Abstract The research is a correlations study among performance motivation role of parents and study achievement. The research shows that performance motivation has positive correlation which is not significant by the probability of 0,888. The role of parents with study achievement have positive correlation and weak by 0,048 and the result of significant tests shows that the correlation is not significant by the probability of 0,670. Performance motivation and the role of parents have correlation positive and weak, that is 0,045 and the result of significant test shows that the correlation is not significant by the probability of 0,022. Performance motivation and the role of parents in study achievement in together has positive correlation and weak, that is 0,048 and the result of significant test shows that it is not significant by the probability of 0,913. It can be concluded that performance motivation and the role of parents do not show strong influence in study achievement.
Keywords: performance motivation, the role of parents and study achievement.
Pendahuluan Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia sudah menjadi wacana umum di kalangan masyarakat. Berbagai macam seminar, diskusi, lokakarya, baik di kalangan pemerintah maupun instansi-instansi lain memperbincangkan hal tersebut. Mutu lulusan sekolah Indonesia masih belum berbicara di forum dunia, bahkan di forum Asia saja Indonesia masih harus mengejar ketinggalan. Oleh karena itu, perlu diusahakan peningkatan mutu pendidikan. Upaya peningkatan mutu pendidikan telah banyak dilakukan, baik oleh instansi swasta maupun pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam perbaikan yang telah dilakukan, baik dari segi sarana, prasarana, kurikulum, tenaga kependidikan, pendanaan maupun dalam aspek-aspek yang lainnya. Namun mutu pendidikan belum juga tercapai secara optimal. Mutu pendidikan sangat berkaitan dengan prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan hasil maksimal yang dicapai seseorang setelah melalui proses belajar. Selanjutnya prestasi belajar sangat tergantung pada kualitas proses pembelajaran di kelas, yakni menyangkut peran guru, kurikulum, dana, sarana, prasarana, dan siswa sendiri. 2 Dalam proses belajar mengajar, tugas siswa adalah belajar dan peran guru adalah mendorong, mendampingi, membantu siswa untuk belajar. Prestasi belajar siswa akan tercapai secara maksimal jika disertai usaha keras. Usaha keras merupakan bagian dari motivasi berprestasi. Banyak ahli mengkaji korelasi antara motivasi dan prestasi. Uguroglv dan Walberg (dikutip oleh Bage dan Berliner, 1988) melakukan analisis terhadap 232 koefisien-koefisien korelasi antara hasil pengukuran motivasi dan prestasi akademik, melibatkan 627.000 siswa dari Taman Kanak-kanak sampai dengan Sekolah Menengah Tingkat Atas. Dari sekian banyak koefisien korelasi yang dianalisis, ternyata 98% memiliki korelasi positif. Hal ini menunjukkan antara motivasi berprestasi dan prestasi akademik mempunyai hubungan timbal balik yang sangat erat (Handoko, 1998:3). Di India, Aquinas (1990), seorang peneliti bidang psikologi mengadakan penelitian terhadap 240 siswa Senior High School (SMA) untuk melihat pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi. Akhirnya diperoleh kesimpulan bahwa memang ada korelasi yang signifikan (Handoko, 1998:3). Para peneliti di atas mengambil kesimpulan bahwa motivasi berprestasi mempunyai pengaruh terhadap prestasi. Di samping faktor motivasi berprestasi, prestasi belajar siswa ditentukan faktor- faktor lain seperti (1) faktor fisiologi, (2) faktor psikologis, (3) faktor kematangan fisik maupun psikis, (4) faktor sosial, (5) faktor budaya, (6) faktor lingkungan fisik, dan (7) faktor lingkungan spiritual atau keamanan (Ahmadi dan Supriyono, 1990:130). Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dalam mencapai prestasi belajar. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan kelompok memiliki peran yang penting dalam pencapaian prestasi belajar. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar dipengaruhi banyak faktor yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, meliputi dua aspek yakni (1) aspek fisiologis (yang bersifat jasmani), (2) aspek psikologi antara lain intelegensi, sikap, minat, bakat, motivasi. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar siswa meliputi dua aspek yakni, (1) aspek lingkungan sosial antara lain keluarga, guru, masyarakat, teman, (2) aspek lingkungan non-sosial antara lain rumah, sekolah, peralatan, dan alam. 3 Oleh karena banyaknya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, maka perlu diketahui sumbangan faktor-faktor tersebut terhadap prestasi belajar. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah dapat disusun sebagai berikut: (1) Apakah terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar siswa? (2) Apakah terdapat hubungan antara peran dengan prestasi belajar siswa? (3) Apakah terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan peran orangtua? Ada empat tujuan penelitian yang diharapkan dari penelitian ini secara operasional dirumuskan sebagai berikut. Pertama, mengetahui hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar siswa. Kedua, mengetahui hubungan antara peran orangtua dengan prestasi belajar siswa. Ketiga, mengetahui hubungan antara motivasi berprestasi dengan peran orangtua. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi kepentingan pembelajaran dalam rangka meningkatkan hasil belajar. J ika motivasi berprestasi dan peran orangtua ternyata berkorelasi positif dengan prestasi belajar, maka penemuan ini dapat digunakan para praktisi pendidikan, orangtua, yayasan untuk lebih mendorong berkembangnya motivasi berprestasi dalam diri siswa dan meningkatkan peran orangtua.
Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut. (1) Terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar, (2) Terdapat hubungan antara peran orangtua dengan prestasi belajar, (3) Terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan peran orangtua
Kajian Pustaka Motivasi Berprestasi Motivasi berprestasi adalah suatu keinginan untuk menyelesaikan pekerjaan yang menantang. Orang yang memiliki motivasi berprestasi biasanya bekerja secara mandiri dan cepat serta senang berkompetisi (Klein, 1983:35). Sedangkan indikator motivasi berprestasi adalah: senang mengerjakan tugas yang menantang, bekerja secara cepat, senang berkompetisi, dan bekerja secara mandiri.
4 Peran Orangtua Peran orangtua adalah andil orangtua dalam memberikan persiapan yang baik untuk anak-anak mereka demi keberhasilan pendidikan yang dijalani. Indikatornya peran orangtua adalah perhatian terhadap kegiatan pelajaran anak di sekolah dan menekankan pentingnya pencapaian prestasi belajar (Endah Prameswari, 1999: 67-68)
Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa yang tercermin dalam nilai rapor. Nilai rapor merupakan hasil pengolahan rata-rata nilai ulangan umum, nilai ulangan harian, nilai pekerjaan rumah, dan tugas.
Hakikat Motivasi Berprestasi Motivasi sangat diperlukan dalam kehidupan manusia. Manusia ingin mengetahui lebih jauh tentang apa yang dimaksud dengan motivasi dan seberapa jauh mempengaruhi manusia. Motivasi adalah daya pendorong yang ada dalam diri manusia sehingga ia melakukan suatu kegiatan. Ditinjau dari asal katanya motivasi berasal dari kata motif yang artinya dorongan. Motif dapat dikatakan sebagai dorongan sadar untuk bertindak sesuai tujuan/maksud (Dagun, M. Save, 1997:687 ). Purwanto (1990:60) menyatakan bahwa motif adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Menurut Ibrahim dan Nana (1996:27-28) motif adalah dorongan yang ada dalam diri individu untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Suryabrata (1993:70) motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Selanjutnya menurut Dimyati (1990:80) motivasi adalah kekuatan mental yang mendorong terjadinya sesuatu. Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan untuk melakukan sesuatu demi tercapainya tujuan. J enis motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Ditinjau dari sumber dorongan perilaku motivasi dapat dibagi menjadi dua, yakni motivasi instrisik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau dapat berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrisik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena pengaruh dari luar (Sardiman, 2001:87-88). 5 Sebagai contoh siswa yang memiliki motivasi intrinsik dalam hubungannya dengan belajar adalah bila siswa tersebut melakukan kegiatan belajar karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai, atau ketrampilan agar dapat berubah tingkah lakunya. J adi motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial. Sedangkan motivasi ekstrinsik dalam kaitannya dengan belajar adalah apabila seorang siswa melakukan kegiatan belajar karena ada ulangan, dia berharap dengan belajar akan mendapat nilai baik, sehingga mendapatkan pujian. J adi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukan, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya. Pengertian motif tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan seseorang untuk melakukan sesuatu. Sedikit banyak ada kebutuhan di dalam diri seseorang atau ada sesuatu yang hendak dicapai. Kebutuhan yang dimaksudkan adalah kebutuhan yang bersifat fisiologis dan psikis. A.H. Maslow mengemukakan tingkatan-tingkatan motif menurut urutan urgensinya yakni (1) kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan rasa aman, (3) kebutuhan untuk dicintai dan disayangi, (4) kebutuhan untuk dihargai, dan (5) kebutuhan untuk aktualisasi diri (Irwanto, 1989:205). Dengan melihat hirarki kebutuhan maka perlu ditekankan bahwa setiap tingkat di atas hanya dapat dicapai bila tingkat motivasi di bawahnya dipenuhi. Bila guru menginginkan siswanya belajar dengan baik, maka harus dipenuhi tingkat yang terendah sampai yang tertinggi. Anak yang lapar, merasa tidak aman, tidak dikasihani, tidak diterima sebagai anggota masyarakat, goncang harga dirinya, tentu tidak akan dapat belajar dengan baik. Dari sekian banyak motivasi yang berperan dalam kehidupan manusia, motivasi berprestasi memegang peranan penting. Motivasi berkaitan erat dengan usaha untuk mencapai prestasi, tujuan dari motivasi adalah sukses dalam setiap kompetisi (Richard de Charms, 1976:8). Motivasi berprestasi adalah suatu keinginan untuk menyelesaikan pekerjaan yang menantang. Orang yang memiliki motivasi berprestasi bekerja secara mandiri, cepat, dan senang berkompetisi. (Klein, 1983:353) Menurut Mc. Clelland yang dikutip oleh Galloway (1976:256), "setiap manusia mempunyai kebutuhan untuk berprestasi". Untuk memenuhi kebutuhan itu manusia berusaha mencapainya dengan bermacam-macam cara. Cara yang sering dilakukan adalah belajar. Dengan belajar siswa akan memperoleh berbagai kemampuan sehingga 6 siswa akan mencapai keberhasilan tertentu. Dengan kata lai, intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
Hakikat Peran Peran orangtua sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Menurut Nursito (2002:39) mutu pendidikan di Indonesia ini rendah karena peranserta masyarakat, khususnya orangtua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan sangat minim. Banyak ahli menyatakan bahwa orangtua merupakan pendidik yang pertama dan utama. Menurut Drost (1998:58), pendidikan merupakan tanggung jawab orangtua, masyarakat, dan sekolah. Orangtua adalah yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan. Dengan demikian orangtua adalah pendidik pertama dan utama. Berikutnya menurut Idris, (1992:34-35), orang dewasa yang mempunyai tanggung jawab terhadap anak terutama adalah orangtua. Peran orangtua tersebut disebut pendidik. Pendidik yang pertama dan utama adalah orangtua. Peran orangtua sebagai pendidik antara lain diwujudkan dalam mencintai dan mendorong anak. Selanjutnya Suharyono (2001:3) berpendapat bahwa tugas utama mencerdaskan anak tetaplah ada pada orangtua. Kesadaran bahwa tugas utama mencerdaskan anak adalah tugas orangtua, maka orangtua akan memberikan pengaruh positif dalam pembentukan tanggung jawab dan pengkondisian lingkungan keluarga untuk mewujudkan anak-anak cerdas. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa orangtua merupakan pendidik yang pertama dan utama. Dikatakan pertama karena sejak anak masih ada dalam kandungan dan lahir berada dalam keluarga. Dikatakan utama karena keluarga merupakan lingkungan yang sangat penting dalam proses pendidikan untuk membentuk pribadi yang utuh. Drost (1999:22) memberikan uraian yang termasuk tanggung jawab orangtua dalam membentuk anak mereka, yakni (1) mencintai dan memberikan perhatian, (2) melindungi, dan (3) membimbing. Selanjutnya Sylvia (1997:56) menyatakan bahwa model orangtua yang baik merupakan faktor penting dalam pencapaian prestasi. Orangtua yang senang terhadap prestasi merupakan model yang penting bagi anak. Senang berprestasi tersebut diwujudkan dalam bentuk penghargaan terhadap pendidikam. 7 William J . Goode (1985), seorang sosiolog pendidikan mengemukakan bahwa keberhasilan atau prestasi yang dicapai siswa memperlihatkan keberhasilan orangtua yang ditunjukkan dalam bentuk perannya dalam memberi perhatian terhadap kegiatan belajar anak di sekolah dan menekankan arti pentingnya pencapaian prestasi (Endah Prameswari, 1999:67-68)
Hakikat Prestasi Belajar Prestasi belajar menurut kamus umum ilmu pengetahuan adalah tingkat hasil yang diperoleh pada saat sekarang terhadap suatu bidang yang dipelajari (Dagon, M. Save, 1997:886). Definisi mengenai prestasi belajar banyak dirumuskan oleh para ahli. Menurut Utami, prestasi merupakan perwujudan dari bakat, kemampuan serta merupakan ukuran keberhasilan seseorang dalam belajar (Utami Munandar, 1987:35). Prestasi belajar menurut Gagne adalah kapabilitas yang dihasilkan dari kegiatan belajar yakni berupa ketrampilan, pengetahuan, sikap dan seperangkat nilai-nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (1) stimulus yang berasal dari lingkungan, dan (2) proses kognitif yang dilakukan oleh siswa (Dimyati, 1999:10). Selanjutnya Piaget berpendapat bahwa prestasi belajar adalah pengetahuan yang dibentuk oleh individu melalui interaksi terus menerus dengan lingkungan (Dimyati, 1999:13-14). Harefa (36-37) berpendapat bahwa siswa berprestasi atau berhasil dalam proses belajar jika siswa tersebut; (1) siap hidup, yang berarti beriman dan bermoral. (2) siap belajar, yang berarti berilmu pengetahuan, (3) siap pakai, yang berarti berketrampilan, dan (3) siap bergaul dengan masyarakat artinya memiliki kepedulian terhadap sesama. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan perwujudan keberhasilan siswa setelah siswa tersebut melakukan perbuatan belajar. Hasil belajar tersebut oleh Gagne disebutkan ada lima kemampuan yang dapat ditampilkan seseorang yakni (1) informasi verbal, (2) kemahiran intelektual, (3) pengaturan kegiatan kognitif, (4) keterampilan motorik, dan (5) sikap. (Winkel, 1996:98). Muhibbin (1995:150) berpendapat bahwa pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Ranah yang dimaksudkan adalah ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. 8 Mengukur keberhasilan siswa yang berdimensi kognitif, afektif dan psikomotorik dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis, tes lisan maupun perbuatan untuk selanjutnya dilakukan penilaian terhadap tes-tes tersebut. Penilaian dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan prestasi belajar siswa, sebab penilaian dapat berfungsi sebagai seleksi, diagnose, penempatan, dan pengukuran keberhasilan (Suharsini Arikunto, 1984:9).Pada umumnya penilaian terhadap prestasi belajar siswa mencakup tiga aspek yakni (1) aspek kognitif, (2) aspek psikomotorik, dan (3) aspek afektif. Ketiga aspek tersebut dituangkan dalam bentuk nilai yang dituliskan pada rapor.
Metodologi Penelitian Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi korelasi yang ingin mengetahui pengaruh motivasi berprestasi dan peran orangtua sebagai independen variabel. Pengaruh tersebut digambarkan pada berikut.
Bagan 1 Pengaruh Variabel Independen dengan Variabel Dependen.
Y
X1 =Motivasi berprestasi X2 =Peran orangtua Y =Prestasi belajar.
9 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Penelitian Populasi penelitian adalah 640 siswa yang duduk di kelas I, II, dan III SMA Tarakanita I, di J akarta, Tahun Ajaran 2001/2002.
Sampel Penelitian Dari populasi tersebut diambil 82 siswa secara purposif untuk dijadikan sebagai sampel penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan memperhatikan sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri-ciri populasi, subyek yang peneliti ambil benar merupakan subyek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan variabel penelitian yang telah disebut, terdapat tiga jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data motivasi berprestasi, data peran orangtua, dan data prestasi belajar siswa. Ada dua cara yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu survei dan studi dokumen. Survei dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden untuk diisi. Sedangkan studi dokumen berupa dokumen nilai rapor dilakukan untuk melihat prestasi belajar siswa. Teknik pengumpulan data dan instrumen pengumpulan data serta sumber informasi dapat dilihat pada Tabel berikut: 10 Tabel 1 Kisi-Kisi Instrumen No Variabel Indikator Teknik Pengumpu lan Data Instrumen Nomor Item Responden (Sumber Informasi) 1
2.
3.
Motivasi berpresta si
Peran Orangtua
Prestasi Belajar
Senang mengerjakan tugas yang menantang
Bekerja secara cepat
Bekerja secara mandiri
Senang berkompetisi
a.Perhatian terhadap kegiatan belajar
b.Menekankan pentingnya pencapaian prestasi belajar
Nilai Rapor
Survey
Survey
Survey
Survey
Survey
Survey
Lihat dokumen
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Daftar Nilai Siswa
1, 2, 3 ,4, 5
6, 7, 8, 9, 10
11, 12, 13, 14, 15
16, 17, 18, 19, 20.
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,8,9,10.
11,12,13,14, 15,16,17,18, 19, 20
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
Guru Wali kelas nilai rapor
Alat Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan instrumen berupa kuesioner yang mencakup tentang motivasi berprestasi dan peran orangtua. Sedangkan untuk prestasi belajar menggunakan daftar nilai.
11 Instrumen Pengumpulan Data Penelitian ini mengunakan instrumen yang disusun sendiri dalam bentuk kuesioner/angket dengan menggunakan skala Likert. Pernyataan atau pertanyaan disusun sebanyak 20 item untuk menjaring informasi yang berhubungan dengan motivasi berprestasi dan sebanyak 20 item untuk menjaring informasi yang berhubungan dengan peran orangtua.
Instrumen Penelitian Motivasi Berprestasi Pengembangan instrumen motivasi berprestasi yang dirancang mengacu pada indikator seperti terlihat pada matriks berikuti. Dari indikator tersebut disusun sebanyak 20 item pertanyaan atau pernyataan.
Tabel 2 Sasaran Butir-Butir Pernyataan untuk Mengukur Variabel Motivasi Berprestasi.
No. Indikator-indikator Pernyataan J umlah 1. 2. 3. 4. Senang mengerjakan tugas yang menantang Bekerja secara cepat Bekerja secara mandiri Senang berkompetisi 1, 2, 3, 4, 5 6, 7, 8, 9, 10 11, 12, 13, 14, 15 16, 17, 18, 19, 20 5 5 5 5 J umlah 20 20
Instrumen Penelitian Peran Orangtua Pengembangan instrumen peran orangtua yang dirancang mengacu pada indikator seperti terlihat pada matriks di bawah ini. Dari indikator tersebut disusun sebanyak 20 buah pertanyaan atau pernyataan.
Tabel 3. Sasaran Butir-Butir Pernyataan untuk Mengukur Variabel Peran Orangtua No Indikator-indikator Pernyataan J umlah 1.
Perhatian terhadap kegiatan belajar anak di sekolah. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 10
Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan prosedur sebagai berikut. Meminta izin kepada Kepala Sekolah untuk melakukan penelitian. Setelah mendapatkan izin, peneliti dibantu 2 orang guru memberikan kuesioner kepada siswa. Kuesioner beserta lembar jawaban yang sudah selesai dikerjakan dikumpulkan pada guru. Peneliti secara langsung meminta data nilai rapor melalui kepala sekolah.
Prosedur Pengolahan Data dan Analisis Data Untuk memudahkan dalam pengolahan data, penulis melakukan prosedur pengolahan data sebagai berikut.
Prosedur Pengolahan Data Mengumpulkan semua lembar jawaban kuesioner yang telah diisi responden Memberikan skor jawaban kuesioner. 1 = sangat tidak setuju 2 = tidak setuju 3 = setuju 4 = sangat setuju
Skor untuk setiap butir pertanyaan adalah satu sampai dengan empat. Oleh karena jumlah butir pertanyaan adalah 20 item, maka jumlah skor tertinggi setiap responden adalah 4 x 20 =80, sedang skor terendah adalah 20.
Analisis Data Penelitian ini menggunakan analisis korelasi sederhana yaitu suatu teknik untuk menentukan kuat lemahnya pengaruh antara variabel. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel independen dan satu variabel dependen, yang pengaruhnya terlihat pada bagan berikut. 13 Bagan 2 Pengaruh Antar-Variabel Penelitian
RX1X2Y
Keterangan: X1 = variabel motivasi berprestasi X2 = variabel peran Y = variabel prestasi belajar Ryx1 = garis yang menunjukkan hubungan antara variabel motivasi berprestasi dengan prestasi belajar. Ryx2 = garis yang menunjukkan hubungan antara variabel peran orang tua dengan prestasi belajar. Ryx1x2 = garis yang menunjukkan bahwa variabel motivasi berprestasi dan variabel peran orangtua secara bersama-sama mempengaruhi variabel prestasi belajar.
Korelasi Product Moment Untuk menguji ada atau tidaknya hubungan antara x1 dengan y, x2, dengan y dan x1 dengan x2 teknik korelasi yang digunakan adalah Korelasi Product Moment (Sanapiah, 1999:225) dengan rumus sebagai berikut:
nxy ( x). ( y ) Rxy = {n x2( x 2)}{ny2 (y2)}
X 1 X 1 +X 2
X 2
Y 14 Keterangan: Rxy = koefisien korelasi r x = skor dalam distribusi variabel x y = skor dalam distribusi variabel y n = banyaknya pasangan skor x dan y (banyaknya subyek) Untuk memberikan interprestasi kuatnya pengaruh hubungan, digunakan pedoman:
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 0,199 Sangat lemah 0,20 0,399 Lemah 0,40 0,599 Sedang 0,60 0,799 Kuat 0,80 0,1000 Sangat kuat
Koefisien Korelasi Ganda (Jamak) Untuk menguji ada tidaknya hubungan antara x1 dan x2 secara bersama-sama dengan Y, teknik korelasi yang digunakan adalah Koefisien Korelasi Ganda dengan rumus sebagai berikut:
Rx1x2y = r2x1y +r2x2y 2rx1yrx2yrx1x2 1-r2x1x2 rx1y = Koefisien Korelasi antara x1 dan y rx2y = koefisien korelasi antara x2 dan y rx1x2 = koefisien korelasi antara x1 dan x2
Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Untuk melihat signifikansi korelasi yang didapat antara x 1 dengan Y, dan x 2
dengan y, dan x 1 dengan x 2 digunakan rumus uji signifikansi korelasi product momen sebagai berikut: 15 r ( n-2 ) T = 1-r 2
Untuk menguji signifikansi koefisien korelasi ganda digunakan rumus sebagai berikut: R 2
k F = (1-R 2 )
R = koefisien korelasi ganda K = jumlah variabel F = F hitung yang dikonsultasikan dengan F tabel F tabel dicari pada F tabel, F dengan didasarkan dk =k, dk penyebut (n-k-1) dari taraf yang ditetapkan 5% dengan ketentuan bila F hitung >F tabel, maka koefisien korelasi ganda yang di uji adalah signifikan yang dapat diberlakukan untuk seluruh populasi.
Pembahasan dan Hasil Pembahasan dalam penelitian ini akan diawali dengan data demografi responden dan selanjutnya disajikan hasil yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian. Pembahasan Data Demografi Responden J umlah seluruh siswa kelas I, II dan III SMA Tarakanita 1 yang dijadikan populasi penelitian adalah 640 siswa. Selanjutnya yang dijadikan sampel penelitian berjumlah 82 siswa, yang diambil secara purposif. Untuk lebih jelasnya rincian data responden dapat dilihat pada Tabel 4.
16 Tabel 4. Data Usia Responden Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002 No Usia J umlah Persentase 1 2 3 15 tahun 16 tahun 17 tahun 32 29 21 39 % 35 % 26 % J umlah 82 100 % Sumber: Data Primer SMA Tarakanita I
Dari data tersebut terlihat bahwa pada umumnya usia siswa sesuai dengan jenjang pendidikannya atau bahkan di bawah usia yang seharusnya. Hal ini menunjukkan ketepatan dan kecepatan masa studi.
Tabel 5 Data Responden Menurut Daerah Asal Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002
Daerah Asal J umlah Persentase J akarta Selatan 53 64% J akarta Pusat 8 10% J akarta Barat 4 5% J akarta Timur 8 10% Lain-lain 9 11% J umlah 82 100% Sumber: Data Primer SMA Tarakanita I
Dari tabel 5 di atas dapat dilihat rincian daerah asal responden, yaitu: 53 siswa atau 64% berasal dari J akarta Selatan, 8 siswa atau 10% berasal dari J akarta Pusat, 4 siswa atau 5% berasal dari J akarta Barat, 8 siswa atau 10% berasal dari J akarta Timur dan 9 siswa atau 11% berasal dari luar J akarta. Uraian ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berasal dari J akarta dan sebagian kecil berasal dari luar J akarta. 17 Tabel 6 Data Responden Menurut Kewarganegaraan Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002
Kewarganegaraan J umlah Persentase WNI Pribumi 63 77% WNI Keturunan 19 23% J umlah 82 100% Sumber: Data Primer SMA Tarakanita I
Dari tabel 6 di atas dapat dilihat kewarganegaraan responden dengan rincian: 63 siswa atau 77% WNI pribumi, dan 19 siswa atau 23% WNI keturunan.
Tabel 7 Latar Belakang Pendidikan Orangtua Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002
No Pendidikan J umlah Presentase
1 2 3 4 5 6
S3 S2 S1 D3 SLTA SLTP
2 8 45 14 11 2
2 % 10 % 55 % 17 % 13 % 3 % J umlah 82 100 % Sumber: Data Primer SMA Tarakanita I
Dari tabel 7 terlihat bahwa pada umumnya latar belakang pendidikan orangtua siswa adalah strata satu dengan persentase 55%, strata dua 10% dan strata tiga 2%. Hal ini menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan orangtua cukup tinggi. Selanjutnya akan dipaparkan juga keadaan status sosial ekonomi orangtua seperti terlihat pada tabel 8. 18 Tabel 8 Keadaan Status Sosial Ekonomi Orangtua Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002
No Pekerjaan J umlah Persentase 1 2 3 4 5 Pegawai Negeri TNI/POLRI Pegawai Swasta Pengusaha /Wiraswasta Lain-lain 18 5 39 18 2 22 % 6 % 48 % 22 % 2 % J umlah 82 100% Sumber: Data Primer SMA Tarakanita I
Dari data tersebut terlihat bahwa pada umumnya status sosial orangtua siswa berasal dari kalangan menengah ke atas, dengan jenis pekerjaan yang jelas dan penghasilan yang memadai.
Distribusi Perolehan Skor Untuk mengawali penyajian hasil, akan disajikan nilai total dari tiga variabel, yaitu motivasi berprestasi, kebiasaan belajar, dan prestasi belajar.
Tabel 9 Distribusi Perolehan Skor Motivasi Berprestasi Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002
Interval Frekuensi Persentase
45 - 53 54 - 62 63 - 71 72 - 80 81 - 89
- 2 15 47 13
- 3 % 18 % 57 % 16 % 19 90 - 98 99 - 107 5 - 6 % - J umlah 82 100% Sumber: Data Distribusi Perolehan Skor Motivasi Berprestasi. Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002
Distribusi Nilai Motivasi Berprestasi Data motivasi berprestasi dari 82 responden yang terlihat pada tabel 9. menunjukkan nilai yang cukup bervariasi. Nilai terendah 54 dan nilai tertinggi 98. Dan yang mendapat nilai dengan interval 54 sampai 62 sejumlah 2 orang atau 3%, interval 63 sampai 71 sejumlah 15 orang atau 18%, interval 72 sampai 80 sejumlah 47 orang atau 57%, interval 81 sampai 89 sejumlah 13 orang atau 16%, dan interval 90 sampai 98 sejumlah 5 orang atau 6%.
Tabel 10 Distribusi Perolehan Skor Peran Orangtua Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002
Distribusi Nilai Peran Orangtua Data peran orangtua dari 82 responden yang terlihat pada tabel 10. menunjukkan nilai yang cukup bervariasi. Nilai terendah 45 dan nilai tertinggi 89. Dari data tersebut 20 yang mendapat nilai dengan interval 45 sampai 53 sejumlah 6 orang atau 7%, interval 54 sampai 62 sejumlah 30 orang atau 37%, interval 63 sampai 71 sejumlah 31 orang atau 38%, interval 72 sampai 80 sejumlah 13 orang atau 16%, dan interval 81 sampai 89 sejumlah 2 peserta atau 2%. Tabel 11 Distribusi Perolehan Skor Prestasi Belajar Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002
- - - 18 % 49 % 27 % 6 % J umlah 82 100% Sumber: Data Distribusi Perolehan Skor Prestasi Belajar. Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002
Distribusi Nilai Prestasi Belajar Data prestasi belajar dari 82 responden yang terlihat pada tabel 11 menunjukkan nilai yang cukup bervariasi. Nilai terendah 72 dan nilai tertinggi 107. Dan yang mendapat nilai dengan interval 72 sampai 80 sejumlah 15 orang atau 18%, interval 81 sampai 89 sejumlah 40 orang atau 49%, interval 90 sampai 98 sejumlah 22 orang atau 27%, dan interval 99 sampai 107 sejumlah 5 orang atau 6%.
Hasil Perhitungan Korelasi antara Motivasi Berprestasi dan Peran Orangtua dengan Prestasi Belajar
Peran Orangtua (X 2) dengan Prestasi Belajar ( Y), Motivasi Berprestasi (X 1) dengan Peran Orangtua (X 2) dapat dilihat pada tabel berikut.
Hasil Korelasi antara Motivasi Berprestasi dan Peran Orangtua dengan Prestasi Belajar
Tabel 13. Hasil Korelasi antara Motivasi Berprestasi dan Peran Orangtua dengan Prestasi Belajar Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002
Model Variabel Entered Variabel Removed Method 1
, MOTIVASIa .
Enter
All requested variables entered Sumber: hasil olahan SPSS
Dependent Variable: PRESTASI
22 Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .046a .002 -.023 7.4832 Sumber: hasil olahan SPSS
Model Summaryb Mode l Change Statistic Durbin-Watson R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1 .002 .085 2 79 .919 1.678 Predictor: (Constant ), ORANGTUA, MOTIVASI Dependent Variable : PRESTASI Sumber: hasil olahan SPSS
Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar Hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar didapat angka korelasi positif, yaitu 0.040. Ini berarti semakin tinggi motivasi berprestasi, maka prestasi belajar cenderung semakin tinggi; dan sebaliknya semakin tinggi prestasi belajar, maka motivasi cenderung semakin tinggi. Besar korelasi 0,040 bararti lebih kecil 0,5. Dengan demikian motivasi berprestasi berkorelasi lemah dengan prestasi belajar. Nilai probabilitas yang diperoleh sebesar 0,720 yang berarti lebih besar dari 0.05 sehingga korelasi antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar tidak signifikan.
Hubungan antara Peran Orangtua dengan Prestasi Belajar Hubungan antara peran orangtua dengan prestasi belajar didapat angka korelasi negatif yaitu -0,020. Hal ini berarti semakin tinggi peran orangtua, maka prestasi belajar cenderung semakin rendah; dan sebaliknya semakin tinggi prestasi belajar maka peran orangtua cenderung semakin rendah pula. Besar korelasi -0,020 berarti lebih kecil dari 0,5. Dengan demikian peran orangtua berkorelasi lemah dengan prestasi belajar. Nilai probabilitas yang diperoleh 0,856 yang 23 berarti lebih besar dari 0,05 sehingga korelasi antara peran orangtua dengan prestasi belajar tidak signifikan.
Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Peran Orangtua Hubungan antara motivasi berprestasi dengan peran orangtua didapat angka korelasi positif yaitu 0,065. Hal ini berarti semakin tinggi motivasi berpretasi maka peran orangtua cenderung semakin tinggi; dan sebaliknya semakin tinggi motivasi berprestasi maka peran orangtua cenderung semakin tinggi. Besar korelasi 0,065 berarti lebih kecil dari 0,5. Dengan demikian motivasi berprestasi berkorelasi lemah dengan peran orangtua. Nilai probabilitas yang diperoleh 0,562 yang berarti lebih besar dari 0,05 sehingga korelasi antara motivasi berprestasi dengan peran orangtua tidak signifikan.
Hubungan antara Motivasi Berprestasi dan Peran Orangtua dengan Prestasi Belajar Ditemukan bahwa terdapat korelasi yang positif antara motivasi berprestasi dan peran orangtua dengan prestasi belajar berarti semakin tinggi motivasi berprestasi dan peran orangtua, maka prestasi belajar cenderung makin tinggi pula. Hasil korelasi 0,046 lebih kecil dari 0,5 berarti motivasi berprestasi dan peran orangtua berkorelasi lemah dengan prestasi belajar. Nilai probabilitas yang diperoleh sebesar 0,919 yang berarti lebih besar dari 0,05 sehingga korelasi antara motivasi berprestasi dan peran orangtua dengan prestasi belajar dinyatakan tidak signifikan.
Hasil Hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar dari hasil temuan menunjukkan korelasi yang lemah dan tidak signifikan. Hal ini berarti di samping motivasi berprestasi ada faktor-faktor lain yang berperan dalam mencapai prestasi belajar. Faktor-faktor tersebut antara lain lingkungan belajar yang kondusif, peran guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran, sarana prasarana pembelajaran yang memadai. Hubungan antara peran orangtua dengan prestasi belajar dari hasil temuan menunjukkan korelasi yang lemah dan tidak signifikan. Hal ini berarti siswa yang berprestasi tinggi cenderung tidak mencerminkan besarnya peran orangtua. Peran 24 orangtua terhadap siswa usia SLTA cenderung lebih kecil dibandingkan terhadap siswa usia SLTP apalagi usia SD dan TK. Ini juga menunjukkan kemandirian siswa SLTA dalam pencapaian prestasi belajar serta tanggung jawab terhadap belajar lebih besar dibandingkan dengan siswa di jenjang yang lebih rendah. Pencapaian prestasi belajar bukan pertama-tama karena peran orangtua namun juga disebabkan faktor intelegensi, kesehatan, adanya cita-cita dan harapan. Hubungan antara motivasi berprestasi dengan peran orangtua dari hasil temuan menunjukkan korelasi yang lemah dan tidak signifikan. Hal ini berarti siswa yang memiliki motivasi berprestasi cenderung tidak menunjukkan besarnya peran orangtua. Motivasi berprestasi merupakan faktor internal yang ada dalam diri siswa dan besar kecilnya motivasi berprestasi siswa bukan saja disebabkan karena peran orangtua, namun banyak faktor-faktor lain yang ikut berpengaruh seperti, faktor lingkungan, strategi pembelajaran, media atau sarana prasarana, pendekatan kurikulum. Hubungan secara bersama-sama antara motivasi berprestasi dan peran orangtua dengan prestasi belajar menunjukkan korelasi yang lemah. Temuan ini menunjukkan bahwa selain motivasi berprestasi dan peran orangtua ada faktor lain mempengaruhi keberhasilan prestasi belajar. Hasil penelitian prestasi belajar berdasarkan pengkajian dokumen yakni nilai rapor menunjukkan prestasi belajar yang baik. Keberhasilan pencapaian prestasi belajar tersebut tentu dipengaruhi faktor-faktor lain, antara lain, faktor peran guru dalam peningkatan kualitas pembelajaran, metode, strategi, sarana prasarana belajar, intelegensi ataupun kemampuan siswa, dan kurikulum.
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Dari temuan dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar menunjukkan angka korelasi positif dan lemah yaitu 0,040 dan dari hasil uji signifikan menunjukkan angka 0,720 yang berarti tidak signifikan. Hubungan antara peran orangtua dengan prestasi belajar menunjukkan angka korelasi negatif dan lemah yaitu -0,020 dan dari hasil uji siqnifikan menunjukkan angka 0,856 yang berarti tidak signifikan. Hubungan antara motivasi berprestasi dan peran orangtua menunjukkan angka korelasi positif dan lemah yaitu 0,065 dan dari hasil uji siqnifikan menunjukkan angka 0,562 yang berarti tidak signifikan. 25 Hubungan antara motivasi berprestasi dengan peran orangtua secara sama-sama dengan prestasi belajar menunjukkan angka korelasi positif dan lemah yaitu 0,046 dan dari hasil uji signifikan menunjukkan angka 0.919 yang berarti tidak signifikan.
Saran Motivasi berprestasi memegang peranan penting dalam pencapaian prestasi belajar, meskipun banyak faktor lain juga berpengaruh. Oleh karena itu, baik guru maupun orangtua berupaya memupuk dan meningkatkan motivasi berprestasi siswanya. Selain meningkatkan motivasi berprestasi, perlunya ditunjang lingkungan belajar yang kondusif, serta terpenuhinya sarana prasarana yang memadai untuk meningkatkan prestasi belajar. Diharapkan dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan membandingkan sekolah satu dan yang lain dalam kondisi yang berbeda. Kajian tersebut akan mampu memberi konfirmasi ataupun perbaikan terhadap temuan dari penelitian ini. Penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda dari penelitian yang pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan sampel yang lebih bervariasi. Penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan kajian korelasi prestasi belajar dengan faktor-faktor lain misalnya peran guru, metode, sarana prasarana, kurikulum.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. dan Supriyono, Widodo. 1990. Psikologi Belajar. J akarta: PT Rineka Cipta. Andrias Harefa. 2001. Pembelajaran di Era Serba Otonomi. Kompas.
A.M., Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. J akarta: PT Raja Grafindo Persada.
Arikunto, S. 1984. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. J akarta: Bina Aksara
Charms, R.D., 1976. Enchancing Motivation.New York: Irvington Publiser, Inc.
Dagun, Save. M. 1997. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. J akarta : Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara (LPKN).
Dimyati, dan Mudjiono. 1990. Belajar dan Pembelajaran. J akarta: PT Rineka Cipta.
Dimyati Mahmud, M. 1990. Psikologi Suatu Pengantar. J akarta: BPFF. 26 Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. J akarta: Rineka Cipta.
Drost, S.J ., J .I.M. 1998. Sekolah Mengajar atau Mendidik. Yogyakarta: Kanisius.
___________. 1999. Proses Pembelajaran Sebagai Proses Pendidikan. J akarta: Grasindo.
Galloway, C. 1976. Psycology For Learning and Teaching. New York: Mc.Grow Hill.
Handoko, M.T., 1998. Klarifikasi Nilai Sebagai Pendekatan Alternatif Bagi Terapi Peningkatan Motivasi Belajar. Semarang: Universitas Katolik Soegiopranato
Ibrahim, R. dan Nana Syaodih S. 1996. Perencanaan Pengajaran. J akarta: Rineka Cipta.