You are on page 1of 0

1

PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN PERAN ORANGTUA


DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMU TARAKANITA I

Sr. Yustiana Wiwiek Iswanti CB
Dosen Akademi Sekretari/LPK Tarakanita, E-mail: yustiana_cb@yahoo.com

Abstract
The research is a correlations study among performance motivation role of parents and study
achievement. The research shows that performance motivation has positive correlation which is not
significant by the probability of 0,888. The role of parents with study achievement have positive
correlation and weak by 0,048 and the result of significant tests shows that the correlation is not
significant by the probability of 0,670. Performance motivation and the role of parents have correlation
positive and weak, that is 0,045 and the result of significant test shows that the correlation is not
significant by the probability of 0,022. Performance motivation and the role of parents in study
achievement in together has positive correlation and weak, that is 0,048 and the result of significant test
shows that it is not significant by the probability of 0,913. It can be concluded that performance
motivation and the role of parents do not show strong influence in study achievement.

Keywords: performance motivation, the role of parents and study achievement.

Pendahuluan
Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia sudah menjadi wacana umum di
kalangan masyarakat. Berbagai macam seminar, diskusi, lokakarya, baik di kalangan
pemerintah maupun instansi-instansi lain memperbincangkan hal tersebut. Mutu lulusan
sekolah Indonesia masih belum berbicara di forum dunia, bahkan di forum Asia saja
Indonesia masih harus mengejar ketinggalan. Oleh karena itu, perlu diusahakan
peningkatan mutu pendidikan.
Upaya peningkatan mutu pendidikan telah banyak dilakukan, baik oleh instansi
swasta maupun pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam perbaikan yang
telah dilakukan, baik dari segi sarana, prasarana, kurikulum, tenaga kependidikan,
pendanaan maupun dalam aspek-aspek yang lainnya. Namun mutu pendidikan belum
juga tercapai secara optimal.
Mutu pendidikan sangat berkaitan dengan prestasi belajar. Prestasi belajar
merupakan hasil maksimal yang dicapai seseorang setelah melalui proses belajar.
Selanjutnya prestasi belajar sangat tergantung pada kualitas proses pembelajaran di
kelas, yakni menyangkut peran guru, kurikulum, dana, sarana, prasarana, dan siswa
sendiri.
2
Dalam proses belajar mengajar, tugas siswa adalah belajar dan peran guru adalah
mendorong, mendampingi, membantu siswa untuk belajar. Prestasi belajar siswa akan
tercapai secara maksimal jika disertai usaha keras. Usaha keras merupakan bagian dari
motivasi berprestasi.
Banyak ahli mengkaji korelasi antara motivasi dan prestasi. Uguroglv dan
Walberg (dikutip oleh Bage dan Berliner, 1988) melakukan analisis terhadap 232
koefisien-koefisien korelasi antara hasil pengukuran motivasi dan prestasi akademik,
melibatkan 627.000 siswa dari Taman Kanak-kanak sampai dengan Sekolah Menengah
Tingkat Atas. Dari sekian banyak koefisien korelasi yang dianalisis, ternyata 98%
memiliki korelasi positif. Hal ini menunjukkan antara motivasi berprestasi dan prestasi
akademik mempunyai hubungan timbal balik yang sangat erat (Handoko, 1998:3).
Di India, Aquinas (1990), seorang peneliti bidang psikologi mengadakan penelitian
terhadap 240 siswa Senior High School (SMA) untuk melihat pengaruh motivasi
berprestasi terhadap prestasi. Akhirnya diperoleh kesimpulan bahwa memang ada
korelasi yang signifikan (Handoko, 1998:3).
Para peneliti di atas mengambil kesimpulan bahwa motivasi berprestasi
mempunyai pengaruh terhadap prestasi.
Di samping faktor motivasi berprestasi, prestasi belajar siswa ditentukan faktor-
faktor lain seperti (1) faktor fisiologi, (2) faktor psikologis, (3) faktor kematangan fisik
maupun psikis, (4) faktor sosial, (5) faktor budaya, (6) faktor lingkungan fisik, dan (7)
faktor lingkungan spiritual atau keamanan (Ahmadi dan Supriyono, 1990:130).
Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dalam mencapai prestasi belajar. Dari
sekian banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, faktor sosial yang terdiri atas
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan kelompok memiliki peran yang penting
dalam pencapaian prestasi belajar.
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar
dipengaruhi banyak faktor yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang berasal dari dalam diri siswa, meliputi dua aspek yakni (1) aspek fisiologis
(yang bersifat jasmani), (2) aspek psikologi antara lain intelegensi, sikap, minat, bakat,
motivasi. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar siswa meliputi
dua aspek yakni, (1) aspek lingkungan sosial antara lain keluarga, guru, masyarakat,
teman, (2) aspek lingkungan non-sosial antara lain rumah, sekolah, peralatan, dan alam.
3
Oleh karena banyaknya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, maka perlu
diketahui sumbangan faktor-faktor tersebut terhadap prestasi belajar.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah
dapat disusun sebagai berikut: (1) Apakah terdapat hubungan antara motivasi berprestasi
dengan prestasi belajar siswa? (2) Apakah terdapat hubungan antara peran dengan
prestasi belajar siswa? (3) Apakah terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan
peran orangtua?
Ada empat tujuan penelitian yang diharapkan dari penelitian ini secara operasional
dirumuskan sebagai berikut. Pertama, mengetahui hubungan antara motivasi berprestasi
dengan prestasi belajar siswa. Kedua, mengetahui hubungan antara peran orangtua
dengan prestasi belajar siswa. Ketiga, mengetahui hubungan antara motivasi berprestasi
dengan peran orangtua.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi kepentingan pembelajaran
dalam rangka meningkatkan hasil belajar. J ika motivasi berprestasi dan peran orangtua
ternyata berkorelasi positif dengan prestasi belajar, maka penemuan ini dapat digunakan
para praktisi pendidikan, orangtua, yayasan untuk lebih mendorong berkembangnya
motivasi berprestasi dalam diri siswa dan meningkatkan peran orangtua.

Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dapat
dirumuskan sebagai berikut. (1) Terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan
prestasi belajar, (2) Terdapat hubungan antara peran orangtua dengan prestasi belajar,
(3) Terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan peran orangtua

Kajian Pustaka
Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi adalah suatu keinginan untuk menyelesaikan pekerjaan yang
menantang. Orang yang memiliki motivasi berprestasi biasanya bekerja secara mandiri
dan cepat serta senang berkompetisi (Klein, 1983:35). Sedangkan indikator motivasi
berprestasi adalah: senang mengerjakan tugas yang menantang, bekerja secara cepat,
senang berkompetisi, dan bekerja secara mandiri.


4
Peran Orangtua
Peran orangtua adalah andil orangtua dalam memberikan persiapan yang baik
untuk anak-anak mereka demi keberhasilan pendidikan yang dijalani. Indikatornya peran
orangtua adalah perhatian terhadap kegiatan pelajaran anak di sekolah dan menekankan
pentingnya pencapaian prestasi belajar (Endah Prameswari, 1999: 67-68)

Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa yang tercermin dalam
nilai rapor. Nilai rapor merupakan hasil pengolahan rata-rata nilai ulangan umum, nilai
ulangan harian, nilai pekerjaan rumah, dan tugas.

Hakikat Motivasi Berprestasi
Motivasi sangat diperlukan dalam kehidupan manusia. Manusia ingin mengetahui
lebih jauh tentang apa yang dimaksud dengan motivasi dan seberapa jauh mempengaruhi
manusia. Motivasi adalah daya pendorong yang ada dalam diri manusia sehingga ia
melakukan suatu kegiatan.
Ditinjau dari asal katanya motivasi berasal dari kata motif yang artinya dorongan.
Motif dapat dikatakan sebagai dorongan sadar untuk bertindak sesuai tujuan/maksud
(Dagun, M. Save, 1997:687 ). Purwanto (1990:60) menyatakan bahwa motif adalah
segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Menurut
Ibrahim dan Nana (1996:27-28) motif adalah dorongan yang ada dalam diri individu
untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Suryabrata (1993:70) motif adalah keadaan
dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu guna mencapai suatu tujuan. Selanjutnya menurut Dimyati (1990:80) motivasi
adalah kekuatan mental yang mendorong terjadinya sesuatu. Dari ketiga pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan untuk melakukan
sesuatu demi tercapainya tujuan.
J enis motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Ditinjau dari sumber
dorongan perilaku motivasi dapat dibagi menjadi dua, yakni motivasi instrisik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau dapat
berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrisik adalah motif-motif
yang aktif dan berfungsi karena pengaruh dari luar (Sardiman, 2001:87-88).
5
Sebagai contoh siswa yang memiliki motivasi intrinsik dalam hubungannya
dengan belajar adalah bila siswa tersebut melakukan kegiatan belajar karena betul-betul
ingin mendapat pengetahuan, nilai, atau ketrampilan agar dapat berubah tingkah
lakunya. J adi motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara
esensial. Sedangkan motivasi ekstrinsik dalam kaitannya dengan belajar adalah apabila
seorang siswa melakukan kegiatan belajar karena ada ulangan, dia berharap dengan
belajar akan mendapat nilai baik, sehingga mendapatkan pujian. J adi kalau dilihat dari
segi tujuan kegiatan yang dilakukan, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa
yang dilakukannya.
Pengertian motif tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan seseorang untuk
melakukan sesuatu. Sedikit banyak ada kebutuhan di dalam diri seseorang atau ada
sesuatu yang hendak dicapai. Kebutuhan yang dimaksudkan adalah kebutuhan yang
bersifat fisiologis dan psikis.
A.H. Maslow mengemukakan tingkatan-tingkatan motif menurut urutan
urgensinya yakni (1) kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan rasa aman, (3) kebutuhan untuk
dicintai dan disayangi, (4) kebutuhan untuk dihargai, dan (5) kebutuhan untuk
aktualisasi diri (Irwanto, 1989:205).
Dengan melihat hirarki kebutuhan maka perlu ditekankan bahwa setiap tingkat di
atas hanya dapat dicapai bila tingkat motivasi di bawahnya dipenuhi. Bila guru
menginginkan siswanya belajar dengan baik, maka harus dipenuhi tingkat yang terendah
sampai yang tertinggi. Anak yang lapar, merasa tidak aman, tidak dikasihani, tidak
diterima sebagai anggota masyarakat, goncang harga dirinya, tentu tidak akan dapat
belajar dengan baik.
Dari sekian banyak motivasi yang berperan dalam kehidupan manusia, motivasi
berprestasi memegang peranan penting. Motivasi berkaitan erat dengan usaha untuk
mencapai prestasi, tujuan dari motivasi adalah sukses dalam setiap kompetisi (Richard
de Charms, 1976:8). Motivasi berprestasi adalah suatu keinginan untuk menyelesaikan
pekerjaan yang menantang. Orang yang memiliki motivasi berprestasi bekerja secara
mandiri, cepat, dan senang berkompetisi. (Klein, 1983:353)
Menurut Mc. Clelland yang dikutip oleh Galloway (1976:256), "setiap manusia
mempunyai kebutuhan untuk berprestasi". Untuk memenuhi kebutuhan itu manusia
berusaha mencapainya dengan bermacam-macam cara. Cara yang sering dilakukan
adalah belajar. Dengan belajar siswa akan memperoleh berbagai kemampuan sehingga
6
siswa akan mencapai keberhasilan tertentu. Dengan kata lai, intensitas motivasi seorang
siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

Hakikat Peran
Peran orangtua sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Menurut
Nursito (2002:39) mutu pendidikan di Indonesia ini rendah karena peranserta
masyarakat, khususnya orangtua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan sangat
minim.
Banyak ahli menyatakan bahwa orangtua merupakan pendidik yang pertama dan
utama. Menurut Drost (1998:58), pendidikan merupakan tanggung jawab orangtua,
masyarakat, dan sekolah. Orangtua adalah yang paling bertanggung jawab terhadap
pendidikan. Dengan demikian orangtua adalah pendidik pertama dan utama. Berikutnya
menurut Idris, (1992:34-35), orang dewasa yang mempunyai tanggung jawab terhadap
anak terutama adalah orangtua. Peran orangtua tersebut disebut pendidik. Pendidik yang
pertama dan utama adalah orangtua. Peran orangtua sebagai pendidik antara lain
diwujudkan dalam mencintai dan mendorong anak. Selanjutnya Suharyono (2001:3)
berpendapat bahwa tugas utama mencerdaskan anak tetaplah ada pada orangtua.
Kesadaran bahwa tugas utama mencerdaskan anak adalah tugas orangtua, maka orangtua
akan memberikan pengaruh positif dalam pembentukan tanggung jawab dan
pengkondisian lingkungan keluarga untuk mewujudkan anak-anak cerdas.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa orangtua merupakan pendidik yang
pertama dan utama. Dikatakan pertama karena sejak anak masih ada dalam kandungan
dan lahir berada dalam keluarga. Dikatakan utama karena keluarga merupakan
lingkungan yang sangat penting dalam proses pendidikan untuk membentuk pribadi
yang utuh.
Drost (1999:22) memberikan uraian yang termasuk tanggung jawab orangtua
dalam membentuk anak mereka, yakni (1) mencintai dan memberikan perhatian, (2)
melindungi, dan (3) membimbing. Selanjutnya Sylvia (1997:56) menyatakan bahwa
model orangtua yang baik merupakan faktor penting dalam pencapaian prestasi.
Orangtua yang senang terhadap prestasi merupakan model yang penting bagi anak.
Senang berprestasi tersebut diwujudkan dalam bentuk penghargaan terhadap
pendidikam.
7
William J . Goode (1985), seorang sosiolog pendidikan mengemukakan bahwa
keberhasilan atau prestasi yang dicapai siswa memperlihatkan keberhasilan orangtua
yang ditunjukkan dalam bentuk perannya dalam memberi perhatian terhadap kegiatan
belajar anak di sekolah dan menekankan arti pentingnya pencapaian prestasi (Endah
Prameswari, 1999:67-68)

Hakikat Prestasi Belajar
Prestasi belajar menurut kamus umum ilmu pengetahuan adalah tingkat hasil yang
diperoleh pada saat sekarang terhadap suatu bidang yang dipelajari (Dagon, M. Save,
1997:886).
Definisi mengenai prestasi belajar banyak dirumuskan oleh para ahli. Menurut
Utami, prestasi merupakan perwujudan dari bakat, kemampuan serta merupakan ukuran
keberhasilan seseorang dalam belajar (Utami Munandar, 1987:35). Prestasi belajar
menurut Gagne adalah kapabilitas yang dihasilkan dari kegiatan belajar yakni berupa
ketrampilan, pengetahuan, sikap dan seperangkat nilai-nilai. Timbulnya kapabilitas
tersebut adalah dari (1) stimulus yang berasal dari lingkungan, dan (2) proses kognitif
yang dilakukan oleh siswa (Dimyati, 1999:10). Selanjutnya Piaget berpendapat bahwa
prestasi belajar adalah pengetahuan yang dibentuk oleh individu melalui interaksi terus
menerus dengan lingkungan (Dimyati, 1999:13-14).
Harefa (36-37) berpendapat bahwa siswa berprestasi atau berhasil dalam proses
belajar jika siswa tersebut; (1) siap hidup, yang berarti beriman dan bermoral. (2) siap
belajar, yang berarti berilmu pengetahuan, (3) siap pakai, yang berarti berketrampilan,
dan (3) siap bergaul dengan masyarakat artinya memiliki kepedulian terhadap sesama.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan
perwujudan keberhasilan siswa setelah siswa tersebut melakukan perbuatan belajar.
Hasil belajar tersebut oleh Gagne disebutkan ada lima kemampuan yang dapat
ditampilkan seseorang yakni (1) informasi verbal, (2) kemahiran intelektual, (3)
pengaturan kegiatan kognitif, (4) keterampilan motorik, dan (5) sikap. (Winkel,
1996:98).
Muhibbin (1995:150) berpendapat bahwa pengungkapan hasil belajar ideal
meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses
belajar siswa. Ranah yang dimaksudkan adalah ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
8
Mengukur keberhasilan siswa yang berdimensi kognitif, afektif dan psikomotorik
dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis, tes lisan maupun
perbuatan untuk selanjutnya dilakukan penilaian terhadap tes-tes tersebut. Penilaian
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan prestasi belajar siswa,
sebab penilaian dapat berfungsi sebagai seleksi, diagnose, penempatan, dan pengukuran
keberhasilan (Suharsini Arikunto, 1984:9).Pada umumnya penilaian terhadap prestasi
belajar siswa mencakup tiga aspek yakni (1) aspek kognitif, (2) aspek psikomotorik, dan
(3) aspek afektif. Ketiga aspek tersebut dituangkan dalam bentuk nilai yang dituliskan
pada rapor.

Metodologi Penelitian
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi korelasi yang ingin mengetahui pengaruh motivasi
berprestasi dan peran orangtua sebagai independen variabel. Pengaruh tersebut
digambarkan pada berikut.

Bagan 1
Pengaruh Variabel Independen dengan Variabel Dependen.



Y



X1 =Motivasi berprestasi
X2 =Peran orangtua
Y =Prestasi belajar.

9
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah 640 siswa yang duduk di kelas I, II, dan III SMA
Tarakanita I, di J akarta, Tahun Ajaran 2001/2002.

Sampel Penelitian
Dari populasi tersebut diambil 82 siswa secara purposif untuk dijadikan sebagai
sampel penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan memperhatikan sifat-sifat atau
karakteristik tertentu yang merupakan ciri-ciri populasi, subyek yang peneliti ambil
benar merupakan subyek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada
populasi.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan variabel penelitian yang telah disebut, terdapat tiga jenis data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data motivasi berprestasi, data peran orangtua,
dan data prestasi belajar siswa.
Ada dua cara yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu survei dan studi
dokumen. Survei dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden untuk
diisi. Sedangkan studi dokumen berupa dokumen nilai rapor dilakukan untuk melihat
prestasi belajar siswa.
Teknik pengumpulan data dan instrumen pengumpulan data serta sumber
informasi dapat dilihat pada Tabel berikut:
10
Tabel 1
Kisi-Kisi Instrumen
No Variabel Indikator Teknik
Pengumpu
lan Data
Instrumen Nomor Item Responden
(Sumber
Informasi)
1













2.








3.






Motivasi
berpresta
si











Peran
Orangtua






Prestasi
Belajar





Senang
mengerjakan
tugas yang
menantang

Bekerja secara
cepat

Bekerja secara
mandiri

Senang
berkompetisi

a.Perhatian
terhadap
kegiatan belajar

b.Menekankan
pentingnya
pencapaian
prestasi belajar

Nilai Rapor

Survey




Survey


Survey


Survey


Survey



Survey




Lihat
dokumen

Kuesioner




Kuesioner


Kuesioner


Kuesioner


Kuesioner



Kuesioner




Daftar
Nilai
Siswa




1, 2, 3 ,4, 5




6, 7, 8, 9, 10


11, 12, 13,
14, 15

16, 17, 18,
19, 20.

1, 2, 3, 4, 5,
6, 7,8,9,10.


11,12,13,14,
15,16,17,18,
19, 20









Siswa




Siswa


Siswa


Siswa


Siswa



Siswa




Guru Wali
kelas nilai
rapor






Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan instrumen berupa kuesioner yang mencakup
tentang motivasi berprestasi dan peran orangtua. Sedangkan untuk prestasi belajar
menggunakan daftar nilai.


11
Instrumen Pengumpulan Data
Penelitian ini mengunakan instrumen yang disusun sendiri dalam bentuk
kuesioner/angket dengan menggunakan skala Likert. Pernyataan atau pertanyaan disusun
sebanyak 20 item untuk menjaring informasi yang berhubungan dengan motivasi
berprestasi dan sebanyak 20 item untuk menjaring informasi yang berhubungan dengan
peran orangtua.

Instrumen Penelitian Motivasi Berprestasi
Pengembangan instrumen motivasi berprestasi yang dirancang mengacu pada
indikator seperti terlihat pada matriks berikuti. Dari indikator tersebut disusun sebanyak
20 item pertanyaan atau pernyataan.

Tabel 2
Sasaran Butir-Butir Pernyataan untuk Mengukur Variabel Motivasi Berprestasi.

No. Indikator-indikator Pernyataan J umlah
1.
2.
3.
4.
Senang mengerjakan tugas yang menantang
Bekerja secara cepat
Bekerja secara mandiri
Senang berkompetisi
1, 2, 3, 4, 5
6, 7, 8, 9, 10
11, 12, 13, 14, 15
16, 17, 18, 19, 20
5
5
5
5
J umlah 20 20

Instrumen Penelitian Peran Orangtua
Pengembangan instrumen peran orangtua yang dirancang mengacu pada indikator
seperti terlihat pada matriks di bawah ini. Dari indikator tersebut disusun sebanyak 20
buah pertanyaan atau pernyataan.

Tabel 3.
Sasaran Butir-Butir Pernyataan untuk Mengukur Variabel Peran Orangtua
No Indikator-indikator Pernyataan J umlah
1.

Perhatian terhadap kegiatan
belajar anak di sekolah.
1, 2, 3, 4, 5,
6, 7, 8, 9, 10
10

12
2.

Menekankan pentingnya
pencapaian prestasi belajar.
11, 12, 13, 14, 15,
16, 17, 18, 19, 20.

10
J umlah 20 20

Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan prosedur sebagai berikut.
Meminta izin kepada Kepala Sekolah untuk melakukan penelitian. Setelah mendapatkan
izin, peneliti dibantu 2 orang guru memberikan kuesioner kepada siswa. Kuesioner
beserta lembar jawaban yang sudah selesai dikerjakan dikumpulkan pada guru. Peneliti
secara langsung meminta data nilai rapor melalui kepala sekolah.

Prosedur Pengolahan Data dan Analisis Data
Untuk memudahkan dalam pengolahan data, penulis melakukan prosedur
pengolahan data sebagai berikut.

Prosedur Pengolahan Data
Mengumpulkan semua lembar jawaban kuesioner yang telah diisi responden
Memberikan skor jawaban kuesioner.
1 = sangat tidak setuju
2 = tidak setuju
3 = setuju
4 = sangat setuju

Skor untuk setiap butir pertanyaan adalah satu sampai dengan empat. Oleh karena
jumlah butir pertanyaan adalah 20 item, maka jumlah skor tertinggi setiap responden
adalah 4 x 20 =80, sedang skor terendah adalah 20.


Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis korelasi sederhana yaitu suatu teknik untuk
menentukan kuat lemahnya pengaruh antara variabel. Dalam penelitian ini terdapat dua
variabel independen dan satu variabel dependen, yang pengaruhnya terlihat pada bagan
berikut.
13
Bagan 2
Pengaruh Antar-Variabel Penelitian



RX1X2Y





Keterangan:
X1 = variabel motivasi berprestasi
X2 = variabel peran
Y = variabel prestasi belajar
Ryx1 = garis yang menunjukkan hubungan antara variabel motivasi
berprestasi dengan prestasi belajar.
Ryx2 = garis yang menunjukkan hubungan antara variabel peran orang
tua dengan prestasi belajar.
Ryx1x2 = garis yang menunjukkan bahwa variabel motivasi berprestasi dan
variabel peran orangtua secara bersama-sama mempengaruhi variabel prestasi belajar.


Korelasi Product Moment
Untuk menguji ada atau tidaknya hubungan antara x1 dengan y, x2, dengan y dan
x1 dengan x2 teknik korelasi yang digunakan adalah Korelasi Product Moment
(Sanapiah, 1999:225) dengan rumus sebagai berikut:


nxy ( x). ( y )
Rxy =
{n x2( x 2)}{ny2 (y2)}

X
1
X
1
+X
2

X
2

Y
14
Keterangan:
Rxy = koefisien korelasi r
x = skor dalam distribusi variabel x
y = skor dalam distribusi variabel y
n = banyaknya pasangan skor x dan y (banyaknya subyek)
Untuk memberikan interprestasi kuatnya pengaruh hubungan, digunakan
pedoman:

Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 0,199 Sangat lemah
0,20 0,399 Lemah
0,40 0,599 Sedang
0,60 0,799 Kuat
0,80 0,1000 Sangat kuat

Koefisien Korelasi Ganda (Jamak)
Untuk menguji ada tidaknya hubungan antara x1 dan x2 secara bersama-sama
dengan Y, teknik korelasi yang digunakan adalah Koefisien Korelasi Ganda dengan
rumus sebagai berikut:



Rx1x2y = r2x1y +r2x2y 2rx1yrx2yrx1x2
1-r2x1x2
rx1y = Koefisien Korelasi antara x1 dan y
rx2y = koefisien korelasi antara x2 dan y
rx1x2 = koefisien korelasi antara x1 dan x2

Uji Signifikansi Koefisien Korelasi
Untuk melihat signifikansi korelasi yang didapat antara x
1
dengan Y, dan x
2

dengan y, dan x
1
dengan x
2
digunakan rumus uji signifikansi korelasi product momen
sebagai berikut:
15
r ( n-2 )
T =
1-r
2


Untuk menguji signifikansi koefisien korelasi ganda digunakan rumus sebagai
berikut:
R
2

k
F =
(1-R
2
)


R = koefisien korelasi ganda
K = jumlah variabel
F = F hitung yang dikonsultasikan dengan F tabel
F tabel dicari pada F tabel, F dengan didasarkan dk =k, dk penyebut (n-k-1) dari
taraf yang ditetapkan 5% dengan ketentuan bila F hitung >F tabel, maka koefisien
korelasi ganda yang di uji adalah signifikan yang dapat diberlakukan untuk seluruh
populasi.

Pembahasan dan Hasil
Pembahasan dalam penelitian ini akan diawali dengan data demografi responden
dan selanjutnya disajikan hasil yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian.
Pembahasan
Data Demografi Responden
J umlah seluruh siswa kelas I, II dan III SMA Tarakanita 1 yang dijadikan populasi
penelitian adalah 640 siswa. Selanjutnya yang dijadikan sampel penelitian berjumlah 82
siswa, yang diambil secara purposif. Untuk lebih jelasnya rincian data responden dapat
dilihat pada Tabel 4.


16
Tabel 4.
Data Usia Responden
Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002
No Usia J umlah Persentase
1
2
3
15 tahun
16 tahun
17 tahun
32
29
21
39 %
35 %
26 %
J umlah 82 100 %
Sumber: Data Primer SMA Tarakanita I


Dari data tersebut terlihat bahwa pada umumnya usia siswa sesuai dengan jenjang
pendidikannya atau bahkan di bawah usia yang seharusnya. Hal ini menunjukkan
ketepatan dan kecepatan masa studi.

Tabel 5
Data Responden Menurut Daerah Asal
Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002

Daerah Asal J umlah Persentase
J akarta Selatan 53 64%
J akarta Pusat 8 10%
J akarta Barat 4 5%
J akarta Timur 8 10%
Lain-lain 9 11%
J umlah 82 100%
Sumber: Data Primer SMA Tarakanita I

Dari tabel 5 di atas dapat dilihat rincian daerah asal responden, yaitu: 53 siswa
atau 64% berasal dari J akarta Selatan, 8 siswa atau 10% berasal dari J akarta Pusat, 4
siswa atau 5% berasal dari J akarta Barat, 8 siswa atau 10% berasal dari J akarta Timur
dan 9 siswa atau 11% berasal dari luar J akarta. Uraian ini menunjukkan bahwa sebagian
besar siswa berasal dari J akarta dan sebagian kecil berasal dari luar J akarta.
17
Tabel 6
Data Responden Menurut Kewarganegaraan
Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002

Kewarganegaraan J umlah Persentase
WNI Pribumi 63 77%
WNI Keturunan 19 23%
J umlah 82 100%
Sumber: Data Primer SMA Tarakanita I

Dari tabel 6 di atas dapat dilihat kewarganegaraan responden dengan rincian: 63
siswa atau 77% WNI pribumi, dan 19 siswa atau 23% WNI keturunan.

Tabel 7
Latar Belakang Pendidikan Orangtua
Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002

No Pendidikan J umlah Presentase

1
2
3
4
5
6

S3
S2
S1
D3
SLTA
SLTP

2
8
45
14
11
2

2 %
10 %
55 %
17 %
13 %
3 %
J umlah 82 100 %
Sumber: Data Primer SMA Tarakanita I

Dari tabel 7 terlihat bahwa pada umumnya latar belakang pendidikan orangtua
siswa adalah strata satu dengan persentase 55%, strata dua 10% dan strata tiga 2%. Hal
ini menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan orangtua cukup tinggi. Selanjutnya
akan dipaparkan juga keadaan status sosial ekonomi orangtua seperti terlihat pada
tabel 8.
18
Tabel 8
Keadaan Status Sosial Ekonomi Orangtua
Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002

No Pekerjaan J umlah Persentase
1
2
3
4
5
Pegawai Negeri
TNI/POLRI
Pegawai Swasta
Pengusaha /Wiraswasta
Lain-lain
18
5
39
18
2
22 %
6 %
48 %
22 %
2 %
J umlah 82 100%
Sumber: Data Primer SMA Tarakanita I

Dari data tersebut terlihat bahwa pada umumnya status sosial orangtua siswa
berasal dari kalangan menengah ke atas, dengan jenis pekerjaan yang jelas dan
penghasilan yang memadai.

Distribusi Perolehan Skor
Untuk mengawali penyajian hasil, akan disajikan nilai total dari tiga variabel, yaitu
motivasi berprestasi, kebiasaan belajar, dan prestasi belajar.

Tabel 9
Distribusi Perolehan Skor Motivasi Berprestasi
Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002

Interval Frekuensi Persentase

45 - 53
54 - 62
63 - 71
72 - 80
81 - 89

-
2
15
47
13

-
3 %
18 %
57 %
16 %
19
90 - 98
99 - 107
5
-
6 %
-
J umlah 82 100%
Sumber: Data Distribusi Perolehan Skor Motivasi Berprestasi. Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran
2001/2002

Distribusi Nilai Motivasi Berprestasi
Data motivasi berprestasi dari 82 responden yang terlihat pada tabel 9.
menunjukkan nilai yang cukup bervariasi. Nilai terendah 54 dan nilai tertinggi 98. Dan
yang mendapat nilai dengan interval 54 sampai 62 sejumlah 2 orang atau 3%, interval 63
sampai 71 sejumlah 15 orang atau 18%, interval 72 sampai 80 sejumlah 47 orang atau
57%, interval 81 sampai 89 sejumlah 13 orang atau 16%, dan interval 90 sampai 98
sejumlah 5 orang atau 6%.


Tabel 10
Distribusi Perolehan Skor Peran Orangtua
Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002

Interval Frekuensi Persentase
45 - 53
54 - 62
63 - 71
72 - 80
81 - 89
90 - 98
99 - 107
6
30
31
13
2
-
-
7 %
37 %
38 %
16 %
2 %
-
-
J umlah 82 100%
Sumber: Data Distribusi Perolehan Skor Peran Orangtua. Siswa SMA Tarakanita I
Tahun Ajaran 2001/2002

Distribusi Nilai Peran Orangtua
Data peran orangtua dari 82 responden yang terlihat pada tabel 10. menunjukkan
nilai yang cukup bervariasi. Nilai terendah 45 dan nilai tertinggi 89. Dari data tersebut
20
yang mendapat nilai dengan interval 45 sampai 53 sejumlah 6 orang atau 7%, interval 54
sampai 62 sejumlah 30 orang atau 37%, interval 63 sampai 71 sejumlah 31 orang atau
38%, interval 72 sampai 80 sejumlah 13 orang atau 16%, dan interval 81 sampai 89
sejumlah 2 peserta atau 2%.
Tabel 11
Distribusi Perolehan Skor Prestasi Belajar
Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002

Interval Frekuensi Persentase

45 - 53
54 - 62
63 - 71
72 - 80
81 - 89
90 - 98
99 - 107

-
-
-
15
40
22
5

-
-
-
18 %
49 %
27 %
6 %
J umlah 82 100%
Sumber: Data Distribusi Perolehan Skor Prestasi Belajar. Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran
2001/2002

Distribusi Nilai Prestasi Belajar
Data prestasi belajar dari 82 responden yang terlihat pada tabel 11 menunjukkan
nilai yang cukup bervariasi. Nilai terendah 72 dan nilai tertinggi 107. Dan yang
mendapat nilai dengan interval 72 sampai 80 sejumlah 15 orang atau 18%, interval 81
sampai 89 sejumlah 40 orang atau 49%, interval 90 sampai 98 sejumlah 22 orang atau
27%, dan interval 99 sampai 107 sejumlah 5 orang atau 6%.

Hasil Perhitungan Korelasi antara Motivasi Berprestasi dan Peran Orangtua
dengan Prestasi Belajar

Peran Orangtua (X 2) dengan Prestasi Belajar ( Y), Motivasi Berprestasi (X 1)
dengan Peran Orangtua (X 2) dapat dilihat pada tabel berikut.

21
Tabel 12
Hasil Korelasi antar Variabel
PRESTASI MOTIVASI ORANG-TUA
Pearson Correlation PRESTASI
MOTIVASI
ORANGTUA
1.000
.040
-.020
.040
1.000
.065
-.020
.065
1.000
Sig. (1-tailed) PRESTASI
MOTIVASI
ORANGTUA
.
.360
.428
.360
.
.281
.428
.281
.
N PRESTASI
MOTIVASI
ORANGTUA
82
82
82
82
82
82
82
82
82
Sumber: hasil olahan SPSS

Hasil Korelasi antara Motivasi Berprestasi dan Peran Orangtua dengan Prestasi
Belajar

Tabel 13.
Hasil Korelasi antara Motivasi Berprestasi dan Peran Orangtua
dengan Prestasi Belajar
Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002

Model Variabel Entered Variabel Removed Method
1

, MOTIVASIa .

Enter

All requested variables entered
Sumber: hasil olahan SPSS

Dependent Variable: PRESTASI

22
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .046a .002 -.023 7.4832
Sumber: hasil olahan SPSS

Model Summaryb
Mode
l
Change Statistic
Durbin-Watson
R
Square
Change
F Change df1 df2 Sig. F
Change
1 .002 .085 2 79 .919 1.678
Predictor: (Constant ), ORANGTUA, MOTIVASI
Dependent Variable : PRESTASI
Sumber: hasil olahan SPSS

Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar
Hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar didapat angka
korelasi positif, yaitu 0.040. Ini berarti semakin tinggi motivasi berprestasi, maka
prestasi belajar cenderung semakin tinggi; dan sebaliknya semakin tinggi prestasi
belajar, maka motivasi cenderung semakin tinggi.
Besar korelasi 0,040 bararti lebih kecil 0,5. Dengan demikian motivasi berprestasi
berkorelasi lemah dengan prestasi belajar. Nilai probabilitas yang diperoleh sebesar
0,720 yang berarti lebih besar dari 0.05 sehingga korelasi antara motivasi berprestasi
dengan prestasi belajar tidak signifikan.

Hubungan antara Peran Orangtua dengan Prestasi Belajar
Hubungan antara peran orangtua dengan prestasi belajar didapat angka korelasi
negatif yaitu -0,020. Hal ini berarti semakin tinggi peran orangtua, maka prestasi belajar
cenderung semakin rendah; dan sebaliknya semakin tinggi prestasi belajar maka peran
orangtua cenderung semakin rendah pula.
Besar korelasi -0,020 berarti lebih kecil dari 0,5. Dengan demikian peran orangtua
berkorelasi lemah dengan prestasi belajar. Nilai probabilitas yang diperoleh 0,856 yang
23
berarti lebih besar dari 0,05 sehingga korelasi antara peran orangtua dengan prestasi
belajar tidak signifikan.

Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Peran Orangtua
Hubungan antara motivasi berprestasi dengan peran orangtua didapat angka
korelasi positif yaitu 0,065. Hal ini berarti semakin tinggi motivasi berpretasi maka
peran orangtua cenderung semakin tinggi; dan sebaliknya semakin tinggi motivasi
berprestasi maka peran orangtua cenderung semakin tinggi.
Besar korelasi 0,065 berarti lebih kecil dari 0,5. Dengan demikian motivasi berprestasi
berkorelasi lemah dengan peran orangtua. Nilai probabilitas yang diperoleh 0,562 yang
berarti lebih besar dari 0,05 sehingga korelasi antara motivasi berprestasi dengan peran
orangtua tidak signifikan.

Hubungan antara Motivasi Berprestasi dan Peran Orangtua dengan Prestasi
Belajar
Ditemukan bahwa terdapat korelasi yang positif antara motivasi berprestasi dan
peran orangtua dengan prestasi belajar berarti semakin tinggi motivasi berprestasi dan
peran orangtua, maka prestasi belajar cenderung makin tinggi pula. Hasil korelasi 0,046
lebih kecil dari 0,5 berarti motivasi berprestasi dan peran orangtua berkorelasi lemah
dengan prestasi belajar. Nilai probabilitas yang diperoleh sebesar 0,919 yang berarti
lebih besar dari 0,05 sehingga korelasi antara motivasi berprestasi dan peran orangtua
dengan prestasi belajar dinyatakan tidak signifikan.

Hasil
Hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar dari hasil temuan
menunjukkan korelasi yang lemah dan tidak signifikan. Hal ini berarti di samping
motivasi berprestasi ada faktor-faktor lain yang berperan dalam mencapai prestasi
belajar. Faktor-faktor tersebut antara lain lingkungan belajar yang kondusif, peran guru
dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran, sarana prasarana pembelajaran yang
memadai.
Hubungan antara peran orangtua dengan prestasi belajar dari hasil temuan
menunjukkan korelasi yang lemah dan tidak signifikan. Hal ini berarti siswa yang
berprestasi tinggi cenderung tidak mencerminkan besarnya peran orangtua. Peran
24
orangtua terhadap siswa usia SLTA cenderung lebih kecil dibandingkan terhadap siswa
usia SLTP apalagi usia SD dan TK. Ini juga menunjukkan kemandirian siswa SLTA
dalam pencapaian prestasi belajar serta tanggung jawab terhadap belajar lebih besar
dibandingkan dengan siswa di jenjang yang lebih rendah.
Pencapaian prestasi belajar bukan pertama-tama karena peran orangtua namun juga
disebabkan faktor intelegensi, kesehatan, adanya cita-cita dan harapan.
Hubungan antara motivasi berprestasi dengan peran orangtua dari hasil temuan
menunjukkan korelasi yang lemah dan tidak signifikan. Hal ini berarti siswa yang
memiliki motivasi berprestasi cenderung tidak menunjukkan besarnya peran orangtua.
Motivasi berprestasi merupakan faktor internal yang ada dalam diri siswa dan besar
kecilnya motivasi berprestasi siswa bukan saja disebabkan karena peran orangtua,
namun banyak faktor-faktor lain yang ikut berpengaruh seperti, faktor lingkungan,
strategi pembelajaran, media atau sarana prasarana, pendekatan kurikulum.
Hubungan secara bersama-sama antara motivasi berprestasi dan peran orangtua
dengan prestasi belajar menunjukkan korelasi yang lemah. Temuan ini menunjukkan
bahwa selain motivasi berprestasi dan peran orangtua ada faktor lain mempengaruhi
keberhasilan prestasi belajar. Hasil penelitian prestasi belajar berdasarkan pengkajian
dokumen yakni nilai rapor menunjukkan prestasi belajar yang baik. Keberhasilan
pencapaian prestasi belajar tersebut tentu dipengaruhi faktor-faktor lain, antara lain,
faktor peran guru dalam peningkatan kualitas pembelajaran, metode, strategi, sarana
prasarana belajar, intelegensi ataupun kemampuan siswa, dan kurikulum.

Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dari temuan dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan
antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar menunjukkan angka korelasi positif
dan lemah yaitu 0,040 dan dari hasil uji signifikan menunjukkan angka 0,720 yang
berarti tidak signifikan. Hubungan antara peran orangtua dengan prestasi belajar
menunjukkan angka korelasi negatif dan lemah yaitu -0,020 dan dari hasil uji siqnifikan
menunjukkan angka 0,856 yang berarti tidak signifikan.
Hubungan antara motivasi berprestasi dan peran orangtua menunjukkan angka
korelasi positif dan lemah yaitu 0,065 dan dari hasil uji siqnifikan menunjukkan angka
0,562 yang berarti tidak signifikan.
25
Hubungan antara motivasi berprestasi dengan peran orangtua secara sama-sama
dengan prestasi belajar menunjukkan angka korelasi positif dan lemah yaitu 0,046 dan
dari hasil uji signifikan menunjukkan angka 0.919 yang berarti tidak signifikan.

Saran
Motivasi berprestasi memegang peranan penting dalam pencapaian prestasi
belajar, meskipun banyak faktor lain juga berpengaruh. Oleh karena itu, baik guru
maupun orangtua berupaya memupuk dan meningkatkan motivasi berprestasi siswanya.
Selain meningkatkan motivasi berprestasi, perlunya ditunjang lingkungan belajar yang
kondusif, serta terpenuhinya sarana prasarana yang memadai untuk meningkatkan
prestasi belajar.
Diharapkan dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan membandingkan sekolah
satu dan yang lain dalam kondisi yang berbeda. Kajian tersebut akan mampu memberi
konfirmasi ataupun perbaikan terhadap temuan dari penelitian ini.
Penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda dari penelitian yang pernah
dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan sampel yang lebih
bervariasi. Penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan kajian korelasi prestasi belajar
dengan faktor-faktor lain misalnya peran guru, metode, sarana prasarana, kurikulum.


DAFTAR PUSTAKA


Ahmadi, Abu. dan Supriyono, Widodo. 1990. Psikologi Belajar. J akarta: PT Rineka
Cipta.
Andrias Harefa. 2001. Pembelajaran di Era Serba Otonomi. Kompas.

A.M., Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. J akarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Arikunto, S. 1984. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. J akarta: Bina Aksara

Charms, R.D., 1976. Enchancing Motivation.New York: Irvington Publiser, Inc.

Dagun, Save. M. 1997. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. J akarta : Lembaga Pengkajian
Kebudayaan Nusantara (LPKN).

Dimyati, dan Mudjiono. 1990. Belajar dan Pembelajaran. J akarta: PT Rineka Cipta.

Dimyati Mahmud, M. 1990. Psikologi Suatu Pengantar. J akarta: BPFF.
26
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. J akarta:
Rineka Cipta.

Drost, S.J ., J .I.M. 1998. Sekolah Mengajar atau Mendidik. Yogyakarta: Kanisius.

___________. 1999. Proses Pembelajaran Sebagai Proses Pendidikan. J akarta:
Grasindo.

Faisal, Sanapiah, 1999. Format-Format Penelitian Sosial. J akarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Galloway, C. 1976. Psycology For Learning and Teaching. New York: Mc.Grow Hill.

Handoko, M.T., 1998. Klarifikasi Nilai Sebagai Pendekatan Alternatif Bagi Terapi
Peningkatan Motivasi Belajar. Semarang: Universitas Katolik
Soegiopranato

Ibrahim, R. dan Nana Syaodih S. 1996. Perencanaan Pengajaran. J akarta: Rineka Cipta.

Irwanto, D. dkk. 1989. Psikologi Umum. J akarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Idris, Z. Zahara. 1992. Pengantar Pendidikan I. J akarta: Grasindo.

J anson Tan, S. Goppinathan, Ho Wah Kam., 1997. Education in Singapore. Singapore:
Simon Dan Schuster (Asia) Pte Ltd.

Klein, Stephen B., 1982. Achievement Motivation dalam Motivation Bioscial
Approaches. New York: Mc Graw-Hill Book Company.

Munandar, Utami. 1987. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak sekolah, J akarta:
PT Gramedia.

Nursisto. 2002. Peningkatan Prestasi Sekolah Menengah. Insan Cendekia

Purwanto, Ngalim. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suryabrata, Sumadi. 1993. Psikologi Pendidikan. J akarta: PT Raja Grafindo Persada.

Suharsono (penulis). 2001. Mencerdaskan Anak. J akarta: Inisiasi Press.

Syah, Muhibbin, 1995. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Sylvia Rimm. 1997. Why Bright Kids Get Poor Grades. J akarta: PT Gramedia.

T.O. Ilhromi (penyunting), 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. J akarta: Obor.

Winkel, W.S. 1996.Psikologi Pengajaran.J akarta: Grasindo.
___________. 2002. Pendidikan Anak Usia Dini. J akarta: Citra Pendidikan Indonesia.

You might also like