You are on page 1of 23

RESUME PENGELOLAAN NYERI PERSALINAN FARMAKOLOGI DAN NONFARMAKOLOGI

Disusun Oleh Focus Group 5; 1. Adiansyah 2. Dika Rina Rahayu 3. Fitri Alfisah 4. Hutami Lestyo Rahayu 5. Istiqomah Nurul F 6. Sri Damayanti (1106053325) (1106021506) (1106089035) (1106021903) (1106053376) (1106089022)

Untuk Mata Kuliah Keperawatan Dewasa IX

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

A. PENATALAKSANAAN PERSALINAN

NON-FARMAKOLOGI

PADA

NYERI

Berbeda dengan nyeri pada umumnya, nyeri pada persalinan merupakan proses fisiologis yang normal. Hughs (1992) menyatakan bahwa nyeri atau rasa tidak nyaman selama persalinan disebabkan oleh dua hal pada tahap pertama, yaitu dilatasi yang menyebabkan penipisan serviks dan iskemia rahim karena kontraksi arteri miometrium. Nyeri ini disebut nyeri viseral, yang berasal dari bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbar punggung dan menurun ke paha. Pada tahap kedua, terjadi nyeri somatik atau nyeri perineum akibat peregangan pada perineum. Nyeri tahap ketiga adalah nyeri rahim seperti pada nyeri tahap pertama. Sensasi nyeri mula-mula seperti kram yang diikuti sensasi robek karena adanya distensi dan laserasi serviks dan vagina, yang kemudian dapat menyebar ke punggung, pinggang, dan paha. (Bobak dkk, 1996; Klossner, 2006) Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan mencakup faktor psikologis dan faktor fisiologis. Faktor psikologis antara lain tingkat ansietas, budaya, dan kondisi yang meliputi persalinan. Semakin tinggi tingkat ansietas klien, maka semakin kuat nyeri yang dirasakan. Tingkat nyeri juga akan lebih kuat pada klien yang lebih muda, klien dengan persalinan pertama, dan pada klien yang belum pernah merasakan nyeri. Selain faktor psikologis, faktor fisiologis juga turut mempengaruhi tingkat nyeri klien. Klien yang lebih siap menjelang persalinan memiliki tingkat nyeri yang lebih rendah. Faktor lain seperti lamanya persalinan juga mempengaruhi nyeri. Semakin lama persalinan berlangsung, semakin tinggi nyeri yang dirasakan. Persalinan berlangsung lebih lama contohnya pada persalinan yang terhalang, misalnya jika posisi fetus tidak normal atau disproporsi fetopelvik. Nyeri persalinan dapat dikurangi, namun nyeri tersebut tidak sama sekali menghilang. Klien dapat merasa lebih puas (nyeri lebih berkurang) ketika klien memiliki kontrol terhadap nyeri tersebut (McCrea & Wright, 1999). Hal itu dapat dilakukan dengan persiapan sebelum proses persalinan. Di tahap persiapan ini, perawat berperan untuk memberikan beberapa pilihan cara manajemen nyeri
2

kepada klien. Sekalipun klien belum mendiskusikan manajemen nyeri, perawat berkewajiban untuk melakukan edukasi terhadap klien mengenai nyeri yang akan dihadapi dan membantu klien untuk mengatasi nyeri selama masa persalinan. Penatalaksanaan nyeri persalinan dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu secara farmakologis dan non-farmakologis. Teknik manajemen nyeri secara nonfarmakologis antara lain metode persiapan melahirkan, teknik relaksasi dan pernapasan, effleurage dan tekanan sakrum, hidroterapi jet, stimulasi saraf elektronik per transkutan, hipnosis, imagery, acupressure dan acupuncture, gerakan dan posisi maternal, sentuhan terapeutik, terapi aroma, terapi musik, dan injeksi air intradermal. 1. Metode persiapan melahirkan a. Metode Dick-Read Dick-Read (1959) berpendapat bahwa nyeri disebabkan adanya ansietas dan rasa takut. Maka, untuk mengatasi rasa nyeri, klien perlu mengatasi ansietas dan rasa takutnya dengan pemahaman atas informasi mengenai persalinan. Program Dick-Read mengajarkan nutrisi, higiene, latihan fisik, latihan relaksasi, dan latihan pola napas. b. Metode Lamaze Lamaze (1960) memperkenalkan metode psikoprofilaksis. Nyeri dapat dihilangkan atau dikurangi dengan memusatkan perhatian pada titik yang lain. Klien diajarkan untuk merelaksasikan otot lain saat otot tertentu berkontraksi. Pada persalinan, cara ini diterapkan dengan merelaksasikan otot lain pada saat uterus berkontraksi. c. Metode Bradley Bradley (1974) menyatakan bahwa nyeri dapat berkurang dengan melakukan kontrol pernapasan, pernapasan perut, dan relaksasi seluruh tubuh. Metode ini juga menekankan faktor lingkungan yang tenang dan suasana gelap agar persalinan dapat berjalan secara lebih alami. Klien sering tertidur dengan metode ini, dimana tubuh klien berada pada keadaan relaksasi yang dalam. Suami klien juga dapat hadir di ruang persalinan untuk membantu proses kelahiran.
3

d. Perbandingan Metode Bersalin Penyebab rasa nyeri melahirkan adalah rasa takut dan tegang. Kedua metode tersebut berupaya untuk mengurangi kedua faktor tersebut dan meredakan nyeri dengan cara (1) meningkatkan pengetahuan ibu tentang hal-hal yang akan terjadi selama persalinan (2) meningkatkan kepercayaan diri dan rasa dapat mengendalikan keadaan (3) mempersiapkan individu yang akan mendampingi wanita saat persalinan biasanya suami (4) melatihnya melakukan persiapan fisik dan relaksasi pernapasan. Ada perbedaan dalam metode bersalin ini, seperti pada metode bersalin Bradley menganjurkan wanita tidak menggunakan obat tetapi memusatkan perhatian kepada dirinya sendiri dan memperhatikan tubuhnya. Pada pengajaran metode lamaze, menggunakan obat obatan anti nyeri secara bijaksana merupakan tindakan yang teat dalam melakukan teknik relaksasi, memusatkan perhatian pada hal hal eksternal, dan untuk upaya distraksi. 2. Teknik relaksasi dan pernapasan Teknik ini dapat menjadi sangat efektif jika klien telah berlatih sebelumnya. Keun tungan teknik ini adalah tidak memerlukan alat khusus, membuat klien rileks, perawat dapat mengajarkan klien ketika persalinan. Kelemahan teknik ini adalah membutuhkan latihan sebelum persalinan untuk mencapai keefektifan optimal. Relaksasi umpan balik dapat digunakan oleh perawat dengan mengucapkan kata Rileks berulang kali kepada klien, dan klien akan memberikan umpan balik sesuai dengan perintah yang diberikan. Pada tahap pertama, teknik pernapasan dapat memperbaiki relaksasi otot-otot abdomen dan mengurangi friksi sehingga nyeri berkurang. Pada tahap kedua, tekanan abdomen dapat meningkat dan otot-otot pudendal berelaksasi, sehingga membantu proses pengeluaran janin. Saat periode transisi (dilatasi serviks 8-10 cm), kontrol selama kontraksi sulit dipertahankan, maka pola yang dapat dilakukan adalah pola perbandingan 4:1, yaitu empat kali menarik napas, dan satu kali menghembuskan napas. Pola perbandingan ini dapat meningkat menjadi 6:1 atau 8:1. Efek samping yang dapat timbul adalah hiperventilasi.

3. Effleurage dan tekanan sakrum Teknik effleurage merupakan tindakan memukul-mukul abdomen secara perlahan seirama dengan pernapasan saat kontraksi sebagai distraksi ibu agar tidak memusatkan perhatiannya pada kontraksi (Bobak, et al., 1997). Selain di abdomen, effleurage juga dapat dilakukan di paha atau dada. Kelebihan teknik ini kuat. 4. Hidroterapi jet atau terapi air Penggunaan terapi air dapat membuat klien rileks sehingga ansietas berkurang, dengan demikian oksitosin dan endorpin akan meningkat, sehingga persalinan dapat berlangsung lebih mudah dan nyeri dapat berkurang. Penggunaan metode ini dapat digunakan dengan posisi back labor. Teknik ini harus dilakukan oleh tenaga kesehatan primer. Tanda-tanda vital klien harus dalam batas normal dan serviks harus berdilatasi sekitar 4-5 cm. Apabila air ketuban sudah pecah, harus jernih atau mengandung sedikit mekonium. Air dalam bak dipertahankan antara 36,5o 36,7o C. TTV ibu, kondisi persalinan, dan DJJ diperiksa ulang setelah ibu keluar dari bak. 5. Stimulasi saraf elektronik per transkutan Teknik ini dapat menjadi efektif akibat adanya plasebo. Implementasi TENS (trancutaneous electrical nerve stimulation) dapat menstimulasi pelepasan opiat endogen untuk meredakan nyeri (Scott, dkk., 1990). Caranya, dua pasang elektroda ditempel di kedua sisi spinal torakal dan spinal sakrum. Aliran listrik ringan secara kontinyu mengalir dari alat yang dioperasikan oleh dua baterai. Klien dapat menekan tombol pengendali pada alat untuk meningkatkan stimulasi ketika kontraksi. Hasil stimulasi itu adalah adanya rasa kesemutan dan rasa nyeri berkurang. Perawat berperan untuk menjelaskan pada klien mengenai penggunaan alat, dan mengevaluasi keefektifan alat tersebut. 6. Hipnosis
5

adalah

mudah

dipelajari

dan

tidak

memerlukan

alat

khusus.

Kekurangannya, teknik ini menjadi tidak efektif apabila kontraksi bertambah

Hipnosis adalah metode untuk memasukkan sugesti atau informasi ke pikiran seseorang, termasuk diri sendiri, ketika otak telah berada dalam keadaan rileks (Adiyanto, 2010; Andriana, 2007). Melalui hipnosis ini, muncul teknik yang dinamakan hypnobirthing yang diperkenalkan oleh Dick-Read (1944). Teknik ini mengartika hipnosis sebagai pengaruh alami terhadap relaksasi yang disampaikan ke alam bawah sadar sehingga mempengaruhi cara berfikir, apa yang dirasakan, dan pilihan yang dibuat. Hypnobirthing merupakan kombinasi antara proses kelahiran alami dengan hipnosis untuk membangun persepsi positif dan rasa percaya diri serta menurunkan ansietas, rasa takut, dan ketegangan sebelum, selama, dan setelah melahirkan. 7. Imagery Teknik ini dapat dilakukan dengan membantu klien untuk membayangkan halhal yang menyenangkan agar ketegangan berkurang, dan mendorong klien untuk berpikir positif. Keuntungan teknik ini adalah non-invasif, tidak memerlukan alat khusus. Kekurangannya adalah membutuhkan disiplin dan latihan agar menjadi optimal, dan mungkin tidak sesuai untuk klien dengan gangguan mental atau trauma psikologis. 8. Terapi musik Teknik ini dilakukan dengan mendengarkan bunyi-bunyian yang menenangkan untuk mengurangi ketegangan klien. 9. Acupressure dan acupuncture Akupuntur mencakup penempatan beberapa jarum di titik-titik tertentu di tubuh (titik akupuntur). Penempatan akupuntur pada persalinan tergantung pada lokasi nyeri, tahapan persalinan, tingkat kelelahan ibu, ketegangan, dan ansietas. Akupresur menerapkan prinsip yang sama dengan akupuntur, namun tidak menggunakan jarum, melainkan menggunakan tekanan jari pada titik akupuntur. 10. Gerakan dan posisi ibu
6

Dimensi pelvis akan menjadi berbeda pada setiap posisi ibu, sehingga perubahan posisi diharapkan akan mempermudah proses persalinan. Perawat sering menyarankan posisi tertentu untuk mempercepat proses persalinan atau memperbaiki masalah fetus atau ibu, misalnya deselerasi DJJ, posisi janin yang kurang baik, atau hipotensi maternal. Pada awal persalinan, penggunaan posisi berdiri yang dikombinasikan dengan posisi lain dapat mengurangi nyeri yang dirasakan (Simkin & Klein, 2007). 11. Sentuhan terapeutik Sentuhan merupakan salah satu cara komunikasi positif yang dapat berarti caring dan kasih sayang. Sentuhan terapeutik dapat berupa pijatan untuk manipulasi tubuh secara sengaja dan sistematis sehingga rasa nyeri berkurang. 12. Terapi aroma Sama seperti terapi musik, terapi aroma dapat mengurangi ketegangan klien sebelum, selama, dan setelah persalinan. 13. Injeksi air intradermal Injeksi air intradermal atau disebut juga intracutaneous sterile water injection dapat mengurangi nyeri pada persalinan punggung (back labor) dan nyeri abdomen pada persalinan. Caranya, 0,05-0,1 mL air steril diinjeksikan ke intradermal empat kali. Injeksi yang dilakukan dapat menimbulkan nyeri, maka perawat dapat memberikan injeksi ketika kontraksi berlangsung. Mekanisme kerja teknik ini belum diketahui secara pasti, namun diduga berhubungan dengan Gate theory dan adanya pelepasan endorpin yang dapat mengurangi nyeri. Menurut Lundberg (2008) dan Wallin dkk (2008), teknik ini lebih efektif daripada akupuntur. B. PENATALAKSANAAN PERSALINAN FARMAKOLOGI PADA NYERI

1. Sedatif Agen sedatif seperti barbiturat, berfungsi menurunkan ansietas, meningkatkan relaksasi dan menginduksi rasa kantuk hanya pada tahap awal persalinan, jarang digunakan.Efek sampingnya yaitu dapat meningkatkan rasa khawatir dan menyebabkan ibu menjadi hiperaktif, disorientasi, depresi vasomotor dan depresi pernapasan pada ibu dan bayi yang dilahirkan. 2. Analgesia dan Anestesia Analgesik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total. Seseorang yang mengkonsumsi Analgesik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgesik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri. Anestesi adalah suatu proses pelenyapan persepsi nyeri dengan menginterupsi impuls saraf yang menuju ke otak. Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar. Tidak semua wanita yang akan menjalani memerlukan obat pereda nyeri dan tidak semua rumah sakit menawarkan semua jenis obat pereda nyeri. a. Analgesik sistemik Analgesik sistemik seringkali diberikan dalam bentuk obat suntik yang disuntikkan melalui pembuluh darah (intravena) maupun otot (intramuskuler). Obat ini meredakan nyeri tanpa menyebabkan hilangnya kesadaran. Analgesik sistemik bekerja pada seluruh sistem saraf. Kadang obat lainnya diberikan bersamaan dengan Analgesik sistemik untuk mengurangi ketegangan atau rasa mual. Efek sampingnya ringan, yaitu berupa perasaan berputar atau sulit berkonsentrasi, tergantung dosis maternal, farmakokinetik obat tertentu dan rute serta waktu pemberian. Obat ini tidak
8

diberikan sesaat sebelum persalinan karena bisa menyebabkan refleks dan pernafasan bayi ketika lahir menjadi lambat. b. Anestesi lokal Anestesi lokal biasanya hanya memberikan pengaruh kepada bagian tubuh tertentu. Untuk menghindari robekan pada perineum (daerah antara vagina dan rektum) ibu, sebelum bayi lahir dilakukan episiotomi, yaitu pemotongan jaringan vagina. Anestesi lokal bisa diberikan setelah episiotomi dilakukan atau ketika dilakukan penjahitan luka episiotomi. Anestesi lokal jarang berpengaruh terhadap bayi. c. Blok pudendal Blok pudendal disuntikkan sesaat sebelum persalinan untuk menghilangkan nyeri di daerah perineum. Blok pudendal mengurangi nyeri yang mungkin akan dirasakan ibu di sekitar vagina dan rektum ketika bayi bergerak di sepanjang jalan lahir. Blok pudendal merupakan jenis anestesi yang paling aman dan jarang terjadi efek samping yang serius. d. Blok spinalis Blok spinalis menyerupai blok epidural, yaitu suntikan obat bius pada punggung bagian bawah. Blok spinalis biasanya hanya diberikan sekali selama persalinan berlangsung. Blok spinalis bisa digunakan untuk operasi sesar dan persalinan dengan bantuan forseps atau ekstraksi vakum. Kadang blok spinalis menyebabkan terjadinya efek samping Hipotensi, masuknya obat ke dalam vena, tinggi blok yang tidak diharapkan, retensi urin, blok yang diperpanjang, dan nyeri punggung. e. Blok epidural Blok epidural (suatu anestesi regional) akan mempengaruhi bagian tubuh yang lebih luas. Cara ini menyebabkan hilangnya rasa pada tubuh bagian bawah. Luasnya pembiusan tergantung
9

kepada jenis dan dosis obat yang digunakan. Blok epidural membantu mengurangi nyeri akibat kontraksi dan nyeri pada vagina ketika bayi lahir. Blok epidural disuntikkan ke dalam punggung bagian bawah. Obat disuntikkan melalui rongga epidural yang berada diluar korda spinalis. Tempat ini dilalui oleh saraf yang membawa rasa nyeri dari tubuh bagian bawah. Blok epidural dalam dosis yang lebih tinggi digunakan untuk menghilangkan nyeri pada operasi sesar. Efek samping dari blok epidural adalah penurunan tekanan darah ibu yang bersifat sementara, yang bisa menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, biasanya kepada ibu diberikan cairan melalui infus atau ibu diminta untuk berbaring miring guna memperbaiki peredaran darahnya. Efek samping yang serius dari blok epidural adalah: - Sakit kepala hebat yang jika tidak diobati bisa berlangsung selama beberapa hari atau minggu. Ini terjadi jika selaput yang membungkus korda spinalis mengalami robekan. - Kesulitan bernafas terjadi jika obat masuk ke dalam cairan spinal. - Pusing atau kadang kejang, jika obat masuk ke dalam vena. f. Pembiusan total Pembiusan total menyebabkan wanita yang akan melahirkan tidak sadarkan diri dan tidak merasakan nyeri. Pembiusan total tidak digunakan untuk mengurangi nyeri akibat kontraksi karena bisa menyebabkan bayi tertidur dan memperlambat refleks dan pernafasan bayi. Pembiusan total digunakan untuk operasi sesar. Efek samping yang serius (tetapi jarang terjadi) pada pembiusan total terjadi jika makanan atau asam dari lambung masuk ke trakea (saluran udara) dan paru-paru dan menyebabkan cedera. Untuk menghindari hal ini, biasanya sebelum menjalani

10

pembiusan total, ibu tidak boleh makan dan agar asam lambung tidak sampai masuk ke paru-paru, biasanya diberikan antasid.

11

12

No 1

Farmakologi Analgesia sistemik

Cara kerja Menembus barier darah otak dan plasenta untuk dapat memberi efek analgesik pusat

Efek samping

Penggunaan Pemberian intravena lebih sering digunakan daripada pemberian intramuscular karena awitan efek lebih cepat.

Analgesik narkotik, seperti Meperidin (Demerol) dan fentanil (Sublimaze)

Menurunkan nyeri berat, nyeri persisten, dan nyeri rekuran. Mengatasi faktor-faktor penghambat persalinan dan merelaksasii serviks.

Takikardi dan depresi sistem saraf pusat berat pada ibu dan neonatus.

Injeksi IV awitan datang dengan cepat (30 detik) dan efek maksimum dicapai dalam lima sampai 10menit, efek puncak dicapai dlm 4050menit dgn

13

durasi tiga jam. 3 Senyawa antagonisagonis narkotik campuran, seperti Butorfanol (stadol) dan nalbufin (Nubain) Agen pembangkit efek analgesik (Ataraktik), seperti Fenotiazin disebut obat tranquilizer Memberi efek analgesia tanpa menyebabkan depresi pernapasan pada ibu atau neonates. Menurunkan efek narkotika jika digabungkan dengan prometason, propiomazin, hidroksizin dan promazin. Untuk meningkatkan efek analgesik dapat juga berfungsi sebagai antinausea Apabila mengalami ketergantungan narkotika akan memperlihatkan gejala putus narkotika Meningkatkan ansietas dan rasa takut namun jarang terjadi pada ibu dan neonatus Pemberian dengan rute IM dan IV

Diberikan hanya melalui IM

14

&antimimetik 5 Antagonis narkotik, seperti Nalokson (Narcan) dan naltrexon (Trexan) Melawan efek narkotik dan endofrin yang menyebabkan stress. Bermanfaat digunakan ketika persalinan berlangsung lebih cepat dari perkiraan dan diduga jika bayi akan lahir saat efek narkotika berada di puncak. Penambahan epinefrin untuk meningkatkan kerja anastesi pada daerah yang terbatas, Wanita yang mengalami ketergantunan substansi dapat menimbulkan gejala putus obat. Digunakan melalui selang infus atau melalui injeksi IM di otot gluteus

Anestsia lokal

infiltrasi

Efek anesthesia yang cepat dapat dicapai dengan menyuntikan rata-rata 10-

15

mencegah perdarahan berlebihan dan mencegah efek sistemik dengan mengkonstriksi pembuluh darah local

20ml anestesi local berupa 1% lidokoin atau 2% kloropokain ke kulit dan kemudian secara subkutan ke daerah yang akan di anestesi. Diberikan 1020 menit sebelum anestesi perineum diperlukan. Cara yang digunakan adalah transvagina karena tidak menimbulkan nyeri pada

Blok pundendal

Dapat menghilangkan rasa nyeri di klitoris, labia mayora, labia minora dan perineum.

16

wanita. 8 Anestesia subaraknoid (spinal) Ibu tidak dapat merasakan kontraksi saat persalinan Hipotensi berat, penurunan curah jantung dan respirasi yang tidak adekuat atau paralisis otot otot pernapasan Suntikan blok spinal rendah (saddle) diberikan kepada wanita dalam posisi duduk, kedua tungkai di sisi meja bersalin, dan telapak kaki menginjak bangku kecil. Perawat berdiri di depanny. Dagu diletakan pada dada, punggung dibungkukan, dan tubuh bersandar pada perawat. Postur seperti ini membuat celah

17

antarvertebrata membesar sehingga memudahkan jarum spinal masuk dan membuat larutan anastesi yang berat turun akibat gaya gravitasi untuk menimbulkan efek difusi kea rah bawah. Kemudian wanita harus telentang dengan kepala sedikit lebih tinggi 9 Blok epidural Menghilangkan nyeri akibat kontraksi rahim Kadang kadang timbul pusing, tungkai bawah Menyuntikan anastesi yang sesuai ke ruang

18

dan proses melahirkan (vagina dan abdomen) 10 Narkotika epidural dan narkotika spinal, contoh fentanil Saat kontraksi tidak merasakan nyeri karena refleks mendorong tidak terganggu dan kekuatan efek motorik tetap utuh

lemas, kandung kemih sulit dikosongkan dan menggigil. Tidak menimbulkan efek analgesia yang adekuat

epidural.

Obat disuntikan melalui sebuah kateter yang dimasukan ke dalam ruang epidural atau araknoid sehingga dapatmencapi reseptor narkotika dan transmisi nyeri dihambat. Larutan obat antesi disuntikan tepat di bawah mukosa yang berdekatan dengan lingkar

11

Blok paraservikal

Anastesi berjalan dari segmen rahim bawah dan serviks sampai sepertiga bagian atas vagina,

Menimbulkan intoksikasi janin akibat penyerapan obat yang cepat, jika berlebihan janin menunjukan

19

tidak sampai perineum.

bradikardia, kolaps dan apnea saat lahir.

luar serviks (pada posisi pukul 9 dan 3) setelah dilatasi serviks lebih dari 5cm. suntikan ulang dapat dipakai hinggai dilatasi serviks 8cm Digunakan jika ada kontraindikasi, pemberian secara IV (4mg per kilogram berat badan) sebelum melakukan anesthesia, letakan sebuah ganjalan pada bagian bawah panggul kanan

12

Anestesi seperti thiopental

umum, natrium

Depresi pernapasan dan muntah diikuti aspirasi.

20

ibu untuk membuat rahim miring ke kiri, sehingga kompresi aorta yang mengganggu perfusi plasenta dapat dicegah. 13 Analgesia inhlasi, seperti metoksifluran (Penthane), halotan dan NO Ibu akan tetap sadar, tetapi rasa nyeri jauh berbeda. Halotan merelaksasi dengan cepat, sensitivitas hilang terhadap sentuhan, nyeri dan stimulus lain. Depresi pernapasa pada ibu dan nonatus Menghirup anestesi inhalasi yang kosentrasinya subanestetik dalam bentuk msker atau kapsul.

21

REFERENSI Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L. & Jensen, M.D. (1996). Buku ajar keperawatan maternitas (maternity nursing). Edisi 4. (Maria A. Wijayarini & Peter I. Anugerah, Penerjemah). Jakarta: EGC. Brown, S.T., Doulas, C., Flood, L.P. (2001). Womens Evaluation of Intrapartum Nonpharmacological Pain Relief Methods Used during Labor. The Journal of Perinatal Education. Vol. 10, No. 3. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1595076/pdf/JPE100001.pdf (diakses pada 27 September 2013) Jordan, Sue. 2002. Farmakologi Kebidanan. Jakarta: EGC. Klossner, N.J. (2006). Introductory maternity nursing. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Leksana Ery. (2011). Mengatasi Nyeri Persalinan. CDK 185/Vol .38 no.4/ Mei-Juni 2011. Lundberg, G.D. (2008). Sterile Water Is Better Than Acupuncture in Relieving the Pain of Labor. The Medscape journal of medicine. Vol. 10, No. 6. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2491678/ (diakses pada 27 September 2013) Mander, Rosemary. (2004). Nyeri Persalinan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Manuaba, Ida Bagus Gde. (2001). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obsetri dan Ginekologi dan KB . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Martin, E.J. (2002). Intrapartum management modules: A perinatal education program. 3 rd Edi. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

22

Sinclair, Constance. 2003. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC. Simkin, P. & Klein, M.C. (2007). Nonpharmacological approaches to management of labor pain. http://www2.cfpc.ca/local/user/files/%7BC86B29DD-1153-471C-AA79-3A256C69C201%7D/UpToDateR_ %20Nonpharmacological%20approaches%20to%20management%20of%20labor%20pain.pdf (diakses pada 27 September 2013) Stright, Barbara R. (2005). Keperawatan Ibu Bayi Baru Melahirkan. Jakarta: Penerbit Buku KEdokteran EGC. Wallin, G., Stener-Victorin, E. & Martensson, L. (2008). Acupuncture versus subcutaneous injections of sterile water as treatment for labour pain. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18231884 (diakses pada 27 September 2013)

23

You might also like