You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Trauma kepala merupakan suatu kegawatan yang paling sering dijumpai di unit gawat darurat suatu rumah sakit. Trauma kepala juga merupakan penyebab kematian ketiga dari semua jenis trauma yang dikaitkan dengan kematian (CDC, 2010). Angka kematian trauma kepala akibat terjatuh lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan. Bagi lansia pada usia 65 tahun ke atas, kematian akibat trauma kepala mencatat 16.000 kematian dari 1,8 juta lansia di Amerika yang mangalami trauma kepala akibat terjatuh (CDC, 2005). Menurut Kraus (1993), dalam penelitiannya ditemukan bahwa anak remaja hingga dewasa muda mengalami cedera kepala akibat terlibat dalam kecelakaan lalu lintas dan akibat kekerasan sedangkan orang yang lebih tua cenderung mengalami trauma kepala disebabkan oleh terjatuh. Penyebab utama trauma kepala adalah kecelakaan lalu lintas, kekerasan dan terjatuh. Pejalan kaki yang mengalami tabrakan kendaraan bermotor merupakan penyebab trauma kepala terhadap pasien anak-anak bila dibandingkan dengan pasien dewasa. 1.2 TUJUAN Memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan Trauma Kepala Mahasiswa mampu memahami konsep dan asuhan keperawatan pada pasien dengan Trauma kepala Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit

BAB II TINJAUAN TEORITIS

II.I PENGERTIAN TRAUMA KEPALA Trauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu (trauma) yang menimpa struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan fungsionaljaringan otak (Sastrodiningrat, 2009). Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorakatau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala.(Suriadi & Rita Yuliani, 2001). II.2 PENYEBAB TRAUMA KEPALA Menurut Brain Injury Association of karena terjatuh sebanyak 28%,kecelakaan lalu lintas sebanyak 20%, karena disebabkan kecelakaan secara umum sebanyak 19%dan kekerasan sebanyak 11% dan akibat ledakan di medan perang merupakan penyebab utamatrauma kepala (Langlois, Rutland-Brown, Thomas, 2006). Kecelakaan lalu lintas dan terjatuh merupakan penyebab rawat inap pasien trauma kepala.Kekerasan adalah penyebab ketiga rawat inappasien trauma kepala.Penyebab utama terjadinya trauma kepala adalah seperti berikut: a) Kecelakaan Lalu Lintas Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kenderan bermotor bertabrakan

dengankenderaan yang lain atau benda lain sehingga menyebabkan kerusakan atau kecederaan kepadapengguna jalan raya (IRTAD, 1995). b) Jatuh Menurut KBBI, jatuh didefinisikan sebagai (terlepas) turun atau meluncur ke bawah dengancepat karena gravitasi bumi, baik ketika masih di gerakan turun maupun sesudah sampai ketanah.

c) Kekerasan Menurut KBBI, kekerasan didefinisikan sebagai suatu perihal atau perbuatan seseorang ataukelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisikpada barang atau orang lain (secara paksaan). II.3 MEKANISME TRAUMA KEPALA Ada tiga mekanisme yang berpengaruh dalam trauma kepala yaitu : Akselerasi yaitu jika benda bergerak membentuk kepala yang diam, misalnya pada orang yang diam kemudian dipukul atau terlempar batu Deselerasi yaitu jika kepala bergerak membentur kepala yang diam, misalnya pada saat kepala terbentur. Deformitas yaitu perubahan atau kerusakan pada bagian tubuh yang terjadi akibat trauma, misalnya adanya fraktur kepala, kompresi, ketegangan atau pemotongan pada jaringan otak. II.4 TANDA DAN GEJALA TRAUMA KEPALA Menurut Reissner (2009), gejala klinis trauma kepala adalah seperti berikut: Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala ringan; a Pasien tertidur atau kesadaran yang menurun selama beberapa saat kemudian sembuh,

b Sakit kepala yang menetap atau berkepanjangan, c Mual atau dan muntah,

d Gangguan tidur dan nafsu makan yang menurun, e f Perubahan keperibadian diri, Letargik.

Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala berat; a Simptom atau tanda-tanda cardinal yang menunjukkan peningkatan di otak menurun atau

b meningkat. c Perubahan ukuran pupil (anisokoria).

d Triad Cushing (denyut jantung menurun, hipertensi, depresi pernafasan). e Apabila meningkatnya tekanan intrakranial, terdapat pergerakan atau posisi abnormal ekstrimitas.
3

II.5 JENIS TRAUMA Luka pada kulit dan tulang dapat menunjukkan lokasi (area) dimana terjadi trauma (Sastrodiningrat, 2009).Cedera yang tampak pada kepala bagian luar terdiri dari dua, yaitusecara garis besar adalah trauma kepala tertutup dan terbuka.Trauma kepala tertutup

merupakanfragmen-fragmen tengkorak yang masih intak atau utuh pada kepala setelah luka.The Brain andSpinal Cord Organization 2009, mengatakan trauma kepala tertutup adalah apabila suatupukulan yang kuat pada kepala secara tiba-tiba sehingga menyebabkan jaringan otak menekantengkorak.Trauma kepala terbuka adalah yaitu luka tampak luka telah menembus sampai kepadadura mater.(Anderson, Heitger, and Macleod, 2006). Kemungkinan trauma adalah seperti berikut; a) Fraktur Terdapat 4 jenis fraktur yaitu Simple : retak pada tengkorak tanpa kecederaan pada kulit Linear or hairline: retak pada kranial yang berbentuk garis halus tanpa depresi, distorsi dan splintering. Depressed: retak pada kranial dengan depresi ke arah otak. Compound : retak atau kehilangan kulit dan splintering pada tengkorak. Selain retak terdapat juga hematoma subdural (Duldner, 2008).

b) Luka memar (kontosio) Luka memar adalah apabila terjadi kerusakan jaringan subkutan dimana pembuluh darah kapiler) pecah sehingga darah meresap ke jaringan sekitarnya, kulit tidak rusak, menjadi bengkakdan berwarna merah kebiruan. Luka memar pada otak terjadi apabila otak menekan tengkorak.Biasanya terjadi pada ujung otak seperti pada frontal, temporal dan oksipital.Padakontusio dapat terlihat suatu daerah yang mengalami pembengkakan yang di sebut edema.Jika pembengkakan cukup besar dapat mengubah tingkat kesadaran (Corrigan, 2004).

c) Laserasi (luka robek atau koyak) Luka laserasi adalah luka robek tetapi disebabkan oleh benda tumpul atau runcing. Dengankata lain, pada luka yang disebabkan oleh benda bermata tajam dimana lukanya akan tampak ratadan teratur. Luka robek adalah apabila terjadi kerusakan seluruh tebal kulit dan jaringan bawahkulit. d) Abrasi Luka abrasi yaitu luka yang tidak begitu dalam, hanya superfisial.Luka ini bisa mengenaisebagian atau seluruh kulit. Luka ini tidak sampai pada jaringan subkutis tetapi akan terasasangat nyeri karena banyak ujung-ujung saraf yang rusak. e) Avulsi Luka avulsi yaitu apabila kulit dan jaringan bawah kulit terkelupas,tetapi sebagian masihberhubungan dengan tulang kranial. Dengan kata lain intak kulit pada kranial terlepas setelahkecederaan (Mansjoer, 2000).

II.6 PATOFISIOLOGI
Trauma kepala

Ekstra kranial

Tulang kranial

Intra kranial

Terputusnya kontinuitas jaringan kulit, otot dan vaskuler

Terputusnya kontinuitas jaringan tulang

Jaringan otak rusak (kontusio, laserasi)


-Perubahan outoregulasi

Gangguan suplai darah -Odem cerebral -Perdarahan -Hematoma Iskemia Resiko infeksi Hipoksia Nyeri Kejang Perubahan perfusi jaringan

Gangg.fungsi otak Perubahan sirkulasi CSS

Gangg. Neurologis fokal

Peningkatan TIK

Mual muntah Papilodema Pandangan kabur Penurunan fungsi pendengaran Nyeri kepala

Defisit Neurologis

1. Bersihan jln. nafas 2. Obstruksi jln. nafas 3. Dispnea 4. Henti nafas 5. Perub. Pola nafas

Girus medialis lobus temporalis tergeser Resiko kurangnya volume cairan Resiko injuri Mesesenfalon tertekan Immobilisasi Gangg.kesadaran Cemas

Gangg.persepsi sensori

Resiko tidak efektifnya jln.nafas

Herniasi unkus

Resiko gangg.integritask ulit

Kurangnya perawatan diri

II.7 TINGKAT KEPARAHAN TRAUMA KEPALA DENGAN SKOR KOMA GLASGOW (SKG) Skala koma Glasgow adalah nilai (skor) yang diberikan pada pasien trauma kapitis,gangguankesadaran dinilai secara kwantitatif pada setiap tingkat kesadaran. Bagianbagian yang dinilai adalah; 1. Minor SKG 13 15 Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit. Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma. SKG 9 12 Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam. Dapat mengalami fraktur tengkorak. SKG 3 8 Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam. Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial.

2. Sedang

3. Berat

II.8 TEST DIAGNOSTIK Scan CT tanpa/dengan kontras : Mengidentifikasi adanya SOL, hemoragic,

menentukanukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak. MRI : Sama dengan scan CT tanpa/dengan menggunakan kontras. Angiografi cerebral : Menunjukan kelainan sirkulasi cerebral seperti pergeseran jaringanotak akibat edema, perdarahan serta trauma. EEG : Untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis. Sinar X : Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran struktur darigaris tengah (karena perdarahan, edema), adanya fragmen tulang. BAER (Brain Auditori Evoked Respons). : Menentukan fungsi korteks dan batang otak. PET (Positron Emission Tomografi) : Menunjukan perubahan aktivitas metabolism dalamotak.
7

Pungsi Lumbal, CSS : Dapat menduga kemungkinan adanya perdarahan subarachnoid. GDA (Gas Darah Arteri) : Mengetahuai adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yangdapat meningkatkan TIK. ( Marlyn. E. Doengoes; 2000 )

II.9 PENTALAKSANAAN MEDIS Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma kepala adalah sebagai berikut: 1. Observasi 24 jam 2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu. 3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi. 4. Pasien diistirahatkan atau tirah baring. 5. Profilaksis diberikan bila ada indikasi. 6. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi. 7. Pemberian obat-obat analgetik. 8. Pembedahan bila ada indikasi. II. 10 KOMPLIKASI TRAUMA KEPALA Menurut Hudak and Gallo, (2005 ) komplikasi trauma kepala yaitu : 1. Edema pulmonal : Ini mungkin berasal dari gangguan neurologis atau akibat sindrom distresspernafasan dewasa. Edema paru dapat akibat dari trauma pada otak yang

menyebabkanadanya reflek cushing. Peningkatan pada tekanan darah sistemik terjadi sebagai respon darisistem saraf simpatis pada peningkatan TIK. Peningkatan vasokontriksi tubuh umum inimenyebabkan lebih banyak darah dialirkan ke paru-paru. 2. Kejang : Kejang terjadi sekitar 10 % dari pasien trauma kepala selama fase akut perawat harusmempersiapkan kemungkinan kejang dengan menyediakan spatel lidah yang diberi bantalanatau jalan nafas oral di samping tempat tidur dan peralatan penghisap dekat dalam jangkauan.Satu-satunya tindakan medis terhadap kejang adalah terapi obat. Diazepam

merupakan obatyang paling banyak digunakan dan diberikan secara perlahan melalui intravena. 3. Kebocoran cairan serebrospinal : Ini dapat akibat dari fraktur pada fossa anterior dekat sinusfrontal atau dari fraktur tengkorak basilar bagian petrosus dari tulang temporal. II. 11 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TRAUMA KEPALA Faktor-faktor yang mempengarui trauma kepala (Brunner & Suddarth, 2002) a. Kardiovaskuler Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler dimana

penurunantekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah anterior bekontraksipengaruh persarafansimpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dananterior otak yang tidak terlalu besar.

b. Respiratori Adanya edema paru pada trauma kepala dan fase kontraksi paru-paru atau hipertensi parumenyebabkan hipernoe dan berkontraksi. Abnea, edema otak terjadi robekan padapembuluhdarah kapiler atau cairan traumatic yang mengandung protein aksudal yang berisi albumen.Edema otak terjadi karena penekanan pembuluh darah dan jaringan disekelilingnya.

c. Metabolisme Pada trauma kepala terjadi perubahan metabolisme seperti trauma tubuh lainnya yaitukecenderungan retensi natrium, air dan hilangnya sejumlah netrogen.

d. Gastrointestinal Trauma kepala juga mempengaruhi sistem gastrointestinal setelah trauma kepala tigaHari terdapat respon tumbuh dengan merangsang aktivitas hipotamalus akanmerangsang lambungmenjadi hiperaditas.

e. Psikologis Selain dampak masalah yang mempengaruhi fisi klinis, trauma kepala lain adalah suatu pengalaman yang menakutkan.

10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

III.1. PENGKAJIAN 1. Data Biografi 2. 3. Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah kejadian. Pemeriksaan fisik a. Sistem respirasi : suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene stokes, biot, hiperventilasi, ataksik) b. Kardiovaskuler : pengaruh perdarahan organ atau pengaruh PTIK c. Sistem saraf : Kesadaran GCS. Fungsi saraf kranial trauma yang mengenai/meluas ke batang otak akan melibatkan penurunan fungsi saraf kranial. Fungsi sensori-motor adakah kelumpuhan, rasa baal, nyeri, gangguan diskriminasi suhu, anestesi, hipestesia, hiperalgesia, riwayat kejang. d. Sistem pencernaan Bagaimana sensori adanya makanan di mulut, refleks menelan, kemampuan mengunyah, adanya refleks batuk, mudah tersedak. Jika pasien sadar tanyakan pola makan? Waspadai fungsi ADH, aldosteron : retensi natrium dan cairan. Retensi urine, konstipasi, inkontinensia. e. Kemampuan bergerak : kerusakan area motorik hemiparesis/plegia, gangguan gerak volunter, ROM, kekuatan otot. f. Kemampuan komunikasi : kerusakan pada hemisfer dominan disfagia atau afasia akibat kerusakan saraf hipoglosus dan saraf fasialis. g. Psikososial data ini penting untuk mengetahui dukungan yang didapat pasien dari keluarga.

11

III.2 DIAGNOSA a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan suplai darah b. Nyeri berhubungan dengan trauma kepala c. Resiko tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas d. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan mual, muntah e. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan menurunnya kesadaran
f.

Resiko injuri berhubungan dengan menurunnya kesadaran atau meningkatnya tekanan intrakranial

g. Resiko infeksi berhubungan dengan kondisi penyakit akibat trauma kepala. h. Kecemasan orang tua-anak berhubungan dengan kondisi penyakit akibat trauma kepala. i.

Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi.

III.3 INTERVENSI a. Dx 1 : Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan suplai darah Tujuan : setelah dilakukan tindakaan keperawatan diharapkan Perfusi jaringan serebral yang adekuat Kriteria Hasil: tidak ada pusing hebat kesadaran tidak menurun tidak terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial

Intervensi INTERVENSI Kaji tingkat kesadaran dengan GCS RASIONAL Tingkat kesadaran merupakan indicator terbaik adanya perubahan neurologi Kaji pupil,ukuran, respon terhadap Mengetahui funsi N II dan N III cahaya, gerakan mata Pertahankan kepala tempat tidur 30o- Memfasilitasi drainasi vena dari otak 450denan posisi leher tidak menekuk Kolaborasi: Berikan obat sesuai program
12

Mencegah komplikasi lebih dini

b. Nyeri berhubungan dengan trauma kepala Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien merasa nyaman Kriteria Hasil: tidak mengeluh nyeri tanda-tanda vital dalam batas normal

Intervensi INTERVENSI Kaji keluhan nyeri RASIONAL dengan Adanya tanda awalnyeri sering terjadi

menggunakan skala nyeri, catat lokasi pasien sehingga dpat dilakukan upaya nyeri, lamanya, serangannya, pencegahan

peningkatan nadi, nafas cepat atau lambat, berkeringat dingin Tingkatkan istirahat dan relaksasi, Meningkatkan jaga ketenangan lingkungan rasa nyaman dan

menghindaristimulus nyeri kemampuan

Berikan support dan berikan informasi Membangkitkan yang realistis Kolaborasi : Berikan pengobatan sesuai indikasi menghilangkan rasa nyeri

Mengurangi rasa nyeri dan mencegah nyeri kepala

c. Resiko tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan Pola nafas dan bersihan jalan nafas efektif Kriteria Hasil : tidak ada sesak atau kesukaran bernafas jalan nafas bersih pernafasan dalam batas normal

13

Intervensi INTERVENSI Kaji frekuensi pernafasan RASIONAL Pernafasan tidak teratur seperti apneu, pernafasan cepat atau lambat, kemungkinan adanyagangguan pada pusat pernafasan di otak Berikan posisi semi fowler Pertahankan kebersihan jalan nafas Memaksimalkan ekspansi paru Mempertahankan adekuatnya suplai oksigen ke otak Monitor AGD Mempertahankan kadar PaO2 dan PaCO2 dalam batas normal

d. Resiko kurangnya volume csiran berhubungan dengan mual, muntah Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Tidak ditemukan tandatanda kekurangan volume cairan atau dehidrasi Kriteria Hasil : membran mukosa lembab integritas kulit baik nilai elektrolit dalam batas normal

14

Intervensi INTERVENSI Monitor intake dan output cairan RASIONAL Mengetahui keseimbangan cairan

Monitor hasil laboratorium, hematokrit, Hematokrit yang meningkat berarti dan elektrolit cairan lebih pekat

Monitor tanda-tanda dehidrasi : banyak Indicator kekurangan cairan minum, kulit kering, turgor kulit jelek Kolaborasi : Berikan cairan pengganti melalui oran atau parenteral Mengganti cairan yang hilang

e. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan menurunnya kesadaran Tujuan : Kebutuhan sehari-hari anak terpenuhi yang ditandai dengan berat badan stabil atau tidak menunjukkan penurunan berat badan, tempat tidur bersih, tubuh anak bersih, tidak ada iritasi pada kulit, buang air besar dan kecil dapat dibantu. Intervensi: Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan aktivitas, makan minum, mengenakan pakaian, BAK dan BAB, membersihkan tempat tidur, dan kebersihan perseorangan. Berikan makanan via parenteral bila ada indikasi. Perawatan kateter bila terpasang. Kaji adanya konstipasi, bila perlu pemakaian pelembek tinja untuk memudahkan BAB. Libatkan orang tua dalam perawatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan demonstrasikan, seperti bagaimana cara memandikan anak.

f. Resiko injuri berhubungan dengan menurunnya kesadaran atau meningkatnya tekanan intrakranial. Tujuan: Anak terbebas dari injuri. Intervensi:

15

Kaji status neurologis anak: perubahan kesadaran, kurangnya respon terhadap nyeri, menurunnya refleks, perubahan pupil, aktivitas pergerakan menurun, dan kejang. Kaji tingkat kesadaran dengan GCS Monitor tanda-tanda vital anak setiap jam atau sesuai dengan protokol. Berikan istirahat antara intervensi atau pengobatan. Berikan analgetik sesuai program.

g. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya injuri. Tujuan: Anak akan terbebas dari infeksi yang ditandai dengan tidak ditemukan tandatanda infeksi: suhu tubuh dalam batas normal, tidak ada pus dari luka, leukosit dalam batas normal. Intervensi: Kaji adanya drainage pada area luka. Monitor tanda-tanda vital: suhu tubuh. Lakukan perawatan luka dengan steril dan hati-hati. Kaji tanda dan gejala adanya meningitis, termasuk kaku kuduk, iritabel, sakit kepala, demam, muntah dan kenjang.

h. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit akibat trauma kepala. Tujuan: Anak dan orang tua akan menunjukkan rasa cemas berkurang yang ditandai dengan tidak gelisah dan orang tua dapat mengekspresikan perasaan tentang kondisi dan aktif dalam perawatan anak. Intervensi: Jelaskan pada anak dan orang tua tentang prosedur yang akan dilakukan, dan tujuannya. Anjurkan orang tua untuk selalu berada di samping anak. Ajarkan anak dan orang tua untuk mengekspresikan perasaan. Gunakan komunikasi terapeutik. i. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi. Tujuan: Tidak ditemukan tanda-tanda gangguan integritas kulit yang ditandai dengan kulit tetap utuh.
16

Intervensi: Lakukan latihan pergerakan (ROM). Pertahankan posisi postur tubuh yang sesuai. Rubah posisi setiap 2 jam sekali atau sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anak. Kaji area kulit: adanya lecet. Lakukan back rub setelah mandi di area yang potensial menimbulkan lecet dan pelanpelan agar tidak menimbulkan nyeri.

17

BAB IV PENUTUP IV.1KESIMPULAN Trauma kepala merupakan suatu kegawatan yang paling sering dijumpai di unit gawat darurat suatu rumah sakit. Trauma kepala juga merupakan penyebab kematian ketiga dari semua jenis trauma yang dikaitkan dengan kematian. Menurut Brain Injury Association of Americaadalah karena terjatuh sebanyak 28%,kecelakaan lalu lintas sebanyak 20%, karena disebabkan kecelakaan secara umum sebanyak 19%dan kekerasan sebanyak 11% dan akibat ledakan di medan perang merupakan penyebab utamatrauma kepala. Kecelakaan lalu lintas dan terjatuh merupakan penyebab rawat inap pasien trauma kepala.Kekerasan adalah penyebab ketiga rawat inappasien trauma kepala.

IV.2 SARAN Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik.

18

You might also like