan kerusakan
ujung syaraf perifer pada kuit yang terbakar ditandai dengan klien mengatakan nyeri pada daerah luka bakar adanya luka bakar pada wajah, leher, perut, punggu,
bokong, extresmitas atas kanan dan kiri, paha kanan dan kiri, klien tampak meringis kesakitan (sksla nyeri 4-5) 3. Resiko tinggi terhadap bersihan jalan nafas
berhubungan dengan obstruksi trakea bronkial ditandai dengan klien mengatkan terasa sesak bila telentang, TD : 115/60 mmHg, Pols : 100 x/i, temp : 37 o C, RR : 28 x/I, pH : 7,501 , PCO2 : 25, 4, PO2 : 153,4 mmHg, bikarbonat L 19,4, total CO2 : 20,2 adanya luka bakar pada leher dan punggung 4. Resiko tinggi terjadinya infeksi skunder berhubungan
30
kien mengatakan badan terasa bau, luka masih tampak basah dan berbau, balutan luka sudah terlihat leukosit : 18,9 103 /mm3. 5. Resiko terjadinya kontraktur berhubungan dengan kotor
kurangnya pergerakan ditandai dengan klien mengatakan susah untuk menggerakkan tubuh, luka bakar grde II 67,6%.
31
D. ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. S Umur : 40 tahun Ruangan : RB 2 No No. Prioritas Diagnosa 1 keperawatan DX I Tujuan/Kriteria hasil - Kebutuhan cairan terpenuhi setelah 3 hari - Observasi tanda- Tgl 2/6-2008 tanda vital - Observasi warna dan jumlah urine - Beri minum sedikit-sedikit tetapi sering - Kolaborasi dengan dokter dalam jam 15.00 Wib - Mengobservasi tandatanda vital : TD : 115/56 mmHg Pols : 86x/i Temp : 37o C RR : 28 x/i Jam 15.30 wib - Memberi minum klien 5 sendok makan tiap 30 P : Intervensi Jam 19.30 Wib S : Klien mengatakan masih haus O : Bibir masih kering turgor kulit kering Intake : 1 gelas Output : 1100cc/8 jam A : Masalah belum teratasi Intervensi Implementasi Evaluasi
32
pemberian infus -
menit Jam 17.00 Wib Mengobservasi output urine 800cc/8 jam Jam 17.00 Wib - Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian
dilanjutkan
DX II
- Kaji skala dan lokasi nyeri - Anjurkan kepada klien untuk lebih
cairan Inf RL 30 tts/i Tanggal 2-6-2008 jam 14.30 Wib Mengkaji skala dan lokasi nyeri (skala nyeri 4-5) Jam 15.15 - - Mengajak klien bercerita tentang hal-hal yang menyenangkan untuk mengalihkan perhatian
Jam 18.15 Wib S : Klien mengatakan daerah luka berkolaborasi terasa nyeri O : Klien masih tampak meringis kesakitan (skala 4-5) A : Masalah belum
Kriteria hasil : - Daerah luka baker kering - Klien tampak tenang tampak
33
(Skalanyeri 12)
klien terhadap rasa sakit - Memberi posisi yang nyaman bagi klien 16.00 Wib - Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
DX III
- Inj. Tramadol 1 amp/iv - Observasi tanda- Tanggal 1/6-08 tanda vital - Beri posisi yang nyaman bagi klien jam 15.00 Wib - Mengobservasi tandatanda vital TD : 115/56 mmHg RR : 28x/i Pols : 96x/i Temp : 37o C
Jam 19.45 Wib S : Klien mengatakan dapat bernafas O : Pernafasan 28x/i SPO2 : 100% Oksigen nasal 3I/i terpasang A : Masalah belum
34
pemberian oksigen
SPO2 : 100% Jam 15.45 Wib - Memberi posisi semi fowler bagi klien - Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian
DX IV
Infeksi tidak terjadi setelah 3 hari Kriteria hasil : - Luka mulai kering - Balutan luka tampak bersih - Leukosit mengalami
- Klien dirawat diruang yang tertutup Kolaborasi dengan dokter bedah plastic dalam pemberian antibiotik dan pembersihan
oksigen nasal 3 I/i Tanggal 2-6-2008 jam 10.00 Wib - Menempatkan Klien diruang yang tertutup (isolasi) Jam 16.30 Wib - Berkolaborasi dengan dokter bedah plastic untuk pembersihan luka Jam 16.30 Wib
Jam 20.00 Wib S : Klien mengatakan badan masih bau O : - Luka masih tampak basah dan bau - Balutan luka masih tampak kotor A : Masalah belum
35
penurunan
luka
- Memberi Inj. Ceftriaxone 1 gr/IV/12 jam Jam 17.00 Wib - Memberi inf. Cyproplazacine 200 mg/8
DX V
jam Tanggal 2-6-2008 jam 10.00 Wib - Memotivasi klien untuk latihan rentang gerak aktif Jam 14.30 Wib - Menganjurkan kepada klien untuk menggerakkan leher, tangan dan kaki
Jam 19.30 Wib S : Klien mengatakan masih belum dapat menggerakkan tubuhnya O : Klien masih belum dapat menggerakkan leher, tangan dan kakinya
36
37
E. Catatan Perkembangan Keperawatan (Implementasi dan Evaluasi) No 1 Tanggal/ jam 3-6-2008 10.00 Wib No. Diagnosa I Implementasi Mengobservasi tanda-tanda Jam 20.00 Wib vital : * TD : 120/60 mmHg S: Klien mengatakan masih merasa haus O : - Bibir masih kering - Turgor kulit masih tampak kering - Intake : 1 gelas - Output : 1100 cc/ 8 jam A : Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan Evaluasi
* Temp : 37o C 11.00 Wib Memberi minum 5 sendok makan tiap 30 menit Memberi cairan inf RL 30 gtt/i 11.20 Wib Memberi cairan infus
Dextrose 5 % 30 gtt/i 14.00 Wib 2 13.30 Wib II Mengobservasi out put urine : 1000 cc/8 jam Mengkaji skala dan lokasi Jam 18.15 Wib
38
nyeri (skala nyeri 4-5) 15.15 Wib Mengajak klien bercerita tentang hal-hal yang menyenangkan untuk mengalihkan perhatian klien terhadap rasa nyeri 15.20 Wib Memberi posisi yang nyaman bagi klien 16.00 Wib 3 15.00 Wib III Memberi injeksi analgetik inj. Tramadol 1 amp/iv Mengobservasi tanda vital : * TD : 120/60 mmHg
S:
O : Klien masih tampak meringis (skala nyeri 4-5) A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan
O : Pernafasan 28x/i
* Temp : 37o C * SPO2 : 100% 15.45 Wib Memberi posisi semi fowler
39
pemberian
klien rencana Jam 20.00 Wib S : Klien mengatakan badan masih bau
16.30 Wib
Memberi
inj.
Ceftriaxone
P : Intervensi dilanjutkan
10.00 Wib
Memotivasi
klien
latihan rentang gerak aktif 14.30 Wib Menganjurkan kepada klien untuk menggerakkan leher, tangan dan kakinya
menggerakkan tubuhnya O : Klien masih belum dapat menggerakkan leher, tangan dan kakinya A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan
No 1
No. Diagnosa I -
40
haus O : - Bibir masih kering - Klien masih puasa - Urine : 500 cc/8 jam A : Masalah belum teratasi
* Temp : 37o C 11.00 Wib Memberi cairan inf RL 30 gtt/i 11.20 Wib Memberi cairan infus
P: Intervensi dilanjutkan
Dextrose : 5% 30 gtt/i 14.00 Wib 2 09.15 Wib II Mengobservasi output urine 900 cc/8 jam Mengkaji skala dan lokasi Jam 19.50 Wib nyeri (skala nyeri 4-5) 10.00 Wib Menganjurkan kepada klien untuk selalu berdoa S: Klien mengatakan luka bakar masih terasa nyeri masih tampak meringis
dan O : Klien
bersabar demi kesembuhan penyakitnya 17.30 Wib 3 17.00 Wib III Memberi injeksi
41
S:
O : Pernafasan 28x/i
SPO2 99 %,
memberi oksigen nasal 3 l/i mengantar klien ke kamar Jam 20.00 Wib operasi untuk debridement S: Klien mengatakan badan sudah tidak bau lagi
16.45 Wib
klien di
dan
17.20 Wib
Mengontrol tanda-tanda vital A : Masalah belum teratasi : * TD : 105/56 mmHg P : Intervensi dilanjutkan
42
* Temp : 37o C 17.30 Wib - Memberi infus cyproplaxacine 200 mg/8 jam 17.40 Wib Memberi ceftrixone 1 gr/iv/12 jam 17.50 Wib Memberi inf. inj
Metronida-zole 500 mg/hari 18.00 Wib Memberi inf. Cealb 100 ml/hari 5
Memberi
inf.
10.00 Wib
Aminofusin L 10 gtt/i Menganjurkan kepada klien Jam 20.00 Wib untuk selalu menggerak- S : Klien mengatakan daerah luka bakar masih susah untuk
dapat diangkat
43
perawat diruangan
44
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoes, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2, Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI. Jakarta. Christantie Effendi, S.Kp, Perawatan Pasien Luka Bakar , Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Doenges E. Marilynn, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan , Edisi Ketiga, Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Evellyn Pearce, 1989. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis , PT. Gramedia, Jakarta. Joko Setyono, 2001, Keperawatan Medikal, Jakarta. Medikal Bedah, Salemba
Monica Ester, S.Kp, 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Buku Kedoteran, EGC, Jakarta.
45