You are on page 1of 9

No. 27 Vol.2 Thn.

XIV April 2007 ISSN: 0854-8471

STUDI ALIRAN DAYA DENGAN METODA


NEWTON RAPHSON
(Aplikasi PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV)

Reri Afrianita(1) , Heru Dibyo Laksono(2)


(1)
Jurusan Teknik Lingkungan, Universitas Andalas Padang, Kampus Limau
Manis
(2)
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Andalas Padang, Kampus Limau Manis
Padang, Sumatera Barat
Email : heru_dl@ft.unand.ac.id, rerianita@ft.unand.ac.id

ABSTRAK
Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari banyak generator, transformator, elekmenaktif dan pasif
serta peralatan lainnya yang terinterkoneksi dalam jaringan transmisi antara beberapa buah atau
bahkan beratus-ratus buah bus. Studi aliran daya sangatlah penting dalam perencanaan
pengembangan suatu sistem untuk masa yang akan datang karena pengoperasian yang baik dari
sistem tersebut banyak tergantung pada diketahuinya efek interkoneksi dengan sistem tenaga yang
lain, beban yang baru, stasiun pembangkit yang baru serta saluran transmisi yang baru sebelum
semuanya terpasang. Studi aliran daya menjamin bahwa sistem tenaga yang baru dapat
memenuhi kebutuhan listrik secara ekonomis, efisien dan aman. Banyak metode yang digunakan
untuk menyelesaikan masalah studi aliran daya dan salah satu metode yang dpergunakan dalam
studi aliran daya ini adalah metoda Newton Raphson. Penerapan prosedur metoda Newton
Raphson untuk perhitungan sistem besar akan dapat memberikan solusi untuk desain sistem,
perencanaan dan pengembangan sistem tenaga di masa depan dan pengoperasian sistem tenaga
dengan tingkat keamanan yang maksimum dan biaya operasi minimum

Keyword : Aliran Daya, Metoda Newton Raphson, Interkoneksi Sistem Tenaga Listrik

1. PENDAHULUAN Model sistem tenaga listrik yang digunakan


dalam studi aliran daya terdiri atas unit pembangkit,
Suatu sistem tenaga listrik biasanya terdiri atas elemen beban dan saluran transmisi yang masing-
banyak generator, transformator, elemen beban aktif masing dihubungkan pada bus-bus dalam sistem
dan pasif serta peralatan yang terinterkoneksi dalam tersebut. Dalam setiap bus terdapat empat besaran
jaringan transmisi antara beberapa buah bus. Sistem yaitu daya aktif (P), daya reaktif (Q) , magnitude
tenaga listrik untuk menyuplai daya listrik aktif dan tegangan ( V ) dan sudut phasa (θ). Selain itu pada
reaktif ke pelanggan yang berada di sepanjang studi aliran daya ini terdapat tiga buah tipe bus yang
jaringan secara andal, ekonomis dan meliputi bus beban (PQ), bus pembangkit (PV) dan
berkesinambungan pada tingkat tegangan dan bus penadah (slack bus).. Pada setiap bus minimal
frekwensi tertentu. Hal ini harus dicapai juga dengan diketahui dua dari empat besaran yang ada. Setiap
tiadanya unit pembangkit yang beroperasi pada perhitungan harus dipilih salah satu bus sebagai bus
kondisi beban lebih secara terus-menerus dan penadah atau slack bus. Selain itu juga representasi
adanya jaringan transmisi yang memiliki rugi-rugi model sistem tenaga selalu bertitik tolak dari single
daya yang cukup besar . line diagram. Penggunaan single line diagram dalam
Studi aliran daya dilakukan untuk mendapatkan studi aliran daya ini dengan asumsi sistem dianggap
informasi mengenai aliran daya dan tegangan sistem seimbang.
dalam kondisi operasi tunak. Informasi ini sangat Hal yang terpenting dari studi aliran daya
dibutuhkan guna mengevaluasi unjuk kerja sistem adalah penentuan besar tegangan (V) beserta sudut
tenaga listrik dan menganalisis kondisi phasa (θ) dari setiap bus. Setelah mengetahui
pembangkitan maupun pembebanan baik kondisi tegangan (V) dan sudut phasa (θ) setiap bus,
normal maupun darurat. Alasan lain diperlukan studi perhitungan selanjutnya dilakukan untuk mencari
aliran daya, ketika sistem tenaga listrik diperluas daya aktif (P) dan daya Reaktif (Q) di setiap serta
dengan menambah jaringan transmisi dan beban transmisi serta daya reaktif (Q) dari kapasitor statis
untuk memenuhi perkembangan kebutuhan tenaga atau reaktor-reaktor bus. Selain itu pula dapat juga
listrik suatu daerah. Dengan studi semacam ini akan diketahui rugi-rugi daya dalam MW dan MVAR
menjamin bahwa sistem tenaga yang baru dapat serta ketidakserasian daya aktif (P) dan daya
memenuhi kebutuhan listrik secara ekonomis, Reaktif (Q) pada setiap bus. Dimana ketidakserasian
efisien dan aman.

TeknikA 25
No. 27 Vol.2 Thn. XIV April 2007 ISSN: 0854-8471

ini merupakan suatu petunjuk tentang ketepatan untuk menyederhanakan perhitungan terutama jika
suatu penyelesaian dan diperoleh dengan perhitungan dilakukan secara manual.
menghitung selisih daya aktif (P) dan biasanya juga
daya reaktif (Q) yang masuk ke dalam dan 2.1 Representasi Sistem Tenaga Listrik
meninggalkan masing-masing bus.
Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan a. Generator Sinkron
dalam studi aliran daya pada sistem tenaga listrik ini
Generator sinkron biasanya dihubungkan
dikenal beberapa metoda antara lain metoda Gauss
langsung ke busbar atau seringkali melalui
Seidel, metoda Newton Raphson dan metoda Fast
transformator daya terlebih dahulu, karena tujuan
Decouple. Dalam penelitian ini akan dibahas studi
dari studi aliran daya adalah untuk mengetahui besar
aliran daya dengan menggunakan metoda Newton
tegangan busbar dan aliran daya, maka generator
Raphson dengan aplikasi : sistem Interkoneksi PT.
sinkron direpresentasikan sebagai suatu sumber daya
PLN Sumbar-Riau 150 KV.
aktif dan daya reaktif. Tegangan yang diperoleh
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
adalah tegangan busbar dimana generator tersebut di
memperkenalkan studi aliran daya dengan metoda
sambung.
Newton Raphson dan mengimplementasikan
metoda Newton Raphson ini dalam suatu perangkat
lunak (software) yang diaplikasikan pada sistem b. Transformator
tenaga listrik PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV. Pada umumnya transformator dilengkapi
Masalah studi aliran daya dalam sistem tenaga dengan tapping yang dapat diubah-ubah, untuk
listrik memiliki ruang lingkup yang sangat luas, mengatur atau mengubah tegangan busbar jika
melihat hal tersebut maka perlu diadakan diperlukan. Perubahan posisi tap transformator
pembatasan masalah penelitian ini. Sesuai dengan menyebabkan faktor transfomasi (a) berubah.
judul penelitian ini , maka permasalahan yang Transformator seperti ini memiliki admitansi yang
dibahas adalah masalah-masalah yang menyangkut tidak sama bila dilihat dari kedua sisinya.
studi aliran daya dengan menggunakan metode
Newton Raphson dan pembahasan tentang c. Saluran Transmisi
komponen sistem tenaga listrik yang berhubungan
dengan studi aliran daya sistem tenaga listrik , Untuk keperluan analisis dan perhitungan, maka
dilakukan hanya untuk memperoleh persamaan diagram pengganti saluran transmisi dapat dibagi
matematika yang akan mewakili komponen tersebut dalam tiga klasifikasi berdasarkan panjang saluran
dalam penyelesaian perhitungan aliran daya ini. yaitu
Dengan demikian pembahasan mendetail dari setiap 1. Saluran Pendek ( kurang dari 80 km)
komponen tersebut tidak perlu diberikan dalam Saluran transmisi dimana panjang saluran
penelitian ini. tersebut kira-kira kurang dari 80 Km maka
saluran transmisi dikelompokan pada saluran
2. STUDI ALIRAN DAYA pendek. Pada saluran jenis ini efek kapasitansi
parallel (shunt) nya sangat kecil sekali dan efek
Studi aliran daya adalah studi yang tersebut dapat diabaikan tampa pengaruh yang
dilaksanakan untuk mendapatkan informasi berarti pada ketelitian perhitungan.
mengenai aliran daya dan tegangan sistem dalam
kondisi operasi tunak. Informasi ini sangat 2. Saluran Menengah ( antara 80 – 240 km)
dibutuhkan guna mengevaluasi unjuk kerja sistem Pada umumnya karakteristik saluran menengah
tenaga listrik dan menganalisa kondisi pembangkitan ini tidak berbeda jauh dengan karakteristik
maupun pembebanan. Analisa ini memerlukan pada saluran pendek. Efek kapasitansi pada
informasi aliran daya dalam kondisi normal maupun saluran jenis ini harus diperhitungkan.
darurat.
Analisis aliran daya dalam sistem tenaga listrik 3. Saluran Panjang ( lebih dari 240 km)
memerlukan representasi atau pemodelan komponen Untuk menganalisis saluran panjang diperlikan
sistem tenaga listrik. Suatu sistem kelistrikkan tiga suatu ketelitian yang lebih baik. Harus
fasa yang seimbang selalu diselesaikan per fasa dan diperhatikan bahwa parameter rangkaian
digambarkan dalam diagram satu garis yang sesuai sebenarnya tidak terpusat menjadi satu,
dengan sistem tersebut. Tujuan diagram satu garis melainkan tersebar secara merata di seluruh
itu adalah untuk memberikan semua informasi yang panjang saluran.
diperlukan. Dalam berbagai kasus, diagram satu
garis berbeda-beda sesuai dengan persoalan yang d. Kapasitor dan Reaktor Shunt
akan diselesaikan. Misalnya dalam studi aliran daya,
beban-beban dan hambatan – hambatan seperti Dalam sistem tenaga listrik sering diperlukan
impedansi, resistansi dan induktansi harus kapasitor shunt dan reaktor shunt yang dipakai
digambarkan. Tempat netral ke tanah tidak perlu sebagai alat kompensasi pada saluran transmisi.
digambarkan. Sebenarnya pengabaian ini bertujuan Kompensasi diperlukan antara lain untuk

TeknikA 26
No. 27 Vol.2 Thn. XIV April 2007 ISSN: 0854-8471

memperbaiki tegangan agar variasi tegangan tetap


berada pada batas-batas yang diizinkan
Pada kondisi kebutuhan daya aktif dan daya
reaktif yang cukup besar maka tegangan cenderung
menurun melewati batas yang diizinkan, Oleh sebab
itu untuk mengatasi kondisi yang demikian maka
dipasang kapasitor shunt yang dapat menyuplai daya
reaktif sehingga tegangan dapat naik kembali.
Sebaliknya bila kebutuhan daya aktif dan reaktif
sangat kecil maka pengaruh dari kapasitor akan
menyebabkan naiknya tegangan di sisi penerima,
melewati batas yang diizinkan. Pemasangan reaktor
shunt akan menyerap pelepasan muatan dari
kapasitansi saluran sehingga tegangan turun
kembali. Kapasitor dapat direpresentasikan sebagai
sumber daya reaktif atau sering sebagai impedansi

e. Beban ( Load)
Gambar 2.2 Diagram Segaris Sistem Tenaga Listrik
Ada tiga cara merepresentasikan beban dalam 20 Bus (PT. PLN Sumbar-Riau)
sistem tenaga listrik sebagai berikut :
1. Beban direpresentasikan sebagai daya konstan. 2. METODA NEWTON RAPHSON UNTUK
Di sini daya nyata (MW) dan daya reaktif ALIRAN DAYA
(MVAR) dianggap konstan. Representasi ini
dipakai untuk studi aliran beban
Pada tahap awal, dilakukan penomoran bus
2. Beban direpresentasikan sebagai arus konstan.
terhadap sistem yang akan dianalisis. Bus-bus yang
Dalam hal ini arus beban dihitung sebagai
terhubung dengan generator diberi nomor terlebih
berikut
dahulu setelah itu penomoran bus dilanjutkan pada
P − JQ
I = = I ∠(θ − φ ) (2.1) bus-bus beban, bus yang memiliki kapasitas
V* pembangkit terbesar dipilih sebagai sebagai slack
Besaran skalar (magnitude) dari arus I dijaga bus dan diberi nomor 1 (satu), Untuk bus yang lain
agar tetap konstan. yang terhubung ke generator diberi nomor 2 (dua)
3. Beban direpresentasikan sebagai impedansi sebagai bus pembangkit dan bus beban diberi nomor
konstan. Kondisi ini sering dipakai untuk 0 (nol).
merepresentasikan beban dalam studi stabilitas. Menyusun data tentang sistem yang akan
Bila daya nyata (MW) dan reaktif (MVAR) dianalisis yang meliputi data resistansi, reaktansi dan
diasumsikan diketahui dan menjaga agar kapasitansi antara saluran, data tapping
besarnya (magnitude) tetap konstan maka transformator, data beban terjadwal, data
impedansi Z dapat dihitung sebagai berikut pembangkitan, asumsi awal magnitude tegangan
V
2 dan sudut phasa tegangan bus. Perhitungan dimulai
V
Z= = (2.2) dengan membentuk impedansi jaringan (Zij) dengan
I P − jQ rumus
Z ij = R ij + jX ij (3.1)
2.2 Model Sistem dimana
Dalam berbagai kasus, diagram satu garis Z ij : Impedansi jaringan antara bus i dan bus j
berbeda-beda sesuai dengan persoalan yang akan
diselesaikan. Misalnya dalam studi aliran daya, R ij : Resistansi jaringan antara bus i dan bus j
beban-beban dan hambatan – hambatan seperti X ij : Reaktansi jaringan antara bus i dan bus j
impedansi, resistansi dan induktansi harus
digambarkan. Tempat netral ke tanah tidak perlu kemudian impedansi jaringan dikonversi ke
digambarkan. Sebenarnya pengabaian ini bertujuan admitansi jaringan
untuk menyederhanakan perhitungan terutama jika Yij = Yrij + JYx ij (3.2)
perhitungan dilakukan secara manual. Komponen-
dimana
komponen dari suatu sistem tenaga listrik pada
umumnya terdiri dari : pusat pembangkit, dalam hal R ij
Yrij =
ini yang digambarkan adalah generatornya.,
R ij 2 + X ij 2
transformator daya, saluran transmisi, kondesator
sinkron arus statis, alat pengaman (pemutus daya
dan relai-relai) dan beban yang terdiri dari beban
dinamik dan beban statis

TeknikA 27
No. 27 Vol.2 Thn. XIV April 2007 ISSN: 0854-8471

X ij ⎡ ∂P2 ∂P2 ∂P2 ∂P2 ⎤


Yx ij = ⎢ ∂δ L V2 L Vn
∂δn ∂ V2 ∂ Vn ⎥
R ij 2 + X ij 2 ⎢ 2 ⎥
⎢ M H = J1 M M N = J2 M ⎥
Selanjutnya matrik admitansi bus Y dibentuk ⎢ ∂Pn ∂Pn ∂P ∂P ⎥
dengan komponen-komponen yang terdiri atas ⎢ L V2 n L Vn n ⎥
⎢ ∂δ2 ∂δn ∂ V2 ∂ Vn ⎥
admitansi jaringan, kapasitansi saluran dan J=
⎢ ∂Q2 ∂Q2 ∂Q2 ∂Q2 ⎥
perubahan tapping transformator. Kemudian matrik ⎢ ∂δ L V2 L Vn
admitansi bus Y yang terbentuk dalam bentuk ∂δn ∂ V2 ∂ Vn ⎥
⎢ 2 ⎥
rectangular dirubah ke dalam bentuk polar. Dimana ⎢ M M = J3 M M L = J4 M ⎥
sebelumnya matrik admitansi bus Y tersebut ⎢ ∂Qn ∂Qn ∂Qn ∂Qn ⎥
⎢ L V2 L Vn ⎥
dipisahkan menjadi komponen matrik G dan matrik ⎣ ∂δ2 ∂δn ∂ V2 ∂ Vn ⎦
B. Daya terjadwal yang ada pada setiap bus dihitung
(3.9)
dengan rumus
matrik Jacobian ini terdiri dari 4 submatrik yaitu
Pi jd = PGi − PLi (3.3) submatrik H, N, M dan L atau dengan ekspresi yang
Q i jd = Q Gi − Q Li (3.4) lain J 1 , J 2 , J 3 dan J 4 . Untuk submatrik J1 atau
H dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
dimana Untuk komponen off diagonal
Pi jd
jd
: Daya aktif terjadwal ∂Pi
∂δ j
(
= − Vi V j Yij sin θ ij + δ j − δ i ) (3.10)
Qi : Daya reaktif terjadwal
PGi : Daya aktif pembangkitan Komponen diagonal
∂Pi N
Q Gi : Daya reaktif pembangkitan
= ∑
∂δ j n =1,n ≠i i
(
V Vn Yin sin θ in + δ n − δ i (3.11) )
PLi : Daya aktif beban
Q Li : Daya reaktif beban Untuk komponen diagonal dengan membandingkan
Dalam proses iterasi dicari daya terhitung dengan pada persamaan Qihit diperoleh persamaan sebagai
rumus berikut
N ∂Pi
(
Pi = ∑ Y in Vi Vn cos θ in + δ n − δ i ) (3.5)
∂δ j
2
= −Q i − Vi B ii (3.12)
n =1
N
Q i = − ∑ Yin Vi Vn sin(θ in + δ n − δ i )
(3.6) Untuk submatrik M atau J 3 dapat dihitung dengan
n =1 rumus sebagai berikut
dimana Untuk komponen off diagonal

(
Pi : Daya aktif terhitung pada bus i ∂Q i
Qi : Daya reaktif terhitung pada bus i
∂δ j
= − Vi V j Yij cos θ ij + δ j − δ i )
(3.13)
Vi , θ i : Magnitude tegangan dan sudut phasa pada
bus i Untuk komponen diagonal
∂Qi N N ∂Qi
V j , θ j : Magnitude tegangan dan sudut phasa = ∑ ViVjYij cos(θij + δ j − δi = ∑
∂δi n=1,n≠i
)
pada bus j n=1,n≠i ∂δn
Yin , θ in : Magnitude dan sudut phasa elemen matrik (3.14)
admitansi Y Untuk komponen diagonal M atau J 3 dengan
membandingkan pada persamaan PIhit diperoleh
Mismatch daya dihitung dengan persamaan dibawah persamaan sebagai berikut
ini ∂Q i 2
jd = Pi − Vi G ii (3.15)
ΔPi = P − Pihit (3.7) ∂δ i
i
jd
ΔQ i = Q − Q ihit (3.8) Untuk submatrik N atau J 2 dapat dihitung dengan
i
dimana rumus sebagai berikut
Untuk komponen off diagonal
ΔPi : Mismatch daya aktif bus ke I
∂Pi
ΔQ i : Mismatch daya reaktif bus ke I Vj (
= V j Vi Yij cos θ ij + δ j − δ i ) (3.16)
∂ Vj
Setelah Mismatch daya dihitung maka selanjutnya
membentuk matrik Jacobian Untuk komponen diagonal
∂Pi ∂Qi 2 2
Vi = + 2 Vi Gii = Pi + Vi Gii (3.17)
∂ Vi ∂δi

TeknikA 28
No. 27 Vol.2 Thn. XIV April 2007 ISSN: 0854-8471

Untuk komponen submatrik L atau J 4 dapat ⎡ Δδ ⎤ −1


dihitung dengan rumus sebagai berikut ⎢ Δ V ⎥ = ⎡H N⎤ ⎡ ΔP ⎤
(3.22)
⎢ ⎥ ⎢⎣ J L ⎥⎦ ⎢ΔQ⎥
⎣ ⎦
⎣⎢ V ⎦⎥
Untuk komponen Off diagonal
atau
Vj
∂Q i
( )
∂P
= − V j Vi Yij sin θ ij + δ j − δ i = i
∂δ j
⎡ Δδ ⎤
⎢ Δ V ⎥ = ⎡ J1 J2 ⎤
−1
⎡ ΔP ⎤
∂ Vj (3.23)
⎢ ⎥ ⎢J 3 J 4 ⎥⎦ ⎢ΔQ⎥
⎣ ⎦

(3.18) ⎣⎢ V ⎦⎥
Untuk komponen diagonal atau
∂Q i ∂P 2 2 ⎡∂P2 ∂P ∂P2 ∂P ⎤
−1
⎡ΔP2 ⎤
Vi = − i − 2 Vi B ii = Q i − Vi B ii (3.19) L 2 V2 L Vn 2 ⎥
∂ Vi ∂δ i ⎡ Δδ2 ⎤ ⎢ ⎢ M ⎥
⎢ M ⎥⎢ 2 ∂δ ∂δn ∂V2 ∂Vn ⎥
dimana ⎢ ⎥ ⎢ M H=J1 M M N=J2 M ⎥
⎢ ⎥
∂Pi ⎢ M ⎥ ⎢∂Pn ∂P ∂P ∂P ⎥
⎢ M ⎥
∂Pi L n V2 n L Vn n ⎥ ⎢ ⎥
dan : Elemen dari submatrik J 1 = H ⎢ ⎥⎢
∂δ i ∂δ j Δδ
⎢ n ⎥⎢ 2 ∂δ ∂δn ∂V2 ∂Vn ⎥ ⎢ΔPn ⎥
⎢ΔV2 V2 ⎥ ⎢∂Q2 ∂Q ∂Q ∂Q ⎥ ⎢ΔQ2 ⎥
∂Q i ∂Q i ⎢ ⎥⎢ L 2 V2 2 L Vn 2 ⎥
dan : Elemen dari submatrik J 3 = M ⎢ M ⎥⎢ 2 ∂δ ∂δn ∂V2 ∂Vn ⎥ ⎢ ⎥
∂δ j ∂δ i ⎢ M ⎥ ⎢ M M=J3 M M L=J4 M ⎥ ⎢ M ⎥
⎢ ⎥ ⎢∂Q ∂Q ∂Q ∂Q ⎥ ⎢ M ⎥
∂P ∂P ⎢⎣ΔVn Vn ⎥⎦ ⎢ n L n V2 n L Vn n ⎥ ⎢ ⎥
Vj i dan Vi i : Elemen dari submatrik J 2 = N
∂Vi ⎣⎢∂δ2 ∂δn ∂V2 ∂Vn ⎥⎦ ⎢⎣ΔQn ⎥⎦
∂Vj

∂Qi ∂Q (3.24)
Vj dan Vi i : Elemen dari submatrik J 4 = L Hasil perkalian yang diperoleh selanjutnya dipisah-
∂Vj ∂Vi
Δ Vi
pisah menjadi bagian Δδ i dan kemudian
Vi , δ i : Magnitude tegangan dan sudut phase Vi
tegangan pada bus i
V j , δ j : Magnitude tegangan dan sudut phase Δδ i (k +1) = δ i (k) + Δδ i (k) (3.25)
(k +1) (k) (k)
tegangan pada bus j Vi = Vi + Δ Vi
Q i , Pi : Daya reaktif dan daya aktif pada bus i ⎛ (k) ⎞
(k) ⎜ Δ Vi ⎟
Yin , θ in : Magnitude dan sudut phase admitansi = Vi ⎜1 + (k) ⎟⎟
(3.26)
⎜ Vi
pada bus i s/d n ⎝ ⎠
G ii , B ii : Konduktansi dan suseptansi bus ke i dimana
Δδ i : Perubahan sudut phasa tegangan bus i
Setelah diperolehnya harga dari masing-masing Δ Vi : Perubahan magnitude tegangan bus i
elemen pada submatrik Jacobian maka selanjutnya
Perbedaan nilai sudut phasa dan magnitude tegangan
dibentuk matrik Jacobian dengan menggabungkan
tiap bus antara yang lama dengan yang baru
keempat submatrik Jacobian tersebut sehingga
selanjutnya dibandingkan dengan nilai ketelitian
terbentuk rumus umum untuk menghitung aliran
yang telah ditentukan, jika nilai ketelitian belum
daya dengan metoda Newton Raphson :
tercapai maka iterasi diulangi dari awal sampai
⎡ Δδ ⎤ ketelitian terpenuhi dan konvergensi tercapai.
⎡ ΔP ⎤ ⎡H N ⎤ ⎢ Δ V ⎥
=
⎢ΔQ⎥ ⎢ J L ⎥ ⎢ (3.20) Daya pada Slack Bus selanjutnya dihitung
⎣ ⎦ ⎣ ⎦ ⎢ V ⎥⎥ setelah konvergensi tercapai. Adapun rumus yang
⎣ ⎦
atau digunakan adalah
N
⎡ Δδ ⎤
⎡ ΔP ⎤ ⎡ J1 J 2 ⎤ ⎢ Δ V ⎥
(
Pi = ∑ Y in Vi Vn cos θ in + δ n − δ i (3.27) )
= (3.21) n =1
⎢ΔQ⎥ ⎢J ⎥
⎣ ⎦ ⎣ 3 J 4 ⎦ ⎢⎢ V ⎥⎥ N
⎣ ⎦ Q i = − ∑ Yin Vi Vn sin(θ in + δ n − δ i (3.28) )
Selanjutnya matrik Jacobian yang terbentuk n =1
diinvers dengan menggunakan metoda dekomposisi dimana
LU dan kemudian sudut phasa dan magnitude Pi : Daya aktif pada Slack bus
tegangan tiap bus yang baru dicari dengan Qi : Daya reaktif pada Slack bus
menggunakan rumus sebagai berikut

TeknikA 29
No. 27 Vol.2 Thn. XIV April 2007 ISSN: 0854-8471

Selain itu pula daya reaktif pada Bus PV (Bus NO NAMA BUS TIPE BUS
Pembangkit) juga dihitung setelah konvergensi 1 PLTU Ombilin Slack Bus
tercapai, adapun rumus yang digunakan adalah 2 PLTG Pauh Limo Bus PV
N
Q i = − ∑ Yin Vi Vn sin(θ in + δ n − δ i (3.29) ) 3
4
PLTA Maninjau
PLTA Batang Agam
Bus PV
Bus PV
n =1
dimana 5 PLTA Singkarak Bus PV
Qi : Daya reaktif pada Bus Pembangkit I 6 PLTA Koto Panjang Bus PV
Aliran daya antara bus dihitung dengan 7 PLTD Teluk Lembu Bus PV
menggunakan rumus 8 Dumai Bus PQ
( )
S ij = Vi V * ij Y * ij + V * i Y * c ij (3.30)
9
10
Duri
Garuda Sakti
Bus PQ
Bus PQ
atau 11 Bangkinang Bus PQ
)
Pij − JQ ij = Vi * (Vi − V j Yij + Vi * Vi Yc ij (3.31) 12 Payakumbuh Bus PQ
13 Padang Luar Bus PQ
dimana 14 Lubuk Alung Bus PQ
Sij : Aliran daya kompleks dari bus i ke bus j 15 PIP Bus PQ
16 Batusangkar Bus PQ
Pij : Aliran daya aktif dari bus i ke bus j 17 Indarung Bus PQ
Q ij : Aliran daya reaktif dari bus i ke bus j 18 Solok Bus PQ
19 Salak Bus PQ
Vi : Vektor tegangan di bus i 20 Simpang Haru Bus PQ
Vj : Vektor tegangan di bus j
Vij : Vektor tegangan antara bus i dan bus j Dengan menggunakan metoda Newton Raphson ,
akan disimulasikan diantaranya
Yij : Admitansi antara bus i dan bus j 1. Bagaimana pengaruh perubahan tegangan dan
Yc ij : Admitansi line charging antara bus i dan sudut phasa tiap bus pada sistem tenaga listrik
Sumbar-Riau jika terjadi perubahan Tapping
bus j Transformastor pada sistem tersebut
2. Bagaimana pengaruh perubahan tegangan dan
Rugi-rugi daya antar bus dihitung dengan sudut phasa pada sistem tenaga listrik Sumbar-
menggunakan rumus Riau jika terjadi penambahan daya reaktif dalam
S ij (losses ) = S ij + S ji (3.32) bentuk pemasangan pembangkit daya reaktif
dimana berupa Kapasitor Shunt pada beberapa bus
S ij (losses ) : Rugi daya kompleks dari bus i ke bus j dalam sistem tersebut
3. Bagaimana pengaruh perubahan tegangan dan
S ij : Daya kompleks dari bus i ke bus j sudut phasa serta jumlah iterasi jika terjadi
S ji : Daya kompleks dari bus j ke bus i perubahan beban antara 0.5 sampai dengan 1.5
kali beban dasar pada sistem tenaga listrik
Sumbar-Riau tersebut
4. Bagaimana pengaruh perubahan tegangan dan
sudut phasa serta jumlah iterasi jika terdapat
perbandingan R/X saluran yang kecil dan R/X
4. STUDI ALIRAN DAYA PADA SISTEM saluran yang besar dari suatu sistem yang sama.
TENAGA LISTRIK PT. PLN SUMBAR- Hasil perhitungan aliran daya untuk sistem tenaga
RIAU listrik PT. PLN Sumbar-Riau dengan berbagai
perubahan diantaranya :
4.1 Data Sistem Tenaga Listrik PT. PLN
Sumbar-Riau 1. Jika terjadi perubahan nilai Tapping
Tranformator yang terletak diantara bus 1
Data-data sistem tenaga listrik PT. PLN (PLTU Ombilin) dan bus 17( GI Indarung), bus
Sumbar-Riau yang terdiri dari 20 bus dengan data 2 ( PLTG Pauh Limo) dan bus 20 (GI Simpang
dan asumsi sebagai berikut : Haru), bus 3 ( PLTA Maninjau) dan bus 13 (GI
- Faktor daya setiap bus bernilai 0.85 Padang Luar) yang mengalami penurunan
- Tegangan perunit untuk Slack bus 1.05 dan masing-masing sebesar 0.985 diperoleh hasil
bus pembangkit bernilai 1.03 sebagai berikut :
Selain setiap bus diberi nomor sebagai berikut :
Hasil simulasi menunjukkan bahwa perubahan
Tapping Transformator saluran antara bus 1 ( PLTU
Ombilin) dan bus 17 ( GI Indarung), bus 2 ( PLTG
Tabel 4.1 Data Nomor Tiap Bus

TeknikA 30
No. 27 Vol.2 Thn. XIV April 2007 ISSN: 0854-8471

Pauh Limo) dan bus 20 (GI Simpang Haru), bus 3 ( penuh) memberikan pengaruh yang cukup besar
PLTA Maninjau) dan bus 13 (GI Padang Luar) terhadap jumlah iterasi sebagai berikut:
menjadi 0.985. Akibat perubahan nilai nominal
Tapping Transformator tersebut menyebabkan
terjadinya perubahan magnitude tegangan dan sudut Tabel 4.3 Hasil Perbandingan Antara R dan X
phasa pada tiap bus beban (Bus PQ) dan perubahan Terhadap Jumlah Iterasi
sudut phasa pada tiap bus pembangkit (Bus PV) Perbandingan R/X Iterasi
dalam sistem tenaga listrik Sumbar-Riau. Perubahan R/X baru = 0.5 R/Xlama 4
nilai Tapping Transformator ini juga dapat juga R/Xbaru = 1.0 R/Xlama 4
dilakukan pada saluran-saluran antar bus yang lain
R/Xbaru = 1.5 R/Xlama 4
dengan nilai nominal yang bervariasi, dimana akan
R/Xbaru = 2.0 R/Xlama 4
memberikan perubahan terhadap sudut phasa pada
bus pembangkit (Bus PV) dan perubahan magnitude R/Xbaru = 3.0 R/Xlama 5
tegangan dan sudut phasa pada bus beban (Bus PQ)
Pada Tabel-4.3 terlihat bahwa perubahan
2. Jika Kapasitor Shunt ditambahkan pada bus 8 perbandingan R/X saluran tidak begitu
(GI Dumai) dan bus 9 (GI Duri) diperoleh mempengaruhi jumlah iterasi perhitungan untuk
hasil sebagai berikut : menuju konvergen.

Penambahan Kapasitor sebesar 20 MVAR


pada bus 8 (GI Dumai) dan bus 9 (GI Duri) 5. KESIMPULAN
menyebabkan perubahan magnitude tegangan dan Dari hasil pembahasan tentang studi aliran
sudut phasa yang signifikan pada bus 8 (GI Dumai) dengan metoda Newton Raphson ini dapat
dan bus 9 (GI Duri), sedangkan pada bus-bus yang disimpulkan sebagai berikut :
lain tidak begitu besar pengaruh perubahan 1. Perubahan Tapping Transformator pada saluran
magnitude tegangan dan sudut phasa. Jadi dengan di sistem tenaga listrik akan menyebabkan
demikian penambahan Kapasitor Shunt pada bus perubahan magnitude dan sudut phasa tegangan
akan menyebabkan kenaikan magnitude tegangan pada tiap bus beban (PQ) dan sudut phasa
dan sudut phasa pada bus-bus yang dipasang tegangan pada tiap bus pembangkit (PV).
Kapasitor Shunt. 2. Penambahan Kapasitor Shunt pada bus-bus
tertentu menyebabkan perubahan magnitude
3. Jika beban berubah yakni 0.5 dan 2.0 kali tegangan dan sudut phasa tegangan yang
terhadap beban penuh diperoleh hasil sebagai signifikan pada bus-bus tersebut, sedangkan
berikut : pada bus-bus yang lain tidak begitu besar
pengaruhnya terhadap perubahan magnitude
Hasil simulasi menunjukkan bahwa magnitude tegangan dan sudut phasa. Diman penambahan
tegangan dan sudut phasa cenderung mengalami Kapasitor Shunt pada bus akan menyebabkan
penurunan seiring dengan bertambahnya beban. kenaikan magnitude tegangan dan sudut phasa
Adapun pengaruh penambahan beban terhadap pada bus-bus yang dipasang Kapasitor Shunt.
jumlah iterasi adalah : 3. Perubahan beban pada sistem tenaga listrik
akan berpengaruh pada banyaknya iterasi.
Tabel 4.2 Pengaruh Penambahan Beban Terhadap Dengan bertambahnya beban maka iterasi yang
Jumlah Iterasi dibutuhkan akan semakin bertambah dan begitu
Penambahan Beban Iterasi pula sebaliknya.
0.5 Kali 4 4. Perubahan perbandingan R/X saluran juga tidak
1.0 Kali 4 begitu mempengaruhi jumlah iterasi
1.5 Kali 5 perhitungan untuk menuju konvergen.
2.0 Kali 101

Terlihat juga bahwa perubahan beban juga


berpengaruh pada banyaknya iterasi. Dengan
bertambahnya beban maka iterasi yang dibutuhkan
akan semakin bertambah dan waktu yang diperlukan
akan semakin lama. Khusus untuk penambahan
beban 2.0 Kali beban penuh hasil perhitungan aliran
daya tidak bersifat konvergen.

4. Perubahan perbandingan antara R dan X dengan


cara memperbesar atau memperkecil harga R
pada kondisi beban yang sama ( kondisi beban

TeknikA 31
No. 27 Vol.2 Thn. XIV April 2007 ISSN: 0854-8471

DAFTAR PUSTAKA 16 1.0000 ∠0


0 PQ
1. Gonen, Turan ,“Modern Power System 17 1.0000 ∠0
0 PQ
Analysis” , Jhon Wiley & Sons, Inc, Singapore,
18 1.0000 ∠0
0 PQ
1998.
2. Stevenson, W.D, Jr, “Analisis Sistem Tenaga 19 1.0000 ∠0
0 PQ
Listrik”, diterjemahkan oleh Idris, Kemal Ir, 20 PQ
1.0000 ∠0
0
Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta, 1994.
3. Sianipar, Gibson , DR, Ir “Komputasi Sistem
Tenaga”, Institut Teknologi Bandung (ITB), Tabel 4.5 Data Pembangkitan Tiap Bus Sistem
Bandung, 1998. Tenaga Listrik 20 Bus ( PT. PLN Sumbar-Riau)
4. Gross, Charles A, “Power System Analysis” , Bus Pembangkitan
Jhon Wiley & Sons, Inc, Canada, 1986. P Q
5. Marta Yudha, Hendra, Ir, MS, “Diktat Studi 1 - -
Aliran Daya”, Universitas Sriwijaya ( Unsri), 2 40.8000 -
Palembang, 1995 3 68.0000 -
6. M.A. PAI, “Computer Technigues in Power
4 10.5000 -
System Analysis”, Indian Institute of
5 148.7500 -
Technology, New Delhi, 1984
7. Grainger, John & Stevenson, William, Jr, 6 114.0000 -
“Power System Analysis”, McGraw-Hill, New 7 48.3000 -
York, USA, 1993 8 0.0000 0.0000
8. Stagg, Glenn W, El-Abiad, “Computer Methods 9 0.0000 0.0000
in Power System Analysis”, McGraw-Hill, 10 0.0000 0.0000
Tokyo, 1981. 11 0.0000 0.0000
9. Hutauruk, Ir, Msc, “Transmisi Daya Listrik “, 12 0.0000 0.0000
Erlangga, Jakarta, 1985 13 0.0000 0.0000
10. Gonen, Turan, “Electric Power Transmission 14 0.0000 0.0000
System Engineering Analysis And Design”, 15 0.0000 0.0000
John Wiley & Sons, California , 1988 16 0.0000 0.0000
11. Part-Enander, Eva & Sjoberg, Anders, “ The 17 0.0000 0.0000
Matlab Handbook “,John Wiley & Sons, 18 0.0000 0.0000
California , 1999
19 0.0000 0.0000
20 0.0000 0.0000
LAMPIRAN
Tabel 4.4 Data Tegangan dan Tipe Bus Sistem
Tenaga Listrik 20 Bus ( PT. PLN Sumbar-Riau) Tabel 4.6 Data Beban Tiap Bus Sistem Tenaga
Listrik 20 Bus ( PT. PLN Sumbar-Riau)
Bus Tegangan pu Jenis
Bus Beban
P Q
1 1.0500 ∠0
0 Slack
1 - -
2 1.0300 ∠0
0 PV 2 34.0000 21.0720
3 PV 3 17.000 10.5356
1.0300 ∠0
0
4 0.0000 0.0000
4 1.0300 ∠0
0 PV 5 4.2500 2.6339
5 1.0300 ∠0
0 PV 6 8.5000 5.2680
6 PV 7 76.5000 47.4120
1.0300 ∠0
0
8 25.5000 15.8040
7 1.0300 ∠0
0 PV 9 17.0000 10.5360
8 1.0000 ∠0
0 PQ 10 85.0000 52.6800
11 26.7750 16.5942
9 1.0000 ∠0
0 PQ
12 0.0000 0.0000
10 1.0000 ∠0
0 PQ 13 42.5000 26.3400
11 PQ 14 25.5000 15.8040
1.0000 ∠0
0
15 42.5000 26.3400
12 1.0000 ∠0
0 PQ
16 8.5000 5.2680
13 1.0000 ∠0
0 PQ 17 51.0000 31.6080
14 PQ 18 17.0000 10.5360
1.0000 ∠0
0
19 17.0000 10.5360
15 1.0000 ∠0
0 PQ 20 71.4000 44.2512

TeknikA 32
No. 27 Vol.2 Thn. XIV April 2007 ISSN: 0854-8471

Tabel 4.7 Data Saluran Sistem Tenaga Listrik 20


Bus( PT. PLN Sumbar-Riau)
Line Z seri (pu) Y/2
Dari Ke R X perunit
Bus Bus
1 17 0.0335 0.1205 0.0175
1 19 0.0013 0.0046 0.0009
2 20 0.0037 0.0132 0.0024
2 14 0.0177 0.0635 0.0105
2 15 0.0105 0.0377 0.0027
3 13 0.0220 0.0762 0.0143
6 11 0.0055 0.0330 0.0054
6 10 0.0192 0.1157 0.0229
9 8 0.0309 0.1101 0.0077
10 7 0.0068 0.0412 0.0046
10 9 0.0614 0.2184 0.0153
11 10 0.0139 0.0838 0.1865
12 4 0.5575 1.2328 0.00007
12 6 0.0321 0.1558 0.0225
13 12 0.0168 0.0580 0.0109
14 5 0.0045 0.0221 0.0033
14 3 0.0297 0.1068 0.0155
15 14 0.0072 0.0258 0.0000
17 2 0.0035 0.0125 0.0026
18 17 0.0179 0.0639 0.0093
19 18 0.0144 0.0518 0.0085

BIODATA

Heru Dibyo Laksono ST, MT, Lahir di Sawah


Lunto, 7 Januari 1977, Menamatkan S1 di Jurusan
Teknik Elektro Universitas Andalas (Unand) Padang
tahun 2000 bidang Teknik Tenaga Listrik.
Pendidikan S2 bidang Teknik Kendali dan Sistem
diselesaikan di Institute Teknologi Bandung (ITB)
tahun 2004. Masuk sebagai dosen Teknik Elektro
Universitas Andalas sejak tahun 2005.

Reri Afrianita ST, MT, Lahir di Padang, 17 April


1977, Menamatkan S1 di Jurusan Teknik Sipil
Universitas Andalas (Unand) Padang tahun 2000
bidang Struktur. Pendidikan S2 bidang Teknik
Lingkungan diselesaikan di Institute Teknologi
Bandung (ITB) tahun 2005. Masuk sebagai dosen
Teknik Lingkungan Universitas Andalas sejak
tahun 2006.

TeknikA 33

You might also like