You are on page 1of 33

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Masalah kekurangan konsumsi pangan bukanlah hal baru, namun masalah ini tetap aktual terutama di negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia. Kehidupan manusia tak dapat dipisahkan dari masalah kekurangan konsumsi pangan , sehingga kita sering menemukan ketidak mampuan masyarakat dalam hal pengelolaan makanan yang baik sesuai dengan standar gizi kesehatan. Salah satu upaya yang mempunyai dampak cukup penting terhadap peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah peningkatan status gizi yang merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup dan produktivitas kerja. Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) khususnya Gondok telah lama dikenal di Indonesia.Hal ini terlihat dari adanya patung-patung tokoh pewayangan yang ditampilkan dengan leher yang membesar karena Gondok.Tidak hanya dalam pewayangan dalam kehidupan nyatapun di beberapa daerah dengan mudah dapat di jumpai penderita Gondok. Gangguan akibat kekurangan iodium (iodine deficiency disorder) adalah gangguan tubuh yang disebabkan oleh kekurangan iodium sehingga tubuh tidak dapat menghasilkan hormon tiroid. Kekurangan hormon tiroid mengakibatkan timbul gondok, hipotiroid, kretin, gangguan reproduksi, kematian bayi dan keterbelakangan mental. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah sekumpulan gejala atau kelainan yang ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan iodium secara terus menerus dalam waktu yang lama yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup (manusia dan hewan) (DepKes RI, 1996). Masalah GAKI merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup luas di dunia. Di Indonesia GAKI dewasa ini menjadi masalah nasional, karena berkaitan dengan penurunan kualitas sumber daya manusia, yang akhirnya akan menghambat tujuan pembangunan nasional. Diperkirakan 140 juta IQ point hilang akibat kekurangan yodium, karena 42 juta penduduk hidup di daerah endemik, 10 juta

diantaranya menderita gondok, 3,5 juta menderita GAKY lain, dan terdapat 9000 bayi kretin di daerah-daerah tersebut. Tingkat endemisitas GAKI di Indonesia (1998) tersebut melibatkan 334 (8,4%) kecamatan termasuk dalam endemic berat, 278 (7,0%) kecamatan termasuk endemik sedang, 1.167 (29,9%) termasuk endemik riingan dan 2.184 (54,7%) termasuk pada daerah yang tergolong tidak endemik. Pada awalnya, masalah GAKI hanya ditanggapi sebagai masalah gondok yang terjadi di daerah endemik (endemic goiter), yang kurang memberi tekanan pada dampak lain yang sebenarnya justru sangat merisaukan. Hal ini dapat dilihat dari spektrum yang luas seperti pada wanita hamil dapat menimbulkan abortus, sedangkan pada fetus dapat terjadi lahir mati, anomali kongenital, kematian angka perinatal dan bayi meningkat, terjadinya kretin neurologik, kretin miksedema, dan defek psikomotor. Dampak ini pada dasarnya melibatkan gangguan tumbuh kembang manusia sejak awal dalam perkembangan fisik maupun mental. Masa yang paling peka adalah masa pertumbuhan susunan saraf, masa pertumbuhan somatik, masa pertumbuhan linier yang terjadi pada masa kehamilan bagi seorang wanita. Dengan dampak yang luas tersebut, wajar bila pemerintah Indonesia memberikan perhatian yang cukup besar dan serius pada masalah GAKI, mengingat dampak negatif yang ditimbulkan oleh masa-lah ini diketahui secara langsung

mempengaruhi penurunan kualitas sumber daya manusia (Soeharyo dkk, 2002). WHO menyebutkan bahwa secara globaliodine deficiency is the single most important preventable cause of brain damage Dari berbagai deklarasi internasional dimana Indonesia juga ikut menandatangani, muncullah semboyan: Every child has the right to an adequate supply iodine to ensure his (or her) normal development for the unborn child Every mother has the right to an adequate iodine nutrition to ensure her unborn child experiences normal mental development Declarations from 1989, 1990, 1991, 1992

1.2 Rumusan Masalah Dengan melihat latar belakang yang telah diuraikan di atas tentang masalah

kekurangan konsumsi pangan yang merupakan salah satu permasalahan gizi yang

sangat serius, maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini yaitu membahas tentang Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI).

1.3 Tujuan Penulisan Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang manfaat iodium dan GAKI Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang GAKI dan

pencegahannya Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menggunakan garam beriodium untuk konsumsi sehari-hari

1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Manfaat Ilmiah Mini Project ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang gizi, yaitu manfaat dan akibat dari iodium. Disamping itu temuan ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi petugas kesehatan lainnya untuk penelitian lebih lanjut, atau hanya sebagai salah satu sumber rujukan.

1.4.2 Manfaat Praktis Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya pemberian garam beryodium. Menambah pengetahuan tentang berbagai penyakit gangguan akibat kekurangan yodium, bagaimana gangguan ini terjadi, dan cara penanggulangannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Iodium Iodium ditemukan pada tahun 1811 oleh Courtois. Iodium merupakan sebuah anion monovalen. Keberadaannya dalam tubuh mamalia hanya sebagai hormon tiroid. Hormon-hormon ini sangat penting selama pembentukan embrio dan untuk mengatur kecepatan metabolis dan produksi kalori atau energi disemua kehidupan. Jumlah iodium yang terdapat dalam makanan sebanyak jumlah ioda dan untuk sebagian kecil secara kovalen mengikat asam amino. Iodium diserap sangat cepat oleh usus dan oleh kelenjar tiroid di gunakan untuk memproduksi hormon thyroid. Saluran ekskresi utama iodium adalah melalui saluran kencing (urin) dan cara ini merupakan indikator utama pengukuran jumlah pemasukan dan status iodium. Tingkat ekskresi (status iodium) yang rendah (25 20 mg I/g creatin) menunjukan risiko kekurangan iodium dan bahkan tingkatan yang lebih rendah menunjukan risiko yang lebih berbahaya (Brody, 1999). Iodium merupakan mineral yang termasuk unsur gizi esensial walaupun jumlahnya sangat sedikit di dalam tubuh, yaitu hanya 0,00004% dari berat tubuh atau sekitar 15-23 mg. Itulah sebabnya iodium sering disebut sebagai mineral mikro atau trace element. Manusia tidak dapat membuat unsur iodium dalam tubuhnya seperti ia membuat protein atau gula. Manusia harus mendapatkan iodium dari luar tubuhnya (secara alamiah), yakni melalui serapan dari iodium yang terkandung dalam makanan dan minuman (Siswono, 2003). Kebutuhan tubuh akan iodium rata-rata mencapai 1-2 mikrogram per kilogram berat badan per hari. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi menganjurkan konsumsi iodium per hari berdasarkan kelompok umur. Sesungguhnya kebutuhan terhadap iodium sangat kecil, pada orang dewasa hanya 150 mikrogram (1 mikrogram = seperseribu miligram). Iodium diperlukan tubuh terutama untuk sintesis hormon tiroksin, yaitu suatu hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang sangat dibutuhkan untuk proses pertumbuhan, perkembangan, dan kecerdasan. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi dalam waktu lama, kelenjar tiroid akan membesar untuk menangkap iodium, yang lebih

banyak dari darah. Pembesaran kelenjar tiroid tersebutlah yang sehari-hari kita kenal sebagai penyakit gondok (Siswono, 2003). Menurut Ganong (1989) apabila mengkonsumsi iodium 500 mg/hari, hanya sebagian iodium (120 mg) yang masuk ke dalam kelenjar tiroid, dan dari kelenjar tiroid disekresikan sekitar 80 mg yang terdapat dalam T3 dan T4, yang merupakan hormon tiroid. Selanjutya T3 dan T4 mengalami metabolisme dalam hepar dan dalam jaringan lainnya. Sehingga dari hepar dikeluarkan sekitar 60 mg ke dalam cairan empedu, kemudian dikeluarkan ke dalam lumen usus dan sebagian mengalami sirkulasi yang lepas dari reabsorbsi akan diekskresikan bersama feses dan urin.

2.2. Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Tiroid Kelenjar tyroid terletak dibagian bawah leher, antara fascia koli media dan fascia prevertebralis. Didalamruang yang sama terletak trakhea, esofagus, pembuluh darah besar, dan syaraf. Kelenjar tyroid melekat pada trakhea sambil melingkarinya dua pertiga sampai tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar paratyroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tyroid (De Jong & Syamsuhidayat, 1998). Tyroid terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh istmus dan menutup cincin trakhea 2 dan 3. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada fasia pretrakhea sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan terangkatnya kelenjar kearah kranial. Sifat ini digunakan dalam klinik untuk menentukan apakah suatu bentukan di leher berhubungan dengan kelenjar tyroid atau tidak (Djokomoeljanto, 2001). Vaskularisasi kelenjar tyroid berasal dari a. Tiroidea Superior (cabang dari a. Karotis Eksterna) dan a. Tyroidea Inferior (cabang a. Subklavia). Setiap folikel lymfoid diselubungi oleh jala-jala kapiler, dan jala-jala limfatik, sedangkan sistem venanya berasal dari pleksus perifolikular (Djokomoeljanto, 2001). Nodus Lymfatikus tyroid berhubungan secara bebas dengan pleksus trakhealis yang kemudian ke arah nodus prelaring yang tepat di atas istmus, dan ke nl. Pretrakhealis dan nl. Paratrakhealis, sebagian lagi bermuara ke nl. Brakhiosefalika dan

ada yang langsung ke duktus thoraksikus. Hubungan ini penting untuk menduga penyebaran keganasan (Djokomoeljanto, 2001). Fisiologi Hormon Tyroid 1. Kelenjar tyroid menghasilkan hormon tyroid utama yaitu Tiroksin (T4). Bentuk aktif hormon ini adalah Triodotironin (T3), yang sebagian besar berasal dari konversi hormon T4 di perifer, dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh kelenjar tyroid. Iodida inorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon tyroid. Iodida inorganik mengalami oksidasi menjadi bentuk organik dan selanjutnya menjadi bagian dari tyrosin yang terdapat dalam tyroglobulin sebagai monoiodotirosin (MIT) atau diiodotyrosin (DIT). Senyawa DIT yang terbentuk dari MIT menghasilkan T3 atau T4 yang disimpan di dalam koloid kelenjar tyroid. Sebagian besar T4 dilepaskan ke sirkulasi, sedangkan sisanya tetap didalam kelenjar yang kemudian mengalami diiodinasi untuk selanjutnya menjalani daur ulang. Dalam sirkulasi, hormon tyroid terikat pada globulin, globulin pengikat tyroid (thyroid-binding globulin, TBG) atau prealbumin pengikat tiroksin (Thyroxine-binding pre-albumine, TPBA) (De Jong & Syamsuhidayat, 1998). 2. Sel tiroid adalah satu-satunya sel dalam tubuh manusia yang dapat menyerap iodin atau yodium yang diambil melalui pencernaan makanan. Iodin ini akan bergabung dengan asam amino tirosin yang kemudian akan diubah menjadi T3 (triiodotironin) dan T4 (triiodotiroksin). Dalam keadaan normal pengeluaran T4 sekitar 80% dan T3 15%. Sedangkan yang 5% adalah hormon-hormon lain seperti T2.

T3 dan T4 membantu sel mengubah oksigen dan kalori menjadi tenaga (ATP = adenosin tri fosfat). T3 bersifat lebih aktif daripada T4. T4 yang tidak aktif itu diubah menjadi T3 oleh enzim 5-deiodinase yang ada di dalam hati dan ginjal. Proses ini juga berlaku di organ-organ lain seperti hipotalamus yang berada di otak tengah. Hormon-hormon lain yang berkaitan dengan fungsi tiroid ialah TRH (thyroid releasing hormon) dan TSH (thyroid stimulating hormon). Hormon-hormon ini membentuk satu sistem aksis otak (hipotalamus dan pituitari)- kelenjar tiroid. TRH

dikeluarkan oleh hipotalamus

yang kemudian merangsang kelenjar pituitari

mengeluarkan TSH. TSH yang dihasilkan akan merangasang tiroid untuk mengeluarkan T3 dan T4. Oleh kerena itu hal yang mengganggu jalur di atas akan menyebabkan produksi T3 dan T4. Fungsi Hormon tiroid : 1. meningkatkan aktivitas metabolik seluler 2. hormon pertumbuhan, 3. mempengaruhi mekanisme tubuh yang spesifik (seperti pada metabolisme dan sistem kardiovaskular), serta mempengaruhi sekresi sebagian besar kelenjar endokrin lain.

2.3. Epidemiologi Sebagian besar iodium berada di samudera / lautan, karena iodium (melalui pencairan salju dan hujan) pada permukaan tanah, kemudian dibawa oleh angin, aliran sungai, dan banjir ke laut. Kondisi ini, terutama di daerah yang bergunung-gunung di seluruh dunia, walau dapat juga terjadi di lembah sungai. Iodium yang berada di tanah dan lautan dalam bentuk yodida. Ion yodida dioksidasi oleh sinar matahari menjadi elemen iodium yang sangat mudah menguap, sehingga setiap tahun kira-kira 400.000 ton iodium hilang dari permukaan laut. Kadar iodium dalam air laut kira-kira 50 mikrogram/liter, di udara kira-kira 0,7 mikrogram/meter kubik. Iodium yang berada dalam atmosfer akan kembali ke tanah melalui hujan, dengan kadar dalam rentang 1,8 - 8,5 mikrogram/liter. Siklus iodium tersebut terus berlangsung selama ini. Kembalinya iodium ke tanah sangat lambat dan dalam jumlah sedikit dibandingkan saat lepasnya. Proses ini akan berulang terus menerus sehingga tanah yang kekurangan iodium tersebut akan terus berkurang kadar iodiumnya. Di sini tidak ada koreksi alamiah, dan defisiensi iodium akan menetap. Akibatnya, populasi manusia dan hewan di daerah tersebut yang sepenuhnya tergantung pada makanan yang tumbuh di daerah tersebut akan menjadi kekurangan iodium Di Indonesia gondok sudah dikenal sejak jaman dahulu melalui tulisan tertua yang terdapat pada prasasti di Bangli, Bali. Gondok dilaporkan sering ditemukan di pulau Jawa dan luar Jawa. Sebelum jaman kemerdekaan banyak penelitian yang

mlaporkan gondok endemik di berbagai daerah baik di pulau jaw maupun di pulau Sumatera. Pada permulaaan tahun 1900 seorang dokter melaporkangondok endemik tinggi di Aceh. Pada ttahun 1922 dilaporkan bahwa pasien dari yang datang di poliklinik Alas Sumatera Utara 60% diantaranya menerita gondok. Di berbagai daerah dilaporkan gondok dengan prevalensi yang tinggi baik pada pria maupun wanita. Diantara anakanak usia 1-12 tahun banyak yang menderita kretin. Pemetaan gondok endemik pertama dilakukan oleh Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan pada tahun 1980-82 di 25 propinsi tidak termasuk DKI Jakarta dan Irian Jaya ( Papua). Prevalensi gondok endemik di banyak desa 80%, kretin lebih dari 10% dan di beberapa desa mencapai 15% merupakan angka yang tertinggi di dunia. Berdasar pemetaan ini diperkirakan 30 juta penduduk tinggal di daerah kekurangan iodium, l0 juta di antaranya menderita gondok, 750 kretin endemik dan 3,5 juta menderita Gaki lain. Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan masalah yang serius mengingat dampaknya secara langsung mempengaruhi kelangsungan hidup dan kulitas manusia. Kelompok masyarakat yang sangat rawan terhadap masalah dampak defisiensi iodium adalah wanita usia subur (WUS) ; ibu hamil ; anak balita dan anak usia sekolah (Jalal, 1998).

2.4. Etiologi dan Patogenesis Faktor Faktor yang berhubungan dengan masalah GAKI antara lain : Faktor Defisiensi Iodium dan Iodium Excess Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal ini disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman yang dikonsumsinya (Djokomoeldjanto, 1994). Hal ini dibuktikan oleh Marine dan Kimbell (1921) dengan pemberian iodium pada anak usia sekolah di Akron (Ohio) dapat menurunkan gradasi pembesaran kelenjar tiroid. Temuan lain oleh Dunn dan Van der Haal (1990) di Desa Jixian, Propinsi Heilongjian (Cina) dimana pemberian iodium antara tahun 1978 dan 1986 dapat menurunkan prevalensi gondok secara drastic dari 80 % (1978) menjadi 4,5 % (1986).

Iodium Excess terjadi apabila iodium yang dikonsumsi cukup besar secara terus menerus, seperti yang dialami oleh masyarakat di Hokaido (Jepang) yang mengkonsumsi ganggang laut dalam jumlah yang besar. Bila iodium dikonsumsi dalam dosis tinggi akan terjadi hambatan hormogenesis, khususnya iodinisasi tirosin dan proses coupling (Djokomoeldjanto, 1994). Faktor Geografis dan Non Geografis Menurut Djokomoeldjanto (1994) bahwa GAKI sangat erat hubungannya dengan letak geografis suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia gondok sering dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan pegunungan Kapur Selatan. Daerah yang biasanya mendapat suplai makanannya dari daerah lain sebagai penghasil pangan, seperti daerah pegunungan yang notabenenya merupakan daerah yang miskin kadar iodium dalam air dan tanahnya. Dalam jangka waktu yang lama namun pasti daerah tersebut akan mengalami defisiensi iodium atau daerah endemik iodium (Soegianto, 1996 dalam Koeswo, 1997). Faktor Bahan Pangan Goiterogenik Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok, namun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah satunya adalah bahan pangan yang bersifat goiterogenik (Djokomoeldjanto, 1974). Williams (1974) dari hasil risetnya mengatakan bahwa zat goiterogenik dalam bahan makanan yang dimakan setiap hari akan menyebabkan zat iodium dalam tubuh tidak berguna, karena zat goiterogenik tersebut merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang telah masuk ke dalam tubuh. Goiterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke bentuk organik sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat (Linder, 1992). Menurut Chapman (1982) goitrogen alami ada dalam jenis pangan seperti kelompok Sianida (daun + umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun ketela, kecipir, dan terung) ; kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro) ; kelompok

Isothiosianat (daun pepaya) dan kelompok Asam (jeruk nipis, belimbing wuluh dan cuka). Faktor Zat Gizi Lain Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap pembentukan hormon dari kelenjar thyroid terutama tahap transportasi hormon. Baik T3 maupun T4 terikat oleh protein dalam serum, hanya 0,3 % T4 dan 0,25 % T3 dalam keadaan bebas. Sehingga defisiensi protein akan menyebabkan tingginya T3 dan T4 bebas, dengan adanya mekanisme umpan balik pada TSH maka hormon dari kelenjar thyroid akhirnya menurun.

2.5. Macam-macam Gangguan Akibat Kekurangan Iodium 1. Pada Fetus Abortus Steel Birth Kelainan Kematian Perinatal Kretin Neuroligi Kretin Myxedematosa Defek Psikomotor

2. Pada Neonatal Hipotiroid Gondok Neonatal

3. Pada Anak dan Remaja Juvenile Hipothyroidesm Gondok Gangguan Fungsi Mental Gangguan Perkembangan Fisik Kretin Myxedematosa dan Neurologi

4. Pada Dewasa Gondok dan segala Komplikasinya Hipotiroid Gangguan Fungsi Mental

10

Klasifikasi Gondok 1. Grade 0 : Normal Dengan inspeksi tidak terlihat, baik datar maupun tengadah maksimal, dan dengan palpasi tidak teraba. 2. Grade IA Kelenjar Gondok tidak terlihat, baik datar maupun penderita tengadah maksimal, dan palpasi teraba lebih besar dari ruas terakhir ibu jari penderita. 3. Grade IB Kelenjar Gondok dengan inspeksi datar tidak terlihat, tetapi terlihat dengan tengadah maksimal dan dengan palpasi teraba lebih besar dari Grade IA. 4. Grade II Kelenjar Gondok dengan inspeksi terlihat dalam posisi datar dan dengan palpasi teraba lebih besar dari Grade IB. 5. Grade III Kelenjar Gondok cukup besar, dapat terlihat pada jarak 6 meter atau lebih.

Dampak kekuarangan iodium 1. Terhadap Pertumbuhan Pertumbuhan yang tidak normal. Pada keadaan yang parah terjadi kretinisme Keterlambatan perkembangan jiwa dan kecerdasan Tingkat kecerdasan yang rendah Mulut menganga dan lidah tampak dari luar

2. Kelangsungan Hidup Neonatus dan Ibu hamil Ketika kita bicara mengenai neonatus dan ibu hamil maka terbayang proses pertumbuhan fetus intrauterin, yang umumnya mengikuti satu pola. Perkembangan otak dan intelegensi tepat mutlak perlu untuk manifestasi yang sempurna di kemudian hari. Perkembangan fetus ibu hipotiroidisme primer yang hamil berbeda dengan perkembangan fetus ibu hipotiroidisme yang disebabkan karena defisiensi yodium.

11

Patofisiologi yang jelas dan tegas belum terbukti hingga sekarang. Sumbangan pengetahuan di atas tidak hanya penting untuk memahami dan mendalami peristiwa yang terjadi di daerah dengan defisiensi berat saja (dengan adanya sindrom GAKI, lebih-lebih mekanisme terjadinya kretin endemik baik miksudematosa maupun kretin tipe nervosa) tetapi juga penting untuk upaya pencegahan. Pada Janin Kekurangan yodium pada janin akibat Ibunya kekurangan yodium. Keadaan ini akan menyebabkan besarnya angka kejadian lahir mati, abortus, dan cacat bawaan, yang semuanya dapat dikurangi dengan pemberian yodium. Akibat lain yang lebih berat pada janin yang kekurangan yodium adalah kretin endemic. Kretin endemik ada dua tipe, yang banyak didapatkan adalah tipe nervosa, ditandai dengan retardasi mental, bisu tuli, dan kelumpuhan spastik pada kedua tungkai. Sebaliknya yang agak jarang terjadi adalah tipe hipotiroidisme yang ditandai dengan kekurangan hormon tiroid dan kerdil. Penelitian terakhir menunjukkan, transfer T4 dari ibu ke janin pada awal kehamilan sangat penting untuk perkembangan otak janin. Bilamana ibu kekurangan yodium sejak awal kehamilannya maka transfer T4 ke janin akan berkurang sebelum kelenjar tiroid janin berfungsi. Jadi perkembangan otak janin sangat tergantung pada hormon tiroid ibu pada trimester pertama kehamilan, bilamana ibu kekurangan yodium maka akan berakibat pada rendahnya kadar hormon tiroid pada ibu dan janin. Dalam trimester kedua dan ketiga kehamilan, janin sudah dapat membuat hormon tiroid sendiri, namun karena kekurangan yodium dalam masa ini maka juga akan berakibat pada kurangnya pembentukan hormon tiroid, sehingga berakibat hipotiroidisme pada janin.

Pada Saat Bayi Baru Lahir Yang sangat penting diketahui pada saat ini, adalah fungsi tiroid pada bayi baru lahir berhubungan erat dengan keadaan otak pada saat bayi tersebut lahir. Pada bayi baru lahir, otak baru mencapai sepertiga, kemudian terus berkembang dengan cepat sampai usia dua tahun. Hormon tiroid pembentukannya sangat tergantung pada kecukupan yodium, dan hormon ini sangat penting untuk perkembangan otak normal.

12

Di negara sedang berkembang dengan kekurangan yodium berat, penemuan kasus ini dapat dilakukan dengan mengambil darah dari pembuluh darah balik talipusat segera setelah bayi lahir untuk pemeriksaan kadar hormon T4 dan TSH. Disebut hipotiroidisme neonatal, bila didapatkan kadar T4 kurang dari 3 mg/dl dan TSH lebih dari 50 mU/mL. Pada daerah dengan kekurangan yodium yang sangat berat, lebih dari 50% penduduk mempunyai kadar yodium urin kurang dari 25 mg pergram kreatinin, kejadian hipotiroidisme neonatal sekitar 75-115 per 1000 kelahiran. Yang sangat mencolok, pada daerah yang kekurangan yodium ringan, kejadian gondok sangat rendah dan tidak ada kretin, angka kejadian hipotiroidisme neonatal turun menjadi 6 per 1000 kelahiran. Dari pengamatan ini disimpulkan, bila kekurangan yodium tidak dikoreksi maka hipotiroidisme akan menetap sejak bayi sampai masa anak. Ini berakibat pada retardasi perkembangan fisik dan mental, serta risiko kelainan mental sangat tinggi. Pada populasi di daerah kekurangan yodium berat ditandai dengan adanya penderita kretin yang sangat mencolok. Pada Masa Anak Penelitian pada anak sekolah yang tinggal di daerah kekurangan yodium menunjukkan prestasi sekolah dan IQ kurang dibandingkan dengan kelompok umur yang sama yang berasal dari daerah yang berkecukupan yodium. Dari sini dapat disimpulkan kekurangan yodium mengakibatkan keterampilan kognitif rendah. Semua penelitian yang dikerjakan di daerah kekurangan yodium memperkuat adanya bukti kekurangan yodium dapat menyebabkan kelainan otak yang berdimensi luas. Dalam penelitian tersebut juga ditegaskan, dengan pemberian koreksi yodium akan memperbaiki prestasi belajar anak sekolah. Faktor penentu kadar T3 otak dan T3 kelenjar hipofisis adalah kadar T4 dalam serum, bukan kadar T3 serum, sebaliknya terjadi pada hati, ginjal dan otot. Kadar T3 otak yang rendah, yang dapat dibuktikan pada tikus yang kekurangan yodium, didapatkan kadar T4 serum yang rendah, akan menjadi normal kembali bila dilakukan koreksi terhadap kekurangan yodiumnya. Keadaan ini disebut sebagai hipotiroidisme otak, yang akan menyebabkan bodoh dan lesu, hal ini merupakan tanda hipotiroidisme pada anak dan dewasa. Keadaan

13

lesu ini dapat kembali normal bila diberikan koreksi yodium, namun lain halnya bila keadaan yang terjadi di otak. Ini terjadi pada janin dan bayi yang otaknya masih dalam masa perkembangan, walaupun diberikan koreksi yodium otak tetap tidak dapat kembali normal. Pada Dewasa Pada orang dewasa, dapat terjadi gondok dengan segala komplikasinya, yang sering terjadi adalah hipotiroidisme, bodoh, dan hipertiroidisme. Karena adanya benjolan/modul pada kelenjar tiroid yang berfungsi autonom. Disamping efek tersebut, peningkatan ambilan kelenjar tiroid yang disebabkan oleh kekurangan yodium meningkatkan risiko terjadinya kanker kelenjar tiroid bila terkena radiasi. 3. Perkembangan Intelegensia Setiap penderita Gondok akan mengalami defisit IQ Point sebesar 5 Point dibawah normal. Terjadinya defisit IQ Point pada gilirannya akan berdampak pada program wajib belajar 9 tahun, karena banyak anak usia sekolah yang tidak dapat mengikuti pelajaran dan mengalami drop out. Setiap Penderita Kretinisme akan mengalami defisit sebesar 50 Point dibawah normal. Iodium diperlukan khususnya untuk biosintesis hormon tiroid yang beriodium.quot;; Iodium dalam makanan diubah menjadi iodida dan hampir secara sempurna iodida yang dikonsumsi diserap dari sistem gastrointestinal. Yodium sangat erat kaitannya dengan tingkat kecerdasan anak. Dampak yang ditimbulkan dari kekurangan konsumsi yodium yang berada dalamtubuh, akan sangat buruk akibatnya bagi kecerdasan anak, karena bisa menurunkan 11-13 nilai IQ anak.. Di antara penyakit akibat kekurangan iodium adalah gondok dan kretinisme. Ada dua tipe terjadinya kretinisme, yaitu kretinisme neurology seperti kekerdilan yang digolongkan dengan mental, kelumpuhan dan buta tuli. Ada pula kretinisme hipotiroid Lokasi dan struktur tiroid (gondok) di mana kelenjar tiroid yang terletak di bawah larynx sebelah kanan dan kiri depan trakea mengekskresi tiroksin, triiodotironin dan beberapa hormon beriodium lain yang dihubungkan dengan pertumbuhan yang kerdil dan retardasi mental yang lambat. Selama masa pertumbuhan dan perkembangan, kebutuhan tubuh akan yodium memang harus selalu dipenuhi.

14

Karena kalau tidak, hipotiroidisme akan terus mengancam. Baik bayi, anak, remaja, bahkan dewasa muda tetap mempunyai peluang terserang penyakit gondok, gangguan fungsi mental dan fisik, maupun kelainan pada system saraf. Semua penyakit dan berbagai kelainan lainnya yang disebabkan oleh defisiensi unsur kimia berlambang I ini , kini disebut dengan GAKI. Selain akan mempengaruhi tingkat kecerdasan anak, yang kita tahu selama ini, kekurangan yodium akan menyebabkan pembesaran kelenjar gondok. Padahal, banyak gangguan lain yang juga bisa muncul. Misalnya saja, kekurangan yodium yang dialami janin akan mengakibatkan keguguran maupun bayi lahir meninggal, atau meninggal beberapa saat setelah dilahirkan. Bahkan, tidak sedikit bayi yang terganggu perkembangan sistem sarafnya sehingga mempengaruhi kemampuan psikomotoriknya. 4. Pertumbuhan Sosial Dampak social yang ditimbulkan oleh GAKI berupa terjadinya gangguan perkembangan mental, lamban berpikir, kurang bergairah sehingga orang semacam ini sulit dididik dan di motivasi. 5. Perkembangan Ekonomi GAKI akan mengalami gangguan metabolisme sehingga badannya akan merasa dingin dan lesu sehingga akan berakibatnya rendahnya produktivitas kerja, yang akan mempengaruhi hasil pendapatan keluarga.

2.6. Pencegahan dan penanggulangan Kegiatan pencegahandan penaggulangan GAKI yang telah dilakukan oleh pemerintah meliputi komunikasi , informasi dan edukasi (KIE ) terhadap penaggulangan GAKI yang tertuju pada 3 ( tiga ) kelompok sasaran yaitu : a. Para perencana, pengelola dan pelaksana program. b. Masyasarakat didaerah gondok endemik. c. Masyarakat di luar daerah gondok endemik. Intervensi GAKI terus dilakukan dengan bantuan sejumlah badan dunia. Program intensifikasi penanggulangan GAKI yang berlangsung tahun 1997 2003 bertujuan menurunkan prevalensi GAKI lewat pemantauan status GAKI pada penduduk, meningkatkan persediaan garam beriodium serta meningkatkan kerja sama lintas sektoral. Upaya penanggulangan GAKI sudah dimulai sejak pemerintahan

15

Belanda melalui distribusi garam beryodim ke daerah endemik berat. Penanggulangan GAKI dilakukan dalam dua jangka waktu, yaitu : Jangka Panjang: suplementasi tidak langsung melalui fortifikasi garam konsumsi dengan iodium dimana program ini disebut garam iodium. Jangka pendek: suplementasi langsung dengan ,minyak iodium baik secara oral maupun suntikan lipiodol. Upaya ini hanya ditunjukkan pada daerah endemik berat dan telah dilaksanakan sejak tahun 1974 Menurut ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan RI 1986, kandungan KIO3 yang dianjurkan adalah 40 ppm. Iodium diperlukan semata mata untuk biosintesis hormon thyuroid yang mengandung iodium. Kebutuhan iodium meningkat pada kaum remaja dan kehamilan. Banyaknya metoda suplementasi Iodium tergantung pada beratnya GAKI pada populasi, grade iodium urine dan prevalensi goiter dan kretinism. GAKI ringan: Prevalensi goiter : 5 19,9% (anak sekolah) Iodium urine : 50 99mg/l Dieliminasi dengan garam beriodium. GAKI sedang : Prevalensi goiter : 20 29,9% dan beberapa hypothyroidism. Iodium urine : 20 49 mg/hr Dapat dikontrol dengan garam berjodium (biasanya 20 40 mg/kg pada tingkat rumahtangga) Disamping itu minyak beriodium diberi secara oral atau suntik yang dikoordinasi melalui puskesmas. GAKI berat : Prevalensi goiter : 30%, endemic cretinism Iodium urine : < 20 mg/l Penanganannya : minyak beriodium diberikan sampai sistim garam berjodium efektif, jika sistim saraf pusat dicegah dengan sempurna.

Dosis Pemberian Kapsul Yodium 1. Anak SD (daerah endemik berat) : 1 kapsul/tahun 2. Daerah endemik sedang dan berat : Wanita Usia Subur Wus : 2 Kapsul/tahun @ 200 mg

16

Ibu hamil Ibu Menyusui

: 1 Kapsul /tahun : 1 Kapsul selama menyusui

Mengingat dalam garam beryodium terdapat unsure natriun, maka konsumsi garam beryodium harus dibatasi. Kelebihan mengkonsumsi natrium dapat memicu timbulnya stroke yaitu pecahnya pembuluh darah pada otak yang dapat menyebabkan kematian.

Kebutuhan Yodium Menurut Hetzel (1989) dalam keadaan normal intake harian untuk orang dewasa berkisar 100 150 mg perhari. Iodium diekskresikan melalui urin dan dinyatakan dalam mg I/g kreatinin. Pada tingkat ekskresi lebih kecil daro 50 mg/g kreatinin sudah menjadi indikator kekurangan intake. Konsumsi iodium sangat bervariasi antar berbagai wilayah di dunia, diperkirakan sekitar 500 mg per hari di USA (sekitar 5 kali RDA). Adapun kecukupan iodium yang dianjurkan untuk orang Indonesia antara lain : 1. Bayi (12 bulan pertama) 50 mikrogram/hari 2. Anak (usia 2-6 tahun) 90 mikrogram/hari 3. Anak usia sekolah (usia 7-12 tahun) 120 mikrogram/hari 4. Dewasa (diatas usia 12 tahun) 150 mikrogram/hari 5. Ibu hamil 175 mikrogram/hari 6. Ibu menyusui 200 mikrogram/hari Khusus bagi kelompok ibu hamil tambahan tersebut sebagian dapat dipergunakan untuk keperluan aktivitas kelenjar tiroid dan sebagiannya lagi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin khususnya perkembangan otak. Bagi ibu hamil yang

mengkonsumsi iodium tidak mencukupi kebutuhan maka bayi atau janin yang dikandung akan mengalami gangguan perkembangan otak (berat otak berkurang), gangguan perkembangan fetus dan pasca lahir, kematian perinatal (abortus) meningkat, kemudian setelah bayi dilahirkan mempunyai berat lahir rendah (BBLR) dan terdapat gangguan pertumbuhan tengkorak serta perkembangan skelet, sedangkan bagi tubuh ibu hamil akan mengalami gangguan aktivitas kelenjar tiroid. Pada kondisi ini tubuh akan mengalami penyesuaian yang pada akhirnya akan mengalami pembesaran kelenjar tiroid yang dikenal dengan sebutan gondok (Djokomoeldjanto, 1993 dan WHO, 1994). Dapat juga terjadi toksisitas iodium, tetapi hal ini jarang terjadi. Dosis toksik iodium adalah > 2000 g/hr pada orang dewasa.

17

Pangan sumber Yodium konsumsi Iodium org dewasa) Pangan laut (ikan laut: 300Adonan roti Produk unggas Tanaman yang ditanam di tanah kaya yodium < sdt dpt memenuhi anjuran

18

BAB III METODE PELAKSANAAN 3.1. Pengumpulan Data Proses identifikasi masalah dan pengumpulan data dilakukan dengan observasi, membaca profil kerja Puskesmas tahun sebelumnya, dan melakukan wawancara dan diskusi dengan beberapa tenaga Puskesmas Peusangan, pasien yang berkunjung serta pasien pada saat melakukan aktifitas Puskesmas di wilayah kerja Puskesmas Peusangan. 3.2. Metode Pelaksanaan Pelaksanaan mini projek dilakukan dengan metode penyuluhan tentang GAKI secara langsung dan pemeriksaan kandungan iodium dalam garam dapur yang dikonsumsi masyarakat di 19 sekolah dasar sederajat dengan metode quota sampel yaitu 26 siswa-siswi kelas 4 dan kelas 5 yang terletak di wilayah kerja Puskesmas Peusangan. 3.3 Langkah Langkah yang dilakukan Pelaksanaan program dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Pemberian materi penyuluhan tentang GAKI : Definisi iodium Manfaat iodium Sumber-sumber iodium di alam Definisi GAKI Epidemiologi Dampak GAKI bagi kehidupan Pencegahan dan Penanggulangan GAKI

2. Tanya Jawab tentang materi GAKI. 3. Simulasi Pemeriksaan Kadar Iodium dalam Garam Dapur. Cara untuk mengetahui apakah garam yang dibeli beryodium : Pada kemasan garam beryodium harus tertera tulisan garam beryodium. Pengujian mutu garam beryodium menggunakan cairan uji Iodina.

19

Pengujian mutu garam beryodium secara sederhana menggunakan cairan

iodina test dan tradisional menggunakan ; singkong segar, garam yang akan diuji, asam cuka 25%.

3.4. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara berkelanjutan di 19 Sekolah Dasar sederajat pada wilayah kerja Puskesmas Peusangan selama bulan Oktober 2012. Sekolah-sekolah yang dikunjungi adalah SD Negeri 1 Peusangan SD Negeri 3 Percontohan Peusangan SD Negeri 4 Peusangan SD Negeri 5 Peusangan SD Negeri 8 Peusangan SD Negeri 11 Peusangan SD Negeri 13 Peusangan SD Negeri 16 Peusangan SD Negeri 18 Peusangan SD Negeri 19 Peusangan SD Negeri 20 Peusangan SD Negeri 21 Peusangan SD Negeri 22 Peusangan SD Negeri 28 Peusangan MIN Tanoh Merah MIN Balee Stui MIN Bayu Gp.Raya Tambo MIN Krueng Baro MIN Matang GlumpangDua

20

BAB IV PENYAJIAN DATA 4. 1 Data Umum 4.1.1. Data Geografis Puskesmas Peusangan merupakan salah satu Puskesmas dengan rawat inap dijajaran dinas Kesehatan Bireuen yang terletak di lingkungan kota kedua setelah ibu kota Kabupaten Bireuen. Sehingga menjadikan Puskesmas Peusangan sebagai Puskesmas yang memiliki jumlah penduduk terbanyak dan dengan jumlah wilayah terluas. Adapun luas wilayah kerja Puskesmas Peusangan 116.984 Ha, yang terdiri dari 69 desa yang terbagi dalam 9 kemukiman, yaitu : 1. Kemukiman Matang glumpang Dua Baro a. Blang Asan b. Panton Glima c. Meunasah Timu d. Keude Matangglumpangdua e. Meunasah Dayah f. Pante Gajah g. Paya Cut h. Seunebok Aceh i. Neuheun 2. Kemukiman Matang Panyang a. Matang Sagoe b. Matang Cot Paseh c. Paya Meuneng d. Matang Mesjid e. Cot Panjoe f. Paya Lipah

Kemukiman Glumpang Tujoh a. Pulo Pisang

21

b. Pulo Ue Baroe c. Asan Biduen d. Blang Cut e. Pante Cut f. Keude Tanjong g. Tanjong Paya h. Tanjong Nie i. Tanjong Mesjid 4. Kemukimam Tgk Di Krueng a. Pante Piyeu b. Meunasah Meucap c. Krueng baro Babah Krueng d. Krueng Baro Mesjid e. Bayu f. Gampong Putoh g. Pante Ara h. Meunasah Nibong 5. Kemukiman Simpang Empat a. Pante Pisang b. Kapa c. Gampong Raya Dagang d. Gampong Raya Tambo e. Blang Panjoe f. Pante Lhong 6. Kemukiman Banjar Asin a. Alue Glumpang b. Cot Puuk c. Krueng Dheu d. Cot Nga e. Cot Rabo tunong f. Cot Rabo Baroh g. Matamamplam

22

h. Karieng 7. Kemukiman Simpang Dua a. Cot Iju b. Cot Keuranji c. Cot Buket d. Nicah e. Gampong Baroe f. Blang Rambong 8. Kemukimam Cot Bada a. Cot Bada Tunong b. Cot Bada Barat c. Cot Bada Baroh d. Cot Keumude e. Sagoe f. Cot Girek 9. Kemukiman Tgk Ditanoh Mirah a Alue Udeung b. Blang Dalam c. Uteun Bunta d. Alue Peuno e. Seunebok Rawa 4.1.2 Data Demografis Berdasarkan data penduduk tahun 2012 jumlah penduduk di Kecamatan Peusangan adalah 48.732 Jiwa atau 12.192 KK, dimana 22.976 Jiwa atau 6.533 KK adalah penduduk dengan status miskin. Kemukiman Matang Glumpang Dua Baroe memiliki jumlah penduduk tertinggi yaitu 10.549 Jiwa disusul kemukiman Banjar Asin 6.265 Jiwa, Kemukiman Matang Panyang 5.078 Jiwa, Kemukiman Simpang Empat 4.900 Jiwa, Kemukiman Cot Bada 4.831 Jiwa Kemukiman Tgk Ditanoh Mirah 4.744 Jiwa, Kemukiman Tgk Di Krueng 4.160 Jiwa, Kemukiman Simpang dua, 3.775 Jiwa dan Kemukiman Glumpang Tujoh 3.084 Jiwa. Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan tidak terlalu jauh perbandingan nya yaitu jumlah penduduk laki-laki 23.428 Jiwa dan jumlah penduduk perempuan 25.304 Jiwa.
23

4.1.3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Sarana kesehatan saat ini sudah banyak mengalami kemajuan, hal ini tidak terlepas dari besarnya dukungan PEMDA Bireuen maupun bantuan NGO. Walaupun demikian masih banyak juga sarana kesehatan yang memerlukan penambahan, terutama POLINDES dan POSKESDES. Dari 69 desa hanya 16 desa yang sudah ada POLIDES. Adapun sarana kesehatan yang ada : 1. Puskesmas Induk dengan fasilitas rawat jalan, rawat inap, ruang bersalin dan UGD 2. Puskesmas pembantu 2 unit : a. sPuskesmas pembantu Bale Stui b. Puskesmas Pembantu Tanoh Mirah c. Puskesmas Pembantu Cot Bada 3. Polindes 6 Unit, yang berada didesa : a. Asan Bidue b. Bayu c. Karieng d. Cot Iju e. Cot Keuranji f. Sagoe 4. Poskesdes 4 unit, yang berada didesa a. Matang Mesjid b. Pulo Naleung c. Cot Rabo Tunong d. Uteun Bunta e. Nicah f. Pulo Pisang 5. Posyandu Plus 4 Unit, yang berada didesa a. Pante Gajah b. Matang Sagoe c. Blang Cut d. Alue Peuno
24

4.1.4. Sumber Daya Kesehatan Jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Peusangan sebanyak 218 orang, yang terdiri dari PNS 138 orang ( 63 % ), PTT 14 orang ( 5% ), dan Honor 70 orang ( 32 % ). Adapun jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Peusangan menurut jenjang pendidikan yaitu : JUMLAH TENAGA KESEHATAN SESUAI PENDIDIKAN

No

JENIS PENDIDIKAN

PNS 4 1 3 19 8 (bid Pusk), 20 (Bides) 2

PTT HONOR

1 Dokter Umum 2 Dokter gigi 3 S-I Kesehatan Masyarakat 4 D III Keperawatan 5 D III Kebidanan 6 D III Analis Kesehatan D III Kesehatan 7 Lingkungan 8 D III Gizi 9 D III Kesehatan Gigi 10 AKAFARMA 11 D III Fisioterapi 12 D III Komputer 13 SPK 14 Bidan (SPK) 15 SPPH 16 Perawat Gigi

3 24 14 18 1

2 1

1 3 1 2 1 1

18 7 (bid Pusk), 34 (Bides) 5 3 1

11

25

17 Asisten Apoteker 18 SMAK 19 Pekerya Kesehatan/ PPM 20 SMA 21 SMP 22 SD Jumlah

2 1 3 4 2

1 138 11 70

4.1.5. VISI DAN MISI PUSKESMAS Visi Puskesmas : Mewujudkan Puskesmas Peusangan Sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan Dasar Yang Bermutu dan Islami Misi Puskesmas: 1. Memberikan pelayanan kesehatan dasar yang optimal 2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan 3. Meningkatkan usaha pencegahan terhadap penyakit sehingga menjadi investasi bagi masyarakat

4.1.6 TUGAS POKOK DAN FUNGSI Tugas Pokok Tugas pokok Puskesmas Peusangan adalah melaksanakan pelayanan, pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan secara menyeluruh, terpadu berkesinambungan diwilayah kerja Puskesmas. Dalam melaksanaan Tupoksi tersebut, Puskesmas Peusangan melaksanakan kegiatan-kegiatannya yang terdiri dari : a. Upaya Kesehatan wajib, yaitu: 1. Upaya promosi kesehatan

26

2. Upaya kesehatan lingkungan 3. Upaya kesehatan ibu dan anak serta Keluarga berencana 4. Upaya gizi masyarakat 5. Upaya pencegahan dan pembrantasan penyakit menular 6. Upaya pengobatan b. Upaya kesehatan pengembangan, yaitu: 1. Upaya kesehatan sekolah 2. Upaya perawatan kesehatn masyarakat 3. Upaya kesehatan Remaja 4. Upaya kesehatan gigi dan mulut 5. Upaya kesehatan jiwa 6. Upaya kesehatan usia lanjut

Fungsi Puskesmas Peusangan 1. Pusat penggerak pembangunan kesehatan diseluruh wilayah kerja puskesmas disegala bidang, melalui kegiatan pelayanan kesehatan, promosi kesehatan, UKS, P2M dan KIA/KB. 2. Pusat penggerak pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan 3. Pusat pelayanan kesehatan masyarakat dan individu tingkat pertama disemua bentuk kegiatan pelayanan dalam dan luar gedung melalui kegiatan pelayanan kesehatan rawat jalan, rawat inap, pelayanan laboratorium rutin dan kimia klinik, pembinaan dan kunjungan dokter ke pustu, posyandu lansia, sekolahsekolah di wilayah kerja puskesmas, melakukan kegiatan pelayanan

laboratorium di posyandu dan sekolah-sekolah dan melakukan survey kepuasan masyarakat untuk mengukur mutu pelayanan yang sudah diberikan.

27

4.2 HASIL Dari hasil kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kadar iodium dalam garam dapur ini, didapatkan bahwa: No Sekolah Jumlah Sampel Sampel dengan garam beryodium Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19 SD Neg.1 Peusangan SD Neg.3 Peusangan SD Neg.4 Peusangan SD Neg.5 Peusangan SD Neg.8 Peusangan SD Neg.11 Peusangan SD Neg.13 Peusangan SD Neg.16 Peusangan SD Neg.18 Peusangan SD Neg.19 Peusangan SD Neg.20 Peusangan SD Neg.21 Peusangan SD Neg.22 Peusangan SD Neg.28 Peusangan MIN Tanoh Mirah MIN Balee Stui MIN Bayu Gp.Raya Tambo MIN Kreung Baro MIN Matang GlumpangDua Total 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 494 1 2 2 2 0 0 2 0 0 2 0 0 0 5 8 0 1 0 4 29 % 3.8 7.7 7.7 7.7 0 0 7.7 0 0 7.7 0 0 0 19.2 30.7 0 3.8 0 15.4 5.9

Dari hasil penelitian yang dilakukan di 19 Sekolah Dasar sederajat dengan masing-masing sampel 26 orang, dan total sampel 494 orang yang mewakili 494 keluarga, didapatkan bahwa hanya 29 sampel atau 5.9% yang menggunakan garam beryodium. Sekolah yang juga mewakili desa dengan persentase paling tinggi adalah MIN Tanoh Mirah dengan 8 sampel atau 30.8% dengan garam mengandung iodium.
28

BAB V EVALUASI

Kegiatan ini termasuk dalam salah satu upaya kesehatan wajib yaitu upaya gizi masyarakat. Adapun masalah yang dijumpai pada wilayah kerja Puskesmas Peusangan adalah: 1. Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan garam beryodium 2. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat akan manfaat garam beryodium 3. Garam Non Yodium masih banyak beredar ditengah masyarakat. 4. Adanya perbedaan harga yang relatif besar antara garam yang beryodium dengan garam non yodium. 5. Pengawasan mutu garam yodium belum dilaksanakan secara menyeluruh dan terus menerus serta belum adanya sangsi tegas bagi produksi garam non yodium. 6. Pendistribusian garam beryodium masih belum merata terutama untuk daerahdaerah terpencil.

Pemecahan Masalah yang disarankan dan dapat dilakukan: 1. Peningkatan penyuluhan secara berkala tentang manfaat garam beryodium di masyarakat. 2. Adanya pengawasan mutu terhadap produksi garam beryodium oleh instansi terkait. 3. Meningkatkan kerjasama lintas sektoral tentang perlunya penggunaan garam beryodium dalam rumah tangga. 4. Pemberitahuan kepada masyarakat oleh petugas kesehatan tentang cara pengolahan makanan yang mengandung yodium. 5. Pendristribusian garam-garam beryodium ke daerah terpencil secara merata oleh instansi terkait dalam hal ini dinas perindustrian. 6. Melakukan pelacakan kasus dan survey desa bermasalah secara cepat jika ditemukan kasus Gondok. Langkah-langkah Penanggulangan yang dapat diambil: 1. Memberikan kapsul Yodium bagi ibu hamil terutama daerah endemik gondok. 2. Penyuluhan tentang Yodium secara berkelanjutan.

29

3. Kerjasama Lintas sektoral tentang pembagian garam yodium secara gratis di daerah endemik gondok. 4. Peningkatan konsumsi bahan pangan yang mengandung yodium seperti sayuran dan ikan laut. 5. Cek up secara teratur bagi penderita gondok jika mempunyai permasalahan dengan pembesaran kelenjar tiroid. 6. Pemberian suntikan larutan minyak beryodium kepada penderita kekurangan yodium.

Cara menyimpan garam yodium yang benar :


Disimpan dalam wadah yang kering dan tertutup rapat. Letakkan di tempat yang sejuk, sebaiknya jauhkan dari panas api dan hindari sinar matahari langsung. Gunakan sendok yang kering untuk mengambil garam. Tutup kembali wadah dengan baik setiap kali pengambilan garam.

Agar penggunaan garam bisa terserap oleh tubuh dengan baik, yang harus dilakukan yakni mengetahui bagaimana cara mengunakan garam beryodium dengan benar : 1. Konsumsi garam yodium dengan cukup Kekurangan garam beryodium tidak hanya menyebabkan penyakit gondok, tetapi juga mempengaruhi kecerdasan otak anak, untuk itu konsumsi garam yodium dengan cukup, Tubuh manusia membutuhkan zat KIO3 (Kalium Iodat) dengan ukuran 3080ppm. Akibat kekurangan zat itu bisa mengakibatkan GAKI. GAKI merupakan masalah gizi yang serius karena dapat mengakibatkan penyakit gondok dan kreatin (ganguan pada pertumbuhan anak), serta kekurangan unsur yodium dalam makanan sehari-hari dapat pula menurunkan tingkat kecerdasan seseorang. Untuk memenuhi garam yodium dapat dilakukan dengan beberapa cara. Selain mengkonsumsi garam yang beryodium setiap hari juga mereka wajib minum kapsul yodium sesuai dosis yang dianjurkan. Dosis pemberian kapsul yodium untuk bayi berumur 0-1 tahun cukup kapsul setiap tahunnya, laki-laki berumur 6-20 tahun cukup dengan 2 kapsul pertahun. Sedangkan untuk ibu hamil dan ibu menyusui konsumsi 1

30

kapsul dalam satu tahun dan pada wanita usia 6-35 tahun minum 2 kapsul setiap tahunnya. 2. Konsumsi yodium tidak berlebih Namun konsumsi yodium yang berlebih bisa mengakibatkan hiperteroid. Hiperteroid yakni kondisi suatu kelenjar tiroid yang terlalu aktif menghasilkan hormon-hormon tiroid yang beredar dalam darah dalam jumlah yang berlebihan. Garam beryodium terdapat unsur natrium, maka konsumsi garam beryodium pun harus dibatasi. Kelebihan konsumsi natrium dapat memicu timbulnya mudah lelah, karena hormon tiroidnya berlebih. Gejala lain yang kerap terjadi, keringat berlebihan, pergerakan usus besar meningkat, gemetaran, kehilangan berat badan serta aliran darah menstruasi tidak teratur. Untuk menghindari pengaruh efek samping dari konsumsi garam beryodium yang berlebihan, maka dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram garam atau 2 gram tiap 1.000 kilo kalori, atau satu sendok teh setiap hari. 3. Pastikan garam mengandung yodium 4. Menyimpan garam di tempat aman Garam beryodium sebaiknya disimpan dalam wadah yang tertutup tidak tembus pandang. Tujuannya untuk melindungi zat yodium agar tidak terpapar dengan matahari. Kandungan yodiumnya bisa menguap jika terpapar dengan matahari. Juga perhatikan tempat garam sebaiknya tutup dengan rapat, jika membiarkan tutup terbuka, maka yodium bisa menguap. 5. Cara memasak garam yodium dengan benar Perlu anda ketahui bahwa langkah-langkah itu tidak berarti sama sekali jika cara memasaknya salah. Karena kandungan yodiumnya akan berubah dan tidak bereaksi sebelum diserap oleh tubuh. Cara yang biasa dilakukan oleh para ibu ketika memasak makanan garam yang dibubuhkan ke dalam makanan saat panas mendidih. Alasannya jika tidak begitu masakan kurang sedap. Namun cara yang sudah dilakukan oleh para ibu-ibu tersebut salah, karena zat yodium garam akan hilang ketika terkena panas mendidih tersebut.

31

BAB IV PENUTUP
6.1 KESIMPULAN 1. Iodium merupakan salah satu unsur mineral mikro yang sangat dibutuhkan oleh tubuh walaupun dalam jumlah yang relative kecil. Namun apabila diabaikan dapat menimbulkan efek atau dampak yang cukup berpengaruh dalam kehidupan semua orang. 2. GAKI merupakan masalah gizi yang sangat serius, karena dapat menyebabkan berbagai penyakit gangguan seperti Gondok, kreatinisme dan keterlambatan pertumbuhan dan kecerdasan. 3. Dampak GAKI terhadap permasalahan di lingkungan masyarakat : Pengaruh GAKI terhadap Kelangsungan Hidup. Pengaruh GAKI terhadap Perkembangan Intelegensia. Pengaruh GAKI terhadap Perkembangan Sosial. Pengaruh GAKI terhadap Perkembangan Ekonomi

4. Penanggulangan yang paling baik untuk gangguan akibat kekurangan yodium adalah dengan pencegahan, salah satunya dengan penyebaran informasi tentang pentingnya mengkonsumsi garam beryodium, pemberian kapsul pertahun pada masyarakat yang terkena penyakit Gondok 5. Kebutuhan Yodium orang dewasa diperkirakan 150 mikrogram/hari, bagi wanita hamil sekitar 75 mikrogram/ hari dan kebutuhan Yodium bagi ibu menyusui mencapai 200 mikrogram/hari.

6.2 SARAN 1. Diharapkan adanya peran serta aktif masyarakat dalam menggunakan garam yodium. 2. Diharapkan adanya penyebaran informasi tentang pentingnya garam beryodium oleh tenaga kesehatan kapada masyarakat. 3. Diharapkan adanya intervensi dan evaluasi berkelanjutan dari pihak puskesmas Peusangan

32

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Penaggulangan GAKI. http:// www.litbang.depkes.co.id. [14 September i 2008]. Ardany, Pungky dan Achmad Surjono. Situasi Analisis Garam Iodium di Daerah Gondok Endemis. Laboratorium Penelitian Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. http://www.chnrl.net/publikasi/pdf/GARAM.pdf CDK. Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium.

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_014_penyakit_gondok.pdf Departemen Kesehatan (DepKes). 1996. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium dan Garam Beriodium. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat: Jakarta. Laurentius Aswin Pramono. 2010. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium di Indonesia: Tinjauan Epidemiologis dan Kebijakan Kesehatan. Jurnal Epidemiologi (e-mail: l_aswin@hotmail.com) Lisdiana, Ir, Waspada Terhadap Kelebihan dan Kekurangan Gizi, Trubus Agriwidaya, Bandar Lampung 1998 Notoatmodjo Soekidjo,Prof.Dr, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta,Jakarta 1996 Nyoman I Dewa dkk, Penilaian Status Gizi,EGC Jakarta 2002. RAN KPP GAKY. 2004.Rencana Aksi Nasional Kesinambungan Program

Penanggulangan GAKY http://www.gizi.net/gaky/exit%20gaky.pdf Rusiawati, Yuyus dan Smengen Sutomo. 1993.Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Jakarta Soeharyo H, Margawati A, Setyawan H and Djokomoeljanto. 2002. Aspek Sosio-Kultural Pada Program Penanggulangan GAKY. Jurnal GAKY Indonesia (Indonesian Journal of IDD). http://www.mediamedika.net/wp-content/uploads/2010/03/jurnal16.pdf Rusmiati, Y. 2006. Penanggulangan GAKI. http://:www.kompas.co.id. Sr.Alfonsine C.B, B.Sc, Pengantar Ilmu Gizi, Intan, Jakarta 1984

33

You might also like